Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

RAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN GERONTIK


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KELAIANAN
SENDI DEGENERATIF

DISUSUN OLEH:
ISMADI
NIM. SN 161064

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KELAINAN SENDI DEGENERATIF
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian/Definisi
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi
penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang
berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit
sendi lainnya.
Klasifikasi :
Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:
a. Reumatik Sendi ( Artikuler )
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi
(reumatik artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling
sering ditemukan yaitu:
1) Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan
menahun yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan
sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang
terkena.Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian
sekaligus. Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang
selaput sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan
kerusakan pada rawan sendi dan tulang di sekitarnya, terutama di
persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
kedua sisi). Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan
pasti. Ada yang mengatakan karena mikoplasma, virus, dan
sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi
autoimun. Bahkan beberapa kasus Artritis Rematoid telah
ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti
tiba-tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu-satunya
anak yang disayangi, hancurnya perusahaan yang dimiliknya dan
sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan
aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan
respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal
kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus.
Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga semakin
merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses
ini secara perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
2) Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan
penyebab yang belum diketahui, namun mengakibatkan kelainan
biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
akhirnya mengenai seluruh persendian termasuk tulang
subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta
jaringan ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium
lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan
adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan
sendi. Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada
beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita
lebih sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit
metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga, kelainan
pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
3) Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia) . Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout
juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul
akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat.
Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang
memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout
primer, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Diduga
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat
mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari
tubuh. Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena
meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi, yaitu
mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin
adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam
nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam
amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat
juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum tulang,
polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin B12).
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit
(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-
benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi.
Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat
juga ikut meninggi.
b. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan
lunak di luar sendi (soft tissue rheumatism) sehingga disebut juga
reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis jenis
reumatik yang sering ditemukan yaitu:
1) Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh
dan anggota gerak. Fibrosis lebih sering ditemukan oleh
perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor kejiwaan.
2) Tendonitis dan tenosivitis
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan
nyeri lokal di tempat perlekatannya. Tenosivitis adalah
peradangan pada sarung pembungkus tendon.
3) Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang.
Entesis ini dapat mengalami peradangan yang disebut entesopati.
Kejadian ini bisa timbul akibat menggunakan lengannya secara
berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.
4) Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon
atau otot ke tulang. Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh
reumatik gout dan pseudogout.
5) Back Pain
Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses
degenerarif diskus intervertebralis, bertambahnya usia dan
pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur tubuh yang salah
sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa
akibat proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan
fraktur.
6) Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang
pernah mengalaminya. Nyeri terdapat kedaerah pinggang
kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yng dapat menjalar ke
tungkai dan kaki.
7) Frozen shoulder syndrome
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di
pangkal lengan atas yang bisa menjalar ke lengan atas bagian
depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan diangkat
keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjadi terbatas.
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
b. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan
laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku
bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus
menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan
dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan
timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko
timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.
3. Manifestasi Klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang
dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi
terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri
tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan,
antara lain;
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,
seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau
tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
f. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau
panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

4. Komplikasi
Berikut adalah komplikasi yang dapat timbul akibat penyakiat
Osteoarthritis :
a. Asam urat
Asam urat atau Gout adalah salah satu jenis penyakit yang terjadi pada
persendian. Penyakit ini dapat menyebabkan timbulnnya peradangan
sendi karena tingginya tingkat asam urat yang menyebabkan kristal
natrium urat membentuk di dalam dan sekitar sendi. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada tulang rawan akibat penyakit
osteoartritis dapat mendorong pemembentukan kristal dalam sendi.
Jika Anda memiliki osteoarthritis yang disertai penyakit asam urat,
maka tingkat penyakit sendi anda akan terus meningkat dan bahkan
dpat menyebabkan kelumpuhan.
b. Kondrokalsinosis
Osteoarthritis juga dapat mendorong kristal kalsium pirofosfat
terbentuk di tulang rawan Anda. Ini disebut kalsifikasi atau
kondrokalsinosis. Hal ini dapat terjadi di setiap sendi, dengan atau
tanpa osteoarthritis, tapi itu kemungkinan besar terjadi di lutut sudah
terkena osteoartritis, terutama pada orang tua. Kristal akan muncul di
sinar-x dan sampel cairan yang diambil dari sendi Anda.
Osteoarthritis cenderung menjadi lebih parah lebih cepat ketika kristal
kalsium yang hadir. Kadang-kadang kristal dapat mengguncang lepas
dari tulang rawan, menyebabkan serangan tiba-tiba bengkak sangat
menyakitkan disebut arthritis kalsium pirofosfat kristal akut (akut CPP
kristal arthritis), sejenis penyakit kalsium kristal .

5. Patofisiologi dan Pathway


Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif
gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

Pathway
Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
Pemecahan Perubahan
kondrosit Komponen sendi
Kolagen
Progteogtikasi Perubahan
Jaringan sub metabolisme sendi
Proses penyakit
kondrial
degeneratif
yang panjang

MK: Pengeluaran
Kerusakan enzim lisosom
Penatalaksanaan
lingkungan
Kerusakan
Kurang matrik kartilago
kemampuan
mengingat
Kesalahan Penebalan Perubahan
interpretasi tulang sendi fungsi sendi

Penyempitan Deformitas
MK: Kurang rongga sendi sendi
pengetahuan Kontraktur
Penurunan MK: Kerusakan
Kekuatan mobilytas fisik
nyeri

MK: Gangguan Hipertrofi


MK: Kurang Citra tubuh
perawatan diri

Distensi Cairan

MK: Nyeri akut


6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Medis
1) Farmakologi / Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya
sebagai analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu
menghentikan proses patologis
2) Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen
artroscopik,
3) Pembedahan; artroplasti
Keperawatan :
Istirahatkan sendi yang sakit dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
Tindakan preventif
Penurunan berat badan
Pencegahan cedera
Screening sendi paha
Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi,
pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami
inflamasi
Dukungan psikososial
Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
Diet untuk emnurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya
keluhan
Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan
asam urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan yang boleh
dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
Golongan bahan Makanan yang boleh Makanan yang tidak boleh
makanan diberikan diberikan
Karbohidrat Semua --
Protein hewani Daging atau ayam, ikan Sardin, kerang, jantung, hati,
tongkol, bandeng 50 gr/hari, usus, limpa, paru-paru, otak,
telur, susu, keju ekstrak daging/ kaldu, bebek,
angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 --
gr atau tahu, tempe, oncom
Lemak Minyak dalam jumlah
terbatas. --
Sayuran Semua sayuran sekehendak Asparagus, kacang polong,
kecuali: asparagus, kacang kacang buncis, kembang kol,
polong, kacang buncis, bayam, jamur maksimum 50
kembang kol, bayam, jamur gr sehari
maksimum 50 gr sehari
Buah-buahan Semua macam buah --
Minuman Teh, kopi, minuman yang Alkohol
mengandung soda
Bumbu, dll Semua macam bumbu Ragi

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat penyakit
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada
tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum
pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang
cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas
pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri
klien.
b. Pemneriksaan fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi
(bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan
pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi
sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes serologi
Sedimentasi eritrosit meningkat
Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2) Pemerikasaan radiologi
Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
3) Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan
dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
2. Diagnosa Keperawatan

3. Perencanaan Keperawatan
4. Evaluasi
C. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
- Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan
stress pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.

2. Kardiovaskuler
- Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten,
sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal.

3. Integritas Ego
- Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
- Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
- Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi,
misalnya ketergantungan pada orang lain.

4. Makanan / Cairan
- Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi
makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.
- Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan,
kekeringan pada membran mukosa.

5. Hygiene
- Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
diri, ketergantungan pada orang lain.

6. Neurosensori
- Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi

7. Nyeri/kenyamanan
- Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis
dan kekakuan (terutama pagi hari).

8. Keamanan
- Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus
- Lesi kulit, ulkas kaki
- Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
- Demam ringan menetap
- Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi Sosial
- Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain,
perubahan peran: isolasi.

10. Penyuluhan/Pembelajaran
- Riwayat rematik pada keluarga
- Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan
penyakit tanpa pengujian
- Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal,
pkeuritis.

11. Pemeriksaan Diagnostik


- Reaksi aglutinasi: positif
- LED meningkat pesat
- protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.
- SDP: meningkat pada proses inflamasi
- JDL: Menunjukkan ancaman sedang
- Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses
autoimun
- RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi,
osteoporosis pada tulang yang berdekatan, formasi kista tulang,
penyempitan ruang sendi.

D. DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA


A. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan - Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
berhubungan asuhan keperawatan selama dan intensitas nyeri (skala 0
dengan 5 hari, klien akan: 10), catat faktor-faktor yang
- Menunjukkan nyeri mempercepat dan tanda-tanda
hilang/terkontrol rasa nyeri.
- Klien terlihat rileks dapat - Beri matras dan kasur keras
tidur/beristirahat dan bantal kecil. Tinggikan linen
berpartisipasi dalam tempat tidur sesuai kebutuhan
aktivitas saat klien beristirahat/tidur.
- Mengikuti program terapi - Bantu klien mengambil posisi
- Menggabungkan yang nyaman pada waktu tidur
keterampilan relaksasi atau duduk diskusi, tinggikan
dan aktivitas hiburan ke istirahat di tempat tidur sesuai
dalam program kontrol indikasi.
nyeri. - Pantau penggunaan bantal
- Dorong klien untuk mengubah
posisi.
- Bantu klien untuk mengompres
hangat pada sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
- Pantau suhu kompres
- Dorong untuk menggunakan

Kurang Setelah dilakukan tindakan - Diskusikan tingkat fungsi


perawatan diri keperawatan selama 5 hari umum; sebelum timbul
berhubungan klien akan: eksaserbasi penyakit dan
dengan - Melaksanakan aktivitas potensial perubahan yang
perawatan diri pada sekarang diantisipasi
tingkat yang konsisten - Pertahankan mobilitas, kontrol
pada kemampuan klien terhadap nyeri dan program
- Mendemonstrasikan latihan.
perubahan teknik/gaya - Kaji hambatan terhadap
hidup untuk memenuhi partisipasi dalam perawatan
kebutuhan perawatan diri diri, identifikasi rencana untuk
- Mengidentifikasi sumber- memodifikasi lingkungan.
sumber pribadi yang - Kolaborasi untuk terapi
dapat memenuhi okupasi
kebutuhan.

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat fungsi fisik


terhadap keperawatan selama 5 hari - Evaluasi lingkungan untuk
kerusakan klien dapat: mengkaji kemampuan dalam
penatalaksanaan - Mempertahankan perawatan untuk diri sendiri
lingkungan keamanan, lingkungan - Tentukan sumber-sumber
yang meningkatkan finansial untuk memenuhi
perkembangan kebutuhan situasi individu
- Mendemonstrasikan - Identifikasi sistem pendukung
penggunaan sumber- yang tersedia untuk klien
sumber yang efektif dan - Identifikasi untuk peralatan
tepat. yang diperlukan misalnya alat-
alat bantu mobilisasi.
Kurang Setelah dilakukan tindakan - Tinjau proses penyakit,
pengetahuan keperawatan selama 5 hari prognosis dan harapan masa
(kebutuhan klien akan: depan
belajar) - Menunjukkan - Diskusikan kebiasaan klien
mengenai pemahaman tentang dalam melaksanakan proses
penyakit, kondisi/prognosis dan sakit melalui diet, obat-obatan
prognosis dan perawatan dan program diet seimbang,
kebutuhan - Mengembangkan rencana latihan dan istirahat.
perawatan dan untuk keperawatan diri - Bantu dalam merencanakan
pengobatan termasuk modifikasi gaya jadwal aktivitas terintegrasi
berhubungan hidup yang konsisten yang realistis, istirahat,
dengan dengan mobilitas dan perawatan diri, pemberian
kurangnya atau pembatasan aktivitas obat-obatan, terapi fisik dan
kemampuan manajemen stres.
klien untuk - Tekankan pentingnya
mengingat melanjutkan manajemen
informasi yang farmakologi terapi.
diberikan - Identifikasi efek samping obat.
- Diskusikan teknik menghemat
energi
- Berikan informasi tentang alat
bantu misalnya tongkat, tempat
duduk dan palang keamanan.
Beri konseling sesuai prioritas
kebutuhan klien.
Teknik manajemen stres misalnya
relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik biofeedback,
visualisasi, pedoman imajinasi
hipnotis diri dan pengendalian
nafas.
- Libatkan dalam aktivitas
hiburan yang sesuai untuk
situasi individu.
- Beri obat sebelum aktivitas
latihan yang direncanakan
sesuai petunjuk.
- Bantu klien dengan terapi fisik.
Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan - Dorong klien mengungkapkan
tubuh keperawatan selama 5 hari mengenai masa lalu tentang
klien akan: proses penyakit, harapan masa
- Mengungkapkan depan.
peningkatan rasa percaya - Diskusikan arti dari
diri dalam kemampuan kehilangan/ perubahan pada
untuk menghadapi dirinya. Memastikan
penyakit perubahan gaya bagaimana pandangan pribadi
hidup dan kemungkinan klien dalam memfungsikan
keterbatasan. gaya hidup sehari-hari termsuk
- Menyusun tujuan rencana aspek-aspek seksual.
realistis untuk masa - Akui dan terima perasaan
mendatang. berduka, bermusuhan, dan
ketergantungan.
- Perhatikan perilaku menarik
diri, penyangkalan atau terlalu
memperhatikan tubuh/
perubahannya.
- Susun batasan pada perilaku
maladaptif, bantu klien
mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat emmbantu
koping.
- Bantu kebutuhan perawatan
yang diperlukan klien.
- Beri bantuan positif bila perlu.
- Ikutseratkan dalam
perencanaan dan pembuatan
jadwal aktivitas.

Kerusakan Setelah dilakukan tindakan - Pantau tingkat inflamasi/rasa


mobilitas fisik keperawatan selama 5 hari sakit pada sendi.
berhubungan klien dapat: - Pertahankan tirah baring/
dengan - mempertahankan fungsi duduk jika diperlukan.
posisi dengan tidak - Jadwal aktivitas untuk
hadirnya kontraktor. memberikan periode istirahat
- Mempertahankan atau yang terus-menerus dan tidur
meningkatkan kekuatan malam hari tidak terganggu.
dan fungsi komponen - Bantu klien dengan rentang
bagian tubuh. gerak aktif/pasif dan latihan
- Mendemonstrasikan resistif dan isometrik jika
teknik/perilaku yang memungkinkan.
memungkinkan - Dorong klien untuk
melakukan aktivitas. mempertahankan posisi tegak
dan duduk tinggi, berdiri dan
berjalan.
- Berikan lingkungan yang
aman.
- Kolaborasi ahli terapi
fisik/okupasi dan spesialis
vokasional.

DAFTAR PUSTAKA

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses


Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran,
Bandung, 1996
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih
Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
Doenges, EM. (2000 ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I
Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease


Process, Alih Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik
Proses-Proses Penyakit, Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut, Jakarta, Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

B. Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai