Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEPUASAN KERJA PERAWAT BERDASARKAN IKLIM ORGANISASI

(The Analysis of Job Satisfaction Nurse Based on Organizational Climate)

Nursalam *, Yety Elina*, Erna Dwi Wahyuni*


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya
Telp/Fax: (031) 5913257
E-mail: nursalam_psik@yahoo.com

ABSTRACT
Introduction: Organizational climate is a perception of the organization's members about their
organization and it will be able to influence their attitude. Conducive organizational climate is
important to improve job satisfaction. Nurse's job satisfaction is needed to increase quality of health
service care. The purpose of the study is to analyze the correlation between organizational climate
and job satisfaction of nurse. Method: This study was a quantitative research that used a descriptive
method with cross sectional survey design. The population was all nurses in IRNA Bedah of RSUD
Kabupaten Sampang that consists of 15 people. The sample were 11 people recruited by using purposive
sampling. The data was collected by using organizational climate questionnaire and job satisfaction
questionnaire, interval scale was used with Likert scoring. The statistic analysis used Spearman's rho
and content analysis. Result: The result of the statistic test shows that organizational climate had p =
0.003 which reveals that there was a correlation between organizational climate and job satisfaction
of nurse in IRNA Bedah of RSUD Kabupaten Sampang, with r2 = 0.799 (within a range 0.600.799).
It means that both variable had a strong positive correlation. Discussion: In conclusion, there was a
positive correlation between organizational climate and job satisfaction with strong correlation. The
writer suggests the next researchers to study dimension of organizational climate from Pines (1982),
and factors to influence job satisfaction from McClelland (1962) so that they will be able to compare
the correlation between organizational climate and job satisfaction by using another theory.

Keywords: organizational climate, job satisfaction

PENDAHULUAN yaitu iklim organisasi. Iklim organisasi akan


berpengaruh langsung terhadap keberadaan
Era globalisasi mendorong semua
karyawan dalam organisasi karena menyangkut
aspek kehidupan semakin unggul, termasuk
aktivitas kerja karyawan. Jika iklim organisasi
di dalamnya aspek kesehatan. Begitu pula
sesuai, menyenangkan, dan kondusif bagi
rumah sakit yang merupakan salah satu fasilitas
karyawan maka karyawan bergairah dalam
pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai
melakukan aktivitas kerjanya sehingga prestasi
organisasi yang menyediakan pelayanan
kerja karyawan akan meningkat (Laily, 2008).
kesehatan memiliki karakteristik organisasi
Kepuasan kerja menggambarkan keadaan
yang tidak sama dengan organisasi lainnya.
emosional yang menyenangkan dan mencintai
Adanya perbedaan karakteristik organisasi
pekerjaan (Fathoni, 2006). Kepuasan kerja bagi
tersebut menyebabkan iklim kerja yang ada di
perawat merupakan hal yang sangat penting
rumah sakit berbeda dengan organisasi lainnya,
karena menyangkut masalah hasil kerja perawat
terutama pada perawat yang merupakan
yang merupakan salah satu langkah dalam
mayoritas tenaga kerja di sebuah rumah sakit
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
(Djojodibroto, 1997 dalam Utami, 2009).
kepada pasien (Utami, 2009). Oleh karena itu,
Faktor manajemen keperawatan mempunyai
iklim kerja yang kondusif diperlukan untuk
andil signifikan dalam peningkatan mutu
meningkatkan kepuasan kerja perawat sehingga
pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya
akan memunculkan perbaikan kerja perawat itu

154
Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi (Nursalam)

