Anda di halaman 1dari 30

Hubungan Antara Konsumsi Zat Protein Ibu Selama Hamil dan Faktor Faktor Lainnya dengan

Berat Badan Lahir Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara Jakarta Barat
Periode April 2017

Yovinus Deny, Yogi Priambada, Letitia Bellavesta F. Kale

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta


1
dannyjovinus@gmail.com , 2yogie_chimp@hotmail.com , 3bella.kale@yahoo.com

Abstrak

Meningkatnya angka berat badan lahir rendah di Indonesia, menurut hasil survey Riskesdas tahun 2013
diketahui angka BBLR sebesar 11,1% dibandingkan dengan angka kejadian BBLR tahun 2010 sebesar
10,2%. Meningkat kejadian BBLR di DKI Jakarta berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 sebesar 10,6%
mengalami peningkatan sedikit lebih tinggi sebesar 1,5% dari hasil Riskesdas 2010 ini terjadi akibat
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pola makan ibu selama hamil khususnya protein dan faktor-
faktor yang mempengaruhi berat badan lahir bayi. Design penelitian yang digunakan dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi terjangkau adalah semua ibu yang memounyai bayi usia 0 sampai 12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat,
yang hadir pada tanggal 10 April 2017 sampai 13 April 2017. Sampel diambil secara consecutive sampling
dengan jumlah sampel 109 subjek. Variabel independen pada penelitian ini berupa konsumsi zat protein ibu
selama hamil, usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas, antenatal care berat badan prahamil. Variabel
dependen berupa berat badan lahir bayi. Data yang digunakan adalah data primer yang diambil menggunakan
kuisioner yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi usia 0 sampai 12 bulan yang datang ke wilayah
kerja Puskesmas kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Data
sekunder diambil dari surat keterangan lahir. Uji statistik menggunakan Chi-Square dengan batas kemaknaan
()= 5%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya hubungan antara konsumsi zat protein ibu selama
hamil, kunjungan antenatal care, dan berat badan prahamil ibu dengan berat badan lahir bayi.

Kata kunci : Berat bdan lahir bayi, konsumsi zat protein ibu selama hamil, kunjungan antenatal care, berat
badan prahamil ibu.

1
Relationship Between Consumption of Maternal Protein Substances During Pregnancy and Other
Factors with Birth Weight Babies Zero to Twelve Months in Work Area of North Tanjung Duren
Public Health Center West Jakarta on April 2017

Yovinus Deny, Yogi Priambada, Letitia Bellavesta F. Kale


Faculty of Medicine Christian Krida Wacana University
1
dannyjovinus@gmail.com , 2yogie_chimp@hotmail.com , 3bella.kale@yahoo.com

Abstract:

Increasing the number of low birth weight in Indonesia, according to the Riskesdas survey in 2013 revealed
the rate of BBLR of 11.1% compared with the LBW incidence in 2010 of 10.2%. Increasing the incidence of
BBLR in DKI Jakarta based on Riskesdas 2013 results of 10.6% has slightly increased by 1.5% from
Riskesdas 2010 results due to lack of knowledge about the mother's diet during pregnancy, especially protein
and factors that affect Baby's birth weight. The research design used with Cross Sectional approach.
Affordable populations are all mothers who have babies aged 0 to 12 months in the working area of
Puskesmas Tanjung Duren North Sub District Grogol Petamburan West Jakarta, which was present on 10
April 2017 to 13 April 2017. The sample was taken consecutive sampling with a sample size of 109 subjects.
The independent variables in this research are consumption of maternal protein substances during
pregnancy, mother's age, mother's education, mother's job, parity, antenatal care, and maternal weight
before pregnancy. Dependent variable is baby's birth weight. The data used are primary data taken using
questionnaires given to mothers who have babies aged 0 to 12 months who come to the work area of the
North Tanjung Duren Community Health Sub District Grogol Petamburan, West Jakarta. Secondary data is
taken from birth certificate. Statistical test using Chi-Square with significance limit () = 5%. The results of
this study indicate that there is a relationship between the consumption of maternal protein substances
during pregnancy, antenatal care visits, and prenatal weight of mothers with infant birth weight.

Keywords : Babys Birth Weight, Maternal Protein Substance during Pregnancy, Antenatal Care, Maternal
Weight before Pregnancy

Pendahuluan Klasifikasi menurut berat lahir adalah Bayi


Berat badan pada saat lahir adalah Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir
indikator yang penting dan reliable dalam <2500 gram, bayi berat lahir normal dengan
menilai proses tumbuh kembang pasca berat lahir 2500-400 gram dan bayi berat lahir
kelahiran ditinjau dari segi pertumbuhan fisik lebih dengan berat badan >4000 gram, rata rata
dan perkembangan status mentalnya. Salah berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu)
satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah adalah 3000-3600 gram.1
dengan mengukur berat badan pada saat lahir.
Kehamilan merupakan periode penting
Berat badan lahir juga dapat digunakan
dalam pembentukan kualitas sumber daya
sebagai indikator umum untuk mengetahui
manusia di masa yang akan datang.
status kesehatan, gizi dan social ekonomi dari
Pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan
Negara maju dan Negara berkembang.
anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat

2
didalam kandungan. Berat badan lahir kejadian yang masih tinggi. Berdasarkan Data
merupakan salah satu indikator kesehatan bayi Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI)
baru lahir, bayi dengan berat lahir rendah tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB di
(<2500 gram) atau berlebih (>4000 gram) akan Indonesia juga masih cukup tinggi yaitu 32 per
mempunyai risiko yang lebih besar untuk 1000 kelahiran hidup dan AKB ini masih jauh
mengalami masalah yang akan datang.2 Berat dari yang diharapkan untuk mencapai target
Badan Lahir Rendah (BBLR) ini merupakan MDGs 2015 yaitu penurunan AKB menjadi
salah satu factor risiko yang mempunyai 23 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Menkes
kontribusi sebesar 60 sampai 80% terhadap (kementrian Kesehatan) tahun 2010, penyebab
semua kematian neonatal. Secara umum di langsung kematian bayi adalah Bayi Berat
Dunia kejadian BBLR sebesar 15,5% dan Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan
sebanyak 96,5% berasa dari Negara oksigen (asfiksia).5,6
berkembang. Menurut Data Riset Kesehatan
Kasus anak yang meninggal dengan
Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi
usia dibawah satu bulan ternyata mempunyai
BBLR di Indonesia sebesar 11,1%, dengan
riwayat BBLR sebesar 43,3%, sedangkan yang
kejadian tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi
meninggal pada usia satu sampai dua puluh
Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera
tiga bulan mempunya riwayat BBLR sebesar
Utara (7,2%)3, persentase tahun 2013 tersebut
21,7%. Kejadian BBLR di Negara
sedikit lebih tinggi dibandingkan hasil
berkembang, terutama disebabkan oleh
Riskesdas 2010, yaitu sebesar 10,2%. Kejadian
pertumbuhan janin terhambat atau Intrauterine
BBLR di DKI Jakarta berdasarkan hasil
Growth Retardation (IUGR) akibat
Riskesdas tahun 2013 sebesar 10,6%4
kekurangan asupan gizi selama kehamilan.7
mengalami peningkatan sedikit lebih tinggi
sebesar 1,5% dari hasil Riskesdas 2010.3,4 Di Negara berkembang, termasuk
Indonesia masalah gizi masih merupakan
Millennium Development Goals
masalah kesehatan masyarakat yang utama.
(MDGs) mempunyai target yaitu menurunkan
Masalah gizi merupakan penyebab tidak
angka kematian balita hingga dua per tiga
langsung terjadinya kematian ibu dan anak
dalam kurun waktu 1990-2015. World Health
yang sebenarnya dapat dicegah. Rendahnya
Organizaton (WHO) tahun 2013 menunjukkan
status gizi ibu hamil selama kehamilan dapat
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu
mengakibatkan berbagai dampak tidak baik
sebesar 37 per 1000 kelahiran hidup dan
bagi ibu dan bayi, diantaranya adalah bayi
Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 22
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
per 1000 kelahiran hidup dan ini merupakan
Bayi dengan BBLR ini mempunyai peluang

3
meninggal 10-20 kali lebih besar daripada bayi dapat meningkatkan risiko komplikasi pada
yang lahir dengan berat lahir cukup. Oleh persalinan8,10
karena itu perlu adanya deteksi dini dalam
Hasil penelitian Mila dkk, pada tahun
kehamilan yang dapat mencerminkan
2015 menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
pertumbuhan janin dan kesehatan bagi ibu
yang bermakna antara zat gizi makro protein
selama hamil. Status gizi ibu selama
terhadap berat badan lahir, dimana asupan zat
kehamilan merupakan factor penentu penting
gizi protein yang kurang pada ibu hamil
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
memiliki 8,5 kali faktor resiko untuk
didalam kandungan.8,9
melahirkan bayi dengan BBLR. Menurut
Asupan makanan selama hamil berbeda Nining Hasanah, Titik Kurniawati dalam
dengan asupan sebelum masa kehamilan untuk penelitiannya tentang faktor-faktor yang
memenuhi kebutuhan ibu dan janin, berhubungan dengan kejadian BBLR,
berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
tahun 2013 diperlukan tambahan 300 kkal ukuran bayi pada waktu lahir, seperti umur
perhari selama kehamilan. Penambahan ibu, jumlah anak (paritas), tingkat pendidikan
protein 20 g/hari, lemak 10g/hari, lemak 10 ibu, status gizi ibu hamil. Serta kondisi
g/hari dan karbohidrat 40g/hari selama ekonomi masyarakat yang belum dapat
kehamilan serta mikronutrisi lainnya untuk memperbaiki kebutuhan akan gizinya.11
membantu proses pertumbuhan janin didalam
Klasifikasi Berat Bayi Lahir
kandungan. pertumbuhan dan perkembangan
sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu selama a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
hamil. Jika keadaan kesehatan dan status gizi
Berat yang dilahirkan dengan berat
ibu hamil baik, maka kesehatan ibu dan janin
lahir <2500 gram tanpa memandang usia
yang dikandungnya akan baik pula, begitu
gestasi (Kosim dkk, 2009. P.12). Menurut
sebaliknya jika status gizi ibu hamil kurang
Prawirohardjo (2007, p.376), BBLR adalah
baik maka dapat menyebabkan janin lahir mati
neonates dengan berat badan lahir pada
atau bayi lahir dengan berat badan kurang dari
saat kelahiran kurang dari 2500 gram
normal. Status gizi ibu dipengaruhi oleh
(sampai 2499 gram). Dahulu bayi ini
asupan makanan yang dikonsumsi selama
dikatakan premature kemudian disepakati
kehamilan, yang dikaitkan dengan kenaikan
disebut low birth weight infant atau Berat
berat bada ibu selama hamil, akan tetapi
Bayi Lahir Rendah (BBLR). Karena bayi
kenaikan berat badan yang berlebih saat hamil
tersebut tidak selamanya premature atau
dapat dikaitkan dengan bayi besarm sehingga
kurang bulan tetapi dapat cukup bulan

4
maupun lebih bulan. Penelitian oleh menunjukan angka kematian dan kesehatan
gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir
bayi berat lahir rendah adalah bayi aterm.13 cukup.13

Dengan pengertian seperti yang a. Bayi Berat Lahir Normal


terlah diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
Bayi baru lahir normal adalah bayi
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 13
yang lahir dari kehamilan sampai 42
1. Prematuritas murni minggu dan berat badan lahir >2500-4000
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu gram.13
dan berat badannya sesuai dengan berat
b. Bayi Berat Lahir Lebih
badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan-sesuai Bayi berat lahir lebih adalah Bayi
untuk masa kehamilan (NKB-SMK).13 yang dilahirkan dengan berat lahir lebih >
2. Dismaturitas 4000 gram (Kosim dkk, 2009, p.12). bayi
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari dengan berat lahir lebih bisa disebabkan
berat badan seharusnya untuk masa gestasi karena adanya pengaruh dari kehamilan
itu. Berarti bayi mengalami retardasi posterm, bila terjadi perubahan anatomik
pertumbuhan intrauterine dan merupakan pada plasenta maka terjadi penurunan
bayi yang kecil untuk masa kehamilan janin, dari penelitian vorher tampak bahwa
(KMK).13 sesuada umur kehamilan 36 minggu grafik
rata-rata pertumbuhan janin mendatar dan
Bayi berat lahir rendah merupakan
tampak adanya penurunan sesudah 42
masalah penting dalam pengelolaanya
minggu. Namun seringkali pula plasenta
karena mempunyai kecenderungan kearah
masih dapat berfungsi dengan baik
peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran
sehingga berat janin bertambah terus
mengatur nafas tubuh sehingga mudah
sesuai dengan bertambahnya umur
untuk menderita hipotermia. Selain itu
kehamilan. Selain itu factor risiko bayi
bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah
berat lahir lebih adalah ibu hamil dengan
(BBLR) mudah terserang komplikasi
penyakit diabetes militus, ibu dengan
tertentu seperti icterus, hipoglikemia yang
DMG 40 % akan melahirkan bayi dengan
dapat menyebabkan kematian. Kelompok
BB berlebihan pada semua usia
bayi berat lahir rendah yang dapat di
kehamilan.14
istilahkan dengan kelompok resiko tinggi,
Karena pada bayi berat lahir rendah

5
Status Gizi Ibu Hamil Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil adalah masa
Kebutuhan nutrisi meningkat selama
dimana seseorang wanita memerlukan
kehamilan untuk menunjang pertumbuhan dan
berbagai unsur gizi yang jauh lebih banyak
perkembangan janin, bersama-sama dengan
dari pada yang diperlukan dalam keadaan tidak
perubahan-perubahan yang berhubungan pada
hamil, dengan demikian makanan ibu hamil
struktur dan metabolisme yang terjadi pada
harus cukup bergizi agar janin yang
ibu. Metabolisme maternal diatur melalui
dikandungnya memperoleh makanan bergizi
aktivitas dari hormon sebagai mediator,
cukup, karena status gizi ibu hamil sangat
mengalihkan nutrisi khusus kejaringan
mempengaruhi pertumbuhan dan
reproduksi (plasenta dan kelenjar payudara),
perkembangan bayi dalam kandungan, jika
kemudian mentransfer nutrisi ke janin yang
status gizi ibu selama masa kehamilan
sedang berkembang.15
terpenuhi maka bayi akan tumbuh dann
Kebutuhan energy untuk kehamilan
berkembang secara noemal sehingga berat
yang normal perlu tambahan kira-kira 80.000
badan bayi juga akan normal.1 Pentingnya
kalori selama kurang lebih 280 hari. Hal ini
status gizi bagi ibu hamil perlu dilihat dari
berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang
berbagai aspek. Selain akses terhadap
lebih 300 kalori setiap hari selama hamil.
keamanan pangan dan terhadap pelayanan
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat
kesehatan yang setinggi-tingginya merupakan
secara minimal. Kemudian sepanjang trimester
hak asasi dasar setiap orang, status gizi ibu
II dan III kebutuhan energi terus meningkat
juga mempunyai dampak social dan ekonomi
sampai akhir kehamilan. Energi tambahan
status gizi ibu tidak hanya memberikan
selama trimester II diperlukan untuk
dampak negative terhadap status kesehatan
pemekaran jaringan ibu seperti penambahan
dan resiko kematian dirinya, tetapi juga
volume darah, pertumbuhan uterus, dan
terhadap kelangsungan hidup dan
payudara, serta penumpukan lemak. Selama
perkembangan janin yang dikandungnya dan
trimester III energy tambahan digunakan untuk
lebih jauh lagi terhadap pertumbuhan janin
pertumbuhan janin dan plasenta.16
tersebut sampa usia dewasa. Statusgizi ibu
hamil dapat dinilai dengan LILA berpengaruh Kebutuhan akan energi dan zat-zat gizi
terhadap BBLR.15 bergantung pada berbagai factor seperti umur,
gender, berat badan, aktifitas fisik dan lain-
lain.17 Untuk mengetahui tingkat kecukupan
gizi pada seseorang makan ditetapkan Angka
Kecukupan Gizi Indonesia yang disusun oleh

6
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sumber nutrisi, terutama protein dan kalsium
risalah Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi yang ideal bagi wanita hamil.19
2004 yang dituliskan dalam buku Gizi Ibu
Lemak
Hamil.18 Adapun angka kecukupan gizi pada
ibu hamil adalah angka kecukupan gizi pada Lemak khususnya Omega 3 dan
wanita tidak hamil dengan sedikit tambahan. Omega 6 sangat pernting untuk pertumbuhan
janin dan terjadi peningkatan berat badan lahir
Pola Konsumsi Ibu hamil
118 gram, 0,57 cm pada panjang badan dan
Asupan Protein Ibu Hamil 0,20 pada lingkar kepala jika ibu hamil
mengkonsumsinya. Asupan lemak berlebihan
Protein adalah bagian dari semua sel
seperti minyak dan daging rendah lemak bila
hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
dikonsumsi oleh ibu ketika hamil akan dapat
sesudah air. Beberapa enzim, hormone,
mengganggu pertumbuhan bayi yang akan
pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
dilahirkan sehingga bayi yang dilahirkan
intraseluler adalah protein. Protein mempunyai
memiliki berat badan lahir tidak normal.
fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh
Lemak merupakan sumber tenaga yag vital
zat lain yaitu membangun serta memelihara
dan untuk pertumbuhan jaringan plasenta.
sel-sel dan jaringan tubuh. Protein berfungsi
Lemak dibutuhkan tubuh terutama untuk
sebagai fondasi sel pada manusia. Protein
membentuk energi dan serta perkembangan
merupakan zat pembangun jaringan,
system saraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil
membentuk struktur tubuh, pertumbuhan,
tidak boleh sampai kurang mengkonsumsi
transportasi oksigen, membentuk system
lemak tubuh. Pada akhir masa kehamilan,
kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik
transportasi asam lemak ke plasenta terhitung
yaitu berasal dari protein hewani dan nabati.7
sebesar 40% untuk berat lemak bayi yang
Pada ibu hamil protein berfungsi untuk
selanjutnya akan disintesis oleh janin. Baik
pertumbuhan dan perkembangan janin,
lemak maupun protein akan meningkat secara
plasenta uterus, payudara, serta peningkatan
cepat pada 3 bulan terakhir kehamilan
volume darah ibu.19
bersamaan dengan meningkatnya berat janin.
Sebagian besar protein dianjurkan Bayi dengan berat badan lahir rendah
berasal dari sumber hewani, misalnya daging, mempunyai lemak yang lebih sedikit daripada
susu, telur, keju, produk ayam dan ikan, bayi dengan berat badan lahir normal yang
karena makanan-makanan ini mengandung dalam hal ini disebabkan oleh gangguan
kombinasi asam amino yang optimal. Susu dan transportasi lemak ke plasenta. Pertumbuhan
produk susu telah lama dianggap sebagai janin sangat tergantung pada hasil

7
metabolisme tubuh yang ditransfer melalui b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak
plasenta untuk memenuhi kebutuhan ibu Langsung
selama hamil dan nutrisi janin untuk tumbuh Penilaian status gizi secara tidak
dan berkembang sehingga bayi yang langsung dapat dibagi menjadi tiga
dilahirkan dapat memiliki berat badan lahir penilaian yaitu survey konsumsi
normal.21 makanan, statistik vital dan faktor
ekologi.
Karbohidrat
Metode Penilaian Konsumsi Makanan
Karbohidrat Karbohidrat berfungsi sebagai
Salah satu metode yang digunakan dalam
sumber energi. Karbohidrat merupakan
penentuan status gizi perseorangan atau
sumber utama untuk tambahan kalori yang
kelompok adalah survey konsumsi makanan.
dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan
Penilaian konsumsi makanan adalah metode
dan perkembangan janin selama dalam
penentuan status gizi secara tidak langsung
kandungan membutuhkan karbohidrat sebagai
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
sumber kalori utama. Ibu hamil penting
dikonsumsi. Tujuan penilaian konsumsi
mengkonsumsi karbohidrat untuk menambah
makanan adalah untuk mengetahui kebiasaan
energi dan membantu dalam pertumbuhan
makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan
janin. Ketika hamil anda harus memperhatikan
makanan dan zat gizi pada tingkat individu,
jumlah kalori. Pada saat hamil kebutuhan
kelompok, dan rumah tangga serta faktor-
kalori meningkat sekitar 45% dari keadaan
faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi
sebelum hamil. Pada trimester kedua akan
makanan tersebut.23
mengalami pertambahan kalori begitu juga
Berdasarkan jenis data yang diperoleh
pada trimester ketiga yang mengalami
maka pengukuran konsumsi makanan terdiri
pertambahan kalori hingga 450 kalori perhari.
dari dua jenis yaitu :
Dari kalori yang dibutuhkan ibu hamil, hampir
60% berasal dari karbohidrat.22 1. Metode Kualitatif yang diantaranya
Penilaian Status Gizi adalah frekuensi makan, dietary
history, metode telepon, dan pedaftaran
a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung
makanan (food list).
Penilaian status gizi secara langsung
2. Metode Kuantitatif diantaranya adalah
dapat dibagi menjadi empat penilaia
metode recall 24 jam, perkiraan
yaitu antropometri, klinis, biokimia,
makanan, penimbangan makanan
dan biofisik.
metode food account, metode

8
inventaris (inventory method) dan piring dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang
pencatatan (household food records). biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila
pengukuran hanya dilakukan 1 kali maka data
Sedangkan metode pengukuran konsumsi
yang diperoleh kurang representative untuk
makanan untuk individu antara lain :
menggambarkan kebiasaan makanan individu.
1. Metode recall 24 jam. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya
2. Estimated food records. dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak
3. Metode penimbangan makanan (food berturut-turut. Beberapa penelitian
weighing). menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24
4. Metode dietary history. jam tanpa berutut-turut, dapat menghasilkan
5. Metode frekuensi makanan (food gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan
frekuensi).23 memberikan variasi yang lebih besar tentang
intake harian individu 24
Metode Food Recall 24 jam
Food Frequency Questionnaire (FFQ)
Dalam metode ini, responden disuruh
Food Frequency Questionnaire adalah
menceritakan semua yang dimakan dan
metode untuk memperoleh data tentang
diminum selama 24 jam yang lalu (kemarin).
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan
Biasanya dimulai sejak dia bangun pagi
atau makanan jadi selama periode tertentu
kemarin sampai dia istirahat tidur malam
seperti hari, minggu, bulan atau tahun.
harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu
Dengan food frequency dapat diperoleh
saat dilakukan wawancara mundur ke
gambaran pola konsumsi bahan makanan
belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya
secara kualitatif, tapi karena periode
petugas dating pada pukul 07.00 ke rumah
pengamatan lebih lama dan dapat
responden, maka konsumsi yang ditanyakan
membedakan individu berdasarkan rangking
adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan
tingkat konsumsi zat gizi, maka cara ini paling
mundur ke belakang sampai pukul 07.00, pagi
sering digunakan dalam penelitian
hari sebelumnya. Wawancara dilakukan oleh
epidemiologi gizi.24
petugas yang sudah terlatih dengan
Untuk memperoleh asupan gizi secara
menggunakan kuesioner terstruktur.
relative atau mutlak, kebanyakan FFQ sering

Untuk mendapatkan data kuantitatif, dilengkapi dengan ukuran khas setiap porsi

maka jumlah konsumsi makanan individu dan jenis makanan. Karena itu FFQ tidak

ditanyakan secara teliti dengan menggunakan jarang ditulis sebagai riwayat pangan

alat ukuran rumah tangga (sendok, gelas, semikuantitatif (semiquantitative food history).

9
Asupan zat gizi secara keseluruhan diperoleh 3. Cukup menjemukan bagi pewawancara
jalan menjumlahkan kandungan zat gizi 4. Perlu percobaan pendahuluan untuk
masing-masing pangan. Sebagian FFQ justru menentukan jenis bahan makanan yang
memasukkan pertanyaan tentang bagaimana akan masuk dalam daftar kuesioner
makanan biasanya diolah, penggunaan
5. Responden harus jujur dan mempunyai
makanan suplemen, serta makanan bermerek
motivasi tinggi
lain
Kelebihan Metode Frekuensi Makanan 6. Hasil tergantung pada kelengkapan daftar
maknan dalam kuisioner
(Food Frequency)

Metode Frekuensi Makanan mempunyai 7. Makanan yang musiman sulit untuk

beberapa kelebihan, antara lain: mengukur

1. Relatif murah dan sederhana. 8. Bergantung pada memori/ ingatan

2. Dapat dilakukan sendiri oleh responden. 2.5 Faktor-faktor yang


memperngaruhi Berat Badan Lahir :
3. Tidak membutuhkan latihan khusus.
2.5.1 Pelayanan Antenatal Care (ANC)
4. Dapat membantu untuk menjelaskan Masa kehamilan merupakan masa yang
hubungan antara penyakit dan kebiasaan rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
makan. mengandung maupun janin yang
5. Pengolahan data sederhana. dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan

6. cepat, tidak membutuhkan waktu lama. perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur.
Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan
7. Dapat menentukan asupan makanan
sedini mungkin dari segala sesuatu yang
tertentu yang biasa kelompok makanan
membahayakan terhadap kesehatan ibu dan
konsumsi selama jangka waktu tertentu.
janin yang dikandungnya.24
Kekurangan Metode Frekuensi Makanan
(Food Frequency) Menjaga kesehatan bayi baru lahir
dimulai jauh sebelum bayi dilahirkan. Diawali
Metode Frekuensi Makanan juga mempunyai
dengan melakukan perawatan terhadap ibu
beberapa kekurangan, antara lain:
hamil atau ibu hamil melakukan perawatan
1. Tidak dapat untuk menghitung intake zat selama masa kehamilannya. Ibu hamil perlu
gizi sehari medapatkan perawatan yang memadai selama
2. Sulit mengembangkan kuesioner kehamilannya, bebas dari infeksi penyakit dan
pengumpulan data rutin melakukan monitor untuk kemungkinan
terjadinya komplikasi selama kehamilan atau

10
pada saat persalinannya nanti. Selain itu, ibu- operasionalnya dikenal standar minimal 5T
ibu hamil perlu memiliki akses untuk dalam untuk pelayanan antenatal, yang terdiri atas 23
rangka pencegahan, pengobatan ketika
1. Timbang berat badan ukur tinggi badan
dibutuhkan, dan penyuluhan kesehatan/saran,
2. (ukur) Tekanan Darah
termasuk pendidikan tentang tanda bahaya
3. (ukur) Tinggi fundus uteri
selama kehamilannya. Perawatan kebiadan
4. (pemberian imunisasi) Tetanus Toxoid
darurat selama persalinan dan melahirkan
(TT) lengkap
sangat penting untuk menangani komplikasi
5. (pemberian) Tablet tambah darah
yang mengancam jiwa. Perawatan yang baik
minimal 90 tablet selama kehamilan
selama kehamilan, persalinan dan kelahiran
adalah langkah pertama dalam perawatan bayi Dengan demikian, maka secara operasional
baru lahir yang baik.24,25 pelayanan anternatal yang tidak memenuhi
standar minimal 5T tersebut belum dianggap
Menurut Departemen Kesehatan,
suatu pelayanan antenatal. Selain itu,
pelayanan antenatal adalah pelayanan
pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan
kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
oleh tenaga kesehatan, dan tidak dapat
selama kehamilannya, yang dilaksanakan
dilamukan oleh dukun bayi. Hasil pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal
antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan
yang ditetapkan.25
kunjungan ibu hamil K1 dan K4. Cakupan K1
ANC merupakan cara penting untuk atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil
memonitor dan mendukung kesehatan ibu merupakan gambaran besaran ibu hamil yang
hamil normal dan mendeteksi ibu dengan telah melakukan kunjungan pertama ke
kehamilan tidak normal. Ibu hamil sebaiknya fasilitas pelayanan kesehatan untuk
dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya cakupa K4 ibu hamil adalah gambaran besaran
hamil untuk mendapatkan ANC. Wanita hamil ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan
yang tidak mendapatkan ANC yang tidak ibu hamil sesuai dengan standar serta paling
adekuat mempunyai risiko mengalami sedikit empat kali kunjungan.23,28
kematian perinatal. ANC sangat penting
Ditetapkan pula bahwa frekuensi
karena akan mendapatkan pendidikan
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
kesehatan tentang perilaku sehat untuk
selama kehamilan, dengan ketentuan waktu
mencegah kejadian bayi dengan berat bayi
sebagai berikut (Depkes, 2004) :23
26
lahir rendah. Dalam penerapan
- Minimal 1 kali pada triwulan pertama

11
- Minimal 1 kali pada triwulan kedua hasil trimester ketiga, berbagai
- Minimal 2 kali pada triwulan ketiga kelainan kehamilan trimester III
g. Nasehat dan petunjuk tentang tanda
Pemeriksaan ANC pertama kali
inpartus serta ke mana harus datang
dilakukan pada bulan pertama kehamilan,
untuk melahirkan.24,29
selanjutnya periksa ulang 1 kali sebulan dan
periksa ulang 1 kali setiap minggu sesudah Pekerjaan
kehamilan 9 bulan. Adapun jadwal
lingkungan pekerjaan dapat
pemeriksaan antenatal adalah :
memberikan pengetahuan dan pengalaman,
1. Trimester I dan II : responden yang bekerja sebagai ibu rumah
a. Dilakukan setiap bulan tangga akan sibuk dengan pekerjaan rumah
b. Diambil data tentang laboratorium tangga dan kurang berinteraksi dengan
c. Pemeriksaan ultrasonografi lingkungan luar sehingga kurang mendapatkan
d. Nasehat diet : empat sehat lima informasi tentang kesehatan dan pemenuhan
sempurna, protein gram/kg berat zat gizi yang penting selama kehamilan,
badan ditambah 1 telur/hari. dibandingkan dengan responden yang bekerja
e. Observasi : penyakit yang dapat sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang bisa
berhubungan dengan kehamilan, bertukar pengalaman dan banyak mendapatkan
komplikasi kehamilan. informasi dari lingkungan kerja atau diluar
f. Rencana : pengobatan penyakit, lingkungan kerja tentang kebutuhan
menghindari terjadinya komplikasi pemenuhan gizi selama kehamilan
kehamilan dan imunisasi TT
Ibu Rumah Tangga (IRT) yang berarti
pertama.
tidak bekerja, banyak menghabiskan waktu di
2. Trimester III :
rumah sehingga sedikit sekali dalam
a. Dilakukan setiap minggu atau dua
mendapatkan informasi dan bertukar
minggu sampai ada tanda kelahiran
pengalaman. Berbeda dengan ibu pekerja yang
tiba
lebih mudah untuk mendapatkan informasi
b. Evaluasi data laboratorium untuk
baik dari tempat kerja dan teman kerja yang
melihat hasil pengobatan
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
c. Diet empat sehat lima sempurna
Sehingga hal ini akan berpengaruh juga pada
d. Pemeriksaan ultrasonografi
kurangnya pengetahuan tentang gizi ibu hamil,
e. Imunisasi TT kedua
sehingga berakibat banyak dari subyek
f. Observasi : penyakit yang
penelitian yang menderita KEK.30
menyertai kehamilan, komplikasi

12
Paritas yang sudah berulang kali direngangkan oleh
kehamilan sehingga cenderung untuk timbul
Paritas adalah jumlah anak yang telah
kelainan letak ataupun kelainan pertumbuhan
dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
plasenta dan pertumbuhan janin sehingga
maupun lahir meninggal. Seorang ibu yang
melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
sering melahirkan mempunyai resiko
Hal ini dapat mempengaruhi suplai gizi dari
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya
ibu ke janin dan semakin tinggi paritas maka
apabila tidak memperhatikan kebutuhan
resiko nuntuk melahirkan BBLR semakin
nutrisinya karena selama hamil zat-zat gizi
tinggi.30
akan terbagi untuk ibu dan janin yang
dikandungnya. Paritas yang beresiko Berdasarkan paritas, sebagian besar
melahirkan BBLR adalah paritas 0 yaitu bila berat badan lahir normal terjadi pada subyek
ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi yang tidak berisiko (kurang dari empat). Hasil
kondisi kejiwaan serta janin yng analisis hubungan antara paritas dengan
dikandungnya, dan paritas lebih dari 4 dapat kejadian BBLR diperoleh bahwa ada sebanyak
berpengaruh pada kehamilan berikutnya 3 (42,9%) subyek yang memiliki paritas lebih
kondisi ibu belum pulih jika hamil kembali. dari sama dengan empat kali melahirkan bayi
Paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian BBLR, sedangkan diantara subyek yang
maternal adalah paritas 1-4.31 memiliki paritas tidak berisiko, ada 4 (57,1%)
subyek yang melahirkan bayi BBLR. Paritas
Paritas ibu diklasifikasikan menjadi
lebih dari sama dengan empat kali mempunyai
primipara (ibu yang melahirkan anak pertama),
risiko 5,3 kali untuk melahirkan BBLR
multipara (ibu yang melahirkan anak kedua
dibandingkan subyek dengan paritas kurang
dan ketiga), dan grandemultipara (ibu yang
dari empat kali. (menurut hasil penelitian yang
melahirkan anak keempat atau lebih). Ibu
dilakukan olej Ismi Trihardini, 2011,
dengan paritas lebih dari empat anak beresiko
menunjukan bahwa bahwa ada sebanyak 3
2,4 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR
(42,9%) subyek yang memiliki paritas lebih
karena setiap proses kehamilan dan persalinan
dari sama dengan empat kali melahirkan bayi
menyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin
BBLR, sedangkan diantara subyek yang
banyak trauma yang ditinggalkan
memiliki paritas tidak berisiko, ada 4 (57,1%)
menyebabkan penyulit pada kehamilan dan
subyek yang melahirkan bayi BBLR,
persalinan berikutnya. Kehamilan
disimpulkan ada hubungan yang signifikan
grandemultipara (paritas tinggi) menyebabkan
antara paritas dengan kejadian BBLR).32
kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan

13
Berat Badan Prahamil tinggi, perdarahan, keguguran dan diabetes
selama kehamilan serta cacat bawaan pada
Faktor berat badan prahamil dan tinggi
bayi.34
badan ibu yang dapat diwakilkan oleh IMT
prahamil ibu perlu diketahui karena IMT dan Menurut Depkes RI, umur ibu yang
tinggi badan berpengaruh besar terhadap berat beresiko tinggi melahirkan bayi kecil adalah
badan lahir. Hasil penelitian sebelumnya kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.
menyatakan bahwa IMT prahamil merupakan Umur merupakan salah satu faktor penting
prediktor berat badan lahir. Rekomendasi dalam kehamilan. Wanita hamil di Negara
pertambahan berat badan lebih tepat dapat berkembang menikah pada usia muda, sekitr
diukur untuk tiap individu berdasarkan IMT usia menarche dimana resiko melahirkan
prahamil ibu. Berat badan prahamil BBLR 2 kali lebih rendah dalam 2 tahun
menggambarkan cadangan energi yang setelah menarche. Di samoing itu berisiko
dimiliki ibu sebagai sumber zat gizi untuk terjadinya keguguran dan lahir mati. Hal ini
tumbuh kembang janin sehingga dapat terjadi karena adanya kompetisi makanan
menentukan intervensi yang dapat dilakukan. antara janin dan ibunya yang masih dalam
Hubungan antara berat badan ibu prahamil pertumbuhan, serta adanya perubahan
dengan berat badan lahir bayi tergolong erat hormonal selama kehamilan sehingga wanita
dan berpola positif yang berarti bahwa tersebut mempunyai kebutuhan tubuh terhadap
semakin tinggi berat badan prahamil ibu, zat gizi yang lebih besar dari pada wanita
semakin berpotensi melahirkan bayi dengan dewasa lainnya. Tambahan kebutuhan akan zat
berat badan lahir yang lebih berat.33 gizi yang disebabkan oleh kehamilan
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan yang
Umur Ibu
diperlukan akan meningkatkan resiko bagi

Semakin muda seorang ibu, semakin kehamilannya, selain itu umur yang terlalu

besar risiko bagi ibu dan bayinya. Bagi remaja muda mempunyai resiko karena secara

putri dibawah usia 15 tahun, risiko kematian biologis dan psikologis belum matang.35

meningkat dengan tajam. Remaja putri yang Umur ibu yang terlalu tua sudah tidak
melahirkan sebelum usia 15 tahun memiliki baik lagi bagi pertumbuhan janin. Untuk ibu
risiko kematian lima kali lipat dibandingkan yang berumur lebih dari 35 tahun
dengan ibu usia 20 tahunan. Setelah usia 35 kemungkinan penyebabnya adalah karena
tahun, risiko yang terkait dengan kehamilan memang adanya gangguan pertumbuhan
dan persalinan bagi perempuan meningkat intrauterin. Menurut Boedjang, et. al. risiko
lagi. Risiko tersebut termasuk tekanan darah melahirkan bayi dengan berat lahir tidak

14
normal (<2500 gram) pada ibu yang berusia dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi
<20 tahun sebesar 4,3 kali dibandingkan ibu tingkat pendidikan semakin mudah menerima
hamil yang berusia 20-35 tahun dan berusia konsep hidup sehat secara mendiri, kreatif dan
>35 tahun sebesar 2,5 kali dibandingkan yang berkesinambungan. Semakin tinggi pendidikan
berusia 20-35 tahun.35 formal akan semakin baik pengetahuan tentang
kesehatan yang dapat diterapkan pada
Bagi remaja putri yang hamil dibawah
kehidupan sehari-hari termasuk pengaturan
15 tahun, risiko ini meningkat dengan sangat
pola makan ibu hamil sehingga mempengaruhi
bermakna. Melahirkan bagi seorang remaja
peningkatakan status gizi ibu yang pada
putri akan lebih berbahaya dan lebih sulit
akhirnya berhubungan dengan berat bayi yang
dibandingkan dengan perempuan dewasa. Bayi
dilahirkannya. Menurut hasil penelitian yang
yang lahir dari seorang ibu yang masih sangat
dilakukan oleh ramdan pada tahun 2007 yang
muda cenderung meninggal pada tahun
menunjukan prevalensi BBLR pada ibu
pertama kehidupan bayi. Remaja putri
dengan pendidikan rendah sebesar 16,9 %
umumnya belum memiliki pinggul yang
sedangkan pada ibu dengan pendidikan tinggi
berkembang sempurna. Dengan demikian
5,4% dan terdapat hubungan secara
kehamilan bagi kelompok ini akan
signifikan.34,35
memberikan konsekuensi yang serius seperti
keracunan kehamilan, kelahiran premature, Status Ekonomi
kelahiran lewat waktu, kelahiran dengan
Pada keadaan sosial ekonomi yang
penyulit, anemia (kurang darah) bahkan
rendah tentu sangat mempengaruhi berat
kematian ibu dan bayi.34
badan lahir rendah di karenakan apabila
Pendidikan seseorang termasuk ekonomi bawah maka
orang tersebut tidak mampu memenuhi
Pendidikan adalah suatu kegiatan
kebutuhan gizi yang baik bagi kehamilannya.
proses pembelajaran untuk mengembangkan
Nutrisi yang buruk dimulai dari pertumbuhan
atau meningkatkan pengetahuan tertentu.
janin dalam rahim akan mempengaruhi seluruh
Pendidikan banyak menentukan sikap dan
siklus kehidupan. Hal ini memperkuat resiko
tindakan dalam menghadapi berbagai masalah
terhadap kerusakan generasi masa depan yaitu
misalnya kesediaan menjadi peserta keluarga,
dengan berat badan lahir rendan dan stunting.
termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil
Selain itu keadaan ekonomi rendah
untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat
berpengaruh kepada praktek pemberian
badan lahir rendah.20,21 Tingkat pendidikan
makanan pada janin berpengaruh pula pada
mempunyai hubungan yang eksponensial
praktek pemeliharaan kesehatan dan sanitasi

15
linkungan yang akhirnya mempengaruhi daya dilahirkan. Ibu hamil yang Hanya rendah
beli dan asupan makan untuk memenuhi bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi
kebutuhan akan pertumbuhan dan juga mengganggu pertumbuhan dan
pemeliharaan tubuh serta pencegahan terhadap perkembangan serta membahayakan jiwa
penyakitinfeksi yang kesemuanya berakibat janin. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pada pertumbuhan janin.35 suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang
Keluarga dengan tingkat ekonomi akan berpengaruh pada fungsi placenta
rendah biasanya akan membelanjakan terhadap janin. Turunya kadar hemoglobin
sebagian pendapatan mereka untuk makanan. pada ibu hamil akan menambah risiko
Sedangkan semakin banyak uang mak mendapatkan Bayi Berat Lahir rendah
asemakin baik makanan yang diperoleh karena (BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada
sebagian besar penghasilan tersebut digunakan saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan
untuk membeli bahan makanan tersebut sesuai kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil
keinginan. Tingkat pendapatan menentukan tersebut kekurangan banyak hb (Depkes RI,
pola makan apa yang dibeli, semakin tinggi 2002, p. 31).37 Berdasarkan hasil penelitian
pendapatan semakin bertambah pula yang dilakukan oleh Hadayati (2005)
pengeluaran untuk belanja. Hal ini menyatakan bahwa ibu hamil yang terapar
menyangkut pemenuhan kebutuhan dalam anemia memiliki peluang 3,7 kali lebih besar
keluarga tertama pada saat kehamilan sehingga untuk melahirkan BBLR dibandingkan yang
gizi dapat tercukupi dan berpengaruh baik tidak anemia.38
terhadap berat badan bayi yang dilahirkan.36
Hasil
Kadar Hemoglobin
Proses pengumpulan data yang dilakukan pada
Hemoglobin adalah parameter yang
tanggal 10 April 2017 sampai dengan 13 April
digunakan secara luas untuk menetapkan
2017, didapatkan sampel sebanyak 109 Ibu
prevalensi anemia. kategori anemia pada ibu
yang mempunyai bayi berusia 0- 12 bulan di
hamil adalah bila kadar Hb <11 gram % pada
wilayah kerja puskesmas Kelurahan Tanjung
saat trimester I dan III, atau kadar Hb <10,5
Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan,
gram % pada saat trimester II, hal ini yaitu
Jakarta Barat. Berikut adalah hasil penelitian
karena adanya hemodilusi terutama pada
yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
trimester II. Kadar hemoglobin ibu hamil yang
tidak normal sangat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan
sangat mempengaruhi berat bayi yang akan

16
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Berat Badan Lahir
BBLR 16 14,7
Non BBLR 93 85,3
Konsumsi Zat Protein
<67 gram 16 14,7
67 gram 93 85,3
Usia Ibu
Muda 6 5,5
Dewasa Muda 78 71,6
Dewasa 25 22,9
Paritas
Tinggi 16 14,7
Sedang 57 52,3
Rendah 36 33,0
Pekerjaan Ibu
Bekerja 67 61,5
Tidak Bekerja 42 38,5
Antenatal Care
<4 kali 83 76,1
4 kali 26 23,9
Berat Badan Prahamil
<50 kg 38 34,9
50 kg 71 65,1
Total 109 100

Tabel 1. Sebaran dari Berat Badan Lahir Bayi,


Konsumsi Zat Protein Ibu selama hamil, Usia ibu, Paritas, Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ibu,
Antenatal Care, Berat Badan Prahamil Ibu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung
Duren Utara, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode 10-13 April 2017.

17
Berat Badan Lahir
Variabel
BBLR Non BBLR Total Uji Nilai P Ho

Konsumsi Zat Protein


<67 gram 8(50.00%) 8(50.00%) 10 Fishers
67 gram 8(8.60%) 85(91.39%) 17 Exact Test 0,000 Ditolak
Usia Ibu
Muda 3(50.00%) 3 (50.00%) 68 6
Dewasa Muda 10 (12,82%) (87,17%) 78 Likelihood
Dewasa 3 (12.0%) 22 (88.0%) 25 Ratio 0,104 Diterima

Paritas
Tinggi 3 (18,75%) 13 (81,25%) 16
Sedang 7 (12,28%) 50 (87,71%) 57 Likelihood
Rendah 6 (16,66%) 30 (83,33%) 36 Ratio 0,748 Diterima

Pekerjaan Ibu
Bekerja 9 (13,43%) 58 (86,56%) 67
Tidak Bekerja 7 (16,66%) 35 (83,33%) 42 Chi-Square 0,852 Diterima

Pendidikan Ibu
Rendah 7 (18,42%) 31 (81,57%) 38
Menengah 6 (10,52%) 51 (89,47%) 57 Likelihood
Tinggi 3 (21,42%) 11 (78,57%) 14 Ratio 0,425 Diterima

Antenatal Care
<4 kali 8 (9,63%) 75 (90,36%) 83
4 kali 8 (30,76%) 18 (69,23%) 26 Fishers 0,013 Ditolak

Berat Badan Prahamil Exact Test


<50 kg 13 (34,21%) 25 (65,78%) 38
50 kg 3 (4,22%) 68 (95,77%) 71 Chi-Square 0,000 Ditolak

Tabel. 2 Hubungan Konsumsi Zat Protein Ibu Selama Hamil Usia Ibu, Paritas, Pekerjaan Ibu,
Pendidikan Ibu, Ante Natal Care, Berat Badan Prahamil Ibu terhadap Berat Badan Lahir Bayi usia 0-
12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol
Petamburan, Periode 10-13 April 2017

18
Pembahasan protein yang cukup selama hamil, dan 16
orang ibu (14.7%) dengan konsumsi zat
Analisis Univariat dari Sebaran Berat
protein yang kurang selama hamil. Dari data
Badan Lahir Bayi Usia 0 sampai 12 Bulan
disimpulkan bahwa terdapat lebih banyak
di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
jumlah ibu yang mempunyai bayi usia 0-12
Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol
bulan dengan konsumsi zat protein yang cukup
Petamburan, Jakarta Barat pada Bulan
selama hamil di wilayah kerja Puskesmas
April 2017.
Kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan
Sebaran Berat Badan Lahir Bayi usia
April 2017.
0-12 bulan, didapatkan bahwa bayi dengan
Sebaran Usia Ibu didapatkan bahwa
berat badan lahir rendah sebanyak 16 bayi
ibu yang berusia muda sebanyak 16 ibu
(14.7%), sedangkan bayi dengan berat badan
(5.5%), sedangkan ibu yang berusia dewasa
lahir normal sebanyak 93 bayi (85.3%). Dari
muda sebanyak 57 ibu (71.6%), dan ibu yang
data dapat disimpulkan bahwa bayi yang lahir
berusia dewasa sebanyak 25 ibu (22.9%). Dari
dengan berat badan lahir normal lebih banyak
data dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih
dari pada bayi yang lahir dengan berat badan
banyak jumlah ibu dengan usia dewasa muda
lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas
yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan di
Kelurahan Tanjung Duren Utara Kecamatan
wilayah kerja Puskesmas Keluarahan Tanjung
Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada bulan
Duren Utara Kecamatan Grogol Petamburan,
April 2017.
Jakarta Barat pada bulan April 2017.
Sebaran Paritas didapatkan bahwa
Analisi Univariat dari Sebaran Konsumsi
tingkat paritas ibu yang tinggi sebanyak 16 ibu
Zat Protein Ibu Selama Hamil, Usia Ibu,
(14.7%), sedangkan tingkat paritas ibu yang
Paritas, Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ibu,
sedang sebanyak 57 ibu (52,3%), dan tingat
Ante Natal Care, Berat Badan Prahamil
paritas ibu yang rendah sebanyak 36 ibu
Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas
(33.0%). Dari data dapat disimpulkan bahwa
Kelurahan Tanjung Duren Utara
terdapat lebih banyak jumlah ibu dengan
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
tingkat paritas sedangkan yang mempunyai
Barat pada Bulan April 2017.
bayi usia 0-12 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara
Sebaran Konsumsi Zat Protein Ibu
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Selama Hamil, didapatkan bahwa sebanyak 93
pada bulan April 2017 .
orang ibu (85.3%) dengan konsumsi zat

19
Sebaran Pekerjaan Ibu didapatkan Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
bahwa jumlah ibu yang bekerja selama hamil bulan April 2017.
sebanyak 67 ibu (61.5%), sedangkan jumlah Sebaran Berat Badan Pra Hamil ibu
ibu yang tidak bekerja selama hamil sebanyak didapatkan bahwa jumlah ibu dengan berat
42 ibu (38.5%). Dari data dapat disimpulkan badan pra hamil , 50 kg sebanyak 38 ibu
bahwa terdapat lebih banyak ibu yang (34.9%), sedangkan jumlah ibu dengan berat
mempunyai 0-12 bulan yang bekerja selama badan pra hamil >= 50 kg sebanyak 71 ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Keluarahan (65.1%). Dari data dapat disimpulkan bahwa
Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol terdapat lebih banyak ibu yang mempunyai
Petamburan, Jakarta Barat bulan April 2017. bayi beusia 0-12 bulan degan berat badan pra
Sebaran Pendidikan Ibu didapatkan hamil >= 50 kg di wilayah kerja Puskesmas
bahwa jumlah ibu dengan tingkat pendidikan Kelurahan Tanjung Duren Utana Kecamatan
rendah sebanyak 38 ibu (34.9%), sedangkan Grogol Petamburan, Jakarta Barat bulan April
jumlah ibu dengan tingkat pendidikan 2017.
menengah sebanyak 57 ibu (52.3%), dan
jumlah ibu dengan tingkat pendidikan tinggi Analisa Bivariat Hubungan antara
sebanyak 14 ibu (12.8%). Dari data dapat Konsumsi Zat Protein Ibu Selama Hamil
disimpulkan bahwa terdapat lebih banyak dengan Berat Badan Lahir pada Ibu yang
jumlah ibu yang memounyai bayi usia 0-12 Mempunyai Bayi Usia 0 sampai 12 Bulan
bulan dengan tingkat pendidikan menengah di di Wilayah Kerja Puskesmas Keluarahan
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tanjung Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol
Duren Utana Kecamatan Grogol Petamburan, Petemburan, Jakarta Barat pada Bulan
Jakarta Barat bulan April 2017. Aril 2017.
Sebaran AnteNatal Care didapatkan
bahwa jumlah ibu dengan kunjungan antenatal Protein adalah bagian dari semua sel
care < 4 kali sebanyak 83 ibu (76.1%), hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh
sedangkan jumlah ibu dengan kunjungan sesudah air. Protein merupakan zat pembangun
antenatal care >= 4 kali sebanyak 26 ibu jaringan, membentuk struktur tubuh,
(23.9%). Dari data dapat disimpulan bahwa pertumbuhan, transportasi oksigen,
terdapat lebih banyak ibu yang mempunyai membentuk system kekebalan tubuh.7 Sumber
bayi usia 0-12 bulan dengan jumlah kunjungan protein yang baik yaitu berasal dari protein
antenatal care < 4 kali di wilayah kerja hewani dan nabati. Pada ibu hamil protein
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utana berfungsi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin.9

20
Berdasarkan penelitian yang telah kami bermakna, hal ini menjadi masalah utama yang
lakukan pada ibu- ibu yang mempunyai bayi menjadi faktor terpenting yang mempengaruhi
usia 0-12 bulan di Posyandu RW 01, 05, 07 di berat badan lahir bayi. Hal ini mungkin
Keluarahan Tanjung Duren Utara yang datang disebabkan oleh karena terdapat lebih banyak
pada tanggal 10 13 April 2017, didapatkan jumlah ibu konsumsi zat protein selama hamil
hubungan antara konsumsi zat protein ibu yang cukup >= 67 gram melahirkan bayi
selama hamil dengan berat badan lahir bayi. 93 dengan berat badan lahir normal.
orang ibu dengan konsumsi zat protein yang
cukup selama hamil yang melahirkan bayi Analisa Bivariat Hubungan antara Usia Ibu
dengan BBLR 8 ibu dan 85 ibu melahirkan dengan Berat Badan Lahir pada Ibu yang
bayi dengan BBLN, dan 16 orang ibu dengan Mempunyai Bayi Usia 0 sampai 12 Bulan di
konsumsi zat protein yang kurang selama Wilayah Kerja Puskesmas Keluarahan
hamil yang melahirkan bayi dengan BBLR Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol
sebanyak 8 ibu dan 8 ibu melahirkan bayi Petemburan, Jakarta Barat pada Bulan
dengan BBLN. Hal ini dibuktikan dengan uji Aril 2017.
statistic Chi-Square, diperoleh nilai p = 0.000 Umur terlalu muda < 20 tahun
(p<0.005) yang berarti adanya hubungan merupakan salah satu faktor terjadinya bayi
antara konsumsi zat protein ibu selama hamil dengan berat badan lahir rendah, karena ibu
dengan berat badan lahir rendah pada ibu-ibu yang hamil pada umur muda belum siap untuk
yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan di hamil baik fisik maupun mental, dimana kurun
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan tanjung waktu reproduksi sehat dan aman untuk
Duren Utara. Hal ini sesuai dengan hasil kehamilan dan persalinan adalah umur 20-35
penelitian yang dilakukan oleh Efrinita A. tahun. Sedangkan pada umur > 35 tahun,
mengenai hubungan antara asupan protein mulai terjadi penurunan dan perubahan
dengan kejadian berat badan lahir rendah, jaringan dan fungsi organ-organ reproduksi
dengan menggunakan analisa data Regresi sehingga risiko presentase terjadinya bayi
logistik didapatkan signifikansi untuk jumlah dengan berat lahir rendah meningkat.34,35
asupan protein adalah p = 0.001 (p<0.005)
Berdasarkan penelitian yang telah kami
yang menyatakan bahwa adanya hubungan
lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi
antara asupan protein dengan kejadian berat
usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW
badan lahir. 9
01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara
Faktor jumlah konsumsi zat protein ibu
pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017
selama hamil terhadap berat badan lahir bayi
didapatkan tidak adanya hubungan antara usia
pada penelitian ini memiliki hubungan yang

21
ibu dengan berat badan lahir bayi. sebanyak 16 memiliki resiko minimal untuk melahirkan
ibu yang melahirkan bayi dengan BBLR 3 ibu bayi dengan berat badan lahir rendah, tetapi
dan 13 ibu melahirkan bayi dengan BBLN, dari 31 subjek yang teliti untuk usia yang
sedangkan ibu yang berusia dewasa muda beresiko (<20 tahun >35 tahun) hanya terdapat
sebanyak 57 ibu yang melahirkan bayi dengan 6 subjek yang melahirkan bayi dengan berat
BBLR sebanyak 10 dan 68 ibu melahirkan badan lahir rendah pada wilayah kerja
bayi dengan BBLN, dan ibu yang berusia Puskesmas Tanjung Duren Utara, Jakarta
dewasa sebanyak 25 ibu yang melahirkan bayi Barat.
dengan BBLR sebanyak 3 ibu dan 22 ibu
melahirkan bayi dengan BBLN. Dari data Analisa Bivariat Hubungan antara Paritas
dapat disimpulkan bahwa terdapat lebih dengan Berat Badan Lahir pada Ibu yang
banyak jumlah ibu dengan usia dewasa muda Mempunyai Bayi Usia 0 sampai 12 Bulan di
yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan. Hal ini Wilayah Kerja Puskesmas Keluarahan
dibuktikan dengan uji statistic Chi-Square, Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol
diperoleh nilai p = 0.104 (p>0.005) yang Petemburan, Jakarta Barat pada Bulan
berarti tidak adanya hubungan antara usia ibu Aril 2017.
dengan berat badan lahir rendah. Hal ini sesuai Paritas adalah jumlah anak yang telah
dengan hasil penelitian yag dilakukan oleh dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
Lilik H. Mengenai hubungan antara status gizi maupun lahir meninggal. Paritas yang beresiko
ibu hamil dengan berat badan lahir, dengan melahirkan BBLR adalah paritas 0 yaitu bila
menggunakan tabel ANOVA dalam uji regresi ibu pertama kali hamil dan mempengaruhi
antara umur ibi dengan berat badan lahir kondisi kejiwaan serta janin yng
diperoleh signifikansi p = 0.087 (p> 0.05) dikandungnya, dan juga trauma psikis yang
yang menyatakan tidak adanya hubungan terjadi dapat menjadi penyulit pada kehamilan
antara umur ibu dengan berat badan lahir bayi. dan persalinan berikutnya. Sedangkan paritas
Factor usia ibu tidak memiliki lebih dari 4 dapat berpengaruh pada kehamilan
hubungan bermakna dengan berat badan lahir berikutnya kondisi ibu belum pulih jika hamil
bayi pada penelitian ini, hal ini mungkin kembali, Dan dapat terjadi kemunduran daya
disebabkan karena bukan hanya usia ibu yang lentur (elastisitas) jaringan yang sudah
berpengaruh terhadap berat badan lahir bayi, berulang kali direngangkan oleh kehamilan
tetapi masih ada faktor lainnya yang lebih sehingga cenderung untuk timbul kelainan
berpengaruh. Karena dalam penelitian ini letak ataupun kelainan pertumbuhan plasenta
walaupun didapatkan lebih banyak ibu dengan dan pertumbuhan janin sehingga melahirkan
usia dewasa muda (20-35 tahun) yang artinya bayi berat lahir rendah (BBLR).. Paritas yang

22
aman ditinjau dari sudut kematian maternal ini mungkin karena selain masih ada banyak
adalah paritas 1-4.31,30 factor yang mempengaruhi berat badan lahir
Berdasarkan penelitian yang telah kami bayi, tetapi juga secara psikis ibu ibu yang
lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi menjadi subjek dalam penelitian kami sudah
usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW dapat menerima dengan baik dan siap dengan
01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara kehamilan dan kelahiran bayi yang
pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017 dikandungnya, dan juga mungkin karena pola
didapatkan tidak adanya hubungan antara usia perawatan yang baik, dan pengalaman mereka
ibu dengan berat badan lahir bayi. Didapatkan dari kehamilan dan kelahiran sebelumnya.
tidak adanya hubungan antara paritas ibu
dengan berat badan lahir bayi. Tingkat paritas Analisa Bivariat Hubungan antara
ibu yang tinggi sebanyak 16 ibu yang Pekerjaan Ibu dengan Berat Badan Lahir
melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak 3 ibu pada Ibu yang Mempunyai Bayi Usia 0
dan 13 ibu melahirkan bayi dengan BBLN, sampai 12 Bulan di Wilayah Kerja
sedangkan tingkat paritas ibu yang sedang Puskesmas Keluarahan Tanjung Duren
sebanyak 57 ibu yang melahirkan bayi dengan Utara Kecamatan Grogol Petemburan,
BBLR sebanyak 7 ibu dan 50 ibu melahirkan Jakarta Barat pada Bulan Aril 2017.
bayi dengan BBLN, dan tingat paritas ibu yang Peran lingkungan pekerjaan sangat
rendah sebanyak 36 ibu yang melahirkan bayi berpengaruh dalam mendapatkan informasi
dengan BBLR 6 dan 30 ibu BBLN. Hal ini termasuk informasi yang berkaitan dengan
dibuktikan dengan uji statistic Chi-Square, kehamilan. Ibu yang berkerja mendapatkan
diperoleh nilai p = 0.748 (p>0.005) yang informasi yang lebih banyak dari luar karena
berarti tidak adanya hubungan antara tingkat berinteraksi dengan kehidupan social diluar
paritas dengan berat badan lahir bayi. Hal ini dari lingkungan rumah, sedangkan ibu yang
sesuai dengan hasil penelitian yag dilakukan tidak bekerja lebih sedikit berinteraksi dengan
oleh Dewi Alya mengenai faktor-fartor yang kehidupan sosail lainnya sehingga memiliki
berhubungan dengan kejadian berat badan lahr pengetahuan dan informasi yang sedikit
rendah, dengan menggunakan tabel analalisis dibandingkan ibu yang berkerja. Ini juga
regresi logistik didapatkan nilai p = 1.000 (p> mempengaruhi asupan nutrisi yang dikonsumsi
0.05) yang menyatakan bahwa tidak adanya ibu, pola makan yang baik, dan bagaimana
hubungan antara paritas dengan berat badan menjaga kehamilan.30
lahir bayi.40 Berdasarkan penelitian yang telah kami
Factor Paritas tidak memiliki hubungan lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi
dengan berat badan lahir bayi pada penelitian usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW

23
01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara didapatkan mereka tidak semuanya didapatkan
pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017 pada saat merka di lingkungan pekerjaan tetapi
didapatkan tidak adanya hubungan antara usia juga dari keluarga dan juga informasi dari
ibu dengan berat badan lahir bayi. Didapatkan tenaga kesehatan saat melakukan kontrol rutin
tidak adanya hubungan antara pekerjaan ibu kehamilan ke tenaga medis.
ibu dengan berat badan lahir bayi. Ibu yang
bekerja selama hamil dari 67 ibu, yang Analisa Bivariat Hubungan antara
melahirkan bayi dengan BBLR 9 ibu dan 58 Pendidikan Ibu dengan Berat Badan Lahir
ibu melahirkan bayi dengan BBLN, dari 42 ibu pada Ibu yang Mempunyai Bayi Usia 0
yang tidak bekerja selama hamil terdapat sampai 12 Bulan di Wilayah Kerja
sebanyak 7 ibu yang melahirkan bayi dengan Puskesmas Keluarahan Tanjung Duren
BBLR dan 35 ibu melahirkan bayi dengan Utara Kecamatan Grogol Petemburan,
BBLN. Hal ini dibuktikan dengan uji statistic Jakarta Barat pada Bulan Aril 2017.
Chi-Square, diperoleh nilai p = 0.852 Tingkat pendidikan mempunyai
(p>0.005) yang berarti tidak adanya hubungan hubungan yang eksponensial dengan tingkat
antara pekerjaan ibu selama hamil dengan kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan
berat badan lahir bayi. Hal ini sesuai dengan semakin mudah menerima konsep hidup sehat
hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismi secara mendiri, kreatif dan berkesinambungan.
Trihardani mengenai faktor faktor yang Semakin tinggi pendidikan formal akan
mempengaruhi bayi lahir dengan berat badan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan
rendah, dengan menggunakan uji statistic Chi- yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-
Square didapatkan ilia p = 0.0569 (p>0.05) hari termasuk pengaturan pola makan ibu
yang menyatakan bahwa tidak adanya hamil sehingga mempengaruhi peningkatakan
hubungan antara pekerjaan ibu dengan berat status gizi ibu yang pada akhirnya
badan lahir bayi.25 berhubungan dengan berat bayi yang
Pekerjaan ibu tidak memiliki hubungan dilahirkannya.34,35
dengan berat badan lahir bayi pada penelitian Berdasarkan penelitian yang telah kami
ini mungkin karena walaupun sebagian besar lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi
dari subjek penelitian adalah ibu-ibu usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW
yangbekerja selama hamil, dibandingkan 01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara
dengan ibu-ibu yang tidak bekerja tetapi rata- pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017
rata melahirkan bayi dengan BBLN dari kedua didapatkan tidak adanya hubungan antara usia
kategorik lebih banyak dari pada yang BBLR. ibu dengan berat badan lahir bayi. Didapatkan
Ini dikarenakan mungkin informasi yang tidak adanya hubungan antara pendidikan ibu

24
dengan berat badan lahir bayi. Ibu dengan mencegah terjadinya kelahiran bayi dengan
tingkat pendidikan rendah sebanyak 38 ibu, BBLR.
yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak
7 ibu dan 31 ibu melahirkan bayi dengan Analisa Bivariat Hubungan antara
BBLN, dari 57 ibu dengan tingkat pendidikan Kunjungan Antenatal Care dengan Berat
sedang, terdapat 6 ibu yang melahirkan bayi Badan Lahir pada Ibu yang Mempunyai
dengan BBLR dan 51 ibu melahirkan bayi Bayi Usia 0 sampai 12 Bulan di Wilayah
dengan BBLN, dan sebanyak 14 ibu dengan Kerja Puskesmas Keluarahan Tanjung
pendidikan yang tingggi, terdapat 3 ibu yang Duren Utara Kecamatan Grogol
melahirkan bayi dengan BBLR dan 11 ibu Petemburan, Jakarta Barat pada Bulan
melahirkan bayi dengan BBLN. Hal ini Aril 2017.
dibuktikan dengan uji statistic Chi-Square,
diperoleh nilai p = 0.425 (p>0.005) yang
Menjaga kesehatan bayi baru lahir
berarti H0 diterima. Hal ini sesuai dengan hasil
dimulai jauh sebelum bayi dilahirkan. Diawali
penelitian yang dilakukan oleh Rani
dengan melakukan perawatan terhadap ibu
Puspitasari mengenai hubungan tingkat
hamil atau ibu hamil melakukan perawatan
pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian
selama masa kehamilannya. ANC merupakan
bayi berat lahir rendah. Hal ini dibuktikan
cara penting untuk memonitor dan mendukung
dengan uji statistic Chi-Square, diperoleh nilai
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi
p = 0.0562 (p>0.05) yang menyatakan tidak
ibu dengan kehamilan tidak normal. Ibu hamil
ada hubungan antara tingkat pendidikan
perlu medapatkan perawatan yang memadai
dengan kejadin BBLR.34
selama kehamilannya, bebas dari infeksi
Tingkat pendidikan ibu tidak
penyakit dan rutin melakukan monitor untuk
berhubungan dengan berat badan lahir bayi
kemungkinan terjadinya komplikasi selama
pada penelitian ini karena dari 109 sampel
kehamilan atau pada saat persalinannya nanti.
yang diteliti, terdapat 38 subjek dengan
Selain itu, ibu-ibu hamil perlu memiliki akses
pendidikan rendah, dan 57 subjek dengan
untuk dalam rangka pencegahan, pengobatan
pendidikan sedang. Dari kedua karegorik ibu-
ketika dibutuhkan, dan penyuluhan
ibu lebih banyak melahirkan bayi dengan
kesehatan/saran.24
BBLN, ini mungkin karena tingkat kesehatan
ibu hamil dan cara mereka menerima dan Berdasarkan penelitian yang telah kami
sadar akan pentingnya kesehatan pada saat lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi
kehamilan itu sudah cukup baik sehingga ibu- usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW
ibu yang menjadi subjek penelitian kami dapat 01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara

25
pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017 dikandung dan juga dapat memonitoring janin
didapatkan tidak adanya hubungan antara usia yang dikandungnya.
ibu dengan berat badan lahir bayi. Didapatkan
adanya hubungan antara antenatal care dengan Analisa Bivariat Hubungan antara Berat
berat badan lahir bayi. Terdapat 83 ibu dengan Badan Pra Hamil dengan Berat Badan Lahir
jumlah kunjungan ANC <4 kali selama masa pada Ibu yang Mempunyai Bayi Usia 0
kehamilan, 8 diantaranya melahirkan bayi sampai 12 Bulan di Wilayah Kerja
dengan BBLR dan 75 ibu melahirkan bayi Puskesmas Keluarahan Tanjung Duren
dengan BBLN, dari 26 ibu dengan jumlah Utara Kecamatan Grogol Petemburan,
kunjungan ANC >= 4 kali selama masa Jakarta Barat pada Bulan Aril 2017.
kehamilan, 8 diantaranya melahirkan bayi
dengan BBLR dan 18 ibu melahirkan bayi Berat badan prahamil menggambarkan
dengan BBLN. Hal ini dibuktikan dengan uji cadangan energi yang dimiliki ibu sebagai
statistic Chi-Square, diperoleh nilai p = 0.013 sumber zat gizi untuk tumbuh kembang janin
(p>0.005) yang berarti adanya hubungan sehingga dapat menentukan intervensi yang
antara jumlah kunjungan antenatal care. Hal dapat dilakukan. Hubungan antara berat badan
ini sesuai dengan hasil penelitian yang ibu prahamil dengan berat badan lahir bayi
dilakukan oleh Titik Setyowari dkk, mengenai tergolong erat dan berpola positif yang berarti
faktor risiko kejadian berat badan lahir rendah. bahwa semakin tinggi berat badan prahamil
Hal ini dibuktikan dengan menggunakan uji ibu, semakin berpotensi melahirkan bayi
Chi-Square diperoleh nilai p = 0.001 (p<0.05) dengan berat badan lahir yang lebih berat.33
yang menyatakan bahwa adanya hubungan
Berdasarkan penelitian yang telah kami
antara pelayanan antenatal care dengan berat
lakukan pada ibu-ibu yang mempunyai bayi
badan lahir rendah.
usia 0-12 bulan yang datang ke posyandu RW
Adnaya hubungan antara kunjungan 01, 05, 07 di Kelurahan Tanjung Duren Utara
ANC dengan berat badan lahir bayi pada pada tanggal 10 April 2017 13 April 2017
penelitian ini mungkin dikarenakan pada saat didapatkan tidak adanya hubungan antara usia
melakukan kunjungan anc atau perawatan ibu dengan berat badan lahir bayi. Didapatkan
rutin ibu selama kehamilan ke tenaga media, adanya hubungan antara berat badan prahamil
ibu akan mendapatkan bebera tindakan yang ibu dengan berat badan lahir bayi. 38 ibu yang
dapat menjadikan informasi bagi mereka mempunyai berat badan prahamil <50 kg,
mengenai perkembangan janin yang yang melahirkan bayi dengan BBLR sebanyak
13 ibu dan 25 ibu melahirkan bayi dengan

