Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu proses produksi dalam industri, air merupakan zat yang sangat
dibutuhkan termasuk pemanfaatannya untuk kebutuhan energi dan pemanasan. Kebutuhan
energi dan panas di industri sebagian memanfaatkan steam (uap panas) yang dihasilkan oleh
boiler. Air alam mengandung senyawa-senyawa kimia seperti garam-garam yang sifatnya
dapat merusak bahan-bahan logam. Seperti kita ketahui bahwa air alam sangat jarang yang
murni, karena air dalam siklusnya telah terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia yang ada
di permukaan bumi yang sifatnya sebagai polutan, baik itu sebagai polutan yang ada di tanah
maupun di udara atau mungkin dikandung oleh air sendiri, sehingga sifat kimia air dapat
berubah.
Air umpan boiler atau boiler feed water nantinya akan dipanaskan hingga menjadi
steam. Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspadai adanya kandungan-
kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ion-ion ini sangat berpengaruh pada
kualitas air yang nantinya akan digunakan sebagai umpan boiler. Biasanya ion-ion ini terlarut
dalam air sebagai garam karbonat, sulfat, bikarbonat dan klorida. Berbeda dengan senyawa-
senyawa kimia lainnya, kelarutan dari senyawa-senyawa yang mengandung unsur Ca dan Mg
seperti: CaCO3, CaSO4,MgCO3, Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, dll, akan memiliki kalarutan yang
makin kecil/rendah apabila suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki boiler, air ini
merupakan masalah yang harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan menimbulkan kerak
(scalling) dan tentu saja akan mengurangi effisiensi dari boiler itu sendiri akibat dari
hilangnya panas akibat adanya kerak tersebut. Selain itu yang dikhawatirkan bisa
menyebabkan scalling adalah adanya deposit silika.
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan ketika mengolah air untuk dijadikan sebagai air
minum dibandingkan dengan untuk umpan boiler. Dalam pengolahan air minum, mineral-
mineral yang ada dalam air tidak akan dihilangkan karena mineral-mineral tersebut
dibutuhkan untuk tubuh manusia. Bahkan ada perusahaan air minum yang menambahkan
mineral pada air minum produksinya. Hal itu tidak boleh terjadi dalam pengolahan air untuk
umpan boiler. Air minum juga harus dijaga agar bebas dari kuman penyakit dengan diberi
desinfektan sedangkan air umpan boiler tidak perlu diberi desinfektan.
1
Air yang digunakan untuk air umpan boiler dapat diperoleh dari air sungai, air waduk,
sumur bor dan sumber mata air lainnya, yang mana kualitas air tersebut tidak sama walaupun
menggunakan sumber air sejenis, ini karena dipengaruhi oleh kandungan asam mata air
tersebut. Namun air dari sumber-sumber tersebut harus diolah terlebih dahulu, karena air
umpan boiler yang digunakan untuk menghasilkan steam ini harus tidak mengandung
mineral-mineral atau garam-garam (biasanya berupa garam bikarbonat, klorida, sulfat, nitrat,
kalsium sulfat, karbonat, dan silikat) yang bisa menyebabkan pengendapan, korosi, carry
over, dan terbentuknya kerak di dalam boiler. Pengendapan material dapat mengakibatkan
menurunnya efektifitas perpindahan panas sehingga menyebabkan penggunaan bahan bakar
menjadi boros, metal bersuhu tinggi bahkan bisa mengakibatkan kerusakan. Pengendapan
juga merupakan masalah yang paling serius pada boiler, bisa juga menyebabkan masalah-
masalah pada sistem sebelum dan sesudah boiler.
Untuk mengurangi masalah-masalah pada sistem boiler yang dapat disebabkan oleh
air umpan boiler, maka air untuk umpan boiler harus dilakukan pengolahan water
treatment sesuai dengan spesifikasi atau standar air umpan boiler.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu air umpan boiler?
2. Apa saja persyaratan air umpan boiler?
3. Bagaimana akibatnya jika air umpan boiler tidak memenuhi standar air umpan boiler?
4. Bagaimana proses pengolahan air umpan boiler?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengerti tentang air umpan boiler.
2. Dapat mengetahui persyaratan air umpan boiler.
3. Dapat memahami proses pengolahan air untuk umpan boiler.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menambah ilmu dan wawasan pembaca
tentang proses pengolahan air umpan untuk boiler yang biasanya ada pada industri,
khususnya industri besar seperti industri migas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Air Umpan


Air umpan adalah air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam. Sedangkan
sistem air umpan adalah sistem penyediaan air secara otomatis untuk boiler sesuai dengan
kebutuhan steam. Ada dua sumber air umpan, yaitu:
Kondensat : steam yang telah berubah fasa menjadi air (mengembun)

2
Air make up : air baku yang sudah diolah
Boiler merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menghasilkan steam (uap)
dalam berbagai keperluan. Air di dalam boiler dipanaskan oleh panas dari hasil pembakaran
bahan bakar (sumber panas lainnya) sehingga terjadi perpindahan panas dari sumber panas
tersebut ke air yang mengakibatkan air tersebut menjadi panas atau berubah wujud menjadi
uap. Air yang lebih panas memiliki berat jenis yang lebih rendah dibanding dengan air yang
lebih dingin, sehingga terjadi perubahan berat jenis air di dalam boiler. Air yang memiliki
berat jenis yang lebih kecil akan naik, dan sebaliknya air yang memiliki berat jenis yang lebih
tinggi akan turun ke dasar. (Djokosetyardjo,,M.J.1990). Air panas atau steam pada tekanan
tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu proses.
Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler
merupakan peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan (feed water system), sistem steam (steam
system) dan sistem bahan bakar (fuel system).
1. Sistem air umpan (feed water system) menyediakan air untuk boiler secara otomatis
sesuai dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan.
2. Sistem steam (steam sistem) mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan
sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau
tekanan.
3. Sistem bahan bakar (fuel sistem) adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang
diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem. Sistem yang lain adalah penggunaan economizer untuk
memanaskan awal air umpan menggunakan limbah panas pada gas buang, untuk
mendapatkan efisiensi boiler yang lebih tinggi.

Jenis-jenis boiler berdasarkan bahan


Jenis boiler berdasarkan bahan bakar dapat dikelompokkan menjadi:
- Boiler bahan bakar padat
- Boiler bahan bakar cair
- Boiler bahan bakar gas

3
Jenis-jenis boiler berdasarkan posisi air dan gas panas
Jenis boiler berdasarkan posisi air dan gas panas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
- Boiler pipa air ( water tube )
- Boiler pipa api ( fire tube )
- Boiler kombinasi

Jenis-jenis boiler berdasarkan tekanan


Jenis boiler berdasarkan tekanan dapat dibagi menjadi:
- Boiler tekanan rendah
- Boiler tekanan sedang
- Boiler tekanan tinggi

Jenis-jenis boiler berdasarkan sirkulasi


Jenis boiler berdasarkan sirkulasi air dapat dibagi menjadi:
- Boiler sirkulasi alami
- Boiler sirkulasi paksa

2.2 Persyaratan Air Umpan Boiler


Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan boiler diperoleh dari air
sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak sama
walaupun menggunakan sumber air sejenis, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan asal air
tersebut. Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh aktivitas
penduduk dan kegiatan industri, oleh sebab itu perlu dilakukan pemurnian.
Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk
kerak pada boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap
boiler dan sistem penunjangnya dan juga tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan
terjadinya pembusaan terhadap air boiler. Air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan agar tidak menimbulkan masalah-masalah pada pengoperasian boiler. Air
tersebut harus bebas dari mineral-mineral yang tidak diinginkan serta pengotor-pengotor
lainnya yang dapat menurunkan efisiensi kerja dari boiler.Oleh karena itu untuk dapat
digunakan sebagai air umpan boiler maka air baku dari sumber air harus dilakukan
pengolahan terlebih dahulu, karena harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang
diuraikan dalam Tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.1 Persyaratan Air Umpan Boiler

4
Parameter Satuan Pengendalian Batas
Ph Unit 10.5 11.5
Conductivity mhos/cm 5000,max
TDS Ppm 3500,max
P Alkalinity Ppm -
M Alkalinity Ppm 800,max
O Alkalinity Ppm 2.5xSiO2,min
T.Hardness Ppm -
Silica Ppm 150,max
Besi Ppm 2,max
Phosphat residual Ppm 20 50
Sulfite residual Ppm 20 50
pHcondensate Unit 8.0 9.0

Reff : PT.Nalco Indonesia


Persyaratan kualitasair boiler menurut American Boiler Manufacturers Assosiation
(ABMA) dan ASME Amirican Sosiaty mecanical engginer ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Boiler (ABMA)

Total Total Suspended


Tekanan Silica Konduktivitas
Solids alkalinitas solid
(psig) (ppm) Micro.ohm/cm
(ppm) (ppm) (ppm)
0 300 3.500 700 300 150 7.000
301 450 3.000 600 250 90 6.000
451 600 2.500 500 150 40 5.000
601 750 2.000 400 100 30 4.000
751 900 1.500 300 60 20 3.000
901 1.000 1.250 250 40 8 2.000
1.0011.500 1.000 200 21 2 150

Sumber: Pullman Kellogs (1980)

Air kondensat biasanya dikembalikan lagi ke tangki umpan untuk menghemat


pemakaian air, tetapi kualitas air kondensat tersebut harus memenuhi persyaratan seperti tabel

5
2.3 berikut.
Tabel 2.3 Persyaratan Air Kondensat

No. Parameter Satuan Nilai


1 Konduktivitas mg/l 10
2 Total Dissolved Solid mg/l 5
3 Total solid Suspended solid mg/l 0.5
4 Total Silika mg/l 0.05
5 Total Besi mg/l 0.1
6 Total Copper mg/l 0.02
7 C02 mg/l 1
8 Chloride mg/l 0.01
9 Organic mg/l 0.01

Sumber : Pullman Kellogs


(1980)

Tabel 2.4 Konsentrasi Air Boiler

Konsentrasi Air Boiler Maksimum yang direkomendasikan oleh Gabungan


Produsen Boiler Amerika

Tekanan Steam pada Boiler (ata) Konsentrasi Air Boiler Maksimum


(ppm)
0-20 3500
20-30 3000
30-40 2500
40-50 2000
50-60 1500
60-70 1250
70-100 1000
2.2.1 Rekomendasi Untuk Boiler dan Kualitas Air Umpan
Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang tidak
diolah, proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan
umum, semakin tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitifitas terhadap

6
kotoran.
Tabel 2.5 Rekomendasi batas air umpan (IS10392, 1982)

REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS 10392, 1982)


Hingga 20 21-39 40-59
Faktor 2 2
kg/cm kg/cm kg/cm2
Total besi (maks.) ppm 0,05 0,02 0,01
Total tembaga (maks.)
ppm 0,01 0,01 0,01
Total silika (maks.) ppm 1 0,3 0,1
Oksigen (maks.) ppm 0,02 0,02 0,01
Residu hidrasin ppm - - -0,06
pH pada 250C 8,8-9,2 8,8-9,2 8,2-9,2
Kesadahan, ppm 1 0,5 -
2.3 TDS, ppm 3000-3500 1500-2500 500-1500
Total padatan besi terlarut
ppm 500 200 150
Konduktivitas listrik
spesifik pada 250C (mho) 1000 400 300
Residu fosfat ppm 20-40 20-40 15-25
0
pH pada 25 C 10-10,5 10-10,5 9,8-10,2
Silika (maks.) ppm 25 15 10
Akibat Air Umpan Boiler yang Tidak Memenuhi Baku Mutu
Ketidaksesuaian kriteria air umpan boiler akan mempengaruhi berbagai hal, seperti:
korosi, pembentukan kerak dan endapan.

2.3.1 Korosi
Peristiwa korosi adalah peristiwa elektrokimia, di mana logam berubah menjadi
bentuk asalnya akibat dari oksidasi yang disebabkan berikatannya oksigen dengan logam, atau
kerugian logam disebabkan oleh akibat beberapa sifat kimia, seperti:
Oksigen Terlarut
Alkalinity ( Korosi pH tinggi pada Boiler tekanan tinggi )
Karbon dioksida ( korosi asam karbonat pada jalur kondensat )
Korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah kerak )
Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler sehingga
dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor. Korosi dapat disebabkan oleh oksigen dan karbon
7
dioksida yang terdapat dalam uap yang terkondensasi. Korosi merupakan peristiwa logam
kembali kebentuk asalnya di alam misalnya besi menjadi oksida besi, alumunium dan lain-
lain. Peristiwa korosi dapat terjadi disebabkan oleh :
- Gas-gas yang bersifat korosif seperti O2, CO2, H2S
- Kerak dan deposit
- Perbedaan logam ( korosi galvanis )
- pH yang terlalu rendah dan lain-lain
Jenis korosi yang dijumpai pada boiler dan sistem uap adalah general corrosion,
pitting ( terbentuknya lubang ) dan embrittlement ( peretakan baja ). Adanya gas yang terlarut,
oksigen dan karbon dioksida pada air umpan boiler adalah penyebab utama general corrosion
dan pitting corrosion ( tipe oksigen elektro kimia dan diffrensial ). Kelarutan gas-gas ini di
dalam air umpan boiler menurun jika suhu naik. Kebanyakan oksigen akan memisah pada
ruang uap, tetapi sejumlah kecil residu akan tertinggal dalam larutan atau terperangkap pada
kantong-kantong atau dibawah deposit, hal ini dapat menyebabkan korosi pada logam-logam
boiler.
Karena itu penting untuk melakukan proses deoksigenasi air boiler. Jumlah rata-rata
korosi atau serangan elektrokimia akan naik jika nilai pH air menurun. Selain itu air umpan
boiler akan dikondisikan secara kimia mencapai nilai pH yang relatif tinggi. Bentuk korosi
yang tidak umum tetapi berbahaya adalah bentuk korosi embrittlement atau keretakan inter
kristalin pada baja yang terjadi jika berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia
yang tidak sesuai. Causticembrittlement atau keratakan inter kristalin pada baja yang terjadi
jika berada pada tekanan yang tinggi dan lingkungan kimia yang tidak sesuai. Caustic
embrittlement terjadi pada sambungan penyumbat dan meluas pada ujung tabung dimana
celah memungkinkan perkembangan suatu lingkungan caustic yang terkonsentrasi.
( Diilon,C.P. 1989)
Hidrogen embrittlement adalah bentuk lain dari retakan interkristalin yang terjadi pada
tabung air boiler yang disebabkan tekanan tinggi dan kondisi temperatur yang tertentu. Untuk
mengurangi terjadinya peristiwa korosi dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :
- Mengurangi gas-gas yang bersifat korosif
- Menc egah terbentuknya kerak dan deposit dalam boiler
- Mencegah korosi galvanis- Menggunakan zat yang dapat menghambat peristiwa
korosif
- Mengatur pH dan alalinitas air boiler dan lain-lain
8
2.3 2 Kerak
Terbentuk kerak pada dinding boiler terjadi akibat adanya mineral-mineral
pembentukan kerak, misalnya ion-ion kesadahan seperti Ca2+ dan Mg2+ dan akibat pengaruh
gas penguapan. Disamping itu pula dapat disebabkan oleh mekanisme pemekatan didalam
boiler karena adanya pemanasan. Jenis-jenis kerak yang umum dalam boiler adalah kalsium
sulfat, senyawa silikat dan karbonat. Zat-zat dapat membentuk kerak yang keras dan padat
sehingga bila lama penanganannya akan sulit sekali untuk dihilangkan. Silika diendapkan
bersama dengan kalsium dan magnesium sehingga membuat kerak semakin keras dan
semakin sulit untuk dihilangkan. ( Gaffert,Gustaf A. 1974 )
Kerak yang menyelimuti permukaan boiler berpengaruh terhadap perpindahan panas
permukaan dan menunjukkan dua akibat utama, yaitu berkurangnya panas yang dipindahkan
dari dapur ke air yang mengakibatkan meningkatkan temperatur disekitar dapur, dan
menurunnya efisiensi boiler. Untuk mengurangi terjadinya pembentukan kerak pada boiler
dapat dilakukan pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
- Mengurangi jumlah mineral dengan unit softener
- Melakukan blowdown secara teratur jumlahnya
- Memberikan bahan kimia anti kerak
Zat terlarut dan tersuspensi yang terdapat pada semua air alami dapat
dihilangkan/dikurangi pada proses pra-treatment ( pengolahan awal ) yang terbukti ekonomis.
Penanggulangan kerak yang sudah ada dapat dilakukan dengan cara :
- On-line cleaning yaitu pelunakan kerak-kerak lama dengan bahan kimia selama
Boiler beroperasi normal.
- Off-line cleaning ( acid cleaning ) yaitu melarutkan kerak-kerak lama dengan asam-
asam khusus tetapi Boiler harus berhenti beroperasi.
- Mechanical cleaning: dengan sikat, pahat, scrub, dan lain-lain.
( Gaffert,Gustaf A. 1974 )
Pengkerakan pada sistem boiler disebabkan oleh :
Pengendapan hardness feedwater dan mineral lainnya.
Kejenuhan berlebih dari partikel padat terlarut ( TDS ) mengakibatkan tegangan
permukaan tinggi dan gelembung sulit pecah.
Kerak boiler yang lazim : CaCO3, Ca3 (PO4)2, Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3,
FePO4.
9
2.3.3 Endapan atau Deposit
Deposit merupakan peristiwa penggumpalan zat dalam air umpan boiler yang
disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi misalnya oksida besi, oksida tembaga dan lain-
lain. Peristiwa ini dapat juga disebabkan oleh kontaminsi uap dari produk hasil proses
produksi. Sumber deposit didalam air seperti garam-garam yang terlarut dan zat-zat yang
tersuspensi didalam air umpan boiler. Pemanasan dan dengan adanya zat tersuspensi dalam air
pada boiler menyebabkan mengendapnya sejumlah muatan yang menurunkan daya kelarutan ,
jika temperaturnya dinaikkan. Hal ini menjelaskan mengapa kerak dan sludge (lumpur)
terbentuk. Kerak merupakan bentuk deposit-deposit yang tetap berada pada permukaan boiler
sedangkan sludge merupakan bentuk deposit-deposit yang tidak menetap atau deposit lunak.
( Milton, J.H. 1990 )
Pada ketel bertekanan tinggi, silika mudah mengendap dengan uap dan dapat
membentuk deposit yang menyulitkan pada daun turbin. Pencegahan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya peristiwa deposit dapat dilakukan diantaranya :
1) Meminimalisasi masuknya mineral-mineral yang dapat menyebabkan deposit seperti
oksida besi, oksida tembaga dan lain lain.
2) Mencegah korosi pada sistem kondensat dengan proses netralisasi ( mengatur pH 8,2
9,2 ) dapat juga dilakukan dengan mencegah terjadinya kebocoran udara pada sistem
kondensat.
3) Mencegah kontaminasi uap selanjutnya menggunakan bahan kimia untuk
mendispersikan mineral-mineral penyebab deposit. Penanggulangan terjadinya deposit
yang telah ada dapat dilakukan dengan acid cleaning, online cleaning, dan mechanical
cleaning.

2.4 Kontaminasi Uap


Ketika air boiler mengandung garam terlarut dan zat tersuspensi dengan konsentrasi
yang tinggi, ada kecendrungan baginya untuk membentuk busa secara berlebihan sehingga
dapat menyebabkan steam carryover zat-zat padat dan cairan pengotor kedalam uap. Steam
carryover terjadi jika mineral-mineral dari boiler ikut keluar bersama dengan uap ke alat-alat
seperti superheater, turbin, dan lain-lain. Kontaminasi-kontaminasi ini dapat diendapkan
kembali pada sistem uap atau zat-zat itu akan mengontaminasi proses atau material-material
yang diperlukan steam. (Naibaho, P.M. 1996)

10
Steam carryover dapat dihindari dengan menahan zat-zat padat terlarut pada air boiler
dibawah tingkat tertentu melalui suatu analisa sistematis dan kontrol pada pemberian zat-zat
kimia dan blowdown. Carryover karbon dioksida dapat mengembalikan uap dan asam-asam
terkondensasi.
Tabel 2.6. Kecenderungan Masalah yang Timbul Akibat Tekanan Operasi

11
2.5 Pengolahan Air Umpan Boiler
Pada air umpan boiler bisa mengandung mineral-mineral yang bisa menyebabkan
pengendapan, korosi dan carry over. Pengendapan material dapat mengakibatkan menurunnya
efektifitas perpindahan panas sehingga menyebabkan penggunaan bahan bakar menjadi boros,
metal bersuhu tinggi bahkan bisa mengakibatkan kerusakan. Pengendapan juga merupakan
masalah yang paling serius pada boiler, bisa juga menyebabkan masalah-masalah pada sistem
sebelum dan sesudah boiler. Dimana Tujuan pengolahan air umpan pada boiler, adalah :
Menghindari terbentuknya kerak.
Mencegah korosi pada peralatan.
Menghindari terbawanya senyawa yang tidak diinginkan kedalam steam (carryover).
Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang timbul pada boiler, maka air umpan
(contohnya air sungai) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler, harus diolah terlebih
dahulu, pengolahan air ini meliputi: pengolahan eksternal dan internal.

2.5.1 Pengolahan Eksternal


Pengolahan eksternal digunakan untuk membuang padatan tersuspensi, padatan terlarut
(terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama pembentukan kerak)
dan gas-gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida).
Proses perlakuan eksternal yang ada adalah:
Pertukaran ion
De-aerasi (mekanis dan kimia)
Osmosis balik
Penghilangan mineral atau demineralisasi
Sebelum digunakan cara di atas, perlu dibuang padatan dan warna dari bahan baku air,
sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang digunakan pada bagian pengolahan
berikutnya.
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tanki pengendapan atau
pengendapan dalam clarifier dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyaring pasir
bertekanan, dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi, dapat digunakan

12
untuk menghilangkan garam-garam logam dari air sungai. Adapun metode yang dimaksud
antara lain :

Koagulasi dan Flokulasi.


Koagulasi dan flokulasi yaitu proses pemberian bahan-bahan koagulan dan flokulan
kedalam air umpan boiler dengan cara penginjeksian. Koagulasi merupakan proses netralisasi
muatan sehingga partikel-partikel dapat saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Flokulasi
merupakan proses penyatuan antara partikel-partikel yang sudah saling berdekatan satu
dengan yang lain sehingga partikel-partikel akan saling menarik dan membentuk flok. Untuk
menurunkan turbidity pada inlet clarifier diinjeksikan bahan kimia, yaitu :
a) Alum Sulfat (Al2(SO4)3 . 18 H2O)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi dalam air. Bila
alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang menghasilkan alumunium
hidroksida dan asam sulfat. Penambahan alum tergantung pada turbidity dan laju alir air.
Reaksi yang terjadi adalah :
Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O
Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran lain yang terikut ke dalam
air sedangkan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam.
b) Caustik Soda (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan asam akibat reaksi pada proses sebelumnya, konsentrasi
caustik soda yang ditambahkan bergantung pada keasaman larutan. PH diharapkan antara
6-8
Reaksi yang terjadi adalah :
H2SO4 + 2 NaOH Na2SO4 + 2 H2O
c) Klorin (Cl2)
Penambahan klorin ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme dalam air,
disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding clarifier yang dapat
mengganggu proses selanjutnya.
d) Coagulant Aid (Polymer)
Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena penambahan bahan ini
akan mengikat partikel-partikel yang menggumpal sebelumnya menjadi gumpalan yang
lebih besar (flok) sehingga lebih mudah dan cepat mengendap.

13
Sedimentasi
Tujuan sedimntasi adalah memberikan kesempatan kepada partikel-partikel besar untuk
mengendap dan partikel yang lebih halus akan membutuhkan waktu endap yang lebih lama.

Filtrasi
Pengolahan dengan cara filtrasi dapat dilakukan dengan cara penyaringan zat padat
tersuspensi di dalam air sebelum air diisikan ke dalam boiler. Efisiensi saringan paling baik
bila unit beroperasi pada kecepatan aliran terkecil, padatan akan melalui media pembawa
padatan bersamanya. Demikian pada tekanan yang tinggi dapat memecahkan media, akan
keluar pada saat dilakukan backwash.

2.5.1.1 Proses Pertukaran Ion (Plant Pelunakan)


A. Resin Sebagai Penukar Ion
Resin penukar ion adalah suatu bahan padat yang memiliki bagian (ion positif atau
negatif) tertentu yang bisa dilepas dan ditukar dengan bahan kimia lain dari luar. Berdasarkan
jenis ion/muatan yang dipertukarkan, resin dapat dibagi menjadi 2 :
1. Resin Penukar Kation adalah Ion positif yang dipertukarkan
2. Resin Penukar Anion adalah Ion negatif yang dipertukarkan
Ion Exchange adalah proses penyerapan ionion oleh resin dengan cara ion-ion dalam
fasa cair (biasanya dengan pelarut air) diserap lewat ikatan kimiawi karena bereaksi
dengan padatan resin. Resin sendiri melepaskan ion lain sebagai ganti ion yang diserap.
Selama operasi berlangsung setiap ion akan dipertukarkan dengan ion penggantinya
hingga seluruh resin jenuh dengan ion yang diserap.
Resin penukar ion sering digunakan untuk menghilangkan kesadahan dalam air. Air
yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah.
Kesadahan air dapat dibedakan atas dua macam, yaitu :
1. Kesadahan sementara, disebabkan oleh garam-garam karbonat (CO3-) dan
bikarbonat (HCO3-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
2. Kesadahan tetap, disebabkan oleh adanya garam-garam khlorida (Cl-) dan sulfat
(SO42-) dari kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).
14
B. Zeolit Sebagai Penukar Ion
Zeolit merupakan mineral yang banyak terdapat di dalam batuan yang merupakan
lapisan tanah sedimen yang terbentuk dari timbunan abu vulkano karena adanya letusan
gunung berapi. Terbentuknya di alam sangat bergantung pada lingkungan, umur batuan dan
kedalaman dari permukaan tanah, sehingga dapat terjadi zeolit yang jenisnya berlainan
terdapat dalam batuan yang sama.
Zeolit mempunyai sifat yang sangat khas, apabila mengalami dehidrasi, kristal zeolit
akan membentuk rongga yang dapat saling berhubungan dan membentuk 1-3 arah sehingga
akan terlihat seperti sangkar. Struktur kristal yang unik ini membuat zeolit mempunyai
kemampuan sebagai absorben.
Karakteristik lainnya adalah dapat mempunyai kemampuan sebagai penukar ion secara
sangat selektif untuk ion cesium dan unsur radioaktif lainnya. Zeolit merupakan kristal
aluminosilikat terhidrasi yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga
dimensi. Kerangka dasar sturuktur zeolit terdiri dari unit tetrahedral AlO 2 dan SiO2 yang
saling berhubungan melalui atom O, sehingga zeolit mempunyai rumus empiris sebagai
berikut x/n Mn+[(AlO2)x (SiO2)y].zH2O. Komponen pertama M n+ adalah sumber kation
yang dapat bergerak bebas dan dapat dipertukarkan secara sebagian atau secara sempurna oleh
kation lain, sehingga sangat baik bila digunakam sebagai bahan penukar ion.

Gambar 2.1 Pertukaran Ion Zeolit

15
C. Proses Ion Exchanger
Pertukaran ion merupakan suatu proses dimana ion-ion yang terjerap pada suatu
permukaan media filter dan ditukar dengan ion-ion lain yang berada dalam air. Proses ini
dimungkinkan melalui suatu fenomena tarik menarik antara permukaan media bermuatan
dengan molekul-molekul bersifat polar.
Apabila suatu molekul bermuatan menyentuh suatu permukaan yang memiliki muatan
berlawanan maka molekul tersebut akan terikat secara kimiawi pada permukaan tersebut.
Pada kondisi tertentu molekul-molekul ini dapat ditukar posisinya dengan molekul lain yang
berada dalam air yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk diikat. Dengan demikian
maka proses pertukaran dapat terjadi. Media yang dapat melakukan proses pertukaran seperti
ini diantaranya adalah zeolit (baik alami atau buatan) dan resin.

Gambar 2.2 Proses pertukaran Ion-Kation

Proses pertukaran yang berlangsung secara umum mengikuti kaidah-kaidah tertentu.


yaitu:
a. Pertama kation-kation dengan valensi lebih besar akan dipertukarkan terlebih dahulu
sebelum kation-kation dengan valensi lebih kecil. Sebagai contoh apabila didalam
akuarium kita terdapat besi (ber-valensi 3), kalsium (ber-valensi 2) dan amonium (ber-
valensi1) dalam jumlah yang sama, maka besi akan terlebih dahulu dijerap oleh
zeolite, menyusul kalsium dan terakhir amonium.
b. Kedua, kation yang konsentrasinya paling tinggi di dalam akuarium akan dijerap
telebih dahulu walaupun valensi lebih kecil. Sebagai contoh dalam kasus diatas,
16
apabila konsentrasi (jumlah) amonium jauh lebih banyak dibandingkan dengan besi
dan kalsium, maka sesuai dengan aturan 2, amonium akan cenderung di jerap terlebih
dahulu.
Dengan proses-proses tersebut diatas maka filter kimia dapat diberlakukan untuk
"menjernihkan" air dari partikel-partikel berukuran molekuler yang tidak bisa diproses secara
mekanik atau biologi. Beberapa hal yang bisa di hilangkan dengan filter kimia diantaranya
adalah pengaruh racun, kesadahan, warna dan partikel organik terlarut.

D. Contoh Pengolahan Air di Sebuah Industri Secara Ion Exchanger


Dalam suatu proses produksi dalam industri, boiler merupakan suatu pembangkit panas
yang penting. Sesuai dengan namanya maka fungsi dari boiler ini adalah memanaskan
kembali. Dalam suatu proses industri boiler harus dijaga agar effisiensinya cukup tinggi.
Oleh sebab itu adalah penting untuk menjaga kualitas air yang diumpankan untuk boiler,
karena akan berhubungan dengan effisiensi dari boiler tersebut.
Air umpan boiler atau boiler feed water nantinya akan dipanaskan hingga menjadi
steam. Karena di dalam boiler terjadi pemanasan harus diwaspadai adanya kandungan-
kandungan mineral seperti ion Ca2+ dan Mg2+. Air yang banyak mengandung ion Ca2+ dan
Mg2+ disebut sebagai air yang sadah (hard water). Ion-ion ini sangat berpengaruh pada
kualitas air yang nantinya akan digunakan sebagai umpan boiler. Biasanya ion-ion ini
terlarut dalam air sebagai garam karbonat, sulfat, bilkarbonat dan klorida. Berbeda dengan
senyawa-senyawa kimia lainnya, kelarutan dari senyawa-senyawa mengandung unsur Ca
dan Mg seperti CaCO3, CaSO4,MgCO3, Mg(OH)2, CaCl2,MgCL2, dll, akan memiliki
kalarutan yang makin kecil/rendah apabila suhu makin tinggi. Sehingga ketika memasuki
boiler, air ini merupakan masalah yang harus segera diatasi. Air yang sadah ini akan
menimbulkan kerak (scalling) dan tentu saja akan mengurangi effisiensi dari boiler itu
sendiri akibat dari hilangnya panas akibat adanya kerak tersebut. Selain itu yang
dikhawatirkan bisa menyebabkan scalling adalah adanya deposit silika.
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan ketika mengolah air untuk dijadikan sebagai air
minum dibandingkan dengan untuk umpan boiler. Dalam pengolahan air minum mineral-
mineral yang ada dalam air tidak akan dihilangkan karena mineral-mineral tersebut
dibutuhkan untuk tubuh manusia. Bahkan ada perusahaan air minum yang menambahkan
mineral pada air minum produksinya. Hal itu tidak boleh terjadi dalam pengolahan air untuk

17
umpan boiler. Air minum juga harus dijaga agar bebas dari kuman penyakit dengan diberi
desinfektan sedangkan air umpan boiler tidak perlu diberi desinfektan.
Adapun beberapa proses umum yang dilakukan untuk memperoleh air umpan boiler
yang baik adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Pengolahan air umpan boiler di PT.Krakakatu Tirta Industri I

Contoh kasus dalam pengolahan air untuk umpan boiler di PT.Krakakatu Tirta Industri
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Pengolahan air umpan boiler di PT.Krakakatu Tirta Industri II

Air yang diolah berasal dari PT. Krakakatu Tirta Industri yang masih berupa air baku
atau air industri. Air baku dari PT. Krakatau Tirta Industri pertama kali disaring dengan gravel
filter yang didalamnya terdapat unggun pasir kuarsa sebagai filter. Dalam gravel vilter terjadi
18
pemisahan secara fisika. Air dari garvel filter kemudian dialirkan ke kation exchanger. Ion-ion
positif yang terkandung dalam air akan diikat oleh resin-resin kation yang terdapat dalam ion
exchanger. Setelah itu air dilewatkan ke CO2 degasifier untuk menghilangkan gas-gas yang
terlarut dalam air. Air dari CO2 degasifier diumpankan ke anion exchanger setelah itu
dialirkan ke mix-bed filter untuk mengikat ion-ion yang lolos dari kation dan anion exchanger
kemudian air deionat ditampung ditangki deionat. Air umpan boiler diolah dari air baku di
WTP, sehingga air tersebut dapat memenuhi syarat sebagai air umpan boiler. Kualitas air
umpan boiler adalah sebagai berikut:

1. Tampak : Jernih dan tidak berwarna


2. Oksigen : 0.02 mg/liter
3. Kesadahan : Tak terdekteksi (sangat kecil)
4. Besi : 0.02 mg/liter
5. Karbondioksida : Sangat kecil
6. Daya hantar listrik pada 25oC : 0.2 mikroS/cm
7. Angka permanganat : 5
8. Minyak 0.5 mg/l
9. pH pada 250oC : 9
10. Silikat : 0.02 mg/l

Pada proses pertukaran ion, kesadahan dihilangkan dengan melewatkan air pada bed
zeolit alam atau resin sintetik dan tanpa pembentukan endapan. Jenis paling sederhana adalah
pertukaran basa dimana ion kalsium dan magnesiun ditukar dengan ion sodium. Setelah
jenuh, dilakukan regenerasi dengan sodium klorida. Garam sodium mudah larut, tidak
membentuk kerak dalam boiler. Dikarenakan penukar basa hanya menggantikan kalsium dan
magnesium dengan sodium, maka tidak mengurangi kandungan TDS, dan besarnya
blowdown. Penukar basa ini juga tidak menurunkan alkalinitasnya.
Sebelum penggunaan kembali resin yang telah jenuh, perlu dilakukan pencucian atau
pembilasan dengan air lunak untuk menghilangkan kelebihan NaCl yang tersisa diunggun
resin. Air regenerasi biasanya memerlukan 80 160 kg NaCl untuk setiap 1 m3 resin
dengan larutan garam 5 20%. Laju air garam yang digunakan berkisar
40l/menit m2. Penghilangan lengkap silika dapat dicapai dengan pemilihan resin anion yang

19
benar. Proses pertukaran ion, jika diperlukan dapat digunakan untuk demineralisasi yang
hampir total, seperti untuk boiler pembangkit tenaga listrik.
Proses pelunakan air dengan resin penukar ion ini lebih efisien dan praktis
dibandingkan dengan proses pelunakan menggunakan pengendapan kimia karena tidak
menghasilkan lumpur, peralatan sederhana dan mudah dioperasikan.

2.5.1.2. De-Aerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang dengan
pemanasan air umpan sebelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas terlarut
dalam larutannya. Gas-gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen, sangat meningkatkan
korosi. Bila dipanaskan dalam sistem boiler, karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2)
dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air (H2O) membentuk asam karbonat
(HNa2CO3).
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat terembunkan dari
air umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan operasi. Asam
karbonat mengkorosi logam menurunkan umur pemipaan dan peralatan.
Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami
pengendapan dan menyebabkan terjadinya pembentukan kerak pada boiler dan pipa. Kerak
ini tidak hanya berperan dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah
energi yang diperlukan untuk mencapai perpindahan panas.
De-aerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis, de-aerasi kimiawi, atau dua-
duanya. De-aerasi mekanis untuk penghilangan gas terlarut digunakan sebelum penambahan
bahan kimia untuk oksigen. De-aerasi mekanis didasarkan pada hukum fisika Charles dan
Henry. Secara ringkas hukum tersebut menyatakan bahwa penghilangan oksigen dan karbon
dioksida dapat disempurnakan dengan pemanasan air umpan boiler, yang akan menurunkan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di sekitar atmosfer air umpan. De-aerasi mekanis
dapat menjadi yang paling ekonomis, beropasi pada titik didih air pada tekanan dalam de-
aerator. De-aerasi mekanis dapat berjenis vakum atau bertekanan. De-aerator berjenis vakum
beroperasi dibawah tekanan atmosfer, pada suhu sekitar 70 0C, dan dapat menurunkan
kandungan oksigen dalam air hingga kurang dari 0,02 mg/liter. Pompa vakum atau steam
ejector diperlukan untuk mencapai kondisi vakum. De-aerator jenis bertekanan beroperasi
dengan membiarkan steam menuju air umpan melalui klep pengendali tekanan untuk
mencapai tekanan operasi yang dikehendaki, dan dengan suhu minimum 130 0C. Steam
20
menaikkan suhu air menyebabkan pelepasan gas CO2 dan O2 yang dikeluarkan dari sistem.
Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen hingga 0,005 mg/liter.
Bila terdapat kelebihan steam tekanan rendah, tekanan operasi dapat dipilih untuk
menggunakan steam ini sehingga akan meningkatkan ekonomi bahan bakar. Dalam sistem
boiler, steam lebih disukai untuk de-aerasi sebab:
1. steam pada dasarnya bebas dari CO2 dan O2
2. steam tersedia dengan mudah
3. steam menambah panas yang diperlukan untuk melengkapi reaksi

Sementara de-aerator mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen hingga ke


tingkat yang sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen yang sangat kecil
sekalipun dapat menyebabkan bahaya korosi terhadap sistem. Sebagai akibatnya, praktek
pengoperasian yang baik memerlukan penghilangan oksigen yang sangat sedikit tersebut
dengan bahan kimia pereaksi oksigen seperti sodium sulfat yang akan meningkatkan TDS
dalam air boiler dan meningkatkan blowdown dan kualitas air make-up. Hydrasin bereaksi
dengan oksigen membentuk nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu digunakan dalam boiler
tekanan tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah, karena senyawa tersebut
tidak meningkatkan TDS air boiler. De-aerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis, de-
aerasi kimiawi, atau dua-duanya.

2.5.1.3 Osmosis Balik


Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan konsentrasi yang
berbeda-beda dipisahkan dengan sebuah membran semi-permeable, air dari larutan yang
berkonsentrasi lebih kecil akan melewati membran untuk mengencerkan cairan yang
berkonsentrasi tinggi. Jika cairan yang berkonsentrasi tinggi tersebut diberi tekanan,
prosesnya akan dibalik dan air dari larutan yang berkonsentrasi tinggi mengalir kelarutan
yang lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
Kualitas air yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi larutan pada sisi tekanan
tinggi dan perbedaan tekanan yang melintasi membran.

2.5.1.4. Deminarilasasi
Demineralisasi berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur silika, sulfat,

21
chloride (klorida) dan karbonat dengan menggunakan resin. Diagram Alir proses seperti
gambar dibawah ini:

Gambar 2.5 Diagram Alir Demineralizer

Cation Tower
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa ion-ion
positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R-SO3H (type Dowex
Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air melalui bagian bawah,
dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh resin. Resin R-SO3H ini bersifat
asam kuat, karena itu disebut asam kuat cation exchanger resin.
Reaksi yang terjadi adalah :
CaCl2 + 2 R SO3H (R SO3)2Ca + 2 HCl
MgCl2 + 2 R SO3H (R SO3)2Mg + 2 HCl
NaCl2 + 2 R SO3H (R SO3)2Na + 2 HCl
CaSO4 + 2 R SO3H (R SO3)2Ca + H2SO4
MgSO4 + 2 R SO3H (R SO3)2Mg + H2SO4

Proses ini menghasilkan asam seperti asam seperti HCl, H 2SO4 dan asam-asam lain.
Keasaman berkisar antara Ph 2,8 3,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali, dilakukan
regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut.
Degasifier
Dari cation tower air dilewatkan ke degasifier yang berfungsi untuk menghilangkan
gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses sebelumnya.
22
Reaksi yang terjadi adalah :
H2CO3 H2O + CO2
Proses di degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat netting ring sebagai media untuk
memperluas bidang kontak sehingga air yang masuk terlebih dahulu diinjeksikan dengan
steam. Sedangkan keluaran steam ejektor dikondensasikan dengan menginjeksi air dari bagian
atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan
terlepas sebagai fraksi ringan dan air akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.

Anion Tower
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam
kandungan air yang keluar dari degasifier. Resin pada anion exchanger adalah R = NOH (Tipe
Dowex Upcore Mono C-600).
Reaksi yang terjadi adalah :
H2SO4 + R = N OH (R = N)SO4 + 2 H2O
HCl + R = N OH R = N Cl + H2O
H2SiO3 + R = N OH (R = N)SiO3 + 2 H2O
H2CO3 + R = N OH R = N NO3 + H2O
HNO3 + R = N OH R = N NO3 + H2O

Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat netral.
Selanjutnya air outlet anion tower masuk ke mix bed polisher dari bagian atas. Air keluar
tangki ini memiliki pH = 7,5 8,5. Untuk memperoleh resin aktif kembali, dilakukan
regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin tersebut.

Mix Bed Polisher


Berfungsi untuk menghilangkan sisa-sisa logam atau asam dari proses sebelumnya,
sehingga diharapkan air yang keluar dari mix bed polisher telah bersih dari kation dan anion.
Di dalam mix bed polisher digunakan dua macam resin yaitu resin kation dan resin anion
yang sekaligus keduanya berfungsi untuk menghilangkan sisa kation dan anion, terutama
natrium dan sisa asam sebagai senyawa silika, dengan reaksi sebagai berikut :
Reaksi Kation :
23
Na2SiO3 + 2 R SO3H 2 RSO3Na + H2SiO3
Reaksi Anion :
H2SiO3 + 2 R = N OH 2 R=N-SiO3 + H2O
Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke polish water tank dan digunakan
untuk air umpan boiler. Air yang keluar dari mix bed polisher ini memiliki pH antara 6 7.
( Anonymous. 1994 )

2.5.2 Pengolahan Internal


Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk
mencegah pembentukan kerak. Senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang
mengalir bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown. Metode ini terbatas pada boiler
dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah, dengan tekanan rendah, kandungan
TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut
tidak terpenuhi maka laju blowdown yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Hal
tersebut menjadi tidak ekonomis sehubungan dengan kehilangan air dan panas. Jenis sumber
air yang berbeda memerlukan bahan kimia yang berbeda pula. Senyawa seperti sodium
karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium sulfit dan komponen dari senyawa
inorganik seluruhnya dapat digunakan untuk maksud ini. Untuk setiap kondisi air diperlukan
bahan kimia tertentu. Harus dikonsultasikan dengan seorang spesialis dalam menentukan
bahan kimia yang paling cocok untuk digunakan pada setiap kasus. Pengolahan air hanya
dengan pengolahan internal tidak direkomendasikan.
Pengolahan internal (internal treatment) adalah pengkondisian Air boiler dengan bahan
kimia treatment & pengaturan lainnya dengan tujuan agar korosi, pengerakan dapat
dihindari dan kemurnian uap terjaga baik. Pengolahan ini dengan cara pemberian
bahan kimia langsung ke dalam boiler bersama-sama dengan air pengisi boiler. Reaksi
yang terjadi menyebabkan naiknya kandungan zat padat/ endapan yang dapat menyebabkan
pembusaan/primming dan carry over. Jumlah zat padat dapat ditekan dengan pengaturan
blowdown, sehingga permasalahan yang terjadi dapat diatasi.

Tujuan pengolahan ini untuk mengatur atau mengontrol zat-zat padat, alkalinitas,
kelebihan fosfat, gas-gas korosif, menghindarkan timbulnya endapan-endapan yang dapat
melekat dan mengeras pada dinding atau pipa-pipa boiler dan membuat lapisan boiler lebih
tahan terhadap korosi. Beberapa mekanisme yang terjadi dalam internal treatment, antara
24
lain:
1) Mereaksikan kesadahan dengan bahan kimia, agar kerak calcium carbonate yang
keras berubah menjadi endapan yang lunak berlumpur sehingga bisa dibuang
melalui blow-down.
2) Mengkondisikan pH/alkalinity air boiler untuk menghindarkan pengerakan silica.
3) Penggunaan anti-busa (anti foam) untuk mencegah potensi pembusaan yang
akan mengakibatkan terjadinya carry-over dan menurunkan kemurnian uap.

Beberapa jenis bahan kimia yang umum dipergunakan dalam internal treatment
adalah:
Fosfat (jenis ortho ataupun polyfosfat): bereaksi kesadahan calcium untuk
menetralisir kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium fosfat yang berbentuk
lumpur dan dapat dibuang melalui blow down secara terus-menerus atau secara berkala
melalui bawah ketel.
Natural and synthetic dispersants (Dispersant): meningkatkan sifat dispersif air boiler,
beberapa contoh polymeric dispersant adalah:
- Polimer alam: lignosulphonates, tannin
- Polimer sintetik: polyacrylates, maleat acrylate copolymer, maleat styrene
copolymer,dsb.
Sequestering agents (anti scale) seperti phoshate organic (phosphonates), Polymaleic acid
(PMA), Sulfonated co-polymer, dsb.

Oxygen scavengers (Pemakan Oksigen):seperti natrium sulfit, tannis, hidrazin,


hidroquinon/progallol berbasis derivatif, hydroxylamine derivatif, asam askorbat
derivatif, dll. Oxygen Scavengers ini, dikatalisasi ataupun tidak, akan mengurangi
kadar oksigen terlarut dalam feed-water. Beberapa jenis dari oxygen scavenger
ini juga berfungsi sebagai passivator untuk mem-passivasi permukaan logam
seperti Hydrazine, Hydroxylamine derivate,dll. Pilihan produk dan dosis yang
diperlukan akan tergantung pada jenis alat mekanis yang digunakan (Deaeator atau
Heating Tank)
- Anti-foaming or anti-priming agents : campuran bahan aktif permukaan yang mengubah
tegangan permukaan cairan, menghilangkan busa dan mencegah terbawa air halus
partikel.

2.5.3 Sistem Blowdown

25
Sistem Blowdown : Pengertian Blowdown adalah pembuangan sejumlah kecil air boiler
dengan maksud untuk menjaga tingkat maximum dari padatan terlarut dan terendap pada
tingkat yang diizinkan. Sebagai contoh bila air dengan kandungan padatan terlarut 100 ppm
kemudian diuapkan sebanyak 50 % dari air tersebut maka konsentrasi dari padatan menjadi
200 ppm. Ini bisa ditulis secara matematik :

Blowdown terbagi atas 2 (dua) jenis :


1) Continuous Blow Down: yang dipasang dekat dengan level permukaan air pada
steam drum, dimaksudkan untuk menjaga tingkat padatan pada steam drum,
dilakukan secara terus menerus.
2) Intermitten Blow Down: yang dipasang pada bagian bawah ketel uap
dimaksudkan untuk menghilangkan padatan yang mengendap.

Continuous Blowdown adalah cara paling ekonomis dan konsisten untuk mengontrol
total dissolved solid (TDS), korosi (pengkaratan), tidak hanya menyebabkan gangguan pada
daerah yang kena karat, tapi juga bisa menghasilkan kontaminan oxyda logam yang pada
tingkat yang serius bisa timbul ditempat lainnya. Karena semuanya berkaitan dengan
pengolahan air, bila terjadi pembentukan pengendapan (deposit) dan korosi maka harus
dikoreksi dan dicegah agar dapat tercapai hasil yang memuaskan.

Penyebab terjadinya korosi adalah karena adanya oksigen (O2) yang terlarut dalam air.
Mekanisme dari korosi adalah metal yang terkena kontak dengan akan terjadi reaksi sebagai
berikut:

Oxygen terlarut dalam air membentuk reaksi Cathodic

Dari Persamaan (1) dan (2) dapat diperoleh:

26
Hasilnya adalah Ferro hydroxide yang mengendap dalam larutan, senyawa ini tidaklah stabil
dalam larutan yang masih mengandung O2, maka ia akan teroxidasi.

Ferric hydroxide ini dikenal sebagai karat. Untuk menghilangkan senyawa


O2 (oxigen) dalam air agar tidak terjadi korosi dapat dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Deaerator, fungsi dari alat ini ialah untuk menghilangkan gas-gas yang terlarut dan
memanaskan air dengan cara mengkontakan langsung antara steam tekanan rendah
dengan air. bila temperature air naik maka kelarutan oxigen akan berkurang karena
keluar lewat venting.

b. Penambahan Hydrazine (N2H4)


reaksinya sebagai berikut:

Pada temperature diatas 2700C maka hydrazine akan berubah menjadi Ammonia
( NH3 ) dan Nitrogen.

Reaksi ini lambat bila jumlah Hydrazinnya kecil, tapi sebaliknya ia akan cepat bila
Hydrazine besar. Untuk meyakinkan bahwa O2 yang terlarut itu habis maka
ditentukannya bahwa Hydrazine itu harus berlebih (Hydrazine rasidual). Pada
umumnya untuk Boiler yang tekanan operasinya kurang dari 40 kg/cm 2g maka
residual N2H4 nya berkisar antara 0.1 ~ 0.3 ppm (part per million = per satu juta),
untuk yang bertekanan lebih dari 40 kg/cm2g berkisar pada 0.05 ~ 0.1 ppm.

27
c. Volatile Treatment atau Zero Solid Treatment adalah pemakaian chemical yang
mudah menguap (volatile chemical), seperti ammonia/morpholine atau cyclohexyl
amine. Untuk mengontrol pH. Bahan ini di injeksikan kedalam boiler water yang
berfungsi untuk menjaga pH pada boiler water, agar cukup tinggi untuk pencegahan
korosi.

d. Injeksi (PO4 ) dan Alkali (NaOH) dilakukan secara langsung ke ketel, maksudnya
adalah untuk menghindari mengendapnya garam garam Calsium Posphate,
Magnesium Silicate, Calsium Carbonate, dsb secara dini pada sistem.

Table 2.7. Macam-macam bahan kimia pada proses pengolahan air umpan boiler

28
NO. GENERAL NAME CHEMICALS FUNGTION

1 Coagulant Alumunium Sulfat Menetralkan muatan partikel


dan membentuk gumpalan.
2 Flocculant Polymer Behn meyer Membantu/mempercepat dan
memperkuat gumpalan
3 Softener Menurunkan kesadahan
(hardness, Ca dan Mg)
Resin Na-Z Pengikat Ca dan Mg
NaCl NaCl Peregenerasi

4 Oxygen scavenger Sulphite N-19/S-36P Menghilangkan Oxygen


terlarut
5 Phosphate Polymer S-468 Mengikat Ca dan Mg yang
masih lewat dari Softener
6 Dispersant Polyperse plus BP- Mencegah terjadinya scale
8000 (kerak) di tube-tube
boiler/reboiler
7 Neutralizing Amine Morpholine / S-432 Menaikkan pH dan
mencegah terjadinya
serangan Carbonic Acid
(CO2) corrosion
8 Corrosion Inhibitor Magniform 305 Melindungi metal dari
serangan CO2 DAN O2
corrosion
9 Filming Amine S-459 Melapisi metal dengan
lapisan film supaya terhindar
dari serangan CO2 dan O2
dan O2 corrosion
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai
dengan makalah Pengolahan Air Umpan Boiler adalah:
29
1. Air umpan adalah air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam.
2. Dua sumber air umpan boiler adalah:
- Kondensat atau steam yang mengembun yang kembali dari proses.
- Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus diumpankan dari luar ruang
boiler dan plant proses.
3. Ada dua jenis pengolahan air umpan untuk boiler yaitu :
- Pengolahan eksternal
- Pengolahan internal
4. Secara umum persyaratan air umpan boiler adalah :
- Air tidak boleh membentuk kerak/endapan yang membahayakan.
- Air tidak boleh korosif terhadap dinding atau pipa pipa boiler
- Air tidak boleh mengakibatkan terjadinya carry over

3.2. Saran
Penulis hanya dapat memberikan saran sebaiknya air yang digunakan untuk umpan
boiler pada industri proses harus benar-benar sesuai kriterianya, mengingat dampak dari
kerugian yang besar yang dapat ditimbulkan apabila air tidak sesuai kriteria, seperti yang
sudah penulis paparkan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Austin, T.George. 1996. Industri Proses Kimia. Edisi kelima, Jilid 1. Penerbit
Erlangga.
(http://smk3ea.wordpress.com/2008/07/08/air-danfungsinya-sebagai-umpan-boiler-dan
cooling-tower/). tanggal 18-09-2013
http://www.scribd.com/doc/120114745/Pengolahan-Air-Untuk-Boiler. tanggal 18-09-
2013
http://4funjava.blogspot.com/2010/04/proses-pengolahan-air.html. tanggal 18-09-2013
http://www.scribd.com/doc/29738382/31/Persyaratan-Air-Umpan-Ketel. tanggal 18-09-
2013
30
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II.pdf. tanggal 18-09-2013
http://aplikasiteknikkimia.blogspot.com/2009/04/pengolahan-air-umpan-boiler.html
diakses pada tanggal 20-09-2013
http://andikruenk.heck.in/pengertian-cara-kerja-tentang-boiler.xhtml diakses pada tanggal
21-09-2013
www.energyefficiencyasia.org diakses pada tanggal 21-09-2013

31

Anda mungkin juga menyukai