Tugas Ujian 1
Tugas Ujian 1
Kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu keadaan gangguan dan perubahan tingkah laku,
alam pikiran atau alam perasaan yang dapat dicegah (preventable) atau dapat diatasi (treatable)
yang membuat pasien sendiri, teman, keluarga, lingkungan, masyarakat, atau petugas profesional
merasa perlu meminta pertolongan medik psikiatri segera , cepat dan tepat karena kondisi itu
dapat mengancam integritas fisik pasien, integritas fisik orang lain, integritas psikologik pasien,
integritas keluarga atau lingkungan sosialnya. Algoritma kegawatdaruratan di IGD:
Pada proses evaluasi, menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan
tepat aadalah tujuan utama dalam melakuka evaluasi kedaruratan psikiatrik. Tindakan segera
yang harus dilakukan secara tepat adalah menentukan diagnosis awal , melakukan identifikasi
faktor-faktor presipitasi dan kebutuhan segera pasien , memulai terapi atau merujuk pasien ke
fasilitas yang sesuai
Dalam proses evaluasi, dilakukan:
1. Wawancara Kedaruratan Psikiatrik
Wawancara dilakukan lebih terstruktur, secara umum fokus wawancara ditujukan
pada keluhan pasien dan alasan dibawa ke unit gawat darurat. Keterangan tambahan dari
pihak pengantar, keluarga, teman atau polisi dapat melengkapi informasi, terutama pada
pasien mutisme, tidak kooperatif, negativistik atau inkoheren. Hubungan dokter-pasien
sangat berpengaruh terhadap informasi yang diberikan. Karenanya diperlukan 2
kemampuan mendengar, melakukan observasi dan melakukan interpretasi terhadap apa
yang dkatakan ataupun yang tidak dikatakan oleh pasien, dan ini dilakukan dalam waktu
yang cepat.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan psikiatrik standar meliputi: riwayat perjalanan penyakit,
pemeriksaan status mental, pemeriksaan status fisik/neurologik dan jika perlu
pemeriksaan penunjang. Yang pertama dan terpenting yang harus dilakukan oeh seorang
dokter di unit gawat darurat adalah menilai tanda-tanda vital pasien. Tekanan ddarah,
suhu, nadi adalah sesuatu yang mudah diukur dan dapat memberikan informasi
bermakna. Misalnya seorang yang gaduh gelisah dan mengalami halusinasi, demam,
frekuensi nadi 120 per menit dan tekanan darah meningkat, kemungkinan besar
mengalami delirium dibandingkan dengan suatu gangguan psikiatrik. Lima hal yang
harus ditentukan sebelum menangani pasien selanjutnya:
a. Keamanan pasien
Sebelum mengevaluasi pasien, dokter harus dapat memastikan bahwa situasi di
UGD, jumlah pasien di ruangan tersebut aman bagi pasien. Jika intervensi verbal tidak
cukup atau kontraindikasi, perlu dipikirkan pemberian obat atau pengekangan.
b. Medik atau psikiatrik
Penting bagi dokter untuk menilai apakah kasusnya medik, psikiatrik atau
kombinasi keduanya, sebab penanganannya akan jauh berbeda. Kondisi medik umum
seperti trauma kepala, infeksi berat dengan demam inggi, kelainan metabolisme,
intoksikasi atau gejala putus zat seringkali menyebabkan gangguan fungsi mental yang
menyerupai gangguan psikiatrik umumnya. Dokter gawat darurat tetap harus
menelusuri semua kemungkinan penyebab gangguan fungsi mental yang tampak.
c. Psikosis
Yang penting bukanlah penegakan diagnosisnya, tetapi seberapa jauh
ketidakmampuannya dalam menilai realita dan buruknya tilikan. Hal ini dapat
mempengaruhi sikapnya terhadap pertolongan yang kita berikan serta kepatuhannya
dalam berobat.
d. Suicidal atau homicidal
Semua pasien dengan kecenderungan bunuh diri harus dobservasi secara ketat.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan tindak kekerasan atau pikiran bunuh diri
harus selalu ditanyakan kepada pasien.
e. Kemampuan merawat diri sendiri
Sebelum memulangkan pasien, harus dipertimbangkan apakah pasien mampu
merawat dirinya sendir, mampu menjalankan saran yang dianjurkan. Ketidakmampuan
pasien dan atau keluarganya untuk merawat pasien di rumah merupakan salah asatu
indikasi rawat inap.
Adapun indikasi rawat inap antara lain adalah bila pasien membahayakan diri sendiri atau
orang lain, bila perawatan di rumah tidak memadai, dan perlu observasi lebih lanjut.
Kasus kedaruratan psikiatri meliputi gangguan pikiran, perasaan dan perilaku yang
memerlukan intervensi terapeutik segera, antara lain:
A. Kondisi gaduh gelisah
B. Tindak kekerasan (violence)
C. Tentamen suicidum/percobaan bunuh diri
D. Gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan obat
E. Delirium1
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada sindrom otak organik akut biasanya
terdapat kesadaran menurun sedangkan pada sindrom otak organik menahun biasanya
terdapat dementia. Akan tetapi suatu sindrom otak organik menahun (misalnya tumor otak,
demensia paralitika, aterosklerosis otak, dan sebagainya) dapat saja pada suatu waktu
menimbulkan psikosis atau pun keadaan gaduh gelisah. Untuk mengetahui penyebabnya
secara lebih tepat, perlu sekali dilakukan evaluasi internal dan neurologis yang teliti.
Tatalaksana
Bila seorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita, penting sekali kita harus
bersikap tenang. Dengan sikap yang meyakinkan, meskipun tentu waspada, dan kata-kata yang
dapat menenteramkan pasien maupun para pengantarnya, tidak jarang kita sudah dapat
menguasai keadaan.
Bila pasien masih diikat, sebaiknya ikatan itu disuruh dibuka sambil tetap berbicara
dengan pasien dengan beberapa orang memegangnya agar ia tidak mengamuk lagi. Biarpun
pasien masih tetap dipegang dan dikekang, kita berusaha memeriksanya secara fisik. Sedapat-
dapatnya tentu perlu ditentukan penyebab keadaan gaduh gelisah itu dan mengobatinya secara
etiologis bila mungkin.
Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeutik tinggi
(misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat berguna untu mengendalikan
psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat, maka suntikan neuroleptikum yang
mempunyai dosis terapeurik rendah, misalnya trifluoperazine, haloperidol (5 10 mg), atau
fluophenazine dapat juga dipakai, biarpun efeknya tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis
terapeutik tinggi. Bila tidak ada juga, maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya
diazepam (5 10 mg), disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwa tranquilaizer bukan
suatu antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun kedua-duanya mempunyai efek antitegang,
anticemas dan antiagitasi.
Efek samping neuroleptika yang segera timbul terutama yang mempunyai dosis
terapeutik tinggi, adalah hipotensi postural, lebih-lebih pada pasien dengan susunan saraf
vegetatif yang labil atau pasien lanjut usia. Untuk mencegah jangan sampai terjadi sinkop, maka
pasien jangan langsung berdiri dari keadaan berbaring, tetapi sebaiknya duduk dahulu kira-kira
satu menit (bila pasien sudah tenang).
Penjagaan dan perawatan yang baik tentu juga perlu, mula-mula agar ia jangan
mengalami kecelakaan, melukai diri sendiri, menyerang orang lain atau merusak barang-barang.
Bila pasien sudah tenang dan mulai kooperatif, maka pengobatan dengan neuroleptika
dilanjutkan per oral (bila perlu suntikan juga dapat diteruskan). Pemberian makanan dan cairan
juga harus memadai. Kita berusaha terus mencari penyebabnya, bila belum diketahui, terutama
bila diduga suatu sindrom otak organik yang akut. Bila ditemukan, tentu diusahakan untuk
mengobatinya secara etiologis.
Gangguan Psikotik
1. Gangguan psikotik akut
2. Gangguan mental organik
3. Skizofrenia
4. Gangguan bipolar dengan ciri psikotik
5. Gangguan waham
6. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
Non Psikotik
1. Kecemasan
2. Depresi
3. Gangguan stress pasca trauma
4. Gangguan kepribadian antisosial
Gejala
1. Marah-marah
2. Mengancam
3. Menyerang
4. Merusak/membanting barang
5. Berpikir irrasional
6. Tidak kooperatif
7. Waham
8. Halusinasi
9. Paranoid2
Talaksana
Terapi obat tergantung diagnosisnya. Biasanya untuk menenagkan pasien diberikan obat
antipsikotik atau benzodiazepin:
Flufenazine, trifluoperazine atau haloperidol 5mg per oral atau IM,
Olanzapine 2,5-10 mg per IM, maksimal 4 injeksi per hari, dengan dosis rata-rata per hari
13-14mg,
Atau lorazepam 2-4 mg, diazepam 5-10mg per IV secara pelahan (dalam 2 menit).
