Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG Diagnosis TB pada dewasa dapat ditegakkan

dengan ditemukannya gejala klinis, pemeriksaan


Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular mikrobiologis, pemeriksaan radiologis serta
yang disebabkan oleh kuman dari kelompok pemriksaan histipatologis yang mengarah ke
Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis infeksi TB. Menurut program TB nasional,
(Kemenkes RI, 2014). Sebagian besar kuman TB penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
menyerang paru, namun dapat juga menyerang mikroskopis merupakan diagnosis utama.
organ tubuh lainnya. Indonesia merupakan negara Pemeriksaan foto toraks, biakan dan uji kepekaan
yang termasuk sebagai 5 besar dari 22 negara di dapat digunakan sebagai penunjang sesuai dengan
dunia dengan beban TB. Menurut Global Report indikasinya.1
tahun 2011, kontribusi TB di Indonesia sebesar
5,8% dari jumlah total pasien TB di dunia. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB
Berdasarkan A Short Up Date Global Tuberculosis memerlukan suatu definisi kasus yang meliputi 4
Control pada tahun 2009, di Indonesia ditemukan hal, yaitu1:
dan diobati sekitar 483.512 kasus TB dengan 1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau
kematian sekitar 62.246.1 ekstra paru
2. Bakteriologis (hasil pemeriksaan dahak secara
Dari hasil Survei Prevalensi TB di Indonesia tahun mikroskois): BTA positif atau BTA negatif
2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB 3. Riwayat pengobatan TB sbelumnya: kasus baru
BTA positif secara nasional 110 per 100.000 atau pengobatan ulang
penduduk. Secara regional, untuk wilayah 4. Status HIV pasien
Sumatera sendiri yaitu 160 per 100.000 penduduk.
Hasil Riskesdas pada tahun 2010, menunjukkan Tujuan pengobatan TB yaitu untuk menyembuhkan
perilaku pasien TB dalam mencari pengobatan, pasien, mencegah kematian, mencegah
untuk kawasan Sumatera dan Sulawesi yaitu 16% kekambuhan, memutus rantai penularan, mencegah
ke RS Pemerintah dan Swasta, 48% ke terjadinya kekebalan terhadap obat anti
Puskesmas, dan 30% ke dokter praktik swasta tuberkulosis (OAT) serta mengurangi dampak
(DPS).1 sosial dan ekonomi.1

Di Puskesmas Satelit, dengan wilayah kerja Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi
Kecamatan Kedamaian Kota Bandar Lampung pasien TB secara berkualitas dan terjangkau, semua
yang meliputi 7 kelurahan, pada tahun 2015 fasilitas kesehatan perlu bekerjasama dalam
mengalami peningkatan temuan TB BTA positif kerangka jejaring pelayanan kesehatan baik secara
dari tahun sebelumnya, yaitu 45 kasus baru dengan internal di dalam gedung, maupun eksternal
angka temuan kasus 62,5 %.2 bersama lembaga terkait di semua wilayah.3

Penemuan pasien TB dewasa terdiri dari


penjaringan suspek, diagnosis TB serta penentuan TUJUAN STUDI
klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Dengan
ditemukan dan disembuhkannya pasien TB BTA 1. Mengidentifikasi masalah klinis serta faktor
positif (menular), secara bermakna akan dapat risiko internal dan eksternal yang terdapat pada
mengurangi potensi penularan, angka kesakitan dan pasien
angka kematian akibat TB di masyarakat.1 2. Menerapkan pendekatan dokter keluarga secara
holistik, kontinyu, komprehensif, koordinatif
Penemuan pasien TB dapat dilakukan secara pasif dan kolaboratif serta memberi tatalaksan atau
dengan promosi aktif, pemeriksaan terhadap intervensi yang sesuai.
kontak pasien TB dan penerapan terpadu seperti
pendekatan praktis menuju kesehatan paru (PAL),
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan ILUSTRASI KASUS
Manajemen Terpadu Dewasa Sakit (MTDS).1
Tn. N, 21 tahun, datang ke Puskesmas Satelit pada
tanggal 3 Mei 2017 dengan keluhan batuk berdahak
sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya Pasien merupakan anak dari keluarga orang tua
batuk kering biasa, namun batuk manjadi berdahak tunggal dan merupakan anak ke 6 dari 8
berwarna hijau dan lebih banyak di pagi hari. bersaudara. Di rumah pasien hanya tinggal bertiga
Pasien juga mengeluh badan demam naik-turun dengan ibu dan adik laki-laki bungsunya yang
kira-kira selama satu minggu saat awal gejala batuk masih sekolah SMA. Pasien bekerja sebagai
muncul. Nafsu makan pasien juga mengalami karyawan di supermarket, sedangkan ibu pasien
penurunan, sehingga berat badan pasien juga tidak bekerja. Ayah pasien sudah meninggal dunia
menjadi menurun sebanyak 6 kg dalam 1 bulan 15 tahun yang lalu akibat sakit jantung. Keempat
terakhir. Pasien tidak mengeluh adanya keluar kakak pasien sudah menikah dan tinggal dengan
keringat malam dan juga tidak memiliki kebiasaan keluarganya, kakak ke-5 dan adik pasien bekerja
merokok. sebagai buruh bangunan di Palembang dan Bali.
Pasien memiliki 4 keponakan yang tidak tinggal
Pasien sebelumnya sudah sempat berobat dan serumah, tidak memiliki riwayat batuk pilek
mengonsumsi obat. Namun keluhan yang berulang dan rutin datang ke posyandu. Hubungan
dirasakan pasien tidak mereda. Kemudian pasien pasien dengan anggota keluarga satu rumah cukup
kembali berobat dan disarankan untuk melakukan baik.
pemeriksaan dahak. Setelah melakukan
pemeriksaan dahak, kemudian pasien dinyatakan Pada awal pengobatan, keluarga mengetahui
positif terkena TB Paru dan mulai menjalani tentang penyakit yang diderita oleh pasien serta
pengobatan dengan OAT. memberikan dukungan untuk kesembuhan pasien
termasuk mengingatkan pasien untuk minum obat
Anggota keluarga lain yang tinggal serumah tidak secara teratur.
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
pasien. Namun, kakak kandung pasien yang sering
berkunjung setiap seminggu sekali memiliki Data Okupasi dan Tempat Kerja
keluhan batuk serta kebiasaan merokok. Keluhan
batuk lama yang dirasakan pasien merupakan yang Pasien sehari-hari bekerja sebagai karyawan di
pertama kali. Sebelumnya juga pasien tidak pernah Chandra Suprmarket Mall Boemi Kedaton. Pasien
mengalami sakit yang lama. berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor
sejauh kurang lebih 5 km. Diperjalanan, pasien
Saat datang ke Puskesmas Satelit ini, pasien sudah menggunakan jaket dan masker. Pasien sudah
menjalani terapi OAT selama 2 minggu. bekerja selama 1,5 tahun, sebelumnya pasien
Kedatangan pasien merupakan kedatangan rutin sempat bekerja menjadi penjaga konter.
untuk pengambilan obat. Keluhan yang dirasakan
pasien sudah berkurang. Batuk sudah mereda,
demam tidak dirasakan dan berat badan sudah Metode
mulai naik.
Studi ini merupakan Case Report. Data primer
Pasien tidak memiliki riwayat merokok dan juga diperoleh melalui autoanamnesis, pemeriksaan
tidak rutin melakukan olahraga. Pasien terkadang fisik, tes laboratorium yang dilakukan di
juga begadang 2 kali seminggu untuk menonton Puskesmas, kunjungan rumah, dan penilaian
siaran pertandingan bola. Pola makan pasien psikososial dan lingkungan. Penialaian
cukup teratur, dengan menu yang bervariasi. berdasarkan diagnostik holistik dari awal, proses
Pasien sarapan dirumah bersama keluarga dengan dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.
nasi, dan telur, tempe dan sambal. Makan siang di
tempat kerja, yaitu nasi dengan lauk ikan dan sayur.
Pasien jarang makan malam, hanya sesekali
memakan indomie. Hasil

Pasien dilahirkan cukup bulan dan secara normal di Data Klinis


dukun. Pasien selama usia bayi mengonsumsi asi, Keluhan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu,
namun tidak pernah melakukan imunisasi. disertai demam dan penurunan berat badan.
Pemeriksaan Fisik Family Map
Keadaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36,6oC;
tekanan darah: 120/70 mmHg; frek. nadi:
76x/menit; frek. nafas: 22x/menit; berat badan:
46kg kg; tinggi badan: 158 cm; status gizi: kurang
(IMT :18,42).

Status Generalis
Kepala, telinga, hidung, Tenggorokan, mulut,
leher, abdomen, ektrimitas, neurologis semua
dalam batas normal.

Thorak: Gambar 2. Family Map


Inspeksi : Simetris, lesi (-)
Palpasi : Fremitus taktil +/+ Keterangan:
Perkusi : Sonor +/+ : Hubungan dekat
Auskultasi: vesikular +/+, rhonki halus +/+, Family Apgar Score:
wheezing -/- Adaptation :2
Partnership :1
Pemeriksaan Penunjang Growth :2
Laboratorium Affection :2
SPS ditemukan hasil BTA positif pada awal Resolve :1
pengobatan. Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, fungsi
keluarga baik)
Data Keluarga
Bentuk keluarga: keluarga orang tua tunggal Data Lingkungan Rumah
Pasien tinggal bersama Ibu (Ny. J, 55 tahun) dan
Genogram adik (An. J, 15 tahun). Luas rumah pasien adalah
Genogram Keluarga : Tn. N 7x10 m2, dengan luas halaman depan 2 x 10 m2 dan
Tanggal dibuat : 6 Mei 2017 halaman samping 3 x 10 m2. Rumah pasien
Pembuat : Rossadea Atziza berdinding tembok, lantai semen dan beratap
gentenf. Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang
tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar
mandi.

Kondisi rumah cukup lembab akibat kurangnya


cahaya matahari yang masuk ke rumah. Di dalam
rumah terdapat jendela dan ventilasi, namun pada
kamar pasien, yang terletak paling belakang, tidak
terdapat jendela maupun ventilasi udara. Terdapat
bantuan ventilasi di dalam rumah yaitu berupa
Gambar 1. Genogram keluarga Tn. N Mei 2017 sebuah kipas angin. Kebersihan rumah cukup
bersih, namun peletakan barang terlihat sedikit
berantakan. Fasilitas dapur, memasak dengan
menggunakan kompor gas. Air minum
menggunakan air galon isi ulang, air untuk mandi-
cuci-kakus menggunakan air dari sumur. Di dalam
kamar mandi terdapat jamban jongkok dengan
lantai kamar mandi licin dan tidak terdapat
pegangan. Saluran air di alirkan ke got belakang
rumah dan di alirkan di sungai. Tempat sampah
berada di luar rumah dan sampah dibakar.
Diagnostik Holistik Awal 6. Menganjurkan pasien untuk menggunakan
1. Aspek Personal masker
Alasan kedatangan : Batuk berdahak selama 7. Memotivasi pasien untuk meminum obat secara
satu bulan, disertai demam dan penurunan teratur
berat badan. 8. Memotivasi pasien untuk pindah ke kamar yang
Kekhawatiran : batuk dan demam semakin memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang
buruk, berat badan semakin turun. lebih baik
Harapan : badan sehat, tidak batuk dan 9. Memotivasi keluarga, sebagai kontak TB, untuk
demam serta berat badan kembali naik. memeriksakan dahak.
10. Memotivasi keluarga untuk melakukan
2. Aspek Klinik imunisasi wajib
TB Paru (ICD 10-A.15.0)
Medikamentosa
3. Aspek Risiko Internal TB Kategori 1 ditatalaksana dengan OAT:
Kedisiplinan minum obat 2HRZE/4H3R3 yaitu 3 tab 4FDC selama 56 hari,
Tidak imunisasi dan 3 tablet 2FDC 3 kali seminggu selama 16
Gizi kurang minggu.
4FDC terdiri dari:
Kebiasaan begadang
Rifampisin 150 mg
4. Aspek Risiko Eksternal Isoniazid 75 mg
Kurangnya kesadaran keluarga untuk Pirazinamid 400 mg
pemeriksaan kesehatan. Ethambutol 275 mg
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang 2FDC terdiri dari:
penyakit Tuberkulosis. Rifampisin 150 mg
Transportasi ke tempat kerja menggunakan Isoniazid 150 mg
sepeda motor

5. Aspek Lingkungan DIAGNOSTIK HOLISTIK AKHIR STUDI


Lingkungan pemukiman padat 1. Aspek Personal
Rumah lembab akibat kurang pencahayaan Alasan kedatangan : Batuk berkurang,
dan sirkulasi udara demam sudah tidak ada, berat badan
Pengelolaan sampah dengan cara dibakar mengalami peningkatan.
Kekhawatiran : kekhawatiran pasien sudah
6. Derajat Fungsional berkurang
2, mampu melaukan pekerjaan ringan sehari- Harapan : telah tercapai
hari di dalam dan di luar rumah.
2. Aspek Klinis
TB Paru (ICD 10-A.15.0)
INTERVENSI
Non-Medikamentosa: 3. Aspek Resiko Internal
1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit Berat badan meningkat sebanyak 3 kg dalam
yang sedang diderita oleh pasien 2 minggu
2. Memberikan penjelasan tentang komplikasi dari Meminum obat secara teratur
penyakit TB Mengatur pola makan sesuai anjuran
3. Memberikan penjelasan mengenai cara Melakukan olahraga 3x seminggu dan
penularan penyakit TB cukup istirahat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien dan Mengetahui komplikasi dan penyebaran TB
keluarganya tentang pentingnya pengawasan Paru
dalam minum obat Kontrol ke Puskesmas tepat waktu
5. Memberikan penjelasan mengatur pola makan
yang baik bagi penderita TB dan olah raga
teratur
4. Aspek Risiko Eksternal toraks juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan
Meningkatnya kesadaran keluarga terhadap penunjang terutama bila hasil pemeriksaan dahak
kesehatan negatif. Untuk pasien TB ekstraparu, dapat
Meningkatnya pengetahuan keluarga dilakukan pemeriksaan histopatologi dari organ
tentang penyakit TB Paru yang dicurigai TB.1

5. Aspek Lingkungan Pada anamnesis Tn. N, didapatkan riwayat batuk >


Pindah ke kamar yang memiliki sirkulasi 3 minggu, demam, dan adanya penurunan berat
dan pencahayaan yang baik. badan. Pemeriksaan fisik ditemukan adanya bunyi
Sampah dikumpulkan dan diambil oleh sokli ronki basah halus pada kedua lapang paru.
Terhadap pasien juga telah dilakukan pemeriksaan
6. Derajat Fungsional sputum BTA SPS dan mendapatkan hasil positif.
1, mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum Data yang didapat dari pemeriksaan pada pasien
sakit. menunjang untuk penegakan diagnosis TB Paru.

Di Puskesmas pasien diberikan terapi farmakologis


PEMBAHASAN berupa obat paket TB selama 6 bulan. Pengobatan
yang diberikan yaitu sesuai dengan panduan
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. N, seorang pengobatan kategori 1, yaitu untuk1:
karyawan, usia 21 tahun, dengan keluhan batuk TB Paru kasus baru BTA positif
berdahak selama kurang lebih satu bulan. Keluhan TB Paru kasus baru BTA negatid, foto
juga disertai demam dan penurunan berat badan. toraks sesuai TB
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak TB ekstraparu kasus baru
memiliki keluhan batuk lama sebelumnya. Dimana pasien termasuk dalam TB paru kasus baru
Penyebab atau faktor predisposisi keadaan ini BTA positif. Tn. N mendapat 3 tablet 4FDC
adalah adanya salah satu anggota keluarga yang (RHZE) selama 56 hari, dan 3 tablet 2FDC (RH) 3
sering berkunjung ke rumah dan memiliki keluhan kali seminggu selama 16 minggu. Dosis yang
batuk lama serta riwayat merokok. Kondisi diberikan yaitu Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75
pencahayaan dan sirkulasi udara di rumah pasien mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg
juga tidak cukup baik sehingga membuat (selama 16 minggu) dan Rifampisin 150 mg,
lingkungan rumah menjadi lembab. Pasien saat Isoniazid 150 mg (selama 16 minggu).1
kecil juga tidak pernah melakukan imunisasi.
Pasien terkadang sering begadang untuk menontot Pelaksanaan pembinaan pada pasien ini dilakukan
pertandingan sepak bola. Jika dilihat dari berat dengan pemberian intervensi terhadap pasien dan
badan pasien saat ini, termasuk dalam gizi kurang. keluarganya. Kunjungan pertama dilakukan pada
Faktor faktor tersebut merupakan faktor internal tanggal 6 Mei 2017 dengan melakukan perkenalan
dan eksternal yang berpengaruh terhadap dan pendekatan terhadap pasien dan keluarganya,
perjalanan penyakit pasien. menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan dan
diikuti dengan melakukan anamnesis. Selain itu,
Diagnosis TB Paru pada pasien ini ditegakkan pada kunjungan ini juga dinilai mengenai
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan karakteristik demografi keluarga, fungsi keluarga,
penunjang yang dilakukan. Dari segi klinis dan identifikasi faktor lain yang berpengaruh
terdapat keluhan berupa batuk berdahak selama 2-3 terhadap penyakit Tn. N.
minggu atau lebih dengan atau tanpa diikuti gejala
tambahan. Gejala tambahan dapat berupa batuk Hasil yang didapatkan pada kunjungan rumah
darah, dahak bercampur dengan darah, sesak napas pertama ini yaitu bahwa perilaku kesehatan pasien
dan nyeri dada. Gejala sistemik dapat berupa sudah cukup baik, namun masih mengutamakan
badan lemah, nafsu makan dan berat badan kuratif daripada prefentif. Selain itu juga pasien
menurun, malaise, keringat malam. Dapat masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang
dilakukan pemeriksaan mikrobiologis dengan penyakit TB Paru yang dideritanya. Pasien
pemeriksaan sputum BTA, pemeriksaan biakan dan merasakan keluhan yang ada pada tubuhnya
uji kepekaan. Pemeriksaan radiologis seperti foto mengganggu aktifitas, lalu pasien melakukan
pemeriksaan ke pelayanan kesehatan dan Kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 10 Mei
melakukan pengobatan sesuai dengan prosedur 2017 dengan tujuan intervensi terhadap pasien.
yang dianjurkan. Intervensi yang diberikan berupa edukasi mengenai
penyakit TB melalui media flipchart. Selain itu
Hubungan dengan sesama anggota keluarga terjalin juga dijelaskan mengenai pengaturan gizi yang
baik. Pasien dekat satu sama lain dengan anggota baik, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta
keluarga yang tinggal serumah, begitu juga dengan pemeberian pot untuk pemeriksaan dahak anggota
saudara yang sudah tinggal terpisah. Keluarga keluarga yang tinggal serumah (kontak TB).
memberikan dukungan serta perhatian terhadap Pasien diberi tahu untuk menggunakan masker
kesembuhan pasien. sehari-hari. Untuk anggota keluarga yang lain yang
memiliki balita juga disarankan untuk melakukan
Keuangan keluarga bergantung pada pasien, imunisasi wajib.
dimana ibu pasien tidak bekerja. Namun untuk
biaya sekolah adiknya, keungan turut dibantu oleh Pada kunjungan kedua ini, juga sudah mulai terlihat
kakak pasien. Pasien mengaku bahwa untuk perubahan perilaku kesehatan pasien. Kamar tidur
memenuhi kebutuhan sehari-hari, pendapatannya pasien sudah pindah ke kamar yang memiliki
cukup. Keluarga juga ikut serta dalam BPJS pencahayaan serta sirkulasi udara yang lebih baik.
sebagai jaminan kesehatnanya. Pada kunjungan ini didapatkan bahwa menu
makanan pasien sehari-hari cukup beragam. Saat
Dalam hal lingkungan sekitar rumah, hubungan sarapan pasien memakan masakan dirumah.
pasien dengan tetangga terjalin cukup baik. Ibu Biasanya pasien memakan nasi menggunakan lauk
pasien juga mengikuti pengajian rutin yang telur dan tempe serta sambal. Untuk menu makan
dilakukan di Musholla dekat rumah. Stres siang, pasien membeli makan di kantin kantor
psikososial tidak terlalu menjadi masalah pada dengan menu nasi dengan lauk ikan dan sayur.
pasien. Lingkungan fisik sekitar rumah merupakan Pasien jarang makan malam, hanya sesekali saja
pemukiman yang cukup padat dengan tingkat dan mengonsumsi indomie. Pasien jarang makan
kebersihan yang kurang. Di jalan dan halaman buah dan mengonsumsi susu. Sejak sakit, nafsu
sekitar rumah terdapat banyak kotoran ayam. makan pasien menurun dan berat badan pasien juga
Lingkungan rumah pasien sudah cukup bersih turun sampai masuk ke kriteria gizi kurang.
namun peletakan barang masih kurang tertata rapih.
Intervensi yang diberikan salah satunya merupakan
Penilaian terhadap lingkungan rumah menunjukkan edukasi. Edukasi yang diberikan ditujukan kepada
adanya beberapa faktor risiko yang mempengaruhi Tn. N sebagai pasien dan juga kepada keluarganya.
penyakit pasien, yaitu kondisi rumah yang lembab Metode intervensi yang diberikan secara
akibat kurangnya cahaya dan sirkulasi udara. perorangan dan kelompok. Intervensi edukasi
Pencahayaan di rumah sacara maksimal melalui perorangan kepada Tn.N yaitu lebih ditekankan
jendela sebaiknya minimal 20% dari luas lantai mengenai penyakit TB paru itu sendiri, dari
ruangan.4 Keadaan rumah Tn. N masih kurang penyebab, gejala, pemeriksaan, pencegahan,
pencahayaan, dimana luas jendela tidak mencapai pengobatan sampai dengan perilaku yang harus
20%. diterapkan guna mendapat kesembuhan serta
mencegah komplikasi dan penularan. Kepada
Berdasarkan hasil pengamatan, ventilasi udara anggota keluarga yang lain, dilakukan edukasi
kamar Tn. N sangat kurang. Tidak terdapat kelompok yang lebih ditekankan kepada PHBS.
ventilasi ataupun jendela pada kamar tersebut. Perilaku ini diharapkan dapat menciptakan
Idealnya, luas ventilasi rumah yaitu 10-20% dari lingkungan tempat tinggal yang sehat dan
luas lantai.4 mencegah penularan penyakit.

Untuk mengurangi risiko TB Paru, Tn. N dan Untuk perilaku kesehatan keluarga pasien, pasien
keluarganya diberikan pengetahuan mengenai diberikan edukasi mengenai pola makan dan
penyakit tersebut, cara penularan, pencegahan, olahraga yang baik bagi pasien, tentu hal ini
serta perubahan perilaku yang dianjurkan guna membutuhkan adanya dukungan dari keluarga.
meminimalisir komplikasi yang mungkin terjadi. Pasien harus menerapkan pola makan gizi
seimbang, pasien juga harus melakukan olahraga Pasien datang rutin ke puskesmas untuk mengambil
secara rutin. Oleh karena itu, selain untuk obat. Pot dahak yang sudah diberikan sebelumnya,
membantu mengingatkan minum obat, dukungan akan dibawa ke puskes untuk diperiksa bersamaan
dari keluarga terutama ibu pasien penting untuk dengan kedatangan pasien untuk pengambilan obat
mendukung perubahan pola makan dan olahraga berikutnya yaitu tanggal 17 Mei 2017.
yang harus dilakukan oleh pasien.
Dalam kunjungan kali ini juga tetap dilakukan
Gizi yang kurang berhubungan dengan perburukan motivasi kepada pasien dan keluarganya. Hal ini
fungsi tubuh dan merupakan faktor risiko utama dilakukan agar pasien dan keluarga senantiasa
terhadap morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia menerapkan gaya hidup sehat yang pada akhirnya
dan berkontribusi sebagai faktor risiko yang lebih meningkatkan kualitas hidup pasien dan anggota
besar terhdap TB dibandingkan dengan HIV/AIDS keluarga lainnya .
dalam populasi. Gizi kurang meningkatkan risiko
kematian secara signifikan. Tiga penelitian
menunjukkan IMT rendah berkaitan dengan KESIMPULAN
peningkatan pada pasien TB.5 1. Diagnosi kasus TB paru pada pasien ini
terlah sesuai dengan teori dan panduan
Intervensi diberikan juga kepada keluarga pasien tuberkulosis nasional.
yang lain yang memiliki balita. Dianjurkan kepada 2. Penatalaksanaan yang diberikan sudah
keluarga untuk melakukan imunisasi wajib bagi sesuai dengan panduan tuberkulosis
balita, salah satunya yaitu imunisasi BCG. nasional.
Imunisasi BCG merupakan perlindungan diri 3. Telah terjadi perubahan perilaku pada
terhadap penyakit tuberkulosis. Imunisasi ini telah Tn.N
di wajibkan di 64 negara dan direkomendasikan di 4. Perubahan perilaku pada Tn. N untuk gaya
beberapa negara lainnya. Di Indonesia sendiri telah hidup bersih dan sehat terlihat setelah
melaksanakannya sejak tahu 1952. Imunisasi BCG diberikan intervensi. Pasien mengatur
tidak sepenuhnya mencegah penyakit tuberkulosis pola makan lebih baik, berolah raga,
primer, tapi dapat mencegah terjadinya komplikasi menggunakan masker, beristirahat dengan
yang lebih berat dari tuberkulosis, seperti cukup.
meningitis TB dan efusi pleura.6

Kunjungan ketiga dilakukan pada tanggal 15 Mei SARAN


2017, saat dilakukan kunjungan, pasien sedang Bagi Pasien:
duduk mengobrol di halaman rumah sambil 1. Konsumsi OAT secara teratur
menggunakan masker. Pasien menyatakan keluhan 2. Menggunakan masker saat berkontak
yang dirasa sudah semakin berkurang. Frekuensi dengan orang lain
batuk sudah menurun, dan demam tidak pernah 3. Mengatur pola makan dengan baik
dirasakan lagi. Pasien mulai meminum susu satu 4. Melakukan olahraga minimal 3 kali
kali sehari sebelum tidur. Pasien juga sudah mulai seminggu
mengatur pola makan dengan baik dan 5. Istirahat yang cukup, hindari kebiasaan
membiasakan makan malam. Pasien sudah tidak begadang
pernah begadang, dan mulai berolahraga. 6. Istirahat / cuti kerja selama 2 bulan
(konversi)
Meskipun belum diperbaiki, namun pasien dan
keluarga sudah berencana untuk mengganti Bagia keluarga:
sebagian genteng rumah dengan menggunakan atap 1. Membantu pasien dalam mengawasi
yang transparan sehingga cahaya dapat masuk ke minum obat
kamar. Kebiasaan membakar sampah juga sudah 2. Memberikan motivasi dan dukungan pada
dihindari. Pengelolaan sampah sekarang dengan pasien dalam menjalani pengobatan
menggunakan jasa sokli. 3. Memberikan edukasi agar keluarga
sebagai kontak TB untuk memeriksakan
dahak
4. Memberikan edukasi kepada keluarga 6. Said, M. & Boediman, I., 2010. Imunisasi
untuk melakukan imunisasi BCG BCG pada Anak. Dalam: N. N. Rahajoe,
(keponakan Tn.N) B. Supriyatno & D. B. Setyanto, penyunt.
5. Menerapkan perilaku hidup bersih dan Buku Ajar Respirologi Anak Edisi
sehat di kehidupan sehari-hari. Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI,
pp. 252-255.
Bagi pelaksana pelayanan kesehatan:
1. Meningkatan usaha promosi kesehatan
kepada masyarakat tentang TB paru
2. Melakukan manajemen risiko selain
mengatasi keluhan klinis pasien
3. Melanjutkan pembinaan keluarga untuk
kasus ini

Bagi pembina selanjutnya:


1. Pemantauan dan evaluasi perjalanan dan
perkembangan penyakit
2. Memeriksa keadaan pasien jika terjadi
komplikasi

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sahab
Sbuea, M.Sc atas bimbingan dan masukan dalam
penulisan manuskrip ini dan dr. Ria Sari, dr.
Novita, dr. Bie, dan dr. Dera sebagai pembimbing
selama di Puskesmas Satelit, dan tak lupa kepada
Tn. N dan keluarga sebagai sumber inspirasi
penulis dalam menyusun ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia. 2012. Panduan Tatalaksana
Tuberkulosis Sesuai ISTC dengan Strategi
DOTS untuk Praktik Dokter Swasta.
Jakarta.
2. Puskesmas Satelit. 2016. Profil Kegiatan
Puskesmas Satelit Tahun 2016. Bandar
Lampung.
3. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.
4. Soedjajadi Keman, 2005. Kesehatan
perumahan dan lingkungan pemukiman,
Jurnal Kesehatan Lingkungan.
5. Salsabela, FE., Suryadinata, H., Arya,
IFD. 2016. Gambaran Status Nutrisi pada
Pasien Tuberkulosis di Rumah Sakit
Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung.
JSK. 2(2): 84-9.

Anda mungkin juga menyukai