Anda di halaman 1dari 32

Jurnal Pendidikan Sejarah

Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) edisi 5


Penggunaan Arsip Visual dalam Pembelajaran Sejarah

PENGANTAR REDAKSI

Penggunaan Arsip Visual dalam Pembelajaran Sejarah 3

SAJIAN UTAMA

Merintis Bahan Ajar Alternatif


Taat Ujianto 5

Pengertian Pemanfaatan dan


Perkembangan Media Pembelajaran
Ratna Hapsari 15

PROFIL DAN INOVASI

Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Sejarah 18


Dewi Suhartini Kantaatmadja

KLINIK PEMBELAJARAN

Ratna Hapsari 22

LIPUTAN

Semiloka Sejarah Lokal


di Purbalingga 24

SERBA-SERBI

Sin Po dan Nasionalisme Etnis Tiong Hoa


Sherley Amelita 26

RESENSI BUKU

Antara Kesuksesan dan Aq


Drs. Ade Munajat, M.Hum. 29

RUBRIK SISIPAN 31

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 1


2 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
Penggunaan Arsip Visual
dalam Pembelajaran Sejarah
Pengantar Redaksi:
Pembaca budiman, kembali kami hadir dalam Jurnal AGSI edisi kelima. Edisi
kali ini mengambil tema tentang Penggunaan Arsip Visual dalam Pembelajaran
Sejarah. Untuk dapat memahami isi dan maksud kami mengambil tema tersebut,
alangkah baiknya Pembaca Budiman, khususnya Bapak/Ibu Guru pelajaran sejarah,
berkenan menengok empat penerbitan Jurnal AGSI sebelumnya. Hal ini penting
kami sampaikan mengingat sesungguhnya ada suatu proses saling berkaitan dan
berkelanjutan.
Pada edisi pertama, kami mencoba mengajak para guru untuk menengok
kembali peranan pelajaran sejarah. Maksud hati, kita bersama-sama meninjau
ulang bagaimana dan sejauh mana pelajaran sejarah yang selama ini kita geluti
memberikan andil dalam pembentukan generasi bangsa. Dan, telah kita sepakati
bersama bahwa pelajaran sejarah memanglah sangat strategis dan penting dalam
upaya membentuk siswa didik mempunyai karakter kebangsaan dan semangat
nasionalisme. Agar pembelajaran sejarah sesuai dengan tujuan, pengembangan
seperti apa yang perlu kita lakukan?
Maka, pada edisi-edisi berikutnya Jurnal AGSI berusaha memberikan beberapa
tawaran pengembangan pendidikan sejarah. Pada edisi kedua, kami mengajak
para guru untuk menggunakan biografi pelaku sejarah sebagai basis pembelajaran
sejarah. Terlepas dari beberapa kelemahan, melalui pendekatan biografi pelaku
sejarah, siswa dapat diajak untuk menyelami perjuangan dan dinamika hidup
sang tokoh sekaligus mengambil hikmah dari padanya. Siswa akan lebih mudah
menghayati dan ikut merasakan bagaimana HIDUP sang tokoh. Hal ini seperti
ditegaskan oleh Prof Hamid Hasan:
Pelaku sejarah adalah manusia dan manusia tidak pernah lepas dari kelebihan
dan kekurangan: ada warna hitam-putih-abu. Lagipula, pendekatan biografis
memberikan gambaran keseluruhan kepribadian seorang pelaku sejarah sehingga
perubahan pemikiran, pandangan, sikap, nilai, dan bahkan karakter dapat dipahami
dalam suatu totalitas.
Pada edisi ketiga, Jurnal AGSI mengajak para guru untuk menengok siapa
diri kita. Kita adalah agen perubahan. Perubahan apa? Perubahan menuju dunia
yang lebih damai. Guru sejarah hendaknya berani tegas dalam mengarahkan
generasi untuk mengutamakan prinsip non kekerasan dalam perjuangan apa
pun. Hal ini penting mengingat ada kecenderungan bahwa masyarakat Indonesia
dalam menyelesaikan suatu masalah, cara kekerasan semakin menjadi trend. Ada
kekerasan berbau agama, tawuran, konflik pilkada, tawuran antar kampung dalam
karena persoalan sepele, dan lain-lain. Singkat kata, Jurnal AGSI mengingatkan
bahwa para guru mempunyai misi sebagai agen perdamaian.
Dan selanjutnya, dalam edisi keempat, Jurnal AGSI mengemukakan pendapat
bahwa perempuan mempunyai andil yang besar dalam pembentukan ke-Indonesia-
an. Hanya saja, sosok perempuan sering terlupakan, disingkirkan, dan dilupakan.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran sejarah, sosok perempuan dan hak-hak
hidupnya patut selalu menjadi catatan, prinsip, dan nilai yang penting ditanamkan.
Melanjutkan upaya pengembangan pendidikan sejarah, Jurnal AGSI edisi
kelima yang Bapak/Ibu baca saat ini, mencoba melontarkan gagasan bagaimana
pembelajaran sejarah dikemas dengan cara menarik. Pembelajaran sejarah seringkali
membosankan. Untuk mengatasinya, Jurnal AGSI menawarkan metode visualisasi
materi bahan ajar dalam bentuk kartun, foto, ilustrasi, dll. Untuk membuat bahan
ajar ini, AGSI bekerjasama dengan ISSI dan sejumlah seniman mencoba merintis
Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 3
bahan ajar melalui visualisasi biografi pelaku
sejarah. Sebagai sample, dipilihlah Ki Hadjar
Dewantara sebagai pintu masuk pembahasan era
kebangkitan nasional. Kenapa memilih Ki Hadjar
Dewantara? Kenapa era Kebangkitan Nasional
yang dipilih? Jawaban seputar pertanyaan ini dapat
Bapak/Ibu baca dalam rubrik Sajian Utama yang
ditulis Ibu Ratna Hapsari dan Taat Ujianto. Dalam
rubrik ini juga diungkap mengenai pentingnya
visualisasi bahan ajar dan bagaimana proses AGSI-ISSI merintis bahan ajar tersebut.
Harapan kami, Bapak/Ibu guru sejarah dapat belajar dan ikut memproduksi model
bahan ajar yang coba kami rintis.
Dalam rubrik Profil dan Inovasi, kami sajikan profil dan karya seorang guru
SMAN 2 Bogor, Ibu Dewi Suhartini Kantaatmadja. Ibu guru yang satu ini telah
mengembangkan pembelajaran sejarah e-learning berbasis teknologi informatika
dan komunikasi (TIK). Kemudian pada rubrik Liputan, Jurnal berbagi cerita tentang
perjalanan anggota ISSI dan AGSI menghadiri undangan MGMP Purbalingga dalam
acara diskusi tentang era Demokrasi Terpimpin.
Khusus dalam edisi ini, terdapat tambahan satu rubrik, kami istilahkan dengan
rubrik Sisipan. Sengaja kami sampaikan beberapa alamat website yang sebetulnya
bisa Bapak/Ibu gunakan untuk mendapatkan sejumlah bahan sebagai sumber
visualisasi foto. Dari web-web tersebut, Bapak/Ibu bisa langsung mengunduhnya
sesuai materi yang diinginkan. Dari referensi sederhana ini, mungkin dapat berguna
dalam mengemas bahan ajar yang lebih variatif, kreatif, dan menarik.
Dan, yang tak kalah menarik dari jurnal kali ini adalah karya Sherley Amelita,
seorang siswi SMAK 7 BPK Penabur, Perum Bukit Kencana II, Jl. Abadi III Blok FF/8,
Jatimakmur, Pondok Gede. Adalah patut dibanggakan, sebagai siswa SMK, ia telah
begitu fasih menjabarkan tentang sejrah pers melalui Sin Po dan Nasionalisme Etnis
Tionghoa. Boleh digarisbawahi di sini, inilah karya perdana seorang siswa SMA/SMK
dalam Jurnal AGSI.
Baiklah, untuk lebih lengkapnya, kami persilakan Pembaca Budiman untuk
menikmati sajian kami lembar demi lembar. Semoga semakin melengkapi referensi
khasanah sejarah para pembaca sekalian. Selamat membaca!
Salam Jasmerah!

4 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


MERINTIS BAHAN
AJAR ALTERNATIF
Taat Ujianto 1

1
Tatkala negeri ini dirundung berbagai masalah sosial demikian, bila tidak mau disebut gagal. Ah, itu hanya
seperti korupsi, tindak kekerasan komunal, terorisme, kesimpulan sembrono tanpa dasar. Cobalah tanyakan
penolakan keberagaman budaya dan sebagainya, semua ke siswa, Apa pendapatmu tentang pelajaran sejarah?
elemen masyarakat mendambakan perubahan melalui Niscaya, mayoritas akan menjawab, Membosankan,
pendidikan. Agar seluruh persoalan tidak berlarut, pendidikan diulang-ulang dari SMP dan SMA, bikin ngantuk, bikin bete.
digadang-gadang menjadi kunci utama menghentikan Dengan pertanyaan dan jawaban yang sama itu, AGSI dan
pewarisan persoalan itu. Ia diharapkan menghasilkan ISSI dibuat terkesima saat beberapa kali bertatap muka
generasi baru yang kritis, jujur, bermoral tinggi, relijius, dengan siswa dan mahasiswa.2 Bahkan, mahasiswa jurusan
dan nasionalis. Secara khusus, pendidikan sejarah ikut sejarah di sebuah universitas di Jakarta pun menjawab
dipesan agar mampu mencetak generasi berkarakter, sadar demikian. Pelajaran sejarah saat mereka di SMA kerap
terhadap perjalanan bangsa Indonesia, serta memahami dan membosankan. Pertanyaan selanjutnya, Kenapa pelajaran
mengambil hikmah dari nilai-nilai yang mendorong lahirnya sejarah membosankan? Materinya tidak menarik? Ataukah
ke-Indonesia-an serta jatuh bangun selama sekitar 66 tahun. cara pembelajarannya tidak menarik?
Dan ketika semua pihak tergopoh-gopoh melimpahkan nasib
Problem menarik-tidaknya pembelajaran sejarah adalah
bangsa kepada guru, motor penggerak pendidikan, dengan
masalah klasik. Tapi, sebetulnya tidak dapat dianggap remeh.
imbalan tertentu, ternyata masih jauh dari harapan. Kendati
Kalau dibilang sepele, harus diakui, persoalan sesederhana
tuntutan profesionalisme melalui sertifikasi dan tunjangan
itu pun ternyata belum terselesaikan. Di samping itu, ada
untuk menaikkan taraf hidup guru digulirkan agar terpacu
juga masalah lain dalam tataran kebijakan maupun praktik
memikul tanggung jawab masa depan generasi muda, roda
di lapangan. Kita bisa menyalahkan Menteri Pendidikan yang
perubahan tetap berjalan lambat. Tak jarang, mekanisme
diskriminatif membedakan jam pelajaran antara kelas IPA
itu justru kontraproduktif. Tunjangan yang diberikan malah
dan IPS. Kita bisa menyalahkan sistem Kurikulum Tingkat
melahirkan mentalisme, Ngapain susah-susah belajar dan
Satuan Pendidikan (KTSP) yang membuat beban guru makin
memikirkan pendidikan sejarah lagi, Mas! Sekarang kan
berat. Kurikulum sejarah dipandang tidak fokus. Materi
sudah tercukupi semua. Solusi pun menjadi benang kusut.
mana yang esensial untuk membentuk karakter yang kuat
Memperbaiki negeri melalui pendidikan ternyata tak juga tidak jelas, dan seterusnya.
semudah membalikkan telapak tangan dan hanya berseru
Perubahan tidak akan bergulir jika semua pihak saling
kun fayakun kemudian tercapai. Diperlukan kerja keras dan
menyalahkan. Saatnya berbagai elemen masyarakat turut
tahan banting dari ujian dan bangun dari kegagalan. Upaya
memikirkan tentang bagaimana melakukan pembaharuan
dan jatuh bangun inilah yang sedang dialami Asosiasi Guru
pendidikan sejarah dan mengupayakan jalan keluar.
Sejarah Indonesia (AGSI) dan Institut Sejarah Sosial Indonesia
Silakan memilih, mana yang terlebih dahulu diperbaiki dan
(ISSI) dalam mengembangkan pendidikan sejarah. Betapa
dikembangkan.
tidak? Hampir tiga tahun keduanya menggodok berbagai
cara dalam memberikan solusi perubahan, namun roda Maka, AGSI dan ISSI bekerja sama memilih jalur
perubahan belum bisa digulirkan cepat. Hingga akhirnya pengembangan bahan ajar yang menarik. Keduanya mencoba
memutuskan, Yah, mungkin inilah jawabannya! AGSI menciptakan bahan ajar aplikatif dan bisa digunakan langsung
dan ISSI berusaha menjawab masalah pendidikan sejarah di kelas. Ternyata itu pun sulit. Pertanyaannya, bagaimana
dengan merintis bahan ajar alternatif semenarik mungkin mengembangkan pendidikan sejarah yang kreatif, menarik,
yang melibatkan seniman. Sesederhana inikah yang bisa dan sarat nilai kebangsaan. Oleh karena itu, AGSI dan ISSI
diperjuangkan AGSI dan ISSI? Cukupkah hanya pembelajaran sepakat menjawab pertanyaan itu melalui perumusan modul
yang menarik? Untuk menjawabnya, Bapak/Ibu Guru yang bahan ajar yang dapat digunakan guru di kelas.
budiman, marilah berkaca diri dan saling membuka diri,
Seberapa menarikkah saat kita menjalankan tugas di Pengembangan: Bukan Hanya dengan Mengubah Kurikulum
hadapan siswa? Semakin menarik pembelajaran, semakin AGSI dan ISSI memilih upaya penyusunan bahan ajar alternatif
nyaman pula siswa belajar. Dari sanalah, kemudian tumbuh bukanlah kebetulan dan hanya sekadar memilih cara. Pilihan
kesukaan, pemahaman, dan insya Allah, menyerap nilai-nilai ini muncul setelah keduanya melewati rangkaian program
dari pendidikan sejarah. pengembangan pendidikan sejarah sepanjang 2009-2011.
Kenapa Harus Menarik? Diawali gagasan pendidikan sejarah multikultur untuk
menjawab kecenderungan maraknya antikeberagaman,
Pendidikan sejarah belumlah mampu menyumbang
banyak hal dalam melahirkan generasi berkarakter ke-
Indonesia-an yang jelas. Bolehlah sementara disimpulkan 2 Dalam suatu diskusi bertema Wajah Pendidikan Sejarah Kontemporeryang
diselenggarakan Glosarium di Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, 2 April 2011,
sejumlah mahasiswa jurusan sejarah menceritakan pengalaman mereka belajar sejarah
1 Penulis adalah anggota ISSI dan guru SMP Sint Joseph, Jakarta Pusat yang sangat membosankan di SMA.

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 5


sementara Indonesia adalah negara dengan beragam budaya. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Dengan menghayati sejarah keragaman budaya, diharapkan 1. Menganalisis 1.1. Menganalisis perkembangan
terbentuk generasi yang toleran dan nasionalis. Program perkembangan pengaruh Barat dan perubahan
ini melahirkan gagasan bahwa untuk mengajarkan sejarah bangsa Indonesia ekonomi, demografi, dan
yang multikultur perlu pemetaan materi esensial terkait nilai- sejak masuknya kehidupan sosial budaya
nilai multikultur. Sesudah pemetaan tercapai diharapkan pengaruh Barat masyarakat di Indonesia pada
sampai dengan masa kolonial
dapat digunakan sebagai panduan bersama, bahkan dapat pendudukan
direkomendasikan untuk menentukan perubahan kurikulum Jepang. 1.2. Menganalisis hubungan antara
pendidikan sejarah SMA. Kala itu, AGSI dan ISSI berpendapat perkembangan paham-paham
baru dan transformasi sosial
bahwa dengan memperbaiki kurikulum, maka pendidikan dengan kesadaran dan pergerakan
sejarah menjadi lebih baik. kebangsaan
Pada tahap pemetaan materi esensial ini terjadi 1.3. Menganalisis proses interaksi
diskusi dan perdebatan yang alot. Peta materi esensial Indonesia-Jepang dan dampak
pendudukan militer Jepang
yang dihasilkan ternyata bersifat multitafsir dan belum bisa terhadap kehidupan masyarakat
menjadi dasar untuk mengajukan perubahan kurikulum. Peta di Indonesia.
esensial yang dihasilkan mempunyai kelemahan di sana-sini.
Bila menengok dasar-dasar penyusunan kurikulum, ada Pembaca dengan mudah menyimpulkan cakupan materi
berbagai syarat dan alasan yang kuat. Di antaranya mampu sejarah seputar kebangkitan nasional kelas XI sangat luas.
menjelaskan pertanyaan tentang ke mana arah bangsa ini Materi itu harus selesai dalam 3-7 kali pertemuan masing-
mau dibawa, mengapa dibawa ke arah itu, dan bagaimana masing 45 menit (tergantung kebijakan sekolah). Selain itu,
cara membawanya. Maka, untuk menjawab pertanyaan itu dalam KTSP tidak ada acuan jelas menentukan materi yang
dibutuhkan penelitian khusus, tidak hanya bersifat historis dianggap esensial. Ketika AGSI-ISSI merumuskan materi
tetapi juga filosofis. AGSI dan ISSI belum mampu menjawab esensial dalam lokakarya yang dihadiri guru SMA, ternyata
pertanyaan itu. mengalami proses panjang dan penuh perdebatan.

Selanjutnya, jika kita berpikir kurikulum yang Berikut ini penggalan materi esensial era Kebangkitan
diibaratkan sebagai rel dari pendidikan sejarah dipandang Nasional paparan Asvi Warman Adam pada seminar
sebagai solusi perbaikan, berapa kali kurikulum diubah Membangun Paradigma Baru Dalam Pendidikan Sejarah
dan diperbaiki? Kenapa berubah-ubah? Apa dasarnya? Dan yang diselenggarakan AGSI-ISSI di Galeri Nasional, 6 Maret
apakah pendidikan sejarah kemudian berhasil mencerdaskan 2010.
dan membentuk generasi muda berkarakter nasionalis?
Apakah setiap pergantian kurikulum memiliki hubungan Materi Esensial Titik Berat
kesinambungan atau berjalan linier (segaris) seiring
perkembangan ilmu pengetahuan? Jelaslah bahwa orientasi Pergerakan o Dua organisasi nasional yang perlu
pendidikan selalu berubah seiring perubahan rezim. Pada kebangsaan ditekankan adalah Budi Utomo dan
masa pemerintahan Bung Karno (1945-1966), pendidikan pada awal Sarekat Islam. Hanya saja perlu dilihat,
abad XX (dari BU punya keinginan mendirikan
berorientasi sosialis, dan tatkala rezim Orde Baru di bawah etnonasionalisme sekolah karena ada kecenderungan dari
Suharto (1966-1998) memimpin, orientasi pun berubah ke menjadi kelompok lain untuk mendirikan sekolah.
militeristis dan prokapitalis. Sementara, era reformasi (1998- nasionalisme) Tahun 1900 kelompok orang Tionghoa
2011) tampaknya masih kabur tetapi samar-samar bersifat mendirikan sekolah Tionghoa Hwe Koan
prokapitalis. Lihat, bagaimana maraknya perlombaan yang kemudian diikuti keturunan orang
Arab yang mendirikan Jamiatul Khair.
menjadikan sekolah berstandar nasional dan internasional. Pendirian BU tidak bisa dilepaskan
dengan organisasi lain.
Melihat dinamika sejarah kurikulum, proses kelahiran
kurikulum baru seringkali hanya didasarkan adanya o Organisasi lain yang perlu dibahas:
anggapan kegagalan kurikulum sebelumnya. Soal politis erat Perhimpunan Indonesia, PNI, NU, dan
Muhammadiyah
melekat dalam hal itu. Padahal, pendidikan sejarah harus
kritis dan bebas dari kepentingan politis rezim. Bahkan, bila
dikaji mendalam, dunia pendidikan Indonesia ternyata penuh Sumpah Pemuda o Selain sumpah pemuda, perlu juga
dan Manifesto ditekankan tentang Manifesto
kepentingan ekonomi-politik raksasa kapital internasional. Perhimpunan Perhimpunan Indonesia tahun
Indonesia 1925 1925 yang menyebutkan bahwa
Melihat beratnya argumen dan dasar-dasar perubahan persatuan saja tidak cukup tetapi perlu
kurikulum ini, AGSI dan ISSI menyadari belum mampu kemerdekaan di mana di dalamnya ada
memikul tanggung jawab itu. Di sisi lain, peta materi kebebasan, persamaan, dan kesetaraan
esensial juga sarat multitafsir. Subyektivitas guru justru lebih antarkeluarga.
mengemuka. Hal ini terlihat dalam perdebatan di lokakarya o Merupakan suatu keajaiban, karena
AGSI dengan ISSI pada 2010. sebelumnya para pemuda sangat
membangga-banggakan sukunya
Sebelum menanggapi materi esensial, baiknya kita masing-masing.
meninjau Standar Kompetensi/SK (pencapaian standar o Orang-orang tua yang turut membantu
yang harus diberikan guru) dan Kompetensi Dasar/KD dan mendukung: Mr. Soenaryo (turut
(pengetahuan dasar yang harus dicapai murid) dalam KTSP serta sebagai penasehat hukum,
kelas XI program IPS. Menurut ketentuan KTSP, SK dan KD turut serta dalam manifesto PI), Mr.
Sartono, Sukarno dan Tan Malaka
adalah baku dan tidak boleh diubah: (menyampaikan dukungan melalui
surat).

6 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


Lokakarya diawali pembahasan peta materi esensial
yang dihasilkan seminar Membangun Paradigma Baru
Dalam Pendidikan Sejarah.3 (Lihat BOKS). Menurut peserta
lokakarya, peta materi esensial harus dimulai dari SK dan KD
yang berlaku dalam kurikulum. Hasil seminar hanya bersifat
masukan. Oleh karena itu, perumusan akhirnya dimulai dari
SK dan KD dalam KTSP.
Pembahasan SK dan KD pun dimulai. Setiap peserta
memiliki pemahaman berbeda tentang materi yang dianggap
esensial dan tidak. Selama dua hari berturut-turut tidak
tercapai kesepakatan bulat. Padahal, lokakarya diharapkan
menjawab bahan ajar seperti apa yang perlu digunakan guru.

Nama Guru Materi yang Diajarkan Catatan


(Inisial)
Ibu A, mengajar Perbedaan pergerakan dan perjuangan: tujuan, ideologi, Waktu mengajar sangat sempit. Untuk IPS,
di Jakarta kepemimpinan, skala/cakupan pergerakan, bentuk jam pelajaran sejarah hanya 3 jam per minggu.
Pengertian bangsa, kebangsaan Sedangkan IPA, hanya 1 jam per minggu. 1 jam
= 45 menit. Biasanya, dalam 1 jam pelajaran,
Definisi nasionalisme 20 menit habis untuk penertiban kelas,
Faktor pendorong internal: dorongan dalam diri, cendekiawan mengecek kehadiran dan pembukaan.
Organisasi pergerakan (bersifat pilihan, karena waktunya Materi pergerakan nasional bisa dialokasikan
tidak cukup dan bisa membuat anak bosan). Organisasi yang sekitar 3-4 jam pelajaran.
penting: Budi Utomo, Sarekat Islam (SDI dan SI Merah-Putih), Mayoritas siswa kurang minat membaca buku
Indische Partij dan tiga serangkai, Perhimpunan Indonesia, PNI, sejarah, tetapi suka komik, film, dan kuis
PKI. bergambar.
Organisasi keagamaan: Muhammadiyah, NU, Partai Katolik,
Perkumpulan Kristen
Organisasi kepemudaan: Jong Java, Sumatera, Ambon,
Sulawesi, karena nama-nama dalam organisasi ini yang duduk
dalam PPKI dan badan-badan kenegaraan
Sumpah Pemuda: apa itu Sumpah Pemuda, makna dari
setiap diktum. Materi ini dapat menunjukkan bahwa
identitas nasional tidak menghilangkan, tapi merangkum
dan memperkaya semua perbedaan. Suku bangsa, agama,
budaya dan bahasa menjadi kekayaan bangsa Indonesia.
Saat mengajarkan materi ini, kadang anak diminta untuk
memerankan pemuda dari berbagai suku.
Materi berhenti sampai pada GAPI

Nama Guru Materi yang Diajarkan Catatan


(Inisial)
Bapak B, Definisi pergerakan nasional Bahan yang digunakan : Pembukaan UUD 45
mengajar di Faktor pendorong lahirnya pergerakan nasional (intern, (untuk menekankan kemerdekaan sebagai
Sukabumi ekstern). Ketika bicara faktor internal, sering memulai dengan hak), media visual (cuplikan film, gambar, foto)
biografi tokoh, misalnya Sutomo. Dimulai dengan cerita yang didapat dari internet, novel Pramoedya,
Sutomo ketika kecil yang disuruh menunduk oleh orang tuanya pembacaan pembukaan UUD 1945 secara
ketika kereta kuda milik Belanda berlalu. Sutomo kemudian teatrikal.
mempertanyakan perilaku ini. Anak ditugaskan untuk membaca biografi
Dinamika perjalanan pergerakan nasional: masa radikal, masa tokoh dan mencari materi di internet
bertahan, dsb. (Tidak secara spesifik membahas profil-profil Mewajibkan membaca buku tertentu untuk
organisasi. Ini hanya menjadi tugas tambahan anak di rumah) mengatasi minat baca yang rendah.
Mengurai bentuk interaksi Indonesia-Jepang pada masa Persoalan utama: anak hanya mengetahui,
kolonial tanpa menghayati
Kebijakan pemerintah Hindia Belanda tentang interaksi
Indonesia-Jepang
Kebijakan politik pemerintah Jepang pada masa awal dan akhir
pendudukan di Indonesia
Mobilisasi massa untuk kepentingan Jepang
Sikap Jepang terhadap organisasi pergerakan nasional
Pengaruh revolusi Perancis, Amerika Serikat, Rusia dengan
pergerakan nasional dan keragaman ideologi
Penjelasan tentang liberalisme, demokratisme, sosialisme, dll

3 Seminar dihadiri 62 guru SMA dan SMP dari Jakarta, Rangkasbitung, dan
Sukabumi dengan pembicara: Asvi Warman Adam (Sejarawan), Teuku Ramli (BSNP),
Dr. Umasih (Dosen UNJ), dan Ratna Hapsari (Presiden AGSI)

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 7


Nama Guru Materi yang Diajarkan Catatan
(Inisial)
Bapak C, perbedaan perjuangan dan pergerakan Materi tidak disampaikan semua karena waktu terbatas
mengajar di perbedaan bangsa dan Negara Penjelasan yang tidak dapat dikemukakan di kelas,
Rangkasbitung diberikan melalui tugas struktur dan tugas tak
konsep Indonesia
terstruktur.
konsep nasionalisme, perbedaan perjuangan
organisasi gerakan nasional, teori pembentukan Karena keterbatasan jam ajar, anak diminta membuat
bangsa, dsb biografi berbagai tokoh pergerakan nasional, lalu
dikumpulkan dan dibukukan
masuk ke kasus-kasus kecil terkait pergerakan
nasional. Misalnya, bagaimana orang tua Moh. Persoalannya, apakah anak mampu menyerap itu
Hatta menjual tanah mereka agar ia bisa sekolah ke semua?
Belanda Kelemahan di Rangkasbitung, anak sulit mencari sumber.
Pemahaman sampai ke detil, masih sulit. Sehingga anak
hanya mengetahui permukaannya saja, yaitu profil
organisasi
Dengan materi yang banyak, dan jam pelajaran yang
terbatas, dibutuhkan sesuatu yang sifatnya riil sehingga
anak bisa lebih cepat menyerap.
Dibutuhkan media yang bisa menjadi jembatan
agar anak tertarik pada sejarah dan mempercepat
penyerapan anak terhadap materi sejarah, sehingga
tertanam jiwa nasionalisnya. Hingga kini bentuk bahan
ajar kebanyakan masih flash atau power point saja,
tidak variatif, hanya mengacu ke materi, tidak bersifat
merangsang anak

Lokakarya tidak berhasil merumuskan peta materi foto, bahkan film, dibutuhkan sentuhan tangan seniman.
esensial, bahkan tidak ada waktu tersisa membahas bahan
ajar. Namun, ada masukan baru yang menyadarkan Pendekatan Biografi Pelaku Sejarah Sebagai Pembelajaran
peserta lokakarya. Hampir semua guru yang hadir sepakat Efektif
bahwa:
Dari pengalaman AGSI-ISSI, diketahui bahwa antara guru
a. Dengan materi yang banyak, dan jam pelajaran yang yang satu dan lain mempunyai perbedaan menyampaikan
terbatas, dibutuhkan sesuatu yang bersifat riil sehingga materi pelajaran sejarah yang dianggap esensial. Walaupun
anak cepat menyerap. berbeda, mereka bersepakat bahwa bahan ajar haruslah
b. Dibutuhkan media yang bisa menjadi jembatan agar menarik minat siswa, dan bukan buku saja yang mampu
anak tertarik kepada sejarah dan mempercepat menjelaskan segalanya. Untuk membantu pemahaman
penyerapan nilai materi sejarah, sehingga tertanam jiwa materi, pendekatan biografi pelaku sejarah seringkali dipilih
nasionalis. guru agar siswa merasakan semangat zaman melalui tokoh
tersebut. Selain itu, siswa juga akan dikenalkan tentang
Kesadaran baru ini semakin kelihatan bentuknya
bagaimana pergulatan tokoh, dinamika emosi, pilihan sikap,
setelah ISSI menampilkan beberapa contoh pengolahan
dan keberpihakan, jatuh-bangun perjuangan. Singkatnya,
sumber sejarah yang disusun anggota dan seniman ISSI.
pendekatan biografi pelaku sejarah dipandang lebih efektif
Pengolahan materi semacam itu dipandang menarik
daripada pendekatan lain.4
karena kaya visualisasi dan diharapkan membantu imajinasi
siswa. Respons guru sangat positif, bahkan mereka Pada tahap awal merintis bahan ajar alternatif, AGSI-
sangat membutuhkan bahan dalam format visual yang ISSI memilih era kebangkitan nasional sebagai percontohan
menarik, sehingga membuat siswa tertarik belajar. Para karena tidak mungkin seluruh babakan sejarah dikerjakan.
guru menyadari bahwa persoalan solusi mengembangkan Pilihan era kebangkitan nasional karena di masa inilah ide awal
pendidikan sejarah di sekolah bukan hanya dengan ke-Indonesia-an digagas dan dicita-citakan. Dengan mengkaji
mengubah kurikulum. Ada cara lain yang bisa ditempuh era ini, siswa diharapkan mampu memahami dan merasakan
sesuai kapasitas masing-masing. semangat ke-Indonesia-an yang ingin diperjuangkan para
pendiri Indonesia.
Peserta lokakarya pun bersepakat mengembangkan
pendidikan sejarah di masa depan, jalan keluarnya Melalui pendekatan biografi tokoh, sebenarnya ada
memproduksi bahan ajar alternatif, menarik, kreatif, dan banyak hal menarik dan penting diungkap. Dengan menyusuri
sarat nilai kebangsaan. Bahan ajar itu tidak lepas dari acuan biografi tokoh tertentu, keberadaan organisasi pun akan
kurikulum yang berlaku dan bisa digunakan langsung oleh muncul sendiri. Selain itu, daripada hanya jelaskan definisi
guru di kelas sebagai alat bantu yang bersifat interaktif. liberalisme atau istilah asing lain, lebih baik menunjukkan
Untuk membuat bahan ajar yang menarik, peserta lokakarya bagaimana liberalisme menjadi bagian pengalaman tokoh.
secara bulat menyatakan bahwa guru membutuhkan Pengalaman konkret tokoh ini lebih menarik dibanding
kerjasama dengan sejarawan dan seniman. Kerjasama antara analisis sosiologis paham baru. Dengan paparan hal-hal nyata
guru, sejarawan, dan seniman sangat penting. Guru sangat dan terjadi dalam keseharian, siswa diajak ke hal-hal yang
menguasai pembelajaran di kelas, tetapi mereka perlu lebih dekat dengan dirinya. Penghayatan menjadi tujuan
dibantu sejarawan untuk menentukan materi sejarah sesuai
kaidah keilmuan. Sementara, untuk membuat bahan ajar
4 Bandingkan S. Hamid Hasan, Pendidikan Sejarah untuk Membangun Inspirasi dan
menarik dalam bentuk komik, kartun, karikatur, visualisasi Mengembangkan Aspirasi, Jurnal AGSI edisi ke-2, halaman 6-11. Esai ini menjelaskan
tentang kelebihan pendekatan biografi pelaku sejarah.

8 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


utama bila menghendaki perkembangan segi afektif siswa. diketahui banyak orang tanpa harus mengungkapnya
Penghayatan dan mampu merasakan menjadi kebutuhan secara mendalam (dalam bentuk time line) dan menjadi
mendesak daripada kemampuan menganalisa, evaluasi, atau semacam bingkai bagi materi utama atau cerita tokoh
kritik suatu zaman. yang dipilih agar tetap terlihat dalam ruang dan waktu
dari gerak zaman.
Saat merumuskan standar apa saja dalam menyusun
l. Tokoh yang dipilih diharapkan mengungkap pula
bahan ajar alternatif ini, AGSI-ISSI mencoba merumuskan
bagaimana cerita di masa mudanya sehingga diharapkan
beberapa kriteria yaitu:
bisa menjadi cermin bagi siswa didik.
a. Harus menarik (siswa biasanya senang cerita bergambar,
m. Bahan ajar ini dibayangkan sebagai alat penunjang yang
komik, kartun, karikatur, foto, film).
bisa disimpan, terus dipakai, dan tidak basi setelah
b. Membebaskan siswa dari pencapaian target baku dalam anak selesai sekolah.
standar kompetensi.
c. Tidak terbelenggu pada keharusan menghafal profil
organisasi, tapi anak memahami pemikiran yang Tahapan pekerjaan pun dijalani. Pertama, dengan
memotori organisasi. kriteria tersebut, siapakah tokoh yang representatif? Sempat
d. Memuat nilai-nilai keberagaman dan kehendak bersatu. muncul beberapa pilihan seperti: Kartini, Soetomo, Tjipto
Mangoenkoesoemo, Ki Hadjar Dewantara.
e. Tokoh yang dipilih sebisa mungkin mewakili berbagai
elemen, misalnya organisasi, pendidikan, sosial, politik, Setelah berbagai argumen dan pilihan mengemuka,
tokoh, ekonomi, dan perjuangan perempuan. sebagai contoh pertama, pilihan jatuh pada biografi Ki Hadjar
f. Jika peran perempuan terwakili dalam gerakan nasional, Dewantara. Pilihan terhadap tokoh ini bukanlah serba ideal
maka pemikiran terkait dengan nasionalisme juga bisa atau sempurna, ada kelebihan-kekurangan. Untuk Ki Hadjar,
mendalam. Sebab, perjuangan gerakan perempuan unsur representatif dari keragaman budaya sulit dipenuhi.
dan kebangkitan nasionalisme bukan hanya melawan Kesan Jawa sentris tetap menonjol.
penjajahan, tapi juga praktik feodalisme.
Sebagai percontohan, AGSI-ISSI sepakat memilih Ki
g. Menggabungkan antara tematis dan kronologis.
Hadjar. Dalam sepanjang perjalanan hidupnya, ada banyak
h. Ketika membahas pergerakan nasional, jangan hanya sekali dimensi nilai sejarah yang dapat menjadi hikmah bagi
membahas sisi anti-Belanda saja karena banyak tokoh siswa. Melalui perjalanan hidupnya, berbagai tematis dapat
pergerakan yang juga mengkritik feodalisme. dijembatani. Ia pernah bergulat dalam pendidikan, ekonomi,
i. Tokoh yang dipilih tidak hanya menonjolkan pers, kebudayaan, terlibat berbagai organisasi (Budi
kepahlawanannya tetapi juga menggambarkan Utomo, Sarekat Islam, Indische Partij), perlawanan politik
kesehariannya sebagai sosok manusia biasa yang sering terhadap Belanda, perjumpaannya dengan masalah hukum
jatuh-bangun dan tahan banting, setia dan konsekuen yang berlaku di masa itu, melalui kakaknya Soerjopranoto
dalam pilihan perjuangannya. menyentuh masalah perburuhan, feodalisme, hingga
j. Tokoh yang dipilih mempunyai kaitan dengan materi persoalan sehari-hari semasa kecil, remaja, dan saat sekolah.
pelajaran sebelumnya (era negara/kerajaan tradisional)
k. Tetap mencantumkan peristiwa penting yang umum

Skema Tematis
Sampel Bahan
Ajar Biografi
Ki Hadjar
Dewantara Hukum: Transportasi/ mobilitas:
- Adhi Dharma - Kapal uap
- Pengalaman - Kereta api
penangkapan/
pembuangan
Perempuan:
Nyi Hadjar

Pendidikan dan Kebudayaan: Pers: Ekonomi: Politik dan organisasi:


- Taman Siswa (1922) sebagai - Biro pers/ IPB - krisis 1918 - Budi Utomo
konsep sekolah model - De Express - krisis 1931 (resesi) - Ketua SI Bandung
nusantara
- Menulis Seandainya Saya - Bersinggungan dengan - Indische Partij
- Konsep bahasa dan budaya Seorang Belanda Soerjopranoto
nasional - Perhimpunan
- Bersinggungan dengan Indonesia
- Konsep demokrasi dan Tirto Adhi Soerjo
kepemimpinan - Insulinde
- Ordonansi sekolah liar (1932)
- Sekolah guru di Jetis

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 9


Bolehlah kita membayangkan ada jarak antara kehidupan Sebagai keturunan raja Jawa, Soewardi Soerjaningrat
saat ini dan abad ke19-20. Ada semangat dan persoalan (nama kecil Ki Hadjar) lebih banyak hidup bersama kawula
hidup yang berbeda. Untuk memahami dan menyelami alit (masyarakat kebanyakan). Ayahnya, Kanjeng Pangeran
semangat zaman dan menyerap nilai perjuangan di masa itu Aryo Soerjoningrat, sangat merakyat. Dari asuhan ayahnya,
dibutuhkan suatu jembatan. Dengan menelusuri perjalanan ia bersifat kritis terhadap praktik feodal dan mengenal nilai-
hidup Ki Hadjar, siswa diajak memasuki masa lalu. Apa nilai kebajikan. Ia melawan laku dhodhok dan sejak kecil
keistimewaan perjalanan hidup Ki Hadjar Dewantara? Dalam mulai membenci kesewenangan pemerintah kolonial yang
tulisan ini, penulis hanya menggarisbawahi strategisnya tercermin pada tindakan mencabuti papan bertulisan NIET
sejarah hidup Ki Hadjar sebagai jembatan membahas materi TOEGANKELIJK VOOR HONDEN EN INLANDERS (Dilarang
sejarah lainnya.5 masuk bagi anjing dan pribumi) di taman rekreasi Benteng
Vredeburg. Papan larangan itu menghina martabat Ki Hadjar
Ki Hadjar adalah tokoh tiga zaman. Ia mengalami yang sadar sebagai pribumi. Bukankah kesadaran dan sikap
masa kolonial Hindia Belanda, pendudukan Jepang, dan perlawanan terhadap feodalisme serta kesewenangan
kemerdekaan. Di masa kolonial, ia berperan besar menabur kolonial adalah ciri lahirnya era kebangkitan nasionalisme?
benih kebangkitan nasionalisme. Ia pelaku sekaligus saksi Kelak setelah menerima pendidikan barat dan mempelajari
sejarah. kebudayaan barat, nilai budaya Jawa, kesadaran,
kebencian terhadap kolonial, ia mengalami metamorfosa
5 Bandingkan Ibe Karyanto, Taman Siswa: Pendidikan Sebagai Gerakan yang melampaui batas-batas pemikiran pada zamannya.
Kebudayaan, Jurnal AGSI , Edisi ke-2, hlm 12-17.

10 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


Timeline/ Kronologi

1908 1911 1912 .............. 1942

Visualisasi:
ilustrasi, foto,
komik
Visualisasi:
ilustrasi, foto,
komik

Visualisasi:
ilustrasi, foto,
komik

Teks: penjelasan/cerita/anotasi, dll


.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
................................

Pemikiran itu kemudian dituangkan dalam perjuangan di Sediotomo, Midden Java, dan Poesara). Goresan penanya
bidang pendidikan yang tak lain adalah gerakan kebudayaan. tajam dan memekakkan telinga pemerintah kolonial, seperti
tulisannya Seandainya Saya Seorang Belanda. Karena
Soewardi Soerjaningrat aktif melakukan kerja tulisan ini, ia pun dijerat hukum kolonial Belanda. Ia dibuang
agitasi-propaganda dan membentuk organisasi modern dan memilih Belanda sebagai pembuangannya. Namun,
paling awal di awal abad ke-20. Di STOVIA, ia memprovokasi hukuman itu justru mematangkan pribadinya. Ia tetap kuat
perlawanan tentang praktik diskriminatif Kolonial yang menghadapi kesulitan ekonomi meski harus menghidupi
melarang pribumi berpakaian ala Barat. Ia memprovokasi anak dan istrinya di pembuangan. Di Belanda ia mendalami
dengan meledakkan petasan, membaca puisi perjuangan teori pengajaran yang kelak melandasi pendirian Taman
dan antikolonial. Setelah dipaksa keluar dan tidak tamat Siswa.
dari STOVIA ia sempat disorientasi (khas sekali dengan
psikologi remaja). Ia sempat bekerja di pabrik gula tapi tidak Pulang dari pembuangan, ia sempat membantu gerakan
betah dan pindah kerja di apotik. Ia dikeluarkan lagi karena buruh yang dimotori kakaknya, Soerjopranoto, yang dikenal
salah meracik obat. Dalam masa pencarian ini, ia mengasah sebagai raja mogok. Soewardi juga mendirikan sekolah
kemampuannya menulis. Ia pun dikenal luas di kalangan Adhi Dharma bagi pribumi. Di sini, ia mempraktikkan teori
pergerakan dan menjadi bagian penting di dalam gerakan. yang diperolehnya di Belanda sekaligus uji coba sebelum
mendirikan Taman Siswa pada 1922. Taman Siswa makin
Kerja kerasnya itu membawa Soewardi sebagai pejuang berkembang dan didukung banyak kalangan dari kaum
pers (De Expres, Oetoesan Hindia, Kaum Moeda, Tjahaja Timoer, priyayi sampai rakyat jelata. Di masa pengembangan Taman
Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 11
Siswa inilah, Soewardi mengubah namanya menjadi Ki Hadjar Paguyuban Pasundan, Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Dewantara. Indonesia, THHK, Muhammadiyah, Sekolah Diniyah, Kaum
Ulama Majalengka, Pakempalan Kawula Ngayogyakarta.
Menarik membaca Ki Hadjar yang memilih berjuang
di bidang pendidikan dan kebudayaan, sementara banyak Namun, pemerintah kolonial tidak pernah berhenti
temannya memilih bidang politik. Ucapannya yang menarik menghalangi kemajuan Taman Siswa. Anak pegawai
saat ia memulai menggeluti pendidikan bahwa, Kita sudah pemerintah kolonial yang bersekolah di Taman Siswa dicabut
cukup lama menggempur benteng musuh. Kini sudah tunjangannya. Karcis bebas siswa Taman Siswa yang ayahnya
waktunya kita membangun benteng kita sendiri. bekerja di Perusahaan Kereta Api dicabut. Kemudian seluruh
guru yang mengajar di sekolah Taman Siswa wajib membayar
Puncak perjuangan Taman Siswa yang dirintis Ki Hadjar pajak upah kerja. Masalah itu diselesaikan pada 15 Juli 1940
adalah kemenangannya menghadapi Ordonansi Sekolah Liar setelah Ki Hajar bertemu dengan Gubernur Jenderal Hindia
sekitar 1932. Ordonansi ini dikeluarkan untuk memelihara Belanda di Istana Cipanas, Bogor.
ketertiban umum, atau mencegah praktik pengajaran yang
menimbulkan bahaya bagi Belanda. Maka, semua sekolah Ordonansi tersebut akhirnya dibatalkan. Voksraad
harus meminta izin untuk bisa memberikan pengajaran. Izin kemudian mengeluarkan Ordonansi 1933 No 66 pada
dapat ditolak atas dasar sangkaan itu. Ordonansi ini kemudian 20 Februari 1933 yang menyatakan bahwa pelaksanaan
mengundang perlawanan. Pemerintah kolonial sendiri tak ordonansi 1932 ditunda selama setahun dan ordonansi
sanggup memberikan pengajaran yang dibutuhkan sehingga lama diberlakukan lagi. Setelah ordonansi ini keluar, hingga
masyarakat secara swadaya mewujudkan hal itu. Selain pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia berakhir,
itu, pemerintah kolonial menghendaki agar Taman Siswa larangan sekolah liar tidak pernah terjadi lagi.
meminta izin kepada pemerintah. Dalam perkembangannya,
Taman Siswa tetap dianggap sekolah liar dan harus Keberhasilan Ki Hadjar bersama Taman Siswa
dibubarkan. menghadapi ordonansi sekolah liar, merupakan
kegemilangan perjuangan Ki Hadjar. Solidnya perjuangan
Ki Hadjar menolak. Pernyataan protesnya ia tuangkan kaum pergerakan dalam suasana tertib dan damai memaksa
dalam telegram kepada Gubernur Jenderal de Jonge, di pemerintah kolonial menyerah dan membatalkan niatnya
Bogor. Telegram itu ia tulis dalam bahasa Belanda. Isinya mengontrol dan membatasi gerakan pendidikan yang sedang
antara lain sebagai berikut: tumbuh. Taman Siswa tampil sebagai penggerak perlawanan
organisasi pendidikan yang merakyat dan nasional.
... exelensi meneruskan dengan cara diktatoris
pelaksanaan ordonansi mengenai sendi tulang Dari perjalanan Ki Hadjar, setidaknya kita bisa
masyarakat dan adab yang dibuat amat tergesa-gesa menyentuh tema dan peristiwa besar yang selama ini menjadi
setelah anggaran pengajaran (pemerintah) ditolak (oleh materi kurikulum pendidikan sejarah era kebangkitan
Volksraad) menimbulkan kesan bahwa pemerintah nasional antara lain berdirinya organisasi modern (Budi
seolah-olah getar kebingungan dalam soal yang Utomo, SI, Indische Partij), latar belakang lahirnya
mutlak bagi kepentingan rakyat hingga salah mengerti nasionalisme (feodalisme dan kesadaran antipenjajahan),
dan salah langkah. Bolehkah saya memperingatkan Sumpah Pemuda, perlawanan, persatuan, dan dinamika
bahwa makhluk yang tidak berdaya sesuai nalurinya menghadapi kesewenangan pemerintah kolonial tanpa
mempertahankan hidupnya dengan perlawanan seperti kekerasan, pentingnya pendidikan untuk mendobrak
halnya kami mungkin karena terpaksa meningkatkan perubahan.
sikap menjadi perlawanan sekuat-kuatnya dengan cara
diam. Memulai, Selalu Tidak Mudah

Sikap Ki Hadjar juga dituangkan dalam Pusara yang Pada bagian sebelumnya sudah dijelaskan kenapa
menyediakan kolom khusus perlawanan ordonansi secara memilih Ki Hadjar. Langkah selanjutnya menyusun bahan
terus-menerus. Ia mengeluarkan maklumat tentang ajar yang dimaksud bersama seniman. Untuk menghindari
ordonansi ini sebagai berikut: anakronisme dan memenuhi syarat akademik, dilakukanlah
riset kecil sebelum menyusun narasi tentang Ki Hadjar
Untuk melawan tekanan penguasa-penguasa, rakyat Dewantara. Proses ini memakan waktu sekitar empat bulan.
harus menggunakan kekuatan efektif. Betapa pun Data yang diperoleh kemudian dijahit sehingga menjadi
kerasnya mereka meneriakkan protes dan tuntutan- cerita utuh dan kronologis tentang sejarah Ki Hadjar.
tuntutannya, tanpa menggunakan kekuatan tenaganya,
oleh penguasa semua itu paling-paling akan dianggap Pada awal Juli 2011, sejumlah anggota ISSI yang menyusun
rengekkan anak yang manja. Ada dua cara untuk narasi ini memandang materi dapat divisualisasikan bersama
menggunakan kekuatan: secara aktif dan secara pasif. seniman. Maka, pada 1-3 Juli 2011, diadakanlah lokakarya
Cara aktif digunakan bila dua tenaga yang berhadapan pembuatan bahan ajar seperti dimaksud. Ada enam seniman
sama kuat; cara pasif ialah cara yang digunakan jika yang terlibat selama lokakarya ini.6 Mereka mencoba
kekuatan lahir yang satu tidak mengimbangi kekuatan menorehkan narasi dalam bentuk visual antara lain membuat
lahir lawannya. kartun, karikatur, visualisasi foto. Hingga hari ketiga, upaya
kreatif seniman ternyata mengalami kendala sehingga belum
Ki Hadjar mengobarkan perlawanan dengan cara diam mencapai tujuan yang diinginkan. Olahan sementara sangat
untuk menunjukkan tertib dan damai, tata tentrem versi miskin visual. Model dan isi bahan ajar yang benar-benar
Taman Siswa dengan rust en orde versi pemerintah kolonial. alternatif belum tampak. Secara umum, visualisasi yang ada
Terbukti gerakan perlawanan ini berjalan tertib dan didukung berupa ilustrasi. Teks narasi masih mendominasi di sana-sini.
oeh segenap anggota Taman Siswa, bahkan dari organisasi
pergerakan lainnya antara lain Partai Bangsa Indonesia, 6 Para seniman yang terlibat berasal dari ISSI dan Pokjajambubatu. Mereka
mempunyai keahlian di bidang seni grafis dan seni rupa.

12 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


Para seniman mengalami kesulitan membuat karya visual Berkat jejaring dan persahabatan AGSI-ISSI, didapat pula
karena narasi yang dibuat sangat eksak yakni berupa data orang yang dimaksud dan mau membantu pekerjaan itu
(tanggal, peristiwa, dsb) yang dirakit. Belum ada sentuhan secara sukarela7. Hanya ia perlu waktu menyelesaikannya.
emosional yang memungkinkan seniman bisa berimajinasi Karena itu pula, upaya merintis bahan ajar alternatif ini masih
dan melahirkan ide visual (bandingkan contoh narasi di berproses dan belum rampung. AGSI-ISSI memperkirakan
bawah ini). Karena itu, peserta lokakarya merekomendasikan perlu waktu sekitar tiga bulan. Maka, pada 2012, diharapkan
perbaikan narasi dan pengolahan bahan ajar lagi. bahan ajar tersebut kelihatan bentuknya yang memang
benar-benar alternatif sebagai jawaban atas kebutuhan
Alhasil, pembuatan bahan ajar harus mundur satu pengembangan pendidikan sejarah. Semoga.
langkah lagi. Perbaikan narasi harus dilakukan dan ini ternyata
tidak mudah. Diperlukan seseorang yang cukup ahli
mengemas narasi sehingga membantu seniman berkreasi.

7 Kerja AGSI dan ISSI lebih dominan didasari keikhlasan. Para guru, sejarawan,
dan seniman yang terlibat bekerjasama secara sukarela karena sama-sama melihat
pentingnya pengembangan pendidikan sejarah.

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 13


Daftar Sumber:
Risalah Seminar Membangun Paradigma Baru dalam Pendidikan
Sejarah, diselenggarakan AGSI-ISSI, Galeri Nasional, 6 Maret 2010.
Risalah Workshop Pemetaan Materi Esensial Pendidikan Sejarah,
diselenggarakan AGSI-ISSI, Wisma Hijau Cimanggis, Depok, 28-30 Mei 2010.
Risalah Lokakarya Penyusunan Sampel Bahan Ajar Periode
Kebangkitan Nasional untuk SMA, diselenggarakan AGSI-ISSI, Wisma Hijau
Cimanggis, Depok, 9-10 Oktober 2010
Risalah Lokakarya Penyusunan Narasi Ki Hadjar Dewantara untuk
Bahan Ajar Sejarah SMA, diselenggarakan AGSI-ISSI, Wisma PGI, Jakarta
Pusat, 11 Maret 2011.
Risalah Lokakarya Pembuatan Bahan Ajar Kreatif tentang Ki Hadjar
Dewantara, diselenggarakan AGSI-ISSI, Galeri 678, Jakarta Selatan, 1-3 Juli
2011.

14 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


PENGERTIAN PEMANFAATAN
DAN PERKEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN
Oleh Ratna Hapsari 1

juga mengalami perkembangan dan tampil dalam berbagai


A. Pengantar jenis dan format, seperti audio, film, visual, di mana masing-
masing mempunyai ciri dan kemampuan, sehingga perlu
Bagi sebagian besar guru, pemanfaatan media di dalam dilakukan pengelompokkan dan klasifikasi dari bermacam-
pembelajaran sudah tidak merupakan hal baru lagi. Semua macam media tersebut.
guru pasti sudah memahami bahwa penggunaan berbagai jenis
media merupakan bagian penting untuk menyempurnakan Secara etimologi, media berasal dari bahasa Latin medius,
proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa di kelas. yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Menurut Brezt
Sehingga sajian utama jurnal kali ini yang berjudul Pengertian, (1972), media dapat digolongkan dalam tiga unsur pokok yaitu
Pemanfaatan dan Perkembangan Media Pembelajaran suara (audio), visual (gambar), dan gerak. Dari ketiga unsur ini
lebih merupakan tulisan yang bersifat penyegaran atau oleh Brezt, media kemudian dikembangkan dalam 8 klasifikasi
dalam konteks berbagi pengalaman. Harapannya ketika media yang meliputi : (1) audio visual gerak; (2) audio visual
kajian teoritis ini dibaca, maka pemahaman tentang media diam; (3) audio visual semi gerak; (4) visual gerak; (5) visual
akan semakin memantapkan guru dalam meningkatkan diam; (6) visual semi gerak; (7) audio; dan (8) cetak.
kemampuannya memanfaatkan media dalam keseluruhan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Hal ini sejalan Untuk tujuan praktis maka berikut ini akan dibahas
dengan apa yang disampaikan oleh Kemp (1975) bahwa karakteristik beberapa jenis media yang biasa digunakan
dasar dari penggunaan media harus sesuai dengan situasi dalam pembelajaran di Indonesia.
pembelajaran tertentu. Kemp mengatakan. [T]he question
1. Media Visual, salah satu yang termasuk media
of what media attributes are necessary for given learning
visual ini adalah media grafis, yang berfungsi untuk
situation becomes the basis for media selection. Jadi,
menyampaikan pesan yang dituangkan ke dalam simbol-
klasifikasi media, karakteristik media, dan pemilihan media
simbol komunikasi visual. Simbol-simbol yang akan
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam
digunakan ini perlu dipahami dengan benar terlebih
menentukan strategi pembelajaran.
dahulu sehingga proses penyampaian pesan itu dapat
Kata pembelajaran sengaja digunakan sebagai padan berhasil dan efisien. Ada pepatah Cina yang mengatakan
kata instruction dalam bahasa Inggris. Kata ini mempunyai bahwa gambar berbicara lebih banyak daripada seribu
pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika kata kata.
pengajaran (guru mengajar siswa belajar) hanya ada dalam
Misalnya gambar atau foto, kemudian tugaskan siswa
konteks guru dan siswa di kelas atau di ruang belajar yang
untuk melakukan hal sebagai berikut, perhatikan baik-
formal, maka pembelajaran atau instruction mencakup
baik gambar di bawah ini dan buatlah deskripsi singkat
kegiatan belajar-mengajar yang tidak selalu perlu dihadiri
dari gambar atau foto tersebut sesuai pemahamanmu.
oleh guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam instruction yang
ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber belajar karena tidak
adanya kehadiran guru harus terjadi. Hal tersebutlah yang
dinamakan sebagai pembelajaran.
B. Pengertian Media
Dalam pengertian teknologi pendidikan, media
merupakan salah satu komponen dari sistem intruksional.
Pengertian media sering dikacaukan dengan peralatan, maka
untuk menghilangkan kerancuan ini perlu ada pembatasan
yang jelas tentang media. Media adalah bahan atau
perangkat lunak (software), yang berisi pesan atau informasi
pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan
peralatan. Dengan lajunya perkembangan teknologi, media

1 Guru SMAN 6 Jakarta dan Ketua Umum Asosiasi Guru Sejarah


Indonesia

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 15


Kelebihan dari media ini sifatnya konkret, lebih realistis berbarengan, dan mengurangi verbalisme yang mungkin
dibandingkan hanya dengan menggunakan media masih bisa terjadi jika media yang digunakan hanya berupa
verbal saja. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan visualisasi.
waktu, karena tidak semua obyek atau peristiwa dapat Adalah Edgar Dalle yaitu seorang yang melakukan
dihadirkan di kelas. Media lain yang termasuk media penelitian tentang manfaat media dengan mengadakan
visual adalah sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, klasifikasi pengalaman penggunaan media terhadap siswa
kartun, poster, peta, papan flanel dari tingkatan yang paling konkret ke tingkat yang paling
abstrak. Klasifikasi inilah yang kemudian dikenal dengan nama
kerucut pengalaman (cone of experience), yang kemudian
digunakan oleh banyak guru untuk menentukan alat bantu
atau media seperti apakah yang paling sesuai digunakan pada
siswa untuk pengalaman belajar tertentu.

2. Media Audio, contohnya radio, tape recorder,


laboratorium bahasa
3. Media proyeksi diam, film bingkai atau yang lebih dikenal
dengan istilah slide, media transparansi (over head
projector /OHP), televisi, film, video, game (permainan/
simulasi)
C. Pemanfaatan dan Perkembangan Media
Mengapa media diperlukan dalam kegiatan pembelajaran? Keterangan singkat dari kerucut pengalaman belajar
Awalnya media memang hanya digunakan sebagai alat bantu siswa, hasil penelitian Edgar Dalle. Siswa ternyata hanya 10
guru (teaching aids) yang menunjang kegiatan pembelajaran. persen berhasil menyerap pengalaman belajarnya dengan
Tetapi, dengan munculnya perkembangan teknologi pada membaca, 20 persen melalui mendengar (verbal), dan 20
sekitar pertengahan abad ke-20, media pembelajaran juga persen lainnya dengan melihat (visualisasi) remembering
mengalami perkembangan yakni yang tadinya hanya dikenal and understanding. Siswa akan mencapai pengalaman
media audio dan media visual secara mandiri, maka dengan belajarnya sampai 50 persen kalau ia dapat melihat dan
kemajuan teknologi keduanya dapat disatukan menjadi audio mendengar, dan akan mencapai 70 persen (applying,
visual atau audio visual aids (AVA). analysing, and evaluating) jika pengalaman belajar yang
diperolehnya melalui apa yang mereka katakan dan mereka
Dengan kemajuan ini maka pemanfaatan media untuk mampu menuliskannya. Sedangkan kemampuan mencapai
pembelajaran menjadi lebih berkembang karena guru dapat 90 persen (creating) adalah jika mereka dapat melaksanakan
menyampaikan pesan pelajarannya dengan lebih komunikatif, atau melakukan apa yang telah mereka katakan dan tuliskan.
yaitu melalui penglihatan dan pendengaran secara
16 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
Seperti telah disampaikan di atas bahwa menentukan keberhasilan Hayam Wuruk sebagai raja, Hayam Wuruk
media pembelajaran, harus sesuai dengan keseluruhan ternyata juga memiliki beberapa kelemahan yang dapat
rencana pembelajaran dalam situasi tertentu. Ketercapaian mengantar Majapahit ke lembah kehancuran.
perencanaan dan pemanfaatan media tertentu sangat
tergantung pada kemampuan guru dalam menentukan 5. Mengevaluasi (evaluating) dalam tahapan ini siswa
penggunaan kata kerja operasional dalam pencapaian kemudian dapat memberikan penilaian secara obyektif
kompetensi dasar (KD) tertentu. Sekadar berbagi, dalam tentang peranan Hayam Wuruk sebagai raja Majapahit, baik
menentukan kata kerja operasional sebaiknya menggunakan yang merupakan keberhasilan maupun kegagalan. Dalam
tahapan dalam taksonomi yang dikembangkan Bloom dan tahap ini guru dapat membantu siswa untuk memberikan
disempurnakan Anderson. kriteria-kriteria tentang keberhasilan dan kegagalan seorang
raja dalam pemerintahan.
6. Menciptakan (creating) dalam tahapan ini,
siswa diharapkan dapat menciptakan dengan melakukan
sintesis dari apa yang telah diperolehnya dari tahapan
kognitif sebelumnya. Sebagai contoh siswa kemudian
dapat memberikan pandangan positif berdasarkan pada
kriteria-kriteria tertentu, bagaimana seharusnya Hayam
Wuruk sebagai raja dapat mencegah keruntuhan Majapahit
sepeninggalnya.
Dari pengenalan dan pemahaman terhadap tahapan
kognitif yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran,
guru dengan mudah dapat menentukan media yang tepat
untuk digunakan dalam membantu ketercapaian Kompetensi
Dasar dari mata pelajaran yang diampunya. Sebagai contoh,
media yang tepat digunakan untuk tahapan kognitif
mengingat (untuk contoh di atas) salah satunya adalah peta,
yang menunjukkan lokasi kerajaan Majapahit, terkait dengan
lokasi ini maka dapat dikembangkan kepada kondisi geografis,
sistem mata pencaharian penduduk, dan nama raja-raja
Majapahit, misalnya dengan menampilkan diagram silsilah,
dan menunjukkan raja mana yang memiliki peranan penting
dalam kerajaan tersebut. Demikian seterusnya sehingga
Sedikit penjelasan tentang tahapan kognitif Bloom yang media yang digunakan akan berfungsi lebih dari sekadar alat
disempurnakan oleh Anderson dalam versi baru, bantu.

1. Mengingat (remembering) seperti nama, hari, Selamat berkreativitas!


bulan dan istilah-istilah penting merupakan tingkatan
yang paling dasar dalam tahapan kognitif. Mengingat atau
mengenali materi yang sudah dipelajari merupakan landasan Daftar Pustaka
untuk tahapan pembelajaran selanjutnya. Contoh, seperti
mengingat Hayam Wuruk sebagai raja yang telah membawa Anderson, Lorin W. and David R. Krathwol (ed). A Taxonomy for
Majapahit ke jaman keemasan. Learning, Teaching and Assesing, A Revision of Blooms Taxonomy of
Educational Objective. New York: Longman, 2001.
2. Memahami (understanding) di dalam tahap ini
diharapkan dapat menunjukkan pemahamannya dengan Arends, Richard I. Learning to Teach. Fourth Edition, Singapore:
mengubah atau memanipulasi informasi. Contoh, setelah McGraw Hill, 1998.
mampu mengingat bahwa Hayam Wuruk adalah raja Dick, Walter, Carey Lou and James O. Carey. The Systemic Design of
Majapahit yang dapat membawa kerajaannya ke jaman Instruction. Boston Pearson, 2005.
kejayaan, selanjutnya siswa dapat mengidentifikasi dan
menyampaikannya dengan bahasa sendiri langkah-langkah Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:
apa saja yang telah dilakukan Hayam Wuruk sehingga Prenada Media, 2004
Majapahit dapat mencapai kejayaan. Semiawan, Conny R. Landasan Pembelajaran Dalam Perkembangan
Manusia. Jakarta: Centre of Human Competency Development, 2007.
3. Menerapkan (applying) dalam tahapan ini siswa
diharapkan dapat menggunakan informasi yang telah
diperoleh ke dalam beberapa jenis pemecahan masalah.
Misalnya sebagai raja, Hayam Wuruk berhasil mewujudkan
kerukunan beragama di wilayah kerajaannya, mengapa hal
tersebut sulit dilakukan di negara kita saat ini?
4. Menganalisis (analysing), dalam bentuknya
yang paling dasar menganalisis adalah kemampuan yang
melibatkan proses mengamati seluruh entitas dan fenomena,
memetakannya ke dalam bagian-bagian yang terpisah atau
kemampuan menentukan ciri-ciri khusus. Misalnya, di balik
Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 17
Pemanfaatan Teknologi Dalam
Pembelajaran Sejarah
Dewi Suhartini Kantaatmadja

wakil kepala sekolah bidang humas. Oleh karena itu, tugas


tersebut membuat ibu guru yang ramah ini beberapa kali
harus mengunjungi Singapura dan Malaysia mendampingi
peserta didiknya mengadakan sister school. Selain itu, ia juga
menjadi administratur situs sekolah tempatnya mengabdi
(www.sman2bogor.sch.id), juga mengajar di FKIP Universitas
Ibnu Khaldun-Bogor, dan aktif sebagai pengurus PBSI Bogor.

Menurut ibu guru yang sudah mengajar selama lebih dari


dua dasawarsa ini, Sejarah adalah mata rantai batiniah untuk
Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran Sejarah
menghayati apa yang terjadi pada masa lalu, akibatnya
Ibu Dewi Suhartini Kantaatmadja, lahir di Bandung pada pada masa sekarang, dan dampaknya pada masa yang akan
29 Nopember 1965. Ia menyelesaikan S1 Jurusan Pendidikan datang (Suhartini, 2001: i). Mata pelajaran sejarah memiliki
Sejarah di IKIP Bandung pada 1988, dan S2 di Program arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban
Pascasarjana UPI Bandung jurusan Pendidikan IPS pada 2001 bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
dengan tesis Minat Siswa Terhadap Topik-topik Mata Pelajaran Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
Sejarah dan Beberapa Faktor yang Melatarbelakanginya. air seperti tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Enam tahun kemudian, pada 2007, ia meraih gelar doktor dari Nasional nomor 22 tahun 2005. Dengan demikian, maka
Sekolah Pascasarjana UPI Bandung jurusan Pendidikan IPS keberadaan pelajaran sejarah itu sangat penting, bukan hanya
dengan disertasi berjudul Pemanfaatan e-Learning Dalam semata-mata dimaksudkan agar peserta didik mengetahui
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Peserta Didik pada dan hafal tentang peristiwa masa lalu bangsa dan negaranya
Pembelajaran Sejarah. saja, namun diyakini mampu mengajarkan pengalaman masa
lalu yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan
Kariernya dalam dunia pendidikan dimulai pada 1988 masa sekarang bahkan masa mendatang seperti ungkapan
yakni ketika ia diangkat sebagai pegawai negeri sipil di terkenal dari Cicero, Sejarah adalah guru kehidupan
SMA Negeri Cikalongetan, Bandung, tetapi pada 1990 ia (Historia magistra vitae).
kemudian pindah ke SMA Negeri 2 Bogor hingga kini. Di Pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik
sekolah terakhir ini, ia mendapat tugas tambahan sebagai
18 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada melakukan perluasan dan pendalaman terhadap materi yang
masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang diajarkan (Slameto, 1995:180-181). Sementara, Ngatimin dan
berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa Shah (2004: 24-25) juga menyatakan bahwa ICT adalah salah
kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk satu kaedah pengajaran dan pembelajaran mata pelajaran
menghadapi masa datang. Dalam hal ini, mata pelajaran sejarah yang inovatif.
sejarah berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik
Berbekal studi dan pengalaman di dunia pendidikan
agar dapat memiliki nasionalisme dan patriotisme yang kuat,
sepanjang kariernya, Ibu Dewi menyimpulkan bahwa guru
serta siap memasuki masa depan. Karena itulah pembelajaran
sejarah pada masa sekarang harus menguasai dan dapat
sejarah harus diajarkan secara kreatif oleh guru, sehingga
memanfaatkan teknologi. Pemanfaatan teknologi dalam
tidak akan timbul kebosanan dan peserta didik pun tidak
suatu pembelajaran memberi hasil positif, juga pelaksanaan
akan menganggap seakan-akan sejarah sama dengan urutan
proses belajar-mengajar pun menjadi lebih menyenangkan
peristiwa yang terbatas pada peristiwa politik yang jauh dari
dan kondusif sehingga peserta didik termotivasi untuk
kehidupan peserta didik. Hal ini harus dilakukan oleh guru,
belajar. Dalam kaitan ini pula, maka suatu proses belajar
mengingat pembelajaran sejarah yang disampaikan secara
dinyatakan berhasil jika peserta didik berinteraksi dan terlibat
kering dapat mematikan gairah dan minat belajar peserta
selama proses pembelajaran berlangsung. Bercermin pada
didik (Kartodirdjo, 1999:77).
pengalaman perempuan pendidik ini, ragam aktivitas yang
Ibu Dewi yang gemar membaca ini menyatakan bahwa bisa dilakukan peserta didik pada pembelajaran sejarah akan
salah satu cara agar peserta didik berminat untuk belajar menggugah rasa ingin tahu peserta didik dan menghapus
sejarah adalah dengan mengubah proses pembelajaran anggapan bahwa belajar sejarah itu membosankan.
sejarah. Di antara perubahan yang dapat dilakukan adalah
Ibu Dewi Suhartini Kantaatmadja merasa tertantang
penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran sejarah.
untuk mengembangkan pembelajaran sejarah sehingga
Pembelajaran sejarah dianjurkan agar menggunakan media
peserta didik merasakan sesuatu yang memang perlu
yang berpotensi menambah wawasan dan konteks belajar
dipelajari. Ia juga merasa tertantang untuk meningkatkan
serta meningkatkan hasil belajar. Slide, film, radio, televisi,
minat siswa terhadap pelajaran Sejarah. Hal ini membawanya
komputer yang dilengkapi CD ROM dan hubungan internet
pada model pembelajaran sejarah dengan e-learning. Dengan
dapat dimanfaatkan untuk mengakses berbagai informasi
pembelajaran e-learning akan menggugah rasa ingin tahu dan
tentang isu-isu lokal, nasional, ataupun internasional
menghapus kesan bahwa belajar sejarah hanyalah sekedar
(Depdiknas, 2003: 5).
menghapal fakta dan peristiwa. Langkah-langkah yang Ibu
Penelitian Schade (Munir, 2003a: 4) menemukan bahwa Dewi biasa lakukan di sekolah antara lain sebagai berikut:
daya ingat bagi orang yang membaca sendiri adalah yang
Saat memulai pembelajaran, ditampilkanlah layar
terendah (1%). Daya ingat ini bisa ditingkatkan hingga 25%-
monitor foto dan tulisan e-learning di sebelah kanan bawah.
30% dengan bantuan alat pengajaran lain seperti televisi
Gambar berikut adalah tampilan intro website pembelajaran
atau video. Metode pengajaran dan pembelajaran pun dapat
sejarah.
lebih meningkat sebanyak 60% bila media tiga dimensi (3D)
digunakan. Di samping itu, studi yang dilakukan Al-Seghayer Gambar 1. Tampilan Intro Website Pembelajaran Sejarah
pada 2001 (Munir, 2003a: 4) menunjukkan pula bahwa klip
video memberikan kesan yang lebih bermakna terhadap
penguasaan kata (90%), daripada gambar (76%) dan teks
(60%). Multimedia juga memiliki kemampuan menampilkan
konsep tiga dimensi (3D) yang mengesankan, bila kurikulum
pembelajaran dapat direncanakan secara sistematis,
komunikatif, dan interaktif selama proses pembelajaran.
Temuan Nuraini (2003:4) juga menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan penting setelah pemberian materi dan tugas
disajikan dalam bentuk multimedia. Mereka yang belajar
dengan multimedia lebih antusias dan memperhatikan
dengan penuh minat jika dibandingkan mereka yang
belajar hanya dengan menggunakan papan tulis dan kapur.
Tentang kreativitas dalam pengajaran, Ibu Dewi
menyatakan bahwa guru hendaklah kreatif dalam
mengembangkan bahan pelajaran. Mereka harus mampu
memilih, menggunakan model, dan strategi pembelajaran
yang sesuai dengan minat serta harapan peserta didik
dalam mempelajari sejarah. Menurut Kemp (Ibrahim,
2004: 73) suatu program pembelajaran dikatakan sangat
efektif yaitu 1) bila 80% peserta didik mencapai 80% tujuan
pembelajaran; dan 2) makin sedikit tingkat kesalahan
unjuk kerja yang dilakukannya. Dengan mengetahui
kecenderungan minat peserta didik dalam belajar,
khususnya dalam mempelajari sejarah, maka hal
ini bisa dijadikan dasar dan acuan bagi guru untuk

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 19


Peserta didik harus meng-klik tulisan e-learning yang Setelah form registrasi selesai diisi, kemudian peserta
terdapat di sebelah kanan bawah, yang merupakan langkah didik menekan ok dengan mengklik mouse atau menekan
awal untuk dapat memasuki program pembelajaran sejarah enter.
selanjutnya. Pada tampilan awal website pembelajaran
sejarah, saat peserta didik akan mulai belajar tampak pada
layar monitor ucapan: Selamat Datang sebagai pembukaan.

Di sebelah kanan atas terlihat gambar manusia purba


dan di sebelah kiri atas terlihat gambar globe. Pada bagian
kiri ada tulisan Konten, yang isinya terdiri dari enam bab
materi pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta
didik. Sedangkan, pada bagian kanan ada berbagai pilihan
yaitu Home, Registrasi, Login dan Faq.

Gambar 3. Tampilan Form Registrasi

Setelah selesai melakukan registrasi, dan tercantum pada


list user, peserta didik diharuskan login. Pada form login,
peserta didik diharuskan menulis username dan password
yang sebelumnya telah didaftarkan pada saat registrasi.

Gambar 2 Tampilan Awal Website Pembelajaran Sejarah

Peserta didik diminta untuk melakukan registrasi terlebih


dahulu. Ada tujuh kolom yang harus diisi oleh peserta didik
pada saat mengisi Form Registrasi yaitu menulis nama
lengkap, No Induk Peserta didik, Alamat, Account, Password,
Password lagi dan e-mail.

Gambar 4. Tampilan Form Login

Konten sebagai menu utama, menampilkan materi-


materi yang akan dibahas dalam pembelajaran. Tampilan
menu utama berupa daftar pokok bahasan yang akan
dipelajari peserta didik.Peserta didik yang akan mempelajari
Bab I, tinggal meng-klik bagian itu, maka akan muncul pokok
bahasan juga sub-sub pokok bahasan yang terdapat di dalam
Bab I, sehingga peserta didik dapat langsung memilih bahasan
mana yang akan dipelajarinya, demikian pula dengan bab-
bab lainnya.

20 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


Gambar 5 . Tampilan Materi Pembelajaran

Di akhir pokok bahasan peserta didik diharuskan


mengerjakan evaluasi. Waktu yang tersedia untuk
mengerjakan evaluasi dibatasi selama 45 menit, waktu
45 menit ini setara dengan satu jam pelajaran di kelas Gambar 6. Tampilan Soal Evaluasi
tradisional. Dalam evaluasi, peserta didik diberi soal-soal
pemahaman yang berbentuk pilihan ganda dengan lima Setelah selesai melakukan evaluasi dan melihat jumlah
option. Setelah evaluasi selesai dikerjakan, komputer akan nilai yang diperolehnya dalam evaluasi itu peserta didik
langsung memperlihatkan jumlah nilai peserta didik yang dapat keluar dari web site pembelajaran Sejarah setelah
diperolehnya dalam evaluasi itu. melakukan log out terlebih dahulu.

Daftar peserta didik yang mengikuti pembelajaran


Sejarah dengan e-learning tercantum pada List user. Dalam
List user ini dapat dilihat nomor induk peserta didik, nama
lengkap, alamat rumah, alamat e-mail dan score peserta
didik.

Gambar 6. Tampilan Evaluasi

Pada saat peserta didik akan mengerjakan evaluasi Bab I,


maka peserta didik harus meng-klik bagian itu, demikian pula
jika peserta didik akan mengerjakan evaluasi bab lainnya.
Dalam evaluasi terdapat soal-soal pilihan ganda yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 21


KLINIK
PEMBELAJARAN
Disajikan oleh : Ratna Hapsari

Pengantar

Para pembaca jurnal AGSI yang setia, pada edisi ke 5 ini, redaksi akan menyampaikan sebuah metode pembelajaran yang relative
masih baru untuk kegiatan pembelajaran di sekolah. Metode ini disebut dengan hypnoteaching, yaitu sebuah metode yang dapat
diterapkan di dalam kegiatan pembelajaran baik yang formal maupun non formal. Tetapi ada hal yang penting diingat bahwa tidak
ada satu metodepun yang bisa dengan tepat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas, karena semuanya masih tetap
memerlukan kreativitas, inovasi dan niat guru dalam meningkatkan kemampuan siswanya dalam beberapa aspek.

Klinik ini diasuh oleh : Ratna Hapsari guru sejarah SMA Negeri 6 Jakarta, dapat dihubungi melalui e-mail: ratna.rudjito@gmail.
com , @tribuana98, dan cell: 0815 873 9089

Pertanyaan: berjalan, bukan karena usianya yang membuat ia berjalan,


andaikan ia melihat orang di sekitarnya merangkak maka ia
Apakah yang dimaksud dengan hypnoteaching itu? akan merangkak juga.

Jawab : Pertanyaan:
Hypnoteaching adalah sebuah metode pembelajaran yang Apakah yang dimaksud dengan gelombang otak manusia?
digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
menggunakan bahasa-bahasa yang mampu mengaktifkan Jawab:
bawah sadar manusia (hypnosis) yang ternyata memiliki
pengaruh dominan terhadap cara kerja otak manusia. Ada beberapa jenis gelombang otak, yaitu Beta, Alpha,
Hypnoteaching berasal dari kata hypnosis, yaitu nama dari Theta, dan Delta, yang dapat diukur dengan menggunakan
dewa tidur bangsa Yunani alat yang disebut dengan Electroencephalography (EEG).

Pertanyaan: Beta (12-25 cycles per second/cps). Pada kondisi ini


seseorang sedang berada dalam kesadaran penuh dengan
Dapatkah dijelaskan lebih lanjut tentang apa yang pikiran sadar yang sangat dominan sehingga ia mampu
dimaksud dengan hypnosis? mengerjakan beberapa kegiatan dalam waktu yang bersamaan
seperti, mencatat sambil bernyanyi atau mengobrol dengan
Jawab: teman sebangkunya

Hypnosis dapat didefinisikan sebagai bagian dari seni Alpha (7-12 cps). Pada kondisi ini seseorang mulai
komunikasi, yang digunakan untuk mempengaruhi seseorang berkurang sikap kritisnya, berganti menjadi analistis dan
dengan merubah tingkat kesadarannya, yaitu dengan cara waspada, ia mulai membuka pikirannya untuk menerima
menurunkan gelombang otak dari beta menjadi alpha masukkan, ini terjadi jika seseorang berada dalam kondisi
dan theta. Atau secara singkat hypnosis adalah proses santai, relaks atau kondisi menjelang tidur
memasukkan informasi ke dalam pikiran seseorang.
Theta (4-7 cps). Pada kondisi ini seseorang cenderung
Pertanyaan: berada dalam kondisi yang sangat relaks, dengan pikiran
bawah sadarnya, tetapi panca inderanya masih tetap aktif
Mengapa melalui pikiran? dan dapat menerima stimulus dari luar, artinya dalam kondisi
seperti ini ia masih dapat menerima masukkan dari luar.
Jawab: (hypnotheraphy)
Karena segala sesuatu yang berupa tindakan berakar dari Delta ( 0,5-4 cps) pada kondisi ini seseorang berada
pikiran, semua orang mulai dari anak-anak sampai manusia dalam kondisi tidur yang sangat pulas tanpa mimpi, panca
dewasa melakukan segala sesuatu karena mempunyai pikiran. indera sudah tidak aktif dan tidak dapat menerima masukkan
Contoh: mengapa bayi terdorong untuk belajar berjalan? dari luar
Karena ia berpikir dan melihat semua orang di sekitarnya
22 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
Pertanyaan: bagi seseorang untuk melakukan sesuatu lebih baik dari
sebelumnya.
Bagaimanakah langkah-langkah untuk melaksanakan
Hypnoteaching? 5. Modeling : adalah proses dalam memberikan
keteladanan, melalui ucapan dan perilaku guru yang konsisten,
Jawab: sehingga siswa memiliki trust atau kepercayaan kepada
kita. Memberikan satu contoh perilaku yang baik akan lebih
1. Niat dan Motivasi : untuk dapat melaksanakan berarti dibanding menyampaikan seribu nasehat. Modeling
hypnoteaching dengan baik, guru harus mempunyai niat merupakan kunci keberhasilan guru dalam melaksanakan
yang kuat untuk melakukannya. Karena hanya dengan niat metode hypnoteaching dalam pembelajarannya.
yang kuat maka akan memunculkan motivasi dan komitmen
yang tinggi untuk menggunakan metode ini dalam proses Pertanyaan:
pembelajarannya.
Kemampuan apa yang harus dimiliki guru, agar dapat
2. Pacing : ini merupakan bagian yang paling mendasar melaksanakan hypnoteaching dengan berhasil?
untuk dapat mengusai metode ini, yaitu bagaimana guru dapat
menyamakan gelombang otak dalam situasi belajar dengan Jawab:
siswanya. Sebelum menyampaikan materi, buatlah suasana
kelas dan perasaan siswa nyaman terlebih dahulu misalnya 1. Kuasai materi pelajaran secara lebih komprehensif
melalui sapaan, gerak tubuh, posisikan diri kita adalah bagian
dari mereka. Pada umumnya manusia cenderung dapat 2. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
berinteraksi dengan baik jika bersama dengan manusia lain
yang memiliki kesamaan. 3. Lakukan interaksi informal lebih banyak dengan siswa

3. Leading : berasal dari kata lead yang artinya 4. Berikan kewenangan dan tanggung jawab terhadap
memimpin, setelah proses pacing berhasil (siswa sudah berada pelajaran kepada siswa
dalam kondisi tenang, tidak ada perasaan takut, perasaan
5. Meyakini bahwa setiap siswa memiliki gaya dan
tertekan dan lain-lain) maka mulailah dengan mengarahkan
kecepatan belajar yang berbeda
siswa untuk melakukan tindakan yang kita inginkan, seperti
mendengarkan penjelasan, dan melaksanakan kegiatan 6. Memberikan kesempatan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran lainnya. sesuatu secara kolaboratif dan kooperatif
4. Gunakan kata-kata positif dan lakukan pujian 7. Memberikan keyakinan kepada siswa bahwa
: langkah berikut ini adalah langkah yang mendukung mereka mampu
keseluruhan proses hypnoteaching, terutama pada pacing
dan leading tadi, biasakan mengawali kegiatan pembelajaran 8. Upayakan materi pelajaran disampaikan secara
dengan menggunakan kata-kata positif, bawah sadar manusia kontekstual
pada umumnya menolak kata-kata negatif, sebagai contoh
hindari penggunaan kata jangan, misalnya hey jangan Salam dan selamat berkreativitas!
ribut gantilah dengan anak-anak harap tenang ya. Berikan
sebanyak mungkin reward, hebat kamu, jawabanmu bagus
sekali, hindari terlalu banyak punishment dan memberikan
labeling kepada siswa, seperti Kamu ini kok bodo banget
sih, sudah diterangkan berkali-kali tetap saja tidak mengerti
gantilah dengan Coba beritahu bapak/ibu bagian mana
Catatan : Redaksi berhak untuk mengedit, menolak, dan tidak
sih yang tidak kamu mengerti? Pujian yang tulus dapat
memuat pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada relevansinya
meningkatkan harga diri seseorang dan membantunya
dengan tujuan rubrik, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
membangun konsep diri, pujian dapat menjadi motivasi

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 23


SEMILOKA SEJARAH LOKAL
DI PURBALINGGA

P urbalingga, kota yang terletak di timur laut Purwokerto,


di akhir bulan Juli menyisakan satu kisah tersendiri
terutama bagi guru-guru sejarah di kota yang sejuk ini.
Di hari itu, aktivitas ekonomi dan lain-lain warganya tetap
berlangsung normal. Pasar tetap dipenuhi oleh transaksi
menguraikan dari sisi sejarah disampaikan oleh M. Fauzi
(Institut Sejarah Sosial Indonesia/ISSI) dan sisi hukum serta
pemerintahan disampaikan oleh Ganjar Pranowo (anggota
DPR-RI dari Fraksi PDI-P). Sedangkan bagian kedua mengenai
sisi kurikulum pembelajaran sejarah disampaikan oleh Ratna
antara pedagang dan pembeli. Jalan-jalan juga tidak disesaki Hapsari (Ketua Umum AGSI).
oleh kendaraan bermotor yang saling berebut mencapai
tempat tujuan. Kehidupan seolah berjalan seperti biasa. Sebelum semiloka dimulai, sambutan dari Kepala Dinas
Suasananya tenang dan ketenangan ini turut membentuk Pendidikan Purbalingga, Ruskanto, penting dipandang dari
karakter warga kota ini dalam menyikapi keseharian ataupun segi pembelajaran dan pendidikan karakter. Ia menekankan
kehidupan bermasyarakat. Setidaknya itulah kesan umum pentingnya sejarah sebagai bagian dari kecintaan terhadap
tentang kunjungan bangsa. Ia juga menekankan arti penting peninggalan sejarah
kawan-kawan AGSI ke yang berada di wilayah Purbalingga sebagai pembelajaran
Purbalingga pada 29-30 bagi siswa. Dalam konteks ini, sejarah Purbalingga tak bisa
Juli lalu. diabaikan pula dalam muatan lokal.

Kunjungan kali ini Selesai sambutan dari Kepala Dinas Pendidikan


dalam rangka seminar Purbalingga tersebut, diskusi bagian pertama semiloka ini
dan lokakarya (semiloka) dimulai. Fauzi memaparkan tentang masa demokrasi terpimpin
sejarah Indonesia yang dengan fokus pada perkembangan ekonomi, kebudayaan, dan
berlangsung di kantor/ juga politik. Dalam teks sejarah, masa ini yang juga disebut
aula Dinas Pendidikan sebagai era Soekarno memang menjadi bagian menarik di
Kabupaten Purbalingga. ujung kekuasaan Soekarno. Ketegangan antarkekuatan politik
Penyelenggara adalah yang ada pascapemilu 1955 berimbas pada bidang-bidang lain.
Musyawarah Guru Tarik-ulur soal nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing
Mata Pelajaran Sejarah misalnya menjadi topik menarik sejak kebijakan itu digulirkan.
Purbalingga. Tema yang Soal ini mempunyai andil pula dalam kejatuhan pemerintahan
diangkat dalam diskusi Soekarno karena menyangkut kepentingan modal (capital) di
adalah masa demokrasi dalamnya. Pembangunan infrastruktur pada masa ini juga
terpimpin hingga bukan sesuatu yang mudah, baik dari segi dana maupun
transisi kekuasaan di tenaga ahli. Di sisi lain, ada upaya untuk menjalankan program
pertengahan 1960an. bagi rakyat melalui proyek pembangunan rumah bagi buruh
Peserta diskusi di wilayah Jakarta. Contohnya, Gubernur Jakarta Brigjen
berasal dari guru Soemarno Sosroatmodjo pada akhir 1960 mengeluarkan
IPS/sejarah sekolah peraturan yang mewajibkan semua perusahaan yang
menengah pertama memekerjakan lebih dari dua puluh buruh untuk membangun
dan atas, kejuruan, perumahan minimum secara bertahap. Tanah dan bahan
dan madrasah bangunan untuk itu disediakan oleh pemerintah daerah, dan
tsanawiyah setempat perusahaan daerah menyetor dana sekitar Rp 50 ribu untuk
dan Purwokerto. setiap bangunan. Proyek pertama adalah pembangunan
Sekitar tiga puluhan rumah minimum berukuran 50 m di wilayah Cempaka Putih,
lebih peserta hadir Jakarta Pusat, untuk menampung sekitar 10.000 keluarga.
dalam diskusi yang Masa demokrasi terpimpin sebagai topik dalam
berlangsung sejak pembelajaran sejarah menawarkan banyak hal yang bisa
pukul 9 pagi hingga diajarkan kepada murid, dan tidak selalu peristiwa politik
2 sore itu. mendominasi semua uraian tentang periode itu. Seperti
Semiloka dijelaskan pula oleh Fauzi, soal tenaga ahli atau tenaga
sejarah era profesional contohnya pada masa itu merupakan hal lain
d e m o k r a s i yang juga penting dijelaskan dalam kaitan pembangunan
terpimpin ini pada masa demokrasi terpimpin. Selain itu, menurut Fauzi,
menghadirkan upaya Soekarno mengisi Jakarta dengan gedung dan patung
tiga pembicara seharusnya dilihat pula dari sisi lain dalam kaitan dengan
yang dibagi dalam nasion dan karakter bangsa dan tidak melihatnya hanya dari
FotoDok. oleh: Ratna Hapsari
dua bagian. sisi keuangan atau ambisi arsitektur atau seni Soekarno.
Bagian pertama Ganjar Pranowo, sebagai pembicara kedua, mengurai

24 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


masa demokrasi terpimpin dan pemerintahan dari sisi Dalam sesi tanya-jawab, pertanyaan yang diajukan para
legalistik. Ia menguraikan paparan tentang era demokrasi peserta juga tak kalah menarik. Pertanyaan beragam yaitu
terpimpin ini dengan cara yang menarik, dan tak menyangkut kurikulum, materi esensial, dan bahkan tentang
memisahkannya dengan situasi kekinian. Ia pun memasukkan peristiwa sejarah yang masih menjadi perdebatan di kalangan
produk-produk hukum terkait uraiannya tentang masa ini. sejarawan sendiri yaitu peristiwa 65. Pertanyaan para guru
Pranowo dalam paparannya setidaknya membuka wawasan Purbalingga yang hadir dalam semiloka itu tergolong kritis dan
bagi guru-guru yang hadir tentang pentingnya melihat atau ini pula yang membuat suasana diskusi tidak membosankan
mempelajari produk-produk hukum pada masa ini untuk dan guru-guru tetap mengikuti jalannya diskusi hingga acara
memahami era demokrasi terpimpin dan bahkan sesudahnya. ini selesai.
Dalam studi sejarah hukum, berbagai produk yang lahir Kegiatan yang berlangsung sejak pagi hingga sore hari
pada masa demokrasi terpimpin ini memang belum banyak ini menyisakan banyak hal tentang pentingnya sejarah dalam
menjadi satu kajian mendalam, juga menjadi bahan ajar dalam pendidikan. Juga, kegiatan semacam ini penting untuk saling
memahami periode krusial dalam perjalanan sejarah bangsa tukar pengalaman baik antara guru-guru yang berada di
ini. Penjelasan Pranowo setidaknya mengingatkan para guru wilayah Purbalingga dan guru-guru dari kota sekitarnya, dan
untuk tidak mengabaikan aspek hukum ketika menjelaskan antara guru-guru Purbalingga dan individu atau kelompok
tentang era demokrasi terpimpin kepada para siswa. yang mempunyai perhatian terhadap dunia pendidikan
khususnya sejarah. Semangat guru-guru Purbalingga dan
Pembicara ketiga yaitu Ratna Hapsari menjelaskan Purwokerto untu hadir dalam acara ini menunjukkan bahwa
tentang kurikulum berdasarkan pengalamannya sebagai guru komunikasi dan diskusi sesama rekan seprofesi atau pihak
di sekolah menengah atas. Hapsari dengan bersemangat lain yang punya perhatian yang sama terhadap sejarah cukup
mengurai pentingnya kreativitas guru dalam mengajar penting dan besar manfaarnya. Kontak atau komunikasi
dan mengolah bahan ajar sehingga menjadi sesuatu yang antarguru yang hadir dan peserta lain tidak hanya berhenti
menarik bagi siswa untuk mengetahui lebih mendalam lagi. di semiloka ini seperti harapan beberapa guru yang hadir usai
Ia menekankan pentingnya bahan ajar yang inovatif dan acara.
menarik sehingga menggugah siswa untuk tertarik kepada
pelajaran dan sekaligus memacu guru untuk terus berkreasi Aktivitas serupa di masa depan mungkin tidak berhenti
dan menemukan cara yang tepat mengajar di kelas. Paparan pada semiloka ini, mengingat ilmu pengetahuan selalu
Hapsari tidak hanya menjadi suatu tantangan bagi para guru berkembang dengan temuan baru atau kajian terbaru
untuk menyampaikan pelajaran dengan cara yang menarik menyangkut sejarah. Seperti harapan penyelenggara semiloka
bagi siswa, tetapi juga bagaimana menghasilkan bahan ajar ini bahwa dalam penulisan materi pembelajaran guru mampu
yang inovatif sekaligus menarik. melakukan inovasi kreatif dan penalaran yang inspiratif
kepada siswa. Hal itu agar siswa tidak sekadar menghafal
Uraian Hapsari itu berdasarkan pengalamannya mengajar peristiwa tetapi siswa dapat diarahkan berpikir kritis dengan
dan berkutat di bidang kurikulum bahan ajar selama bertahun- cara pandang yang rasional melalui pendekatan kontekstual.
tahun sebagai guru. Ia menjelaskan tentang bagaimana
seorang guru menggunakan kurikulum yang ada secara Selain itu, semiloka ini dapat mengubah paradigma
kreatif. Memang, seperti pengakuannya, guru tak mudah dalam proses pembelajaran di kelas, yang diperoleh guru
menyajikan suatu bahan ajar yang menarik dan menggugah melalui pendekatan telaah informasi pendidikan, memiliki
siswa untuk tertarik pada pelajaran itu. Hal itu sejalan pula kemampuan dalam penulisan bahan ajar yang menarik dan
dengan tujuan semiloka kali ini yakni supaya guru memiliki tidak saling bertentangan. Paradigma harus diubah dengan
penguasaan standar untuk melakukan pengembangan materi pemahaman pendekatan historis tanpa membangun dendam
pembelajaran sejarah, berupa kemampuan pembuatan sehingga tidak terjadi permusuhan yang berujung pada
berbagai bentuk inovasi metodologi pembelajaran dan kekerasan antar sesama. Pendekatan ilmiah juga diharapkan
penulisan bahan ajar sehingga proses pembelajaran menarik dapat berfungsi sebagai sumber belajar baru bagi guru dan
bagi siswa dan menyenangkan. pihak sekolah satuan pendidikan. Sementara nilai aplikatif
yang dapat diperoleh sekolah adalah memiliki sumber belajar
Rangkaian semiloka ini memang bertujuan agar guru internal (guru peserta) yang memiliki kemampuan bertambah
memperoleh manfaat berupa penambahan kemampuan dalam hal kemampuan mengomunikasikan informasi sekolah
yang terukur di bidang pengembangan penulisan materi dalam bentuk komunikasi tulisan; terselesaikan satu konsep
pembelajaran, yang akan mendukung kemampuan guru pembelajaran yang lebih komprehensif sebagai sumber
dalam proses pembelajaran; juga guru mendapat pengalaman belajar di sekolah dan dapat menjadi referensi kepustakaan
dari para pembicara terutama dalam pembahasan materi sekolah; dan terselesaikan satu tulisan sejarah yang mendekati
esensial; selain itu guru dapat membandingkan kemampuan, kebenaran dan obyektif dengan perspektif pendidikan, serta
sekaligus bertukar gagasan tentang penulisan materi bahan dapat dipublikasi kepada khalayak melalui media cetak dan
ajar dengan peserta lain atau pembicara seperti Hapsari. atau internet. (TU/MF)

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 25


SIN PO DAN NASIONALISME
ETNIS TIONG HOA
Sherley Amelita1

1
Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali status sebagai orang Eropa. Tidak ada informasi khusus
mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada yang menyatakan siapa yang mencetuskan adanya koran ini.
2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Koran ini mempunyai beberapa bahasa, yaitu bahasa Melayu,
Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Wahid menindaklanjuti Mandarin, Tionghoa, Indonesia dan Belanda. Sin Po adalah
dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 koran pertama yang memuat teks lagu Indonesia Raya. Teks
bertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai lagu tersebut diminta khusus oleh W.R Supratman sendiri
hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang untuk di publikasikan di Sin Po.
merayakannya). Barulah pada 2002, Imlek resmi dinyatakan
sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Selain itu, Sin Po juga banyak memuat tentang perjuangan
Soekarnoputri mulai tahun 2003. Peran etnis Tionghoa pun nasional Indonesia maupun etnis Tionghoa. Koran ini juga turut
lebih besar setelah peristiwa tersebut. memelopori penggunaan nama Indonesia sebagai pengganti
nama Hindia Belanda, dan koran ini banyak pula menuliskan
Dalam hal kepahlawanan, dari 152 orang pahlawan artikel tentang pendapat mereka yang tidak menyetujui
nasional Indonesia, hanya satu yang beretnis Tionghoa. perbuatan para aparatur kolonial. Semua komentar ataupun
Kemungkinan hal ini berkaitan dengan peristiwa G 30 S berita yang dimuat Sin Po mempunyai pengaruh sangat
yang diduga melibatkan negara RRC sehingga menimbulkan besar terutama terhadap masyarakat kolonial. Banyak juga
trauma tersendiri bagi Indonesia. Sebenarnya sebelum negara orang yang sependapat dengan pendapat mereka sehingga
Indonesia terbentuk, etnis Tionghoa sudah banyak berperan berkembang menjadi suatu aliran politik yang dikenal sebagai
terutama dalam hal penyebaran informasi melalui media aliran Sin Po.
massa, contohnya koran Sin Po yaitu koran pertama yang
memuat teks lagu kebangsaan Indonesia, Indonesia Raya. Memasuki 1924 keadaan keuangan perusahaan masih
belum stabil. Edisi Jawa Timur dan Tionghoa terus merugi.
Sejarah Koran Sin Po Edisi Jawa Timur misalnya sebagian isinya dicetak di Jakarta
dan setiap hari dikirim dengan kereta api cepat ke Surabaya,
Koran Sin Po pertama kali terbit pada 1 Oktober sementara sebagian lagi dicetak di Surabaya. Dengan
1910 di Batavia dalam bahasa Melayu. Pemimpin redaksi kesibukan seperti itu, maka Sin Po memiliki bagian redaksi
pertama adalah Kwee Heng Tjiat yang sudah mendapat dan percetakan di Surabaya yang dipimpin oleh Lim Boek Sioe
yang diutus dari Jakarta (Memoar Ang Yan Goan, 2009; 44).
1 Siswa SMAK 7 BPK Penabur, Perum Bukit Kencana II, Jl. Abadi
III Blok FF/8, Jatimakmur, Pondok Gede; e-mail: sakurahikari110495@ Awal 1925, keuangan Sin Po pulih. Pada 1928, Sin Po juga
gmail.com pernah memuat artikel tentang rapat PPPKI (Permufakatan
26 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
Sin Po, maka terbentuklah sebuah aliran yang disebut sebagai
aliran Sin Po. Jajaran redaksi Sin Po juga tergabung dalam
aliran tersebut. Selain itu, mereka jugalah yang berhasil
melakukan kampanye terhadap kawula Belanda (Wet op het
Nederlandsch Onderdaanschap, selanjutnya disebut WNO)
dengan mendapatkan tanda tangan 30.000 orang Tionghoa
yang tidak mau menjadi kawula Belanda. Pada 1930, ada
Perhimpunan Politik-politik Kemerdekaan Indonesia). Pada tiga kelompok aliran yang berpengaruh. Sin Po adalah aliran
1936, Sin Po dilarang terbit selama delapan hari karena tertua dari yang lain. Aliran ini dibentuk oleh Tjoe Bou San dan
memuat artikel-artikel tentang pergerakan anti-Jepang. kemudian dilanjutkan oleh Kwee Kek Beng. Pada 1930-an,
Pemerintah Hindia Belanda menganggap hal itu dapat aliran Sin Po mulai menurun. Ini menjadikan mereka sebagai
membahayakan hubungan baik antara Jepang dan Hindia sasaran empuk pemerintah Hindia Belanda. Dapat dikatakan
Belanda. Pada 1941, tanpa peringatan apa pun, Sin Po edisi di sini bahwa antara aliran Sin Po dan koran Sin Po sangatlah
Tionghoa diberhentikan. Setahun kemudian yakni pada 1942, erat kaitannya. Dengan berakhirnya peredaran Sin Po, maka
Sin Po diberhentikan karena terdengar beberapa kali suara aliran Sin Po lambat laun juga menghilang.
ledakan dahsyat yang disebabkan gempuran pasukan Jepang.
Banyak sekali tokoh Tionghoa yang tergabung dalam
Tahun 1945, Sin Po kembali terbit dan yang terdengar aliran Sin Po dan perjuangan mereka tidak bisa diabaikan.
adalah tentang kemerdekaan Indonesia. Beberapa tahun Liem Koen Hian adalah salah satu orang Tioghoa yang
kemudian, pada 1962, Sin Po pun berganti nama menjadi Warta ikut merancang UUD 1945, tetapi akhirnya ia meninggal
Bhakti, yang pada akhirnya dibredel oleh pemerintah pada dengan status warga negara asing. Ia juga pernah ikut dalam
1965 setelah peristiwa G 30 S. Pernah terjadi pembaruan Sin pergerakan bawah tanah bersama Amir Sjarifuddin, tetapi
Po di beberapa edisi. Di edisi bahasa Indonesia, hanya terjadi pada akhirnya ia ditahan sementara Amir dilepaskan karena
perubahan kecil yakni ada tajuk yang berbobot dan juga cerita ada koneksi dengan Soekarno. Dari semua perjuangan
bergambar. Dalam bahasa Tionghoa, Sin Po menampilkan ciri tersebut, Liem hanya meminta pengertian hak asasi manusia
khasnya yaitu lebih meliput berita yang terjadi di Tiongkok, untuk etnisnya yang disebutkan sebagai warga negara
terutama di provinsi Fujian dan Guandong, juga di Hongkong, Indonesia keturunan Cina.
Shanghai, dan Singapura. Dalam hal politik, Sin Po mendukung
sepenuhnya keinginan rakyat Indonesia untuk memiliki Tjou Bou San adalah orang yang memelopori koran Sin
pemerintahan sendiri. Bung Karno pun sangat menghargai Po dalam hal nasionalisme etnis Cina Jawa yang menjadikan
usaha yang dilakukan Sin Po dalam mendukung pergerakan pengaruhnya terasa bagi pihak kolonial. Selain dia, Ang
kemerdekaan Indonesia. Jadi, Sin Po dapat dikatakan sebagai Jan Goan adalah salah satu pemimpin redaksi Sin Po, ia
koran yang merekam perjalanan sejarah bangsa Indonesia bergabung pada pertengahan 1921. Ia seorang nasionalis
dari 1910 hingga 1965. dan juga pendiri Rumah Sakit Jang Se Ie, kini bernama Rumah
Sakit Husada. Beliau jugalah yang pertama kali mendengarkan
Aliran Sin Po lagu Indonesia Raya sebelum dikumandangkan di Kongres
Pemuda II pada 1928 dan dinyanyikan oleh W.R Supratman
Oleh karena banyak orang yang mendukung pendapat
Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 27
dengan memainkan biolanya. Kedua orang ini mendukung
penuh perjuangan nasional bangsa Indonesia maupun etnis
mereka sendiri.
Peran Etnis Tionghoa dalam Politik
Di dalam keanggotaan BPUPKI, ada lima orang yang
beretnis Tionghoa , mereka adalah Liem Koen Hian, Oei Tiang
Tjoei, Oei Tjong Hauw, Tan Eng Hoa, dan Yap Tjawn Bing.
Pada saat Kongres Pemuda II pada 1928, ada beberapa orang
Tionghoa yang hadir, salah satunya ialah Kwee Tiam Hong.
Di dalam keanggotaan DPR pada masa Soekarno, juga
ada seorang yang beretnis Tionghoa yang ditunjuk langsung
untuk menjadi anggota DPR. Beliau adalah Siauw Giok Tjhan
yang tidak lama kemudian diangkat menjadi deputi menteri.
Salah satu kabinet baru pada saat itu juga berisi satu orang
Tionghoa yakni Tan Po Goan.
Pada saat diselenggarakan Konferensi Meja Bundar,
wakil Presiden Mohammad Hatta menjadi pemimpin delegasi
Indonesia yang sangat besar, dan ada dua orang Tionghoa
peranakan yang ikut dalam rombongan tersebut yaitu Tan Eng
Oen dan Oey Yong Tjioe.
Secara khusus, saya sendiri sebagai keturunan
Tionghoa bangga mengetahui hal ini, karena selama ini saya
mengira hanya kaum mayoritas saja yang berjuang untuk
kemerdekaan. Walaupun etnis saya termasuk etnis minoritas,
kenyataannya mereka telah menyumbangkan tenaga dan
pikiran untuk kemerdekaan Indonesia. Entah, mengapa
selama ini hal tersebut tidak disinggung sama sekali dalam
penulisan sejarah. Ini menunjukkan bahwa kaum Tionghoa
masih menjadi minoritas di Indonesia. Telah disebutkan
bahwa semboyan Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika.
Namun, saya sendiri masih merasa bahwa semboyan tersebut
belum terwujud. Itu terbukti dengan masih ada diskriminisasi
terhadap kaum minoritas.
Pahlawan bukan hanya orang yang berjuang untuk
kemerdekaan, tetapi mereka juga adalah orang yang
mengharumkan merah-putih baik di kancah nasional
maupun internasional. Negara Indonesia dikenal sebagai
negara bulutangkis karena prestasi di bidang olahraga
ini yang mendunia. Seperti kita ketahui, Rudy Hartono
keturunan etnis Tionghoa, ialah pebulutangkis Indonesia
yang memenangkan tujuh kali gelar kejuaraan All England.
Saya pernah mendengar ada seorang atlet bulu tangkis yang
berhasil mengharumkan nama Indonesia, tetapi pemerintah
tetap tidak memberikan kewarganegaraan Indonesia kepada
beliau. Sungguh ironis, beliau masih menjadi orang asing.
Buku-buku sejarah pelajaran saat ini harus direvisi dan
disempurnakan agar tidak ada sejarah yang terlupakan lagi.
Bukankah sejarah tidak dapat diperlakukan sebagai suatu
produk yang sudah selesai sehingga setiap generasi perlu
mempelajari sejarah dan memperbaruinya?
Daftar Bacaan
Adam, Asvi Warman. 2009. Membongkar Manipulasi
Sejarah: Kontroversi Pelaku dan Peristiwa, Jakarta: Kompas.
Kochar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Jakarta:
Grasindo.
Sin Po , 5 Desember 1928, Lembaran kedoewa.
Suryadinata, Leo. 1986. Politik Tionghoa Peranakan di
Jawa 1917-1942. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

28 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011


Antara Kesuksesan
dan AQ
Oleh: Drs. Ade Munajat, M.Hum.

Identitas Buku

Judul buku Adversity Quotient: Turning Obstacles into


Opportunities. Publikasi pertama oleh Jhon Wiley & Son
Inc. Edisi bahasa Indonesia diterjemahkan oleh T. Hermaya
dengan editor Yovita Hardiwati, dan diberi judul Adversity
Quotient: Faktor Paling Penting dalam Meraih Sukses. Stoltz(1997), mendefinisikanadversity quotientdalam
Mengubah Hambatan Menjadi Peluang. Penerbit PT tiga bentuk, yaitu :
Grasindo. Jakarta. Terbit pertama pada tahun 2000.
1. Adversity quotientmerupakan suatu kerangka kerja
Apakah AQ itu? untuk memahami dan meningkatkan semua segi yang
bertaut dengan kesuksesan;
AQ merupakan kependekan dari adversity quotient. 2. Adversity quotient merupakan suatu pengukuran
Secara leksikal kata adversity memiliki sinonim dengan nasib mengenai bagaimana seseorang merespons kesulitan;
buruk, atau nasib malang (Echols dan Shadily 2003). Dalam 3. Adversity quotient merupakan sarana yang berbasis
wacana akademik terjemahan kata adversity bervariasi. pada pengetahuan sains untuk meningkatkan
Ada yang menerjemahkan sebagai kecerdasan mengatasi kemampuan seseorang dalam merespons kesulitan.
kesulitan, kecerdasan mengubah masalah menjadi berkah,
dan yang paling populer adversity diterjemahkan sebagai Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaadversity
ketahanmalangan. quotient ialah kemampuan seseorang dalam menghadapi
berbagai kesulitan di berbagai aspek kehidupannya.
Diyakini bahwa penerjemahan kata adversity Melaluiadversity quotientdapat diketahui seberapa jauh
sebagaimana dikemukakan di atas memiliki alasan. Namun, individu tersebut mampu bertahan dalam menghadapi
definisi adversity sebagai kecerdasan mengatasi kesulitan kesulitan yang dialami, sekaligus kemampuannya mengatasi
lebih reasonable dan kontekstual dibanding yang lain. kesulitan itu.Adversity quotientjuga dapat meramalkan
Istilah tahan malang atau ketahanmalangan yang memiliki siapa yang akan tampil sebagai pemenang dan siapa yang
kedekatan cita rasa kata dengan nasib malang atau nasib akan putus asa dalam ketidakberdayaan sebagai pecundang.
buruk menjadi sangat kategorikal. Padahal kesulitan Selain itu,adversity quotientdapat pula meramalkan siapa
merupakan fenomena umum yang lazim dihadapi setiap yang akan menyerah dan siapa yang akan bertahan saat
orang. menghadapi suatu kesulitan.

Di dalam Advanced Learners Dictionary (New York: Tumbuh Kembang Wacana Ilmiah Adversity Quotient
Cambridge University Press, 2003), adversity quotient
didefinisikan sebagai a difficult or unlucky situation or Adversity quotient semula berupa judul sebuah buku
event . Markman (tersedia dalam Peaklearning.com, 2005) karya Paul G. Stoltz. Buku itu terbit pada 1997. Lengkapnya
menambahkan bahwa adversity intelligence (AI) is the buku itu berjudul Adversity Quotient: Turning Obstacles
science of human resilience, people who succesfully apply AI into Opportunities. Publikasi pertama oleh Jhon Wiley &
perform optimally in the face of adversity the challenges, big Son Inc. Edisi bahasa Indonesia buku tersebut terbit pada
and small, that confront us each day. In fact, they not only 2000, yang diterjemahkan oleh T. Hermaya dengan editor
learn from these challenges, but they also respond to them Yovita Hardiwati dan diberi judul Adversity Quotient: Faktor
better and faster. Paling Penting Dalam Meraih Sukses. Mengubah Hambatan
Menjadi Peluang. Buku ini mendapat tempat di banyak
Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 29
pembaca di Indonesia, terbukti sejak diterbitkan pertama dan tidak lulus, mereka terus mencoba dan terus mencoba
kali pada tahun itu sudah mengalami tak kurang dari enam lagi. Tentang bagaimana cara siswa dalam menetapkan
kali cetak ulang hingga saat ini. tujuan, mengambil risiko, perjuangan meraih cita-cita serta
persaingan dalam seleksi masuk perguruan tinggi.
Di dalam buku ini Stoltz menjelaskan bahwa karya
yang dihidangkannya ke meja para pembaca merupakan Untuk dunia pekerjaan dan kehidupan sangatlah
hasil penelitian selama sembilan belas tahun dan hasil jelas. Banyak pekerja yang intelektualnya (IQ) rendah
kajian lebih dari lima ratus referensi. Konsep yang kemudian bisa saja mengalahkan mereka yang ber-IQ tinggi tetapi
dinamakannya sebagai adversity quotient (selanjutnya tidak punya semangat dan keberanian untuk menghadapi
disingkat AQ) merupakan konsep utama yang bersanding masalah dan bertindak. Dengan AQ dapat dianalisis
dengan konsep kecerdasan lain seperti IQ, EQ, SQ. bagaimana para karyawan atau pekerja mampu mengubah
tantangan menjadi suatu peluang yang akan meningkatkan
Menurutnya, AQ adalah kecerdasan untuk mengatasi produktivitas dan keuntungan perusahaan.
kesulitan. Bagaimana mengubah hambatan menjadi peluang.
Tambahnya, seseorang yang memiliki AQ tinggi akan lebih Rekomendasi
mampu mewujudkan cita-citanya dibandingkan orang yang
AQ-nya rendah. Misalnya, Stoltz menggunakan analogi para Buku ini sangat baik dibaca sebagai upaya menjawab
pendaki gunung. Dalam hal ini, Stoltz mengategori tiga hal ihwal AQ atau kecerdasan menghadapi kesulitan
pendaki gunung, yakni: beserta implikasinya pada lembaga atau personal yang
melihat keberhasilan dalam suasana serba keterbatasan
1. Quitter (yang menyerah pada keadaan). Para quitter dan kesulitan. Juga, dengan membaca buku ini diharapkan
ialah mereka yang sekadar bertahan hidup. Mereka memberi manfaat bagi pencerahan pribadi untuk melejitkan
mudah putus asa dan menyerah di tengah jalan; potensi diri baik sebagai pribadi maupun dalam rangka
membantu melejitkan potensi pribadi orang lain.
2. Camper (yang berkemah di tengah perjalanan). Mereka
berani melakukan pekerjaan yang berisiko, tetapi risiko
yang aman dan terukur. Cepat puas dan berhenti di
tengah jalan;

3. Climber (pendaki yang mencapai puncak). Berani


menghadapi risiko dan menuntaskan pekerjaannya.
Merekalah yang berada di puncak.

Konsep AQ memiliki tautan dengan sukses. Dalam


kehidupan nyata, hanya para climbers-lah yang akan
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan sejati. Sebuah
penelitian yang dilakukan Charles Handy terhadap ratusan
orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka
memiliki tiga karakter yang sama sebagaimana Stoltz
beranalog. Pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa
yang tengah dijalankan. Dedikasi itu bisa berupa komitmen,
passion, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki
determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan, bekerja
keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan
untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Terakhir, selalu
berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan,
cara atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang
lain pada umumnya. Dari ciri-ciri tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa dua dari tiga karakter orang sukses erat
kaitan dengan kemampuan seseorang dalam menghadapi
tantangan.

Penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Thomas


J Stanley (2003) kemudian ditulisnya dalam sebuah buku
berjudul The Millionaire Mind menjelaskan hal yang sama,
bahwa mereka yang berhasil menjadi milioner di dunia ini
adalah mereka dengan prestasi akademik biasa-biasa saja
(rata-rata S1), namun mereka adalah pekerja keras, ulet,
penuh dedikasi, dan bertanggung jawab, termasuk tanggung
jawab yang sangat besar terhadap keluarganya.

Implikasi Bertumbuhkembangnya Wacana AQ

Dalam dunia pendidikan, kita bisa menggunakannya


untuk menganalisa perbedaan para siswa yang manja
dengan mereka yang terus berjuang. Para siswa yang
malas dalam belajar dengan mereka yang gigih belajar.
Para siswa yang suka menggunakan cara-cara curang dan
instan untuk meraih nilai tinggi dan memastikan kelulusan
dengan mereka yang tidak kenal lelah untuk terus mencoba
dan terus bertahan. Walaupun mungkin nilai mereka jelek
30 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011
RUBRIK SISIPAN
Pembaca yang budiman, rubrik SISIPAN kali ini menampilkan
sejumlah situs nasional dan internasional yang menyediakan foto-
foto yang dapat digunakan sebagai bahan-bahan visual untuk
pengajaran sejarah. Selain itu, rubrik ini juga akan menjelaskan
langkah-langkah untuk mengunduh dan menyimpan foto-foto
tersebut.

Beberapa situs yang berguna bagi pembaca:

Pengelola Isi Situs


KITLV(Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde/ Koleksi foto yang terdapat dalam situs ini berasal dari periode abad ke-18
Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean dan ke-19 dengan beragam tema, seperti suasana Surabaya, pendidikan jaman
Studies/Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Asia Tenggara kolonial, perkebunan, tokoh-tokoh pergerakan nasional (Tan Malaka, Soewardi
dan Karibia) Soerjaningrat, Soekarno, dan lain-lain).

KITLV memfokuskan pada pengumpulan informasi dan riset Cara cepat mencari foto yang diinginkan:
tentang negara-negara kolonial Belanda dan sekitarnya. Koleksi Klik pilihan Zoek/ Search, lalu pilih Basic Search. Silakan masukkan kata kunci
KITLV meliputi jutaan buku, jurnal, majalah dan koran, foto, kartu dari foto yang dicari. Misalnya, jika ingin mencari foto suasana Jakarta pada 1900,
pos bergambar, cetakan dan gambar, peta dan atlas, manuskrip serta maka ketik Batavia 1900 dalam kolom yang tersedia. Sayangnya, situs ini hanya
arsip audiovisual. Sekitar koleksi ini berasal dari Asia Tenggara, menerima kata kunci dalam bahasa Inggris dan keterangan foto menggunakan
terutama Indonesia. bahasa Belanda.

Alamat Situs
http://kitlv.pictura-dp.nl/

Wikimedia Foundation Jenis file yang terdapat dalam situs ini tidak hanya berupa foto/gambar, tapi juga
videoklip dan rekaman suara. File-file ini telah dikelompokkan berdasarkan topik
Wikimedia Commons menyediakan suatu tempat penyimpanan (alam, budaya/kemasyarakatan, ilmu alam, teknik), lokasi (bumi, antariksa), tipe
terpusat untuk karya lisensi bebas berupa foto, diagram, animasi, (gambar, suara), pencipta (arsitek, komposer, pelukis, dll), lisensi (status lisensi)
musik, pidato, klip video, dan berbagai jenis media yang berguna. dan referensi (ensiklopedia, jurnal, terbitan).
Wikimedia Commons bersifat bebas, artinya semua orang dizinkan
untuk menyalin, menggunakan, atau memodifikasi semua berkas di Situs ini memiliki koleksi foto dan gambar dalam rentang waktu cukup panjang,
situs ini dengan bebas asal sumber dan penciptanya diberi kredit dari masa lampau hingga saat ini. Setidaknya ada dua cara cepat mencari foto yang
serta selama pengguna memberikan salinan/pengembangannya diinginkan:
secara bebas pula bagi orang lain. 1. Melalui kategori
Klik Image yang terdapat di bagian kanan atas. Lalu klik pilihan Pictures
and Images by topic. Setelah itu akan muncul pilihan Historical Images dan
Historical pictures. Kategori pertama berisi semua arsip visual bersejarah,
seperti peta, lukisan, gambar, dll. Sedangkan kategori kedua hanya berisi foto
saja. Pengguna dapat langsung melihat foto/gambar/arsip visual dan memilih
data yang dibutuhkan.
2. Menggunakan kata kunci yang dimasukkan ke kolom Search
Cara lebih cepat adalah memasukkan kata kunci di kolom Search pada
halaman awal. Misalnya, jika ingin mencari foto peninggalan bersejarah,
maka pengguna dapat mengetik kata kunci peninggalan bersejarah di kolom
search. Pengguna dapat menggunakan kata kunci bahasa Indonesia jika
gambar/foto yang ingin dicari bersumber dari Indonesia. Jika ingin mencari
Alamat Situs arsip visual dari negara lain, maka pengguna tetap harus menggunakan
http://commons.wikimedia.org bahasa Indonesia.

Nederlands Foto Museum Koleksi Nederlands Fotomuseum umumnya berasal dari abad ke-19 dan ke-20,
yang dibuat oleh para fotografer Belanda dan beberapa fotografer asing yang tinggal
cukup lama di Belanda.
Untuk melihat koleksi foto ini, pengguna dapat mengklik kolom Collections dan
memilih Image Selections. Pada bagian ini, terdapat tab pilihan Selections: A to Z
yang menampilkan kategori tema foto berdasarkan abjad.
Jika ingin mencari foto berdasarkan kata kunci, maka pengguna dapat kembali ke
halaman depan, klik kolom Collections, dan memilih Image Bank. Pada kolom
Alamat Situs
search, silakan masukkan kata kunci yang dimaksud, tentu dengan bahasa Inggris.
http://www.nederlandsfotomuseum.nl

Tropenmuseum Koleksi Tropenmuseum mencapai 155.000 foto dan gambar bersejarah, terutama
dari 1855 hingga 1940 mencakup Hindia Belanda Timur (Indonesia) dan Hindia
Barat Belanda (Antillen-Kepulauan Karibia). Foto-foto ini diambil oleh fotografer
profesional pada masa tersebut.

Alamat Situs Saat pengguna membuka alamat situs di kolom sebelah, maka kolom search akan
http://collectie.tropenmuseum.nl/ langsung tampil. Pengguna dapat langsung mencari foto yang diinginkan dengan
http://collectie.tropenmuseum.nl/nindex.asp?lang=en (bahasa memasukkan kata kunci yang tepat serta menggunakan bahasa Inggris. Sayangnya,
Inggris) keterangan foto menggunakan bahasa Belanda.

Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011 31


Pengelola Isi Situs
ISSI (Institut Sejarah Sosial Indonesia) Situs ISSI menampilkan koleksi foto Oei Hay Djoen, yang meliputi berbagai
peristiwa dalam periode 1960-an, seperti Asian Games, Kongres Pengarang
Asia-Afrika, Festival Film Asia-Afrika, serta kegiatan-kegiatan organisasi kiri
pada masa tersebut, terutama Lekra. Koleksi lain adalah tentang Timor Leste,
Pramoedya Ananta Toer, microfilm pers Indonesia, buku dan jurnal tentang sejarah,
kebudayaan, sastra.
Alamat Situs
www.sejarahsosial.org

Google (LIFE photos by Google) Situs ini menyediakan foto-foto koleksi majalah LIFE sejak 1750 hingga saat ini.
Pengguna dapat mencari foto yang diinginkan dengan menggunakan kategori tahun
atau tema. Kedua kategori ini langsung ditampilkan saat pengguna mengakses
Alamat Situs alamat situs di kolom sebelah ini.
http://images.google.com/hosted/life

Iconic Photos Situs ini memuat foto-foto artistik yang umumnya dibuat fotografer profesional.
Rentang waktu foto-foto itu antara abad ke-19 hingga masa kini. Menariknya, di
setiap foto terdapat esai singkat mengenai latar belakang foto atau isu dan peristiwa
yang diangkat dalam foto.

Pengguna dapat mencari foto yang diinginkan dengan menggunakan fasilitas


Search yang ditampilkan sejak halaman awal. Sayangnya kategorisasi situs ini
Alamat Situs tidak umum, sehingga dapat membingungkan pengguna dengan latar belakang
http://iconicphotos.wordpress.com/ nonfotografi.

US National Archives (Arsip National Amerika Serikat) Situs ini dibuat khusus untuk menyimpan dan menampilkan foto-foto terkait
Perang Dunia II. Pengguna dapat melihat koleksi foto atau mencari foto yang
diperlukan dengan mengklik kategori yang relevan di halaman awal. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah menggunakan fasilitas search dengan memasukkan kata
kunci yang relevan.

Menariknya, situs ini menyediakan satu halaman berjudul Teachers Resources


atau sumber-sumber untuk guru. Di dalamnya terdapat berbagai informasi yang
dapat digunakan oleh guru, misalnya tentang bagaimana menggunakan sumber
Alamat Situs primer di kelas. Sayangnya, situs ini sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris dan
http://www.archives.gov/research/military/ww2/photos/ berorientasi pada sejarah Amerika.

Photographic libraries Situs ini tidak memuat arsip visual, tetapi menyediakan daftar seluruh alamat
situs yang menyediakan arsip visual, terutama foto dan film, disertai penjelasan
isi masing-masing situs itu. Sayangnya, alamat-alamat situs tidak terkategorisasi,
Alamat Situs namun pengguna tetap dapat memanfaatkan fasilitas Search untuk mencari situs
http://www.photographiclibraries.com/index.php?c=2 yang diinginkan.

Catatan Penting :
Beberapa situs di atas memiliki hak cipta. Jika pengguna ingin memanfaatkan arsip visual yang disediakan, maka pengguna harus
menghubungi lembaga yang bersangkutan dan meminta izin dari mereka, bahkan membayar sejumlah uang untuk penggunaan
arsip koleksi mereka. Namun, jika arsip visual hanya digunakan untuk kepentingan sendiri, tidak dipublikasikan secara luas, atau
diperdagangkan, misalnya hanya untuk pengajaran di kelas, maka pengguna dapat langsung menggunakan arsip visual tersebut.
Selain arsip-arsip visual yang dapat diakses secara langsung dalam situs-situs di atas, terdapat dua lembaga yang juga menyediakan
arsip visual, yaitu:
1. Arsip Nasional RI (ANRI)
Alamat: Jl. Ampera Raya No. 7 Jakarta 12560
Telp. 62 21 7805851
Faks. 62 21 7810280 - 7805812
Situs ANRI yaitu www.anri.go.id tidak menyediakan koleksi arsip visual secara online. Untuk mendapatkan arsip visual ANRI,
pengguna harus mendatangi kantor ANRI dan melihat langsung koleksi yang tersedia. Semua arsip visual ANRI tidak disediakan
dalam bentuk digital. Jika pengguna ingin mendapatkan foto koleksi ANRI, pengguna dipersilakan memesan dan mereproduksi
ulang foto yang diinginkan melalui staf ANRI dengan biaya tertentu.
2. Indonesia Press Photo Service/IPPHOS
Direktris: Ny. Y. Meity Mubagio-Mendur
Alamat Kantor: Jl. Kampung Melayu Besar 3F, Jakarta Timur 13320 Telp.021-8509804/8509809
Alamat Rumah: Kali Mulia, Depok Telp.021-7782355
HP.0816-909415

32 Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI// OKTOBER-NOVEMBER-DESEMBER 2011

Anda mungkin juga menyukai