Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : AAP
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Agama : Hindu
Alamat : Kaliakah
No. Rekam Medis : 219759
Tanggal MRS : 2 Februari 2017

ANAMNESIS DAN HETEROANAMNESIS


Keluhan Utama : Panas badan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang sadar ke IGD RSU Negara diantar oleh orang tua dengan
keluhan panas badan. Pasien dikeluhkan mengalami panas badan sejak 6 hari
sebelum masuk rumah sakit (MRS) yaitu pada hari Jumat tanggal 27 Januari 2017
malam. Panas badan dikatakan mendadak tinggi dan pada saat itu dilakukan
pengukuran suhu di rumah dimana suhu terukur 38,8oC. Panas badan dirasakan
berlangsung sepanjang hari dan sempat turun ketika pasien minum obat penurun
panas, namun beberapa jam kemudian dikatakan panas naik kembali. Sejak
mengalami panas badan, aktivitas pasien dikatakan berkurang, nafsu makan dan
minum pasien dikatakan menurun. Panas badan tidak disertai dengan menggigil
dan kejang. Pada saat pemeriksaan tanggal 2 Februari 2017, pasien sudah tidak
mengalami panas badan.
Selain mengalami panas badan, pasien dikeluhkan mengalami nyeri
persendian dan pegal-pegal seluruh badan. Pasien dikeluhkan mengalami nyeri
persendian sejak 4 hari sebelum MRS. Nyeri sendi dikatakan hilang timbul. Nyeri
sendi dikatakan lebih dirasakan oleh pasien ketika panas badan naik dan dirasakan
berkurang ketika pasien beristirahat.

1
Riwayat muntah kemerahan atau kehitaman Sakit kepala, nyeri perut,
mimisan, gusi berdarah, BAB hitam disangkal oleh penderita. Nafsu makan dan
minum pasien dikatakan berkurang semenjak sakit. BAB pasien dikatakan normal
dengan riwayat diare disangkal. BAK pasien juga dikatakan normal dengan wana
kuning jernih.

Riwayat Pengobatan :
Pasien sewaktu panas sempat berobat ke dokter, pada tanggal 29 Januari 2017,
pada saat itu diberikan obat penurun panas sanmol tablet 3x per hari. Suhu tubuh
pasien terukur oleh orang tua dimana pada demam hari ke-2 yaitu 38.80C
kemudian naik turun dengan pemberian obat penurun panas, lalu pada hari ke-4
turun menjadi 370C, dan 360C pada hari ke-5 dan ke-6. Orang tua pasien juga
mengatakan diberikan penjelasan untuk melakukan kontrol kembali pada tanggal
1 Februari 2017 jika kondisi pasien tidak membaik.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :


Sebelumnya pasien pernah mengalami panas badan. Panas badan
berkurang dengan pemberian obat penurun panas ataupun berkurang spontan
tanpa pemberian obat. Riwayat penyakit asma, alergi, penyakit jantung, kejang
demam dan penyakit sistemik lainnya disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, jantung, asma, kejang,
ginjal dan penyakit sistemik lainnya disangkal.

Riwayat Pribadi/Sosial/Lingkungan
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Adik pasien dikatakan
dikatakan mengalami demam serupa dimana adik pasien juga masuk IGD dimana
pemeriksaan lab masih dalam batas normal saat awal pemeriksaan, namun
keesokan harinya pada tanggal 3 Februari 2017, adik pasien MRS dengan
diagnosis DBD. Tetangga pasien juga banyak yang mengalami DBD. Di sekolah,
pasien mengatakan beberapa temannya ada yang sakit DBD. Di lingkungan
2
rumah, dikatakan belakangan ini terdapat nyamuk dengan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya, sehingga keluarga pasien di rumah menggunakan obat
nyamuk elektrik. Selain itu, juga terdapat kolam ikan dan terkadang terdapat
genangan air.

