BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keluarga merupakan suatu kumpulan yang memiliki hubungan darah, ikatan perkawinan,dan
adopsi serta tinggal dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lain dan saling
ketergantungan. Dalam keluarga biasanya terdiri dari orang tua yaitu ayah dan ibunya, serta
anak-anaknya, dan masing-masing individu memiliki perannya masing-masing.
Tantangan utama bagi keluarga dengan anak remaja meliputi perubahan perkembangan yang
dialami oleh remaja dalam batasan perubahan kognitif, pembentukan identitas, dan pembentukan
biologis, serta konflik-konflik dan krisis yang didasarkan perkembangan. Ada tiga aspek proses
perkembangan remaja yang menyita banyak perhatian, yakni emasipasi (otonomi yang
meningkat), budaya orang muda (perkembangan hubungan teman sebaya), kesenjangan antara
generasi (perbedaan nilai-nilai dan norma-norma antara orang tua dan remaja).
Banyak masalah yang sering timbul pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja
karena pada tahap ini, anak berusaha mencari identitas diri, sehingga mereka sering membantah
orang tuanya, karena mulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang
berbeda dengan orang tuanya. Orang yang dianggap penting pada usia ini adalah teman sebaya,
mereka berusaha untuk mengikuti pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki
kesamaan dengan dirinya, sehingga pada usia ini sering terlibat dalam geng-geng. Masalah lain
yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi
(seksual). Mereka memiliki dorongan untuk pemuasan seksual. Oleh karena itu, para remaja
mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno.
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja
adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan
kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul
bisa teratasi.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja dan
asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dasar keluarga dengan tahap
perkembangan usia remaja
b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada keluarga dengan
tahap perkembangan usia remaja
c. Metode penulisan
Dalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi
kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
d. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar keluarga dengan tahap perkembangan usia
remaja
BAB III : asuhan keperawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan usia remaja
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu-individu yang
ada didalamnya dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan
dan hubungan untuk mencapai tujuan umum ( Duval 1972, dalam Ali 1999, hal. 4 ).
Keluarga adalah dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (
Departemen Kesehatan RI 1988, dalam Ali 1999, hal. 5 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah perkawinan dan
adopsi dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam peran dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya ( Bailon dan Magloya 1989, dalam Ali 1999,
hal. 5 ).
2. Tipe Keluarga
a. Menurut Friedman (1986, dalam Ali, 1999, hal.8 ) terdapat delapan tipe keluarga :
1) Nuclear family
Suatu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan
tinggal dalam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
yakni satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
dan saling menunjang satu sama lainnya.
Yakni satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-
anak yang masih bergantung padanya.
4) Nuclear dyatd
Yakni keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang
sama.
5) Reconti tuened atau blended family
Yakni suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan yang masing-masing pernah
menikah dan masing-masing membawa anak hasil perkawinan terdahulu.
Yakni keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam
satu rumah.
Yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
Yakni keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.
Tipe keluarga :
Adalah keluarga yang menikah sebagai orang tua, atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari
suami, istri, dan anak (anak kandung, anak adopsi).
3) Keluarga besar
Adalah keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim terjadi
anggota keluarga, orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti, sanak keluarga, kakak, nenek,
tante, paman dan sepupu
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan meliputi (Suprajitno 2004, hal 17 ) :
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan,
segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya
dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adaanya perubahan
keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan keehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang
dilingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan diinstitusi pelayanan
kesehatan atau dirumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
4. Fungsi Keluarga
Friedman (dalam Ali, 1999, hal.14) mengemukakan ada 5 fungsi keluarga yaitu:
a. Fungsi afektif
Yaitu yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga
mengembangkan gambaran dirinya yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh
rasa kasih sayang.
b. Fungsi sosialisasi
Yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dimulai individu yang menghasilkan interaksi
sosial dan melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi dimana anggota keluarga belajar
disiplin, norma budaya, perilaku, melalui interaksi dalam keluarga selanjutnya individu maupun
berperan didalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Yaitu fungsi memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai
unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Pendidik
2. Koordinator
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan keluarga dengan menggunakan
metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang teratur untuk mengidentifikasi
dan melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga
mau meminta nasehat kepada perawat, hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik ,
kemampuan perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara terbuka dapat
dipercaya
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan anggota tim kesehatan lain
untuk mencapai kesehatan keluarga yang optimal.
7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial ekonomi, sehingga
perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana
sehat
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secar dini di masyrakat sehingga menghindari dari
ledakan kasus atau wabah
9. Modifikasi lingkungan
Mampu mmemodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun masyarakat agar tercipta
lingkungan sehat.
B. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja
1. Pengertian
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga
dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat
jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal dirumah
hingga berumur 19 atau 20 tahun ( Friedman, 1998, hal. 124).
Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun.
Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai
menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan
ini seringkali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja, apabila hal ini
tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. ( diadaptasi dari Duval, dalam
Setiawati & Dermawan, 2008, hal. 20).
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada
usia 19 sampai 20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar
untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa ( Mubarak, 2009, hal. 89 ).
Berlangsung di usia 13-19 tahun (selama 6-7 tahun). Metamorfosis: pergeseran yang luar biasa
pada pola-pola hubungan antar generasi, pergeseran dimulai dengan kematangan fisik remaja,
sejalan dengan peran orangtua memasuki pertengahan hidup (Preto, 1988, dalam
perawatindonesia.org, 2010).
Tidak perlu dikatakan bahwa orang tua mengasuh remaja merupakan tugas paling sulit saat
ini. Namun demikian, orang tua perlu tetap tegar menghadapi ujian batas-batas yang tidak
masuk akal tersebut, yang telah terbentuk dalam keluarga ketika keluarga mengalami
proses melepaskan. Duvall (1977) juga mengidentifikasi tugas-tugas perkembangan yang
penting karena masa ini yang menyelaraskan kebebasan dengan bertanggung jawab ketika
remaja menjadi matang dan mengatur diri mereka sendiri. Friedman (1957) juga mendefinisikan
bahwa tugas orang tua selama tahap ini adalah belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan
anak ( Friedman, 1988, hal. 125 )
Ketika orang tua menerima remaja apa adanya, dengan segala kelemahan dan kelebihan mereka,
dan ketika mereka menerima sejumlah peran mereka pada tahap perkembangan ini tanpa konflik
atau sensitivitas yang tidak pantas, mereka membentuk pola untuk semacam menerima diri yang
sama. Hubungan antara orang tua dan remaja seharusnya lebih mulus bila orang tua merasa
produktif, puas, dan dapat mengendalikan kehidupan mereka sendiri ( Kidwell et al, 1983) dan
orang tua/keluarga berfungsi secara fleksibel (Preto, 1988, dalam Friedman, 1988, hal. 125 ).
Schultz (1972) dan lain-lain telah mengungkapkan pandangan mereka bahwa kompleksitas
kehidupan mereka yang meningkat telah membuat peran orang tua tidak jelas. Orang tua merasa
berkompetensi dengan berbagai kekuatan sosial dan institusi mulai dari otoritas sekolah dan
konselor hingga keluarga berencana dan seks pra nikah dan pilihan kumpul kebo. Faktor-faktor
lain menambah pengaruh mereka yang semakin berkurang tersebut. Karena adanya spesialisasi
jabatan profesi, orang tua tidak lagi bisa membantu anak-anak mereka dengan rencana-rencana
untuk bekerja. Mobilitas penduduk dan kurangnya hubungan orang dewasa yang kontinu bagi
remaja dan orang tua, selain ketidakmampuan banyak orang tua untuk mendiskusikan masalah-
maslah pribadi, seks, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan obat-obatan secara terbuka
dan tidak menghakimi bersama anak-anak mereka memberikan kontribusi pada masalah-masalah
orang tua-remaja ( Friedman, 1988, hal. 125 ).
Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan
mereka dengan remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang
dibentuk sebelumnya kearah suatu hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam
hubungan anak dan orang tua ini salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik
sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga,
khususnya orang tua, harus membuat perubahan sistem utama yaitu, membentuk peran-peran
dan norma-norma baru dan membiarkan remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas
perubahan yang diperlukan ini secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan
anggotanya adalah sistem yang akan bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif
pada generasi-generasi berikutnya ( Friedman, 1998, hal. 126).
Orang tua yang dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, tidak membiarkan
anak-anaknya, seringkali menemukan revolusi. Oleh remaja bila perpisahan berlangsung
kemudian. Orang tua dapat juga mempercayai anak agar mandiri secara prematur, dengan
menyampaikan kebutuhan-kebutuhan ketergantungannya. Dalam hal ini remaja ini dapat gagal
mencapai kemandirian (Wright an Leahey, 1984, dalam Friedman, 1998, hal. 126).
Menyangkut tiga tahap terakhir, hubungan perkawinan juga merupakan pusat perhatian. Tugas
perkembangan keluarga yang kedua bagi pasangan suami istri adalah memfokuskan kembali
hubungan perkawinan (Willson, 1988). Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu
terikat dengan berbagai tanggung jawab sebagai orang tua sehingga perkawinan tidak lagi
memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka. suami biasanya menghabiskan banyak
waktu diluar rumah, karena bekerja dan melanjutkan karirnya, sementara itu, istrinya juga
bekerja sementara mencoba meneruskan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga dan tanggung jawab
sebagai orang tua. Dalam situasi seperti ini, hanya tersisa sedikit waktu dan energy untuk
hubungan perkawinan ( Friedman, 1998, hal. 126).
Akan tetapi disisi lain, karena anak-anak lebih bertanggung jawab terhadap mereka sendiri,
pasangan suami istri meninggalkan rumah untuk meniti karir mereka atau dapat menciptakan
kesenangan-kesenangan perkawinan setelah anaknya telah meninggalkan rumah (postparental).
Mereka dapat mulai membangun pondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya (
Friedman, 1998, hal. 126).
Tugas perkembangan keluarga yang ketiga yang mendesak adalah untuk para anggota keluarga,
khususnya orang tua dan remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka. Karena adanya
kesenjangan antara generasi, komunikasi terbuka seringkali hanya merupakan suatu cita-cita,
bukan suatu realita. Orang tua yang berasal dari keluarga dengan berbagai masalah terbukti
seringkali menolak dan memisahkan diri dari anak mereka paling tua, sehingga mengurangi
saluran-saluran komunikasi terbuka yang mungkin telah ada sebelumnya ( Friedman, 1998, hal.
126).
4. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran
dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang
merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-
tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama
masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri
sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi,
mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa
remaja. Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan
tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan
pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik
juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun
semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang
namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika, padahal
sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya
tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami
kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti
orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat
bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya,
karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda
dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga
belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah
teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena
dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-
geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan
mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan
bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan
ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual.
Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan
mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak
persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual,
tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat
dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan
dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini
sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-
sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi, cara yang tepat
dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya, sehingga
mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.
Masalah-masalah kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan tetap
menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan
keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko
penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang
dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan
pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan
patah tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi (Friedman, 1998, hal. 127).
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan untuk
memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua. Konseling
langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber dalam komunitas untuk
konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan pelayanan lainnya mungkin
diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga diindikasikan (Friedman, 1998, hal. 127).
5. Peran Perawat
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan
penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-
obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya ( Mubarak,
2009, hal. 90 ).
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap keluarga
dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal. 52):
c. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama orang tua
C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Secara
Teoritis
1. Pengkajian
Tahap pertama pada asuhan keperawatan keluarga, yaitu perawat melakukan pengkajian dengan
menggunakan formulir yang dapat digunakan pada semua tahap perkembangan keluarga (
Suprajitno, 2004, hal. 37 ).
Menurut Suprajitno ( 2004, hal. 38 ) meskipun demikian perawat perlu melakukan pengkajian
fokus pada tiap perkembangan yang didasarkan oleh:
a. Dalam tiap tahap perkembangan keluarga, karakteristik keluarga akan berbeda karena adda
perubahan anggota keluarga ( dapat bertambah atau berkurang )
b. Pada tiap tahap perkembangan, keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang
harus dilakukan.
Pengkajian data fokus keluarga dengan anak usia remaja dalam Suprajitno ( 2004, hal. 37 )
meliputi:
d. Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau
bermain
g. Apa kegiatan diluar rumah selain disekolah, berapa kali, berapa lama, dan dimana
2. Diagnosa
Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan perawat sebagai berikut (Suprajitno,
2004, Hal. 42-47) :
a. Pengelompokan Data
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sintesis pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif setiap kelompok
diagnosis keperawatan.
Perumusan diagnosis keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga.
Kompenen diagnosis keperawatan meliputi masalah ( problem ), penyebab ( etiologi ), dan atau
tanda ( sign ).
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menggunakan aturan yang sudah disepakati, terdiri
dari:
2) Penyebab ( etiologi, E ) adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan
mengacu kepada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,
merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
3) Tanda ( sign, S ) adalah sekumpulan data objektif dan data subjektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
1) Diagnosis aktual
Diagnosis aktual yaitu masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat
2) Diagnosis resiko
Diagnosis resiko yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat
3) Diagnosis potensial
Diagnosis potensial yaitu suatu keadaaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan.
Defisit pengetahuan
Ketidakberdayaan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis keperawatan lebih dari satu.
Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya ( 1978 ).
Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
Skor tertinggi
Jumlah skor untuk semua kreteria ( skor maksimum sama dengan jumlah bobot, yaitu 5 )
Penentuan prioritas sesuai dengan kreteria skala:
Untuk kreteria pertama, prioritas utama diberika pada tidak atau kurang sehat karena perlu
tindakan segera dan biasanya didasari oleh keluaraga
- Pengetahuan yang ada sekarang, tekhnologi, dan tindakan untuk menangani masalah
- Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
- Adanya kelompok yang berisiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.
Untuk kreteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan disusun
berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan
juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
Perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah
yang dilengkapi dengan kreteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kreteria dan standar ( Suprajitno,
2004, hal. 49 ).
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan ( Suprajitno, 2004, hal. 50 ) :
a. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu yang sesuai
dengan kondisi klien
b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi dengan pancaindra
perawat yang objektif
c. Rencana tindakan disesuaikan dengan sunber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga
dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi
Rencana tindakan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarganya
(Calgary,1994) sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi keebutuhan kesehatan
anggota kelurganya dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana intervensi,
sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga memiliki tanggung jawab
akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri, dan merupakan cara untuk menghormati dan
menghargai keluarga (Carey, 1989). Efektivitas yang akan diperoleh perawat, yaitu ada efek
positif terhadap interaksi dengan keluarga, keluarga tidak menentang karena telah dilibatkan
sebelumnya, dan keluarga cendrung bertanggung jawab ( Suprajitno, 2004, hal.24 ).
BAB III
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SLTP
Perkerjaan : Swasta
No. Telpon :-
2. KOMPOSISI KELUARGA
: Perempuan
: Laki-laki
: klien
.. : Serumah
4. TYPE KELUARGA
a. Jenis Type Keluarga : Tipe Tradisional; Nuclear family/Keluarga inti, dimana terdiri dari
Kepala keluarga, ibu dan anak.
b. Masalah Yang terjadi dg type tersebut : Tidak terjadi masalah pada keluarga Tn. S dengan
tipe keluarga ini.
5. SUKU BANGSA
c. Upaya lain
- Motor 2 buah
- Kulkas
Rp 1.500.000,00/bulan
Setiap hari libur keluarga biasanya keluarga jalan-jalan ke pantai atau tempat lain bersama-sama,
dan menonton TV di rumah di waktu senggang.
Keluarga belum memberikan kebebasan secara penuh dan bertanggung jawab kepada anak
remajanya, keluarga belum membangun dengan efektif komunikasi terbuka antara orang tua dan
anaknya, serta keluarga belum melakukan secara penuh perubahan sistemperan dan peraturan
untung tumbuh kembang keluarga.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Keluarga mengatakan saat ini setiap anggota keluarganya dalam keadaan sehat-sehat saja. Hanya
ada beberapa anggota keluarga yang sering terkena sakit seperti Tn. S yang menderita
Hipertensi.
Keluarga mengatakan penyakit keturunan yang ada pada anggota keluarganya yaitu Tekanan
darah tinggi / Hipertensi yang dimiliki oleh Tn. S dari keluarga sebelumnya.
2 Ny. L 58 kg 38 - - -
3 An. Y 47 kg 16 Lengkap - -
4 An. 35 kg 12 Lengkap - -
Keluarga mengatakan pada keluarga sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan yang serius
baik dari pihak Suami maupun Istri. Hanya pada pihak keluarga Tn. S yang mempunyai riwayat
penyakit hipertensi.
B PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a. Luas rumah
8 X 12 meter persegi
b. Type rumah
Rumah Konvensional
c. Kepemilikan
Milik Sendiri
Terdapat 3 buah kamar tidur, 1 ruangan tamu, 1 ruangan keluarga, 1 ruangan dapur, dan 1
ruangan dapur.
e. Ventilasi/jendela
f. Pemanfaatan ruangan
Ruang tengah/ keluarga digunakan keluarga untuk bersantai dan menonton TV,
g. Septic tank : Ada, letak dibelakang rumah berjarak 1 meter dari rumah
h. Sumber air minum : air leiding, air hujan, atau air galon.
j. Sampah limbah RT : Sampah dibakar dibelakang rumah, jaraknya sekitar 6 meter dari
rumah.
c. Budaya : Budaya yang berada di sekitar lingkungan keluarga Tn. S rata-rata merupakan
budaya melayu.
3. Mobilitas geografis keluarga : Sejak pertama kali menikah sudah tidak tinggal dengan
orang tua baik sebelah laki-laki maupun perempuan, dan sudah menetap dipurun. Dan selama ini
belum pernah berpindah rumah.
Keluarga biasa berkumpul di waktu senggang, dan interaksi dimasyarakat dilakukan setiap hari
karena Tn. S membuka Toko sembako untuk masyarakat disekitarnya.
C STRUKTUR KELUARGA
2. Struktur kekuatan keluarga : Kekuatan keluarga dipegang oleh Kepala keluarga. Keputusan
yang diambil dalam keluarga dipegang oleh Tn. S.
Model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan keluarga dalam membuat keputusan
menggunakan musyawarah dan kadang-kadang langsung diambil keputusan oleh kepala
keluarga.
Tn S : Sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga dan bekerja
untuk menafkahi setiap anggota keluarganya.
Ny L : berperan sebagai ibu rumah tangga didalam rumah, serta membantu kepala keluarga
dalam bekerja.
An. Y : Sebagai anak pertama, sekarang sedang Sekolah dibangku kelas 2 SMA.
An. M : sebagai anak yang kedua atau bungsu, sekarang sedang sekolah dibangku kelas 6 SD.
D FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga merasakan perasaan saling memiliki setiap anggota keluarga, serta berusaha
mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina hubungan rumah tangga.
Interaksi dalam keluarga cukup baik, walaupun An. Y tidak terlalu sering berinteraksi dengan
anggota keluarga lainnya karena sering berada diluar rumah.
Disini keluarga sudah mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada salah satu anggota
keluarga. Keluarga sudah mengambil keputusan dalam masalah kesehatan yang terjadi pada Tn.
S dengan pergi ke puskesmas atau mantri untuk mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga
kurang memperhatikan dalam merawat anggota keluarga yang sakit, apalagi selama anggota
keluarga yang sakit tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya. Keluarga sudah baik dalam
memilihara lingkungan rumah baik didalam rumah itu sendiri, maupun disekitar lingkungan luar
rumah. Dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan keluarga lebih memilih pergi ke
mantri swasta, meskipun sudah memiliki kartu Jaminan pelayanan kesehatan. Karena di
puskesmas pelayanan serta hasil pengobatan yang diberikan kurang terasa memuaskan oleh
keluarga.
4. Fungsi reproduksi
a. Perencanaan jumlah anak
5. Fungsi ekonomi
Keluarga merasa kecewa dengan prestasi anak An. Y yang akhir-akhir ini menurun dari
sebelumnya.
Keluarga berharap anaknya yang pertama prestasinya kembali meningkat. Dan keluarga
menganggap sudah terbiasa dengan penyakit hipertensi yang dialami Tn. S karena merupakan
penyakit keturunan.
4. Strategi koping
Tn. S menganggap penyakit hipertensi yang dideritanya adalah penyakit biasa, karena
merupakan keturunan.
Pemenuhan gizi : Pemenuhan gizi keluarga dilakukan oleh Ny. L dengan menyediakan
pemenuhan kebutuhan makan 3 kali sehari.
Upaya lain : Tidak ada upaya lain yang dilakukan.
G HARAPAN KELUARGA
Keluarga mengatakan harapan agar setiap anggota keluarganya selalu sehat dan tidak pernah
menderita sakit yang parah.
Keluarga berharap pelayanan kesehatan Puskesmas yang ada didaerahnya agar kualitasnya lebih
baik dari sekarang, dan dalam penggunaan pengobatan dengan menggunakan Jamkesmas agar
lebih dimudahkan.
H PEMERIKSAAN FISIK
2 Keluhan yang - - - -
dirasakan
Perkusi :
batas jantung interkosta ke 2-5 strenum
kiri, interkosta 2-3 sternum kanan
7 Sistem Respirasi - - - -
8 System GI Tract - - - -
9 System Persyarafan - - - -
10 System - - - -
Muskulokeletal
11 Sistem Genetalia - - - -
I TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
1 KURANG/TIDAK SEHAT
2 ANCAMAN
3 DIFISIT
NO KRITERIA PENGKAJIAN
K DAFTAR MASALAH
1. Ds : Ketidakmampuan Ketidakefektifan
Keluarga dalam merawat Manajemen Regimen
-Keluarga mengatakan anggota keluarga yang Terapeutik Keluarga
didalam keluarganya sakit
ada yang memilki Pada Keluarga Tn.S
riwayat penyakit
keturunan berupa
hipertensi
-Keluarga mengatakan
bahwa Tn. S sering
mengalami hipertensi
dan apabila gejalanya
berat dibawa ke tenaga
kesehatan.
Do:
-Penyakit Hipertensi
Tn. S sering kambuh
karena keluarga hanya
melakukan perawatan
kesehatan pada saat Tn.
S sakitnya mengganggu
aktivitasnya.
TD= 135/90
mmhg
S=36,5
RR=21
N=95
2. Ds : Kesiapan Meningkatkan
Proses Keluarga
- Kekuatan keluarga
dipegang oleh Kepala Pada keluarga Tn. S
keluarga. Keputusan
yang diambil dalam
keluarga dipegang oleh
Tn. S.
Do:
- Interaksi dalam
keluarga cukup baik,
walaupun An. Y tidak
terlalu sering
berinteraksi dengan
anggota keluarga
lainnya karena sering
berada diluar rumah.
- Anggota Keluarga
yang dominan dalam
pengambilan keputusan
adalah Tn. S
3. Ds: Ketidakmampuan Defisiensi Pengetahuan
keluarga dalam tentang tugas
- Keluarga tidak mengenal masalah perkembangan keluarga
mengetahui secara pasti serta pertumbuhan dan
mengenai kegiatan anak perkembangan remaja
remajanya.
Pada Keluarga Tn.S
- Keluarga merasa
kecewa dengan prestasi
anak An. Y yang akhir-
akhir ini menurun dari
sebelumnya.
- Pemenuhan gizi
keluarga dilakukan oleh
Ny. L dengan
menyediakan
pemenuhan kebutuhan
makan 3 kali sehari.
Tidak ada upaya lain
yang dilakukan.
Do:
- keluarga belum
mengetahui secara baik
mengenai pertumbuhan
dan perkembangan
pada anak remaja
- Interaksi dalam
keluarga cukup baik,
walaupun An. Y tidak
terlalu sering
berinteraksi dengan
anggota keluarga
lainnya karena sering
berada diluar rumah.
L SKORING
3. Defisiensi Pengetahuan
KRITERIA SKOR Hasil Pembenaran
0
M RENCANA TINDAKAN
-untuk
mengetahui
seberapa jauh
pengetahuan
keluarga setelah
- dilakukan penkes
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat anak beranjak usia menjadi tigabelas tahun, maka disinilah dimulainya perkembangan
keluarga pada tahap yang ke-lima, yaitu tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja.
Pada tahap perkembangan ini, keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang harus
dikerjakan, dan apabila beberapa tugas perkembangan keluarga ini tidak diselesaikan maka tentu
saja akan mengakibatkan terganggunya perkembangan keluarga pada tahap ini, baik untuk
keluarga secara utuh maupun kepada setiap-setiap individu di keluarga, terutama pada anak
remajanya. Adapun tugas perkembangan tersebut meliputi; memberikan kebebasan tanggung
jawab yang seimbang kepada remaja, mempertahankan komunikasi terbuka didalam keluarga,
membina hubungan intim, serta melakukan perubahan proses peran didalam keluarga terkait
dengan perkembangan keluarga pada saat ini.
Dari asuhan keperawatan kasus yang kami lakukan pengkajian, disini kami menemukan
beberapa data maupun masalah yang berhubungan dengan perkembangan keluarga dengan anak
usia remaja, seperti disini kami menemukan bahwa orangtua masih memakai pengambilan
keputusan sepihak tanpa mengajak anak remajanya untuk mendiskusikan apa yang ada
dipikirannya. Disini juga tampak bahwa keluarga belum mengetahui mengenai tugas dan
perkembangan keluarga yang pada saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga denagan
anak usia remaja. Pada keluarga ini juga ditemukan penyakit yang berkaitan dengan masalah
kesehatan didalam keluarga pada tahap perkembangan anak usia remaja serta tugas dan peran
perawat didalamnya. Dari sini kami mencoba untuk menyusun diagnosis keperawatan yang tepat
serta merencanakan intervensi yang akan dilakukan nanti untuk mengatasi masalah yang terjadi
serta meningkatkan keluarga dalam menyelesaikan tugas dan tahap perkembangan keluarga saat
ini.
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan pencegahan
penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut, penyuluhan tentang obat-
obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu
terciptanya komunikasi yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya.
B. Saran
1. Keluarga
Kepada setiap keluarga diharapkan untuk mengetahui dan memahami tahap perkembangan
keluarga dengan anak usia remaja, memahami tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini, permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi pada tahap ini, peran dan tanggung jawab
orang tua, dan dapat memenuhi lima tugas perawatan keluarganya. Serta dapat menyelesaikan
dan mencapai tujuan tahap perkembnagan keluarga dengan anak usia remaja.
2. Perawat
Untuk perawat diharapkan dapat memahami dan mengerti tentang konsep dan asuhan
keperawatan keluarga dengan anak remaja agar dapat menerapkan dan memberikan pelayanan
yang efektif kepada anak dan keluarga yang mungkin mengalami masalah yang ditimbulkan
olehkebutuhan akan tugas dan perkembangan keluarga dengan anak usia remaja ini.
3. Puskesmas
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang paling sering dijadikan tempat
oleh masyarakat khususnya keluarga dalam membawa anggota keluarganya yang sakit,
diharapkan untuk lebih memahami dan memandang setiap individu adalah bagian dari keluarga
yang mempunyai tahap perkembangan keluarga tersendiri. Dan dapat lebih ditekankan dalam
pemberian pelayanan dan pendidikan kesehatan dirumah, karena dirumah ada keluarga dimana
tempat individu berada paling sering, sehingga pemberian pelayanan kesehatan akan menjadi
lebih baik dan efektif
DAFTAR PUSTAKA