Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

PREPARAT ULAS VAGINA MENCIT

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Djukri, M.S.

Disusun oleh:
Nama : Sofyan Dwi Nugroho
NIM : 16708251021 / Pendidikan Sains B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SAINS


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KEGIATAN 11
PREPARAT ULAS VAGINA MENCIT

A. Tujuan Praktikum:
A.1 Tujuan kegiatan
Menyiapkan preparat ulas (tikus/mencit putih)
A.2 Kompetensi Dasar
a) Terampil membuat preparat ulas
b) Membedakan berbagai fase estrus pada tikus

B. Landasan Teori:
Suklus birahi (estrus) tikus betina timbul setelah mencapai masa pubertas. Siklus
birahi ini akan berulang secara periodik dengan jarak waktu antara 4-6 hari, kecuali bila
tikus tersebut dalam keadaan bunting. Pubertas timbul ketika bobot badannya mencapai
kurang lebih setengah dari bobot badab tikus dewasa, dan keadaan ini dicapai pada umur
50-70 hari. Pada umur 28-29 hari, mulai terjadi pembukaan vagina dan birahi pertama
timbul setelah 1-2 hari dari mulainya pembukaan vagina tersebut.
Tikus termasuk hewan poliestrus, artinya dalam satu tahun terjadi beberapa kali
berahi. Siklus berahi pada tikus diikuti perubahan-perubahan morfologi ovarium, uterus
dan vagina. Selama siklus berahi tersebut, folikel ovarium berada pada berbagai tingkat
formasi. Siklus berahi secara kasar dapat dibagi menjadi 4 fase/periode yaitu proestrus,
estrus, metestrus dan diestrus. Setiap periode siklus berahi dapat diketahui dengan
membuat preparat ulas vagina. Perubahan yang terjadi dari satu periode ke periode yang
lain, dapat dilihat dengan adanya perbedaan jumlah sel leukosit, sel epitel yang mengalami
kornifikasi atau sel epitel yang berinti.
Ovarium tikus pada saat periode proestrus dilihat secara mikroskop, akan terlihat
adanya folikel-folikel yang mengalami pembengkakan preovulasi dan terdapat korpus
luteum yang mengalami involusi. Uterus menjadi sangat kontraktil dan lumennya terisi
cairan. Periode proestrus berlangsung selama 12 jam dan pada periode ini mulai terjadi
penebalan lapisan epitel vagina, dan pada preparat ulas vagina terdapat sel-sel epitel yang
berinti.
Pada gambar mikroskopik ovarium periode estrus, terlihat folikel tersier berisi ovum.
Pada periode estrus perkembangan folikel mendapat pengaruh follicle Stimulating
Hormone (FSH) dari kelenjar hipofisa anterior. Sel-sel teka folikel Graaf mampu
menghasilkan hormon estrogen. Lumen uteru berisi cairan dan uterus mencapai
ketegangan yang maksimal. Periode uterus berlangsung selama 9-15 jam dan menjelang
berakhirnya periode ini atau 8-11 jam setelah mulai estrus terjadi ovulasi. Selanjutnya
folikel-folikel yang telah mengalami ovulasi akan mengalami luteinisasi. Di bawah
pengaruh hormon estrogen, sel-sel mukosa vagina mengalami mitosis. Sel-sel epitel
bertanduk itu kemudian terlepas, masuk ke dalam lumen vagina dan pada preparat ulas
vagina dijumpainya sel-sel tersebut.

Pada periode metestrus, dalam ovarium terdapat korpus luteum dan folikel kecil-kecil.
Ketegangan dan vaskularisasi uterus mulai menurun.mulai terjadi migrasi leukosit ke
dalam lapisan kornifikasi, sehingga pada preparat ulas vagina terlihat ada campuran sel-
sel kornifikasi dengan leukosit. Lamanya periode metestrus adalah selama 10-14 jam.
Pada periode diestrus, korpus luteum mulai mengalami regresi. Pada periode ini uterus
mengecil, anemik dan kontraksinya sangat lemah. Lapisan mukosa vagina menjadi tipis,
terjadi migrasi leukosit ke arah permukaan, dan pada preparat ulas vagina banyak dijumpai
leukosit. Periode diestrus berlangsung selama 60-70 jam.
Hormon Pengendali Siklus Estrus pada Mencit
Regulasi pada siklus estrus melibatkan interaksi resiprokal antara hormon reproduksi
dari hypothalamus, anterior pituitry, dan sel-sel telur. Interaksi antara uterus dengan sel-
sel telur juga penting. PGF2 dari uterus merupakan luteolysin alami yang menyebabkan
regresi corpus luteum dan penghentian produksi progesteron.
Progesteron memiliki peranan dominan dalam meregulasi siklus estrus. Selama fase
diestrus corpus luteum yang bekerja dengan optimal, konsentrasi progesteron yang tinggi
menghambat pelepasan FSH dan LH melalui kontorl umpan balik negatif dari
hypothalamus dan anterior pituitary. Progesteron juga menghambat perilaku estrus.
Diharapkan pada kondisi kehamilan , konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat
pelepasan hormon gonadotropin sebaik menghambat perilaku estrus penigkatan kecil pada
LH yang terjadi selama fase diestrus merupakan faktor untuk mempertahankan fungsi
corpus luteum. Pada pertengahan fase diestrus meningkatkan pertumbuhan folikel dan
estrogen, yang dididahului dengan menigkatnya FSH, yang sebenarnya merupakan
perubahan kecil jika dibandingkan pada perubahan yang terjadi selama fase estrus. Jika
betina tidak mengalami kehamilan selama fase awal estrus, PGF2 akan dilepaskan dari
uterus dan dibawa menuju ovary.
Tabel 1 Data Biologi Tikus
Lama hidup : 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun
Lama produksi ekonomis : 1 tahun
Lama bunting : 20-22 hari
Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 40-60 hari
Umur dikawinkan : 10 minggu (jantan dan betina)
Siklus kelamin : Poliestrus
Siklus estrus (birahi) : 4-5 hari
Lama estrus : 9-20 jam
Perkawinan : Pada saat estrus
Ovulasi : 8-11 jam sesudah estrus, spontan
Fertilisasi : 7-10 jam
Implantasi : 4-6 hari sesudah fertilisasi
Berat dewasa : 300-400 g jantan, 250-300 betina
Berat lahir : 5-6 gram
Jumlah anak : Rata-rata 9, dapat 20
Suhu (rektal) : 36-390C (rata-rata 37,50C)
Pernafasan : 65-115/menit
Denyut nadi : 330-480/menit
Tekanan darah : 90-180 sistol, 60-145 diastole
Volume darah : 57-70 ml/Kg
Sel darah merah : 7,2-9,6 x 106/mm3
Sel darah putih : 5,0-13,0 x 103/mm3
Neutrofil : 9-34 %
Limfosit : 63-84 %
Monosit : 0-5 %
Eosinofil : 0-6 %
PCV : 45-47 %
Trombosit : 150-140 x 103/mm3
Hb : 15-16 g/100 ml
Sumber: Smith dan Mangkoewidjojo (1988) dalam Albertus (2001:26)

C. Metode Praktikum
C.1 Jenis kegiatan : Eksperimen
C.2 Objek pengamatan : Epitel Vagina Tikus Putih
C.3 Bahan dan Alat :
Untuk melakukan kegiatan ini, praktikan menggunakan alat berupa
a) Gelas Objek
b) Kaca penutup
c) Lidi
d) Pipet
e) Jarum preparat
Bahan yang digunakan
a) Epitel Vagina Tikus Putih
b) Metanol
c) Cat Giemsa
d) Larutan garam fisiologis
e) Aquadest
f) Alkohol 70%
g) Kapas

D. Prosedur Percobaan :
a) Menyiapkan tikus putih betina dewasa, lidi sepanjang 5 cm yang dibalut dengan kapas
pada ujungnya, larutan garam fisiologis, serta gelas objek yang bersih.
b) Tikus/mencit dipegang pada tengkuknya dengan tangan kiri (bagian kulit tengkuk
dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk). Kemudian tikus/mencit dengan posisi
telentang, ekornya dipegang/dijepit dengan jari tangan kiri tangan kiri (dijepit antara
jari kelingking dan jari manis).
c) Lidi yang ujungnya telah dibalut dengan kapas dicelupkan dalam larutan garam
fisiologis. Lidi yang dibuat kapas tersebut dengan pelan-pelan dimasukkan ke dalam
vagina tikus/mencit (jangan terlalu dalam), dengan sambil memutar lidi 1-2 kali
putaran
d) Epitel vagina yang telah melekat pada kapas tersebut kemudian dioleskan sampai rata
pada gelas objek yang telah disiapkan.
e) Gelas objek yang telah diolesi sel epitel, kemudian dikeringkan di udara.
f) Setelah kering sel epitel difiksir dengan metanol (dengan cara ditetesi) selama 5
menit
g) Metanol kemudian dibuang dan preparat dikeringkan di udara.
h) Epitel vagina kemudian dicat dengan cat Giemsa (dengan cara ditetesi) selama 15-
30 menit
i) Kelebihan cat Giemsa dibersihkan dengan cara dicuci dengan menggunakan air
mengalir (harus pelan-pelan). Kotoran disekeliling epitel yang dicat dibersihkan.
j) Setelah bersih, preparat dikeringkan di udara dan diamati dengan mikroskop.
k) Hasil: preparat semi permanen, digambar dan diberi keterangan.

E. Hasil Pengamatan :

F. Pembahasan :
Penentuam fase siklus birahi tikus dilakukan dengan mengamati preparat ulas
vagina. Pembuatan preparat ulas vagina dilakukan dengan cara mengulaskan kapas yang
telah dibasahi dengan garam fisiologis ke dalam vagina tikus dan kemudian diulaskan pada
gelas objek. Kemudian dikeringkan pada udara. Preparat kemudian difiksasi dengan
menggunakan metanol selama 5 menit, lalu dicuci dengan air. Setelah itu preparat ulas
diwarnai (pewarna Giemsa) dengan cara ditetesi merata keseluruh epitel dan dibiarkan
selama kurang lebih 30 menit. Kemudian pewarna di buang dan preparat dicuci dengan air
lalu dikeringkan. Selanjutnya objek preparat dilihat dengan menggunakan miskroskop.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa preparat yang dibuat menunjukkan bahwa
reproduksi tikus berada pada fase proestrus. Hal ini dikarenakan oleh pada preparat terlihat
bahwa bentuk sel epitel bulat dan berinti, leukosit tidak ada atau sedikit. Dalam preparat
terlihat bahwa ada sejumlah kecil sel pertandukan. Hal ini mengindikasikan bahwa sikus
birahinya dari proestrus akan menuju ke estrus.
Berikut ini diberikan tabel tipe-tipe sel yang terlihat pada preparat ulas vagina tikus
secara teoritis.
Tabel 2 Tipe-tipe sel yang terlihat pada preparat ulas vagina
Alat
Fase dan Durasi Cairan Vagina Kelamin Gambar dinding vagina
Luar
Tampak sel berinti
bulat, sampai 75
% sel yang
mengalami
pertandukan.
Estrus mulai Vulva
ketika tampak membengk
25% sel yang ak, vagina
Proestrus (12 jam)
mengalami kering
pertandukan

Tampak hanya
sel-sel yang
mengalami
pertandukan, atau Vulva
sel yang membengk
Estrus (12 jam)
mengalami ak, vagina
pertandukan kering
tinggal 25% dan
mulai tampak sel
pavement

Vulva tetap
Tampak hanya sel
membengk
Metestrus (21 pavement, atau sel
ak, vagina
jam) pavement dengan
bersifat
lekosit
seperti keju

Tidak ada
pembengka
Sel epitel dan
Diestrus (57 jam) kan vulva,
lekosit
vagina
lembab
Sumber: modifikasi dari Baker (1979) dalam Albertus (2001:27)
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui fase estrus pada mencit.
Salah satunya dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan
karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini menggunakan sel epitel dan leukosit
sebagai bahan identifikasi. Sel epitel merupakan sel yang terletak di permukan vagina, sehingga
apabila terjadi perubahan kadar estrogen maka sel epitel merupakan sel yang paling awal
terkena akibat dari perubahan tersebut. Leukosit merupakan sel antibodi yang terdapat di seluruh
bagian individu. Leukosit di vagina berfungsi membunuh bakteri dan kuman yang dapat merusak
ovum. Sel epitel berbentuk oval atau polygonal, sedangkan leukosit berbentuk bulat berinti
(Nalbandov, 1990).
Siklus reproduksi yang biasa disebut siklus estrus memiliki 4 tahap yaitu Proestrus, estrus
Metestrus, dan Diestrus. Tahap Proestrus merupakan tahapan awal dimana folikel tumbuh
berkembang dengan stimuli FSH dan menghasilkan hormone estrogen. Terdapat banyak sel epitel
berinti dan beberapa leukosit dan sel epitel terkornifikasi (Xiao, 2014).
Tahap Estrus adalah tahap dimana folikel sudah matang dan siap berovulasi. Tidak
terlihat sel leukosit. Lebih banyak sel epitel yang terkornifikasi dan beberapa sel epitel berinti.
Fase estrus dapat terlihat dari prilaku mencit dan morfologi vagina mencit. Pada saat estrus biasanya
mencit terlihat tidak tenang dan lebih aktif, dengan kata lain mencit berada dalam keadaan mencari
perhatian kepada mencit jantan (Chakraborti, 2013).
Fase estrus merupakan periode ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan
perkawinan, mencit jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Mencit jantan
melakukan semacam panggilan ultrasonik dengan jarak gelombang suara 30 kHz 110 kHz yang
dilakukan sesering mungkin selama masa pedekatan dengan mencit betina, sementara itu mencit
betina menghasilkan semacam pheromon yang dihasilkan oleh kelenjar preputial yang
diekskresikan melalui urin. Pheromon ini berfungsi untuk menarik perhatian mencit jantan.
Mencit dapat mendeteksi pheromon ini karena terdapat organ vomeronasal yang terdapat pada
bagian dasar hidungnya (Gilbert, 1994).
Gambar disamping merupakan contoh visual morfologi vagina mecit yang dapat terlihat
perbedaannya dalam beberapa fase. Pada fase estrus yang dalam bahasa latin disebut oestrus yang
berarti kegilaan atau gairah (Campbell et al, 2010). Hipotalamus terstimulasi untuk
melepaskan gonadotropin-releasing hormone (GRH). Estrogen menyebabkan pola perilaku
kawin pada mencit. Gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang dipengaruhi follicle
stimulating hormone (FSH) sehingga terjadi ovulasi (Gilbert, 1994).
Jika kandungan FSH lebih rendah dibandingkan kandungan luteinizing hormone (LH) dan
terjadi coitus, maka dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan. Pada tahap estrus vagina
pada mencit betinapun membengkak dan berwarna merah. Tahap estrus pada mencit terjadi dua
tahap yaitu tahap estrus awal dimana folikel sudah matang, sel-sel epitel sudah tidak berinti, dan
ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal, tahap ini terjadi selama 12 jam. Lalu
tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap
estrus tidak terjadi kopulasi maka tahap tersebut akan berpindah pada tahap matesterus (Soeminto,
2000).
Tahap Metestrus merupakan tahapan dimana kadar hormone gonatropin dalam ovarium
menurun akibat tidak terjadi fertilisasi. Sel leukosit yang hilang mucul kembali. Namun masih ada
beberapa sel spitel terkonifikasi dan sel epitel berinti (Hanson
JL, 2012).
Tahapan diestrus merupakan tahapan dimana konsentrasi hormone gonatropin dan hormone
ovarium kembali ke level basal. Korpus luteum meregresi. Kadar sel leukosit dan epitel kembali ke
semula, namun masih ada sedikit sisa sel epitel terkornifikasi (De Jong,2014).

Gambar proestrus (A), estrus (B), metestrus (C), diestrus (D). Perbedaan siklus estrus dan
siklus menstruasi dapat dibedakan secara jelas. Siklus estrus hanya terjadi pada primata saja dan
terjadi perubahan secara fisiologi maupun morfologi pada ovarium, vagina, uterus dan tingkah
laku serta pseudomenstruation pada nonprimata adalah disebabkan oleh diapedesis dan sama
sekali tidak bisa dibandingkan dengan menstuasi pada primata. Sedangkan untuk siklus
menstruasi hanya terjadi pada primata dengan bentuk peluruhan sel telur. Terjadi perubahan
fisiologi dan morfologi sama dengan yang terjadi pada siklus estrus nonprimata, namun tanpa
adanya tingkah laku khusus penerimaan seksual. Serta pada siklus menstruasi terjadi pelepasan
endometrium uterus diikuti oleh pendarahan yang disebut menstruasi yang penyebabnya adalah
tidak adanya hormon progesterone (Partodiharjo, 1980).
Perubahan fisiologi yang utama terjadi pada ovarium dan direflesikan dalam bentuk
perubahan-perubahan yang terjadi pada vagina dibawah pengaruh hormon ovarium, estrogen dan
progesteron. Siklus reproduksi terdiri dari siklus estrus dan siklus menstruasi. Siklus ovarium
merupakan ovulasi pada hewan tipe spontan vs induksi siklus endometrium. Sedangkan siklus
vagina merupakan adalah bagian dari vaginal smear (Zinch L, 2013).
Menstruasi merupakan peristiwa pemancaran suatu cairan dari uterus, yang terdiri dari
darah, mukosa uterus dan hancuran sel-sel uterus yang secar periodik terjadi pada wanita-wanita
yang telah masak kelamin dan tidak sedang hamil. Biasanya terjadi dengan interval 4 minggu
atau 28 hari. Apabila tidak terjadi kehamilan sesudah periode estrus pada mamalia tingkat rendah,
terjadi juga reduksi tebalnya lapisan mukosa uterus, mengurangnya supali darah kedalamnya,
diikuti juga oleh proses pemancaran cairan sebentar sesudahnya (Le AH, 2014).
Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak
primata lain mampunyai siklus menstrtuasi (menstrual cycle), sementara mamalia lain atau non
primata mempunyai siklus estrus (estrous cycle). Kedua kasus ini ovulasi terjadi pada suatu waktu
dalam siklus ini setelah endometrium mulai menebal dan teralir banyak darah, karena menyiapkan
uterus untuk kemungkinan implantsi embrio. Satu perbedaan antara kedua siklus itu melibatkan
nasib kedua lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi. Siklus menstruasi endometrium akan
meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai menstruasi.
Siklus estrus endometrium diserap kembali oleh uterus, dan tidak terjadi pendarahan yang banyak
(Campbell, 2010).
Kelebihan metode vaginal smear adalah dapat menunjukkan hasil yang akurat terkait
kondisi sitology vagina pada mencit dalam siklus estrus. Kekurangannya adalah masih sukarnya
membedakan perbedaan sitology tahap yang sedang dialami oleh mencit. Terkadang sering terjadi
kesalahpahaman antara beberapa tahapan. Perlu diketahui bahwa disetiap tahap pasti ada sel epitel
yang terkornifikasi. Tahap estrus sulit dibedakan dengan tahap metesrtus karena jika dibawah
mikroskop, kedua tahapan itu semuanya terdapat sel epitel terkornifikasi yang tersebar banyak.
Terkadang lapang pandang mikroskop juga mempengaruhi hasil pengamatan terhadap siklus
estrus. Jika dilihat dari gambar yang didapat dari hasil praktikum dan membandingkannya dengan
referensi maka akan didapatkan sedikit perbedaan. Hasil pengamatan menunjukkan sel epitel yang
terkornifikasi namun masih ada seperti bintik-bintik sel yang lain di sekitranya. Kemungkinanan
besar itu tahapan estrus atau metestrus. Oleh karena itu, metode vaginal smear sangat efektif dan
cukup akurat, namun masih sulit membedakan beberapa tahapan dalam siklus estrus (Byers,2012).
G. Kesimpulan :
a. Dengan membuat preparat ulas, fase estrus pada tikus dapat diketahui.
b. fase estrus pada tikus terdiri dari empat siklus, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. Adapun ciri yang membedakan keempatnya adalah sebagai berikut,
Proestrus: Tampak sel berinti bulat, sampai 75 % sel yang mengalami pertandukan.
Estrus: Tampak hanya sel-sel yang mengalami pertandukan, atau sel yang mengalami
pertandukan tinggal 25% dan mulai tampak sel pavement.
Metestrus: Tampak hanya sel pavement, atau sel pavement dengan lekosit.
Diestrus: Sel epitel dan lekosit.

H. Daftar Pustaka :
Albertus Teguh Muljono. (2001). Persentase jenis-jenis lekosit pada tiap fase siklus
reproduksi tikus putih (Rattus sp). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor. Tersedia di
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/12511/B01atm.pdf?sequen
ce=2. Diakses pada tanggal 29 Desember 2011.
Byers SL, Wiles MV, Dunn SL, Taft RA (2012). Mouse Estrous Cycle Identification Tools and
Image. PLos ONE 7(4). E35538. Doi:10.1371/journal.phone.0035538
Campbell, N. A et al. 2010. Biologi Edisi ke 8 Jilid III. Erlangga, Jakarta
Chakraborty P, Roy SK (2013) Expression of Estrogen Receptor a 36 (ESR36) in the Hamster
Ovary throughout the Estrous Cycle: Effects of Gonadotropins. PLoS ONE 8(3): e58291.
doi:10.1371/journal.pone.0058291
De Jong TR, Beiderbeck DI, Neumann ID (2014) Measuring Virgin Female Aggression in the
Female Intruder Test (FIT): Effects of Oxytocin, Estrous Cycle, and Anxiety. PLoS ONE
9(3): e91701. doi:10.1371/journal.pone.0091701
Djukri dan Heru Nurcahyo. (2011). Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Yogyakarta:
Program Pascasarjana UNY.
Gilbert, S.F. 1994. Developmental Biology 4th ed. Sianuer Associates inc Publisher,
Massachusetts.
Hanson JL, Hurley LM (2012) Female Presence and Estrous State Influence Mouse Ultrasonic
Courtship Vocalizations. PLoS ONE 7(7): e40782. doi:10.1371/journal.pone.0040782
Khanum, S. A. et al. 2008. Progesterone and Estradiol During Estrous Cycle and Gestation in Dwarf
Goats. NIAB, Faisalabad-Pakistan.
Le AH, Bonachea LA, Cargill SL (2014) Meloxicam and Buprenorphine Treatment after Ovarian
Transplantation Does Not Affect Estrous Cyclicity and Follicular Integrity in Aged
CBA/J Mice. PLoS ONE 9(8): e106013. doi: 10.1371/journal.pone.0106013
Nalbandov, A. V. 1990. Reproductive Physiology of Mammals and Birds. W. H. Freeman and
Company, San Fransisco.
Partodiharjo S, 1980. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara, Jakarta. Soeminto. 2000. Embriologi
Vertebrata. Unsoed, Purwokerto.
Xiao L, Zhang C, Li X, Gong S, Hu R, et al. (2014) Signaling Role of Prokineticin 2 on the Estrous
Cycle of Female Mice. PLoS ONE 9(3): e90860. doi:10.1371/journal.pone.0090860
Zinck L, Lima SQ (2013) Mate Choice in Mus musculus Is Relative and Dependent on the Estrous
State. PLoS ONE 8(6): e66064. doi:10.1371/journal.pone.0066064

Anda mungkin juga menyukai