Riwayat Persalinan :
Pasien lahir secara spontan, cukup bulan, ditolong oleh dokter di RSU
Negara dan dikatakan lahir segera menangis. Berat badan lahir 3100 gram,
panjang badan 49 cm dan lingkar kepala dikatakan lupa. Tidak ada kelainan. Anus
(+).

Riwayat Imunisasi :
o BCG 1 kali
o Polio 4 kali
o Hepatitis B 4 kali
o DPT 3 kali
o Campak 1 kali.

Riwayat Nutrisi :
ASI eksklusif: dari usia 0-6 bulan, dengan pemberian ASI dilanjutkan
sampai usia 24 bulan, frekuensi sesuai kebutuhan.
Susu Formula : sejak usia 6-30 bulan dengan frekuensi 2-3x/hari
Bubur Susu : sejak usia 1 tahun-3 tahun, frekuensi 3-4 x/hari.

Riwayat Tumbuh Kembang :


Mengangkat kepala : 4 bulan
Membalikkan badan : 6 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri sendiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan

3
Bicara : 10 bulan
Pasien saat ini sedang duduk di bangku SD dan mengikuti pelajaran seperti
biasa. Interaksi dengan teman-teman pasien dikatakan baik. Kesan tumbuh
kembang pasien dalam kondisi normal.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 2 Februari 2017
Status Present
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 90x/menit lemah
Respirasi : 20x/menit
T.ax : 37,3 C
TD : 100/60 mmHg
BB : 29 kg
BBI : 28 kg
TB : 130 cm
Status Gizi (menurut waterlow) :103,57% (gizi baik)

Status General
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), refleks
pupil (+/+) isokor, cowong -/-,edema palpebra (-/-),
sekret (-/-)
THT
Telinga : Daun telinga N/N, sekret (-/-)
Hidung : Hidung luar normal, sekret (-/-), epistaksis (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-)
Lidah : Lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), mukosa basah
(+) warna merah muda
Bibir : Mukosa basah (+) warna merah muda, sianosis (-)

Leher

4
Kelenjar getah bening : tidak ditemukan pembesaran
Kelenjar parotis & tiroid : tidak ditemukan pembesaran

Thoraks
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis, pulsasi epigastrial (-)
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V MCL Sinistra, thrill (-),
lifting (-)
Perkusi : Batas-batas jantung : batas kanan PSL dextra, batas kiri
ICS V MCL sinistra, batas atas ICS II
Auskultasi : Suara jantung S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Paru
Inspeksi : dinding thoraks simetris statis & dinamis, retraksi (-),
Palpasi : taktil vokal fremitus N/N, pergerakan simetris,
nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor/sonor
sonor/sonor
sonor/sonor
Auskultasi : suara napas ves/ves ronkhi -/- wheezing-/-
ves/ves -/- -/-
ves/ves -/- -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), pelebaran pembuluh darah (-),
penonjolan massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ballotement (-)
Perkusi : distribusi suara timpani, redup hepar (+)

Ekstremitas
Inspeksi : Sianosis (-)
Palpasi : Hangat +/+ edema -/-
+/+ -/-

5
Kulit : Petechie (-), Rumple leed test (+)

Status Antropometri
- Berat badan/usia : p 50-75
- Panjang badan/usia atau tinggi badan/usia : p 50-75
- Berat badan/tinggi badan : p50-75
- Berat badan ideal : 28 kg

RESUME
Anak perempuan, usia 8 tahun, berat badan 29 kg, tinggi badan 130 cm,
status gizi baik, datang dengan febris hari ke 6 disertai atralgia myalgia, dan
anoreksia.
Kesan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 90x/menit lemah
Respirasi : 20x/menit
T.ax : 37,3 C
Rumple leed test (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboratorium
Darah Lengkap

Parameter 2/2/17
19:57
Hari-6
WBC (10e3/uL) 2,70()
Limfosit (%) 1,3
Eritrosit (10e6/uL) 5,67
HGB (g/dl) 13,50

6
HCT (%) 38,0
PLT (10e6/uL) 99()
Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap

Tes Widal (2/2/2017, 19:57)


- Salmonella typhi A-O : +1/80
- Salmonella typhi B-O : +1/80
- Antibodi O : +1/80
- Antibodi H : +1/80

3.5 Diagnosis Kerja


Demam Berdarah Dengue derajat I (demam hari ke-6)

3.6 Planning
Planning Diagnosis
Cek darah lengkap setiap12 jam.
Cek serologi IgM IgG anti dengue pada hari ke-7.
Planning Terapi
Masuk Rumah Sakit (MRS).
Kebutuhan energy:1740kkal/hari
Kebutuhan protein:43,5gram/hari
Kebutuhan cairan: 5cc/kgbb/jam= 145cc/hari setara 48 tpm makro
Cairan IV yang digunakan: IVFD RL 48 tpm makro.
Paracetamol 10-15 mg/kg/BB/kali setara dengan 290-435 mg/kali
Paracetamol 3x435 mg tab (3/4tab 500mg)) (bisa diulang tiap 4 jam jika
suhu axila 380C dan dilakukan kompres hangat).
Pasien disarankan minum air 1,5-2L/hari.
Planning Monitoring
Observasi tanda vital.
Observasi warning sign.
7
Observasi balance cairan dan produksi urin.

3.7 Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsionam :dubius ad bonam
Ad sanationam :dubius ad bonam

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis pasien datang dengan keluhan panas badan yang


mendadak tinggi dan naik turun semenjak 6 hari sebelum MRS tidak dapat
langsung ditegakkan diagnosis pasien tersebut. Namun perlu juga
dipertimbangkan adanya tanda perdarahan terprovokasi melalui rumple leed test
dimana didapatkan peteki (+) serta keluhan keluhan lain seperti, pegal-pegal
pada seluruh badan, serta terutama adanya orang-orang di lingkungan sekitar yang
pernah mengalami keluhan serupa bahkan sudah di diagnosis DBD.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan untuk mencari kelainan sistemik. Dari pemeriksaan tanda vital
didapatkan bahwa suhu tubuh pasien pada demam hari ke-2 yaitu 38.80C
kemudian naik turun dengan pemberian obat penurun panas, lalu pada hari ke-
4turun menjadi 370C, dan 360C pada hari ke-5 dan ke-6. Pola demam pada pasien
ini dapat diperkirakan mengikuti pola demam pada DBD, dimana terjadi demam
mendadak tinggi pada hari pertama kemudian akan naik turun akibat pengaruh
obat penurun panas dan akan mengalami fase dimana demam turun hingga
mencapai suhu normal. Namun, pada saat suhu tubuh pasien berada pada angka
normal, justru disanalah perlu dilakukan observasi ketat karena merupakan suatu
periode kritis yang dapat mengarah pada terjadinya syok.
Untuk lebih memastikan diagnosis pada pasien tersebut dapat dilihat dari
hasil pemeriksaan fisik dimana ditemukan Rumple leed test (+) dan tanda
perdarahan spontan berupa mimisan, gusi berdarah, tidak kami dapatkan.Pada
pemeriksaan juga ditemukan adanya akral hangat dan lembab, serta nadi teraba
kuat yang menandakan belum terjadinya kegagalan sirkulasi. Tekanan darah
pasien 100/70 mmHg yang menunjukan adanya penurunan tekanan darah namun
belum sampai mengalami tanda syok berat berupa hipotensi (sistolik <80mmHg)
ataupun tekanan nadi yang <20mmHg. Dengan adanya Rumple leed test(+), tanda
perdarahan spontan (-), dan tanda kegagalan sirkulasi (-), maka sudah dapat
digolongkan ke dalam kriteria demam berdarah dengue derajat I.

9
Berdasarkan literatur, setiap pasien yang dicurigai DBD harus dilakukan
pemeriksaan darah lengkap, dan serologis dengue.Pemeriksaan darah lengkap
(DL) dilakukan untuk menilai jumlah white blood cell (WBC), platelet (PLT) dan
hematokrit (HCT). Pemeriksaan DL ada yang dilakukan setiap 8 jam atau 12 jam
dengan tujuan untuk bisa memonitor kondisi pasien dari jumlah trombosit dan
kadar hematokrit, apakah pasien cenderung stabil, masuk ke dalam fase syok
ataupun pasien dapat dipulangkan atau tidak. Dari hasil pemeriksaan DL
ditemukan jumlah WBC yang menurun dari awal pemeriksaan (tanggal 3Februari
2017 pk. 19:55). Hal ini sesuai dengan yang terdapat pada referensi dimana pada
infeksi virus dengue ditemukan jumlah WBC yang menurun (leukopeni) pada
awal penyakit yang kemudian menjadi normal setelah beberapa hari.15
Jumlah trombosit ditemukan dibawah normal dari pemeriksaan DL demam
hari ke-6 (tanggal 3 Februari 2017 pk. 19:55). Hasil ini sesuai dengan yang
terdapat pada referensi dimana pada pasien dengan infeksi virus dengue dimana
penurunan jumlah PLT hingga 100103/L ditemukan antara hari ke-3 hingga 8
dan penurunan bisa terus berlangsung hingga <100103/L.15
Selain itu diagnosis demam berdarah dengue dapat diperkuat dengan adanya
tanda kebocoran plasma.Tanda-tanda kebocoran plasma pada pasien ini perlu
dievaluasi, seperti adanya asites ataupun efusi pleura. Adanya keluhan sesak
napas yang dirasakan sejak 2 hari MRS perlu diwaspai sebagai tanda adanya efusi
pleura. Untuk itu perlu dilakukan observasi dan pemeriksaan lebih lanjut untuk
memastikannya, sehingga dapat diberikan penanganan yang tepat.
Berdasarkan literatur, diagnosis pasti pada kasus ini ditegakkan dengan
melakukan tes serologi dengue , dimana pada pasien ini didapatkan hasil IgM dan
IgG anti denguepositif, yang menandakan terjadinya infeksi sekunder pada pasien
ini.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang ditentukan
diagnosis kerja pada pasien ini yakni demam berdarah dengue derajat I. Diagnosis
banding seperti demam tifoid, demam cikungunya ataupun penyakit lain yang
memiliki gejala serupa sudah dapat disingkirkan dengan adanya semua hasil
pemeriksaan terutama pemeriksaan serologi yang mendukung diagnosis DBD.
Dari pengukuran antropometri didapatkan pasien memiliki berat badan 29 kg dan
10
tinggi badan 130 cm, dan berat badan ideal didapatkan 28 kg setelah di plot di
kurva CDC. Berdasarkan Waterlow, pasien ini memiliki status gizi baik dengan
persentasi 103,57%.
Penatalaksanaan DBD bersifat suportif dan simtomatik, yaitu dengan
mengatasi demam dan kehilangan cairan.Pada pasien ini diberikan penanganan
rawat inap atas indikasi keadaan umum pasien lemah, kemampuan makan dan
minum berkurang, adanya perdarahan, PLT <100.000, nyeri abdomen, dan adanya
tanda kegagalan sirkulasi. Pada kasus ini pasien diberikan cairan kristaloid Ringer
Laktat (RL) 48 tetes makro/menit dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
hemokonsentrasi karena terjadinya perembesan plasma yang dapat mengakibatkan
pasien kekurangan cairan. Pasien diberikan antipiretik berupa Paracetamol
3x435mg tab (dapat diulang tiap 4 jam jika demam 380C) dan juga diberikan
penjelasan untuk dilakukan kompres hangat jika demam. Untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, pasien juga diberikan Imunos 1x1 cth dan Aviter 3x1 sch.
Monitoring tanda vital, status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan kecepatan
tetes infus penting dilakukan untuk dapat mencegah munculnya komplikasi lebih
lanjut. Selain itu, juga perlu monitoring perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai
pasien melewati fase kritis), balance cairan dan produksi urine, hematokrit
(sebelum dan sesudah terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula
darah, dan fungsi organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai
indikasi).
Prognosis pasien dengan DBD biasanya tergantung pada kecepatan dan
ketepatan penanganan yang diberikan. Pada pasien ini tergolong dubius ad bonam
karena pasien sudah mendapat penanganan dengan cepat sebelum munculnya
komplikasi, terlihat dari keadaan umum pasien sudah membaik dan munculnya
rash konvalesen.

11
BAB V
KESIMPULAN

1. DBD adalah infeksi virus dengue yang disertai dengan kebocoran plasma.
Perubahan patofisiologi pada infeksi dengue menentukan perbedaan
perjalanan penyakit antara DBD dengan DD.
2. Demam Dengue (DD) dan DBD disebabkan virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
seroptipe, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4.
3. Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris.
4. Adapun gejala DBD yaitu demam tinggi, mendadak 2-7 hari dengan
gambaran demam bifasik. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri
otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Ditemukan juga
nyeri perut dirasakan di epigastrium dan perut kanan atas.
5. Penatalaksanaan infeksi virus dengue berupa terapi cairan, pemberian obat
penurun panas jika pasien mengalami demam dan memonitor vital sign,
keseimbangan cairan, tanda- tanda perdarahan serta tanda- tanda terjadinya
syok.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO, Regional Office for South East Asia. 2011. Comprehensive


Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever: Revised and expanded edition. SEARO Technical
Publication Series No. 60. India
2. Soegijanto, Soegengdkk. 2012. The Changing Clinical Performance Of
Dengue Virus Infection In The Year 2009. Indonesian Journal of Tropical
and Infectious Disease, Vol. 3. No. 1 JanuaryMarch 2012: 59
3. Oscar. 2007. Dengue Haemorrhagic Fever. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. [Online] Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan.html [diunduh: 7 Februari 2017]
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Data Kesehatan
Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. [Online] Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-
profil-kesehatan.html [diunduh: 7 Februari 2017]
6. WHO. 2009. Dengue: Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention
and Control. France: WHO Press. [Online] Tersedia di:
http://www.who.int/rpc/guidelines/9789242547871/en/ [diunduh: 7
Februari 2017]
7. Suhendro, Nainggolan Leonard, Khie Chen, dan Pohan HT. 2009. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid III. Fakultas Kedokteran UI :
Media Aescullapius. Jakarta.
8. Suzanne Moore Shepherd. 2014. Dengue. Pennsylvania. Hospital of
University of Pennsylvania.

13
9. Amin P. et al, Dengue, Dengue Haemorrhagic Fever, Dengue Shock
Syndrome. Tersedia di:http://www.bhj.org/journal/2001 4303 july
01/review 380.htm. Diakses 7 Februari 2017.
10. Karyanti MR. Diagnosis dan Tata Laksana Terkini Dengue. Divisi Infeksi
dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSUPN Cipto
Mangunkusumo, FKUI.
11. Shu PY. Comparison of a capture immunoglobulin M (IgM) and IgG
ELISA and non-structural protein NS1 serotype-specific IgG ELISA for
differentiation of primary and secondary dengue virus infections.
ClinDiagn Lab Immunol2006;10:622-30.
12. Oscar. 2007. Dengue Haemorrhagic Fever. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
13. Hadinegoro SR, Ismoedijanto M, Alex C. 2014. Pedoman Diagnosis dan
Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. Bagian Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
14. Hadinegoro SR et al.2012. New Dengue Classification, Pitfals pada
Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Dengue dalam: Update Management
of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorder. Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan LXIII Fakultas Universitas Indonesia
Departemen Ilmu Kesehatan Anak.
15. WHO. 2016. Dengue vaccine:WHO position paper July 2016. No 30,
2016, 91, 349364 http://www.who.int/wer (Diakses 9 Februari 2017)
16. Judarwanto W. 2016. Dengvaxia, Vaksin DBD Baru yang Telah Hadir di
Indonesia. Media Imunisasi. https://mediaimunisasi.com/2016/10/20/1631/
(diakses 9 Februari 2017).

14

Anda mungkin juga menyukai