BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia Cinta Sehat merupakan cermin sikap dan perilaku segenap bangsa Indonesia
yang mencintai kesehatan dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Hal itu adalah kunci
keberhasilan bagi terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri. Itu adalah salah satu program
jaminan kesehatan semesta pada tahun 2019, seluruh penduduk Indonesia mempunyai
jaminan kesehatan. Ini berarti bahwa masyarakat Indonesia diharapkan dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu (Profil Kemenkes RI, 2012).
Perubahan dari negara agraris ke negara industri membawa kecenderungan baru dalam
pola penyakit didalam masyarakat di indonesia yaitu perubahan penyakit menular menjadi
tidak menular atau sering disebut dengan transisi epidemologi. Penyakit tidak menular dapat
muncul melalui gaya hidup (life style), hal ini merupakan faktor pemicu munculnya penyakit
Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, indonesia saat ini termasuk ke dalam lima besar
negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni 18,1 juta jiwa atau 9,6%
dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Bappenas, jumlah penduduk lansia 60 tahun
atau lebih diperkirakan akan meningkat dari 18,1 juta (2010) menjadi 29,1 juta (2020) dan
36 juta (2025). Dengan meningkatnya jumlah lanjut usia, tentunya akan diikuti dengan
meningkatnya permasalahan kesehatan pada lanjut usia (Profile Kemenkes RI, 2012).
Salah satu yang harus diperhatikan dengan serius yaitu pada lanjut usia adalah proses
hipertensi, ini terjadi karena adanya perubahan elastisitas pembuluh darah, dan keadaan ini
diperberat dengan terjadinya penimbunan lemak pada dinding pembulu darah. Hal ini
didukung dengan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% yang pada umumnya
terjadi pada usia pertengahan dan lanjut usia baik karena gaya hidup maupun proses
Pada lanjut usia didapatkan beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi
diantaranya faktor genetik (keturunan), umur, zat toksin, Jenis kelamin, Etnis, Stres, obesitas,
nutrisi, merokok, narkoba, alkohol, kafein, kurangnya olahraga, kolesterol tinggi, kelainan
ginjal, konsumsi natrium yang tinggi yang masuk kedalam tubuh (Susilo & Wulandari, 2011)
Hal ini didukung dengan adanya penelitian tentang hipertensi pada lanjut usia di
poliklinik geriatri RSCM menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
olahraga dengan hipertensi dengan P value sebesar 0,004 dan odds ratio sebesar 3,98 kali.
Dan ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan hipertensi yang P valuenya
sebesar 0,03 dan odds rasio sebesar 3,47. Lanjut usia yang hipertensi lebih banyak didapatkan
dengan kebiasaan merokok yakni sebesar 84,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok
Data penelitian tentang pola makan pada lansia hipertensi di RS dr. Kariandri Semarang,
tentang kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh yaitu 3 kali dalam seminggu terbukti sebagai
faktor yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi (p = 0,02, OR = 7,72 dan 95% Cl =
2,45 24,38). Hal ini menunjukkan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
lemak jenuh akan berisiko terserang hipertensi sebesar 7,72 kali dibandingkan orang yang
mengkonsumsi natrium Menyatakan bahwa secara umum tingkat konsumsi asin (konsumsi
natrium) dalam jumlah yang cukup tinggi berisiko mengalami hipertensi (p = 0,0001, OR =
stres dan hipertensi. Lansia yang mengalami stres tinggi sebesar 70,9%, stres sedang sebesar
65,2% dan stress rendah sebesar 38,5% terhadap hipertensi. Stres tinggi berpeluang 3,89 kali
dan stres sedang berpeluang 2,99 kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stress rendah
(Hasirungun, 2002).
tahunnya selalu masuk ke dalam 10 (sepuluh) besar penyakit yang diderita masyarakat
dimana pada tahun 2004 menduduki peringkat VIII sebanya 89.204 kasus atau 6,58 % ,
tahun 2005 peringkat ke VI sebanyak 110.622 kasus atau 7,33 % dan pada tahun 2006
peringkat ke III sebanyak 52.147 kasus atau 9,87 %, dan pada tahun 2008 urutan 7 yang
mana mengalami penurunan 4,21% atau 65.282, sedangkan pada tahun 2011 mengalami
peningkatan yang sepesifik yaitu 77.521 menjadi peringkat ke 4 dengan demikin hiertensi
merupakan maslah kesehatan yang ada di 10 (sepuluh) besar penyakit yang diderita
masyarakat tiap tahunnya ( DINKES Provinsi Lampung, 2004, 2005, 2006, 2008, 2011).
Penyakit hiertensi di kabupaten Mesuji pada tahun 2011 mencapai 14.746 kasus, dengan
data ini penyakit hipertensi masuk kedalam 10 penyakit terbesar yang menjadi perhatian
Menurut data yang di peroleh dari puskesmas simpang pematang, penyakit hipertensi
pada lanjut usia cenderung mengalami peningkatan dengan data presentasinya pada tahun
2008 dari 410 kasus hipertensi, 40% atau 167 kasus terjadi pada lansia. Hal ini cenderung
meningkat pada tahun 2012 terdapat peningkatan cukup tinggi dari 494 kasus, 47,36% atau
234 kasus yang terjadi pada lansia. Data tersebut dapat di buat diagram pertahunnya sebagai
berikut :
Table 1,1. distribusi penyakit hipertensi berdasarkan presentasi lanjut usia pertahunya
yang mengalami hipertensi di wilayah kerja puskesmas simpang pematang priode 2008-2012.
Sumber : LB 1 puskesmas simpang pematang kabupaten Mesuji 2008-2012
hasil pra survey pada usia lanjut yang dilakukan peneliti wilayah kerja puskesmas
simpang pematang dari 10 orang lanjut usia, didapatkan 6 orang (60%) mengalami hipertensi
dan 4 orang (40%) tidak mengalami hipertensi, 5 orang (50%) pola makan tinggi garam dan 5
orang (50%) rendah garam, 4 orang (40%) merokok dan 6 orang (60%) tidak merokok , 5
orang (50%) tidak berolah raga dan 5 orang (50%) berolah raga, 7 orang (70%) stres dan 3
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penyakit hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas simpang pematang kabupaten mesuji presentasi tertinggi terjadi pada lanjut
usia. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian Penyakit Hipertensi Pada Usia Lanjut di
Wilayah Kerja Puskesmas simpang pematang Kabupaten Mesuji provinsi lampung tahun
2013.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara gaya
hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas
Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada Lanjut
usia di wilayah kerja Puskesmas simpang pematang Kabupaten mesuji provinsi lampung.
b. Tujuan Khusus
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi konsumsi Natrim (Na) pada usia lanjut.
6. Untuk mengetahui hubungan konsumsi natrium (Na) terhadap kejadian penyakit hipertensi
7. Untuk mengetahui hubungan olahraga terhadap kejadian penyakit hipertensi pada usia lanjut.
8. Untuk mengetahui hubungan merokok terhadap kejadian penyakit hipertensi pada usia lanjut.
9. Untuk mengetahui hubungan stres terhadap kejadian penyakit hipertensi pada usia lanjut.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka meningkatkan upaya-
upaya pencegahan Hipertensi kususnya pada lansia di wilayah kerja puskesmas Simpang
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti khususnya tentang
penyakit hipertensi sehingga dapat menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan
Menambah khasanah kepustakaan yang dapat dijadikan salah satu rujukan dalam pembuatan
malahayati.
Sebagai bahan masukan untuk mnejadi dasar petimbangan resonden untuk pentingnya
mengontrol kesehatanya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bahan penelitiandan menambah wawasan
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut : jenis
penelitian kuantitatif, desain penelitian ini analitik pendekatan cross sectional, objek dalam
penelitian ini sebagai variabel independent yaitu gaya hidup (konsumsi tinggi natrium,
olahraga, merokok dan stres) dan sebagai variabel dependent adalah kejadian penyakit
hipertensi pada lanjut usia, sabjek penelitian ini adalah lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Pematang Kab. Mesuji Provinsi lampung, dan waktu penelitian bulan Maret Mei
2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit kelainan jantung dan pembulu darah yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah, yaitu peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas
normal yaitu sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg ((Dewi & Familia 2010; Wilson,
2006).
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberikan gejala yang akan
berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner
(untuk pembuluh darah), dan left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target di
otak yang berupa stroke, hipertensi adalah penyebab utama stroke yang membawa kematian
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang menetap. Pada
waktu anda membaca tekanan darah bagian atas adalah tekanan darah sistolik, sedangkan
bagian bawah adalah tekanan diastolik. Tekanan sistolik (bagian atas) adalah tekanan puncak
yang tercapai pada waktu jantung berkontraksi dan memompakan darah melalui arteri.
Sedangkan tekanan diastolik (angka bawah) adalah tekanan pada waktu jatuh ke titik
terendah dalam arteri. Secara sederhana seseorang disebut hipertensi apabila tekanan darah
sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Tekanan darah
Jadi dapat disimpulkan menurut peneliti Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan
darah dengan hasil pengukuran tekanan darah diatas batas normal yaitu 140/90 mmHg, yang
dilakukan dua kali dengan selisih waktu 5 10 menit dengan hasil diatas batas normal dan
Tidak jelas penyebabnya dan merupakan sebagian besar 90% dari seluruh kejadian
hipertensi. Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktoral yang timbul terutama karena
interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan
Penyebab pertama hipertensi yaitu gaya hidup modern, sebab dalam gaya hidup
modern situasi penuh tekanan dan stres. Dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol
dilepaskan ke aliran darah sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah. Gaya hidup
yang penuh kesibukan juga membuat orang kurang berolah raga dan berusaha mengatasi
stresnya dengan merokok, minum alkohol atau kopi sehingga risiko terkena hipertensi
menjadi lebih tinggi. Kedua yaitu pola makan yang salah dan yang ketiga adalah berat badan
b. Hipertensi sekunder
berhubungan dengan beberapa penyakit misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes, kelainan
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan sebagai akibat dari adanya
penyakit lain. Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5 -
penyebabnya adalah kelainan hormon atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB
(Nugroho, 1995).
mmHg mmHg
Hipertensi ringan
(mild hypertension)
Hipertensi sedang
(moderate Hypertension)
Hiertensi berat
(severe Hypertension)
Hipertension maligna
4. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti (jangan terlalu
6. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
7. Pompa terus sampai manometer setinggi 200 mmHg dari titik radialis tidak teraba.
10. Catat air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali denyut.
11. Catat tinggi air raksa pada manometer yaitu suara korotkoff 1 menunjukan besarnya tekanan
Faktor risiko hipertensi bukanlah penyebab dari timbulnya penyakit hipertensi. Faktor risiko
hanyalah pemicu munculnya suatu pernyakit, berikut ini beberapa faktor risiko timbulnya
1. Umur
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga
prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian
Hipertensi berdasarkan gender ini dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis. Wanita
seringkali mengadopsi perilaku tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak
seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya status
pekerjaan. Sedangkan kaum pria lebih berkaitan erat dengan pekerjaan seperti perasaan
Menurut Krummel (2004) memaparkan bahwa tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
Penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapai paruh
baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada
usia lebih dari 60 tahun keatas. Setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan resistensi perifer
dan aktivitas simpatik. Dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Disamping itu, pada lanjut usia sensitivitas pengaturan tekanan
darah yaitu refleks baroreseptor mulai berkurang, demikian juga halnya dengan peran ginjal,
dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar, et all, 2005 ).
2. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak
dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan
tekanan darah dibanding wanita. Namun setelah memasuki menopouse, prevalensi hipertensi
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses arterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia
premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).
3. Riwayat keluarga
hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor
lingkungan lain. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan terkena
hiertensi juga. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot
(berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer
(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada yang berkulit putih,
serta lebih besar tingkat morbiditas maupun mortalitasnya. Sampai saat ini, belum diketahui
secara pasti penyebabnya. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa terdapat kelainan pada gen
Berbagai golongan etnik dapat berbeda dalam kebiasaan makan, susunan genetika, dan
sebagainya yang dapat mengakibatkan angka kesakitan dan kematian. Salah satu contoh dari
pengaruh pola makan yaitu angka tertinggi hipertensi di Indonesia tahun 2000 adalah suku
Minang. Hal ini dikarenakan suku Minang atau orang yang tinggal di pantai, biasanya
mengkonsumsi garam lebih banyak dan menyukai makanan asin (Cahyono, 2008).
5. Obesitas
Obesitas juga erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang
beberapa sebab. Makin besar masa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
dinding arteri, yang akan meimbulkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Selain itu,
kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Sheps, 2005).
Sedangkan hipertensi pada seseorang yang kurus atau normal bisa juga disebabkan
oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin (Suhardjono, 2006).
Aktivitas dari saraf simpatis adalah mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat
meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air
Dan pada sistem renin-angiotensin, rennin memicu produksi aldosteron yang akan
mempengaruhi ginjal untuk menahan air dan natrium sedangkan angiotensin akan
mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah akan naik (Gray, 2005)
ditarik keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
Disamping itu, diet tinggi garam dapat mengecilkan diameter dari arteri. Sehingga
jantung harus memompa lebih keras untuk mendorong volume darah yang meningkat melalui
ruang yang makin sempit. Maka terjadilah penyakit hipertensi. Diet yang mengandung 500
mg Na dapat mempertahankan kadar Na yang normal dalam tubuh. Asupan yang melebihi
jumlah ini didasarkan atas rasa bukan kebutuhan. Makanan yang sudah diproses biasanya
mengandung Na yang tinggi. Pada umumnya, makin diproses suatu makanan maka makin
7. Konsumsi lemak
Diet tinggi lemak berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan
konsumsi lemak tidak jenuh polivalen secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-
bijian, dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah
(Hull, 1996).
Komponen lemak polivalen tidak jenuh, yang disebut asam lemak esensial, merupakan
rintangan untuk zat-zat yang mirip hormon didalam darah yang disebut prostaglandin.
pembuluh darah dan meningkatkan diameter dari arteri dan mengurangi jumlah darah yang
harus dipompa oleh jantung. Tekanan darah berkurang bila asupan asam lemak esensisal
dalam diet ditingkatkan. Lemak merupakan 42% dari kalori total yang dikonsumsi dalam diet
rata-rata orang Amerika. Tekanan darah menurun bila lemak dikurangi sampai 25% dari total
8. Konsumsi Alkohol
Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan
alkohol, diantaranya bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi
alkohol sekitar dua sampai tiga gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti
Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi.
Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan
Konsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per hari pada lakilaki untuk
pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat
badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih dari 1 kali minum per hari (Krummel, 2004).
9. Kelainan Ginjal
yang seharusnya dibuang ikut beredar kembali ke bagian tubuh yang lain, Akibatnya volume
darah total meningkat sehingga darah yang dikeluarkan jantung juga miningkat. Hal ini
mengakibatkan darah yang beredar melalui kapiler jaringan meningkat sehingga terjadi
penyempitan kapiler dan menyebabkan tekanan darah meningkat (Dewi & Femilia, 2010).
10. Merokok
Rokok mengandung ribuan zat kimia bebahaya bagi kesehatan tubuh, zat kimia
tersebut yang berbahaya antara lain Nikotin, Tar dan Karbon monoksida. Nikotin adalah
senyawa alkaloid yang merupakan zat racun yang mampu membuat pembuluh arteri
mengeras, serta menimbulkan penumpukan lemak di saluran arteri pada jantung, akibatnya
darah tidak terpompa secara baik melalui jantung. Tar meruakan zat yang dapat
menyebabkan kekentalan darah, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat lagi.
Nikotin juga dapat memacu pengeluaran zat catecolamine tubuh seperti hormon adrenalin,
hormone tersebut dapat memacu jantung untuk berdetak lebih kencang, Akibatnya tekanan
darah dan volume darah menjadi meningkat serta jantung menjadi lebih cepat lelah. Karbon
monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, akibatanya darah menjadi lebih
kental dan menempel kedalam pembulu darah sehingga memaksa jantung bekerja lebih kuat
lagi dan akibatnya tekanan daarah meningkat (Dewi & Femilia, 2010).
Hasil DEPKES RI bahwa dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia
berbahaya termasuk 43 senyawa yang data membahayakan tubuh. Bahan utama rokok terdiri
dari 3 zat, yaitu 1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak
jantung dan sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut
jantung, pengerasan pembuluh darah dan pengumpalan darah. 2) Tar, dapat mengakibatkan
kerusakan sel paru-paru dan menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO), merupakan
gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
Gas CO yang dihisap dapat menurunkan kapasitas sel darah merah untuk mengangkut
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Di tubuh perokok, tempat untuk O2 ditempati oleh
CO, karena kemampuan darah 200 kali lebih besar untuk mengikat CO ketimbang O2.
Akibatnya otak, jantung dan organ vital tubuh lainnya akan kekurangan oksigen. Jika
jaringan yang kekurangan oksigen adalah otak, maka akan terjadi stroke (kelumpuhan). Bila
yang kekurangan oksigen adalah jantung, maka akan terjadi serangan jantung. Zat kimia
dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga arteri rentan terhadap
11. Olahraga
olahraga yang teratur dapat melancarkan peredaran darah sehingga dapat menurunkan
tekanan darah, menurunkan obesita dan dapat mengurangi asupan garam ke dalam tubuh
penurunan denyut jantung dan tekanan darah, penurunan tonus saraf simpatik, meningkatkan
diameter arteri koroner, dan sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL darah. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih
Frekuensi denyut nadi berkurang, namun kekuatan memompa jantung semakin kuat,
penurunan kebutuhan oksigen jantung pada intensitas tertentu, penurunan lemak dan berat
Hasilnya secara teratur terbukti bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi
risiko stroke, serangan jantung, dan lain-lain. Pengaruh olahraga dalam jangka panjang
sekitar 4-6 bulan dapat menurunkan tekanan darah sebesar 7,4/5,8 mmHg tanpa bantuan obat
hipertensi. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai sekitar 20 jam
12. Stres
Stres adalah respon fisiologi, psikologi, dan perilaku seseorang individu dalam
menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal maupun eksternal
(Cahyono, 2008).
Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban
(stresor psikososial) yang berdampak pada sistem kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu
sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan,
hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma (Hawari, 2001).
stres atau ketegangan jiwa (rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan
bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres, perintah untuk
meningkatkan sistem saraf simpatik berjalan dan mengakibatkan hormon stress dan adrenalin
meningkat. Hati melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar.
Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yaitu
sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg, dengan cara pengukuran darah minimal 2 kali
dan pastikan tidak ada perbedaan antara kedua lengan. Jika terdapat perbedaan, lengan yang
mempunyai angka lebih tinggi digunakan sebagai patokan pengukuran berikutnya. Dalam
setiap kesempatan pengukuran tekanan darah harus di usahakan 2 kali dengan jarak cukup
Menurut Depkes (2006), upaya deteksi faktor risiko penyakit hipertensi dilakukan
1. Wawancara dengan menggunakan kuesioner yang meliputi identitas diri, riwayat penyakit,
riwayat anggota keluarga, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok, konsumsi
3. Pengukuran indeks antropometri, seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan.
memulai terapi bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total, kolesterol HDL).
kepala, pusing, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat
marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan; penglihatan,
saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan
pada kondisi asupan garam yang berlebihan tubuh tidak dapat menahan terlalu banyak
air sehingga volume cairan darah akan meningkat tampa disertai penambahan ruang pada
pembulu darah, selain itu berbagai faktor kecemasan, ketakutan, rokok, kurangnya
berolahraga dan penyakit ginjal dll, ini dapat mempengaruhi respon pembulu darah. Hal ini
dapat merespon sistem syaraf simpatis merangsang pembulu darah.. Medulla adrenal
(kelenjar enghasil hormone yang berada diatas ginjal) mengeluarkan efinefrin (adrenalin)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang sehingga menyebabkan pelepasan rennin oleh
angiotensi I oleh Angiotensin converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotenigen yang diproduksi
oleh hati. Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi
angiotensin I, oleh ACE oleh paru-paru, angiotensi I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peran kunci dalam menaikan tekanan darah. Angiotensi
II adalah zat yang terjadi secara alami yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah
melalui vasokontriksi pembulu darah dan retensi (penyimpangan) garam dan air. Mekanisme
kerja angiotensi II adalah sebagai berikut : pertama adalah meningkatkan skresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diprodusi oleh hipotalamus (klenjar pituitary) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang dieksekresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi tinggi
dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Kedua adalah menstimulasi
aldosteron dari kortek adrenal. Aldosteron meruakan hormon streroid yang memiliki peranan
penting dalam ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, Aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsobsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Sylvia, 2005).
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan
lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya
risiko terkena penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Ditjen Bina
Dalam Gray (2005) dan Suhardjono (2006), hipertensi yang tidak diobati akan
mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya akan memperpendek harapan hidup sebesar
10-20 tahun. Selain itu penurunan tekanan darah dapat mencegah demensia dan penurunan
kognitif pada usia lanjut. Kemunduran kognitif ditandai dengan lupa pada hal-hal yang baru,
akan tetapi masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Kerusakan organ yang terjadi
berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi. Perubahanperubahan utama organ yang terjadi
1. Jantung menyebabkan Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, gagal jantung.
2. Ginjal menyebabkan terjadinya gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering
3. Otak menyebabkan komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat timbul
akibat pendarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embulus yang terlepas dari pembuluh
non-otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
dengan kebutaan.
5. Pembuluh perifer Penelitian meta-analisis yang melibatkan lebih dari 420.000 pasien telah
menunjukkan hubungan yang kontinyu dan independen antara tekanan darah dengan stroke
dan penyakit jantung koroner. Peningkatan tekanan diatolik >10 mmHg dalam jangka
panjang akan meningkatkan risiko stroke sebesar 56% dan penyakit jantung koroner sebesar
6. Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan
kesehatan yang ada, mungkin oleh karena tidak mempunyai uang yang cukup untuk membeli
obat atau keperluan yang lain, hal itu dapat mengakibatkan penyakit yang diderita bertambah
tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit lain.
berlebih, menurunkan konsumsi alkohol berlebih, latihan fisik serta menurunkan asupan
Meningkatkan konsumsi asupan buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak.
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan
darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi (Ditjen Bina
b. Penatalaksanaan Farmakologis
3. Vasodilator arteriol
kondisi psikologis, serta perubahan kondisi sosial. Menurut UU No.13 Tahun 1998
dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut lanjut usia. Menurut
Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga yaitu: young old (65-74 tahun);
(middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, lansia
Menjadi lansia secara alami akan dialami oleh setiap orang. Prosesnya tidak dapat
dihindari. Kekuatan fisik dan daya tahan tubuh pada lansia telah menurun, serta mekanisme
kerja organ tubuh mulai terganggu. Berikut ini merupakan kedaan fisiologis lansia, yaitu:
1. Proses menjadi tua merupakan proses alami secara fisiologis dan biologis yang terjadi pada
mengakibatkan selera makan menurun. Hal itu sering menyebabkan kurangnya asupan atau
penggunaan bumbu, seperti kecap atau garam. Pada lansia cenderung berlebihan dalam
penggunaannya dan hal ini akan berdampak pada menurunnya kesehatan lansia.
3. Kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka berkurang, mengakibatkan kepala dan leher
terfleksi ke depan, ruas tulang belakang mengalami kifosis, panggul dan lutut juga terfleksi
Penyakit atau gangguan yang menonjol pada kelomok lansia adalah gangguan pembuluh
intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi
pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan
diastolik dijumpai pada usia pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun.
Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun
tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang,
2008).
Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan menjadi faktor
utama pernyakit jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60
tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada lanjut usia
dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan
2.4 Hubungan konsumsi Natrium (Na) dengan Hipertensi pada lanjut usia
natrium dalam darah diatur oleh ginjal. Sumber utama natrium adalah garam dapur atau
NaCl, selain itu garam lainnya bisa dalam bentuk soda kue (NaHCO3), baking powder,
natrium benzoat, dan vetsin (monosodium glutamat). Kelebihan natrium akan menyebabkan
keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi (Almatsier, 2006).
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan peningkatan tekanan cairan ekstraseluler.
Untuk menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume
(Sutanto, 2010).
tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990) menganjurkan pembatasan
konsumsi garam dapur hingga 3 gram sehari atau sama dengan 2400 mg natrium, sebagai
perbandingan satu sendok teh mengandung sekitar 2,4 gram garam (Sunita, 2005).
bukan merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 1,00; OR = 1,04 dan
95% Cl = 0,20 5,34, tetapi penelitian gunawan (2011) tentang kebiasaan mengkonsumsi
natrium merupakan resiko dengan hasil Setelah dilakukan uji chi square dengan derajat
kepercayaan (CI) 95 % dengan nilai = 0,05 ternyata nilai P value (0,000) < 0,05 dengan OR
Olahraga secara teratur idealnya dilakukan tiga hingga lima kali dalam seminggu dan
Adapun macam-macam aktivitas fisik yang baik dilakukan oleh lansia untuk memulihkan
2. Berjalan-jalan
4. Jogging
Hasil penelitian Sanusi (2002) di poli klinik geriatri RS Cipto Mangunkusumo diketahui
bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan hipertensi.
olahraga mempunyai risiko menderita hipertensi sebesar 4,73 kali dan olah raga tidak ideal
mempunyai risiko sebesar 3,46 kali dibandingkan orang yang mempunyai kebiasaan olah
raga ideal.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 1025 mmHg dan
menambah detak jantung lima sampai 20 kali per menit (Suheni, 2007).
Asap rokok bukan saja memberikan dampak buruk bagi perokok, melainkan juga bagi
orang lain yang menghisap asap rokok tersebut tanpa dirinya sendriri merokok (disebut
perokok pasif). Para ilmuwan membuktikan bahwa zat-zat kimia yang dikandung asap rokok
dapat mempengaruhi kesehatan orang-orang disekitar perokok yang tidak merokok. Dampak
bahaya merokok tidak langsung bisa dirasakan dalam jangka pendek tetapi terakumulasi
beberapa tahun kemudian, terasa setelah 10-20 tahun pasca digunakan. Dengan demikian
secara nyata dampak rokok berupa kejadian hipertensi akan muncul kurang lebih setelah
berusia lebih dari 40 tahun, sebab dipastikan setiap perokok yang menginjak usia 40 tahun ke
atas telah menghisap rokok lebih dari 20 tahun. Jika merokok dimulai usia muda, berisiko
mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan
Jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus per hari, terbagi atas 3
kelompok yaitu :
a. Perokok Ringan, apabila seseorang menghisap kurang dari 10 batang rokok per hari.
1997).
Hasil penelitian gunawan (2011), pada hasil uji kai kuadrat dapat disimpulkan bahwa ada
bandingkan responden yang tidak merokok (p = 0,013). Adapun besar bedanya dapat dilihat
dari nilai OR yang besarnya 1,979 ( 95 % CI : 1,183 3,311), artinya responden yang
merokok mempunyai risiko mengalami hipertensi 1,979 kali dibandingkan responden yang
tidak merokok.
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,
peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi (Rohaendi, 2003).
Gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan sering kali
kita tidak menyaddari. Namunmeskipun demikian dari pengalaman praktik psikiatri, para ahli
membagi stres tersebut dalam enam tahapan. Setiap tahapan memperlihatkan sejumlah
gejala-gejala yang dirasakan oleh orang yang bersangkutan, hal ini berguna bagi seseorang
tahaan stres tersebut ditemukan oleh Robert J. Van Amberg (psikiater) sebagai berikut :
1. Stres tingkat I
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan
1. Semangat besar
2. Stres tingkat II
Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-
keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan keluhan yang
d. Terkadang gangguan dalam system pencernaan (ganguan usus, perut kembung) kadang-
Pada tahap ini keluhan keletihan semakin nampak disertai semakin nampak :
a. Gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, sering ingin ke belakang).
d. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun malam dan sukar tidur kembali atau bangun
terlalu pagi).
e. Badan terassa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan). Pada tahap ini
penderita sudah harus berkomunikasi pada dokter, kecuali kalau bebas stres atau tuntutan-
tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapatkan kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi,
4. Stres tingkat IV
Tahap ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk yang ditandai dengan cirri-ciri
sebagai berikut :
d. Tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan, dan sering terbangun dini hari.
e. Perasaan negativistik.
5. Stres tingkat V
Keadaan ini meruakan keadaan yang lebih mendalam dari tahap IV diatas, yaitu :
c. Gangguan system pencernaan ( sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau
6. Stres tingkat VI
Tahapan ini merupakan tahap puncak yang merupakan keadaan gawat darurat. Tidak
jarang penderita pada tahap ini dibawa ke ICCU. Gejal-gejala pada tahap ini sangat
mengerikan, yaitu :
a. Debar jantung terasa sangat keras, hal ini disebabkan zat adrenalin yang dikeluarkan, karena
iyus, 2005)
Salah satu cara untuk mengetahui responden mengalami stres atau tidak stres, dapat
digunakan skala ukur DASS ( Depression ansiety and stress scale) dengan perhitungan nilai
5. Stres sangat berat, dengan nilai skor 34+ (Lovibond, S.H. & Loviband, P.F. (1995)
Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang mengalami stres terhadap jenis
hipertensi, didapatkan bahwa responden pre hipertensi yang mengaku tidak mengalami stress
(6,86%), sementara yang menderita hipertensi grade I yaitu 37,25%, dan yang menderita
Hal ini didukung dengan hasil penelitian tentang Hubungan keadaan jiwa yang stres dapat
meningkatkan risiko kejadian penyakit hipertensi pada usia lanjut 2,926 kali (OR = 2,926; 95
% CI = 1,696 5,049) dibandingkan dengan responden yang keadaan jiwanya tidak stres dan
Gambar 2.1. Kerangka teori Hubungan Gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi
Obesitas
Olahraga
Riwayat keluarga
Merokok
Konsumsi Alkohol
Etnis
Umur
Stres
Jenis kelamin
Konsumsi lemak
Kelainan ginjal
Kafein
Kolesterol tinggi
Nutrisi
Zat Toksin
Narkoba
HIPERTENSI
Sumber : Susilo & Wulandari, 2011
konsep yang diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,
2010).
GAYA HIDUP
GAYA
HIDUP
Merokok
Stres
2.10 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya.
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk usia lanjut ( usia 60 tahun keatas
) di wilayah kerja Puskesmas Simpang Pematang kabupaten Mesuji dengan jumlah populasi
1. kreteria Sampel
7. usia Lanjut tercatat penduduk dan tinggal didaerah wilayah kerja puskesmas simpang
pematang
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 187 usia lanjut, dalam
menentukan jumlah sampel ini dugunakan rumus estimasi proporsi pada sampel acak
sederhana dengan presisi mutlak (Hoster & Klar) dengan rumus sebagai berikut :
n = Z1 2 - /2 * P * ( 1 P ) N
d 2 (N1) + Z12 /2 x P (1P)
KET :
n = Besarnya sampel
N = Besarnya poulasi
P = Proporsi sifat populasi misalnya
Prevalensi, Bila tidak diketahui gunakan 0,5 (50%)
Z1 2 - / = Standar deviasi normal pada derajat kepercayaan
2
(kemaknaan 95% adalah 1.96)
d = Tingkat penyimpangan yang diinginkan 0.05 atau 0.01
Jadi :
n : 1,96 * 0,5 (1-0,5) 1726
(0,05)2 *(1726 1) + 1,96 * 0,5 (1- 0,5)
: 169
Faktor Drop Out :
N* : n * 1/1-f
Ket :
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Systematic Random Sampling yaitu pengambilan
sampel berdasarkan areal wilayah yaitu di wilayah kerja puskesmas Simpang Pematang yang
terdiri dari 9 desa dengan jumlah usia lanjut yang ada pada masing-masing desa adalah
sebagai berikut :
Jadi jumlah total keseluruhan 187 responden dari seluruh desa di wilayah kerja Puskesmas
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik pendekatan
cross sectional (potong lintang) dimana variabel bebas (Independent variable) yaitu gaya
hidup serta variabel terikat (dependent variable) yaitu kejadian penyakit hipertensi pada usia
lanjut yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang
bersamaan pada saat penelitian dengan menggunakan kuesioner, tensimeter dan stetoskop
(Notoadmodjo, 2010).
1. Jenis Data
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dari mengukur tekanan darah dengan tensi meter,stetoscop
dan hasil wawancara dengan menggunakan quesioner kepada responden yang meliputi
2. Data sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari literatur yang berasal dari Puskesmas Simpang
pematang berkaitan dengan angka kejadian penyakit hipertensi pada Lanjut Usia dan
2. Sumber Data
1) Sumber data diperoleh dari pengukuran tekanan darah dan wawancara langsung kepada
2) Literatur yang berkaitan dengan angka kejadian penyakit hipertensi yang berasal dari : Profil
Kesehatan Simpang pematang, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Mesuji, Profil
Kesehatan Provinsi Lampung dan Data kecamatan Simpang Pematang mengenai jumlah
penduduk.
Pada penelitian hubungan gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi pada usia
lanjut di wilayah kerja Simpang Pematang, dilakukan peneliti dan dibantu oleh beberapa
tenaga kesehatan puskesmas dan instansi kecamatan yang terkait. Alat pengumpul data
menggunakan instrumen berupa tensimeter, stetoscop dan lembar quesioner yang dibuat oleh
c. Tentang Olahraga
e. Tentang stress
1. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan dari responden dikumpulkan kemudian dikoreksi apakah
jawaban telah diisi semua. Bila telah terisi semua selanjutnya dilakukan pengolahan data
1. Editing Data
Yaitu kegiatan dengan pengecekan isian formulir quesioner yang telah diisi oleh peneliti hasil
dari intervie kepada responden berkaitan dengan kemungkinan adanya kesalahan dan melihat
2. Coding Data
Yaitu mengubah data bentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan dan dapat
juga diartikan memberikan kode pada setiap jawaban yang terdapat pada lembar observasi
3. Entry Data
Data tersebut kemudian diolah menggunakan SPSS. Data yang diambil bersifat kuantitatif
dengan memberikan nilai pada setiap jawaban di masing-masing pertanyaan. Skor tersebut
4. Cleaning Data
Pengecekan kembali data untuk melihat ketidak lengkapan data sehingga kesalahan dalam
1. Analisis Univariat
diteliti. Data yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk frekuwensi dan proporsi serta disajikan
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara satu variabel bebas dengan
satu variabel terikat. Pada penelitian ini uji yang digunakan adalah :
a. Chi-Square (X2) adalah jumlah selisih antara frekwensi yang diperoleh dari hasil
pengamatan berbanding terbalik dengan frekwensi yang diharapkan dalam sampel sebagai
( O E )
X2 =
E
Keterangan :
X2 = Chi Square
= Penjumlahan
pengamatan
E = Frekwensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekwensi yang
dapat dinyatakan dan dibandingkan dengan Odss Ratio. Odds Ratio dalam desain Cross
Interprestasi OR = ad
bc
Bila OR = 1 estimasi bahwa tidak ada asosiasi antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi
Bila OR > 1 estimasi bahwa ada asosiasi positif antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi
Bila OR < 1 estimasi bahwa ada asosiasi negatif antara gaya hidup dengan kejadian penyakit hipertensi