sendiri yang pada akhirnya akan meningkatkan merasa bosan dengan pekerjaan yang bersifat
kualitas dari pelayanan kesehatan rumah sakit rutinitas dan kurang tantangan, sebesar 27,3%
(Utami, 2009). Namun lain halnya dengan yang menyatakan demikian. Tidak terdapat
iklim organisasi yang ada di IRNA Bedah sistem yang mendukung pengembangan riset
RSUD Kabupaten Sampang pada tanggl 28 keperawatan (penelitian), sebanyak 63,6%
April 2010. Dalam organisasi tersebut belum perawat menyatakan hal tersebut. Organisasi
menerapkan supervisi keperawatan, kepala mendukung pengembangan keterampilan dan
ruangan dipegang oleh seorang dokter, tidak pengetahuan perawat dengan mengikutsertakan
terdapat audit keperawatan, belum ada sistem perawat dalam pelatihan dan seminar secara
pemberian imbalan atas prestasi kerja, serta rutin, hanya 27,3% perawat yang mendukung
belum terdapat sistem yang mendukung pernyataan tersebut. Perawat merasa ada konflik
pengembangan riset keperawatan. Keadaan dalam organisasi yang dapat memengaruhi
iklim organisasi yang kurang mendukung semangat kerja, pernyataan ini didukung
terhadap kepuasan kerja perawat tersebut oleh 54,5% perawat. Sebesar 36,4% perawat
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian menyatakan organisasi memberi kesempatan
di IRNA Bedah RSUD Kabupaten Sampang, untuk mencoba ide-ide baru dalam pencapaian
apakah terdapat hubungan antara iklim tujuan organisasi. Selanjutnya, sebesar 63,6%
organisasi dengan kepuasan kerja perawat. perawat menyatakan bahwa organisasi belum
IRNA Bedah RSUD Kabupaten memenuhi kebutuhan perawat dalam bekerja,
Sampang memiliki tenaga perawat sebanyak serta berdasarkan hasil wawancara terhadap
15 orang dengan lulusan pendidikan S1 empat orang perawat yang bertugas di IRNA
sebanyak 2 orang, D3 sebanyak 13 orang, dan Bedah RSUD Kabupaten Sampang menyatakan
SPK sebanyak 1 orang. BOR pasien tahun ketidakpuasannya terhadap sistem reward dan
20072009 berturut-turut yaitu 56,1%; 62,8%; struktural organisasi. Adanya faktor-faktor
68,2% walaupun mengalami peningkatan, pemicu ketidakpuasan kerja perawat tersebut
namun tetap di bawah standar nasional (standar dapat menyebabkan penurunan semangat kerja,
nasional: 7585%), AvLOS tahun 20072009 menimbulkan rasa bosan, stres, frustrasi kerja
berturut-turut yaitu 2,9 hari; 3,1 hari; 3,3 serta berbagai akibat negatif lainnya, sehingga
hari sedangkan standar nasional: 710 hari). akan berdampak pada penurunan produktivitas
Ruangan ini menerapkan metode MAKP tim. organisasi dan keterhambatan organisasi dalam
Hasil survei awal yang dilakukan tanggal 28 mencapai tujuan. Iklim organisasi yang kurang
April 2010 kepada 11 orang perawat di IRNA kondusif, misal kurangnya etos kerja, motivasi
Bedah RSUD Kabupaten Sampang, didapatkan kerja, kepuasan kerja, disiplin kerja, efisiensi
sebesar 54,5% perawat menyatakan bahwa kerja, keterlibatan kerja dapat menyebabkan
strategi komunikasi antarstaf hanya pada rapat terjadinya stres kerja dan frustrasi kerja
rutin. Sebesar 63,6% perawat berpendapat (Fathoni, 2006). Oleh karena itu, organisasi
bahwa tidak terdapat sistem penilaian kinerja diharapkan dapat menciptakan iklim organisasi
perawat ( supervisi keperawatan), audit yang kondusif sehingga dapat membuat para
keperawatan belum terlaksana. Sebanyak karyawan menjadi bersemangat dan bekerja
63,6% perawat menyatakan organisasi belum lebih efisien (Laily, 2008).
mempunyai mekanisme pengembangan karir Hasil penelitian terdahulu di antaranya
(promosi jabatan) yang jelas dan adil. Aturan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2009)
dan kebijakan yang diterapkan di tempat melakukan penelitian di Ruang Rawat Inap
kerja, sebesar 27,3% menyatakan belum jelas RS PKU Muhammadiyah Karanganyar,
dan adil. Sebesar 36,4% perawat menyatakan menyebutkan bahwa sebanyak 62,2%
bahwa penerapan sanksi terhadap pelanggaran mempersepsikan iklim organisasi baik, dan
disiplin kurang tegas. Sebanyak 81,8% 37,8% mempersepsikan iklim organisasi sedang.
menyatakan bahwa belum terdapat sistem Dimensi iklim organisasi yang dipersepsikan
pemberian penghargaan/imbalan oleh organisasi paling baik adalah tekanan pada prestasi,
terhadap prestasi kerja perawat. Perawat hal ini berarti perawat mempunyai motivasi

155
Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 154163

yang tinggi untuk berprestasi. Sedangkan tanggung jawab yang diterapkan akan membuat
yang menempati urutan paling rendah adalah perawat merasakan kepuasan dalam bekerja
dimensi sentralisasi keputusan. Sebanyak (Laily, 2008). Di mana perawat yang merasa
70,3% perawat mempunyai kepuasan kerja puas akan memberikan asuhan keperawatan
sedang, sebanyak 24,3% mempunyai kepuasan dengan sebaik-baiknya dikarenakan perawat
kerja tinggi terhadap teman sekerja, serta 5,4% merasa harapannya telah terpenuhi (Utami,
mempunyai kepuasan kerja rendah terhadap 2009). Oleh sebab itu perlu dianalisis adanya
kompensasi. Penelitian lain dilakukan oleh hubungan iklim organisasi dengan kepuasan
Hamdie (2007) di RSUD H. Boejasin Kabupaten kerja perawat di Ruang IRNA Bedah RSUD
Tanah Laut Kalimantan Selatan menyebutkan Kabupaten Sampang agar pihak manajemen
iklim organisasi dapat memprediksikan dapat menentukan strategi solusi yang tepat
kepuasan kerja sebesar 16% dengan hubungan dalam menciptakan iklim organisasi yang
kategori sedang, dimensi yang signifikan kondusif dan sesuai dengan tujuan rumah sakit
terhadap kepuasan kerja bagi profesi perawat serta tujuan para perawat di Ruang IRNA Bedah
adalah kepemimpinan, tanggung jawab, dan RSUD Kabupaten Sampang melalui upaya
imbalan. Pada penelitian kali ini, peneliti keterbukaan, demokrasi dalam organisasi,
ingin menguatkan hasil penelitian terdahulu saling menghargai serta gaya kepemimpinan
mengenai hubungan iklim organisasi dengan yang berpihak pada perawat.
kepuasan kerja perawat. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, BAHAN DAN METODE
yaitu peneliti menggunakan modifikasi
indikator enam dimensi iklim organisasi oleh Rancangan yang digunakan dalam
Litwin dan Stringer (1968) dalam Prasetyo penelitian ini yaitu cross sectional. Populasi
(2003) sebagai penilaian, sedangkan untuk pada penelitian ini adalah semua tenaga perawat
penilaian tingkat kepuasan kerja perawat, di IRNA Bedah RSUD Kabupaten Sampang
peneliti menggunakan teori hirarki kebutuhan sebanyak 15 orang perawat. penelitian ini
Maslow (1954) dalam Nursalam (2008) yang menggunakan sampel tenaga perawat IRNA
dimodifikasi dengan teori dua faktor Herzberg Bedah RSUD Kabupaten Sampang sebanyak
(1959) dalam Ivancevich (2006). 11 orang yang memenuhi kriteria inklusi
Kepuasan kerja perawat secara langsung sebagai berikut Perawat yang berdinas saat
maupun tidak langsung dapat berdampak penelitian dilakukan, Perawat yang bersedia
untuk diteliti, dan Perawat dengan masa kerja
pada peningkatan kinerja perawat. Herzberg
lebih dari satu tahun.
dalam Strauss dan Sayles (1986) menyatakan
Variabel dependen penelitian ini adalah
bahwa adanya penyebab-penyebab kepuasan
kepuasan kerja perawat, sedangkan variabel
menyebabkan produktivitas yang lebih tinggi.
independen adalah iklim organisasi. Kuesioner
Penyebab-penyebab ketidakpuasan, misal
terstruktur digunakan sebagai instrumen dalam
pemberian upah yang tidak adil, kondisi
penelitian ini, di mana peneliti memodifikasi
kerja yang kurang mendukung, kurangnya
sumber yang sudah ada untuk dimensi iklim
objektivitas pengawas, hubungan interpersonal
organisasi dari Litwin dan Stringer (1968)
yang buruk, tidak ada kesempatan promosi,
dalam Prasetyo (2003). Kepuasan kerja
serta tidak diberi kewenangan dalam pekerjaan
menggunakan modifikasi aplikasi antara
dapat mengakibatkan produksi yang lebih
teori hirarki kebutuhan Maslow (1954) dalam
rendah. Apabila dalam bekerja perawat
Nursalam (2008) dengan teori dua faktor
diberi kewenangan dalam pengambilan
Herzberg (1959) dalam Ivancevich (2006).
keputusan, teman sekerja yang mudah diajak
Uji statistik yang digunakan dalam
berkoordinasi, perhatian dari pimpinan dengan penelitian in adalah meggunakan korelasi
memberi penghargaan atas keberhasilannya, Spearman's rho dengan derajat kemaknaan atau
tantangan dan risiko yang dibebankan berkaitan tingkat signifikan p < 0,01. Kekuatan hubungan
dengan pencapaian tujuan organisasi serta kedua variabel dapat ditentukan dengan melihat
kejelasan organisasi dalam kebijakan dan dari koefisien korelasinya.

156
Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi (Nursalam)

HASIL menilai iklim organisasi tidak kondusif tapi


memilki kepuasan kerja.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan
Hasil uji statistik dengan menggunakan
bahwa perawat di IRNA Bedah RSUD
uji korelasi Spearman's rho didapatkan
Kabupaten Sampang sebagian besar merasakan
koefisien korelasi 0,799 (berada dalam rentang
iklim organisasi adalah kondusif yaitu sebanyak
0,60 sampai 0,799) yang berarti bahwa kedua
9 orang (82%), dari segi dimensi struktur
variabel memiliki hubungan yang kuat. Nilai
menunjukkan bahwa 8 orang (73%) responden
p = 0,003 ( 0,01) hal ini menunjukkan bahwa
merasakan iklim organisasi kondusif pada
H1 diterima dan H0 ditolak yang membuktikan
dimensi struktur. Tiga orang responden yang
bahwa ada hubungan antara iklim organisasi
menilai iklim organisasi tidak kondusif
dengan kepuasan kerja di IRNA Bedah RSUD
merasakan hambatan terbesar dimensi struktur
Kabupaten Sampang.
berada pada kategori aturan. Sedangkan dari
dimensi tanggung jawab 10 orang (91%)
responden merasakan iklim organisasi kondusif PEMBAHASAN
pada dimensi tanggung jawab. Satu orang
Dimensi iklim organisasi yang dirasakan
responden yang menilai iklim organisasi tidak
paling kondusif berada pada dimensi tanggung
kondusif merasakan hambatan terbesar dimensi
jawab yang ditunjukkan dengan perawat merasa
tanggung jawab berada pada kategori aturan.
mempunyai kesempatan untuk membuat
9 orang (82%) responden merasakan iklim
keputusan sendiri di mana keputusan yang
organisasi kondusif pada dimensi imbalan.
telah dibuat tidak selalu diperiksa kembali
Dimensi risiko pada iklim organisasi
dan dapat dipercaya oleh pimpinan, hal ini
menunjukkan bahwa 9 orang (82%) responden
menunjukkan bahwa perawat IRNA Bedah
merasakan iklim organisasi kondusif, pada
RSUD Kabupaten Sampang mengetahui
dimensi toleransi menunjukkan bahwa 9
dengan pasti tugas dan tanggung jawabnya.
orang (82%) responden merasakan iklim
Dimensi iklim organisasi yang paling tidak
organisasi kondusif. Hasil dari segi dimensi
kondusif berada pada dimensi struktur di mana
konflik menunjukkan 9 orang (82%) responden
ditunjukkan dengan penerapan aturan-aturan
merasakan iklim organisasi kondusif.
organisasi yang dirasakan masih terlalu kaku,
Perawat IRNA Bedah RSUD Kabupaten
aliran tugas dan wewenang di IRNA Bedah
Sampang sebagian besar merasakan kepuasan
RSUD Kabupaten Sampang belum membantu
kerja yaitu sebanyak 9 orang (82%). 10 orang
perawat dalam menyelesaikan tugas, kebijakan
(91%) responden merasakan kepuasan kerja
yang diambil pemimpin (karu) belum sejalan
pada faktor gaji. 10 orang (91%) responden
dengan kepentingan perawat, serta perencanaan
merasakan kepuasan kerja pada faktor kondisi
dan pengaturan kerja yang belum jelas untuk
kerja. 7 orang (64%) responden merasakan
mencapai standar kerja.
kepuasan kerja pada faktor pengawasan. 7
Iklim organisasi menurut Litwin dan
orang (64%) responden merasakan kepuasan
Wilson (1978) dalam Timpe (1992) merupakan
kerja pada faktor pengawasan. 8 orang (73%)
serangkaian sifat lingkungan kerja yang dapat
responden merasakan kepuasan kerja pada
diukur berdasarkan persepsi kolektif dari
faktor promosi.
orang-orang yang hidup dan bekerja di dalam
Hasil Hubungan antara iklim organisasi
lingkungan tersebut serta diperlihatkan untuk
dengan kepuasan kerja menunjukkan bahwa
memengaruhi motivasi dan perilaku mereka.
9 orang (82%) menyatakan iklim organisasi
Oleh karena itu, iklim organisasi yang kondusif
kondusif dan memiliki kepuasan kerja, serta
diharapkan dapat menciptakan motivasi
tidak ada responden yang menilai iklim
serta perilaku positif pada setiap anggota
organisasi kondusif tapi tidak memiliki
organisasi. Tanggung jawab adalah kewajiban
kepuasan kerja. Sedangkan responden yang
seseorang untuk melaksanakan fungsi yang
menilai iklim organisasi tidak kondusif dan
ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai
merasakan ketidakpuasan kerja yaitu sebanyak
dengan pengarahan yang diterima (Hardjito,
2 orang (18%), serta tidak ada responden yang

157
Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 154163

1997). Hal ini sesuai dengan kondisi di diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
tempat penelitian di mana perawat mengetahui kinerja perawat sehingga dapat meningkatkan
dengan pasti tugas dan tanggung jawabnya. kualitas pemberian pelayanan keperawatan.
Sedangkan struktur organisasi merupakan Faktor kepuasan kerja tertinggi yang
cara organisasi untuk menyusun orang-orang dirasakan oleh responden yaitu berada pada
dalam menciptakan sebuah organisasi. Struktur faktor gaji, kondisi kerja, dan pekerjaan itu
dapat juga diartikan sebagai kepentingan sendiri. Sedangkan faktor ketidakpuasan
bagaimana orang-orang akan dikelompokkan kerja tertinggi yaitu berada pada faktor
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Semakin pengawasan.
tinggi penstrukturan suatu organisasi maka Kepuasan kerja terhadap faktor gaji
lingkungan akan terasa semakin kaku, tertutup ditunjukkan dengan sistem penggajian di
dan penuh ancaman. Sebaliknya semakin besar tempat kerja yang jelas berdasarkan APBD TK
otonomi dan kebebasan serta semakin banyak II, kesesuaian gaji dengan tingkat pendidikan,
perhatian manajemen terhadap pekerjaan kesesuaian gaji dengan golongan pangkat,
individu, maka akan semakin baik, penuh serta pemberian insentif tambahan atas prestasi
kepercayaan dan bertanggung jawab atas iklim atau kerja ekstra. Hal ini sesuai dengan faktor
organisasi (Robbins, 1996). Namun, IRNA kepuasan menurut Rowland dan Rowland
Bedah RSUD Kabupaten Sampang belum (1999) bahwa karyawan menginginkan gaji
mempunyai struktur formal dalam organisasi. yang adil bila dibandingkan dengan gaji
Sehingga belum ada pembagian karyawan institusi perawatan kesehatan yang bersaing
secara struktural dan fungsional. Keadaan dengan komunitas secara umum. Selanjutnya,
seperti ini tidak sesuai dengan standar pelayanan Robbins (1996) menguatkan bahwa karyawan
keperawatan pada standar 1 tentang falsafah dan menginginkan sistem upah dan kebijakan
tujuan, pada poin 4 menjelaskan bahwa bagan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,
struktur organisasi harus memperlihatkan tidak meragukan, didasarkan pada tuntutan
secara jelas garis komando, tanggung jawab, pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
kewenangan dan hubungan kerja dalam dan standar pengupahan komunitas sehingga
pelayanan keperawatan serta hubungan dengan kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.
unit lainnya (Wijono, 2000). Selain itu, kepala Pemenuhan gaji akan menimbulkan kepuasan
ruangan di IRNA Bedah RSUD Kabupaten pada individu sebab gaji merupakan kebutuhan
Sampang masih dipegang oleh seorang dokter. fisiologis atau kebutuhan dasar bagi perawat
Hal ini tidak sesuai dengan standar 3 tentang (Maslow, 1954 dalam Sutarto, 1991).
staf dan pimpinan, pada poin 1 menyatakan Kepuasan kerja terhadap faktor kondisi
bahwa pelayanan keperawatan dipimpin oleh kerja ditunjukkan dengan cukup tersedianya
seorang perawat yang mempunyai kualifikasi peralatan dan perlengkapan yang mendukung
manajer, serta lebih lanjut dijelaskan pada pekerjaan, tersedianya fasilitas penunjang
poin 2 bahwa kepala keperawatan mempunyai (kamar mandi, tempat parkir, kantin, tempat
kewenangan atau bertanggung jawab bagi ibadah, dan lain-lain), kondisi ruangan kerja yang
berfungsinya pelayanan keperawatan (Wijono, baik (ventilasi udara, kebersihan, penerangan
2000). Di mana karyawan harus memahami dan kebisingan), serta adanya jaminan atas
kebijakan dan bekerja dengan pengetahuan dari kesehatan/keselamatan kerja. Hal ini sesuai
prosedur-prosedur pekerjaan khususnya yang dengan standar pelayanan keperawatan pada
menguntungkan mereka. Hal ini merupakan standar 4 mengenai fasilitas dan peralatan
tanggung jawab manajer untuk berperan bahwa fasilitas dan peralatan harus memadai
sebagai guru dan sumber dalam area ini untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan
(Rowland dan Rowland, 1999). (Wijono, 2000). Kebutuhan keselamatan dan
Iklim organisasi yang kondusif sangat keamanan pada kondisi kerja menurut Maslow
penting untuk meningkatkan perilaku positif (1954) dalam Sutarto (1991) ada yang bersifat
dan motivasi perawat di IRNA Bedah RSUD material berupa tempat berteduh (gedung), ada
Kabupaten Sampang. Motivasi yang tinggi yang bersifat semi material seperti kebutuhan

158
Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi (Nursalam)

pensiun, jaminan hari tua, asuransi, serta sistem pengawasan terhadap kinerja perawat
berupa nonmaterial seperti kebutuhan yang karena terbatasnya sumber daya manusia
berupa rasa aman di tempat kerja, keyakinan yang handal. Apabila pengawasan/supervisi
tidak akan mendapat imbalan buruk karena keperawatan tidak dilaksanakan, maka evaluasi
pendapat-pendapatnya yang berhubungan dan pengendalian mutu terhadap asuhan
dengan tata cara kerja. keperawatan tidak terlaksana secara optimal.
Kepuasan kerja terhadap faktor Menurut Nursalam (2008), supervisi berguna
pekerjaan itu sendiri ditunjukkan dengan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan
adanya kebebasan/otonomi melakukan suatu dan sikap para pelaksana kegiatan agar program
metode sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan, terlaksana baik. Objektivitas dalam melakukan
kesempatan untuk meningkatkan kemampuan pengawasan dan pengendalian hanya dapat
kerja melalui pelatihan atau pendidikan dipertahankan apabila standar, prosedur kerja,
tambahan, serta kesesuaian pekerjaan dengan dan kriteria yang jelas diketahui oleh yang
tingkat pendidikan perawat. Berdasarkan diawasi atau yang mengawasi (Siagian, 1995).
standar pelayanan keperawatan pada standar Penilaian dan umpan balik harus dilakukan
6 tentang pengembangan staf dan program secara teratur berdasarkan waktu serta harus
pendidikan, dinyatakan bahwa harus ada adil. Manajer harus mencoba metode-metode
program pengembangan dan pendidikan penilaian yang teliti (Rowland dan Rowland,
berkesinambungan agar setiap keperawatan 1999). Oleh karena itu, sistem penilaian
dapat meningkatkan kemampuan profesional terhadap staf keperawatan harus dilaksanakan
(Wijono, 2000). Banyak orang menginginkan dan didokumentasikan berdasarkan pada
kesempatan untuk menemukan, membangun, uraian tugas staf dan dapat mengidentifikasi
menguasai dan menggunakan kemampuan keunggulan dalam penampilan dan keperluan
mereka sendiri untuk pengembangan seluas- peningkatan karier sehingga kepuasan kerja
luasnya pekerjaan dan kehidupan pribadi pada faktor pengawasan dapat terpenuhi.
mereka. Begitu pula dengan perawat yang Coleman (1982) dalam Muhammad
secara khusus memperhatikan kesempatan (2005), kepuasan merupakan respons seseorang
perkembangan, termasuk pendidikan yang sebagai pengaruh terhadap bermacam-macam
berkelanjutan dan kesempatan untuk tumbuh lingkungan kerja yang dihadapinya termasuk
dalam organisasi (Rowland dan Rowland, respons terhadap komunikasi organisasi,
1999). Kebutuhan pemuasan diri misalnya supervisor, kompensasi, promosi, teman
kebutuhan untuk mengembangkan secara sekerja, kebijaksanaan organisasi, dan
maksimal kemampuan, kreativitas, kemahiran, hubungan interpersonal dalam organisasi.
mengembangkan secara penuh segala potensi Berdasarkan data yang didapat dari lapangan,
yang ada pada diri seseorang (Sutarto, 1991). BOR tahun 20072009 berturut-turut yaitu
Perawat ingin menjadi seperti yang mereka 56,1%; 62,8%; 68,2% walaupun mengalami
inginkan untuk mencapai potensi mereka peningkatan namun tetap di bawah standar
menjadi perawat yang efektif, kreatif, dan nasional (standar nasional: 7585%), AvLOS
memenuhi standar kinerja personal (Swansburg tahun 20072009 berturut-turut yaitu 2,9 hari;
dan Swansburg, 2001). 3,1 hari; 3,3 hari sedangkan standar nasional:
Faktor ketidakpuasan kerja tertinggi 710 hari), hal ini dapat mengidentifikasikan
yaitu berada pada faktor pengawasan. Hal bahwa pelayanan keperawatan di IRNA Bedah
ini ditunjukkan dengan ketidakobjektifan RSUD Kabupaten Sampang kurang optimal.
pengawas dalam melakukan pengawasan, Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya
kurang adanya ketegasan pengawas dalam kepuasan kerja perawat.
menegakkan disiplin, serta pengawas kurang Perbedaan hasil penelitian dengan hasil
mampu membuat keputusan. Dalam penelitian awal pengambilan data antara lain disebabkan
ini, responden menyatakan ketidakpuasannya oleh adanya responden baru/berbeda dengan
pada faktor pengawas karena di IRNA Bedah responden pada saat pengambilan data awal.
RSUD Kabupaten Sampang belum dilaksanakan Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jam

159
Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 154163

dinas responden pada saat penelitian. Selain Harapan yang diinginkan perawat
itu, perbedaan hasil tersebut dipengaruhi oleh terhadap enam dimensi iklim oganisasi
perubahan kebijakan-kebijakan dan perbaikan berdasarkan kategori manajer, aturan, dan
manajemen rumah sakit dalam proses mengikut sumber daya adalah kategori manajer, harapan
akreditasi rumah sakit sehingga perbaikan dan terbesar dirasakan pada dimensi struktur yaitu
penyesuaian sistem, program, aturan, serta peraturan ditingkatkan menjadi lebih baik,
manajemen terus dilakukan. penerapan aturan diatur dan didukung langsung
Kepuasan kerja perawat sangat penting oleh atasan, serta adanya profesionalisme.
dipenuhi karena menyangkut hasil kerja/ Harapan terkecil pada kategori manajer
produktivitas perawat itu sendiri. Di mana berada pada dimensi tanggung jawab yaitu
perawat yang merasa puas akan bekerja dengan pembagian tanggung jawab yang jelas dan adil,
sebaik-baiknya dikarenakan mereka merasa pembagian kerja sesuai dengan kemampuan,
keinginannya telah terpenuhi. Semakin banyak job description, dan tupoksi. Kategori aturan,
faktor-faktor kepuasan yang terpenuhi, maka harapan terbesar yang diinginkan perawat
perawat akan semakin merasa puas. Dengan berada pada dimensi tanggung jawab dan
demikian, diharapkan produktivitas perawat dimensi imbalan. Pada dimensi tanggung jawab,
akan semakin baik. harapan yang diinginkan yaitu pembagian kerja
Hambatan yang dirasakan perawat sesuai dengan kemampuan, jobdescription
terhadap enam dimensi iklim oganisasi yang jelas, pengoptimalan tupoksi, serta
berdasarkan kategori manajer, aturan, dan pembagian tanggung jawab lebih jelas dan
sumber daya adalah sebagai berikut: kategori adil. Sedangkan pada dimensi toleransi,
manajer, hambatan terbesar dirasakan pada perawat tidak mempunyai harapan untuk
dimensi konflik yang ditunjukkan dengan kategori aturan. Kategori sumber daya, harapan
manajer kurang tegas dalam mengatasi terbesar yang diinginkan perawat berada pada
konflik, kurang keterbukaan manajer dalam dimensi toleransi sebesar yaitu selalu terjalin
setiap permasalahan, belum ada penyelesaian hubungan interpersonal serta kerja sama
konflik secara optimal, manajer sulit menerima yang baik. Harapan terkecil kategori sumber
pendapat orang lain. Sedangkan hambatan daya berada pada dimensi struktur, tanggung
terkecil yang dirasakan perawat pada kategori jawab, imbalan, serta konflik. Pada dimensi
manajer yaitu berada pada dimensi toleransi struktur, tanggung jawab, imbalan, responden
sebesar 18% yang ditunjukkan dengan kurang menuliskan tidak ada harapan, sedangkan pada
keterbukaan antara atasan dengan staf. dimensi konflik, responden berharap tidak ada
Kategori aturan, hambatan terbesar berada konflik antarteman.
pada dimensi tanggung jawab yang ditunjukkan Hambatan yang dirasakan perawat
dengan pembagian tanggung jawab belum terhadap enam faktor kepuasan kerja
adil dan masih subjektif, serta pembagian job berdasarkan kategori manajer, aturan, dan
description yang belum jelas. Perawat tidak sumber daya adalah sebagai berikut: kategori
merasakan hambatan kategori aturan yaitu manajer, hambatan terbesar dirasakan pada
pada dimensi konflik. Kategori sumber daya, faktor pengawasan yang ditunjukkan dengan
hambatan terbesar berada pada dimensi risiko belum adanya pengawasan terfokus perawat,
yang ditunjukkan dengan adanya kesenjangan serta kurang transparansi. Perawat tidak
antara perawat lama dan baru, serta sering merasakan hambatan kategori manajer pada
adanya perbedaan pendapat. Hambatan terkecil faktor gaji, kondisi kerja, serta pekerjaan itu
pada kategori sumber daya berada pada dimensi sendiri. Kategori aturan, hambatan terbesar
tangung jawab dan imbalan. Pada dimensi berada pada faktor gaji yang ditunjukkan dengan
tanggung jawab, hambatan kategori sumber belum sesuai UMK/UMR, merasa kurang puas,
daya ditunjukkan dengan adanya senioritas. tidak ada reward untuk yang berprestasi,
Pada dimensi imbalan, hambatan kategori serta kurang adil dan merata. Perawat tidak
sumber daya ditunjukkan dengan adanya merasakan hambatan kategori aturan pada
kesenjangan antara perawat lama dengan yang faktor pengawasan dan pekerjaan itu sendiri.
baru dalam pemberian imbalan.
160
Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi (Nursalam)

