Anda di halaman 1dari 3

Assalamualaikum wr.

wb
Salam sejahtera bagi kita semua
Om swastiastu
Yang terhomat Direktur Akper RS. Dustira
Yang saya hormati
Ketua BKKBN Kota Cimahi atau yang mewakili
Ketua Pikma Kota Cimahi
Duta Mahasiswa tingkat Kota Cimahi
Ketua Pikma Korsa Akper Dustira Cimahi
Duta Mahasiswa Akper RS. Dustira
seluruh rekan-rekan mahasiswa yang saya cintai dan saya banggakan

Sebelumnya, marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan kepada kita sehingga dapat berkumpul di tempat ini untuk mengikuti
acara dalam rangka talk show dan launching organisasi PIKMA Korsa Akper RS. Dustira.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW, kepada para sahabatnya, keluarganya, dan kepada kita selaku umatnya. Para hadirin
yang saya hormati, ijinkan saya untuk menyampaikan amanat dalam rangka talk show dan
launching organisasi PIKMA Korsa Akper RS. Dustira.

Indonesia negara tercinta kita ini akan memasuki usia ke 70 tahun terhitung mulai saat di
proklamirkannya kemerdekaan pada tahun 1945. Dilihat dari segi usia Indonesia merupakan
negara yang sudah cukup dewasa dan dinilai sebagai negara yang sudah cukup matang dalam
sebuah sistem kenegaraan. Tentunya dengan usia yang sudah dinilai cukup matang itu
Indonesia memiliki banyak potensi dan permasalahan yang merupakan tantangan sekaligus
hambatan dalam pembangunan negara ini. Salah satu permasalahan yang paling sering kita
dengar adalah masalah kependudukan mulai dari kualitas, kuantitas dan penyebaran
penduduk yang tidak merata ditambah lagi masalah bonus demografi serta ketenagakerjaan
yang selalu menjadi topik pembahasan yang sangat menarik untuk kita bicarakan.

Peribahasa mengatakan bahwa tidak kenal maka tidak sayang peribahasa ini saya
anekdotkan sebagai tidak paham maka tidak tertarik artinya kita harus paham dulu masalah
yang akan kita bahas setelah itu semoga kita merasa tertarik untuk sama-sama menyikapinya.

Hadirin yang berbahagia,

Saya mulai dari pengertian Penduduk, penduduk diartikan dalam dua pengertian yaitu
sebagai orang yang tinggal di daerah tersebut dan sebagai orang yang secara hukum berhak
tinggal di daerah tersebut. Beranjak dari pengertian tersebut harus kita pahami bahwa
penduduk dalam suatu daerah bukan saja penduduk asli dari negara tersebut, tetapi termasuk
pada warga pendatang yang memiliki surat resmi sebagai penduduk pada daerah tersebut.

Bonus Demografi adalah bonus yang dinikmati oleh suatu negara sebagai besarnya proporsi
penduduk produktif yaitu rentang usia 15-64 tahun dalam evolusi kependudukan yang
dialaminya. Sedangkan ketenagakerjaan atau tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri amaupun masyarakat.

Tahun 2015 ini merupakan tahun dimulainya masyarakat ekonomi ASEAN yang
memungkinkan negara Indonesia terbuka terhadap masuknya warga negara Asing untuk
mencari kerja di negara kita. Sebenarnya hal ini tidak akan menjadi masalah yang
membebankan negara Indonesia seandainya saja bonus demografi yang menguntungkan
mampu dimanfaatkan oleh pemerintah. Namun pada kenyataanya bonus demografi ini bisa
terganggu oleh penduduk usia tua apabila penduduk usia tua ini pendapatannya rendah di
masa usia kerja dan tidak mempunyai tabungan sehingga akan menimbulkan ketergantungan
ekonomi yang sangat berat. Selain itu masalah lain yang mengganggu bonus demografi
adalah apabila kulitas penduduk yang termasuk kedalam usia kerja ini dinilai tidak memadai
sehingga produktifitas akan menjadi rendah.

Dalam bidang ketenaga kerjaan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk keempat
terbesar di dunia tentunya memiliki sumber daya manusia atau tenaga kerja yang melimpah
yang dapat disalurkan sebagai modal dasar dalam mempercepat pembangunan. Potensi ini
akan menjadi hambatan ketika jumlah angkatan kerja yang sangat besar ini tidak mampu
diserap semua oleh dunia kerja yang sangat terbatas. Kualitas tenaga kerja yang relatif rendah
pun akan menambah panjang daftar permasalahan tentang tenaga kerja di Indonesia. Negara
kita akan menjadi penonton di negara sendiri apabila tenaga asing sudah memenuhi pasar
kerja di negara kita.

Hadirin yang berbahagia,

Semua yang saya sampaikan tadi harus kita sikapi bersama, kita tidak bisa hanya berpangku
tangan dan hanya berprinsip gimana nanti aja atau rezeki sudah ada yang mengatur putar
balik prinsip itu menjadi nanti gimana ya dan kita harus bisa mengatur rezeki persiapan
nanti. Setidaknya kita mampu berbuat sesuatu meskipun hanya sebatas apa yang kita bisa
dan kita bisa mulai dari hal yang terkecil dan mulai dari diri sendiri.

Sebagai contoh mari kita memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki negara indonesia ini
dengan cara meningkatkan mutu angkatan kerja yang dimulai dari pembinaan kualitas
generasi penerus bangsa yaitu anak-anak. Orang tua harus senantiasa berusaha memberikan
yang terbaik untuk anaknya mulai dari pembinaan baik secara biologis, psikologis, sosiologis
dan spritual sehingga generasi bangsa ini akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan
mampu bersaing dengan dunia luar, generasi ini juga akan menjadi penerang bagi orang
tuanya dan lingkungan sekitarnya. Tentunya bukanlah hal yang mudah bagi orang tua
mempersiapkan anak-anak dengan kualitas yang baik, namun hal ini dapat dipersiapkan
melalui perencanaan yang matang dari segi materil dan moril orang tua. Secara logika apabila
beban orang tua terlalu tinggi untuk membiayai anaknya ini akan menyebabkan keterbatasan
orang tua untuk dapat memaksimalkan kualitas anak tersebut, sehingga dalam berketurunan
pun perlu perencanaan.

Pemerintah melalui program Keluarga Berencana bertujuan untuk membantu menyelesaikan


permasalahan penduduk. Program ini bukan hanya ingin membatasi angka kelahiran tapi
yang paling penting adalah perencanaan guna mempersiapkan generasi penerus dengan
kualitas yang tinggi. Dengan perencanaan dalam memiliki anak diharapkan orang tua dapat
mengatur kebutuhan anaknya, yang paling mudah saja dalam pengaturan kebutuhan
pendidikan.
Hadirin yang berbahagia,

Sebuah cerita yang sangat menggelitik ketika saya melaksanakan Praktek Keperawatan
Komunitas atau lebih di kenal dengan Praktek Kerja Lapangan, ketika saya melakukan
survey pada sebuah keluarga dengan jumlah anak 5 ditambah dengan jarak usia yang sangat
dekat penghasilan keluarga diperoleh dari berjualan mainan yang diproduksinya sendiri.
Saya bertanya Pak kenapa bapak anaknya banyak apa bapak tidak ikut program KB,
Bapak itu menjawab banyak anak banyak rejeki neng (sambil tersenyum) tapi saya juga
bingung neng gimana sekolahnya ya(sambil menggaruk kepala), tidak berhenti samapai situ
saya bertanya kembali kenapa bapak bingung? bapak tersebut menjawab lagi kalo nanti
SD sampe SMP ga bingung, nah kalo SMA sampe Kuliah? Ya paling juga anak bapak mah
udah akh sampe SMP saja nanti lanjutin usaha bapak saja. Yang saya pikirkan adalah bapak
yang punya prinsip tapi bapak juga yang mematahkan prinsip tersebut. Cerita ini semoga
dapat menjadi cermin bagi kita bahwa betapa pentingnya sebuah perencaan dalam sebuah
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai