Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI

UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SYSTEM ABO

Dosen Pengampu: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes

Disusun Oleh :

Nama: Sofyan Dwi Nugroho


NIM : 16708251021
Prodi : Pendidikana IPA

PRODI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017
UJI GOLONGAN DARAH DENGAN SYSTEM ABO

A. TUJUAN
1. Mengetahui cara test golongan darah
2. Mengetahui golongan darah individu
3. Mengetahui waktu koagulasi darah
4. Mengetahui cara pengukuran waktu koagulasi darah

B. DASAR TEORI
1. Definisi Golongan Darah dan Pewarisan
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua
jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A B O
dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46
jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi
darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi
imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
a. Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat
menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
b. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari
orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
c. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan
B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang
dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan
darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan
darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
d. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan
golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan
golongan darah ABO apapun dan disebutdonor universal. Namun, orang dengan
golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia,
meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih
dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah
AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang
paling jarang dijumpai di dunia. Ilmuwan Austria, Karl Landsteiner, memperoleh
penghargaan Nobel dalam bidang Fisiologi danKedokteran pada tahun 1930 untuk
jasanya menemukan cara penggolongan darah ABO. Penyebaran golongan darah A, B, O
dan AB bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran
menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda. Pewarisan
golongan darah kepada anakdapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Pewaris Golongan Darah Kepada Anak
AYAH
IBU
O A B AB
O O O, A O, B A, B
A O, A O, A O, A, B, AB A, B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB

Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan memanfaatkan faktor
Rhesusatau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui
memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki
faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-. Mereka yang
memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah
Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali digabungkan dengan penggolongan ABO.
Golongan darah O+ adalah yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu
golongan A lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan
golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan. Misalnya
donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan produksi antibodi
terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada
perempuan yang pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan.

2. Golongan dan Tipe Darah


Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi
tranfusi darah. Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan antigen
HLA. Antigen adalah zat yang mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak
dengan benda asing. Sistem imun tubuh berespon dengan memproduksi antibody untuk
memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (AB) ini diperlihatkan
dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi dalam serum berespon terhadap antigen
penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-sama dan menjadikan
mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah. Sistem penggolongan darah
didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan kompabilitas darah.
Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO, yang
meliputi golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah didasarkan pada
ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu dengan golongan darah
A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah; individu dengan golongan
darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan golongan darah O tidak mempunyai
kedua antigen tersebut.
Aglutinin, atau antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebutagglutinin
anti A dan agglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami. Individu dengan golongan
darah A memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara alami. Begitu juga
dengan individu dengan golongan darah B, akan memproduksi agglutinin anti A di dalam
plasma secara alami. Individu dengan golongan darah O secara alami memproduksi kedua
aglutinin tersebut, inilah sebabnya individu dengan golongan darah O disebut sebagai
donor universal. Individu golongan AB juga menghasilkan antibodi AB, oleh karena itu
individu dengan golongan AB disebut resipien universal. Bila darah yang ditranfusikan
tidak sesuai, maka akan timbul reaksi tranfusi.
Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah
dengan kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada
individu normal dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi
imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan yang tidak memiliki
antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi Rh lainnya.
Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel darah merah, seperti dalam kasus reaksi
tranfusi hemolitik lambat.
Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor
darah. Pencocok silangan (crossmatching) kemudian menentukan kompatibilitas ABO dan
Rh adalah penting dalam pemberian terapi tranfusi darah.
Sistem HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam
pemberian tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam leukosit,
trombosit dan sel-sel lainnya. Penggolongan dan pencocoksilangan HLA kadang-kadang
diperlukan sebelum tranfusi trombosit diulangi.
3. Macam-macam Komponen Darah
a) Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan
volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500
ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat
menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah
besar.
b) Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena sebagian
plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan selama 2
sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui. Hindari
menggunakan komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi dan obat.
Masa hidup komponen ini 21 hari.

c) Fresh Frozen Plasma (FFP)


Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat kehilangan
darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan darah (factor V,
VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP
mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair.
Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
d) Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander darah dan
pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag. Volume yang
diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk mencampur
albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.

C. ALAT DAN BAHAN


Uji Golongan Darah:
1. Glass obyek
2. Jarum pentul
3. Blood Lancet
4. Zat anti A
5. Zat anti B
6. Darah segar diambil dari ujung jari manis (perifer)
Menetukan Waktu Koagulasi Darah:
1. Glass obyek
2. Jarum pentul
3. Blood lancet
4. Stop watch
5. Tusuk gigi

D. LANGKAH KERJA

Uji Golongan Darah:

1. Mengambil kaca obyek kemudian tetesi dengan satu tetes darah naracoba/praktikan
2. Meneteskan 1 tetes zat anti A dan mengamati jika terjadi aglutinasi
3. Meneteskan 1 tetes zat anti B dan mengamati jika terjadi aglitunasi
4. Menginterpretasikan golongan darah naracoba/praktikan

Anti-A Anti-B
Menentukan Waktu Koagulasi Darah:

1. Meneteskan satu tetes besar darah pada kaca obyek


2. Setiap 30 detik, menusuk darah tersebut dengan menggunakan jarum pentul/jarum
bundel/ tusuk gigi
3. Apabila ada dibrin yang melekat pada jarum tersebut maka berarti sudah terjadi
coagulase
4. Mencatat waktu sebelum terjadinya benang-benang fibrin sebagai waktu coagulasi

E. DATA HASIL PRAKTIKUM


No Nama Anti-A Anti-B Golongan Darah Waktu Koagulasi
(menit)
1 ERW - - O 15
2 LMP - + B 11
3 FER - + B 8
4 WLN - - O 2.5
5 ANS + + AB 5
6 JUM + - A 7.5
7 LWH - + B 3
8 TTN - + B 6
9 EKO - - O 7
10 SDN - - O 8
11 EKA + + AB 9
12 PRM - - O 9.5
13 GWA + - A 12
14 YNK - - O 2.5
15 CLA + - A 2
16 USW - + B 3
F. PEMBAHASAN

Praktikum yang berjudul penentuan golongan darah ini bertujuan untuk mengetahui cara
tes golongan darah, mengetahui golongan darah individu, mengetahui waktu koagulasi darah
dan mengetahui cara pengukuran waktu koagulasi darah. Praktikum kali ini menggunakan
darah segar manusia yang diambil dari sukarelawan kelas, sampel yang telah diambil kemudian
diuji dengan serum A dan serum B yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam pengujian ini
digunakan sampel darah dan diperoleh hasil sebagai berikut.

Sampel darah milik Eka Rahma, Wulan, Eko, Sofyan, Prima dan Yustina yang telah
diketahui bergolongan darah O diuji kembali menggunakan serum A dan B. Hasil yang
diperoleh baik darah yang ditetesi serum A dan serum B tidak mengalami penggumpalan
(larut). Golongan darah O setelah ditetesi dengan serum A maupun serum B tidak terjadi
penggumpalan. Hal ini terjadi karena golongan darah O memiliki zat anti A dan zat anti B
sehingga jika jika diberi serum A(zat anti A) dan serum B(zat anti B) tidak adan terjadi
penggumpalan karena golongan darah O memiliki zat anti keduanya maka akan menolak(tidak
menggumpal) jika bertemu dengan zat anti A maupun B dari serum yang diteteskan.

Sampel darah milik Mitha, Fertina, Lady, Uswatun dan Titin yang telah diketahui
bergolongan darah B diuji kembali menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh darah
yang ditetesi serum A tidak mengalami penggumpalan, namun darah yang ditetesi serum
Bmengalami penggumpalan (larut). Golongan darah B setelah ditetesi dengan serum A tidak
terjadi penggumpalan karena pada golongan darah B hanya memiliki zat anti A namun setelah
ditetesi serum B terjadi pengumpalan karena pada serum B terdapat zat anti B. Penggumpalan
tersebut terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat anti B dari serum B yang telah
diteteskan.

Sampel darah Anis dan Adit yang telah diketahui bergolongan darah AB diuji kembali
menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh baik darah yang ditetesi serum A dan serum
B mengalami penggumpalan (larut). Pada golongan darah AB setelah ditetesi dengan serum A
maupun serum B, darahnya menggumpal. Hal ini terjadi karena golongan darah AB tidak
memiliki zat anti A maupun zat anti B namun memiliki antigen(aglutinogen) yaitu antigen A
dan B. Sehingga ketika ditetesi dengan serum A dan serum B tejadi penggumpalan.

Sampel darah milik Jumriani, Gustin, dan Clara yang telah diketahui bergolongan darah A
diuji kembali menggunakan serum A dan B. Hasil yang diperoleh darah yang ditetesi serum A
mengalami penggumpalan, namun darah yang ditetesi serum B tidak mengalami
penggumpalan (larut). Golongan darah A setelah ditetesi dengan serum B tidak terjadi
penggumpalan karena pada golongan darah A hanya memiliki zat anti B namun setelah ditetesi
serum A terjadi pengumpalan karena pada serum A terdapat zat anti A. Penggumpalan tersebut
terjadi karena zat anti A dari darah bertemu dengan zat anti B dari serum B yang telah
diteteskan.

Berdasarkan penjelasan mengenai penggumpalan darah di atas dapat diketahui


penggolongan darah sistem ABO yaitu terdapat 4 golongan darah yaitu golongan darah A, B,
AB dan O. Golongan darah A memiliki antigen atau aglutinogen A pada sel darahnya dan
memiliki aglutinin anti B atau zat anti B pada plasmanya. Golongan darah B memiliki
aglutinogen B pada sel darahnya dan memiliki aglutinin anti A pada plasmanya. Golongan
darah AB memiliki aglutinogen A dan B namun tidak memiliki aglutinin pada plasmanya.
Sedangkan golongan darah O tidak memiliki aglutinogen pada sel darahnya namun memiliki
aglutinin anti A maupun anti B pada plasmanya.
Penggolongan darah ini sangat penting dalam proses transfusi darah. Transfusi darah
adalah pemberian darah dari seseorang yang disebut donor, kepada orang yang memerlukan
yang disebut resipien. Golongan darah AB tidak memiliki zat anti pada plasmanya sehingga
seseorang dengan golongan darah AB dapat menerima darah dari orang golongan darah ABO
apapun (A, B, AB dan O) dan disebut resipien universal. Namun golongan darah AB tidak
dapat mendonorkan darahnya kecuali pada sesama AB. Sedangkan karena golongan darah O
memiliki zat anti A maupun zat anti B, maka golongan darah O dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah ABO apapun (A, B, AB dan O) dan disebut donor
universal. Namun orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama
golongan darah O.
Pada praktikum, apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang
terdiri atas unsur terbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya
merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin (protein). Apabila pembekuan dicegah
maka perbandingan antara unsur terbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah
merah, dan plasma adalah sekitar 40-50%. Pada laki-laki dewasa perbandingan ini tergantung
pada jenis kelamin dan umur individu. Bagian cairan yang merupakan plasma atau serum
mengandung bermacam-macam zat yang dapat dikategorikan dalam beberapa golongan yaitu
sebagai berikut.
1. Golongan lemak atau lipid (kolesterol, trigliserida)
2. Golongan karbohidrat (glukosa)
3. Golongan protein (albumin, globulin, fibrinogen)
4. Golongan enzim (amilase, transaminase, LDH, CPK)
5. Golongan hormon (insulin, adrenalin, estrogen)
6. Golongan vitamin (vitamin A, vitamin K, vitamin B)
7. Golongan mineral (zat besi, kalium, Natrium, chlorida)
8. Golongan zat warna (bilirubin)
9. Golongan ampas metabolik (urea, kreatinin, asam urat)

Percobaan selanjutnya mengenai waktu koagulasi darah. Berdasarkan praktikum


pembekuan darah yang telah dilakukan, diperoleh hasil waktu beku darah probandus laki-laki
dan perempuan berkisar antara 1-20 menit. Koagulasi pada umumnya berakhir dalam waktu 5
menit, sehingga dapat dinyatakan tidak terserang defisiensi vitamin K, penyebabnya adalah
rendahnya penyerapan lemak dari dalam usus. Koagulasi juga dipengaruhi oleh cara atau teknik
pengambilan darah sehingga di dapat variasi dalam waktu beku darah.
Mekanisme pembekuan darah yaitu pertama, jaringan mengalami cedera, trombosit yang
mengalami lisis kemudian terjadi pelepasan prekursor tromboplastin bereaksi dengan faktor
antihemofilik (plasma) dengan komponen tromboplastin membentuk tromboplastin. Kedua,
Prokonvertin diubah menjadi konvertin oleh ion Ca. Ketiga, protrombin dengan bantuan ion
Ca, konvertin, dan tromboplastin akan diubah menjadi trombin. Keempat, akselerator globulin
plasma in-aktif diaktifkan menjadi akselerator globulin serum aktif oleh trombin. Kelima,
protrombin diubah menjadi trombin. Terakhir, fibrinogen diubah menjadi fibrin dengan
bantuan trombin.Hemoglobin(Hb) terdapat di dalam sel darah merah dan memiliki fungsi
dalam pengangkutan O2. Kadar hemoglobin di dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain umur, pakan, dan kondisi kesehatan ternak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pembekuan darah antara lain sebagai berikut.
1. Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan
diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan
masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia
2. Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah
menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor
X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke
bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia
3. Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang
berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting
dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur
koagulasi ekstrinsik
4. Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah
5. Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang
hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik
koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan protrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah
yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut
juga akselerator globulin
6. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak
lagi dianggap dalam skema hemostasis.
7. Prokonvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan panas dan
berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan
kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor
prokonvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang
berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan.
Disebut juga serum protrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
8. Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan
berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan
faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah
resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan
faktor antihemophilic A.
9. Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif
stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan
Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor
antihemophilic B.
10. Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan
berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka
untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks
dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat
membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat
menyebabkan gangguan koagulasi sistemik, disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk
yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
11. Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur
intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga
kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
12. Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca
atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan
mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan
trombosis.
13. Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin
monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea,
fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini
memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan
protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.

G. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan dan analisis data di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut.
1. Cara mengetahui golongan darah sesorang yaitu dengan melakukan test penggolongan
darah. Test penggolongan darah memerlukan bahan yaitu sampel darah, larutan zat anti
A dan larutan zat anti B serta alat yang dibutuhkan kaca preparat, blood lancet dan
tusuk gigi. Kemudian membuat lingakaran pada kaca preparat untuk penetesan larutan
zat anti A dan zat anti B. Setelah itu sampel darah diteteskan pada masing-masing
lingkaran kemudian ditetesi zat anti-nya dan diratakan menggunakan tusuk gigi.
Terakhir mengamati gumpalan darah tersebut, jika:
a. Zat anti A ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti B tidak ada maka golongan
darah tersebut adalah A.
b. Zat anti B ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti A tidak ada maka golongan
darah tersebut adalah B.
c. Zat anti A ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti A ada titik-titik gumpalan
merah golongan darah tersebut adalah AB.
d. Zat anti A tidak ada titik-titik gumpalan merah dan zat anti B tidak ada maka
golongan darah tersebut adalah O.
2. Cara pengukuran waktu koagulasi darah seseorang yaitu dengan menggunakan sampel
darah seseorang kemudian sampel tersebut diambil menggunakan tusuk gigi setiap
menitnya, jika sudah terbentuk benang benang pada sampel maka darah tersebut
sudah mengalami koagulasi.
3. Dibawah ini merupakan hasil test golongan darah dan waktu koagulasi darah
mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Sains kelas B.
No Nama Golongan Darah Waktu Koagulasi
(menit)
1 ERW O 15
2 LMP B 11
3 FER B 8
4 WLN O 2.5
5 ANS AB 5
6 JUM A 7.5
7 LWH B 3
8 TTN B 6
9 EKO O 7
10 SDN O 8
11 EKA AB 9
12 PRM O 9.5
13 GWA A 12
14 YNK O 2.5
15 CLA A 2
16 USW B 3

H. PERTANYAAN

I. DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F. A and Geoffrei Wilkinson. 1988. Advance Inorganic Chemistry, 5th Edition. New
York: John Wiley and Sons.
Fatimah. 2006. Pengaruh Konsentrasi Agen Pemilar Terhadap Karakter Fisikokimiawi dan
Fotoaktivitas Zro2- Montmorillonit pada Degradasi Fotokatalitik Limbah Cair Industri.
Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Diakses dari http://www.chemistry.org pada
tanggal 17 Maret 2017 pukul 10.52 WIB
Isminingsih Gitopadmojo. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung : ITT
Nurdin, M .2007. Degradasi Fotoelektrokatalik Pada Potassium Hydrogen Phtalate. Jurnal
Teknologi Pengolahan Limbah Vol. 10(2) Diakses dari
http://www.batan.go.id/ptlr/08id/files/u1/jurnal/01002/JL07_M_Nurdin.pdf pada tanggal
17 Maret 2017 pukul 10.52 WIB
Winarti dan Sumartono. 2006. Karakterisasi Katalis TiO2 Dan TiO2/Karbon Aktif Yang
Diimobilisasi pada Pelat Titanium dan Uji Aktivitasnya sebagai Fotokatalisis Jurnal Kimia
Indonesia. BATAN Vol. 1 (2). Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=62971&val=4576 pada tanggal 17
Maret 2017 pukul 10.51 WIB

J. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai