Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Perdarahan saluran cerna bawah atau Lower gastrointestinal bleeding (LGIB)
didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari organ traktus gastrointestinalis yang
terletak distal dari Ligamentum Treitz yang menyebabkan ketidakseimbangan
hemodinamik dan anemia simptomatis. Jadi dapat berasal dari usus kecil dan usus besar.
Pada umumnya perdarahan ini (sekitar 85%) ditandai dengan keluarnya darah segar per
anum/per rektal yang bersifat akut, transient, berhenti sendiri, dan tidak mempengaruhi
hemodinamik.

Gambaran Klinis
Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia, maroon stool, melena,
atau perdarahan tersamar.
Hematoskezia adalah: darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini merupakan
manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber perdarahan pada umumnya
berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga
dapat berasal dari usus kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut
berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam
lambung) dan masa transit usus yang cepat.
Maroon stool: darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur dengan melena) yang
biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal) atau juga dapat dari
SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat.
Melena adalah buang air besar atau feses yang berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau
seperti ter (aspal), berbau busuk dan hal ini disebabkan perubahan hemoglobin menjadi
hematin. Perubahan
ini dapat terjadi akibat kontak hemoglobin dengan asam lambung (khas pada perdarahan
SCBA) atau akibat degradasi darah oleh bakteri usus. Misalnya pada perdarahan yang
bersumber di kolon bagian kanan yang disertai waktu transit usus yang lambat. Perdarahan
SCBB akan tersamar bila jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warna feses yang
keluar.
Gambaran klinis lainnya akan sesuai dengan penyebab perdarahan (misalnya pada tumor
rektum, teraba massa pada pemeriksaan colok dubur) dan dampak hemodinamik yang terjadi
akibat perdarahan tersebut (misalnya anemia atau adanya renjatan).Sebagian besar
perdarahan SCBB (lebih kurang 85%) berlangsung akut, berhenti spontan, dan tidak
menimbulkan gangguan hemodinamik.
Perdarahan SCBB diklasifikasikan sebagai perdarahan akut dan berat bila:
v telah menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan

v terdapat penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume intravaskular


dengan cairan kristaloid atau plasma expander, dan

v terdapat faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya yang bermakna.

Penyebab
Lokasi lesi sumber perdarahan pada kasus dengan hematoskezia (sebagai tanda yang paling
umum untuk SCBB): 74% berada di kolon, 11% berasal dari SCBA, 9% usus kecil, dan 6%
tidak diketahui sumbernya

Perdarahan akut dan hebat pada umumnya disebabkan oleh angiodisplasia dan divertikulosis.
Sedangkan yang kronik intermiten disebabkan oleh hemoroid dan keganasan kolon. Etiologi
perdarahan SCBB yang harus dipertimbangkan dan cukup sering dihadapi di Indonesia
adalah perdarahan di usus kecil pada demam tifoid.

Tata Laksana
Penatalaksanaan perdarahan SCBB tentunya akan bervariasi tergantung pada penyebab atau
lesi sumber perdarahan, dampak hemodinamik yang telah terjadi pada waktu masuk rumah
sakit, pola perdarahan yang bersifat akut atau telah berlangsung lama/kronik. Algoritme tata
laksana perdarahan SCBB dalam makalah ini, merupakan hasil konsensus dalam beberapa
tahapan pertemuan sidang organisasi profesi Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.

Gambaran Klinis
Perdarahan SCBB dapat bermanifestasi dalam bentuk hematoskezia, maroon stool, melena,
atau perdarahan tersamar.
Hematoskezia adalah: darah segar yang keluar lewat anus/rektum. Hal ini merupakan
manifestasi klinis perdarahan SCBB yang paling sering. Sumber perdarahan pada umumnya
berasal dari anus, rektum, atau kolon bagian kiri (sigmoid atau kolon descendens), tetapi juga
dapat berasal dari usus kecil atau saluran cerna bagian atas (SCBA) bila perdarahan tersebut
berlangsung masif (sehingga sebagian volume darah tidak sempat kontak dengan asam
lambung) dan masa transit usus yang cepat.
Maroon stool: darah yang berwarna merah hati (kadang bercampur dengan melena) yang
biasanya berasal dari perdarahan di kolon bagian kanan (ileo-caecal) atau juga dapat dari
SCBA/usus kecil bila waktu transit usus cepat.
Melena adalah buang air besar atau feses yang berwarna hitam seperti kopi (bubuk kopi) atau
seperti ter (aspal), berbau busuk dan hal ini disebabkan perubahan hemoglobin menjadi
hematin. Perubahan
ini dapat terjadi akibat kontak hemoglobin dengan asam lambung (khas pada perdarahan
SCBA) atau akibat degradasi darah oleh bakteri usus. Misalnya pada perdarahan yang
bersumber di kolon bagian kanan yang disertai waktu transit usus yang lambat. Perdarahan
SCBB akan tersamar bila jumlah darah sedikit sehingga tidak mengubah warna feses yang
keluar.
Gambaran klinis lainnya akan sesuai dengan penyebab perdarahan (misalnya pada tumor
rektum, teraba massa pada pemeriksaan colok dubur) dan dampak hemodinamik yang terjadi
akibat perdarahan tersebut (misalnya anemia atau adanya renjatan).Sebagian besar
perdarahan SCBB (lebih kurang 85%) berlangsung akut, berhenti spontan, dan tidak
menimbulkan gangguan hemodinamik.
Perdarahan SCBB diklasifikasikan sebagai perdarahan akut dan berat bila:
v telah menimbulkan keadaan hipotensi ortostatik atau renjatan

v terdapat penurunan hematokrit minimal 8-10% setelah resusitasi volume intravaskular


dengan cairan kristaloid atau plasma expander, dan

v terdapat faktor risiko seperti pada usia lanjut atau terdapat penyulit lainnya yang bermakna.
Penyebab
Lokasi lesi sumber perdarahan pada kasus dengan hematoskezia (sebagai tanda yang paling
umum untuk SCBB): 74% berada di kolon, 11% berasal dari SCBA, 9% usus kecil, dan 6%
tidak diketahui sumbernya

Perdarahan akut dan hebat pada umumnya disebabkan oleh angiodisplasia dan divertikulosis.
Sedangkan yang kronik intermiten disebabkan oleh hemoroid dan keganasan kolon. Etiologi
perdarahan SCBB yang harus dipertimbangkan dan cukup sering dihadapi di Indonesia
adalah perdarahan di usus kecil pada demam tifoid.

Tata Laksana
Penatalaksanaan perdarahan SCBB tentunya akan bervariasi tergantung pada penyebab atau
lesi sumber perdarahan, dampak hemodinamik yang telah terjadi pada waktu masuk rumah
sakit, pola perdarahan yang bersifat akut atau telah berlangsung lama/kronik. Algoritme tata
laksana perdarahan SCBB dalam makalah ini, merupakan hasil konsensus dalam beberapa
tahapan pertemuan sidang organisasi profesi Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai