Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

Acara 3
HIBRIDISASI TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

Semester
Genap 2017

Muhamad Minanurahman
NIM A1D015090
4

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hibridisasi merupakan perkawinan antara berbagai varietas atau spesies.

Tujuan hibridisasi adalah untuk memperoleh genotipe baru yang diinginkan.

Tujuan utama melakukan persilangan adalah menggabungkan semua sifat baik ke

dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetik, memanfaatkan vigor

hibrida atau menguji potensi tetua (uji turunan). Dari keempat tujuan utama ini

dapat disimpulkan bahwa hibridisasi memiliki peranan penting dalam pemuliaan

tanaman, terutama dalam hal memperluas keragaman.

Hibridisasi atau persilangan dapat dilakukan dengan cara penyerbukan

sendiri atau pernyerbukan silang. Penyerbukan sendiri merupkan

proses penyerbukan (berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik)

yang secara khusus terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda

tetapi dalam satu tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman yang sama,

sedangkan penyerbukan silang merupakan proses penyerbukan apabila serbuk sari

jatuh pada kepala putih dari bunga tanaman lainnya tapi masih dalam satu jenis

tanaman. Proses penyerbukan sendiri Penyerbukan sendiri disebabkan oleh:

1. Bunga tidak membuka.

2. Serbuk sari sudah matang dan jatuh sebelum bunga terbuka

3. Stigma dan stamen tersembunyi oleh organ bunga yang sudah terbuka.

4. Stigma memanjang melalui tabung staminal segera sesudah anter membuka.


5. Bunga matang serempak.

Kegiatan hibridisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

1. Mengumpulkan tepung sari

2. Kastrasi

3. Hibridisasi

4. Memberi tanda dan etiket

5. Pembungkusan dan

6. Kontrol

Dalam hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri penting sekali untuk mencegah

terjadinya pembuahan sendiri untuk itu perlu diketahui caranya untuk

menghilangkan kepala sari supaya serbuk sari tidak membuahi putik dan juga

supaya tanaman yang sudah kita hilangkan kepala sari dapat dibuahi oleh induk

jantan yang kita inginkan / yang memiliki sifat yang lebih unggul dibanding bunga

induk betina

B. Tujuan

Praktikum Hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri memiliki tujuan antara lain

yaitu :

1. Menghilangkan kepala sari sebelum bunga membuka dengan maksud untuk

mencegah terjadinya pembuahan sendiri.

2. Menyerbuki bunga-bunga yang telah dikastrasi dengan tepung sari dari jenis

tanaman yang kita hendaki sebagai induk jantan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam

peradaban manusia.Tanaman ini tersebar luas diberbagai belahan dunia. Produksi

padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan

gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi

mayoritas penduduk dunia.

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagi berikut

Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Angiospermae, Class

Monocotyledoneae, Ordo Poales, Famili Graminae, Genus Oryza Linn, Spesies

Oryza sativa L. (Grist, 1960). Tanaman padi tergolong tumbuhan Graminae dengan

batang yang tersusun dari ruas-ruas. Rumpun tanaman padi terbentuk dari anakan

yang biasanya tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan padi terjadi secara

bersusun mulai dari batang pokok yang menumbuhkan anakan pertama, anakan

kedua tumbuh dari anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku anakan kedua

dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk

perakarannya sendiri (Luh, 1991).

Bunga padi adalah bunga telanjang yang dilengkapi dengan perhiasan bunga,

berkelamin dua jenis dengan bakal buah berada diatasnya. Benang sari berjumlah 6

buah, tangkai sari pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua kandung

serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang

berbentuk malai dengan warna umumnya putih atau ungu (Departemen Pertanian,

1993). Pada dasar bunga terdapat ladicula (daun bunga yang telah berubah bentuk).
Ladicula mempunyai fungsi mengatur pembuahan pada palea, pada waktu

berbungabagian ini menghisap air dari bakal buah, sehingga mengembang.

Perubahan bentuk ini mendorong lemma dan palea terpisah dan terbuka (Hasyim,

2000).

Produktivitas tanaman padi dapat ditingkatkan melalui perbaikan lingkungan

tumbuh dan genetik. Perbaikan lingkungan tumbuh meliputi perbaikan fisik dan

kimia tanah, mutu benih, ketersediaan air, pengendalian organisme pengganggu

tanaman, teknologi panen, dan pascapanen. Perbaikan genetik dapat dilakukan

melalui penggunaaan varietas unggul yang dirakit melalui kegiatan pemuliaan

tanaman.

Tanaman padi merupakan jenis tanaman yang melakukan penyerbukan

sendiri Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui

hibridisasi. Hibridisasi alami terjadi secara acak, Pada hibridisasi buatan, manusia

hanya membantu kegiatan persarian secara terarah, yaitu mempertemukan tepung

sari dengan kepala putik pada pasangan-pasangan yang dikehendaki (Kasno, 1993).

Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua

tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki

keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik

yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman

akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan

(Sunarto, 1997).

Pada kegiatan persilangan ini perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


1. Periode berbunga dari tetua jantan dan betina bersamaan. Jika periode

berbunga pada kedua tetua tersebut tidak bersamaan, maka perlu pengaturan

waktu tanam sedemikian rupa sehingga diperoleh periode berbunga yang

bersamaan pada pasangan tetua yang diinginkan. Periode persilangan yang

efektif adalah selama dua minggu sejak bunga pertama. Pada kacang tanah,

bunga-bunga yang tumbuh setelah dua minggu setelah hari pertama berbunga

letaknya sudah pada buku bagian atas, jika disilangkan tidak menghasilkan biji

karena ginofor tidak mencapai tanah.

2. Waktu emaskulasi dan waktu persarian, keduanya berhubungan erat dengan

masaknya organ generatif tersebut. Emaskulasi pada kacang tanah dilakukan

pada sore hari dan persarian dilakukan pada pagi hari.

3. Cara emaskulasi , kuncup bunga yang akan mekar besok paginya dipilih untuk

diemaskulasi. Mahkota bunga dibuang menggunakan pinset hingga tersisa

hanya kepala putiknya saja.

4. Cara persarian, benang sari yang telah masak dari tetua betina dikumpulkan.

Benang sari diletakkan pada kepala putik bunga yang telah diemaskulasi

sebelumnya menggunakan pinset. Persarian dapat dilakukan pada pagi hari.


III. METODE PRATIKUM

A. BAHAN DAN ALAT

Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu, tanaman yang siap

disilangkan yaitu tanaman padi, sedangkan alat yang digunakan yaitu label

persilangan, alat tulis, gunting, senter, kantong kertas, crossing set

B. CARA KERJA

Hibridisasi buatan akan dilakukan pada tanaman padi dengan cara kerja

sebagai berikut :

1. Dipilih malai yang masih tertutup oleh daun bendera yang akan digunakan

sebagai tetua betina, dengan ketentuan bahwa malai yang keluar dari daun

bendera baru sekitar 10%-20%. Bunga yang sudah diserbuki atau belum siap

diserbuki dibuang

2. Benang sari diemaskulasi. Digunting kira-kira sepertiga bagian dari palea dan

lemma, kemudian gunting didorong ke atas sehingga anternya terbuang semua

dan tinggal kepala putiknya saja. Benang sari yang tersisa dapat dibuang

dengan gunting.

3. Dipilih malai yang sudah mekar yang akan digunakan sebagai tetua jantan.

4. Penyerbukan dilakukan dengan mengoyang-goyangkan malai bunga jantan di

atas bunga betina yang telah diemaskulasi.


5. Malai (bunga-bunga) hasil persilangan ditutup dengan kantong kertas,

kemudian cantumkan label mengenai informasi yang diperlukan dari

persilangan tersebut.

6. Keberhasilan persilangan diamati dan dihitung tingkat keberhasilannya dengan

rumus sebagai beriku.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

Hibridisasi merupakan proses perkawinan antara bunga jantan dan bunga

betina. Hibridisasi atau persilangan menurut A Dictionary of Science 6th edition

(2010) ialah proses produksi satu atau lebih organisme hibrid melalui perkawinan

tetua-tetua yang berbeda secara genetik. Menurut Tanto (2002) Hibridisasi atau (

Persilangan ) adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen /

serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak

lengket sebagai tempat meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam

ovari (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan. Sunarto, (1997) menerangkan

bahwa hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis spesies

pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme

dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa

hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetik yang diperoleh melalui persilangan

dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya.


Tahap-tahap yang dilakukan saat praktikum hibridisasi tanaman menyerbuk

sendiri yaitu :

1. Pemilihan Tetua dan Kastrasi

Kegiatan yang pertama dilakukan merupakan pemilihan tetua yang akan

dijadikan tetua betina, yang mana pemilihan ini dilakukan pukul 05.00. Tetua yang

dipilih sebagai tetua betina merupakan varietas padi ciherang, selanjutnya dipilih

bagian malai yang akan dihibridiasasi, selanjutnya dilakukan kastrasi untuk

mempermudah proses emaskulasi. Kastrasi sendiri bertujuan untuk menghilangkan

bagian-bagian yang dapat mengganggu proses emaskulasi. Pada tahap kastrasi ini

juga jumlah bulir pada satu malai disisakan 15 bulir untuk mempermudah proses

emaskulasi dan hibridisasi hal tersebut sesuai pendapat Harahap (1982) bunga pada

malai yang akan dikastrasi dijarangkanhingga tinggal 15-50 bunga.

Gambar 1. Kegiatan Kastrasi

2. Emaskulasi

Tahap selanjutnya setelah dilakukan pemilihan tetua betina dan kastrasi adalah

proses emaskulasi. Emaskulasi sendiri merupakan proses menghilangkan bagian

jantan pada tanaman yang akan dihibridisasi, supaya tidak menyerbuki bagian
betinanya. Tahap emaskulasi ini dilakukan pada pagi hari untuk menghindari

terserbukinya bagian betina pada waktu siang hari. Cara pengemaskulasian yaitu

ke-15 bulir yang sudah terpilih tadi lalu di potong bagiannya setelah itu bagian

jantannya yang berwarna kuning diambil menggunakan jarum satu persatu secara

hati-hati dan diusahan supaya tidak menyentuh bagian putik yang berada di dasar

bulir. Jumlah bagian jantan yang di emaskulasi dalam satu bulir padi biasanya

berjumlah 6 buah benang sari yang berwana kuning. Tahap terakhir pada proses ini

yaitu penyungkupan dan pemberian label untuk menghindari terserbukinya putik

oleh benang sari lain, karena hibridisasi akan dilakukan pada pukul 10.00.

Gambar 2. Kegiatan Emaskulasi

3. Hibridisasi

Proses selanjutnya setelah dilakukan emaskulasi yaitu dilakukan yaitu

pemilihan tetua jantan untuk dilakukan hibridisasi. Proses Hibridisasi setelah tetua

jantan tepilih yaitu pengumpulan tepung sari dari tetua jantan dalam hal ini tetua

jantan yang dipilih adalah padi varietas inpago, proses ini dilakukan dengan cara

menggoyang-goyangkan bagaian malai padi sehingga benang sari jatuh,

selanjutnya benang sari yang didapat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam tetua
betina yang sudah terpilih tadi satu persatu secara hati-hati menggunakan jarum,

setelah semua benang sari dimasukkan tanaman padi yang dihibridisasi tadi lalu di

tutup dengan sungkup dan diberi label lagi.

Gambar 3. Kegiatan Hibridisasi

Berikut langkah hibridisasi yang dilakukan oleh Supartopo (2006) dalam

melakukan penelitiannya:

1. Kastrasi atau Emaskulasi

Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang bagian tanaman yang tidak

diperlukan. Kegiatan ini biasa disebut dengan pengebirian. Kastrasi dilakukan

sehari sebelum penyerbukan agar putik menjadi masak sempurna saat penyerbukan

sehingga keberhasilan penyilangan lebih tinggi. Setiap bunga (spikelet) terdapat

enam benang sari. Dua kepala putik yang menyerupai rambut tidak boleh rusak.

Bunga pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga

(Harahap, 1982). Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting

kemudian benang sari diambil dengan alat penyedot vacuum pump. Bunga yang

telah bersih dari benang sari ditutup dengan glacine bag agar tidak terserbuki oleh

tepung sari yang tidak dikehendaki. Waktu yang baik untuk melakukan kastrasi
adalah setelah pukul 03.00 sore. Stadia bunga yang baik untuk dikastrasi adalah

pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan bunga.

2. Penyerbukan

Proses penyerbukan semua lampu di ruang persilangan dinyalakan sejak pagi

hari agar suhu ruangan meningkat untuk mempercepat pemasakan tepung sari. Suhu

ruangan sekitar 320C dengan kelembapan udara 80%. Bunga jantan diambil dari

lapangan sekitar pukul 09.00 pagi kemudian disimpan dalam bak plastik yang

disiapkan di ruang persilangan. Setelah kepala sari membuka, segera dilakukan

penyerbukan. Bunga betina yang sudah dikastrasi dibuka tutupnya kemudian bunga

jantan diletakkan di atasnya. Dibantu jari tangan, bunga digoyang-goyang hingga

tepung sari jatuh dan menempel pada kepala putik. Bak plastik tempat menyimpan

bunga disusun sedemikian rupa sehingga mudah dalam pengambilan bunga saat

penyerbukan. Penyerbukan dapat dilakukan pada pukul 10.00-13.00.

3. Isolasi dan Pemeliharaan

Bunga yang sudah diserbuki segera ditutup dengan kantong kertas transparan

atau glacine bag. Pada malai dipasang etiket yang mencantumkan tanggal silang,

nama tetua, jumlah malai yang disilangkan, dan dapat juga dicantumkan nama yang

menyilangkan. Penulisan identitas sangat penting untuk legitimasi genotipe baru

yang dihasilkan. Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah kaca sampai biji

hasil persilangan masak. Setelah 3-4 minggu, malai dipanen kemudian dikeringkan

dengan cara dijemur atau dioven. Biji yang sudah kering dirontok kemudian

dimasukkan ke dalam kantong kertas dan dicatat dalam buku persilangan. Benih F1
hasil persilangan dapat ditanam sebagai bahan seleksi pada tahap pemuliaan

selanjutnya.

Praktikum yang dilaksanakan menggunakan padi varietas ciherang sebagai

tetua betina dan varietas INPAGO UNSOED-1. Balitbang (2014) menjelaskan

bahwa varietas INPAGO UNSOED-1 asal poso dan mentik wangi dengan golongan

cere. Umur tanaman 110 hari, bentuk tanaman tegak dengan tinggi tanmaan 107

cm. Anakan produktif banyak, warna kaki hijau, warna batang hijau, posisi daun

tegak dan posisi daun bendera tegak. Bentuk gabah sedang, warna gabah kuning

bersih, bertekstur nasi pulen, bobot 1000 butir 27,7 g dengan kadar amilosa

18% serta memiliki ketahanan terhadap penyakit blas ras 133, wereng cokelat

diotipe 1. Sifat pada varietas Ciherang sebagai tetua jantan adalah sebagai berikut

(Suprihatno et.al, 2010), asal ir18349-53-1-3-1-3/3*ir19661 131 3-1-3//4*ir64,

golongan cere. bentuk tanaman tegak, tinggi tanaman 106-113 cm, anakan

produktif 14-17, warna kaki hijau, warna batang hijau, posisi daun tegak, posisi

daun bendera tegak, bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih,

kerontokan sedang, kerebahan sedang, tekstur nasi pulen, bobot 1000 butir 24,11-

25,51 gram. kadar amilosa 23 %, indeks giikemik 54,9. sawah irigasi dengan

ketinggian 0-500 mdpl, rata-rata hasil 8,5 t / ha. sifat khususnya yaitu tahan terhadap

wereng coklat biotipe 2, agak tahan terhadap wereg coklat biotipe 3, tahan terhadap

hawar daun bakteri strain iii dan iv, pemulia tarjat t, z.a. simanullang, e. sumadi dan

aan a. daradjat, tahun pelepasan 2000 untuk padi. Persilangan dilakukan pada

tanggal 4 Mei 2017 pukul 06.02 yang didapatkan hasil tidak ada biji padi yang

muncul sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan dari hibridisasi


yang dilakukan sebesar 0%. Kegagalan tersebut kemungkinan disebabkan oleh

kecerobohan yang dilakukan pada saat pelaksanaan tahap-tahap hibridisasi seperti

rusaknya / tertusuknya putik atau terbukanya sungkup sehingga serbuk sari tebawa

angin keluar dari bunga hal tersebut sesuai dengan pendapat Syukur et al. (2009)

Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-

sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka

hibridisasi akan gagal

Tanaman padi terdapat tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif (0-60 hari),

fase generatif (60-90 hari), dan fase pemasakan (90-120 hari). Kebutuhan air pada

ketiga fase tersebut bervariasi yaitu pada fase pembentukan anakan aktif, anakan

maksimum, inisiasi pembentukan malai, fase bunting dan fase pembungaan.

Berikut ini penjelasan dari ketiga fase pada pertumbuhan tanaman padi (Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi, 2012):

1. Fase vegetatif

a. Tahap perkecambahan benih

Fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar

air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan

kemunculan radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan

benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan

perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan

perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini

berlangsung 3-5 hari.

b. Tahap pertunasan
Tahap pertunasan mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang

anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini

di persemaian. Awal masa persemaian, mulai muncul akar seminal hingga

kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut

permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara.

Sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang

pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai

terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini, dengan demikian

pada umur 15 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem

perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap

dipindahtanamkan.

c. Tahap Pembentukan anakan

Munculnya daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan

dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial pada buku

batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini

menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan

daunnya. Anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian

seterusnya hingga anakan maksimal. Fase ini ada dua tahapan penting yaitu

pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang.

Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk

anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di

bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan

malai. Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan


baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase

pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari. Tanaman yang

menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin

tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya

tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat

setelah pindah tanam. Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau

waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan

anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak

produktif.

2. Fase generatif

a. Fase reproduktif

Perkembangan tanaman pada tahapan ini diawali dengan inisiasi bunga

(panicle initiation). Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white

feathery cone) panjang 1,0 - 1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku

utama (main culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur.

Perkembang hingga bentuk malai terllihat jelas sehingga bulir (spikelets)

terlihat dan dapat dibedakan.Malai muda meningkat dalam ukuran dan

berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah

daun menggembung (bulge). Penggembungan daun bendera ini disebut bunting

sebagi tahap kedua dari fase ini (booting stage).

b. Tahap bunting
Bunting terlihat pertama kali pada ruas batang utama. Tahapan bunting

yaitu, ujung daun layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat

pada bagian dasar tanaman.

c. Tahap keluar malai

Tahap selanjutnya dari fase ini adalah tahap keluar malai. Heading

ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai

terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Akhir fase ini

adalah tahap pembungaan yang dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari

bulir dan terjadi proses pembuahan.

d. Tahap pembungaan

Tahap pembungaan yaitu, kelopak bunga terbuka, antera menyembul

keluar dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan

serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari atau

tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur pistil

berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul (bulat, struktur

gelap dalam ilustrasi ini) akan mengembang ke ovary. Proses pembungaan

berlanjut sampai hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi

sehari setelah heading. Umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi

hari. Semua spikelet pada malai membuka dalam 7 hari, pada pembungaan, 3-

5 daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat

dimulainya pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan

nonproduktif.

3. Fase pemasakan
a. Tahap matang susu

Tahapan ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah mulai

terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan/menjepit

gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan

(senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di

bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit, pada saat

pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya pada fase

sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman tergenang 5 7 cm.

b. Tahap gabah setengah matang

Isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi gumpalan lunak dan

akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning. Pelayuan dari anakan

dan daun di bagian dasar tanaman nampak semakin jelas, pertanaman terlihat

menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun terakhir pada setiap

anakan mulai mengering.

c. Tahap gabah matang penuh

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning.

Tanaman padi pada tahap matang 90 100 % dari gabah isi berubah menjadi

kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari

sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati terakumulasi

pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal pemasakan, pada tahap

ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada kondisi kering. Periode

pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah matang penuh atau masak

fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari.


Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu

setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok

maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak

membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan

(Subekti, 2008). Keberhasilan hibridisasi dipengaruhi oleh barbagai hal, berikut

faktor-faktor yang mempengaruhi hibridisasi menurut Syukur et al.(2009) :

1. Internal

a. Pemilihan Tetua

Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila

tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang

sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas

sintetik.

b. Waktu Tanaman Berbunga

Tetua betina pada waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada

bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen

telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma

reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif bunga betina

tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua

tetua akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini

diperlukan informasi tentang umur tanaman berbunga.

2. Eksternal

a. Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan


Penyerbukan silang secara buatan dapat dilakuakan dengan hal yang

paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi

dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat

menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang

atau menyerbuk sendiri.

b. Cuaca Saat Penyerbukan

Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan

persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara

terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula jika ada angin

kencang dan hujan yang terlalu lebat.

c. Pelaksana

Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan

bersungguh-sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia

ceroboh maka hibridisasi akan gagal.

Hal hal diatas merupakan faktor yang memicu keberhasilan suatu

hibridisasi, sedangkan faktor yang memicu suatu kegagalan dalam proses

hibridisasi menurut Syukur et al. (2009) adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang morfologi dan metode reproduksi tanaman.

Mengetahui organ reproduksi tanaman dan tipe penyerbukan merupakan hal

yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui untuk melakukan suatu

penyerbukan. Pengetahuan tentang organ reproduksi dapat digunakan untuk

menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau


menyerbuk sendiri. Karakteristik berikut dapat dijadikan acuan

untuk menduga tipe penyerbukan tanaman menyerbuk sendiri :

a. Bunga tidak membuka.

b. Waktu antesis dan reseptif bersamaan atau berdekatan.

c. Butir polen luruh sebelum bunga mekar.

d. Stamen dan pistil ditutupi oleh bagian bunga walaupun bunga telah mekar.

e. Pistil memanjang segera setelah polen masak

2. Waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar atau tanaman berbunga).

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan persilangan antara lain

penyesuaian waktu berbungaw, waktu tanam tetua jantan dan betina harus

diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, waktu

emaskulasi dan penyerbukan. Waktu emaskulasi pada tetua betina harus

diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui

waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat

ketika stigma reseptif. Jika antara waktu antesis bunga jantan dan waktu reseptif

bunga betina tidak bersamaan, maka perlu dilakukan singkronisasi. Caranya dengan

membedakan waktu penanaman antara kedua tetua, sehingga nantinya kedua tetua

akan siap dalam waktu yang bersamaan. Untuk tujuan sinkronisasi ini diperlukan

informasi tentang umur tanaman berbunga. ( Syukur et al., 2009 )

3. Keadaan cuaca saat penyerbukan.

Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan

buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah
menyebabkan bunga rontok, demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang

terlalu lebat.

4. Pelaksana hibridisasi.

Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguh-

sungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemulia ceroboh maka

hibridisasi akan gagal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Benang sari berhasil berhasil dikelurakan dari tetua betina sehingga

penyerbukan sendiri tidak terjadi.

2. Penyerbukan dilakukan siang hari sekitar jam 10.00 tetua yang diinginkan yaitu

varietas Inpago dengan cara mengumpuklan serbuk sari yang kemudian

dimasukkan ke dalam bunga betina yang telah di emaskulasi tetrlebih dahulu.

Namun, Pprsentase keberhasilan yang kami peroleh pada praktikum ini 0%

yaitu tidak ada padi yang berhasil terbentuk. Penyebab kegagalan ini bisa

diakibatkan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

B. Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan proses hibridisasi praktikan lebih hati-hati dan

teliti terturama saat proses emaskulasi sehingga tingkat keberhasilan proses ini

dapat meningkat

DAFTAR PUSTAKA

A Dictionary of Science sixth edition. 2010. Oxford University Press Inc : New
York.

Balitbang Pertanian. 2014. Deskripsi Varietas Padi. Online. http : //


www.litbang.deptan.go.id / varietas / one / 795 /. Diakses tanggal 22 Mei
2017.

Departemen Pertanian. 2013. Produksi, Konsumsi, dan Populasi Ternak Menurut


Provinsi.Online.http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/nak/isi_dt5thn_nak.p
hp. Diakses pada tanggal 29 Mei 2017.

Grist, D.H., 1960. Rice Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural


Service, Malaya. Longmans Green and Co Ltd: London.

Harahap, Z. 1982. Pedoman Pemuliaan Padi. Lembaga Biologi Nasional : Bogor.

Hasyim, H. 2000. Padi. FP USU Press. Medan.

Kasno, A.1993. Pengembangan Varietas Kacang Tanah. Balai Penelitian


Tanaman Pangan. Malang.

Luh, B.S., 1991. Rice. Second Edition. Van Nostrand Reinhold: New York.

Subekti, N.A. dkk. 2008. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang

Suprihatno, Daradjat, Satoto, Baehaki, Suprihanto, A. Setyono, S. D. Indrasari, I.


P. Wardana dan H. Sembiring. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.

Supartopo. 2006. Teknik Persilangan Padi (Oryza sativa L.) untuk Perakitan
Varietas Unggul Baru. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 11 (2) : 76-80.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Institut Pertanian Bogor: Bogor
Tanto. 2002. Pemuliaan Tanaman dengan Hibridisasi (Allogam). Raja Grafindo
Persada. Jakarta

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai