Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala Berkat dan Bimbingan_Nya kami dapat menyelesaikan Laporan praktikum
dasar-dasar pemetaan ini degan baik.

Laporan ini di buat sebagai tugas akhir dari mata kuliah Praktikum Dasar-Dasar
Pemetaan.

Kami telah menyusun Laporan ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal


mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu segala kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat kami
harapkan demi penyempurnaan Laporan ini, dan bagi kami pribadi dapat menjadi
masukan untuk penulisan Laporan ini di masa yang akan datang.

Melalui Laporan ini kami juga mengucapkan limpah terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu memberikan masukan bagi kami, diantaranya :

1) Pak Oktavianus S. ST,MT selaku Dosen Mata Kuliah


2) Ibu Neo yang telah memberikan ijin kepada kami untuk
meggunakan/memakai alat Theodolit TOPCON DT - 200 dan Statif

3) Ka Oby yang telah membimbing kami dalam melakukan praktikum ilmu


ukur tanah ini.
4) Anggota kelompok 12 atas kerja sama kita semua sehingga
pelaksanaan Praktikum dan laporan ini selesai dengan hasil yang
memuaskan.

Mudah-mudahan laporan ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuanya khususnya FAKULTAS TENIK JURUSAN
TEKNIK SIPIL

Kupang

11 Juni 2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif
atau absolut titik-titik pada permukaan tanah , di atasnya atau di bawahnya, dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan
nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya.Pengukuran
terletak di antara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan.Hasil penelitian geodesi dipakai
sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran
adalah dasar dari pembuatan peta.
Sebelum suatu bidang tanah diukur, wajib dipasang dan ditetapkan tanda-
tanda batasnya, setelah mendapat persetujuan dari pemilik tanah yang berbatasan
langsung.Apabila sampai dilakukannya penetapan batas dan pengukuran bidang
tanah tidak tercapai kesepakatan mengenai batas-batasnya (terjadi sengketa batas),
maka ditetapkan batas sementara yang menurut kenyataannya merupakan batas
bidang-bidang tanah yang bersangkutan.Kepada yang bersengketa diberitahukan
agar menyelesaikannya melalui Pengadilan.Melalui pengikatan kepada titik-titik
dasar orde 4, maka dilaksanakan pengukuran tanah bidang per bidang.Bidang-
bidang tanah hasil pengukuran kemudian dipetakan dalam Peta Dasar Pendaftaran.
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan persiapan
terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif dengan
waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.Pengukuran memerlukan alat ukur
yaitu theodolite.
Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang
digunakan dalam survei.Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-
putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca.
1.2 Permasalahan

Mahasiswa telah mendapatkan pemahaman materi secara teoritis tentang


pengukuran dan pemetaan, tetapi belum mengetahui lebih lanjut bagaimana
penerapan dilapangan.Perlunya aplikasi ilmu tentang pemahaman teori mengenai
pengukuran dan pemetaan

1.3 Maksud dan Tujuan

a. Mahasiswa mengerti cara kerja alat-alat ilmu ukur tanah.


b. Mahasiswa mampu melakukan praktikum ilmu ukur tanah berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
c. Mahasiswa mampu menganalisa data-data pengukuran untuk selanjutnya
diterjemahkan kedalam bentuk gambar.
d. Mahasiswa mampu menginterpretasikan gambar hasil pengukuran.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan:


Waktu data dilapangan adalah Dua hari

Lokasi pengukuran adalah Di Keliling kampus baru berhadapan

kampus teknik unwira

1.5 Metodologi
Penjelasan teori.

Penetapan lokasi yang akan diukur.

Memeriksa semua perlengkapan dari peralatan yang akan dibutuhkan


untuk keperluan pengukuran, mengkonsutasikan dengan asisten dan staf
laboratorium, setelah lengkap dan dengan persetujuan dari asisten maka
selanjutnya diadakan kegiatan pengukuran dilokasi yang ditentukan.

Kegiatan dilapangan ( pengukuran ).

Pelaporan kegitan pengukuran yang berupa analisa data yang dilakukan


setelah pengukuran padilangan.
BAB II
PEMBAHASAN

Prosedur Persiapan:

a) Peralatan
1. Theodolith = 1 unit
2. Rambu Ukur = 2 buah
3. Statif / Kaki Tiga= 1 unit
4. Unting Unting = 1 buah
5. Papan Alas = 1 buah
6. Kompas = 1 buah
7. Meter Rol ( 50m ) = 1 buah
8. Meter Rol ( 5m ) = 1 buah
9. Form Data Lapangan = Secukupnya
10. Alat Tulis
11. Payung = 2 buah
12. Patok = 12 buah
13. Hammar = 1 buah
14. Alat Potong = 3 buah

b) Lokasi : keliling informatika ( Gambar ditampilkan )


c) Latihan mengoperasikan alat ukur theodolith

Prosedur Pengukuran:
a) Persyaratan Operasi Theodolit
Syaratsyarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sebagai berikut :

1) Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II (dengan menyetel nivo


tabung dan nivo kotaknya).

2) Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.


3) Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan indeks skala
tegak.

4) Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II.
(syarat 2, 3, dan 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya)

b) Mengatur Sumbu Tegak


Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengatur sumbu tegak adalah
sebagai berikut:

1) Usahakan agar nivo lingkaran mendatar sejajar dengan arah 2 sekrup


kaki statif.

2) Tengahkan posisi gelembung nivo dengan cara memutar kedua skrup


kaki statif secara bersamaan dengan arah yang berlawanan.

3) Setelah keadaan gelembung nivo berada di tengah maka putar


theodolit 90, tengahkan posisi gelembung nivo dengan hanya
memutar skrup kaki statif yang ketiga.

4) Kemudian kembalikan ke kedudukan semula (sejajar skrup kaki statif 1


dan 2).

5) Tengahkan kembali posisi nivo apabila gelembung nivo belum berada


ditengah.

6) Kemudian putar theodolit 180, sehingga nivo berputar mengelilingi


sumbu tegak dalam kedudukan nivo yang sejajar dengan skrup kaki
kiap 1 dan 2.

7) Bila garis arah nivo tegak lurus dengan sumbu tegak, maka gelembung
nivo akan tetap berada ditengah.

c) Penyetelan Alat Theodolit

1) Mendirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

2) Pasang pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan


peawat dan sekrup pengunci di kepala statif.

3) Stel nivo kotak dengan cara:


a) Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama hingga gelembung
nivo bergeser kearah garis sekrup C.

b) Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo


bergeser ketengah.

c) Setel nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.

4) Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel


(A,B,C), maka caranya adalah:

a) Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup A,B.

b) Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama,


hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.

c) Putarlah teropong 90 ke arah garis sekrup C.

d) Putar sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo


bergeser ketengah.

5) Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung


dengan cara memutar teropong ke segala arah. Bila ternyata posisi
gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara
yang sama seperti langkah sebelumnya. penyetelan akan dianggap
benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-
tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.

Prosedur Pengukuran
1) Tentukan titik patok di lokasi pengukuran.
2) Dirikan theodolith diatas titik 1.
3) Stel alat sampai datar dengan cara menempatkan gelembung nivo
tepat berada ditengah-tengah kotaknya.
4) Mencari azimuth awal , caranya :
Tempatkan kompas pada alat ukur (theodolith).
Tombol pembacaan sudut horisontal diaktifkan.
Arahkan alat ukur kearah utara magnet bumi dengan
menggunakan kompas.
Baca bacaan utara (31603915) dan catat.
Arahkan theodolith ke rambu ukur yang berada di titik 12 yang
dipegang oleh salah satu anggota regu.
Baca sudut horisontal. Hasil pembacaan dimasukkan kedalam
formulir data pengukuran. Dengan syarat ; Benang tengah
diafragma berada di sisi bawah rambu ukur, Benang vertikal
berada ditengah-tengah rambu ukur (gunakan skrup penggerak
halus horisontal).
5) - Putar dan arahkan theodolith ke rambu ukur yang berada dititik 2.
- Baca Sudut Horisontal dan hasilnya dimasukkan kedalam formulir
pengukuran. Dengan syarat ; Benang tengah diafragma berada di sisi
bawah rambu ukur, Benang vertical diafragma berada di tengah-
tengah rambu ukur.
awal / 1,2 = mis ; bacaan utara = 31603915
bacaan belakang = 27302650
= bacaan utara - bacaan belakang
= 31603915 - 27302650
= 4301225
- Ukur tinggi alat dengan menggunakan meter rol (5m) dan masukkan
ke dalam formulir pengukuran.
- Arahkan theodolith pada rambu ukur yang berada di titik 2 setinggi
alat, dengan cara : BT = TA . Jadi , arahkan theodolith ke arah rambu
ukur yang angkanya sama dengan theodolith.
- Tempatkan benang vertikal di tengah-tengah rambu ukur.
- Lakukan pembacaan benang atas dan benang bawah.

- Cek hasil pembacaan rambu ukur =BA + BB


2
Tinggi alat = 155 cm ; BA = 167,5 cm ; BB = 142,5 cm
BT = BA + BB = 167,5 + 142,5 = 155 cm
2 2
- Jika hasilnya benar, masukkan hasilnya ke dalam formulir
pengukuran.
- Lakukan pembacaan sudut vertikal, masukkan hasilnya ke dalam
formulir pengukuran.
6) - Arahkan theodolith pada rambu ukur yang berada di titik detail 1a
yang dipegang oleh salah satu anggota regu.
- Baca sudut horisontal. Hasil pembacaan dimasukkan kedalam
formulir data pengukuran.,Dengan syarat ; Benang tengah
diafragma berada di sisi bawah rambu ukur, Benang vertical
diafragma berada ditengah-tengah rambu ukur (gunakan skrup
penggerak halus vertikal).
- Tempatkan BT setinggi alat ukur.
- Baca BA dan BB.
- Cek hasil pembacaan rambu ukur : BA + BB
2
Tinggi alat =155cm ; BA = 160 cm ; BB = 150 cm
BT = BA + BB = 160+ 150 = 155 cm
2 2
- Jika hasilnya benar, masukkan hasilnya ke dalam formulir
pengukuran.
- Lakukan pembacaan sudut vertikal, masukkan hasilnya ke dalam
formulir pengukuran.
7) - Alat ukur theodolith yang berada di titik 1 dipindahkan ke titik 2.
- Rambu ukur di titik 2 dipindahkan ke titik 3.
- Rambu ukur di titik 12 di pindahkan ke titik 1.
- Setel alat ukur theodolith dengan cara menempatkan gelembung nivo
tepat berada di tengah-tengah kotaknya.
8) - Arahkan theodolith kerambu ukur yang berada di titik 1.
- Tempatkan benang tengah diafragma disisi bawah rambu ukur dan
benang vertikal di tengah-tengah rambu ukur.
- Baca Sudut Horisontal dan hasilnya dimasukkan kedalam formulir
pengukuran. Dengan syarat ; Benang tengah berada di sisi bawah
rambu ukur (gunakan sekrup penggerak halus horisontal pesawat),
Benang vertikal berada di tengah-tengah rambu ukur (gunakan
sekrup penggerak halus vertikal pesawat).
9) - Ukur tinggi alat di titik 2, arahkan theodolith pada rambu ukur yang
berada di titik 3.
- Baca Sudut Horisontal dan hasilnya dimasukkan kedalam formulir
pengukuran. Dengan syarat ; Benang tengah berada di sisi bawah
rambu ukur (gunakan sekrup penggerak halus horisontal pesawat),
Benang vertikal berada di tengah-tengah rambu ukur (gunakan
sekrup penggerak halus vertikal pesawat).
- Arahkan theodolith pada rambu ukur yang berada di titik 3 setinggi
alat, dengan cara : BT = TA . Jadi , arahkan theodolith ke arah
rambu ukur yang angkanya sama dengan theodolith.
- Tempatkan benang vertikal di tengah-tengah rambu ukur.
- Baca BA dan BB.
- Cek hasil pembacaan rambu ukur : BA + BB
2
Tinggi alat = 153 cm ; BA = 165,5 cm ; BB = 140,5 cm
BT = BA + BB = 165,5 + 140,5 = 153 cm
2 2
- Jika hasilnya benar, masukkan hasilnya ke dalam formulir
pengukuran.
- Lakukan pembacaan sudut vertikal, masukkan hasilnya ke dalam
formulir pengukuran.
10) - Arahkan theodolith pada rambu ukur yang berada di titik detail 2a
yang dipegang oleh salah satu anggota regu.
- Baca sudut horisontal. Hasil pembacaan dimasukkan kedalam
formulir data pengukuran. Dengan syarat ; Benang tengah
diafragma berada ditengah-tengah rambu ukur, Benang vertikal
berada ditengah-tengah rambu ukur (gunakan skrup penggerak
halus vertikal).
- Tempatkan BT setinggi alat ukur.
- Baca BA dan BB.
- Cek hasil pembacaan rambu ukur : BA + BB
2

Tinggi alat = 153 cm ; BA = 158 cm ; BB = 148 cm


BT =BA + BB = 158 + 148 = 153 cm
2 2
- Jika hasilnya benar, masukkan hasilnya ke dalam formulir
pengukuran.
- Lakukan pembacaan sudut vertikal, masukkan hasilnya ke dalam
formulir pengukuran.
11) Lakukan pengukuran pada titik 3 sampai 12 seperti langkah-langkah
pada point 1-10.

f) Keselamatan Kerja

1) Pergunakan alat sesuai dengan kegunaan dan fungsinya.

2) Menggunakan sepatu untuk melindungi kaki.

3) Melindungi PPD dari sinar matahari langsung dengan menggunakan payung.


Serius dan tidak bersenda gurau ketika praktek serta melaksanakan praktek
sesuai dengan instruksi dosen.
Penggambaran garis kontur/garis ketinggian tanah

Prosedur Penggambaran

1. Siapkan kertas gambar milimeter blok.


2. Tentukan skala gambar sesuai dengan ukuran kertas.
3. Tentukan jarak koordinat pada kertas gambar.
4. Gambar titik poligon dengan cara koordinat.
5. Gambar titik detail dengan cara koordinat.
6. Hubungkan antar titik-titik poligon dan titik detail.
7. Hitung titik kontur.
8. Hubungkan titik-titik kontur tersebut, dengan ketinggian titik yang sama yang
menghasilkan sebuah garis yang disebut kontur.

Prosedur Cara Hitung Garis Kontur

1. Menghitung interval garis kontur


1 1
Rumus = x x Skala gambar
2 1000

2. Menghitung titik kontur


Titik Kontur yg di cariTitik Terendah
Rumus = x Jarak Kedua Titik
Titik TertinggiTitik Terendah

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
kesimpulan antara lain :

1.Mahasiswa mengerti cara kerja alat-alat ilmu ukur tanah.


2. Mahasiswa mampu melakukan praktikum ilmu ukur tanah berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
3. Mahasiswa mampu menganalisa data-data pengukuran untuk selanjutnya
diterjemahkan kedalam bentuk gambar.
4. Mahasiswa mampu menginterpretasikan gambar hasil pengukuran.

SARAN

1. Mahasiswa diharapkan menjaga kesehatan agar tetap fit selama melakukan


proses pengukuran.

2. Diupayakan agar mahasiswa selalu berkonsentrasi dalam membaca alat agar


hasil yang didapat tetap teliti.

3. Diusahakan proses pengukuran dilakukan pada saat cuaca cerah dan


lokasinya mendukung.

Anda mungkin juga menyukai