PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan
provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik
badan janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari 20 minggu. Insiden 15%
B. Etiologi
menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus,
2
chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk
peranan pula dengan kejadian abortus meskipun sulit untuk dibuktikan atau
usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35 tahun
usia 35 tahun. Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan
salah satu orang tua, faktor tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah
3
2. Kelainan kongenital uterus. Defek anatomik uterus diketahui sebagai
kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%).
b. Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin atau cacat berat
kematian janin.
4
bahwa perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat
paparan obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan
pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya
3 kali lipat mengalami abortus. Pada tahun 1929, allen dan Corner
5
mempublikasikan tentang proses fisiologi korpus luteum, dan sejak itu
abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali, didapatkan 17% kejadian defek
fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi defek fase luteal punya
antara lain :
6
d. Uterus terlalu cepat renggang (kehamilan ganda, mola).
abortus adalah infeksi. Sesuai dengan keluhan yang biasa ibu alami
genital. Tapi bisa saja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.
Keputihan yang terjadi sangat khas seperti bubuk keju dan sangat
7
gatal. Bila perjalanan penyakitnya kronik dapat menyebabkan rasa
dan menimbulkan gejala iritasi/ panas pada vulva dan vagina disertai
nyeri panggul.
anemi gravis.
plasenta merusak darah fetus sehingga terjadinya anemi pada fetus yang
menyebabkan-nya mati.
10. Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti : TBC, anemi,
8
11. Faktor serviks : inkompetensi serviks, sevisitis
C. Faktor Resiko
usia ibu. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35
trisomi autosom.
9
meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah
D. Patogenesis
kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih
secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam
diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu
dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih
tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis
servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering
banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa
10
abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas
beragam.
iii. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan
janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin
yang dikeluarkan).
iv. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh.
dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan
pengeluaran.
11
4. Abortus Komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.
5. Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
6. Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
7. Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
E. Manifestasi Klinis
1. Amenorea
3. Sakit perut dan mulas mulas dan sudah ada keluar fetus atau jaringan
4. Pada pemeriksaan dalam jika abortus baru terjadi didapati serviks terbuka,
atau kavum uteri dan uterus lebih kecil dari seharusnya kehamilan.
12
tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan
selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau
minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita
beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut
bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks,
nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks
sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-
13
yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus
telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya
membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda
sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap,
maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu
berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada
14
yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak
atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau
abortus habitualis.
15
F. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
G. Penatalaksanaan
16
Tindakan pengobatan abortus inkompletus meliputi :
pengobatan.
tindakan.
syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah.
kuretase. Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan
uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi
his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi
dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada
17
H. Komplikasi
berikut:
1. Perdarahan.
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
waktunya.
2. Perforasi
luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan dan karena infeksi
berat.
4. Infeksi
18
I. Prognosis
Abortus Provokatus
Abortus provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus.
bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui
cara mekanik atau obat. Abortus elektif atau sukarela adalah pengakhiran
kehamilan sebelum janin mampu hidup atas dasar permintaan wanita, dan tidak
mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara indikasi untuk
tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus terapeutik
juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan
saudara (incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas
19
fisik yang berat atau retardasi mental (Cunningham et al.,2005). Kontraindikasi
2. Mekanis:
c. Histerotomi / histerektomi
20
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Nn. N Nama suami : Tn. A
Umur : 46 tahun Umur : 49 tahun
Alamat : Jl. Kelinci Alamat : Jl. Kelinci
Pekerjaan : URT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
ANAMNESIS
G4P3A0 Usia Kehamilan : 7-8 minggu (USG)
HPHT : lupa Menarche : 14 tahun
TP :- Perkawinan : pertama
21
Riwayat Diabetes Mellitus (-),
Asma (-),
Alergi (-).
Riwayat Obstetri :
No Tempat Tahun Kehamilan Jenis penyulit Anak
persalinan persalinan Jenis BBL keadaan
kelamin
1 Rumah/bidan 1991 Aterm Normal - Laki-laki 3.9kg Hidup
2 Undata/bidan 2007 Aterm Normal - Perempuan 3.7kg Hidup
3 Undata/bidan 2001 Aterm Normal - Perempuan 3.4kg Hidup
Riwayat ANC :-
Riwayat Imunisasi :-
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sedang Tek. Darah :100/70 mmHg
Kesadaran : Kompos mentis Nadi : 76x/menit
BB : 46 Kg Respirasi : 24x/menit
TB : 157 cm Suhu : 36.8C
Kepala Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-hepar
SIC VII
LMD, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni Reguler
22
Abdomen :
Pemeriksaan Obstetri :
Leopold I :setinggi pusat
Leopold II :tidak teraba
Leopold III :tidak teraba
Leopold IV :tidak teraba
HIS :-
Pergerakan Janin : -
Janin Tunggal :-
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) :teraba jaringan di depan portio
Vulva : tidak ada kelainan
Vagina : tidak ada kelainan
Portio : lunak
Pembukaan : 1 cm
Pelepasan : darah segar
Ekstremitas :
Atas :Akral hangat, Edema -/-
Bawah :Akral hangat, Edema -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin:
WBC : 9.4 103/uL
RBC : 4.01 106/uL
HGB : 10,4 g/dL
HCT : 32.3 %
PLT : 234 103/Ul
CT : 4
BT : 8 30
HbSAg : non reaktif
Urine : hCG test (+)
23
USG : kesan abortus inkomplit
RESUME
Pasien perempuan , umur 46 tahun masuk dengan perdarahan pervaginam
sejak pukul 18.30, volume banyak dan menggumpal. Nyeri suprapubis (+), mual
(+), pusing (+).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TD : 100/70 mmHg, N : 76x/m,
R : 24x/m, S: 36.8C. Pemeriksaan obstetri : TFU setinggi pusat. nyeri tekan
suprapubis.
Pada Pemeriksaan Dalam (VT) : portio lunak, pembukaan 1 cm, pelepasan
darah segar.
Pada pemeriksaan darah rutin WBC (9.4), RBC (4.01), HGB (10.4), HCT
(32.3), PLT (234), HbSAg (non reaktif), hCG (+).
DIAGNOSIS
Abortus Inkomplit
PENATALAKSANAAN
IVFD RL 28 tpm
Drips oxitocin 1 ampul setiap ganti cairan
Injeksi cefotaxime/12 jam
Rencana kuret 11/04/17
24
Follow UP
11 april 2017
S :Pengeluaran darah (+), nyeri perut bagian bawah (+)
O: TD : 100/70 mmHg N : 82 x/menit
P : 20 x/mnt S : 36.6oC
A: Abortus Inkomplit
P:
Terapi lanjut
Rencana kuretase ditunda
Pasang gastrul 2 tab/vagina/6jam
IVFD RL + oxitocin 1 ampul 28 tpm
Jika portio sudah terbuka rencana kuretase besok
12 april 2017
S: pengeluaran darah dari jalan lahir (+), dilakukan kuretase jam 11.15 di
kamar bersalin RSU Anutapura.
O: TD : 100/60mmHg N : 68x/m
P : 20x/m S : 36.8 C
A: abortus inkomplit
P:
Terapi lanjut
Kuretase hari ini
Instruksi post kuret
IVFD RL 28 tpm
Ceftriaxone 1 gr/12jam
Metronidazole 0.5g/8jam
Methergin tab 3x1
Oxytocin 1 amp setiap ganti cairan sampai 24 jam
SF 1x1
25
Cek DR 2 jam post kuret jika Hb<8 gr/dL transfusi 1 labu PRC
13 april 2017
S: perdarahan (+) sedikit, nyeri perut bagian bawah (-)
O: TD : 120/70 mmHg N : 80 x/menit
P : 20 x/mnt S : 36.8oC
Hb 9.4 g/dL
A: post kuretase hari 1
P:
ciprofloxacin 2 x 500 mg
Metilergometrin 3 x 1
SF 2x1
RawatJalan
26
BAB IV
PEMBAHASAN
berakhirnya kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu atau kurang dari 500
gram. Secara klinis, abortus yang paling sering dijumpai dirumah sakit adalah
abortus inkomplit. Pasien pada umumnya datang dalam keadaan perdarahan dan
nyeri perut yang hebat, dari pemeriksaan fisik ditemukan pembukaan serviks dan
Pada kasus ini, perempuan 46 tahun dengan usia kehamilan 7-8 minggu
datang dengan keluhan keluar darah bergumpal dari jalan lahir,disertai nyeri perut
dan pusing. Dari pemeriksaan fisik dan obstetri didapatkan serviks membuka dan
Pada kasus ini, pasien tidak memiliki riwayat abortus. Mekanisme penyebab
abortus tidak selalu dapat ditentukan dengan jelas, karena pada umumnya lebih
dari satu faktor yang berperan. Secara umum penyebab abortus dapat dibagi
menjadi faktor fetus dan faktor maternal. Faktor fetus seperti kelainan kromosom
menjadi penyebab sekitar 50% kejadian abortus spontan, dimana kelainan yang
paling sering ditemukan berupa autosomal trisomi. Faktor Maternal yang turut
berperan seperti : usia ibu, kelainan anatomis, factor imunologis, infeksi, penyakit
27
lingkungan. Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan
usia ibu. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35
Pada pasien ini, dari segi usia yaitu 46 tahun telah meningkatkkan resiko
terjadinya abortus.
kelainan sitogenik.
28
memperbesar peluang terjadinya abortus. Pada kasus, riwayat penyakit
Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok
maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian,
Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus
sehingga rongga rahim kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk
abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan.
Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada kasus ini,
29
pasien dilakukan kuretase untuk mengevakuasi sisa jaringan dan diberikan
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuninngham F.G, dkk. Obstetri William. Edisis 21. Vol 2. EGC : Jakarta.
2006.
31