26
BBLN, dari 71 ibu dengan berat badan (65.1%) memiliki berat badan prahamil yang
prahamil >=50 kg, 3 diantaranya melahirkan lebih atau sama dengan 50 kg.,
bayi dengan BBLR dan 68 ibu melahirkan Pada analisis data faktor-faktor yang
bayi dengan BBLN. Hal ini dibuktikan dengan mempengaruhi pertumbuhan, didapatkan
uji statistic Chi-Square, diperoleh nilai p = hubungan antara konsumsi zat protein
0.000 (p>0.005) yang berarti adanya hubungan (p=0,000), antenatal care (p=0,013), berat
antara berat badan prahamil denganberat badan prahamil ibu (p=0,000), terhadap berat
badan lahir bayi. Hal ini sesuai dengan badan lahir bayi. Sebaliknya tidak ada
penelitian yang dilakukan oleh Khaula Karima hubungan antara usia ibu (p=0,104), paritas
dan Endang L mengenai status gizi dan berat (p=0,748), pekerjaan ibu (p=0,852) pendidikan
badan lahir bayi. Hal ini dibuktikan dengan ibu (p=0,425) terhadap berat badan lahir bayi
menggunakan uji pada ibu yang berkunjung ke wilayah kerja
Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren Utara
Kesimpulan dan Saran
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Kesimpulan
pada bulan April 2017.
Dari hasil penelitian mengenai hubungan
Saran
konsumsi zat protein ibu Selma hamil dan
Bagi Puskesmas Kelurahan Tanjung Duren
faktor faktor lainnya dengan berat badan lahir
Utara Kecamata Grogol
bayi di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Petamburan, Jakarta Barat
Tanjung Duren Utara Kecamatan Grogol
- Mengadakan penyuluhan rutin
Petamburan, Jakarta Barat pada bulan April
mengenai pentingnya perubahan pola makan
2017 menggunakan 109 sampel dan pada
ibu selama hamil terutama konsumsi zat
subjek yang diteliti didapatkan sebaran berat
protein pada trimester 3 kehamilan yang
badan lahir bayi yang normal sebanyak 93
sangat bermanfaat bagi perkembangan janin
bayi (85.3%), 93 ibu (85,3%) didapatkan
sehingga dapat mencegah terjadinya kejadian
konsumsi zat protein ibu yang cukup selama
berat berat badan lahir rendah.
hamil, 78 ibu (71.6%) didapatkan berusia 20
- mengadakan edukasi mengenai
sampai 35 tahun, 57 ibu (52.3%) dengan
pentingnya pemeriksaan antenatal care selama
jumlah paritas 4 atau lebih , 67 ibu (61.5%)
kehamilan untuk mengetahi perkembangan
yang bekerja selama hamil, 57 ibu (52.3%)
janin yang dikandung.
memiliki tingkat pendidikan SMA/SMK, 83
- Memberikan edukasi bagi ibu-ibu yang
ibu (83%) dengan kunjungan antenatal care
hendak merancanakan kehamilan, maka harus
yang kurang dari 4 kali selama hamil, 71 ibu
diperhatikan juga berat badannya sebelum
hamil apakah sudah mencukupi atau kurang
27
dari yang seharusnya, karena penting bagi 8. Almatsier S. Prinsip dasar ilmu gizi.
persediaan nutrisi yang dibutuhkan janin. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2011

9. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Profil dinas Kesehatan DKI
Daftar Pustaka Jakarta; 2012.
1. Sylviati M. Klasifikasi Bayi Menurut
10. Kristiyanasari W. Gizi ibu hamil.
Berat Lahir dan Masa Gestasi. In: Sholeh
Yogyakarta: Nuha Medika: 2010.
Kosim, dkk. Buku Ajar Neonatalogi.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008 p 11- 11. Boer JMA, Van B, Hoogervorst, Luijten,
30. Vries De. Effect of maternal diet during
pregnancy on birth weight of the infant.
2. Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa
Centre For Nutrition and Health, 2009.
GI, Usman A, Buku ajar neonatologi. Edisi
12. M. Sholeh kosim , dkk. Buku Ajar
ke-1: Jakarta; 2010.
Neonatologi. Ikatan Dokter Anak
3. Departemen Kesehatan RI. Riset Indonesia. Jakarta . 2012.
Kesehatan Dasar (RISKESDAS), laporan 13. Prawirohardjo,S. Ilmu Kebidanan. Jakarta:
nasional 2013. Jakarta: Departemen Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Kesehatan RI; 2013. Prawirohardjo.Profi Kesehatan ; 2008
14. Asad, S. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak.
4. Departemen Kesehatan RI. Riset
Jakarta : Proyek Peningkatan Penelitian
Kesehatan Dasar (RISKESDAS), laporan
Pendidikan Tinggi; 2002
nasional 2010. Jakarta: Departemen
15. Zulhaida, L. Status Gizi Ibu Hamil Serta
Kesehatan RI; 2010.
Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang
5. WHO. Optimal feeding of low birthweight dilahirkan. Pengantar Falsafah Sains (PPS
infants in low. Middle-income countries. 702) Program Pasca Sarjana S3 IPB
2010, p:201. Bogor; 2003
16. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
6. Survei Demografi dan Kesehatan
Jakarta : PT Gramedia; 2003
Indonesia (SDKI). Laporan pendahuluan.
17. Sayoga, S. Gizi Ibu Hamil. Jakarta : Balai
BPS, BKKBN dan Kemenkes RI, Jakarta:
Penerbi FKUI; 2007
2012.
18. Chuningham, F Gary. 2005. Obstetry
7. Waryana. Gizi reproduksi. Yogyakarta: Williams. Jakarta : EGC. 252-6,24-111.
Pustaka Rihana: 2010.

28
19. Pramitha. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara
Menyusui. Diunduh dari : Kota Singkawang; 2011
http://www.pramitha.co.id.htm 8 April 29. Kramer MS. Determinant of low birth
2017 weight : methodological assessment and
20. Syari M, Serugji J, Mariati U. Peran meta-analysis. Bulletin of the World
Asupan Zat Gizi Makronutrien Ibu Hamil Health Organization. 1987;65 (5): 663-737
Terharap Berat Badan Lahir Bayi di Kota 30. Karima K, Achadi EL. Status Gizi Ibu dan
Padang. Padang; 2015 Berat Badan Lahir Bayi. Jakarta; 2013
21. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. 31. Karwati, SST. Hubungan Faktor Ibu
Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC; 2002 Dengan Kejadian Bayi Lahir Rendah
22. Beck, D., Ganges, F, Goldman, S., & (BBLR) di RSUD Kota Bandung periode
Long, P. (2004). Care of the Newborn Januari Desember 2007: Bandung; 2007
References Manual. Washington: Kinetik 32. Lisna. Hubungan Antara Ibu Hamil
23. Depkes. Pedoman Pemantauan Wilayah Anemia Defisiensi Zat Besi Dengan Bayi
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS- Berat Badan Lahir Rendah di Puskesmas
KIA). Jakarta: Depkes Direktorat Majalengka periode 2004-2005: Bandung;
Binkesga; 2004 2005
24. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: 33. http://Indah. Jarak Kehamilan yang Aman.
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000 www.depkes.go.id 12-5-2008
25. Asiyah, S. Karakteristik Bayi Berat Lahir 34. Arinnita I. Hubungan Pendidikan dan
Rendah (BBLR) Sampai Tribulan II Tahun Paritas Ibu Dengan Kejadian BBLR di
2009 Di kota Kediri.Jurnal Kesehatan RSUP Dr. Moehammad Hosein Padang:
suara Forikes; 2010 Padang; 2012
26. Sistriani, C. Faktor Maternal dan Kualitas 35. Kusumawati Y, Mutalazimah.. Hubungan
Pelayanan Antenatal yang Beresiko Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu
terhadap Kejadian Berat Badan Lahir dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Dr.
Rendah (BBLR) Studi pada Ibu yang Muewardi Surakarta: Surakarta.
Periksa Hamil Ke Tenaga Kesehatan dan Puspitasari R; 2014.
Melahirkan di RSUD Banyumas. Tesis 36. Hubungan Tingkat Pendidikan dan
FKM. Universitas Diponegoro.; 2008 Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Bayi Berat
27. Rose, W. Panduan Lengkap Perawatan Lahir Rendah di RSU PKU
Kehamilan. Dian Rakyat. Jakarta; 2007 Muhammadiyah Bantul : Yogyakarta;
28. Trihardini, I. Faktor Risiko Kejadian Berat 2013
Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja

29
37. Muazizah dkk. Hubungan Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil dengan Berat Bayi
Lahir Di RS Permata Bunda Kab.
Grobogan. Tesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang; 2011
38. Hidayati, M. Kurang Energi Kronis dan
Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota
Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Tesis, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta; 2005
39. Hanifah L. Hubungan Antara Status Gizi
Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir Bayi
di RB Pokasi; 2006
40. Alya D. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengannn Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Banda Aceh Tahun 2013; Banda Aceh;
2013
41. Setyowati T, Soesanto SS, Budiarsono LT,
dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Bayi Lahir dengan Berat Badan rendah,
Jakarta; 2010

30

Anda mungkin juga menyukai