Anda di halaman 1dari 8

POLA MENYUSUI DAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

MENINGKATKAN STATUS GIZI BALITA USIA 724 BULAN


(The Pattern of Breastfeeding and Providing Supplement Increase Nutritional
Status for 724 Month Children)

Esti Yunitasari*, Hesti Permanasari*, Retnayu Pradanie*


* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp/Fax: (031) 5913257, E-mail: esty.yun_ners@unair.ac.id

ABSTRACT
Introduction: Infants grow and develop rapidly therefore they tend to suffer from malnutrition when
they couldnt get adequate nutrition. The infant nutrient status is influenced by many factors such
as the breastfeeding pattern and the providing supplement meal pattern. The purpose of this study
was to analyze correlation between breastfeeding and providing supplement with 724 month child
nutritional status. Method: This study used cross sectional design. Population was mothers who were
breastfeeding and providing supplemental meal to their infants age 7 to12 months at Nuri Posyandu,
in Kademangan Puskesmas. Samples consisted of 16 mothers with their infants, enrolled based on
inclusion criteria. The independent variables were breastfeeding pattern and providing supplement
meal pattern. The dependent variable was the nutritional status of the infant age 7 to 12 month.
Data were collected by questionnaire and the infant weight was interpreted using Road to Health
Card (KMS) then analyzed by spearmans rank test with significance level of 0.05. Result: Result
showed a strong correlation between breastfeeding pattern and nutritional status of the infant age 7
to 12 months (p = 0.001) and adequate correlation was also found between the providing supplement
meal pattern and the nutritional status of the infant of 7 to 12 months (p = 0.036). Discussion: In
conclusion, both of breastfeeding and providing supplement meal correctly have correlation to the
good infant nutritional status. Further studies should use other designs that enable data to be collected
more than once to obtain better reliability in accuracy.

Keywords: growth record, weight, posyandu, breastmilk

PENDAHULUAN sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan gizi


Gizi merupakan salah satu faktor penting yang terus berkembang sehingga dibutuhkan
yang menentukan tingkat kesejahteraan pemberian makanan tambahan (Muzakki,
keluarga. Satu indikator yang digunakan untuk 2009). Menurut kerangka yang disusun oleh
mengetahui status gizi masyarakat adalah WHO, terjadinya kekurangan gizi dalam hal ini
status gizi balita. Balita merupakan kelompok gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi
yang rentan terhadap masalah kesehatan dan oleh beberapa faktor baik faktor langsung
gizi, kelompok umur inilah yang paling sering maupun faktor tidak langsung. Faktor-faktor
menderita akibat kekurangan gizi karena pada yang memengaruhi status gizi secara langsung
masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan antara lain asupan makanan (pola menyusui
yang pesat sehingga memerlukan gizi yang dan pola pemberian makanan tambahan)
tinggi pula (Sediaoetama, 2000). Pemberian dan keadaan kesehatan. Faktor-faktor yang
ASI dan pemberian makanan tambahan sangat memengaruhi status gizi secara tidak langsung
dibutuhkan pada balita usia 712 bulan, karena antara lain ekonomi (pendapatan), pendidikan
ASI masih merupakan salah satu makanan ibu, pengetahuan ibu, sosial budaya, sanitasi
yang memiliki kandungan gizi yang tinggi lingkungan, fasilitas pelayanan. Makanan
dan pada usia tersebut pemberian ASI saja untuk anak harus mengandung kualitas dan

62
Pola Menyusui dan Makanan Tambahan (Esty Y.)

kuantitas cukup untuk menghasilkan kesehatan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
yang baik. Cara menyusui dan pemberian Endang Fauziyah Susilawati pada tahun 2005
makanan tambahan yang baik dan benar oleh di Dusun Taraban Desa Taraban Kecamatan
ibu di Indonesia umumnya sangat minim Larangan Kabupaten Pamekasan didapatkan
(Sulastri, 2007). Penelitian yang dilakukan hasil bahwa dari 31 orang balita: tidak ada
oleh Suparman di Posyandu Dusun Cangkir (0%) balita dengan gizi buruk, 1 (3,2%) balita
Puskesmas Driyorejo Kabupaten Gresik pada dengan gizi kurang, 14 (45,2%) balita dengan
tahun 2007 didapatkan hasil 6 (50%) orang gizi sedang, 16 (51,6%) balita dengan gizi baik.
yang melakukan tindakan yang kurang dalam Hasil penelitian dari Posyandu Nuri Puskesmas
menyusui dan memberikan makanan tambahan, Kademangan Kabupaten Bondowoso pada
4 (33%) orang dengan tindakan yang cukup tanggal 10 Juni 2009 sampai 7 Juli 2009
dalam menyusui dan memberikan makanan didapatkan dari 16 ibu yang menimbang
tambahan dan 2 (17%) orang dengan tindakan anaknya di Posyandu: 2 (12,5%) balita dengan
yang baik dalam menyusui dan memberikan gizi buruk, 1 (6,25%) balita dengan gizi kurang,
makanan tambahan. Cara pemberian ASI 9 (56,25%) balita dengan gizi baik dan 4 (25%)
yang kurang benar tersebut dapat terlihat dari balita dengan gizi lebih, dari data tersebut
beberapa aspek misalnya perawatan payudara meskipun data yang didapat paling banyak
yang salah, frekuensi menyusui yang kurang, balita dengan gizi baik tetapi ada beberapa
cara dan posisi menyusui yang tidak tepat, balita yang mengalami KEP berat dan KEP
konsumsi gizi ibu yang kurang sehingga ringan. Permasalahan gizi harus ditangani
produksi ASI kurang optimal. Sedangkan pola sedini mungkin karena apabila tidak akan dapat
pemberian makanan yang kurang benar dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada
terlihat dari beberapa aspek misalnya waktu bayi, seperti (1) pertumbuhan fisik terganggu
pemberian yang terlalu dini, jenis dan bahan (Gizi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
makanan yang tidak sesuai dengan usia balita, perkembangan anak). (2) pertumbuhan otak
frekuensi makan yang kurang, pengolahan atau kecerdasan terlambat (pertumbuhan otak
makanan yang tidak tepat dan penyimpanan dan perkembangan intelektual paling terganggu
yang kurang higiene. Permasalahan dalam jika kekurangan gizi). (3) perkembangan psikis
pola menyusui dan pola pemberian makanan atau mental terganggu (anak dengan gizi buruk
tambahan tersebut dapat ditimbulkan apabila mempunyai kesulitan dalam hubungan antar
perilaku ibu dalam menyusui dan pemberian personil).
makanan tambahan yang kurang baik. Perilaku Masa balita merupakan masa yang
ibu yang kurang baik tersebut dapat disebabkan sangat penting dalam kehidupan karena status
karena kurang pengetahuan, adanya mitos- gizi dan kesehatan masa ini turut menentukan
mitos yang menyesatkan, kurangnya informasi status masa dewasa. Anak yang kekurangan
tentang menyusui dan pemberian makanan gizi akan menyebabkan kondisi malnutrisi
tambahan yang baik dan benar, fasilitas yang akan menghambat pertumbuhan dan
posyandu yang tidak memadai, serta sikap perkembangan anak, meningkatkan kepekaan
dan perilaku petugas kesehatan yang negatif terhadap penyakit, anak mudah terkena infeksi,
(Notoatmojo, 2007). dan jika sakit membutuhkan waktu yang lama
Penelitian yang dilakukan oleh Suparman untuk sembuh (Pudjiadi, 1997). Gizi buruk
di Posyandu Dusun Cangkir Puskesmas akibat asupan gizi makanan yang tidak adekuat,
Driyorejo Kabupaten Gresik pada tahun 2007 akan menyebabkan mobilisasi berbagai
didapatkan hasil 6 (50%) orang yang melakukan cadangan makanan untuk menghasilkan kalori
tindakan yang kurang dalam menyusui dan demi penyelamatan hidup, dimulai dengan
memberikan makanan tambahan, 4 (33%) orang pembakaran cadangan karbohidrat kemudian
dengan tindakan yang cukup dalam menyusui cadangan lemak serta protein dengan melalui
dan memberikan makanan tambahan dan proses katabolik. Kalau terjadi stres katabolik
2 (17%) orang dengan tindakan yang baik dalam (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
menyusui dan memberikan makanan tambahan, meningkat, sehingga dapat menyebabkan

63
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 6269

defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi WHO/UNICEF di atas yaitu sejalan dengan
ini terjadi pada saat status gizi masih di atas Rencana Pembangunan Jangka Panjang
3 SD (2 SD s.d. 3 SD), maka terjadilah dan Menengah Nasional (RPJPMN) bidang
kwashiorkor (malnutrisi akut/ decompensated Kesehatan, antara lain dengan memberikan
malnutrition). Bila stres katabolik ini terjadi prioritas kepada perbaikan kesehatan dan gizi
pada saat status gizi di bawah 3 SD, maka bayi dan anak. Untuk mencapai taget di atas,
akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu
Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat kepada perubahan perilaku dengan cara
teradaptasi sampai di bawah 3 SD maka mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
akan terjadilah marasmik (malnutrisikronik/ Melalui penerapan perilaku Keluarga Sadar
compensated malnutrition). Pada KEP dapat Gizi, keluarga didorong untuk memberikan
terjadi: gangguan pertumbuhan, atrofi otot, ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai
penurunan kadar albumin serum, penurunan berusia 6 bulan dan memberikan makanan
hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tambahan yang cukup dan bermutu kepada bayi
tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim dan anak usia 624 bulan. Untuk mengatasi
(Hidajat, 2007). Gizi buruk dan penyakit kasus kurang gizi memerlukan peranan
infeksi dapat dihindari apabila ibu cukup dari keluarga, praktisi kesehatan, maupun
pengetahuan dan perilaku ibu tentang menyusui pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan
dan pemberian makanan tambahan yang tepat kualitas Posyandu terutama perbaikan dalam
waktu dan mengatur makanan bayi, serta hal penyuluhan gizi dan kualitas pemberian
tata cara menyusui dan pemberian makanan makanan tambahan. (Departemen Kesehatan,
tambahan (Departemen Kesehatan, 2002). 2006).
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan pemenuhan nutrisi tersebut pada usia
BAHAN DAN METODE
bayi antara lain: dipengaruhi oleh pola menyusui
dan pemberian makanan tambahan yang tidak Penelitian ini menggunakan metode
baik. Faktor-faktor yang memengaruhi status penelitian korelasional yaitu mengkaji hubungan
gizi terbagi menjadi beberapa faktor baik secara antara variabel. Penelitian korelasional
langsung maupun tidak langsung. Faktor- bertujuan mengungkapkan hubungan antar
faktor langsung yang memengaruhi status gizi variabel diakui oleh variasi variabel lain.
antara lain Asupan makanan (pola menyusui jenisnya penelitian ini adalah Cross Sectional
dan pola pemberian makanan tambahan) (Hubungan dan Asosiasi) yang menekankan
dan keadaan kesehatan. Faktor-faktor yang pada waktu pengukuran atau observasi data
memengaruhi status gizi secara tidak langsung variabel independen dan dependen hanya satu
antara lain ekonomi (pendapatan), pendidikan kali (Nursalam, 2008).
ibu, pengetahuan ibu, sosial budaya, sanitasi Populasi dalam penelitian ini adalah
lingkungan, fasilitas pelayanan. ibu yang menyusui dan memberi makanan
Untuk mencapai tumbuh kembang tambahan, balita usia bulan yang disusui dan
optimal, di dalam Global Strategi for Infant diberi makanan tambahan di Posyandu Nuri
and Young Child Feeding, WHO/UNICEF Puskesmas Kademangan. Survei yang dilakukan
merekomendasikan empat hal penting yang harus peneliti didapatkan populasi ibu yang menyusui
dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu dan memberi makanan tambahan sebanyak
ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit 24 ibu dan populasi balita yang menyusu
setelah bayi lahir, kedua hanya memberikan dan diberi makanan tambahan sebanyak 24
air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI balita. penelitian ini teknik pengambilan
secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia sampel (sampling) yang digunakan adalah
6 bulan, ketiga memberikan makanan tambahan Purposive sampling. Kriteria inklusi pada ibu
sejak bayi berusia 6 sampai 24 bulan atau dalam penelitian ini adalah ibu yang menyusui
lebih, keempat meneruskan ASI sampai anak balitanya dan ibu yang memberikan makanan
berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tambahan pada balitanya, sedangkan pada

64
Pola Menyusui dan Makanan Tambahan (Esty Y.)

balita yaitu balita yang minum ASI, balita yang p = 0,001 dengan koefisien korelasi 0,728
diberi makanan tambahan, balita yang datang yang berarti semakin baik pola menyusui maka
ke posyandu dan balita yang tidak diberi susu semakin baik pula status gizi balita usia 712
formula, dari kriteria tersebut maka sampel bulan (Tabel 1). Dari tabulasi silang tersebut
pada penelitian ini adalah 16 orang ibu dan terlihat bahwa dari 3 ibu dengan pola menyusui
16 balita. kurang, 2 di antaranya memiliki balita dengan
Variabel independen dalam penelitian KEP berat dan 1 di antaranya memiliki balita
ini adalah pola menyusui dan pola pemberian dengan KEP ringan, dari 2 ibu dengan pola
makanan tambahan. Sedangkan variabel menyusui yang cukup semuanya memiliki
dependennya adalah status gizi balita usia balita dengan gizi baik, dan dari 11 ibu dengan
724 bulan. Data diperoleh dengan mengisi pola menyusui yang baik 7 di antaranya
lembar kuesioner tentang pola menyusui memiliki balita dengan gizi baik dan 4 di
dan pola pemberian makanan tambahan. antaranya memiliki balita dengan gizi lebih.
Responden diberi 28 soal dengan rincian Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
14 soal pola menyusui dan 14 soal pola
hubungan yang signifikan antara pola pemberian
pemberian makanan tambahan. Pada soal
makanan tambahan dengan status gizi balita
pola menyusui digunakan dichotomy question
usia 712 bulan. Hal ini ditunjukkan dengan uji
di mana responden menjawab ya dan tidak.
hubungan didapatkan nilai kemaknaan p = 0,036
Untuk soal pemberian makanan tambahan juga
dengan koefisien korelasi 0,528 yang berarti
menggunakan dichotomy question.
derajat kekuatan hubungan pola pemberian
Kuesioner pertanyaan pola menyusui
makanan tambahan dengan status gizi sedang.
dan pola pemberian makanan setiap jawaban
Dari tabulasi silang tersebut terlihat bahwa
yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang
salah diberi nilai nol. Jumlah jawaban yang dari 3 ibu dengan pola pemberian makanan
benar dibandingkan dengan jumlah keseluruhan tambahan kurang, 2 di antaranya memiliki
soal selanjutnya dipersentase, kemudian data balita dengan KEP berat dan 1 di antaranya
tersebut diklasifikasikan menjadi tiga bagian memiliki balita dengan KEP ringan, dari 6 ibu
yaitu kurang baik: <55%, cukup baik: 5675%, dengan pola pemberian makanan tambahan
baik: 76100%. yang cukup, 4 di antaranya memiliki balita
Data status gizi balita ditentukan dengan gizi baik dan 2 di antaranya memiliki
berdasarkan data hasil penimbangan BB anak gizi lebih, dan dari 7 ibu dengan pola pemberian
balita dan umurnya (indeks BB menurut umur) makanan tambahan yang baik, 5 di antaranya
kemudian diklasifikasikan menurut Direktorat memiliki balita dengan gizi baik dan 2 di
Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Depkes antaranya memiliki balita dengan gizi lebih.
RI 1996 yaitu: di bawah garis merah = Gizi
Buruk, Daerah dua pita kuning (di atas garis
PEMBAHASAN
merah) = Gizi kurang, Dua pita hijau muda
dan dua pita warna hijau tua (di atas pita Terdapat 2 hal yang akan dibahas pada
kuning) = Gizi baik, Dua pita warna hijau pembahasan ini yaitu hubungan pola menyusui
muda, dua pita warna kuning (paling atas), dan dengan status gizi balita usia 712 bulan dan
di atasnya = Gizi lebih. Kemudian data diolah hubungan pola pemberian makanan tambahan
dengan uji statistik Correlation Spearman Rho dengan status gizi balita usia 712 bulan.
dengan tingkat signifikasi 0,05. Hasil analisis data terungkap bahwa
pola menyusui berhubungan dengan status gizi
balita usia 712 bulan dan derajat kekuatannya
HASIL kuat. Distribusi responden berdasarkan pola
Terdapat hubungan yang signifikan menyusui dengan persentase terbanyak adalah
antara pola menyusui dengan status gizi balita pola menyusui yang baik sedangkan status
usia 712 bulan. Hal ini ditunjukkan dengan gizi balita usia 712 bulan dengan persentase
uji hubungan didapatkan nilai kemaknaan terbanyak adalah gizi baik.

65
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 6269

Tabel 1. Hubungan pola menyusui dengan status gizi balita usia 712 bulan di Posyandu Nuri
Puskesmas Kademangan
Status Gizi
Pola menyusui KEP berat KEP ringan Gizi baik Gizi lebih
% % % %
Kurang 2 12,5 1 6,25 2 12,5 1 6,25
Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 12,5 1 6,25 9 56,25 4 25
Spearmans rank Koefisien korelasi (r) = 0,728
Signifikasi (p) = 0,001
Keterangan: = jumlah % = persentase

Tabel 2. Hubungan pola menyusui dengan status gizi balita usia 712 bulan di Posyandu Nuri
Puskesmas Kademangan
Status Gizi
Pola Pemberian
KEP berat KEP ringan Gizi baik Gizi lebih
Makanan Tambahan
% % % %
Kurang 2 12,5 1 6,25 2 12,5 1 6,25
Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 12,5 1 6,25 2 12,5 1 6,25
Spearmans rank Koefisien korelasi (r) = 0,528
Signifikasi (p) = 0,036
Keterangan: = jumlah % = persentase

Menyusui adalah suatu proses yang Tindakan ibu yang berkaitan dengan menyusui
terjadi secara alami. Air susu ibu (ASI) dengan benar, yaitu meliputi cara perawatan
sangat berguna untuk pertumbuhan dan payudara, kebersihan dalam menyusui, cara
perkembangan bayi dan selain itu manfaat menyendawakan, produksi ASI, posisi, lama
terpenting dari ASI, yaitu memberi nutrisi dan frekuensi dimaksudkan supaya ASI dapat
terbaik, meningkatkan daya tahan tubuh, dikonsumsi dan diserap oleh balita secara
meningkatkan kecerdasan, dan tentu saja sangat optimal. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
berguna dalam meningkatkan jalinan kasih yang dilakukan oleh peneliti di mana pola
sayang. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam menyusui ibu Posyandu Nuri, Puskesmas
ASI antara lain: Kolostrum yang mengandung Kademangan Kabupaten Bondowoso mayoritas
zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi baik, yaitu dari 16 orang ibu: 12 orang (75%)
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama di antaranya melakukan perawatan payudara,
diare, protein tinggi di mana perbandingan 12 orang (75%) di antaranya mencuci tangan
komposisi antara whey dan casein 65:35 sebelum menyusui, 13 orang (81,25%)
sehingga menyebabkan protein ASI lebih di antaranya mengatur posisi menyusui
mudah diserap, Taurin yang berfungsi sebagai senyaman mungkin baik berdiri, duduk maupun
neuro-transmitter dan berperan penting untuk berbaring, 16 orang (100%) di antaranya
proses maturasi sel otak, Decosahexanoic tidak membatasi lamanya menyusui, 14 orang
Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) yang (87,5%) di antaranya tidak menjadwal waktu
diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak menyusui, 14 (87,5%) orang di antaranya
yang optimal (Departemen Kesehatan, 2005). menyendewakan bayi setelah menyusui
Pola menyusui yang baik dan benar yaitu dengan meletakkan bayi pada bahu ibu,
diperlukan untuk menunjang status gizi balita. 14 orang (87,5%) di antaranya mengkonsumsi

66
Pola Menyusui dan Makanan Tambahan (Esty Y.)

makanan lebih banyak dibandingkan saat tidak ASI (MP-ASI), yang diberikan kepada bayi
menyusui. Di antara para responden terdapat 3 sampai umur 24 bulan Perlu diperhatikan pola
orang ibu yang pola menyusuinya kurang baik, pemberian makanan tambahan yang meliputi
hal tersebut dapat dikarenakan perilaku mereka umur pertama kali diberi makanan tambahan,
yang kurang baik dalam menyusui. Perilaku pemilihan jenis dan bahan makanan tambahan,
mereka yang kurang baik dapat disebabkan frekuensi dan porsi pemberian makanan
karena beberapa hal misalnya dari faktor tambahan, serta cara penyimpanan dan
pendidikan di mana dari 3 orang ibu tersebut kebersihan makanan tambahan (Departemen
1 di antaranya tingkat pendidikannya rendah Kesehatan, 2000).
yaitu SD. Tingkat pendidikan ini menentukan Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
bagaimana seseorang memiliki kemampuan (sebelum bayi berumur 6 bulan) menurunkan
baca tulis dan menyerap informasi sebanyak konsumsi ASI dan gangguan pencernaan/diare.
banyaknya. Tingkat pendidikan di sini bukan Namun bila pemberian MP-ASI terlambat, bayi
satu-satunya faktor yang menentukan baik sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan
buruknya pola menyusui ibu, hal tersebut hambatan pertumbuhan anak. Pemberian
dapat terlihat dari 3 orang ibu, 2 di antaranya MP-ASI pada periode umur 624 bulan sering
tingkat pendidikannya SMP dan SMA di mana tidak tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun
seharusnya dengan latar belakang pendidikan kuantitasnya. Frekuensi pemberian MP-ASI
yang cukup mampu dalam menerima informasi yang kurang dalam sehari juga akan berakibat
yang sebanyak-banyaknya, perilaku mereka kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi. Kebersihan
dalam pola menyusui haruslah baik. Faktor lain dalam memberikan makanan tambahan yaitu
yang memungkinkan terjadinya pola menyusui kurangnya menjaga kebersihan terutama pada
yang kurang adalah penghasilan keluarga saat menyediakan dan memberikan makanan
di mana dari 3 orang ibu yang menyusui, pada anak maka akan berdampak pada kondisi
semuanya memiliki tingkat penghasilan kesehatan anak, di mana kondisi kesehatan
keluarga yang rendah. Tingkat penghasilan ini berpengaruh terhadap status gizi balita
keluarga ini akan menentukan bagaimana ibu (Departemen Kesehatan, 2000). Penelitian
mampu membeli pangan dalam jumlah dan yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan
kualitas yang diperlukan dalam menyusui bahwa dari 16 orang terdapat 9 orang (56,25%)
sehingga produksi ASI dapat lebih optimal memberikan makanan tambahan pada saat bayi
baik secara kualitas maupun kuantitas yang berusia kurang dari 6 bulan, 14 orang (87,5%)
pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi memberikan porsi makanan tambahan yang
balita. kurang dari 3 kali per hari pada balitanya,
Analisis data terlihat bahwa pola dan 14 orang (87,5%) memberikan makanan
pemberian makanan tambahan berhubungan yang kaya akan gizi misalnya ibu menambah
dengan status gizi balita usia 712 bulan makanan dengan sumber lemak misalnya kaldu
tetapi derajat kekuatannya sedang. Distribusi untuk menambah rasa enak dan menambah
responden berdasarkan pola pemberian kalori makanan. Ibu memberikan sumber
makanan tambahan dengan persentase protein misalnya tahu, ayam, daging, ikan. Ibu
terbanyak adalah pola pemberian makanan memberikan sumber karbohidrat misalnya nasi
yang baik sedangkan status gizi balita usia tim yang dilumatkan, kentang yang direbus
712 bulan dengan persentase terbanyak dan dihancurkan, biskuit yang dicampur
adalah gizi baik. dengan susu. Ibu juga memberikan sumber
Pemberian ASI ikut memegang peranan vitamin seperti yang terkadung dalam buah
dalam pembangunan manusia yang berkualitas. dan sayur misalnya wortel, bayam, pisang,
Bertambahnya umur bayi, bertambah pula pepaya. Sebagian besar ibu mencampur
kebutuhan akan zat-zat gizi. Oleh karena itu sumber karbohidrat, protein, lemak dan
mulai umur 6 bulan, selain ASI, bayi perlu vitamin dengan cara mencampur dan mengetim
diberi makanan lain. Makanan ini disebut bahan makanan tersebut jadi satu kemudian
makanan tambahan atau Makanan Pendamping dilumatkan dengan menggunakan saringan

67
Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 6269

kawat. Dalam mengubah kepadatan makanan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
ibu menambahkan air supaya makanan tersebut kurang berpengaruh terhadap perilaku ibu
lebih encer ketika dilumatkan dengan saringan dalam menyusui dan pemberian makanan
berkawat akan tetapi ada beberapa ibu yang tambahan. Berdasarkan penelitian mayoritas
dalam mengubah kepadatan makanan tersebut suku bangsa ibu adalah Madura, sedangkan
yang terlalu encer sehingga makanan bayi yang lainnya adalah suku Jawa dan warga
cenderung mengandung kadar air yang lebih keturunan Arab. Perbedaan suku tersebut tidak
akan tetapi nutrisinya kurang. Di antara para menimbulkan perbedaan dalam perilaku ibu.
responden ibu terdapat 3 orang ibu yang pola Pada umumnya mereka mengetahui cara-cara
pemberian makanan tambahannya kurang menyusui dan memberikan makanan tambahan
baik, hal tersebut dapat dikarenakan perilaku yang baik dan benar. Jika dilihat dari faktor
mereka yang kurang baik dalam memberikan sosial ekonomi juga tidak terlalu memberikan
makanan tambahan. Perilaku ibu yang kurang pengaruh yang berarti bagi status gizi balita.
baik tersebut dapat disebabkan oleh beberapa Hal ini bisa dilihat dari persentase terbanyak
faktor yaitu faktor pendidikan dan penghasilan. adalah ibu dengan jumlah penghasilan keluarga
Latar belakang pendidikan ibu yang hanya per bulan sebanyak Rp500.000,00 dan mereka
setingkat SD dan segi finansial yang kurang juga hanya sebagai ibu rumah tangga. Hal
akan berpengaruh terhadap pengetahuan ibu ini dimungkinkan karena meskipun dengan
tentang variasi makanan yang bergizi (makanan pendapatan yang rendah mereka mampu
yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, memberikan makanan bergizi meskipun tidak
vitamin) kurang dan menyebabkan daya beli mahal bagi balita mereka dan sebagai ibu
bahan pangan bagi balita juga berkurang rumah tangga mereka mempunyai waktu yang
sehingga menyebabkan tidak tersedianya banyak untuk mengasuh anak, dalam hal ini
makanan baik dari segi kualitas, kuantitas dan adalah menyusui dan memberikan makanan
variasi. tambahan. Dilihat dari beberapa faktor tersebut
Pola menyusui maupun pola pemberian faktor yang paling berpengaruh dalam perilaku
makanan tambahan pada ibu di Posyandu Nuri ibu adalah latar belakang pendidikan. Faktor
Puskesmas Kademangan keduanya dipengaruhi Pendidikan berhubungan dengan kemampuan
oleh perilaku ibu. Perilaku menyusui pada ibu baca tulis dan kesempatan seseorang menyerap
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut informasi sebanyak-banyaknya. Wanita
Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih
utama yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, mudah menerima informasi dan pengetahuan.
sikap, tradisi dan kepercayaan, tingkat pendidikan, Tingginya pengetahuan ibu akan mendukung
dan tingkat sosial ekonomi), faktor pemungkin perubahan sikap dan perilaku hidup sehat,
(prasarana atau fasilitas kesehatan) dan faktor termasuk dalam hal menyusui dan pemberian
reinforcing (sikap dan perilaku petugas kesehatan) makanan tambahan (Indarwati, 2009).
(Notoatmojo, 2007). Ketidaktahuan tentang perilaku menyusui
Faktor pendidikan mempunyai peranan dan pemberian makanan bayi dan anak, dan
penting bagi status gizi balita. Jika dilihat adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan,
dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa secara langsung dan tidak langsung menjadi
paling banyak responden ibu dengan latar penyebab utama terjadinya masalah kurang
belakang pendidikan SMP dan SMA. Latar gizi pada anak, khususnya pada umur di bawah
belakang pendidikan yang cukup tentunya 2 tahun (baduta). Oleh karena itu keadaan ini
akan berpengaruh dengan kemampuan memerlukan penanganan tidak hanya dengan
seseorang untuk mengadopsi informasi yang penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan
diberikan baik dari tenaga kesehatan (dokter, yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat
perawat dan bidan) maupun dari media pendidikan dan kemampuan masyarakat
cetak/elektronik. Faktor sosial budaya jika (Departemen Kesehatan, 2000).

68
Pola Menyusui dan Makanan Tambahan (Esty Y.)

SIMPULAN DAN SARAN 1 kali saja seperti halnya pada desain korelasi
Simpulan dengan pengumpulan data cross sectional.

Pola menyusui meningkatkan status


gizi balita usia 712 bulan. Ibu yang memiliki KEPUSTAKAAN
pola menyusui yang baik, status gizi balitanya Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
akan baik, begitu juga dengan pola pemberian 2000. Pedoman Pemberian Makanan
makanan tambahan berhubungan dengan status Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta:
balita usia 712 bulan. Ibu yang memiliki pola Depkes.
pemberian makanan yang baik, status gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
balitanya baik pula. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Jakarta: Depkes.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Saran
2006. Pemberian Umum Pemberian
Peneliti memberikan beberapa saran Makanan Pendamping ASI Lokal.
terkait dengan hasil penelitian yang ada yaitu Jakarta: Depkes.
Ibu sebaiknya rutin dalam membawa balitanya Hidajat, Boerhan, 2007. Kurang Energi Protein
ke posyandu sehingga status gizi balita dapat (KEP), (online), (http://www.pediatric.
com., Diakses tanggal 12 Mei 2009. Jam
terus dipantau dan apabila ada masalah dengan
14.30 WIB).
status gizi balita maka akan lebih cepat ditangan,
Indarwati, 2009. Struktur Keluarga dan
untuk para kader sebaiknya harus lebih disiplin Lama Ibu Menyusui di Wilayah Kerja
dan teratur dalam pencatatan kegiatan posyandu Puskesmas Grogol Sukoharjo, (Online),
supaya apabila suatu saat dibutuhkan data-data (http://www.stikessolo.co.cc/web_
mengenai kegiatan posyandu dapat digunakan documents/struktur_keluarga.pdf.,
sebagaimana mestinya. diakses tanggal 12 Juni 2009, jam 19.00
Petugas kesehatan sebaiknya mengadakan WIB).
perbaikan dalam program penyuluhan yang Muzakki, Ahmad, 2009. Makanan Bayi
telah berjalan sehingga ibu-ibu lebih banyak dan Balita, (Online), (http://www.
ahmadmuzakki.blogdetik.com., diakses
mengetahui informasi yang jelas dan benar
tanggal 3 Juni 2009. Jam 19.30 WIB).
tentang gizi khususnya tentang pola menyusui Notoatmodjo, Soekidjo, 2007. Ilmu Kesehatan
dan pola pemberian makanan tambahan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar.
sehingga status gizi keseluruhan balita di Jakarta: Rineka Cipta.
Posyandu Nuri Puskesmas Kademangan Pudjiadji, Solihin, 1997. Ilmu Gizi Klinis pada
Kabupaten Bondowoso dalam keadaan gizi Anak. Jakarta: FKUI.
baik dan informasi yang diberikan harus Soediaoetama, Ahmad J., 2000. Ilmu Gizi
sesuai dengan latar pendidikan ibu sehingga untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta:
mudah diterima, bagi penelitian selanjutnya Dian Rakyat.
Sulastri, 2009. Gambaran Pola Pemberian
sebaiknya menggunakan instrumen yang
Makanan Pendamping ASI dan Tumbuh
telah diuji validitas dan reabilitasnya supaya
Kembang Anak Usia 024 Bulan di
didapatkan data hasil penelitian yang valid. Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan
dan menggunakan desain penelitian yang lain Medan Marelan Tahun 2004, (Online),
sehingga pengumpulan data yang diambil tidak (http://www.library.usu.ac.id., diakses
tanggal 12 Mei, jam 15.00 WIB).

69

Anda mungkin juga menyukai