Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KESEHATAN MENTAL

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah: Kesehatan Mental

Oleh:

ANI KUSUMAWATI
NPM. 15030021P

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


(STKIP) AL ISLAM TUNAS BANGSA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat
dan hidayah-Nya-lah, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula
Shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW sebagai
"Uswatun Hasanah" bagi dunia pendidikan Islam.

Makalah yang berjudul Kesehatan Mental ini sengaja kami susun


sebagai tugas individu, khususnya mata kuliah Kesehatan Mental . Tidak lupa
pula penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengapu, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehinggga penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu

Akhirnya, penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala
kekurangan dan keterbatasan baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya.
Untuk itu penyusun sangat mengharapkan saran ataupun kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan pembuatan makalah-
makalah selanjutnya.

Bandar Lampung, Desember 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan penulisan ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2

A. Pengertian Kesehatan Mental .................................................................... 2

B. Ciri ciri Kesehatan Mental ........................................................................ 3

C. Gangguan Kesehatan Mental .................................................................... 4

D. Agama dan Kesehatan Mental .................................................................. 9

BAB III P E N U T U P ........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Setiap individu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dituntut
untuk bekerja dan berusaha agar keinginan dari dirinya dapat terpenuhi. Untuk
memenuhi kebutuhannya tersebut manusia memerlukan jasmani yang sehat.
Karena apabila jasmani atau tubuh terganggu maka semua aktivitas individu
tersebutpu terganggu. Menurut WHO (World Health Organization) sehat
adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara
penuh bukan semata-mata hanya terbebas dari penyakit dan keadaan lemah
tertentu. Apabila mental dan jasmani individu tersebut sehat tentunya akan
sedikit kemungkinan terjadinya gangguan untuk meelakukan aktivitas sehari-
hari. Jika mental individu tersebut sehat maka individu tersebut dapa terhindar
dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, sehingga ia dapat
menyesuaikan diri dan dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang
dimiliki. Dengan keadaan mental yang sehat maka individu tersebut dapat
bekembang secara optimal. Maka dari itu kita sebagai mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling perlu mempelajari kesehatan mental
agar nanti saat menghadapi individu yang memiliki gejala-gejala gangguan
mental agar dapat segera diatasi sehingga individu tersebut tidak kea rah
patologi (sakit mental). Maka dari itu kami menyusun makalah yang
membahas tentang kesehatan mental.

D. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui penertian kesehatan mental menurut beberapa ahli
2. Untuk mengetahui ciri ciri kesehatan mental
3. Untuk mengetahui saja jenis jenis gangguan mental
4. Untuk mengetahui hubungan antara agama dan kesehatan mental
BAB II

PEMBAHASAN

E. Pengertian Kesehatan Mental


Kesehatan mental alih bahasa dari Mental Hygiene atau mental Health.
Definisi-definisi yang diajukan para ahli diwarnai oleh keahlian masing-
masing. Menurut World Health Organization dalam Winkel (1991)
disebutkan : Sehat adalah suatu keadaan berupa kesejahteraan fisik,mental dan
social secara penuh dan bukan semata-mata berupa absensinya penyakit atau
keadaan lemah tertentu. Dedinisi ini memberikan gambaran yang luas dalam
keadaan sehat,mencangkup berbagai aspek sehingga diharapkan dapat
mewujudkan kesejahteraan hidup. dapat memanfaatkan segala potensi dan
bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan
bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
Menurut pengertian para ahli:
1. Menurut Dr. Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Agama bahwa:
Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada
dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan
ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri
secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).
2. Menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan
emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
selaras dengan keadaan individu tersebut.
3. Zakiah Darodjat, terhindarnya seseorang dari gejala-gejala ganggun dan
penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan segala
potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa
kebahagiaan bersama serta mencapai keharmonisan jiwa dalam hidup.
4. Allport, manusia sehat adalah manusia yang mencapai kematangan.
5. Maslow, manusia sehat adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan
dirinya dan mencapai kebahagiaan.

Kesehatan mental adalah keserasian atau kesesuaian antara seluruh aspek


psikologis dan dimiliki oleh seorang untuk dikembangkan secara optimal agar
individu mampu melakukan kehidupan-kehidupan sesuai dengan tuntutan-
tuntutan atau nilai-nilai yang berlaku secara individual, kelompok maupun
masyarakat luas sehingga yang sehat baik secara mental maupun secara sosial.
Sikap hidup individu yang sehat dan normal adalah sikap yang sesuai dengan
norma dan pola hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal
dan intersosial yang memuaskan.

F. Ciri ciri Kesehatan Mental


Ciri-ciri kesehatan mental dikelompokkan kedalam enam kategori, yaitu:
1. Memiliki sikap batin (Attitude) yang positif terhadap dirinya sendiri.
2. Aktualisasi diri (kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa.)
3. Mampu mengadakan integrasi dengan fungsi-fungsi psikis yang ada
4. Mampu berotonom terhadap diri sendiri (Mandiri)
5. Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas yang ada
6. Mampu menselaraskan kondisi lingkungan dengan diri sendiri.
7. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita,termasuk melihat realita
sebagaimana adanya.
8. Tidak menyangakal hal-hal buruk yang terjadi di masa lalunya dan masa
kini.
9. Memiliki penguasaan terhadap situasi, termasuk mempunyai kontrol diri
di dalam mengasihi orang lain, di dalam pekerjaan termasuk dalam
bersahabat dengan orang lain.
G. Gangguan Kesehatan Mental
Bagi penderita gangguan mental / psychoneurosis, masih menghayati
realitas , masih hidup dalam alam pada umumnya. ia masih merasakan
kesukaran-kesukaran sebenarnya ia tidak dapat atau kurang dapat mengadakan
penyesuaian diri terhadap lingkungan serta belum kuat atau tidak kuat kata
hatinya. Itulah sebenarnya ia mencari jalan keluar untuk melarikan diri dari
kekecewaan atau penderitaan menjadi Psychoneorosis, dijelaskan beberapa
macam gangguan mental, yaitu :
1. Histeria
Sebenarnya tidak ada dasar fisik atau organis, tetapi si penderita
betul-betul merasa sakit kadang-kadang dapat berupa kelumpuhan. Seperti
gangguan mental lainnya, perasaan tertekan, gelisah, cemas dan
sebagainya. Gejala-gejala tersebut dapat terlihat seperti gejala fisik atau
gejala mental. Gejala-gejala yang berhubungan dengan fisik antara lain :
a. Lumpuh Histeria
Lumpuh pada salah satu anggota badan, biasanya terjadi secara tiba-
tiba dan sebelumnya tidak terasa apa pun.
b. Kram Histeria
Penyakit ini terjadi karena rasa bosan menghadapi pekerjaan dan
mengalami perasaan yang tertekan. Karena mengalami tekanan bathin
karena karyana di cela dan mengalami kram histeria apabila sedang
menjalankan tugasnya, dan apabila mengerjakan hal -hal yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan sebelumnya mereka menjadi sembuh
atau tidak merasakan kram histeria.
c. Kejang histeria
Penyakit yang datangnya secara tiba-tiba, kejang atau kaku diseluruh
tubuh dan tidak sadar kadang-kadang sangat berat dan disertai
teriakan-teriakan dan keluhan tetapi tidak mengeluarkan air mata.
Kejadian ini biasanya terjadi pada siang hari, hanya beberapa menit,
dapat juga beberapa hari lamanya. Penyakit ini terjadi biasanya setelah
mengalami perasaan yang tersinggung, sehingga ia merasa tertekan,
sedih dan menyesal.
d. Mutism
Kesanggupan berbicara hilang, ada dua macam yaitu : 1) tidak dapat
berbicara dengan suara keras, 2) tidak dapat berbicara sama sekali.
Biasanya terjadi karena tekanan perasaan, putus asa, cemas, merasa
hina dan sebagainya. Sedangkan alat-alat bicara biasanya tidak
mengalami cedera apapun atau normal.

2. Psikosomatisme
Psikosomatis berasal dari dua kata yaitu psycho yang artinya pikiran
dan soma yang artinya tubuh. Psikosomatis dalam dunia medis yaitu
merupakan suatu penyakit yang mula-mula dipengaruhi oleh faktor
kejiwaan (psikologis), kemudian berjalannya waktu sehingga menjadi
penyakit fisik. Konflik psikis merupakan sebab bermacam macam
penyakit fisik. Penyakit fisik yang telah ada semakin parah. Bentuk pola
Simtom psikosomatisme klasik diantaranya, sebagai berikut
a. Tukak lambung, adanya luka pada lambung
Emosi yang negatif dapat merangsang produksi dan lambung secara
berlebihan, lambung mengadakan pencernaan pada dirinya sehingga
timbul luka pada dinding lambung.
b. Anorexia nervosa, adanya gangguan makan
Enggan makan atau bila makan terus muntah, sehingga kurus
kering. Penderita biasanya memiliki pandangan dirinya terlalu gemuk
sehingga melakukan diet sehingga menantara galami konflik batin.
Gejala yang berhubungaan dengan mental , antara lain :
a. Amnesia , hilang ingatan
Suatu keadaan yang tiba-tiba menimpa orang-orang menjadi
hilang ingatan atau lupa terhadap kejadian-kejadian tertentu,atau
terhadap segala sesuatu bahkan namanya sendiri.Amnesia juga disebut
kondisi terganggunya daya ingat. Penyebabnya berupa organic dan
fungsional. Penyebab organic dapat berupa kerusakan otak, akbat
terauma atau penyakit. Penyebab fungsional adalah seperti, mekanisme
pertahanan ego.
b. Fugrue ,berkelana secara tidak sadar
Fugrue adalah bentuk gangguan mental disertai keinginan kuat untuk
mengembara atau meninggalkan rumah karena amnesia. Seseorang
yang mengalami fugue itu pergi mengelana tanpa tujuan, dan tidak tau
mengap ia pergi. Gangguan ini muncul sesudah individu mengalami
stress atau konflik yang berat,misalnya pertengkaran rumah tangga,
mengalami penolakan, kesulitan dalam pekerjaan dan keuangan,
perang atau bencana alam
Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih
bertujuan dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien
dengan amnesia disosiatif.
c. Kepribadian Ganda
Penderita mempunyai dua atau lebih kepribadian. Masing-masing
memiliki proses perasaan dan pikiran yang cukup stabil, sedang
perbedaannya biasanya mencolok. Misalnya kepribadian yang satu dan
yang lainmungkin hanya beberapa menit atau beberapa mtahun.
Disebabkan adanya dorongan-dorongan yang saling bertentangan,
terjadi konflik. Selama penderita mengalami, satu kepribadian tak
teringan tentang kejadian pada kepribadian yang lain meskipun hanya
beberapa menit. kepribadian ganda dapat didefinisikan sebagai
kelainan mental dimana seseorang yang mengidapnya akan
menunjukkan adanya dua atau lebih kepribadian (alter) yang masing-
masing memiliki nama dan karakter yang berbeda. Mereka yang
memiliki kelainan ini sebenarnya hanya memiliki satu kepribadian,
namun si penderita akan merasa kalau ia memiliki banyak identitas
yang memiliki cara berpikir, temperamen, tata bahasa, ingatan dan
interaksi terhadap lingkungan yang berbeda-beda. Walaupun
penyebabnya tidak bisa dipastikan, namun rata-rata para psikolog
sepakat kalau penyebab kelainan ini pada umumnya adalah karena
trauma masa kecil.
d. Kepribadian Sosiopatik
Penderita mengalami keterlambatan perkembangan moral, tidak
mampu mencontoh perbuatan yang diterima masyarakat, kurang
mampu bermasyarakat cenderung antisosial, termasuk psikopat.
Biasanya memiliki ciri cerdas, spontan dan mengesankan, emosinya
relatif sulit dibangkitkan, sehingga kurang memiliki rasa takut dan
senang mencari tantangan, tapi cara yang ditempuh kurang tepat, hal
ini sebagai penyebab bawaan. Penyebab lain pada waktu kecil
mengalami keterlambatan kehidupan emosinya, perlakuan yang tidak
konsisten. Misalnya latar belakang keluarga yang retak. Dari segi sosio
cultural sebagai akses dari suasana materialistik, hedonistik, dan
kompetitif dari masyarakat modern.
e. Depersonalisasi
Penderita mengalami kehilangan rasa diri , terjadi secara tiba-tiba
dan menjadi orang lain, orang yang berbeda dengan dirinya, merasa
terlepas dari tubuhnya. Hal ini terjadi karena mengalami stres berat
akibat situasi tertentu atau kejadian tertentu. Misalnya kecelakaan,
penyakit atau peristiwa-peristiwa traumatik.
f. Somnabulisme, melakukan sesuatu dalam keadaan tidur
Somnabulisme adalah mimpi yang hidup, dan aktivitas fisik yang
terjadi selama tidur, sejumlah gerakan diluar kesadaran dan tidak dapat
diingat kembali. Bisa terjadi selama tidur, hal ini lebih sering terjadi
pada anak-anak. Misalnya main piano, menjahit, mengendarai mobil
dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk Somnabulisme itu :
Monodeic, suatu ide dengan bentuk yang sama.
Polydeic , berbeda-beda dalam waktu yang berlainan.

Orang atau anak yang mengalami somnabolism ini, karena dikuasai oleh
sejumlah pikiran dan kenangan yang berhubungan satu sama lain.
Meskipun dalam keadaan tidur ia dapat mengingan keadaan sekitarnya
yaitu letak pintu, jendela, meja, kursi dan sebagainya.
3. Psychasthenia
Penderita psychasthenia merasa tidak senang, selalu diganggu dan dikejar-
kejar, mimipi yang menakutkan, sering mengalami kompulsion (dorongan
paksaan) untuk berbuat sesuatu. Sebenarnya penderita kurang mempunyai
kemampuan untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal, repression
(penekanan) terhadap pengalaman yang telah lalu.
4. Neurasthenia
Penderita neurasthenia selalu merasa lelah , lesu yang sangat. Sering pla
disebut penyakit payah, meskipun sebenarnya fisiknya tak terdapat
penyakit apapun. Ia sangat sensitif terhadap cahaya, suara. Detik jam
kadang-kadang menyebabkan tidak dapat tidur, kepala pusing, selalu
gelisah, merasa mempunyai berbagai penyakit, dan takut akan mati.
Menginginkan belas kasihan dari orang lain. Sebab-sebab neurasthenia ini
antara lain : Kesusahan dan kekurangan pekerjaan, defence mekanisme
yang salah
5. Tiks (tics)
Dengan gerakan-gerakan tics yang bersangkutan merasa lega, enak
(vegetatif). Macam-macam gerakan seperti dipaksakan. Gerakan habitual
sekelompok kecil otot-otot tertentu. Dimana tics itu sendir berarti gerakan
otot yang dilakukan secara tidak sadar, misalnya berkedip-kedip,
mengerutkan dahi, menggerakkan hidung, menggelengkan kepala dan
lain-lainnya. Penderita menyadari perbuatannya tetapi tidak berusaha
menahannya. Sebab-sebab tiks antara lain: perasaan tegang dalam
menghadapi sesuatu,pengalaman yang menakutkan, mengalami kelelahan,
personalitas terganggu.
6. Kelainan seksual
Yang dimaksud kelainan dalam uraian buku ini bukan karena adanya
patologi fisiologis, melainkan karena kesalahan dalam penyesuaian
psikoseksual dan proses belajar yang keliru terhadap permasalahan seks,
terjadi miskonsepsi. Kelaiana-kelainan seksual itu antara lain :
a. Otoerotisme (perangsangan sendiri terhadap alat kelamin)
b. Homoseksual atau lesbian (berhubungan itim antar sesama jenis)
c. Sadisme (hubungan seks wajar antara pria dan wanita, tapi yang
bersangkutan baru merasakan kepuasan seks kalau dapat menimbulkan
kesakitan fisik atau psikis orang yang dicintai)
d. Fetishisma (pemuasan seksual yang ditmbulkan karena melihat atau
tersentuh dengan barang atau benda-benda dari lain jenis misalnya
pakaian dalam)
e. Pedofilia (orang dewasa yang ingin berhubungan dengan anak, tanpa
menghiraukan jenis kelamin)
f. Transvetitisme (pemuasan seksual yang diperoleh dengan berpakaian
dan menyamar sebagai jenis kelamin lain)
g. Exhibisionisme (pemuasan seksual yang diperoleh dengan
menunjukkan alat kelamin kepada jenis kelamin lain)
h. Voyeuresma ( mencapai kepuasan seksual karena mengintip secara
sembunyi-sembunyi pasangan yang sedang berhubungan seks, juga
pemuda mengintip wanita yang sedang melepas pakaian)
i. Masochisme (menikmati kepuasan seksual pada waktu mengalami
sakit pada diri sendiri)
j. Incest (hubungan seksual antar anggota keluarga)
k. Perkosaan (hubungan pria wanita, namun berdasarkan paksaan)
l. Nekrofilia (Menyukai mayat sebagai objek seks)
m. Zoophilia (Menyalurkan hasrat seksualnya dengan binatang)
n. Menyukai benda-benda sebagai objek seks (menikah dengan tembok)