Kategori sumber daya, hambatan terbesar dalam Swansburg dan Swansburg (2001)
dirasakan perawat pada faktor pekerjaan itu menyatakan bahwa kebanyakan perilaku secara
sendiri yang ditunjukkan dengan belum ada sukarela dikendalikan oleh seseorang dan
pelatihan/seminar secara rutin, pengikutsertaan karenanya termotivasi. Ada harapan kinerja-
pelatihan/seminar terbatas pada orang-orang usaha, atau keyakinan seseorang bahwa ada
tertentu, serta adanya senioritas. kesempatan bagi usaha tertentu untuk menuju
Harapan yang diinginkan perawat pada suatu tingkat kinerja tertentu. Harapan
terhadap enam faktor kepuasan kerja atau keyakinan tentang hasil kinerja akhir
berdasarkan kategori manajer, aturan, dan dari seseorang akan mempunyai hasil akhir
sumber daya adalah Kategori manajer, harapan tertentu.
terbesar yang diinginkan berada pada faktor Peran manajer sangat penting untuk
pengawasan yang diinginkan yaitu ada supervisi mengatasi hambatan-hambatan yang dirasakan
untuk meningkatkan prestasi kerja, pengawasan serta mewujudkan harapan-harapan yang
yang jelas dan tegas, serta supervisi langsung diinginkan perawat terhadap organisasi. Selain
oleh atasan. Perawat tidak mempunyai harapan itu, mutu hubungan interpersonal yang berjalan
kategori manajer pada faktor gaji. Kategori dengan serasi dan harmoni diperlukan agar
aturan, harapan terbesar berada pada faktor segala permasalahan yang menjadi hambatan
gaji sebesar 100% yang diinginkan yaitu sesuai dalam pekerjaan dapat diselesaikan dengan
dengan UMK/UMR, adanya kenaikan gaji, ada mudah sehingga kepuasan dapat terpenuhi
reward untuk yang berprestasi, serta adil dan (Tampubolon, 2004).
merata. Perawat tidak mempunyai harapan Simamora (2001) dalam Kusnan
kategori aturan pada faktor pengawasan dan (2003) mengartikan iklim organisasi sebagai
hubungan interpersonal. Kategori sumber daya, lingkungan internal atau psikologi organisasi.
harapan terbesar berada pada faktor hubungan Iklim organisasi memengaruhi praktik dan
interpersonal sebesar 73% yang dinginkan kebijakan sumber daya manusia yang diterima
yaitu terjalin hubungan interpersonal yang baik, oleh anggota organisasi. Menurut Gibson dkk.
kerja sama dan kekeluargaan yang lebih baik. (1987) iklim organisasi merupakan seperangkat
Teori dua faktor Herzberg (1959) prioritas lingkungan kerja yang dipersepsikan
dalam Ivancevich dkk. (2006) menjelaskan karyawan secara langsung atau tidak langsung
apabila context faktor (gaji, kondisi kerja, yang dianggap sebagai faktor utama dalam
kualitas pengawasan teknis, kualitas hubungan memengaruhi perilaku karyawan. Iklim
interpersonal, promosi, pekerjaan itu sendiri, organisasi dapat memengaruhi kepuasan kerja
dan prosedur perusahaan) tidak terpenuhi, tidak yang dapat dilihat melalui perilaku anggotanya.
ada ataupun tidak sesuai maka dapat membuat Perilaku positif akan ditunjukkan oleh anggota
karyawan merasa tidak puas (dissatisfied). yang merasa puas, begitu pula sebaliknya
Ketidakterpenuhinya context faktor akan respons ketidakpuasan akan ditampakkan
menyebabkan tenaga kerja banyak mengeluh oleh anggota dengan perilaku yang cenderung
dan merasa tidak puas, tetapi bila dipenuhi negatif. Selain itu, sikap yang diproyeksikan
maka karyawan akan berada pada posisi oleh manajemen puncak melalui manajer
tidak lagi tidak puas (bukan berarti puas) atau individual adalah sebuah faktor penting.
tepatnya dalam keadaan posisi netral. Kepuasan kerja karyawan banyak dipengaruhi
Perilaku positif atau yang diinginkan oleh sikap pimpinan dalam kepemimpinan.
harus dihargai atau diperkuat. Penghargaan Kepemimpinan partisipatif memberikan
memberikan motivasi, meningkatkan kekuatan kepuasan kerja bagi karyawan, karena karyawan
dari suatu respons atau menyebabkan ikut aktif dalam memberikan pendapatnya
pengulangannya. Penguatan yang terus-menerus untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan.
mempercepat penampilan kerja. Perilaku Kepemimpinan otoriter mengakibatkan
organisasi yang tidak diinginkan tidak boleh ketidakpuasan kerja karyawan (Fathoni,
diberi penghargaan (Skinner dalam Swansburg 2006). Sebaiknya manajemen lebih banyak
dan Swansburg, 2001). Teori harapan Vroom memberikan umpan balik, otonomi, dan

161
Jurnal Ners Vol. 5 No. 2 Oktober 2010: 154163

identitas serta membantu terciptanya iklim Perlu adanya sistem pemberian imbalan yang
organisasi yang berorientasi prestasi, di mana dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat,
karyawan merasa lebih bertanggung jawab di mana imbalan tidak hanya bersifat materi
atas pencapaian pada tujuan organisasi dan dan Pemberian pujian dan penghargaan atas
kelompok. keberhasilan perawat menyelesaikan pekerjaan
dengan baik sangat membantu meningkatkan
kepuasan kerja perawat.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
KEPUSTAKAAN
Perawat IRNA Bedah RSUD Kabupaten
Sampang sebagian besar merasakan iklim Fathoni, A., 2006. Organisasi dan Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
organisasi kondusif. Dimensi tanggung jawab
Cipta.
dirasakan paling kondusif, sedangkan dimensi
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., dan Donnelly,
struktur dirasakan paling tidak kondusif, J.H., 1987. Organisasi dan Manajemen:
Perawat IRNA Bedah RSUD Kabupaten Perilaku, Struktur, Proses. Edisi keempat.
Sampang sebagian besar merasakan kepuasan Jakarta: Erlangga.
kerja. Faktor kepuasan gaji, kondisi kerja, Hamdie, T., 2007. Hubungan Antara Iklim
dan pekerjaan itu sendiri merupakan faktor Organisasi dengan Kepuasan Kerja
kepuasan kerja tertinggi, sedangkan faktor Bagi Karyawan RSUD H. Boejasin
kepuasan pengawasan merupakan faktor Kabupaten Tanah Laut Kalimantan
kepuasan kerja yang dirasakan paling rendah, Selatan. Tesis tidak dipublikasikan.
Perawat merasakan hambatan terbesar iklim Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
organisasi berada pada dimensi risiko untuk Hardjito, D., 1997. Teori Organisasi dan Teknik
kategori sumber daya. Harapan terbesar Pengorganisasian. Jakarta: PT Raja
Grafindo Parsada.
perawat berada pada dimensi struktur untuk
Ivancevich, J.M. dkk., 2006. Perilaku dan
kategori manajer. Perawat merasakan hambatan
Manajemen Organisasi. Jilid 1. Edisi
dan harapan terbesar kepuasan kerja berada ketujuh. Jakarta: Erlangga.
pada faktor gaji untuk kategori aturan dan Kusnan, 2008. Pengaruh Iklim Organisasi,
Iklim organisasi mempunyai hubungan dengan Etos Kerja, dan Disiplin Kerja dalam
kepuasan kerja perawat di IRNA Bedah RSUD Menentukan Efektivitas Kinerja
Kabupaten Sampang dengan kategori hubungan Garnisun Tetap III Surabaya, (online),
kuat. Sehingga iklim organisasi yang kondusif (http://www.damandiri.or.id., diakses
penting untuk meningkatkan kepuasan kerja tanggal 17 Desember 2009, Jam 10.10
perawat. WIB).
Laily, N., 2008. Pengaruh Karakteristik Individu
Saran dan Karakteristik Pekerjaan serta
Iklim Organisasi terhadap Kepuasan
Iklim organisasi yang kondusif perlu Kerja dan Motivasi serta Kinerja
ditingkatkan dalam upaya peningkatan Manajer Menengah Industri Pupuk
kepuasan kerja perawat di IRNA Bedah RSUD Nasional di Indonesia. Disertasi tidak
Kabupaten Sampang dengan cara learning dipublikasikan. Surabaya: Universitas
and growth organization (inovasi, perbaikan Airlangga.
dan pembelajaran, produk baru, efisiensi, dan Muhammad, A., 2005. Komunikasi Organisasi.
penetrasi), sehingga dapat mengurangi risiko, Jakarta: Bumi aksara.
konflik, serta faktor-faktor ketidakpuasan, Nursalam, 2008. Manajemen Keperawatan:
Pembentukan struktur formal di IRNA Bedah Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
sangat diperlukan guna terciptanya stabilitas Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba
organisasi melalui pembagian tanggung jawab Medika.
Prasetyo, A., 2003. Pengaruh Iklim
serta aliran tugas yang jelas dan sesuai standar
Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi,
dan Kinerja Karyawan (Studi pada PT

162
Analisis Kepuasan Kerja Perawat Berdasarkan Iklim Organisasi (Nursalam)

"X" di Driyorejo Gresik). Tesis tidak Ta m p u b o l o n , M . P. , 2 0 0 4 . P e r i l a k u


dipublikasikan. Surabaya: Universitas Keorganisasian: Organization Behavior.
Airlangga. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Robbins, S.P., 1996. Perilaku Organisasi: Timpe, A.D., 1992. Kinerja: Seri Manajemen
Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jilid 2. Sumber Daya Manusia 6. Jakarta: PT
Jakarta: Prenhallindo. Elex Media Komputindo.
Rowland, H.S., dan Rowland, B.L., 1999. Utami, D.R.R. Budi, 2009. Hubungan Iklim
Nursing Administration Handbook. Organisasi dengan Kepuasan Kerja
California: An Aspen Publication. Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
Sutarto, 1991. Dasar-dasar Organisasi. RS PKU Muhammadiyah Karanganyar,
Yogyakarta: Gadjah Mada University (Online), (http://www.skripsistikes.
Press. wordpress.com., diakses tanggal 29
Swansburg, R.C., dan Swansburg, L.C., 2001. Maret 2010, Jam 11.05 WIB).
Pengembangan Staf Keperawatan: Suatu Wijono, D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan
Komponen pengembangan Sumber Daya Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi.
Manusia. Jakarta: EGC. Vol 2. Surabaya: Airlangga University
Press.

163

Anda mungkin juga menyukai