Anda di halaman 1dari 10

PORTOFOLIO KEMATIAN

SYOK KARDIOGENIK EC MCI STEMI

Oleh

dr. Riska Andriyani


Dokter Internsip

PENDAMPING

dr. Sidrati Amir


dr. Afdilla Hamni

RSUD KOTA SAWAHLUNTO


2016

1
PORTOFOLIO KASUS KEMATIAN

Nama Peserta : dr. Riska Andriyani

Nama Wahana : RSUD Sawahlunto

Topik : Kasus kematian

Tanggal (Kasus) : 27 Mei 2016

Nama Pasien : Tn. I

No RM : 18.90.02

Tanggal Presentasi : 20 Oktober 2016

Nama Pendamping : dr. Sidrati Amir, dr. Afdilla Hamni

Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Sawahlunto

Objektif Presentasi : - Keilmuan

- Diagnostik

- Manajemen

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Presentasi dan diskusi

2
BORANG STATUS PORTOFOLIO KASUS KEMATIAN

No. ID dan Nama Peserta dr. Riska Andriyani


No. ID dan Nama Wahana RSUD Sawahlunto
Topik Syok Kardiogenik ec MCI STEMI
Tanggal (kasus) 27 Mei 2016
dr. Sidrati Amir
Tanggal Presentasi 20 Oktober 2016 Pendamping
dr. Afdilla Hamni
Tempat Presentasi Ruang Komite Medik RSUD Kota Sawahlunto
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi Laki-laki, usia 43 tahun, tiba-tiba pusing dan terjatuh saat bekerja di kantor
Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan syok kardiogenik ec MCI STEMI
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Bahasan
Cara
Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
No. Registrasi :
Data Pasien Nama : Tn. I
18.90.02
Nama RS : RSUD Sawahlunto Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Pasien laki-laki berusia 43 tahun datang ke IGD RSUD Sawahlunto pukul 14.25 WIB
dengan:
Keluhan utama: tiba-tiba pusing dan berputar saat bekerja di kantor
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri dada (-)
Mual (+), muntah (-)
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat nyeri dada menjalar ke punggung sebelumnya disangkal
2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit: -
4. Riwayat Keluarga: -
5. Riwayat Pekerjaan:
Pegawai

3
6. Lain-lain : riwayat kebiasaan : merokok (+) perokok aktiv
7. Pemeriksaan Fisik:
a. Vital sign:
Keadaan umum : Berat
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : sulit diukur
Frekuensi nadi : sulit diukur
Frekuensi nafas : 24 x /menit
Suhu : 35,5 oC

b. Pemeriksaan sistemik:
Kulit : Teraba dingin, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2
mm/2 mm, refleks cahaya +/+ normal
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Tenggorok : Tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks :
- Paru :
Inspeksi : normochest
Palpasi : tidak dinilai
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung:
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
kanan : LSD
atas : RIC II

4
Auskultasi : irama melemah, bising tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-), venektasi (-)
Palpasi : defanse muscular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral dingin, refilling kapiler < 3 detik, sianosis (-)

Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan darah rutin:
Hb : 15,6 gr/dl
Leukosit : 11.600 /mm3
Ht : 47 %
Trombosit : 263.000/mm3
GDR : 80 mg/dl
EKG: ST elevasi di lead II, III, aVF

5
8. Diagnosis: Syok kardiogenik ec MCI STEMI
9. Penatalaksanaan:
Tatalaksana awal :
O2 3 L/menit
IVFD RL guyur 200 cc pasang 2 line (RL 20 tetes/menit dan NaCl 0,9% + 2
amp dobutamin mulai 15 tetes/menit, naik 5 tetes tiap 15 menit)

6
Inj. OMZ 1 x 1
Aspilet 160 mg kunyah 1 x 80 mg
Clopidogrel 300 mg 1 x 75 mg
Pasang kateter urin sedikit
Konsul dr. Jen, Sp.PD Inj. Metilprednisolon 2 x 1

Pukul 15.03 WIB


Os kejang, TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba, pernafasan gasping 6 x/menit, gambaran
EKG VT
Dilakukan RJP 1 siklus bolus amiodaron 1 amp

Pukul 15.05 WIB


TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba, pernafasan gasping 6 x/menit
Dilakukan RJP 1 siklus inj. epinefrin 1 amp

Pukul 15.08 WIB


TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba
Dilakukan RJP 1 siklus

Pukul 15.12 WIB


TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba, EKG PEA
Dilakukan RJP 1 siklus inj. Epinefrin 1 amp

Pukul 15.15 WIB


TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba, EKG VT
DC shock 100 joule os muntah, nadi tidak teraba

Pukul 15.18 WIB


EKG asistol
RJP 1 siklus

Pukul 15.25 WIB


EKG asistol
RJP 1 siklus

Pukul 15.31 WIB


TD tidak dapat diukur, nadi tidak teraba, pupil midriasis maksimal, EKG flat
os dinyatakan meninggal di hadapan keluarga, perawat, dan dokter jaga.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui etiologi dan patogenesis yang mendasari terjadinya henti jantung dan syok
kardiogenik
2. Mampu memberikan pertolongan pada pasien dengan henti jantung dan syok kardiogenik

7
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Assessment:
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien
didiagnosis syok kardiogenik ec MCI STEMI. Syok kardiogenik adalah gangguan
yang disebabkan oleh penurunan curah jantung sistemik pada keadaan volume
intravaskuler yang cukup yang dapat mengakibatkan hipoksia jaringan. Syok
kardiogenik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik <90 mmHg selama > 1
jam dimana :
Tak respon dengan pemberian cairan saja
Sekunder terhadap disfungsi jantung, atau
Berkaitan dengan tanda- tanda hipoperfusi atau indeks kardiak <2,2
l/menit per m dan tekanan baji kapiler paru >18 mmHg.

Penyebab syok kardiogenik yang terbanyak adalah infark miokard akut,


dimana terjadi kehilangan sejumlah besar miokardium akibat nekrosis.
Patofisiologi yang mendasari adalah depresi kontraktilitas miokard sehingga
terjadi penurunan curah jantung, tekanan darah menjadi rendah, insufisiensi
koroner.
Pada pasien ini terjadi henti nafas, tekanan darah yang tidak dapat terukur,
dan nadi karotis yang tidak teraba. Keadaan ini dikenal dengan henti jantung atau
cardiac arrest. Cardiac arrest adalah kehilangan fungsi jantung secara tiba-tiba
saat jantung mendadak berhenti berdetak. Seseorang yang mengalami henti
jantung akan hilang kesadaran, henti nafas, denyut nadi tidak teraba, dan tekanan
darah tidak terukur. Jika usaha resusitasi tidak dimulai dengan segera, henti
jantung akan menjadi kematian dalam beberapa menit.
Patofisiologi henti jantung tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Beberapa etiologi henti jantung adalah:
Hipoksia, asidosis: karena gagal jantung, kegagalan paru yang berat,
tenggelam, aspirasi, penyumbatan trakea, pneumotoraks, kelebihan dosis
obat, kelainan susunan saraf pusat.
Infark miokard akut: karena fibrilasi ventrikel, cardiac standstill, aritmia,
syok, dan edema paru.

8
Emboli paru: karena penyumbatan aliran darah paru.
Aneurisma disekans: karema kehilangan darah intravaskular.
Gagal ginjal: karena hiperkalemia.

Terjadinya henti jantung dan henti nafas pada pasien ini menandakan
bahwa telah terjadi proses kematian yang disebut dengan mati klinis. Kematian
klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri karotis dan arteri femoralis,
terhentinya denyut jantung dan pembbuluh darah atau pernapasan dan terjadinya
kehilangan kesadaran. Kematian biologis dimana kerusakan otak tidak dapat
diperbaiki lagi terjadi hanya kurang lebih 4 menit setelah kematian klinis. Oleh
karena itu, berhasilnya tindakan resusitasi kardiopulmonar tergantung dari
cepatnya tindakan dan tepatnya teknik pelaksanaannya, walaupun dalam beberapa
hal tergantung pula pada faktor penyebabnya. Pada pasien ini dilakukan pijat
jantung luar, pemberian epinefrin, pemberian amiodaron, dan DC shock.

Algoritma resusitasi jantung paru:

9
10

Anda mungkin juga menyukai