Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam

menghadapi masalah dengan melakukan tindakan penyerangan terhadap

stessor, dapat juga merusak dirinya sendiri, orang lain maupun lingkungan dan

setiap bermusuhan (Rasmun, 2001: 18). Sedangkan (Yosep,

2009) berpendapatPerilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri

sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk

dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan

motorik yang tidak terkontrol.

B. Tanda dan Gejala

1. Muka merah

2. Pandangan tajam

3. Otot tegang

4. Nada suara tinggi

5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak

6. Memukul jika tidak senang


C. Rentang Respon

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif mal

adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

(Keliat, 1997, hal 6).

1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai

perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau

keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.

Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan

perasaan yang dialami.

4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat

dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui

hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung

untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan

yang sama dari orang lain

5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain.

C. Penyebab

1. Factor predisposisi

a. Psikologis
1) Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi sampai

timbul agresif atau amuk.

2) Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan

ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.

b. Perilaku

1) Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan.

2) Sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah

sehingga menstimulus individu mengadopsi PK.

c. Sosial budaya

1) Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif-agresif).

2) Kontrol sosial yang tidak pasti terhadap PK yang akan

menciptakan seolah- olah PK diterima (Permisive).

d. Bioneurologis; Adanya kerusakan system limbik, lobus fronta

(temporal) dan ketidak seimbangan neurotransmiter berperan

terjadinya PK.

2. Faktor presipitasi

a. Klien

1) Kelemahan fisik atau penyakit fisik.

2) Keputusasaan.

3) Ketidakberdayaan.

4) Percaya diri yang kurang.

b. Lingkungan

1) Situasi lingkungan yang ribut dan padat.


2) Kritikan yang mengarah pada penghinaan.

3) Kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan.

c. Interaksi dengan orang lain; Interaksi sosial yang provokatif dan

konflik.

D. Sumber Koping

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang

tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,

kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.

1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai

tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi.

Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa

frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan

sekitarnya misalnya dengan kekerasan.

2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan

yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya

individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani

bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.Kebutuhan

akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai keinginan

untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.


E. Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:

1. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.

2. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/ keinginan

tidak baik.

3. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan

dengan melebihkan sikap/ perilaku yang berlawanan.

4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang berlawanan.

5. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan bermusuhan

pada objek yang berbahaya.

F. Pohon Masalah

Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain, Lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan Konsep Diri: HDR

G. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

Perilaku kekerasan
H. Data yang Perlu Dikaji

Data subjektif : Mengancam, mengupat dengan kata-kata kotor, berbicara

dengan nada keras, kasar.

Data objektif : Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara

tinggi, berdebat, klien sering memaksakan kehendak: merampas makanan,

memukul jika tidak senang.

I. Diagnosis Keperawatan

Perilaku kekerasan

J. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan:

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

2. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

3. Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang

pernah dilakukannya.

4. Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya.

5. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.

6. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, sosial dan

dengan terapi psikofarmaka.

Tindakan:

1. Bina hubungan saling percaya; Dalam membina hubungan saling percaya

perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat


berinteraksi dengan petugas. Tindakan yang harus perawat lakukan

adalah mengucapkan salam terpeutik, berjabat tangan, menjelaskan tujuan

interaksi serta membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali

bertemu klien.

2. Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di

masa lalu dan saat ini.

3. Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.

4. Diskusikan bersama klien mengnai tanda dan gejala kekerasan, baik

kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.

5. Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa dilakukan

pada saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

6. Diskusikan bersama klien akibat yang ditimbulkan dari perilaku

kekerasan baik secara fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik nafas

dalam), obat-obatan, sosial atau verbal (dengan mengungkapkan

kemarahannya secara asertif), ataupun spiritual.

Tindakan keperawatan untuk keluarga

Tujuan : Keluarga dapat merawat klien di rumah.

Tindakan :

1. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi

penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari

perilaku tersebut.

2. Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku

kekerasan.
3. Anjurkan keluarga untuk selalu memotifikasi klien agar

melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.

4. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada klien bila anggota

keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut dengan tepat.

5. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila klien

menunjukan gejala-gejala perilaku kekerasan.

6. Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi klien yang perlu

segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul orang

lain

Anda mungkin juga menyukai