Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Mina Laut Indonesia Vol. 03 No.

12 Sep 2013 (13 21) ISSN : 2303-3959


Studi Histopatologi pada Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

Pathological Change of African Catfish (Clarias gariepinus) Infected by Aeromonas Hydrophila

Asniatih*, Muhammad Idris**, dan Kadir Sabilu***


Program Studi Budidaya Perairan FPIK Universitas Halu Oleo
Kampus Tridharma Kendari 93333, Telp (0401) 393783
E-mail : *asniatih.asni@yahoo.com, **idrisbojosa@yahoo.co.id, ***alyafadilah@yahoo.co.id.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan patologi pada ikan lele dumbo (C. gariepinus) yang
terinfeksi A. hydrophila. Beberapa parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu gejala klinis eksternal
maupun internal serta perubahan patologi pada ikan lele dumbo yang terinfeksi A. hydrophila. Organ target
yang digunakan untuk pengamatan histopatologi yaitu insang, ginjal dan hati. Infeski bakteri dilakukan melalui
penyuntikkan secara intramuskular dengan konsentrasi bakteri yang digunakan yaitu 10 7 cfu/ml sebanyak 0,1 ml.
Pemeriksaan bakteri pasca infeksi A. hydrophila dilakukan melalui Uji bakteri pada media selektif A. hydrophila
yaitu media RS (Rimler Shotts) serta uji pewarnaan gram. Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk melihat
perubahan patologi pada jaringan organ ikan lele dumbo. Hasil dari penelitian ini adalah gejala klinis ektsternal
pada ikan lele dumbo yaitu mulai tampak pada hari ke-4 dan hari ke-5 pasca penyuntikkan. Gejala klinis pada
hari ke-4 yaitu pada bagian tengah kepala terdapat bercak kemerahan, terdapat lesi pada bagian punggung bekas
penyuntikkan serta pada organ mata mengalami exopthalmia (organ mata yang menonjol keluar), sedangkan
gejala klinis eksternal pada hari ke-5 yaitu seluruh bagian kepala berwarna pucat kemerahan. Gejala klinis
internal pada ikan lele dumbo yaitu hati berwana pucat dan merah kehitaman serta ginjal berwarna merah
kehitaman pula, hancur yang disertai dengan pendarahan dan organ insang menjadi pucat. Perubahan patologi
yang terjadi pada organ insang yaitu hemoragi. Pada organ ginjal terjadi perubahan patologi berupa degenerasi
hialin pada tubulus distal dan artropi pada jaringan hematopoetik. Pada organ hati terjadi perubahan patologi
berupa hemoragi, nekrosis dan edema.

Kata kunci: perubahan patologi, gejala klinis, A. hydrophila, ikan lele dumbo (C. gariepinus)

Abstract

The aim of the present study was to know the pathological change of African catfish (C. gariepinus) infected by
A. hydrophila. Parameters observed were external and internal clinical signs, and pathological change of African
catfish infected by A. hydrophila. Parts of the body of African catfish used for histopathological examination
were gill, kidney and heart. Bacteria was injected through intramuscular infection with 10 7 cfu/ml for 0,1 ml
concentration of bacteria A. hydrophila. Bacteria were tested after infection A. hydrophila using selective RS
(Rimler Shotts) medium and staining gram. Histopathological examination also was conducted to show the
pathological change on catfish tissue infected by A. hydrophila. Result showed that external clinical signs on
catfish appear on 4th and 5th days after infection. On 4th day, central head of African catfish were reddish, lesi in
dorsal, appearing exopthalmia on eyes. Furthermore, on 5th day was all part of head of African catfish became
pale and reddish. The internal clinical signs were liver became pale and dark reddish and the kidney showed the
dark reddish, friable and hemorrhage, whereas the gill became pale. Pathological change in gill was hemorrhage,
in kidney was hyaline degeneration in tubular epithelia, also atrophy in hematopoietic tissue and liver were
hemorrhage, necrosis and edema.

Keywords: pathological change, clinical signs, A. hydrophila, African catfish (C. gariepinus)

Pendahuluan (2005). Yogananth et al., (2009) menyatakan


bahwa A. hydrophila merupakan
Ikan lele dumbo memiliki pertumbuhan mikroorganisme akuatik yang berada di
yang cepat namun sangat rentan terhadap perairan laut maupun perairan tawar, dalam
penyakit khususnya serangan bakteri. Salah satu kondisi stres bakteri tersebut menjadi patogen
bakteri yang menyerang ikan lele dumbo yaitu dan bersifat patogen oportunistik pada penyakit
Aeromonas hydrophila yang biasa dikenal Hemoragi septicemia (penyakit bercak merah)
dengan penyakit Motile Aeromonas Septicemia pada ikan. Lukistyowati dan Kurniasih (2012)
atau penyakit bercak merah. Angka dkk., menyatakan bahwa bakteri A. hydrophila sangat
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 13
mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar untuk kualitas air ; Thermometer, DO meter dan
dan seringkali menimbulkan wabah penyakit pH meter.
dengan tingkat kematian yang tinggi (80-100 Bahan yang digunakan yaitu (a) untuk
%) dalam kurun waktu yang singkat (1-2 pembuatan preparat histologi ; Paraffin,
minggu). Yin et al., (2010) juga menambahkan Formalin PA, Etahnol PA, Xylene PA,
bahwa infeksi bakteri A. hidrophila dapat Haematoxylin Crystal, Mercury Oxide,
menyebabkan kematian hingga 80%. Hydrochloric Acid, Amonium atau Potassium
Patologi merupakan suatu studi penyakit Ammonium Sulfat, Sodium Phosfat
mencakup fungsional dan perubahan morfologi Dibasic,Natrium Chlorida, Entelan ,Methanol,
serta reaksi yang berkembang pada organisme Asam Asetat Glacial, Sodium Phosphat
akibat infeksi agen dan kekurangan nutrisi Monobasic (b)bahan untuk pewarnaan histology
(Plumb, 1994). Pemeriksaan histopatologi pada ; Xylene, Alkohol absolute, Alkohol 95%, HE,
ikan dapat memberikan gambaran perubahan Aquadest Acid Alkohol (c) media untuk uji
jaringan ikan yang terinfeksi penyakit. Dalam bakteri ; TSA, TSB, dan RS medium
penentuan penyakit pada ikan, diagnosa
A. Pemeliharaan Organisme Uji
penyakit merupakan langkah awal yang perlu
diterapkan. Pada proses diagnosa penyakit 1. Ikan Uji
infeksi pada ikan, terdapat beberapa hal yang Ikan lele dumbo yang digunakan yaitu
perlu diperhatikan yaitu, tanda-tanda klinis ukuran 16-18 cm sebanyak 10 ekor.
yang meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal
maupun internal serta perubahan patologi. 2. Persiapan Wadah Pemeliharaan
Untuk mengetahui perubahan patologi Mencuci akuarium dengan sabun, lalu
pada ikan yang terserang penyakit, perlu dibilas dengan air bersih dan bagian dalam
dilakukan pemeriksaan histologi untuk direndam dengan kalium permanganat
mendeteksi adanya komponen-komponen (KMnO4) 25 ppm selama 24 jam agar akuarium
patogen yang bersifat infektif melalui bebas dari patogen, kemudian dibilas dan
pengamatan secara mikro anatomi terhadap dikeringkan selam 1 hari. Kemudian akurium di
perubahan abnormal tingkat jaringan. isi dengan air sampai ketinggian 20 cm dan
Berdasarkan hal tersebut dipandang perlu dipasang aerasi. Akuarium di isi 10 ekor ikan
dilakukan penelitian mengenai perubahan uji. Ikan lele dumbo yang baru datang terlebih
patologi pada ikan lele dumbo yang terinfeksi dahulu direndam dalam larutan garam 30 ppt
bakteri A. hydrophila. selama 5 menit. Perendaman ini bertujuan
Metode Penelitian untuk melepaskan ektoparasit yang menempel.
Kemudian ikan di pindahkan ke akuarium uji.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Masa pemeliharaan diawali dengan
Februari 2013-April 2013, bertempat di mangadaptasikan ikan terhadap lingkungannya
Laboratorium Stasiun Karantina Ikan, yang baru selama 3 hari.
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Kendari. B. Penyediaan Suspensi Bakteri Aeromonas
Peralatan yang digunakan dibagi menjadi Hydrophila
beberapa kelompok yaitu (a) untuk nekropsi ; Bakteri yang digunakan yaitu A.
Baki (kecil/besar), Pisau/scalpel, Botol hydrophila berasal dari laboratorium uji Staisun
bermulut lebar, Spatula dan Disecting set (b) Karantina Ikan Kelas 1 Wolter Monginsidi.
untuk proses jaringan ; Alas dari bahan Biakan bakteri A. hydrophila diinkubasi selama
plastic/talenan, Pensil 2B dan label, Automatic 18-24 jam dengan suhu 24-250C dalam media
Tissue Processor, Wax Dispenser, Microtome, TSA miring pada tabung reaksi kemudian
Water bath, Refrigerator, Steaning jar, Gelas diambil menggunakan jarum ose sampai
objek dan gelas penutup, Light/compound memenuhi lingkaran jarum ose. setelah itu
mikroskop (c) untuk injeksi bakteri ; Jarum dilarutkan 25 ml dalam media TSB, selanjutnya
suntik (d) untuk uji bakteri ; Jarum ose, Cawan bakteri tersebut di inkubasi selama 18-24 jam
Petri, Erlenmeyer, Mikro pipet, Tabung reaksi, dalam water bath shaker pada suhu 270C
Inkubator, Lampu Bunsen, Autoclave, Oven, (Sholikhah, 2009). Kemudian untuk
Vortex, Sprider, Refrigerator, Laminar flow (e) memperoleh dosis 107 cfu/ml maka dilakukan
pengenceran berseri dengan menggunakan
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 14
eppendorf dan mikropipet secara aseptic
(Utami, 2009). D. Pemeriksaan Bakteri
Pemeriksaan bakteri atau uji bakteri
C. Injeksi Bakteri
bertujuan untuk memastikan bahwa bakteri
Penginfeksian bakteri pada ikan dilakukan yang menginfeksi ikan lele dumbo adalah A.
melalui metode penyuntikan (injeksi) dilakukan hydrophila. Pemeriksaan bakteri dilakukan
secara intramuskular pada bagian punggung melalui dua metode yaitu uji RS (Rimler shots)
dibelakang operkulum ikan. Kosentrasi yang medium dan pewarnaan gram yang mengacu
digunakan yaitu 107 cfu/ml sebanyak 0,1 pada Badan Standarisasi Nasional (2009).
ml/ekor.
E. Pembuatan Preparat Histologi
Prosedur pembuatan preparat histologi dapat dilihat pada Gambar 1.

Organ target (Insang, ginjal dan hati) dengan ketebalan


5 cm
Fiksasi menggunakan formalin 10% minimal 24 jam

Dehidrasi dan Clearing pada Automatic tissue processor

Penanaman dalam parafin (Embedding)

Pemotongan jaringan organ menggunakan mikrotom

Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin (H&E)

Penutupan (Covering)

Pengamatan menggunakan mikroskop

Gambar 1. Bagan Pembuatan Preparat Histologi

F. Parameter Yang Diamati G. Analisis Data


Parameter yan diamati pada penelitian ini
Analisis data dilakukan secara deksriptif,
adalah gejala klinis baik eksternal maupun
menggambarkan bagian-bagian jaringan yang
internal, perubahan patologi khususnya pada
mengalami perubahan patologi pada ikan lele
organ insang, hati dan ginjal serta kualitas air
meliputi suhu, oksigen terlarut (DO) dan dumbo dan dibandingkan dengan literatur
derajat keasaman (pH). yang ada.

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 15


Hasil

A. Gejala Klinis

Gambar 2. Gejala klinis morfologi organ eksternal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca
infeksi A. hydrophila. Keterangan: 2.A; Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A.
hydrophila 2.B; Ikan lele dumbo pada hari ke-4 pasca infeksi bakteri A. hydrophila, BM
(Bercak Merah) dan E (Exopthalmia) atau mata menonjol keluar 2.C; Ikan lele dumbo (C.
gariepinus) pada hari ke-4 pasca infeksi A. hydrophila, BM (Bercak Merah) dan L (Lesi)
2.D; Ikan lele dumbo (C. gariepinus) pada hari ke-5, PK (Pucat Kemerahan).

Gejala klinis internal

Gambar 3. Gejala klinis morfologi organ internal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi
A. hydrophila. Keterangan: A. Ikan lele dumbo sebelum penyuntikkan bakteri A.
hydrophila, M (Merah), B. Ikan lele dumbo pada organ internal pada hari ke-5 pasca
infeksi A. hydrophila M (Merah), P (Pink/pucat), MK (Merah Kehitaman). C. Insang ikan
lele dumbo pasca infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 berwarna pink (pucat).

B. Identifikasi Bakteri media RS (Rimler shotts) dan uji pewarnaan


gram seperti yang disajikan pada pada Tabel 1.
Identifikasi bakteri dilakukan melalui uji
fisiologis pada media selektif A. hydrophila yaitu
Tabel 1. Hasil uji pewarnaan gram dan uji fisiologis bakteri A. hydrophila pasca infeksi pada ikan
lele dumbo (Clarias gariepinus)
No. Uji Media Hasil Referensi
1. Warna koloni Rimler-shotts (RS) Kuning BSNI, 2006
2. Pewarnaan gram Negatif, batang BSNI, 2006
pendek

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 16


Gambar 4. Identifikasi bakteri pada ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A.
hydrophila. A. Uji pada RS medium. B. Uji pada RS medium. C. Pewarnaan Gram.

C. Pengamatan Histopatologi

1. Insang

Gambar 5. Patologi arcus insang ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (A. Perbesaran
400x, B. Perbesaran 800x). A. Menunjukkan arcus insang dalam kondisi normal. B. Menunjukkan
kondisi arcus insang pasca infeksi A.hydrophila yakni terjadi perubahan patologi berupa hemoragi
(pendarahan yang disebabkan keluarnya darah dari dinding vaskula karena kerusakan dinding
vaskular) yang terjadi pada jaringan konektif dan jaringan otot pada arcus insang.
2. Ginjal

Gambar 6. Patologi ginjal ikan lele dumbo dumbo (C. gariepinus) dengan pewarnaan H-E (Perbesaran 400x). A.
Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo (C. gariepinus) dalam keadaan normal, Tubulus distal (T) dan
Jaringan Hematopoetik (JH) dalam kondisi normal. B. Menunjukkan ginjal ikan lele dumbo pasca
infeksi A. hydrophila pada hari ke-5 yakni, pada bagian tubulus distal (T) dan jaringan hematopoetik
(JH), terjadi perubahan patologi berupa artropi (A), yaitu ketidaknormalan jumlah dan volume sel
atau penyusutan sel, serta tubulus distal mengalami kerusakan atau degenerasi hialin.

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 17


3. Hati

Gambar 7. Patologi hati ikan lele dumbo dumbo (C.gariepinus) dengan pewarnaan H-E
(Perbesaran 400x).

Gambar 7. A, menunjukkan organ hati mengalami kerusakan dalam bentuk perubahan


ikan lele dumbo dalam keadaan normal, H patologi berupa Nekrosis (N) yaitu kematian sel
(Hepatopankreas) tampak jelas. Gambar 7. B, jaringan, Hemoragi (H) yaitu keluarnya darah
menunjukkan organ hati ikan lele dumbo pasca dari kardio vaskuler dan juga Edema (E) yaitu
infeksi A. Hydrophila, hepatokankreas degenarasi vakuola.

4. Kualitas Air

Pengukuran kualitas air selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2 :
Tabel 2. Hasil pengkuran kualitas air selama penelitian
Kualitas Air Optimum
No. Parameter Nilai Referensi
Untuk Ikan Lele Dumbo
0
1. Suhu ( C) 28,8 - 29,4 25-30 Soetomo, 1987
2. DO (mg/l) 5,75 - 6,93 6,5 -12,5 Taufik, 1984
3. Ph 6,5 7 6,5 -8 Bachtiar, 2006

Pembahasan terdapat bercak merah, pada bagian mata


mengalami exopthalmia (organ mata yang
A. Gejala Klinis menonjol) serta terdapat lesi pada bagian dorsal
Berdasarkan hasil pengamatan, gejala atau bagian punggung bekas penyuntikkan. Hal
klinis pada hari pertama, kedua dan ketiga ini sesuai dengan pernyataan Plumb (1994)
pasca penyuntikan bakteri A. hydrophila bahwa infeksi MAS menyebabkan lesi eksternal
menunjukkan belum adanya gejala klinis yang yang dapat terjadi pada beberapa bagian organ
tampak pada ikan lele dumbo. Hal disebabkan ikan yaitu ekor, punggung, perut atau pada
belum adanya reaksi yang ditimbulkan akibat bagian kepala. Infeksi MAS juga menyebabkan
infeksi bakteri tersebut, dikarenakan oleh sistem exopthalmia (organ mata yang menonjol
pertahanan tubuh (sistem imun) ikan lele keluar). Hal ini disebabkan oleh akumulasi
dumbo masih mampu bertahan terhadap cairan pada mata sehingga menyebabkan bola
serangan bakteri A. hydrophila dibandingkan mata menjadi cekung dan menonjol keluar.
pada hari ke-4 dan ke-5 pasca penyuntikan A. Selanjutnya Carraschi et al., (2012)
hydrophila. mengemukakan bahwa gejala klinis eksternal
Pada hari ke-4 dan ke-5 pasca pada penyakit MAS yaitu terjadi kemerahan
penyuntikkan A. hydrophila, gejala klinis pada bagian kulit, dan mata mengalami
eksternal pada ikan lele dumbo mulai tampak. exopthalmia.
Gejala klinis eksternal yang tampak pada hari Pengamatan gejala klinis eksternal yang
ke empat yaitu: pada bagian tengah kepala ikan tampak pada hari ke lima pasca penyuntikkan
A. hdrophila yaitu seluruh bagian kepala
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 18
berwana pucat kemerahan. Hal ini disebabkan 2. Ginjal
oleh bakteri A. hydrophila yang bersifat
Hasil pengamatan pada organ ginjal ikan
patogen. Sesuai dengan pernyataan Oliver et
lele dumbo (C. gariepinus) pasca infeksi A.
al., (1981) dalam Sholikah (2009) bahwa
hydrophila yaitu terjadinya perubahan patologi
warna kemerahan pada bagian kepala ikan atau
berupa degenerasi hialin pada tubulus distal dan
pada bagian tubuh ikan, disebabkan oleh
artropi pada jaringan hematopoetik. Takashima
patogen A. hydrophila yang mendegradasi
dan Hibaya (1995) mengemukakan bahwa
jaringan organ tubuh serta mengeluarkan toksik
degenerasi hialin terjadi pada jaringan konektif,
yang disebarkan ke seluruh tubuh melalui aliran
dan serat halus berangsur-angsur menebal
darah sehingga menimbulkan warna
hingga akhirnya menjadi substansi esinopilik
kemerahan pada tubuh ikan.
homogen. Fibriosit biasanya menghilang dan
Hasil pengamatan pada gejala klinis
sel-sel parenkim mengalami artropi ketika
internal yaitu tampak pada hari ke lima masa
jaringan konektif terdegradasi.
penelitian, organ hati berwarna merah muda
Jun et al., (2010) mengemukakan bahwa
(pink) dan merah kehitaman serta mengalami
perubahan patologi pada ginjal ikan korean
pembengkakkan, ginjal hancur, berwana merah
cyprinid loach (Misgurnus anguillicaudatus)
kehitaman yang disertai dengan peradangan.
yang terinfeksi A. hydrophila yaitu
Hal ini sesuai dengan pernyataan Alagappan et
degenerasi pada tubulus distal dan pada
al., (2009) bahwa gejala klinis internal pada
glomerulus serta jaringan hematopoetik
hati, limpa dan ginjal ikan lele (Arius
mengalami nektrotik. Selanjutnya Yardimci dan
maculatus) mengalami pembengkakkan.
Yilmaz (2011) mengemukakan bahwa
Bullock et al., (1971) dalam Angka (2005) juga
perubahan patologi yang terjadi pada ginjal ikan
menyatakan bahwa ikan yang sakit akibat
nila (Oreochromis niloticus) akibat infeksi
infeksi A. hydrophila mengalami perdangan
A. hydrophila yaitu hemoragi, hiperemia dan
pada ginjal serta hati berwarna pucat.
nekrosis pada tubulus distal.
Sedangkan Thunes et al., (1993) dalam Angka
Artropi yang terjadi pada ginjal pasca
(2005) menyatakan bahwa ikan yang terserang
infeksi A. hydrophila yaitu penyusutan sel-sel
penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)
hematopoetik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dapat mati secara langsung tanpa menunjukkan
Plumb (1994) bahwa atropi merupakan
gejala klinis apapun seperti lesi kecil
berukurangnya jumlah sel pada jaringan atau
dipermukaan tubuh, exopthalmia dan abses
kitidaknormalan jumlah sel yang biasa juga
(cairan berwarna kuning) dirongga perut.
disebut penyusutan sel. Atropi dapat
B. Perubahan Patologi disebabkan oleh kelaparan atau malnutrisi
(penyebab paling umum), kekurangan
1. Insang
persediaan darah yang cukup atau infeksi
Berdasarkan hasil pengamatan kronis.
histopatologi pada organ insang ikan lele
3. Hati
dumbo pasca penyuntikkan A. hydrophila
terjadi perubahan patologi pada arcus insang Hati merupakan pusat metabolisme tubuh,
berupa hemoragi (keluarnya darah dari kardio organ hati menghasilkan cairan empedu sebagai
vaskular). Smith dan Jones (1961) menyatakan emulsifikator lemak yang berperan penting
bahwa hemoragi yang terjadi pada arcus insang dalam proses pencernaan makanan (Sukenda
adalah kondisi keluarnya darah dari dan dalam dkk., 2008). Berdasarkan hasil pengamatan,
vaskula akibat kerusakan dinding vaskula. Hal perubahan patologi pada hati ikan lele dumbo
ini disebabkan karena insang terinfeksi bakteri yang terinfeksi A. hydrophila, menunjukkan
A. hydrophila. Sesuai dengan pernyataan adanya degenerasi atau kerusakan pada
Plumb (1994) bahwa hemoragi dapat hepatopankreas yakni inti sel dan sitoplasma
disebabkan oleh trauma, atau meningkatnya sudah tidak tampak lagi. Hal ini disebabkan
porositas yang disebabkan oleh infeksi bakteri, kerusakan histopatologi yang dikenal dengan
virus atau toksin. nekrosis. Kerusakan bertambah parah karena
diselingi dengan hemoragi serta edema. Prince
dan Wilson (2006) menyatakan bahwa nekrosis
merupakan sel-sel yang mempunyai aktivitas
yang sangat rendah dan akhirnya mengalami
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 19
kematian sel jaringan sehingga menyebabkan sehingga dapat dengan mudah terserang
hilangnya fungsi pada daerah yang mengalami penyakit, dan secara tidak langsung rendahnya
nekrosis. Berdasarkan pengamatan, nekrosis pH dapat menyebabkan kerusakan pada kulit
yang terjadi pada hati termasuk dalam kategori sehingga memudahkan infeksi oleh patogen.
kariolisis, yang ditandai oleh adanya bagian
jaringan yang inti selnya sudah tidak tampak Simpulan
dan tidak dapat diwarnai atau hilang. Berdasarkan hasil pengamatan dan
Hemoragi dan edema yang juga terjadi pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada patologi hati, membuat kerusakan menjadi perubahan patologi pada ikan lele dumbo yang
kompleks sehingga hati kehilangan fungsinya. terinfeksi A. hydrophila yaitu pada arcus insang
Guyton dan Hall (1996) dalam Pazra (2008) mengalami hemoragi, pada ginjal, jaringan
menyatakan bahwa penyebab dari edema adalah hematopoetik mengalami atropi dan tubulus
meningkatnya tekanan hidrostatik intra vaskula distal mengalami degenerasi hialin, serta pada
sehingga menimbulkan perembesan cairan organ hati mengalami hemoragi, edema dan
plasma darah keluar dan masuk ke dalam ruang nekrosis.
interstisium. Kondisi peningkatan tekanan
hidrostatik sering ditemukan pada pembuluh Persantunan
vena dan edema sebagai resiko paska kongesti. Penulis mengucapkan terima kasih
C. Kualitas Air kepada dosen pembimbing dan Laboratorium
bakteri dan laboratorium histopatologi Stasiun
Berdasarkan pengamatan suhu air yang Karantina Ikan Kelas I Kendari atas bimbingan
diperoleh selama penelitian berkisar antara 28- dan kerja samanya sehingga penelitian ini dapat
29 0C sesuai dengan pernyataan Soetomo terselesaikan dengan baik.
(1987) bahwa suhu optimal dalam pemeliharaan
ikan lele dumbo berkisar 25-30 0C. Daftar Pustaka
Pertumbuhan ikan lele dumbo akan terhambat Alagappan, K.M., Deivasigamani, B.,
pada suhu kurang dari 200C Mufidah dkk Kumaran, S., dan Sakthivel, M. 2009.
(2000) Diluar kisaran suhu tersebut dapat Histopathological Alteration in Estuarine
mengurangi nafsu makan ikan. Catfish (Arius maculates; Thunberg,
Hasil pengukuran oksigen terlarut 1972) Due to Aeromonas hydrophila
berkisar antara 5,75 - 6,93 mg/l. Kondisi Infection. World Journal of Fish and
tersebut menunjukkan bahwa kandungan Marine Science 1 (3) : 185-189.
oksigen terlarut masih dapat ditoleransi oleh Angka, S.L. 2005. Kajian Penyakit Motile
ikan lele dumbo,sesuai dengan pernyataan Aeromonas Septicemia (MAS) Pada Ikan
Taufik (1984) menambahkan bahwa kisaran lele dumbo (Clasias sp.), Patologi,
oksigen terlarut yang ideal untuk budidaya ikan Pengobatan dan Pencegahannya dengan
lele dumbo berkisar 6,5 -12,5 mg/l. Menurunya Fitofarmaka. Pacsa Sarjana Institut
oksigen terlarut dalam air dapat mengurangi Pertanian Bogor. Bogor.
nafsu makan ikan yang pada akhirnya Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya
menyebabkan pertumbuhan terganggu Ikan lele dumbo Dumbo. 101 hal.
(Shafrudin dkk., 2006). Rendahnya kadar Badan Standarisasi Nasional. 2009. Metode
oksigen di suatu perairan dapat menyebabkan Indentifikasi Bakteri Aeromonas
ikan menjadi stres sehingga sistem imun hydrophila Secara Biokimia. BSNI.
menjadi menurun. Pada saat itu, serangan Jakarta. 9 hal.
penyakit akan mudah masuk ke dalam tubuh Carraschi, P.S.,Claudinei. C., Joaquim.G.M.N.,
ikan, baik berupa bakteri ataupun parasit. Flavio.R., Oswaldo.,D.R.J.,
Hasil pengukuran derajat keasaman Antonio.,N.N. and Neida.,L.B. 2012.
(pH) yaitu 6,5-7. Kondisi ini cukup optimal Evaluation of Experimental Infection
untuk kehidupan ikan lele dumbo, sesuai With Aeromonas hydrophila In Pacu
dengan pernyataan Bachtiar (2006) bahwa (Piaractus mesopotamicus). International
derajat keasaman yang ideal untuk Journal of Fisheries and Aquaculture. 4
pertumbuhan ikan lele dumbo yaitu 6,5-8. (5) : 81-84
Taufik (1984) menambahkan bahwa perubahan Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air bagi
pH dapat menyebabkan ikan menjadi stres Pengelolaan Sumber Daya dan
Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 20
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Smith, H A dan Jones T C. 1961. Veterinary
Kanisius. Pathology. Lea & Febiger, Philadelpia.
Jun, J.W., Kim, J.H., Gomez, D.K., Choresca, Soetomo, M H A. 1987. Teknik Budidaya Ikan
C.H., Han, J.E., Shin, P.S., dan Park, lele dumbo Dumbo. Sinar Biru, Bandung.
S.C. 2010. Occurrence of Tetracycline- 109 hal.
Resistant Aeromonas hydrophila in Sukenda.,L, Jamal.,D. Wahjuningrum dan A.
Korean Cyprinis Loach (Misgurnus Hasan., 2008. Penggunaan Kitosan Untuk
anguillicaudatus). African Journal of Pencegahan Infeksi Aeromonas
Microbiology Research. 4 (9): 849-855. hydrophila pada Ikan lele dumbo Dumbo
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2012. Pelacakan Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia
Gen Aerolysin dari Aeromonas 7(2) : 159-169
hydrophila pada Ikan Mas yang diberi Taufik,P. 1984. Faktor Kualitas Air Dapat
Pakan Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Mempengaruhi Timbulnya Suatu
Veteriner 13 (1) : 43-50. Penyakit Pada Ikan. Majalah Pertanian
Mufidah, N.B.W., Boedi, S.R., dan Woro, H.S., No 3. Departemen Pertanian. Jakarta.
2009. Pengkayaan Daphnia spp. Dengan Utami, P.W. 2009. Efektivitas Ekstrak Paci-
Viterna Terhadap Kelangsungan Hidup Paci (Lecuas lavandulaefolia) yang
dan Pertumbuhan Larva Ikan Lele Diberikan Lewat Pakan Untuk
Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1(1) : 59- Ikan MAS (Motile Aeromonas
65. Septicemia) pada Ikan lele dumbo
Pazra, DB. Gambaran histopatologi insang, otot Dumbo (Clarias sp.) [skripsi]. Institut
dan usus Pada ikan lele (clarias spp.) Pertanian Bogor.Bogor. 119 hal.
Asal dari Daerah bogor. Fakultas Yardimci, B., dan Yimlaz, A. 2011.
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Pathological Findings of Experimental
Bogor. Bogor. 64 hal. Aeromonas hydrophila Infection in Nile
Plumb., J.A. 1994. Health Maintenance of Tilapia (Oreochromis niloticus). Thesis.
Cultured Fishes, Principal Microbial Department of Pathology, Faculty of
Diseases. CRC press. Amerika. 239 p. Veterinary Medicine, University of
Prince, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Ankara. Turkey. p. 58.
Patofisiologi. Edisi VI. Volume 1. EGC. Yin, G., Ardo L., Thompson, K.D., Adams A.,
Philadelphia. Jeney Z,. Jeney G., 2010. Chinese Herbs
Sarkar.,R, Saha.,M, dan Roy.,P. 2012. (Astragalus radix and Ganoderma
Identification And Typing of Aeromonas Lucidum) Enhance Immune Respons of
hydrophila Through 16s rDNA-PCR carps, Cyprinus carpio and Protection
Fingerprinting. Journal Aquaculture Againts Aeromonas hydrophila . Fish and
Research and Development. 3 (6) : 1-4. Shellfish Immunology 26 (1) :140 -145.
Shafrudin, D., Yuniarti dan Setiawati, M., 2006. Yogananth, N., Bhakyaraj. R., Chanthuru. A.,
Pengaruh Kepadatan Benih Ikan Lele Anbalagan.,T, Nila., M. 2009. Detection
Dumbo (Clarias sp.) Terhadap Produksi of Virulence Gene in Aeromonas
Pada Sistem Budidaya Dengan hydrophila Isolates from Fish Samples
Pengendalian Nitrogen Melalui Using PCR Thecnique. Global Journal of
Penambahan Tepung Terigu. Jurnal Biotechnology and Biochemistry 4 (1):
Akuakultur Indonesia 5(2) : 137-147. 51-53.
Sholikhah, H.E. 2009. Efektivitas Campuran
Meniran (phyllanthus niruri) dan
Bawang Putih (allium sativum) Dalam
Pakan Untuk Pengendalian Infeksi
Bakteri Aeromonas hydrophila Pada
ikan lele dumbo dumbo (clarias sp.).
Departemen Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. 74 hal.

Jurnal Mina Laut Indonesia, 2013 @FPIK UHO 21

Anda mungkin juga menyukai