Anda di halaman 1dari 8

Nama Kelompok :

(1)BISMILLAHIRAMANIRAHIMI
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Menyayangi
Ummu Salamah r.a. berkata, "Rasulullah saw. telah membaca
Bismillahirrahmanirrahim ketika membaca Fatihah dalam salat. (Hadis da'if
Riwayat Ibnu Khuzaimah).

Abu Hurairah r.a. ketika memberi contoh salat Nabi saw. membaca keras-keras
Bismillahirrahmanirrahim. (HR. an-Nasa'i, Ibn Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-
Hakim).

Imam Syafii dan al-Hakim meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Muawiyah ketika
sembahyang di Madinah sebagai imam, tidak membaca Bismillahirrahmanirrahim,
maka ditegur oleh sahabat Muhajirin yang hadir, kemudian ketika sembahyang lagi
ia membaca Bismillahirrahmanirrahim.

Adapun dalam mazhab Imam Malik tidak membaca Basmalah berdasarkan hadis
Aisyah r.a. yang berkata, "Biasa Rasulullah saw. memulai salat dengan takbir dan
bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil alamin. (HR. Muslim).

Anas r.a. berkata, "Saya sembahyang di belakang Nabi saw., Abu Bakar, Umar,
Utsman dan mereka semuanya memulai bacaannya dengan Alhamdu lillahi rabbil
alamin". (Bukhari, Muslim).

Dan sunat membaca Bismillahirrahmanirrahim pada setiap perkataan dan


perbuatan. karena sabda Nabi saw. yang berbunyi:
"Tiap urusan (perbuatan) yang tidak dimulai dengan Bismillahirrahmanirrahim
maka terputus berkatnya."

Juga sunat membaca Basmalah ketika wudu, karena sabda Nabi saw.:
"Tiada sempurna wudu orang yang tidak membaca Bismillah"

Dan sunat juga dibaca ketika menyembelih (membantai) binatang, juga sunat
ketika makan, karena sabda Nabi saw. ke- ada Umar bin Abi Salamah yang
berbunyi, "Bacalah Bismil- lah, dan makanlah dengan tangan kananmu, dan
makanlah dari yang dekat-dekat kepadamu". (HR. Muslim). Juga membaca
Basmalah ketika akan jima' (bersetubuh) sebagaimana riwayat Ibn Abbas r.a.
Rasullah saw. bersabda: Andaikan salah satu kamu jika akan bersetubuh (jima') de-
ngan istrinya membaca, "engan nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari setan, dan
jauhkan setan dari rezeki yang Tuhan berikan kepada kami. Maka jika ditakdirkan
mendapat anak dari jima' tidak mudah diganggu oleh setan untuk selamanya". (HR.
Bukhari, Muslim).

Bismillah ( Dengan nama ALLAH )


Dengan nama Allah. Susunan kalimat yang demikian ini dalam bahasa Arab
berarti ada susunan kata-kata yang mendahuluinya yaitu: Aku mulai
perbuatan ini dengan nama Allah, atau: Permulaan dalam perbuatanku ini
dengan nama Allah; untuk mendapat berkat dan pertolongan rahmat Allah
sehingga dapat selesai dengan sempurna dan baik. Juga untuk menyedari
kembali sebagai makhluk Allah, bahawa segalanya bergantung kepada
rahmat kurnia Allah. Hidup, mati dan daya upaya semata-semata terserah
kepada rahmat kurnia Allah Azza wa Jalla.
ALLAH
Nama Zat Allah Ta'ala. Nama Allah khusus bagi Allah, tidak dinamakan
pada zat yang lain selain Allah. Haram menamakan dengan nama Allah pada
zat yang lain selain Allah melainkan dengan menyandarkan sesuatu seperti
Abdullah (hamba Allah) atau Amatullah (hamba perempuan Allah).
Ar-Rahman Ar-Rahim (Yang Maha Murah Yang Maha Penyayang)
Ar-Rahman (Yang Pemurah) yakni yang penuh rahmatNya kepada semua
makhluk di dunia hingga di akhirat, kepada yang mukmin maupun yang
kafir. Adapun Ar-Rahim (Yang Penyayang) khusus rahimNya buat kaum
mukmin sahaja.

Firman Allah: "Arrahman alal arsyi istawa", untuk menunjukkan bahwa


rahmat Allah meliputi (memenuhi) seiuruh Arsy. Dan firman Allah: "Wa
kaana bil mu'miniina rahiima" (Dan terhadap kaum mukminin sangat belas
kasih).

Nama Rahman ini juga khusus bagi Allah, tidak dapat dipakai oleh lain-
lainNya. Karena itu ketika Musailama al-Kadzdzab berani menamakan
dirinya Rahmanul Yamamah, maka Allah membuka kepalsuan dan
kedustaannya, sehingga dikenal di tengah-tengah masyarakat Musailamah
al-Khadzdzab bukan sahaja bagi penduduk kota bahkan orang-orang Baduwi
juga menyebutnya Musailamah al-Khadzdzab iaitu Musailamah Yang
Pembohong.

Kesimpulan di dalam asma (nama-nama) Allah ada yang dapat dipakai oleh
lain-Nya dan ada juga yang tidak dapat dipakai oleh lain-Nya seperti Allah,
Ar-Rahman, Al-Khalik, Ar-Razak dan lain-lainnya. Dan yang boleh seperti
Ar-Rahim, As-Sami', Al-Bashir seperti firman Allah, "Faja'alnaahu samii'an
bashiira" (Maka Kami jadikan manusia itu mendengar lagi melihat).

(2) ALHAMDU LILLAHIR RABBIL ALAMIN


Segala puja dan puji bagi Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta.
Ibn Jarir berkata, "Alhamdu lillah, syukur yang ikhlas melulu kepada Allah tidak
kepada lain-lain-Nya daripada makhluk-Nya, syukur itu karena nikmat-Nya yang
diberikan kepada hamba dan makhluk-Nya yang tidak dapat dihitung dan tidak
terbatas, seperti alat anggota manusia untuk menunaikan kewajiban taat kepada-
Nya, di samping rezeki yang diberikan kepada semua makhluk manusia, jin dan
binatang dari berbagai perlengkapan hidup, karena itulah maka pujian itu sejak
awal hingga akhirnya tetap pada Allah semata-mata.
Alhamdullilah
Pujian Allah pada diri-Nya, yang mengandung tuntunan kepada hamba-Nya
supaya mereka memuji Allah seperti seakan-akan perintah Allah, "Bacalah
olehmu Alhamdulillah".

Alhamd pujian dengan lidah terhadap sifat-sifat pribadi, maupun sifat yang
menjalar kepada orang lain, sebaliknya syukur itu pujian terhadap sifat yang
menjalar, tetapi syukur dapat dilaksanakan dengan hati, lidah dan anggota
badan. Alhamd berarti memuji sifat keberanian, kecerdasan-Nya atau karena
pemberian-Nya. Syukur khusus untuk pemberian-Nya. Alhamd (puji) lawan
kata Adzzam (cela).

Ibn Abbas r.a. berkata, Umar r.a. berkata kepada sahabat- sahabat, "Kami
telah mengerti dan mengetahui kalimat Subanallah, laa ilaha illallah dan
Allahu Akbar, maka apakah Alhamdu Lillahi itu?" Jawab Ali r.a., "Suatu
yang dipilih oleh Allah untuk memuji Zat-Nya".

Ibn Abbas berkata, 'Alhamdu Lillah kalimat syukur, maka jika seorang
membaca Alhamdu Lillah, Allah menjawab, "HambaKu telah syukur pada-
Ku".
Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: Seutama-
utamanya zikir ialah "La ilaha illallah", dan seutama-utamanya doa ialah
"Alhamdu Lillah". (HR. at-Tirmidzi, hadis Hasan Gharib).

Anas. bin Malik r.a. berkata, Nabi saw. bersabda: Tiadalah Allah memberi
nikmat kepada seorang hamba- Nya, kemudian hamba itu mengucap
"Alhamdu Lillah", melainkan apa yang diberi itu lebih utama (afdhal) dari
yang ia terima. (Yakni ucapan "Alhamdu Lillah" lebih be- sar nilainya dari
nikmat dunia itu). (HR. Ibnu Majah).

Anas r.a. juga meriwayatkan Nabi saw. bersabda, "Andaikan dunia


sepenuhnya ini di tangan seorang dari umatku kemudian ia membaca
'Alhamdu Lillah' maka pasti kalimat Alhamdu Lillah lebih besar dari dunia
yang di tangannya itu". 'Al' dalam kalimat Al-hamdu berarti segala jenis
puja dan puji bagi Allah. Sebagaimana tersebut dalam hadis "Allahumma
lakal hamdu kulluhu walakal mulku kulluhu wa biyadikal khair kullihi wa
ilaika yar ji'ul amru kulluhu" (Ya Allah bagi-Mu segala puji semuanya, dan
bagi-Mu kerajaan semuanya dan di tangan-Mu kebaikan semuanya, dan
kepada-Mu kembali segala urusan semuanya).

Rabb
Bererti pemilik yang berhak penuh, juga berarti majikan, juga yang
memelihara serta menjamin kebaikan dan perbaikan, dan semua makhluk
alam semesta.

Alam ialah segala sesuatu selain Allah. Maka Allah Rabb dari semua alam
itu sebagai pencipta, yang mcmelihara, memperbaiki dan menjamin.
Sebagaimana tersebut dalam surat asy- Syu'araa 23-24. Fir'aun bertanya,
"Apakah rabbul alamin itu?" Jawab Musa, "Tuhan Pencipta, Pemelihara
penjamin langit dan bumi dan apa saja yang di antara keduanya, jika kalian
mahu percaya dan yakin."