Bila dalam 20-30 menit kegelisahan tidak berkurang, ulangi dengan dosis yang sama. Hindari
pemberian antipsikotik pada pasien yang mempunyai risiko kejang. Utnuk penderia epilepsi,
mula-mula berikan antikonvulsan misalnya carbamazepine lalu berikan benzodiazepine. Pasien
yang menderita ganggauan organik kronik seringkali memberikan respon yang baik dengan
pemberian -blocker seperti propanolol.3
C. BUNUH DIRI
Definisi
Definisi bunuh diri / suicide (percobaan bunuh diri), dari bahasa latin: tentamen
suicide, dari bahasa Inggris suicide attempt. Percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan
dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan disengaja dilakukan oleh
seseorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu sangat singkat. Secara umum
didefinisikan yaitu percobaan bunuh diri ialah segala perbuatan seseorang yang dapat mengakhiri
hidupnya sendiri dalam waktu yang sangat singkat.1
Gambaran Klinis
Dalam mengenali pasien yang cenderung bunuh diri merupakan satu tugas yang penting
namun sulit dilaksanakan. Penelitian menunjukkan bahwa resiko bunuh diri yang berhasil akan
meningkat pada jenis pria berkulit putih, umur lanjut dan isolasi sosial. Pasien dengan riwayat
keluarga percobaan bunuh diri atau bunuh diri yang berhasil membuat resiko tambah semakin
tinggi. 80% pasien yang melaksanakan bunuh diri dan berhasil, biasanya mengidap gangguan
afektif dan 25% bergantung pada alkohol. Bunuh diri merupakan 15% sebab kematian,
kelompok diatas skozofrenia yang jarang terjadi, namun 10% pasien skizofrenik meninggal
akibat bunuh diri.1
Macam Macam Bunuh Diri dan Percobaan Bunuh Diri Emile Derkheim
1. Bunuh Diri Egoistik
Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyrakat. Hal ini disebabkan oleh
kondisi kebudayaan atau masyarakat yang menjadikan individu itu seolah olah tidak
berkepribadian.
Kegagalan integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang
tidak menikah lebih rentan untuk melakukan bunuh diri daripada mereka yang sudah
menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial yang lebih baik
daripada daerah perkotaan sehingga angka suicide juga lebih sedikit.
2. Bunuh Diri Altruistik
Individu itu terikat pada tuntutan tradisi ataupun ia cenderung untuk bunuh diri
karena identifikasinya terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa kelompok
tersebut sangat mengharapkannya.
Contohnya : Harakiri di Jepang , puputan di Bali beberapa ratus tahun lalu, dan
dibeberapa masyarakat primitif yang lain. Suicide mencari ini mencari dalam zaman
sekarang jarang terjadi.
3. Bunuh Diri Anomik
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma norma yang
kelakuan yang biasa.
Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan, masyarakat atau kelompoknya tidak dapat
memberikan kepuasan kepadanya karena tidak ada pengaturan dan pengawasan terhadap
kebutuhan kebutuhannya. Hal ini menerangkan mengapa percobaan bunuh diri pada
orang cerai pernikahan lebih banyak daripada mereka yang tetap dalam pernikahan.
Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih mudah
melakukan percobaan bunuh diri.1
l. Jenis kelamin
Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri dibanding laki-laki. Akan tetapi,
keberhasilan bunuh diri lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan metode bunuh diri
yang dipilih. Laki-laki lebih banyak dengan gantung diri, meloncat dari tempat tinggi, dengan
senjata api. Perempuan lebih banyak dengan overdosis obat-obatan atau menggunakan racun.
2. Usia
Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki, angka bunuh
diri tertinggi pada usia di atas 45 tahun sedangkan pada perempuan angka bunuh diri tertinggi
pada usia di atas 55 tahun. Orang yang lebih tua lebih jarang melakukan percobaan bunuh diri,
tetapi lebih sering berhasil.
3. Ras
Di Amerika Serikat ras kulit putih lebih banyak melakukan bunuh diri dibanding ras kulit
hitam.
4. Status perkawinan
Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika terdapat anak di rumah. Orang yang
tidak pernah menikah dua kali lebih beresiko untuk bunuh diri. Perceraian meningkatkan resiko
bunuh diri. Janda atau duda yang pasangannya telah meninggal juga memiliki angka bunuh diri
yang tinggi.
5.Pekerjaan
Semakin tinggi status sosial semakin tinggi resiko bunuh diri, tetapi status sosial yang rendah
juga meningkatkan resiko bunuh diri. Pekerjaan sebagai dokter memiliki resiko bunuh diri
tertinggi dibanding pekerjaan lain. Spesialisasi psikiatri memiliki resiko tertinggi, disusul
spesialis mata dan spesialis anestesi. Pekerjaan lain yang memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri
adalah pengacara, artis, dokter gigi, polisi, montir, agen asuransi. Orang yang tidak memiliki
pekerjaan memiliki resiko lebih tinggi untuk bunuh diri.
6.Kesehatan fisik
Satu dari tiga orang yang melakukan bunuh diri memiliki masalah kesehatan dalam 6 bulan
sebelum bunuh diri. Hilangnya mobilitas fisik, nyeri hebat yang kronik, pasien hemodialisis
meningkatkan resiko bunuh diri.
7. Gangguan mental
Sekitar 95% dari semua orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri memiliki gangguan
mental. Gangguan mental tersebut terdiri dari depresi 80%, skizofrenia 10%, dan demensia atau
delirium 5%. Di antara semua pasien dengan gangguan mental, 25% kecanduan juga kepada
alkohol.
8. Kecanduan alkohol
Sekitar 15% pasien kecanduan alkohol melakukan bunuh diri. Sekitar 80% pasien bunuh diri
akibat kecanduan alkohol adalah laki-laki. Sekitar 50% dari pasien kecanduan alkohol yang
bunuh diri mengalami kehilangan anggota keluarga atau pasangan dalam satu tahun terakhir.
9. Gangguan kepribadian
Sebagian besar orang yang bunuh diri memiliki gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian
merupakan faktor predisposisi untuk gangguan depresi. Selain itu juga merupakan faktor
predisposisi untuk kecanduan alkohol. Gangguan kepribadian juga dapat menyebabkan konflik
dengan keluarga dan orang lain.4
Mengenali pasien yang berpotensi bunuh diri
Kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila (Tomb, 2004):
1. Pasien pernah mencoba bunuh diri
2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan maupun tidak, atau berupa ancaman:
kamu tidak akan saya ganggu lebih lama lagi (sering dikatakan pada keluarga)
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna (pasangan, pekerjaan, harga diri, dan lain-lain)
5. Perubahan perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, pembicaraan serius dan
mendalam dengan kerabat, membagi-bagikan harta/barang-barang miliknya.
6. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri.5
- Apakah anda pernah merasa bahwa lebih baik kalau anda mati saja?
4. Selidiki :
Apakah pasien bisa mendapatkan alat dan cara untuk melaukan rencana bunuh dirinya?
c. Identifikasi cara bunuh diri (racun/obat, bahan peledak, meloncat dari tempat tinggi,
memotong organ tubuh, menggantung diri, tenggelam) dan tindakan life saving.
e. Setelah nyawa pasien tertolong, evaluasi tindakan bunuh diri selama 2 kali 24 jam
terutama potensi bunuh diri ulang.
f. Tempatkan pasien pada ruang perawatan yang aman dan jauhkan dari benda-benda yang
dapat dipakai untuk bunuh diri.
2. Psikofarmaka
a. Antidepresan
Penatalaksanaan medik
YA
TIDAK
Penatalaksanaan
RUJUK RSU
psikiatrik
Resiko tinggi
1. Maramis, W.F. dan Maramis, A.A. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press.
2. Supriyanto dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Kegawatdaruratan Psikiatrik. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
3. Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto ed. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
4. Sadock, B.J., Sadock, V.A., et al. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins.
5. Tomb, D.A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta: EGC.
6. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. 2rd rev. ed. Kusuma M, translator. Jakarta:
Erlangga; 2010, 56-67 p.