H. Agama dan Kesehatan Mental


1. Manusia dan Agama
Psikologi agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian
khusus para ahli pskologi terhadap peran agama dalam kehidupan dan
kejiwaan manusia. Pendapat yang paling ekstrem pun tentang hal itu
masih menunjukkan batapa agama sudah dinilai sebagai bagian dari
kehidupan pribadi manusia yang erat kaitannya dengan gejala-gejala
psikologis. Dalam beberapa bukunya Sigmun Freud yang dikenal
sebagai pengembang psikoanalisis mencoba mengungkapkan hal itu.
Agama menurut Freud tampak pada prilaku manusia sebagai sebagai
simbolisasi dari kebencian terhadap ayah yang direfleksi dalam bentuk
rasa takut kepada Tuhan.
Secara psikologis, agama adalah ilusi manusia. Manusia lari kepada
agama karena rasa ketidak berdayaan menghadapi bencana. Dengan
demikian, segala bentuk prilaku keagamaan merupakan prilaku manusia
yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar bahaya dan dapat
memberikan rasa aman. Untuk keperluan itu manusia menciptakan
Tuhan dalam pemikirannya.
Kegiatan keagamaan menjadi faktor penguat sebagai prilaku yang
meredakan ketegangan. Lembaga-lembaga termasuk lembaga
keagamaan, bertugas menjaga dan mempertahankan perilaku atau
kebiasaan masyarakat. Manusia menanggapi tuntutan yang terkandung
dalam lembaga itu dan ikut melestarikan lewat cara mengikuti aturan-
aturan yang telah baku.
Prilaku keagamaan menurut pandangan Behaviorisme erat kaitannya
dengan prinsip reinforcement (reward and punishment). Manusia
berprilaku agama karena didorong oleh rangsangan hukuman dan
hadiah. (pahala). Manusia hanyalah sebuah robot yang bergerak secara
mekanis menurut pemberian hukuman dan hadiah.

2. Agama dan Kesehatan Mental


Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama mungkin karena faktor
tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan
masing-masing. Namun untuk menutupi atau meniadakan sama sekali
dorongan dan rasa keagamaan kelihatannya sulit dilakukan, hal ini Karena
manusia ternyata memiliki batin yang cenderung mendorongnya untuk
tunduk kepada Zat yang gaib, ketundukan ini merupakan bagian dari
intern manusia dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (Self)
ataupun hati nurani (conscience of man).
Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam
hatinya selalu merasa tenang, aman dan tenteram. Menurut H.C.
Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan
serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan psikologi, kedokteran,
psikiatri, biologi, sosiologi, dan agama.
Beberapa temuan dibidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang
membuktikan adanya hubungan jiwa (psyche) dan badan (soma). Orang
yang merasa takut, langsung kehilangan nafsu makan, atau buang-buang
air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut seseorang terasa menjadi
kembung. Dibidang kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan
antaralain dengan menggunakan bahan-bahan kimia tablet, cairan suntik
atau obat minum), electro-therapia (sorot sinar, getaran, arus listrik),
(pijat), dan lainnya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional seperti
tusuk jarum (accupunctuur), mandi uap, hingga ke cara pengobatan
perdukunan.
Sejumlah kasus menunjukkan adanya hubungan antara keyakinan
dengan kesehatan jiwa atau mental tampaknya sudah disadari para ilmuan
beberapa abad yang lalu. Misalnya, pernyataan Carel Gustay Jung
diantara pasien saya setengah baya, tidak seorang pun yang penyebab
penyakit kejiwaannya tidak dilatarbelakangi oleh aspek agama.
Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya
dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa,
terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap kekuasaan Tuhan.
Sikap pasrah yang serupa itu diduga akan sikap optimis pada diri
seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa
sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain,
kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai
dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.
BAB III

PENUTUP

Seseorang dikatakan memiliki mental yang sehat, bila ia terhindar dari


gejala penyakit jiwa dan memanfatkan potensi yang dimilikinya untuk
menyelaraskan fungsi jiwa dalam dirinya. Golongan yang kurang sehat
mentalnya. Golongan yang kurang sehat adalah orang yang merasa terganggu
ketentraman hatinya. Adanya abnormalitas mental ini biasanya disebabkan karena
ketidakmampuan individu dalam menghadapi kenyataan hidup, sehingga muncul
konflik mental pada dirinya . Gejala-gejala umum yang kurang sehat mentalnya

Keharmonisan antara fungsi jiwa dan tindakan dapat dicapai antara lain
dengan menjalankan ajaran agama dan berusaha menerapkan norma-norma
sosial, hukum, dan moral. Dengan demikian akan tercipta ketenangan batin yang
menyebabkan timbulnya kebahagiaan di dalam dirinya. Definisi ini menunjukkan
bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti fikiran, perasaan, sikap, pandangan dan
keyakinan, harus saling menunjang dan bekerja sama sehingga menciptakan
keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu- ragu dan bimbang,
serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin.
DAFTAR PUSTAKA

Moeljono Notosoedirjo, Latipun, Kesehatan Mental, Universitas Muhammadiyah


Malang, 2010.
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, PT. Bulan Bintang,
Bandung, 20006, cet ke-7.

Anda mungkin juga menyukai