Alam itu juga pecahan dari alamat (tanda) sebab alam ini semua
menunjukkan dan membuktikan kcpada orang yang memperhatikannya
sebagai tanda adanya Allah Tuhan yang menjadikannya.

(3) AR-RAHMAN AR-RAHIM

Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.


Ar-Rahman
yang memberi nikmat yang sebesar-besarnya seperti nikmat makan, minum,
harta benda dan lain-lain.
Ar-Rahim
yang memberi nikmat yang halus sehingga tidak terasa, seperti nikmat iman
dan islam. Jika anda akan menghitung nikmat kurnia Allah maka takkan
dapat menghitungnya.
(4) MALIKI YAUMIDIN

Raja yang memiliki pembalasan


Maliki
Dapat dibaca: Maliki (Raja), dan Maaliki (Pemilik - Yang Memiliki).
Maaliki sesuai dengan ayat:
"Sesungguhnya Kami yang mewarisi bumi dan semua yang di atasnya, dan
kepada Kami mereka akan kembali."
(Maryam 40).

Maliki sesuai dengan ayat: Katakanlah, "Aku berlindung dengan Tuhannya


manusia. Rajanya manusia".
(an-Naas 1-2)

"Bagi siapakah kerajaan pada hari ini (hari kiamat)? Bagi Allah Yang Esa
yang memaksa (perkasa)."
(al-Mu'min = Ghafir 16).

Kerajaan yang sesungguhnya pada hari itu hanya bagi Ar: Rahman.
(al-Furqan 26).

Ad-Din (Pembalasan dan Perhitungan).


Sesuai dengan ayat:
"Apakah kami akan dibalas (diperhitungkan)". (as-Shafaat 53).

Umar r.a. berkata, "Andaikan perhitungan bagi dirimu sebelum kamu


dihisab (diperhitungkan) dan pertimbangkan untuk dirimu sebelum kamu
ditimbang, dan siap-siaplah untuk menghadapi perhitungan yang besar,
menghadap kepada Tuhan yang tidak tersembunyi pada-Nya sedikit pun dari
amal perbuatanmu. Pada hari kiamat kelak kalian akan dihadapkan kepada
Tuhan dan tidak tersembunyi pada-Nya suatu apa pun."

(5) Iyyaka na'budu wa iyyaka nas ta'iin.


Hanya kepadaMu (Allah) kami mengabdi (menyembah) dan hanya kepada-
Mu pula kami minta pertolongan.
Adh-Dhahaak dari Ibn Abbas berkata,
"Iyyaka na'budu bermaksud Kepada-Mu kami menyembah mengesakan dan
takut dan berharap, wahai Tuhan tidak ada lain-Mu". Dan Iyyaka nasta'in
bermaksud "Kami minta tolohg kepada-Mu untuk menjalankan taat dan
untuk mencapai semua hajat kepentinganku"
Qatadah berkata,
Dalam Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in, Allah menyuruh supaya tulus
ikhlas dalam melakukan ibadat kepada Allah dan supaya benar-benar
mengharap bantuan pertolongan Allah dalam segala urusan."
(6) Ihdinaas Shiraathal mustaqiim
Pimpinlah kami ke jalan yang lurus.
Shirath dapat dibaca dengan shad, siin dan zai dan tidak berubah arti.

Shiraathal mustaqiim, jalan yang lurus yang jelas tidak berliku-liku.


Shiraatal mustaqiim, ialah mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah saw.
Juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali r.a. yang mengatakan
bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Asshiratul mustaqiim kitabullah'. Juga
berarti Islam, sebagai agama Allah yang tidak akan diterima lainnya.

An Nawas bin Sam'aan r.a. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda:

Allah mengadakan contoh perumpamaan suatu jalan (shirrat) yang lurus,


sedang di kanan-kiri jalan ada dinding dan di pagar ada pintu-pintu terbuka,
pada tiap pintu ada tabir yang menutupi pintu, dan di muka jalan ada suara
berseru, "Hai manusia masuklah ke jalan ini, dan jangan berbelok dan di atas
jalanan ada seruan, maka bila ada orang yang akan membuka pintu
dipenngatkan, 'Celaka anda, jangan membuka, sungguh jika anda membuka
pasti akan masuk'. Shiraat itu ialah Islam, dan pagar itu batas-batas hukum
Allah dan pintu yang terbuka ialah yang diharamkan Allah- sedang seruan di
muka jalan itu ialah kitab Allah, dn seruan di atas shiraf ialah seruan nasihat
dalam hati tiap orang muslim.
(HR. Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa'i).
Tujuan ayat ini minta taufik hidayat semoga tetap mengikuti apa yang diridai
Allah, sebab siapa yang mendapat taufik hidayat untuk apa yang diridai
Allah maka ia termasuk golongan mereka yang mendapa nikmat dari Allah
daripada Nabi shiddiqin, syuhada dan shalihin. Dan siapa yang mendapat
taufik hidayat sedemikian berarti ia benar-benar Islam berpegang pada kitab
Allah dan sunnaturrasul, menjalankan semua perintah dan meninggalkan
semua larangan syariat agama.
Jika ditanya, "Mengapakah seorang mukmin harus minta hidayat, padahal ia
bersalat itu berarti hidayat?"
Jawabnya, "Seorang memerlukan hidayat itu pada setiap saat dan dalam
segala hal keadaan kepada Allah supaya tetap terus terpimpin oleh hidayat
Tuhan itu, karena itulah Allah menunjukkan jalan kepadanya supaya minta
kepada Allah untuk mendapat hidayat taufik dan pimpinan-Nya. Maka
seorang yang bahagia hanyalah orang yang selalu mendapat taufik hidayat
Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam ayat 136, surat an-Nisa:


"Hal orang beriman percayalah kepada Allah dan Rasulullah" (an-Nisa 136).

Dalam ayat ini orang mukmin disuruh beriman, yang maksudnya supaya
terus tetap imannya dan melakukan semua perintah dan menjauhi larangan,
jangan berhenti di tengah jalan, yakni istiqamah hingga mati.

(7) Shiraathalladzina an'amta alaihim ghairil magh dhubi alaihim waladh


dhaallin
Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Tuhan atas mereka, dan
bukan jalan yang dimurkai Tuhan atas mereka dan bukan jalan orang-orang
yang sesat.
Inilah maksud jalan yang lurus itu, yaitu yang dahulu sudah ditempuh oleh
orang-orang yang mendapat rida dan nikmat dari Allah ialah mereka yang
tersebut dalam ayat 69 an-Nisa:
Dan siapa yang taat kepada Allah dan Rasulullah maka mereka akan
bersama orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah dari para Nabi,
shiddiqin, syuhada dan shalihin, dan merekalah sebaik-baik kawan. (an-Nisa
69).
Dilanjutkan oleh Allah dengan ayat:
"Dzalikal fadh lu minallahi wakafa billahi aliimaa" (Itulah kurnia Allah dan
cukup Allah yang Maha Mengetahui.)
Ibnu Abbas berkata, "Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Tuhan
kepada mereka sehingga dapat menjalankan taat ibadat serta istiqamah
seperti Malaikat, Nabi-nabi, Shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Bukan jalan orang-orang dimurkai atas mereka, yaitu mereka yang telah
mengetahui kebenaran hak tetapi tidak melaksanakannya seperti orang-orang
Yahudi, mereka telah mengetahui kitab Allah, tetapi tidak melaksanakannya,
juga bukan jalan orang-orang yang sesat karena mereka tidak mengetahui.

Ady bin Hatim r.a. bertanya kepada Nabi saw., "Siapakah yang dimurkai
Allah itu?" Jawab Nabi saw., "Alyahud (Yahudi)". "Dan siapakah yang sesat
itu?" Jawab Nabi saw. "An-Nashara (Kristen/Nasrani)".

Orang Yahudi disebut dalam ayat "Man la'anabullahu wa ghadhiba


alaihi"(Orang yang dikutuk (dilaknat) oleh Allah dan dimurkai, sehingga
dijadikan di antara mereka kera dan babi.)

Orang Nashara disebut dalam ayat "Qad dhallu min qablu, wa adhallu
katsiera wa dhallu an sawaa issabiil" (Mereka yangtelah sesat sejak dahulu,
dan menyesatkan orang banyak, dan tersesat dari jalan yang benar.)

Pasal:
Surat ini hanya tujuh ayat, mengandung pujian dan syukur kepada Allah
dengan menyebut nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, lalu menyebut
hal Hari Kemudian, pembalasan dan tuntutan, kemudian menganjurkan
kepada hamba supaya meminta kepada Allah dan merendah diri pada Allah,
serta lepas bebas dari daya kekuatan diri menuju kepada tulus ikhlas dalam
melakukan ibadat dan tauhid pada Allah, kemudian menganjurkan kepada
hamba sahaya selalu minta hidayat taufik dan pimpinan Allah untuk dapat
mengikuti shirat mustaqiim supaya dapat tergolong dari golongan hamba-
hamba Allah yang telah mendapat nikmat dari golongan Nabi, Siddiqin,
Syuhada dan Shalihin. Juga mengandung anjuran supaya berlaku baik
mengerjakan amal saleh jangan sampai tergolong orang yang dimurkai atau
tersesat dari jalan Allah.

Anda mungkin juga menyukai