Anda di halaman 1dari 20

Kartini

Catatan Pena Bagi Bangsaku

1
Kartini: Catatan Pena Bagi Bangsaku / penyunting:
Agung Ayu Ratih. Ed. 1. -Jakarta: Institut Sejarah
Sosial Indonesia (ISSI); Asosiasi Guru Sejarah
Indonesia (AGSI), 2014

20 hlm.: 20 x 28 cm
Cetakan Pertama: 2014
ISBN
Penerbit
Kartini: Catatan Pena Bagi Bangsaku
Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI)
Jalan Batu Kramat No. 19, Batu Ampar - Condet,
Kramat Jati, Jakarta 13520
Penyunting
T: 021-8088 2075 E: sejarahs@gmail.com
Agung Ayu Ratih
W: www.sejarahsosial.org
Penyusun Narasi
Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI)
Irma Widyani
Jakarta, Indonesia
T: 081808791966 (Warsono, S. Pd.)
Penyusun Garis Waktu dan Anotasi
E: jurnalagsi@gmail.com
Grace Tjandra Leksana

Ilustrasi
Penerbitan ini sebagian didukung oleh Yayasan TIFA
Ariwowo
Arif Hidayatullah
Endro Supriyanto

Desain
Alit Ambara

2
KARTINI
Catatan Pena Bagi
Bangsaku

Daftar Isi

Namaku Kartini 4
Catatan 17
Daftar Pustaka 18

3
Pembukaan 21 April: Kartini
pelayanan pos lahir di Jepara.
modern. Dinas
Kweekschool kereta pos di-
(sekolah gunakan untuk Pembukaan 8 Oktober: Douwes
guru) hubungan pos jalur kereta Dekker lahir di
pertama darat di Pulau api yang Pasuruan, Jawa
didirikan. Jawa. pertama. Timur.

1852 1862 1867 1879

Tak ada yang bisa berbicara keras pada sebuah hati


selain air mata darah. Peristiwa-peristiwa terakhir
telah menunjukkan dan membuatku jelas bahwa
aku bisa membangkitkan keharuan dengan penaku.

Demikian di antaranya aku pernah menulis surat


kepada sahabatku Estella Zeehandelaar. Karena jika
masyarakat bisa mengenangku pastilah karena aku
menulis. Di antara tembok pingitan dan perbedaan
perlakuan terhadap perempuan, di mana rakyatku
menderita di bawah tekanan kaum feodal dan ko-
lonial, tak ada cara lain yang bisa kulakukan kecuali
dengan menulis untuk menyampaikan pikiranku.

NAMAKU KARTINI.

K
etika aku dilahirkan, 21 April 1879, ayahku,
R.M.A.A. Sosroningrat masih menjabat se-
bagai Asisten Wedana onderdistrik Mayong,
tempat ayahku bertemu dan menikahi ibuku:
Ngasirah, perempuan dari kalangan rakyat biasa.
Tidak lama berselang ayahku menikahi R.A. Moer-
jam, bangsawan dari Madura yang diangkat seba-
gai garwa padmi (istri utama). Perkawinan antara
bangsawan semacam syarat untuk seseorang bisa
menjadi bupati. Beberapa saat setelah kelahiranku
ayahku diangkat menjadi bupati Jepara.

Aku anak ke lima dari sebelas bersaudara dari dua


ibu. Sejak kecil aku sudah dapat melihat kesakitan
hidup berpoligami yang menyertai kehidupanku

PRAKTIK POLIGAMI DI MASA KOLONIAL sendiri tidak mengambil langkah serius untuk mengatur poligami secara legal, hingga
isu itu diangkat secara nasional pada Kongres Perempuan 1928.
Praktik poligami diperbolehkan secara adat dan dalam agama tertentu. Berdasarkan
sensus pada 1920, ada 1,5% suami yang melakukan praktik poligami di Jawa. Se-
dangkan pada sensus 1930, ada 2,6% suami di seluruh Indonesia yang berpoligami.
Meskipun persentasenya kecil, praktik itu mendapat tentangan keras terutama dari
kaum perempuan sendiri. Selain karena secara emosional dan personal praktik itu
merugikan kaum perempuan, alasan lain mereka menentang adalah alasan ekonomi,
karena pendapatan harus dibagi di antara istri-istri dan anak-anaknya. Usulan kaum
perempuan saat itu untuk menghambat praktik poligami adalah pendidikan kaum
perempuan dan mendorong kemandirian ekonomi perempuan. Pemerintah kolonial

4
sehari-hari. Tetapi sukar bagiku membicarakan hal
itu karena hanya akan menyudutkan ayahku yang
sangat kucintai.

Garis keturunan ayahku dari keluarga bangsawan


terpandang. Kakekku Ario Tjondronegoro, bupati
Demak, sangat disegani karena ia ningrat pertama
yang memberi anak-anaknya pendidikan barat. Se-
bagai keturunannya seharusnya lebih mudah bagiku
mendapat pendidikan yang kukehendaki. Ternyata
tidak. Sesudah lulus sekolah rendah ayahku me-
masukkan aku ke dalam kotak pingitan. Padahal
sekolah adalah tempat yang paling aku sukai.
Bujukanku untuk mendapat pendidikan lebih tinggi
tidak dikabulkan. Aku lari ke kolong ranjang untuk
menyembunyikan perasaan sedihku yang berubah
menjadi sedu sedan yang mengamuk.

PENDIDIKAN SEKOLAH RENDAH

Pada 1893, pemerintah kolonial mulai membuka Sekolah Kelas Satu untuk orang
pribumi. Sekolah itu memakai sistem modern/Barat, dan menggunakan bahasa dae-
rah dan Melayu sebagai bahasa pengantar. Murid-murid lulusan sekolah itu hanya
bisa meneruskan ke sekolah perdagangan, teknik, dan keterampilan setelah lulus. Di
sekolah-sekolah tersebut, hanya 8% dari jumlah murid di Jawa dan Madura yang pe-
rempuan. Pada 1910, ada 5.114 murid perempuan dan 66.125 murid laki-laki yang
bersekolah. Sedangkan pada 1915, terdapat 18.619 anak perempuan dan 242.236
anak laki-laki yang menjadi murid di sekolah-sekolah desa.

5
Pingitan. Semacam apakah tempat memingit?
Bukan semacam sel, melainkan rumah besar dengan
pekarangan yang luas, pagarnya tembok yang tinggi,
tembok itulah yang mengurungku. Betapapun luas,
tetaplah kurungan. Sekali waktu guru sekolah ber-
tanya, apakah aku tidak berniat meneruskan belajar
ke Holland seperti anaknya. Ah, jangan tanyakan
aku mau atau tidak, tapi tanyalah boleh atau tidak.
Semacam penganan yang disorongkan ke hadapan
orang yang sedang kelaparan, tapi tak boleh mema-
kannya.

Bagaimana aku melewati masa pingitanku? Aku bu-


kan orang yang taat pada aturan apalagi aturan yang
tidak penting. Berbeda dengan kakak perempuanku
yang sekurungan denganku. Ia orangnya tenang dan
terkendali. Jika aku menyampaikan pikiran dengan
penuh semangat, ia hanya menjawab, Masa bodoh,
aku hanya orang Jawa! Jawaban itu membuat jan-
tungku seperti tersenggol tangan kasar. Sementara
ia tidak suka aku dekat dengan adik-adik yang lain
karena ia dan adik-adik yang lain bukan saudara sei-
bu denganku. Terlebih kalau kakak laki-lakiku yang Tentu tidak semua hari menjadi muram. Ayah dan
paling besar datang. Ia minta setiap orang menuruti kakak laki-lakiku paling muda, Sosro Kartono, sangat
segala kemauannya. Berulangkali dia mengingatkan mengasihiku. Mereka tidak memandangku sebagai
yang lebih muda harus takzim kepada yang lebih tua anak yang bodoh atau tidak sopan. Tapi mereka
dan gadis harus menurut pada abangnya. Aku tidak tidak selalu ada buatku. Ayahku terlalu sibuk dan
mengerti mengapa harus bersikap semacam itu. abangku hanya ada di rumah ketika liburan sekolah.
Bagiku tidak perlu tunduk kepada siapa pun kecuali Maka satu-satunya cara menghabiskan hari-hari
kepada nuraniku. Seringkali kami saling berhadap- yang menjemukan adalah dengan membaca. Atas
hadapan. Ia akan memaki dan menggebahku de- gagasan keduanya setiap minggu didatangkan
ngan kata-kata kasar. leestrommel, semacam kotak baca untuk pelipur

Sumber: Frances Gouda. Dutch Colonial Overseas: Politik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942. Jakarta: Serambi, 2007, hlm. 142.

6
Koelie ordon-
nantie dikelu-
arkan. Isinya
bahwa pemu-
tusan kontrak
kerja oleh
para pekerja
pribumi di-
anggap sebagai
pelanggaran
hukum.
Para kuli di perkebunan tembakau Deli.

1880

laraku. Buku sudah jadi semacam candu bagiku. asing. Ketika adik-adikku Roekmini dan Kardinah
Kebiasaan itu membantuku memperdalam bahasa menyusul masuk pingitan, sudah kuniatkan aku tidak
Belanda yang pernah kuterima semasa di sekolah akan bersikap sama seperti saudara tuaku berhu-
rendah. Setiap kata asing aku catat dan kutanyakan bungan denganku. Aku ingin sekali kami bisa ber-
kepada Sosro Kartono jika ia pulang untuk liburan. hubungan akrab. Karenanya aku mulai dengan tidak
Bacaan bukan saja memberi kenikmatan tetapi juga mengharuskan mereka berbicara dengan bahasa
pelajaran yang tak ada habis-habisnya. Jawa kromo terhadapku, cukup ngoko. Mereka tidak
harus meluncur ke tanah hanya karena aku lewat.
Sementara kakak laki-laki pertama keluar dari rumah, Cara-cara itu membuat aku memiliki saudara dalam
kakak perempuanku juga lepas dari kurungan karena arti sesungguhnya. Kami mesra bergaul tanpa sekat
ia harus menikah. Agak malu kukatakan bahwa aku tradisi. Dengan kedua adikku kami menamakan diri
bersyukur ketika mereka meninggalkan rumah. Kami kami Daun Semanggi dari Jepara.
bersaudara hanya karena kebetulan kami memiliki
orangtua yang sama. Tak ada ikatan lain kecuali hu- Masa pingitanku sendiri diperpanjang karena aku
bungan darah. Selebihnya masing-masing merasa menolak dijadikan Raden Ayu, sebuah gelar bang-

SOSRO KARTONO

Lahir pada 1877 dan bersekolah di HBS Semarang. Ia kemudian berangkat ke Be-
landa untuk melanjutkan studinya di Sekolah Politeknik di Delft, namun beralih mem-
pelajari bahasa-bahasa Timur di Universitas Leiden. Dengan kemampuan bahasa
Jawanya, ia membantu G.P. Rouffaer dan H.H Juynboll menyusun karya De batik-
kunst in Nederlandsch-Indie en Haar Geschiedenis (Seni Batik di Hindia Belanda dan
Sejarahnya) yang ditulis pada 1899 dan diterbitkan pada 1914. Pada 29 Agustus
1899 ia berbicara dalam Kongres XXV Ilmu Bahasa dan Sastra Belanda. Secara sing-
kat, Sosro Kartono mengungkapkan pentingnya Bahasa Belanda untuk memajukan
kehidupan masyarakat Hindia Belanda. Penting bagi orang-orang Belanda di Hindia
Belanda untuk bersikap lebih terbuka terhadap pemakaian bahasanya oleh orang
pribumi. Ia juga mendorong para pemuda Hindia agar mau belajar dan di sisi lain,
menuntut pemerintah Hindia memberikan masyarakat Hindia apa yang menjadi hak

7
mereka, yaitu pendidikan.
20 Desember:
Rohana Koe-
does lahir di
Koto Gadang,
Sumatera
Barat.

4 Desember:
Dewi Sartika
lahir di Ban-
dung.

1884

sawan yang dikenakan pada perempuan yang laki-laki, tak ada satu pun yang tersisa bagi perem-
menikah sebagai istri pertama. Di Jawa cinta itu puan. Berilah aku pekerjaan apa saja. Aku sanggup
hanya khayalan. Bagaimana bisa suami istri saling menerima pekerjaan yang serendah-rendahnya asal
mencinta sementara mereka baru pertama kali jangan suruh aku menikah.
bertemu sesudah terikat dalam tali perkawinan?
Bagiku pertama kali mencintai pastilah karena kita Meski dalam pingitan banyak hal yang kami kerjakan
menghargai pasangan kita. Pasangan yang menikah bersama-sama. Kami belajar membatik, memasak,
seharusnya individu-individu yang setara. Perem- dan membuat sekolah kecil-kecilan untuk para gadis
puan tidak berutang ketaatan atas perkawinannya. di halaman belakang rumah kabupaten. Aku juga
Jika ia menuruti kemauan suaminya, itu karena ia suka memasak. Aku membukukan keahlianku itu
mencintainya. Tetapi banyak laki-laki yang begitu dengan menulis Memasak ala Jawa dan Belanda.
rendah perangainya, sudah beranak istri masih Kami juga belajar melukis. Nyonya Ovink Soer, istri
mengambil perempuan lain untuk dikawininya asisten residen Ovink, tertarik pada kegiatan kami
karena sudah bosan dengan yang lama. Meski ba- dan menawarkan kepada ayahku untuk memberi
nyak orang mengatakan itu bukan dosa, tetapi aku, pelajaran melukis. Kebetulan adik asisten residen
selama-lamanya akan menganggap itu dosa. Bagiku ahli melukis. Ayahku setuju. Rumah asisten resi-
setiap benih perbuatan yang menyakitkan orang den dekat dari kabupaten, namun kami diantar juga
lain adalah dosa. Semua hukum berpihak kepada dengan kereta. Tapi meski aku ikut belajar banyak

8
Pada periode ini,
wilayah Jawa dibagi
menjadi kekuasaan
kasultanan dan bu-
pati, tetapi praktikn-
ya mereka tunduk
kepada pemerintah
Hindia Belanda. Bah-
kan, Residen Belanda
di Surakarta ber-
wenang mengontrol
keuangan keluarga
Kraton Mangkune-
garan.

1888

kesenian, penalah yang paling aku kehendaki. Hindia Belanda maupun Belanda. Beberapa me-
minta aku menulis secara berkala. Aku mau tetapi
Dengan pena aku berhubungan dengan beberapa tidak selalu mendapat izin dari ayahku. Bisa saja aku
sahabat yang kemudian sangat berarti dalam per- menulis tidak dengan namaku tetapi di Hindia ini
jalanan hidupku. Salah satunya Estelle Zeehandelaar yang menulis artikel-artikel tentang perempuan Jawa
yang biasa kupanggil Stella, lebih tua lima tahun akan segera bisa ditunjuk pelakunya: aku. Orang
dariku. Ia menanggapi pengumumanku mencari berpendapat bahwa wanita Jawa yang menulis
sahabat pena di majalah mingguan Belanda, De dalam bahasa Belanda amatlah menarik. Itu menjadi
Hollandsche Lelie. Ia seorang pegawai muda kantor rahasia sukses majalahnya. Sementara keuntungan
pos di Amsterdam, kontributor untuk jurnal-jurnal, yang kudapat adalah bisa menceritakan suka dan
dan pembaca yang maju karena jurnalnya selalu me- duka kehidupan perempuan Jawa. Tetapi ketika
nyerukan untuk mengubah prilaku sosial perempuan. kuangkat kezaliman yang merajalela di duniaku
Stella seorang sosialis yang mempunyai hubungan itu, akan mengundang kebencian dari orang yang
erat dengan gerakan sosialis ternama di Belanda. merasa dirugikan. Ayahku tidak akan mengijinkan.
Ia semacam belahan jiwaku meskipun nasib tidak Maka surat-menyurat dengan sahabat-sahabatku
pernah mempertemukan kami. orang Belanda menjadi saluran hasratku menulis.

Tulisan-tulisanku kukirim ke majalah dan jurnal di Masa pingitan dicabut entah dengan alasan apa.

DE HOLLANDSCHE LELIE

Majalah itu mulai digagas oleh Johanna van Woude dan S.M.C. van Wermeskerken-
Junius pada 1887. Editor terbitan itu adalah C. Alberdingk Thijn. Awalnya majalah
yang terbit di Amsterdam tersebut diperuntukkan bagi pembaca perempuan muda,
namun sejak 1900 majalah itu dibuat bagi pembaca perempuan yang lebih dewasa.

9
Zijlker
mendirikan Kuli kontrak Sekolah-
perusahaan pertama kali sekolah
yang kelak dikirim ke Kelas Satu
menjadi Suriname, untuk kaum
Royal Dutch Amerika bumiputra
Shell. Selatan. didirikan.

1890 1891 1893

Ketika itu aku dan adik-adikku dibawa ke sebuah menunjukkan tanggung jawab sosial hanya berlaku
pentasbihan gereja baru di Kedung Penjalin. Peris- dari bawah ke atas. Dan yang paling atas takluk
tiwa itu sudah lama terjadi tapi aku masih mengi- kepada penjajah Belanda. Kaum feodal sebenarnya
ngatnya dengan jelas. Pembebasan itu sendiri pun ikut menjajah bangsanya sendiri.
belum tampak nyata. Kami masih ditahan di rumah
tapi lambat laun boleh berpergian ke lebih banyak Kenikmatan turun-menurun kaum feodal menjadi
tempat. Baru pada perayaan penobatan Ratu Wil- hambatan bagi kesejahteraan rakyat. Ada sem-
helmina tahum 1900 kami memperoleh kebebasan boyan yang menyakitkan, Pertahankan kebodohan
secara resmi. khalayak ramai, orang pun akan tetap berkuasa atas
mereka! Betapa culas perasaan yang terganggu
Dari membaca aku mendapat kearifan dalam me- karena melihat orang lain mencari ilmu pengetahuan.
mandang lingkunganku. Sikap semena-mena kakak Bagiku itu bukan sikap bangsawan. Tak ada bang-
laki-lakiku dan budaya permaduan adalah contoh sawan kecuali bangsawan hati dan bangsawan budi.
tata cara kaum feodal yang menempatkan kaum pe- Tak ada yang lebih gila dan bodoh daripada mem-
rempuan di tempat yang lebih rendah. Jika aku me- banggakan diri pada apa yang disebut keturunan
nengok sedikit saja ke luar tembok rumah kami maka bangsawan. Kebangsawanan seharusnya menang-
tergelar kehidupan masyarakat yang tertindas oleh gung kewajiban atas kesejahteraan rakyat.
aturan-aturan feodal. Praktik hamba-menghamba

POLITIK ETIS

Cikal-bakal dari Politik Etis adalah tulisan C. Th. van Deventer yang dimuat pada
jurnal de Gids pada 1899. Artikel berjudul Een Eereschuld (Utang Kehormatan)
mengungkapkan bahwa pemerintah Belanda berutang kepada rakyat Hindia atas se-
luruh kekayaan yang diambil dari Hindia Belanda. Utang harus dibayar dalam bentuk
kebijakan kolonial yang mengutamakan kepentingan rakyat Hindia. Setelah melalui
berbagai perdebatan di parlemen Belanda, akhirnya pada 1901 pemerintah secara
resmi menerapkan Politik Etis di Hindia Belanda. Tiga prinsip utama dalam Politik Etis,
yaitu pendidikan, irigasi dan emigrasi.

10
Hindia Be-

ANRI
landa meng-
organisasi
monopoli
opium yang
diselengga-
rakan ne-
gara untuk
menguasai
perdagangan
candu (Opi-
Ukiran umregie)
Jepara
1894

Aku ingin sekali bekerja dengan rakyatku tapi aku


tidak tahu dari mana memulainya. Apa yang bisa ukirnya yang sejati. Kukirimkan juga banyak contoh
diberikan oleh perempuan yang tidak punya kebe- barang ke mana-mana dan juga hadiah untuk Sri
basan semacam aku? Ratu. Hasilnya sungguh tidak terduga.

Suatu kali kami diajak ayah naik sampan ke kampung Prosaku ternyata dengan cepat menawan hati para
Blakang Gunung, kampung seniman di belakang pembaca. Kampanye yang kulakukan di kalangan
benteng Portugis, di atas bukit. Di sana ayahku orang-orang Eropa sangat berhasil. Permintaan
memperlihatkan pekerjaan para pengukir, pandai akan ukiran Jepara berlipat ganda. Bukan berarti aku
besi, dan pemahat kulit. Keadaan para seniman itu Eropasentris, tetapi aku tahu apa pun yang dilakukan
jauh dari menyenangkan, tidak sesuai dengan keah- orang Eropa akan segera ditiru bangsawan pribumi.
liannya. Artis ulung tapi miskin. Hal itu membuat aku Kalau dalam resepsi keresidenan bupati melihat
sangat prihatin. Sebuah keindahan dihasilkan orang- residen menaruh ukiran Jepara segera para bupati
orang yang bekerja setengah telanjang, dengan kaki akan menghias pendoponya dengan barang yang
menyelonjor di atas tanah tak beralas. Mereka tidak sama. Demikian juga dengan rakyat, amatlah setia
mendapatkan penghargaan yang memadai. Maka kepada bangsawan junjungannya sehingga apa pun
aku menulis tentang mereka dan hasil pekerjaannya yang diperbuat bangsawan mereka anggap baik.
lewat sebuah prosa berjudul Pojok yang Dilupa-
kan, tentang Jepara yang ditinggalkan dengan seni Dari pengetahuan inilah aku menganggap peru-

11
Jamiat
Khair berdiri
untuk
mendidik
anak-anak
keturunan
Arab.

1895

bahan masyarakat lebih mudah dilakukan jika dimulai Tak disangka-sangka terjadi perubahan di negeriku
dari kaum bangsawan. Karena itulah kaum bang- lewat kebijakan Politik Etis. Pemerintah kolonial mu-
sawan harus terpelajar. Mereka bukan hanya harus lai berpikir tentang pentingnya kesejahteraan kaum
belajar tentang ilmu pengetahuan tapi juga budi bumiputera dan salah satu bidang yang mereka per-
pekerti. Itu bukan pekerjaan mudah karena orang hatikan adalah pendidikan. Pada suatu hari Mr J. H.
Belanda tidak suka kami menjadi pandai. Untuk Abendanon, Direktur Pendidikan, Agama, dan Kera-
mempelajari bahasa Belanda saja memerlukan per- jinan, menemui kami bertiga untuk membicarakan
juangan sengit. Dengan penguasaan bahasa tidak program pendidikan bagi gadis Jawa. Kami menjadi
ada yang bisa disembunyikan dari kaum pribumi. akrab dengan istrinya dan sering bertukar pikiran le-
Selama ini para pegawai pribumi tidak boleh meng- wat surat tentang pendidikan bagi kaum perempuan.
gunakan bahasa Belanda dengan atasannya se- Maka diedarkan ke seluruh residen di Jawa tentang
mentara si atasan tidak mau menggunakan bahasa rencana sekolah itu yang intinya perempuan adalah
Melayu yang baik. Mereka bicara kepada bawahan unsur penting dalam peradaban, intelektual bangsa
dengan bahasa Melayu Babu. Sungguh merendah- tidak akan berjalan lancar jika wanita diabaikan,
kan! Jangan salah paham. Aku cinta bahasa Jawa wanita adalah pengemban peradaban bangsa.
dan bahasa Melayu, tetapi bahasa Belanda meru-
pakan alat perjuanganku. Aku mau tunjukkan bahwa Tenyata ajakan itu tidak disambut antusias sehingga
pribumi juga pandai. pemerintah beranggapan pendidikan bagi bang-

J. H. ABENDANON (1852 - 1925) len di Bandung, Magelang dan Probolinggo direorganisir menjadi
sekolahuntukmenciptakan pegawai negeri sipil dan diubah namanya
Lahir di Suriname, menjabat sebagai Menteri Pendidikan Kolonial pada periode 1900- menjadi OSVIA (Opleiding Scholen voor Inlandsche Ambtenaren).
1905. Ia menikah dengan Rosa Manuela Mandri pada 1883, yang merupakan istri Pada 1900-1902, sekolah DokterJawa di Batavia diubah menjadi
keduanya. Pasangan ini adalah penganut dan penggerak utama Politik Etis di Hin- STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Abendanon
dia Belanda. Melalui pendidikan bergaya Eropa di Hindia Belanda, diharapkan akan juga memperluas akses pendidikan untuk pribumi dengan mengha-
muncul tenaga-tenaga kerja baru untuk mengambil alih pekerjaan pegawai negeri pus biaya pendidikan sekolah rendah bagi orang tua pribumi yang
sipil yang selama ini dilakukan oleh orang Belanda. Melalui penciptaan tenaga kerja memiliki pendapatan di bawah f50 per bulan.
pribumi, pemerintah kolonial tidak hanya berhasil mengurangi pengeluaran admin-
istratifnya, tapi juga telah menciptakan kelompok elit baru yang kooperatif terhadap
mereka. Di masa kepemimpinan Abendanon, pada 1900, tiga sekolah hoofdenscho-

12
Van Heutsz memimpin
pendudukan Aceh dengan
didukung Snouck Hur-
gronje sebagai penase-
hatnya. Perang Aceh selama
5 tahun menyebabkan
60.000 warga Aceh ter-
Tan Malaka bunuh, lebih 2.000 pasukan
dilahirkan Belanda tewas, 10.000
di Pandan pasukan Belanda mati ka-
Gadang, rena penyakit, dan 25.000
Sumatera pekerja Belanda juga mati
Barat. selama periode itu.

1897 1898

sawan perempuan Jawa tidak diperlukan oleh orang mengirim surat dinas kepada Gubernur Jendral
Jawa sendiri. Bagiku mengherankan bagaimana Rooseboom berisi permohonan subsidi bagi kami
tentangan itu datang dari orang-orang yang seharus guna meneruskan pelajaran ke Batavia. Surat itu
mendapat keuntungan dari rencana mulia itu dan langsung ditanggapi oleh Gubernur Jendral dengan
memberi kebajikan bagi rakyat. Jadi sesungguhnya pertanyaan mengenai izin dari ayahku. Ternyata
kemajuan rakyat dihalang-halangi oleh kaum bang- ayahku menarik kembali izin yang sudah diberikan.
sawannya sendiri, orang-orang yang justru meng- Meski ia berpikiran maju, rupanya tak sanggup juga
anggap dirinya paling mulia di dalam masyarakat. ia mendengarkan pergunjingan orang mengenai
rencana kepergian kami. Kerap aku malu terhadap
Marah campur kecewa sampai penaku kehilangan diriku sendiri. Kemudahan yang sering kami dapat
kata-kata! Sakit rasanya di tengah semangat akan karena kami bangsawan sering tidak sejajar dengan
sebuah kemajuan dihempaskan oleh kepicikan cara kami memanfaatkannya. Susah bagiku melawan
bangsaku sendiri. Sukar benar para perempuan putusan-putusan yang diambil ayahku karena itu
untuk menggapai harkatnya di bumi Jawa ini. akan sangat melukai hatinya.

Semangatku muncul kembali saat kami mendapat Sekali lagi kami dapat kesempatan belajar, kali ini
tawaran belajar ke Batavia dari Mr. Abendanon. ke Negeri Belanda, atas pertolongan sahahabatku,
Setelah mendapat persetujuan dari ayahku ia Stella. Ia meminta kawan separtainya Van Kol, ang-

13
Van Deventer, seorang pembaharu koloni-
al, menulis artikel Een Eereschuld dalam
majalah De Gids, yang isinya menuntut
agar uang yang dikumpulkan pada masa
lampau dari Hindia Belanda dikembalikan
ke Hindia Belanda untuk melunasi utang
kolonial yang kian meningkat.

Willem Roseboom diangkat menjadi


Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga
1904.

1899

gota parlemen Kerajaan Belanda yang kebetulan sidi dari pemerintah Belanda. Pidatonya di depan
akan mengadakan perjalanan ke Jawa dan Madura Majelis Rendah Belanda mampu meyakinkan Men-
untuk mampir ke Jepara menemui kami. Van Kol me- teri Jajahan Idenburg untuk memberi kami subsidi.
nanyakan apakah aku mau ke Negeri Belanda. Tentu Sayang, di tengah situasi yang penuh harapan dan
saja aku mau. Semula Van Kol mengira tujuanku ke kegembiraan tiba-tiba Mr. Abendanon menyaran-
Negeri Belanda akan mencari jodoh karena tahu kan aku membatalkan kepergian ke Belanda. Serasa
aku membenci perkawinan di kalangan bangsawan mati langkahku. Alasan-alasan yang ia sampaikan
Jawa. Setelah aku mengutarakan keinginanku untuk membuatku tak berkutik. Jika kami lama di Negeri
belajar, dan sesudah selesai ingin membuka sekolah Belanda masyarakat Jawa akan melupakan kami.
berasrama untuk para gadis bangsawan, baru ia Ayah sudah tua dan kurang sehat. Banyak kesulitan
percaya. Subsidi itu sendiri hanya diperlukan untuk yang akan kami alami di Negeri Belanda yang tak
kami berdua, aku dan Roekmini, karena Kardinah su- bisa diperkirakan. Sesudah pulang kami dianggap
dah menikah. Aku akan mengambil ilmu pendidikan nona-nona Belanda dan masyarakat tidak mau lagi
dan ilmu kesehatan, sedangkan Roekmini ingin mempercayakan anaknya kepada kami untuk kami
belajar menggambar atau sekolah rumah tangga. didik di sekolah yang kami impi-impikan.

Untunglah kali ini ayahku memberi izin. Kami tinggal Aku tidak tahu apa yang melatari perubahan sikap
menunggu usaha Van Kol untuk mendapatkan sub- Mr. Abendanon. Ia sangat ingin mencegah keper-

14
17 Maret: Tiong Hoa
Hwee Koan (THHK),
organisasi warga ketu-
runan Tionghoa, berdi- 1 Juni: Soekarno lahir
ri di Batavia. THHK di Surabaya.
mendirikan sekolah-
sekolah, jumlahnya 54 12 Agustus: Mo-
sekolah pada 1908 dan Ratu Wilhelmina men- hammad Hatta
mencapai 450 sekolah canangkan Politik Etis lahir di Bukit-
pada 1934. di Hindia Belanda. tinggi.

1900 1901 1902

gian kami. Terlepas dari itu, alasan yang ia ajukan dijawab karena akan dibawa kepada Menteri Ja-
adalah teguran yang sebelumnya tak terpikirkan jahan, yang tengah mempersiapkan undang-undang
olehku, karena kami terlelap dalam semangat dan pendidikan bagi negeri jajahan. Bersama Roekmini
kegembiraan untuk mendapatkan kebebasan kami. aku menulis jawaban untuk pertanyaan itu dalam
Ia tambahkan pula, apa kata Pemerintah Hindia Be- bentuk nota berjudul Berilah Jawa Pendidikan.
landa terhadap ayahku mengizinkan kedua putrinya Beberapa bulan kemudian kami menulis nota serupa
belajar ke Negeri Belanda, sementara sebelumnya untuk Gubernur Jendral Willem Rooseboom dalam
ke Batavia saja tidak diperkenankan. Kenyataan usaha meminta kembali bantuan untuk dapat belajar
ini terasa seperti pil pahit. Kalau kutelan pun tidak ke Batavia setelah ayah kami sepakat. Kerajaan Be-
membuatku sehat. Sementara tata krama sebagai landa harus mengetahui kekurangan dan kelalaian
orang Jawa yang harus menurut kepada orangtua pemerintah Hindia Belanda dalam hal memenuhi
tidak memungkinkan aku menentangnya. Aku sangat kewajiban moral kepada bangsaku bangsa yang
kecewa. ratusan tahun diperas dan ditindas untuk memenuhi
pundi-pundi mereka.
Beberapa hari kemudian kami menerima surat dari
Mr. J. Slingenberg, staf Kementrian Jajahan Kerajaan Hindia tanah yang kaya, tanah bangsa kami, kare-
Belanda, yang berisi pertanyaan seputar pendi- nanya kami berhak atas kekayaan tanah air kami.
dikan bagi perempuan Jawa. Surat ini harus segera Untuk menjadikan bangsa kami, bangsa berkulit

15
16 Januari: Dewi Sartika membuka
Sekolah Istri di Bandung bagi kaum
perempuan.

Sukses dalam perang Aceh, van Heutsz Poetri Hin-


diangkat menjadi gubernur jenderal Hollandsch Chineesche School dia, surat
sampai 1909. dibuka pemerintah Belanda. kabar untuk
Salah satu faktor pendorong perempuan
adalah perkembangan pesat terbit per-
13 September: Kartini Wafat sekolah-sekolah THHK. tama kali.

1904 1908 1909

coklat sejahtera dalam arti kebendaan dan kero-


hanian. Berilah kami pendidikan, pendidikan yang
tidak sekedar kecakapan akal tapi juga kecakapan
budi. Perempuan adalah pembentuk budi pekerti
masyarakat. Sebagai ibu dia adalah pendidik per-
tama. Kembangkanlah perempuan Jawa menurut
hati dan pikirannya. Orang-orang akan mendapat
pembantu-pembantu yang cakap untuk kerja raksa-
sa yang indah itu: peradaban bangsa! Berilah kami
kesempatan belajar bahasa Belanda, karena tak ayal
bahasa itu semacam kunci untuk kami membuka
dunia ilmu pengetahuan. Kesempatan anak laki-laki
dan anak perempuan mencari kepandaian akan
mampu membawa tanah air dan bangsanya ke arah
perkembangan jiwa, ke arah kecerdasan pikiran,
serta kemakmuran, kesejahteraan yang merupakan
perhiasan dan kehormatan bagi Negeri Belanda.

16
Organisasi perempuan Kaoetamaan Istri
berdiri di Tasikmalaya dengan tujuan mendi-
rikan sekolah untuk anak-anak gadis.

Berdiri Yayasan Kartini (Kartini Fonds). Pada


Surat-surat Kartini Organisasi perempuan 1916 yayasan itu membuka tujuh sekolah
dibukukan dan diterbit- Poetri Mardika berdiri swasta di Semarang, Batavia, Madiun, Bogor,
kan dengan judul Door di Jakarta. Tokohnya Malang, Cirebon dan Pekalongan. Sekolah-
Duisternis Tot Licht R.A. Sabaroeddin, R.A. sekolah itu memberikan pendidikan dasar
(Habis Gelap Terbitlah Soetinah, Djojo, R.R. kepada anak-anak perempuan bangsawan
Terang). Roekmini. pribumi.
1911 1912 1913

CATATAN perjuangannya. Ia berjuang sendirian untuk mengga-


pai apa yang ia impikan dan menyerah pada sesuatu
Akhirnya Kartini tidak pernah berkesempatan me- yang sangat tidak ia sukai, perkawinan. Pilihan itu
lanjutkan sekolah yang sangat ia kehendaki. Bela- bagi banyak orang merupakan pengkhianatan ke-
kangan terungkap bahwa kegagalannya berangkat pada diri sendiri.
ke Belanda disebabkan oleh perseteruan antara
Abendanon dan Van Kol. Van Kol menyambut baik Surat terakhir sebelum menikah bernada kepas-
rencana Menteri Jajahan Idenburg untuk menge- rahan namun juga berusaha berpikir positif dengan
luarkan bantuan bagi Kartini dan Roekmini belajar mencari segi baik dari suaminya, Raden Adipati
ke Negeri Belanda, karena artinya ia akan memiliki Djojo Adiningrat, bupati Rembang, laki-laki beristri
dua narasumber untuk memperkuat kampanye anti dan sudah memiliki enam orang anak. Yang menu-
kolonialisme di Belanda. Sebaliknya, pemerintah rutnya sepaham dalam mencintai rakyat, mendukung
Hindia Belanda khawatir dengan Kartini dan Roek- cita-citanya, dan akan memberi kesempatan ia
mini ke Negeri Belanda akan terbongkar kebobrokan mengembangkan sayap. Sikap yang diambil Kartini
mereka di Jawa. Karena itulah Abendanon diutus adalah sikap yang selalu ia lakukan. Seperti yang
menemui Kartini supaya Kartini membatalkan ke- dikatakan Pramoedya Ananta Toer, Kartini tidak
berangkatannya ke Negeri Belanda. Stella menulis berangkat berjuang, tetapi ia tidak mengkhianati
pada Nellie Van Kol (istri Van Kol). perjuangannya. Ia hanya menundanya. Kemanapun
Kartini bergerak di dunia kenyataan ataupun pe-
..adalah teramat kejam jika kita pikirkan bagaimana mikiran ia selalu menemukan batas-batas ini. Tapi
anak itu dengan kehidupannya yang indah dan nasib kali ini tidak bersahabat dengan penundaan
memberikan banyak harapan telah dikorbankan yang ia lakukan. Maut lebih dulu datang, setahun
kepada gagasan-gagasan yang egoistis. Sebab sesudah pernikahannya. Menikah Oktober 1903
dalam hal ini saya seluruhnya sependapat dengan meninggal 13 September 1904.
almarhum Tuan Van Overveldt, bahwa ia (Kartini)
telah dikorbankan untuk kepentingan Pemerintah
Hindia Belanda.

Siapakah sesungguhnya sahabat Kartini? Orang


yang ia kasihi seperti ayahnya dan suami-istri
Abendanon yang sudah dianggap seperti orangtu-
anya sendiri justru orang-orang yang mengkhianati

17
DAFTAR PUSTAKA

Arbaningsih, Dri. Kartini Dari Sisi Lain: Melacak Pemikiran


Kartini Tentang Emansipasi Bangsa. Jakarta :
Kompas, 2005.

Pane, Armijn. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai


Pustaka, 2008.

Toer, Pramoedya Ananta. Panggil Aku Kartini Saja. Ja-


karta: Lentera Dipantara, 2010.

Yulianto, Vissia Ita (Alih bahasa). Aku Mau...Feminisme


dan Nasionalisme Surat-surat Kartini kepada Stella
Zeehandelaar 1899-1903. Jakarta : Irbpress dan
Kompas, 2004.

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai