TINJAUAN PUSTAKA
produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan karet dunia. Hal ini mendorong
negaranegara Barat untuk melakukan serangkaian penelitian dan produksi karet sintetik.
Karet sintetik pertama dibuat di Jerman disaat Perang Dunia I, yaitu polidimetil butadiena
(karet metil). Produksi karet ini terhenti saat PD I selesai. Komersialisasi karet sintetik
dilakukan dalam tahun 1926, juga di Jerman, dengan nama Buna. Karet buna dibuat
(accelerator). Sejak saat itu produksi karet sintetik berkembang pesat, dan dewasa ini
karet sintetik memenuhi sebanyak dua pertiga daripada kebutuhan karet dunia.
Kegunaan Umum
Karet jenis ini sebanyak 60 persen untuk keperluan pembuatan ban pneumatik.
b. Kegunaan Khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap
acak dari butadiena dan stirena (25% stirena dan 75% butadiena) yang diproduksi dengan
Dibanding karet alam, karet Stirena Butadiena memiliki beberapa kelebihan seperti : tidak
memerlukan proses mastikasi, lebih toleran terhadap extender oil tanpa menyebabkan
dan abrasi seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga tidak tahan terhadap minyak api,
karena gugus sisi (stirena) yang besar, maka karet Stirena Butadiena merupakan polimer
amorfus yang tidak menguat sendiri (self reinforced rubber), sehingga perlu penambahan
pengisi penguat saat komponding. Seperti karet alam, karet Stirena Butadiena juga
ikatan gandanya lebih sedikit dibandingkan karet alam maka jumlah hidrogen alilik juga
lebih sedikit, sehingga jumlah sulfur yang dipakai tidak sebanyak yang digunakan untuk karet
Dibuat dengan cara polimerisasi emulsi dan larutan, Polimerisasi larutan menghasilkan karet
karet BR yang stereo regular, untuk keperluan pembuatan ban yang lebih tahan terhadap
abrasi jalan raya, lebih lentur dan resilien dibanding karet alam. Polimerisasi emulsi
menghasilkan polimer campuran yang acak (Cis dan Trans poli butadiene).Kegunaan utama
adalah sebagai bahan untuk pembuat ban, karena dapat meningkatkan ketahanan abrasi.
Digunakan secara adonan (campuran ) dengan karet SBR maupun karet alam, kelebihan
terutama dalam mengurangi terjadinya pemanasan dalam (hysteresis) pada produk ban
tahan terhadap minyak dan api, tidak berkutub (nonpolar) tapi sangat tahan terhadap
beberapa pelarut polar seperti ester fosfat. Karet yang dapat mengkristal sehingga
mempunyai kekuatan gum (vulkanisasi tanpa pengisi penguat) yang tinggi. Kegunaan utama
untuk pipa gas, berbagai barang mekanik, tube dalam untuk ban pneumatic, produk karet
yang terkena sinar matahari, barang-barang untuk kegunaan suhu tinggi seperti gasket,pipa
dan selang radiator,penebalan kabel,produk tahan bahan kimia atau barang-barang yang tahan
Disebut juga dengan karet nitril, seperti karet stirena butadena, diproduksi dengan cara
polimerisasi emulsi. Karet nitril terdiri dari kopolimer butadiena dan akrilonitril. Jenis karet
nitril tergantung kepada kandungan akrilonitril (25 s/d 50%), gugus akrilonitril (AcN)
menyebabkan karet ini berkutub serta tahan terhadap bahan yang tidak berkutub seperti
minyak bumi/minyak mineral, dan gugus akrilonitril pada sisi tulang belakang molekul karet
ini menghalangi terjadinya penghabluran atau penguatan sendiri. Semakin meningkat kadar
resistance), suhu peralihan glass (Tg), kekerasan, kekuatan tarik. Semakin buruk resiliens,
persen cis-1,4 dan penambahan 1,2 yaitu 1,5 persen dan penambahan 3,4,1 persen.
Akibatnya suatu polimer yang menguat sendiri dihasilkan. CR banyak digunakan karena
sifatnya yang tahan terhadap serangan ozon, minyak, panas, dan lentur. Ia juga mempunyai
ketahanan kepada cuaca sekitaran. Sifat-sifat dinamik yang amat baik,rintangan api dan juga
rintangan lelasan. Antara kegunaan CR dalam industri ialah dalam pembuatan hose tube, hose
hidraulik, tube dan penutup untuk kegunaan industri, dalam automotif untuk pembuatan tube,
barangan teracuan dan tali sawat berprestasi tinggi. Dalam industri pembinaan-pipa gasket,
bahagian yang bersentuhan dengan bahan organik isosianat. Dengan pemilihan isosianat,
poliol dan bahan pematangan yang sesuia, resin penyalutan, busa uretana,polimer cair dan
polimer gam dapat dihasilkan polimer gam yang digunakan dalam industri karet dibuat
dengan mereaksikan poliol yang berlebih sedikit dengan isosianat. Untuk pematangan dengan
sulfur,sedikit monomer tak jenuh digunakan. Polimer yang terhasil adalah tahan kepada ozon
dan mempunyai sifat-sifat penuaan yang baik. Ia juga tahan kepada minyak dan mempunyai
kekeuatan tensil,koyok yang tinggi serta rintangan lelasan yang amat baik. 2.3.4 Elastomer
Polisulfida
Thiokol digunakan dalam pembuatan barangan mekanik dan hose karena sifat keboleh
telapannya yang rendah dan ketahanannya kepada pelarut keton dan ester. Ia juga digunakan
dalam sektor pembinaan dan marina karena ketahanan cuaca persekitaran yang baik,
merupakan polimer yang stabil dan tahan kepada bahan kimia serta untuk membuat bahan
dihalida organik dengan larutan cairan natrium polisulfida dalam kehadiran agen penyebaran
dan pembahasan. Hasil ini kemudian dibasuh untuk menyingkirkan garam terlarut dan
memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam. Kedua sifat inilah kebersihan dan
uniformitas karet sangat penting bagi karet alam, karena justru kekurangan dalam dua hal ini
menyebabkan kurang menariknya karet alam terhadap karet sintetis. Dengan cara peremahan
ini maka upgrading karet-karet mutu rendah dapat dilaksanakan lebih muda.(Sumarno
kartowardojo.1970)
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah prroduksi dan konsumsinya jauh dibawah karet
sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh
karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet
sintetis. Ada pun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah
Walaupun demikian,karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat
kimia dan harganya yang cendrung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak
yang menginginkan karet sintetisdalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau
suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari
karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-
kadang bergejolak. Harga bisa turun drastis sehingga merusak pasaran dan merisaukan
kebijaksanaan politik entah itu dari pihak penguasa maupun pemerintah memiliki
Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya,
akan tetapi menurut beberapa ahli, karet alam akan tetap mempunyai pngsa pasar yang baik.
Beberapa industri tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet
alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam.
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari
pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet bukan
produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat)
Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau
tanpa bahan pemantap ( zat anti koagulan). Lateks kebun mutu 1 mempunyai
kadar karet kering 28% dan lateks kebun mutu 2 mempunyai kadar karet kering
20%.
b. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring
dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling
tetapi belum jadi. Sheet angin mutu 1 mempunyai kadar karet kering 90% dan
sheet angin mutu 2 mempunyai kadar karet kering 80%. Tingkat ketebalan
c. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut. Slab tipis mutu 1 mempunyai kadar karet kering
70% dan slab tipis mutu 2 mempunyai kadar karet kering 60%. Tingkat ketebalan
d. Lump segar adalah bahan oalh karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks
kebun yang terjadi secara ilmiah dalam amngkuk penampungan. Lump segar mutu
1 mempunyai kadar karet kering 60% dan lump segar mutu 2 mempunyai kadar
karet kering 50%. Tingkat ketebalan pertama 40mm dan tingkat ketebalan kedua
60mm.
Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis itu
pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe.
Jenis-jenis karet olahan yang tegolong konvensional beserta standar mutunya menurut
b. White crepe dan pale crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna putih atau
muda. White crepe dan pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
c. Estate brown crepe, jenis ini merupakan crepe yang berwarna coklat. Disebut
atau estate.
d. Thin brown crepe remilis, jenis ini merupakan crepe coklat yang tipis karena
digiling ulang. Bahan pembuat crepe ini sama dengan bentuk crepe lain, tetepi
digiling lagi untuk menghasilkan crepe yang tebalnya sesuai dengan yang telah
ditentukan.
e. Combo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump,scrap
f. Thick blanket crepes ambers, jenis ini merupakan crepe blanket yang tebal dan
berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengasapan,
dan lump serta scrap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik mutunya.
g. Flat bark crepe, sebenarnya jenis ini merupakan karet tanah atau earth rubber,
yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah,
h. Pure smoked blanket crepe jenis ini merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari ribbed smoked sheet, termasuk
juga block sheet atau sheet bongkah atau dari sisa potongan ribbed smoked sheet.
3. Lateks pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran
atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui
bahanbahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks
pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut ini.
0,001% 0,001%
a. Penggumpalan lateks
Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, penggumpalan lateks hasil penyadapan
di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Hal ini pertama-tama berlaku untuk alat-alat
kotoran kedalam
Lateks tidak hanya dilakukan pada saat penyadapan, tetapi juga dalam persiapan sebelum
penyadapan dimulai. Usaha-usaha membersihkan bidang sadap, talang atau spout, saluran
sadap,mangkok dan ember pengumpul sebelum dan pada saat menyadap merupakan
pekerjaan yang perlu diperhatikan benar-benar. Penggumpalan lateks dilaksanakan 3-4 jam
setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambet
Lateks dari mangkok dituangkan kedalam ember pemupul (kenclang). Untuk membersihkan
kain,rumput-rumputan atau daun-daun kering. Bila lateks dalam emberb pemupul sudah
terkumpul banyak, lateks dipindahkan kedalam ember pengumpul (oblong) yang ukurannya
lebih besar. Wktu menuangkan lateks dari ember pemupul kedalam ember pengumpul harus
selesai pengumpulan lteks, ember-ember pengumpul janganlah ditaruh ditempat yang panas
atau kena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu didalam cairan lateks dapat
anti koagulan ini harus dibatasi sampai batas yang sekecil-kecilnya, karena biayanya cukup
besar dan kadang-kadang lateks yang dibubuhi antikoagulan memerlukan larutan obat
koagulan (misalnya asam semut) yang terpaksa kadarnya harus dinaikkan. Penambahan asam
yang berlebihan dalam proses koagulasi juga dapat menghambat proses pengeringan.
Bahan kimia yang digunakan sebagai antikoagulan adalah larutan soda (Na 2CO3), amoniak
(NH3) dan Natrium-sulfit (Na2SO3). Kebutuhan antikoagulan untuk tiap liter lateks kebun
Jika pembayaran upah para penyadap dilakukan untuk setiap satuan bobot karet kering, atau
diberikan suatu premi tambahan untuk kelebihan hasil yang diperoleh diatas ketetapan yang
sudah ditentukan, maka seharusnya untuk kedua keadaan tersebut ditentukan pendapatan tiap
hari untuk tiap penyadap. Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah harian,pengawasan
atas tiap penyadap seorang demi seorang juga perlu, baik pemeriksaan atas produki maupun
kadar karet dari lateks hasil sadapannya. Dari lateks hasil penyadapannya dapat ditentukan :
c. Pengangkutan lateks
setelah lateks hail sadapan terkumpul seluruhnya, lateks dari tangki penerima/pengumpulan
yang berada dilokasi tempat pengumpulan hasil, kemudian diangkut dengan tangki pengankut
ke pabrik. Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor,dan ada pula yang terpasang
pada truk-truk tangki. Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak
terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di
dalam tangki. Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti
koagulan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi didalam tangki. Volume tangki pengangkut
sedemikian rupa. Sehingga mudah dipasang dan dilepas pada/dari alat penarik (truk/traktor)
Selain hasil yang berupa lateks,dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan
yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa :
1. Skrep (scrap) adalah bekuan lateks pada irisan/alur sadapan. Skrep berbentuk pita
panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan.
2. Lump tanah atau kret tanah adlah lateks yang membeku pada tanah diperoleh
terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang.
3. Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok, lump mangkok
diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon
( tidak diangkat).
Lateks sebagai bahan baku erbaga asil karet ,harus memiliki kualitas yang baik.
7. Komposisi lateks
kuning latoid (2-10 ppm),enzim peroksidase dan tyrozinase. Fraksi kuning dianggap
normal bila mencapai 0,1 1,0 mg tiap 100 gram lateks kering.
Kandungan karet kering untuk sit (sheet) dan krep (crepe) adalah 93%,
sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9%. Bila kadar air lebih tinggi yang disebabkan
oleh pengeringan yang kurang sempurna atau penyimpanannya dalam ruangan yang
lembab,maka pertumbuhan bakteri dan jemur akan terjadi dan lazimnya disertai
merusak kualitas dan menyebabkan prouk tersebut tidak disukai dalam perdagangan.
Tabel 2.2 Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang
dikeringkan
Hasil pengujian sifat karet mentah serta kompon dan vulkanis ACS, asal karet yang
bahan penggumpal Buckom LAWT-60 ini sangat reaktif. Reaktivitas Buckom LAWT-
LAWT-60, selain memberikan nilai BOD dan COD yang lebih rendah, pH-nya
Amoniak sebagai bahan pemantap lateks pekat mempunyai kelemahan yaitu baunya
kadar amonia rendah. Dalam pengawetan dengan kadar ammonia rendah selalu
ditambahkan bahan pengawet kedua yaitu asam lemak untuk meningkatkan waktu
pemantapan mekaniknya.
Amoniak anhidra adalah gas amoniak yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu
yang dikemas dalam suatu tabung baja berkapasitas 50-75 kg sedangkan larutan
amoniak adalah gas amoniak yang dialirkan kedalam air biasanya berkonsentrasi 20%
(Solichin,1988).
Bilangan asam lemak mudah menguap ( volatile fatty acid ) didefinisikan sebagai
jumlah asam lemak eteris rantai pendek, yang terdapat dalam lateks pekat yang
mengandung 100 gram padatan total. Nilai ini menggambarkan tingkat kebusukkan
lateks pekat. Semakin tinggi nilai volatile fatty acid akan semakin buruk kualitas
Karet merupakan polimer alam terpenting dan dipakai secara luas dilihat dari sudut
sebagai lateks yang terdiri dari sekitar 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain,
termasuk asam lemak, gula, protein, sterol, ester, dan garam. Karet guayule
fermentasi yang potensial. Karet termasuk polimer dengan berat molekul sangat tinggi
(rata-rata sekitar 1 juta) dan amforsus, meskipun menjadi terkristalisasi secara acak
Lateks bisa dikonversi kekaret busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh
vulkanisasi. Sarung tangan karet dan balon biasanya dibuat dengan mengkoting lateks
diatas cetakannya sebelum vulkanisasi. Sebagian besar karet Havea (sekitar 65%)
absurver, insulasi listrik, asesoris olah raga, dan lain-lain. Semuanya memakai karet
dalam bentuk yang tervulkanisasi. Salah satu diantara beberapa aplikasi karet yang
tidak tervulkanisasi adalah bentuk kerisut yang, karena ketahanan abrasinya istemewa,
diapakai untuk tapak sepatu. Satu bentuk lain dari karet alam adalah getah perca
(gutta-percha) yang juga diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya,
dan kurang dapat larut daripada karet Hevea dan eksis dalam bentuk kristal
(Stevens,2001).
Dalam perdagangan karet sering terdapat keluhan atau tuntutan mengenai mutu karet
tersebut. Sebagai contoh, jepang sering mengeluh karena karet yang diimpor
mempunyai sifat viskositas yang tinggi/ rendah, tidak seragam , dan sebagainya. Salah
satu negara pengimpor karet Indonesia adalah jepang yang setiap tahunnya mencapai
sekitar 27.000 ton. Karet mentah yang diimpor ini kira-kira 68% berupa karet
Muangthai, Malaysia, dan Singapura. Hanya sebagian kecil saja jepang mengimpor
karet spesifikasi teknis dari indonesia kurang baik mutunya dan kurang seragam.
Terhadap karet mentah dilakukan pengujian analisa kimia dan fisika sesuai dengan
karet spesifikasi teknis, yaitu ; kadar kotoran, kadar abu, kadar zat menguap, Po dan
PRI.
Disamping itu juga ditentukan kadar nitrogen, kadar gel, jumlah molekul rata-rata,
Kompon nonproduktif terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang,
digiling dengan Banbury Mixer. Suhu penggilingan 80-90oC. Kompon yang diperoleh
Pencampuran dilakukan juga dengan Sheeting Mill. Hasil yang diperoleh ditimbang
untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut.
Lembaran lalu dicelupkan didalam larutan MgCO3 kemudian dibiarkan pada suhu
Setiap jenis bahan tersebut memiliki fungsi spesifik dan mempunyai pengaruh terhadap sifat,
karakteristik pengolahan dan harga dari kompon karetnya, bahan kimia tersebut adalah:
Bahan Pemvulkanisasi
Adalah bahan kimia yang dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet membentuk
ikatan silang tiga dimensi. Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum digunakan
adalah belerang(sulfur), khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau karet
sintetis jenis SBR, NBR, BR, IR, dan EPDM.
Bahan Pencepat
Adalah bahan kimia yang digunakan dalam jumlah sedikit bersama-sama dengan belerang
untuk mempercepat reaksi vulkanisasi. Bahan pencepat yang digunakan dapat berupa satu
atau kombinasi dari dua atau lebih jenis pencepat. Pencepat dikelompokkan berdasarkan
http://irizlovely.blogspot.co.id/2011/08/industri-karet-dan-pengolahannya.html
Dasar Teori
Berikut ini daftar standar uji kelayakan kompon yang ada pada Laboratorium Analisis
dan Pengujian Karet (LAP Karet), Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor
Vulkanisasi Karet
Vulkanisasi merupakan proses kimiawi yang bersifat tidak dapat balik dengan
menggunakan bahan pemvulkanisasi seperti sulfur, bahan yang mengandung sulfur dan
peroksida organik. Tujuan vulkanisasi adalah membentuk ikatan silang pada molekul karet
yang fleksibel sehingga menghasilkan jaringan tiga dimensi dan mengubah sifat karet mentah
yang rapuh dan plastis menjadi produk yang lebih kuat. Vulkanisasi karet biasanya
melibatkan pemanasan karet pada suhu 100 180o Morton (1959), menyatakan bahwa
vulkanisasi karet alam dilakukan untuk mengurangi sifat karet alam yang rapuh pada suhu
dingin dan lunak pada suhu panas. Dengan vulkanisasi, produk karet menjadi lebih fleksibel,
stabil terhadap perubahan suhu, daya tahan meningkat dan penggunaan karet alam semakin
luas. Pada dasarnya sistem vulkanisasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu vulkanisasi
dengan sulfur dan bukan sulfur. C dengan bahan pemvulkanisasi serta bahan pencepat dan
bahan penggiat (Craig, 1969). Coran (1978) mendefinisikan vulkanisasi sebagai proses yang
melibatkan pembentukan jaringan molekuler melalui ikatan kimia dari rantai-rantai molekul
bebas. Proses ini meningkatkan kemampuan karet
untuk kembali ke bentuk semula setelah dikenai gaya mekanik. Vulkanisasi, dengan
demikian, merupakan reaksi intermolekuler yang meningkatkan elastisitas karet serta
mengurangi sifat plastisitasnya. Sulfur merupakan bahan pemvulkanisasi yang umum
digunakan. Atom sulfur terikat dengan atom karbon yang memiliki ikatan rangkap
membentuk ikatan silang da lam struktur karet. Ikatan silang inilah yang memberikan sifat
elastis pada karakteristik karetviskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak.
Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi). Terjadinya
aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/ gaya disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poli isoprena seperti terlepasnya
benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada tekanan yang rendah
2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poli isoprena dan satu monomer dengan
monomer yang lain saling tindih akan membentuk kristal.