https://core.ac.uk/download/pdf/42999501.pdf
ABSTRAK
Surati, 2011
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA
DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN RELEVANSI SMK (Studi kasus di
SMK Industri Kota Madiun).
Pembimbing I : Dr. Sugiarti, M.Si, Pembimbing II : Drs.Agus Tinus, M.Pd.
SMK Industri Madiun merupakan SMK swasta Kelompok Teknologi dan Rekayasa, Program
Keahlian Teknik Pemesinan, jumlah siswanya 108 siswa. Sebagian besar siswa berlatar
belakang ekonomi kurang mampu, tetapi pengurus sekolah mempunyai berbagai kiat untuk
menjadikan SMK mencetak lulusan yang mempunyai karakteristik mutu dan relevansi
dengan kebutuhan DU/DI. Dengan meningkatkan jalinan komunikasi guna mendapatkan
sinergi dengan stakeholder untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada.Rumusan masalah
dalam fokus penelitian ini adalah :(1) Bagaimana mekanisme yang dilakukan untuk
mendukung pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di SMK Industri kota Madiun
?. (2) Bagaimana kegiatan pembelajaran di sekolah (guru,siswa) dan di DU/DI dalam
pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda .(3)Bagaimanakah hasil Pendidikan Sistem
Ganda dalam rangka peningkatan mutu dan relevansi di SMK Industri kota Madiun ?. Tujuan
penelitian ini adalah : (1)Untuk menjelaskan bagaimana mekanisme yang dilakukan dalam
rangka mendukung pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda di SMK Industri kota
Madiun. (2) Untuk menjelaskan bagaimana kegiatan pembelajaran di sekolah (guru, siswa)
dan DU/DI dalam pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Industri Madiun
.(3) Untuk menjelaskan hasil PSG dalam rangka peningkatan mutu dan relevansi di SMK
Industri Kota Madiun. Berdasarkan karakteristik subyek dan fokus penelitian, untuk
menjawab fokus permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan rancangan studi kasus. Teknik kumpulan data yang digunakan antara lain :
observasi, wawancara dan dukumentasi, setelah data terkumpul kemudian dilakukan
pengecekan keabsahan data dengan cara triangulasi,seterusnya apabila sudah keabsahan data
maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan analisis data yang meliputi reduksi data,
pemaparan data dan kesimpulan.Setelah dilakukan pengecekan dan pembahasan diperoleh
kesimpulan penelitian :(1) Mekanisme yang dilakukan untuk mendukung PSG di SMK
Industri yang menjadikan kebijakan Prakerin di SMK Industri adalah pemetaan, sinkronisasi
lokasi, durasi dan penempatan siswa Prakerin dilaksanakan oleh panitia disesuaikan dengan
kemampuan sumberdaya sekolah. (2) Kegiatan Pembelajaran selama PSG menggunakan day
release, lima hari kerja Senin sampai dengan Jumat Prakerin pada DU/DI, satu hari
pembelajaran di sekolah setiap hari sabtu selama tiga bulan. (3) Hasil PSG berdasarkan Nilai
pada Sertifikat PSG 98 % berpredikat Baik, berdasarkan mutu perubahan sikap siswa pada
raport nilai semester 5 terdapat peningkatan kedisiplinan yang positif dan peningkatan
motivasi belajar, ditinjau dari hasil sinkronisasi dan relevansinya, dari 31 siswa terdapat 20
siswa berhasil ditempatkan pada DU/DI yang relevan dengan Program Keahlian Pemesinan,
8 siswa relevan dengan Keahlian Muatan Lokal Otomotif, dan 3 siswa relevan dengan
Keahlian Muatan Lokal Teknik Las.
Kata Kunci : Implementasi Kebijakan PSG, Mutu dan Relevansi SMK
ABSTRACT
Surati, 2011: EDUCATION POLICY IMPLEMENTATION IN MULTIPLE SYSTEM
TO INCREASE QUALITY AND RELEVANCE School (Studies in SMK
IndustriMadiun).Advisor I: Dr.Sugiarti, M.Si, Advisor II: Drs. Agus Tinus, M.Pd.
Keywords: PSG Policy Implementation, Quality and relevance of vocational
SMK Industri Madiun is a Private Vocational School of Technology and Engineering Group,
Mechanical Machining Skills Program, with 108 students. Most students of economic
backgrounds are less able, but school administrators have a variety of tips to make vocational
graduates who have the characteristics of print quality and relevance to the needs of DU / DI.
By increasing the communication fabric in order to obtain synergies with other stakeholders
to optimize resources. Among the tips are made by school administrators is the effort to get
the school operational funding assistance, procurement assistance school infrastructure, and
optimize Prakerin activity as a form of Dual System of Education policy.The formulation of
the problem in the focus of this research are: (1) What is the mechanism being undertaken to
support the implementation of the Dual System of Education in SMK Industri Madiun?.(2)
How the learning activities at school (teachers,students) and the DU / DI in the
implementation of the Dual System of Education program?. (3) How does the Dual System of
Education in order to improve the quality and relevance in SMK Industri Madiun ?. The
purpose of this study were: (1) To explain
how the mechanisms that is managed to support the implementation of the Dual System of
Education in SMK Industri Madiun . (2) To explain how the learning activities at school
(teachers, students) and the DU / DI in the implementation of the Dual System of Education
program in SMK Industri Madiun
. (3) To explain the results of PSG in order toimprove the quality and relevance in SMK
Industri Madiun
.
Based on the characteristics of the subject and focus of research, to a nswer the focus
problem, this research uses a qualitative approach with case study design. Data collection
techniques used include: observation, interviews and document and, after checking the
data collected was then performed by means of triangulation of data validity, so when it is the
validity of the data then the next step is the implementation of data analysis including
data reduction, data presentation and conclusions.After checking and discussion of the study
concluded: (1) The mechanism being undertaken to support the PSG at SMK Industri
Prakerin policy making at the SMK Industri Madiun was the mapping, synchronization of the
location, duration and placement of students conducted by the committee Prakerin adjusted to
the ability of school resources. (2) Learning Activities during PSG using release day, five
days Monday to Friday Prakerin on DU / DI, one day teaching in the school every Saturday
for three months. (3) Results based on the value of the Certificates PSG 98% predicated Well,
based on the quality of students' attitude changes in the value of 5th semester report cards
there is an increasing positive discipline and increased motivation to learn, in terms
of the synchronization and relevance, of the 31 students there are 20 students successfully
placed the DU / DI that are relevant to engineering expertise program, 8 students relevant
to the Local Content Expertise Automotive, and 3 students are relevant to the Local Content
Expertise Las technique.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana
pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik. Oleh karena itu,
pendidikan hendaknya didesain bagi siswa atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya. Demi kesuksesannya pendidikan telah membentuk lembaga-lembaga
pendidikan baik yang bersifat formal maupun non formal. Pendidikan formal merupakan
lembaga pendidikan yang diadakan oleh sekolah tertentu secara teratur, sistematis dan
mempunyai jenjang tertentu. Pendidikan non formal biasa diselenggarakan oleh lembaga
melalui kursus-kursus dan ketrampilan. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan
generasi masa depan sehingga pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pasda wawasan
kehidupan mendatang. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang
amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Pada pasal 1 ayat 1 UU No 20 tahun 2003 menegaskan pula bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
diselenggarakan sebagai sarana dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan
tangguh. Meskipun demikian disatu sisi tidak ada upaya peningkatan mutu pendidikan.
Pendidikan yang terjadi sekarang ini tidak sesuai atau tidak adil karena tidak merata serta
banyak yang tidak dapat mengenyam pendidikan sampai selesai bahkan tidak sama sekali.
Hal itu mungkin karena mahalnya pendidikan, mungkin juga dikarenakan kualitas
pendidikanlah yang diutamakan daripada kuantitas. Maksudnya hanya penambahan fasilitas
dan tempat sekolah. Secara kuantitas peningkatan mutu mulai dari pendidikan guru, mutu
bahan yang diajarkan, imbalan jasa bagi pengajar, perbaikan dan pembaharuan kurikulum.
Namun untuk menunjang dari kegiatan diatas fasilitas juga masih sangat dibutuhkan.
Pendidikan yang dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang berbasis kompetensi, yaitu tidak
hanya pendidikan akademis saja melainkan ditambah dengan ketrampilan (skill). Maksudnya
supaya mampu menghasilkan suatu lulusan yang unggul. Pendidikan berbasis kompetensi ini
merupakan jalur yang semakin berarti dalam peningkatan mutu angkatan kerja agar
kesempatan kerja dapat diisi sesuai jalurnya. Prestasi belajar merupakan bagian akhir dari
proses belajar dengan kata lain tujuan dari belajar mendapatkan prestasi. Banyak siswa yang
mengalami masalah dalam belajar akibatnya prestasi yang dicapai rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi prestasi diantaranya
adalah mengenai pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG).
Permasalah yang paling penting adalah minat siswa terhadap mata pelajaran khususnya
bidang studi akuntansi. Minat siswa dapat ditimbulkan dengan penerapan secara teknis dalam
metode penyampaian materi yang tepat serta tidak membosankan siswa. Banyak siswa yang
mengalami permasalahan dalam belajar, hal ini dapat berakibat pada prestasi yang
rendah.Sumadi Suryabrata (1995:250-253) menyatakan bahwa Dalam mencapai prestasi
belajar yang baik ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor tersebut adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa,
diantaranya kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motivasi, kesehatan jasmani dan cara belajar.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa yaitu
lingkungan.Untuk dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal siswa harus memiliki
keinginan, minat, cara belajar yang tepat serta lingkungan yang mendukung. Jika dalam diri
siswa sudah memiliki keinginan untuk meraih prestasi belajar yang optimal, juga didukung
lingkungan yang baik otomatis siswa akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Rudjianto
dan Sumijatun (1995:87) Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh murid berupa
pengetahuan, ketrampilan yang dikembangkan disekolah melalui sejumlah mata pelajaran.
Pendidikan kejuruan dan teknologi yang diselenggarakan di dalam sistem pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah, merupakan bagian yang sangat penting dari sistem
pendidikan nasional. Pendidikan kejuruan tersebut memiliki kaitan yang langsung dengan
proses industrialisasi, terutama jika dikaitkan dengan fungsinya yang menyediakan tenaga
kerja terampil, fleksibel dan menguasai teknologi yang terus meningkat. Berdasarkan
epmendikbud RI No. 080/u/1993 tentang kurikulum SMK, Tujuan Sekolah Menengah
Kejuruan adalah:
1. Mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta pengambangan
sikap profesional.
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier, mampu berkompetensi dan mampu
mengembangkan sikap profesional.
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan
industri pada saat ini maupun masa yang akan datang.
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara yang produktif, siap berkembang dan
beradaptasi serta kreatif.
Masalah lulusan pendidikan kejuruan yang belum siap untuk dipekerjakan, mendapat
perhatian yang cukup besar dari pemerintah, meskipun kenyataannya dijumpai bahwa
investasi untuk pendidikan dan pelatihan di sebagian besar industri termasuk prioritas yang
paling rendah. Hal tersebut memperlihatkan sikap yang kurang tepat, sebab infrastruktur
industri di Indonesia secara perlahan tapi pasti, terus tumbuh dan berkembang. Peningkatan
permintaan itu akan lebih besar lagi pada saat output industri bergeser secara besar-besaran
dari produk padat karya kerja, padat modal, dan selanjutnya ke produk industri yang padat
pengetahuan dan teknologi.
Atas alasan tersebut, pemerintah indonesia menempatkan pendidikan dan pelatihan kejuruan
dan teknologi pada posisi prioritas yang sangat tinggi. Secara umum arah perluasan dan
perbaikan mutu pendidikan dan penelitian kejuruan di Indonesia adalah untuk mewujudkan
suatu sistem pendidikan kejuruan dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMK dan
pelatihan di Industri yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai profil kompetensi
yang baku dan laku dipasar tenaga kerja. Di sekolah siswa mempelajari bekal dasar yang
bersifat teoritik dan ketrampilan kejuruan dasar. Di lembaga atau perusahaan pasangan, siswa
berlatih dengan cara yang benar dan melakukan hal-hal yang nyata dan praktis, yang hasilnya
akan dikonsumsi oleh masyarakat luas. Secara teoritis, PSG ini merupakan suatu proses
pendidikan keahlian profesional yang memadukan sistematik antara program pendidikan
pada sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja
secara langsung pada dunia kerja dan terarah untuk tingkat keahlian profesional tertentu.
Dalam rangka pelaksanaan PSG, di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar melakukan
koordinasi dengan instansi lain yaitu Depnaker dan Kadin Indonesia. Pengembangan unit
produksi yang beroperasi di SMK sebagai wahana pengembangan wawasan dan ketrampilan
bagi guru juga dilakukan dengan peningkatan orientasi terhadap pasar yang sekaligus
mendapatkan dana untuk mengatasi kekurangan biaya operasional sekolah. Keberhasilan
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda sangat tergantung dari kesungguhan semua pihak yang
terkait, misalnya sekolah yang bersangkutan, Dunia Usaha dan Dunia Industri, Depnaker,
Asosiasi Profesi, dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tuangkan
dalam bentuk penelitian dengan judul: PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN
SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA
KELAS II JURUSAN AKUNTANSI DI SMK MUHAMMADIYAH 2 KARANGANYAR
TAHUN 2005.
B. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan yang akan dipecahkan agar tidak terjadi penyimpangan di
dalam pembahasan ataupun penyusunan skripsi ini peneliti hanya membatasi dan membahas
masalah-masalah tentang :
1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar.
2. Prestasi Belajar Akuntansi Siswa.
C. Rumusan Masalah
Setiap Perguruan tinggi ataupun sekolahan dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan
Nasioanal dihadapkan pada berbagai masalah, dimana masalah tersebut berdampak pada
suatu hambatan atau rintangan pada sekolahan di dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Maka masalah yang akan peneliti kemukakan dalam penelitian ini adalah : Adakah
pengaruh yang positif dan signifikan antara pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas II Jurusan Akuntansi Di SMK
Muhammadiyah 2 Karanganyar Tahun 2005?.
D. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian akan terarah apabila dirumuskan tujuan dari penelitian tersebut, karena dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai arah penelitian yang ingin dicapai, sehingga
dalam penelitian ini peneliti merumuskan tujuan sebagai berikut:
Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan antara Pelaksanakan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas II Jurusan Akuntansi
Di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar Tahun 2005.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan memiliki manfaat terutama:
1. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan
Dengan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
2. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menyebarluaskan informasi mengenai arti pentingnya pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG) dalam upaya meningkatkan prestasi belajar akuntansi.
3. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda.
4. Bagi Peneliti Lain
Untuk menambah bahan referensi dan dasar bagi penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Andreas Winasis Widyatmoko. 2007. Hubungan Antara Pendidikan Sistem Ganda, Prestasi
Belajar dan Penyesuaian Diri Siswa Dengan Kesiapan Kerja di SMK Kristen 2 Klaten. skripsi
Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.Ibrahim dan Nana Sudjana. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) TERHADAP
PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS II JURUSAN AKUNTANSI DI SM
K MUHAMMADIYAH 2KARANGANYAR TAHUN 2005
SKRIPSI
http://eprints.ums.ac.id/13388/1/01_HALAMAN_PENDHULUAN.pdf
ABSTRAK
Wahyuni Kurnianingsih, A 210 030 113, Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006, 70 halaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pelaksanaan Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) dan Prestasi Belajar Siswa serta mengetahi sejauh mana pengaruh Pelaksanaan
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas II Jurusan
Akuntansi Di SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada data yang ada masasekarang bertujuan
untuk memecahkan masalah yang ada. Penelitian ini beralokasi di SMK Muhammadiyah 2
Karanganyar. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II jurusan akuntansi yang
berjumlah 81 siswa, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi karena populasi
kurang dari 100 siswa. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang diperoleh dari
dokumentasi, observasi dan wawancara. Dengan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas
data dan uji lineritas. Sedangkan taknik analisis data yang digunakan yaitu regresi linear
sederhana, uji t dan koefisien determinasi. Hasil pengujian regresi linier sederhana diperoleh
besar koefisien regresi untuk variabel Pendidikan Sistem Ganda sebesar 0,962 dengan
parameter positif, hal ini berarti bahwa semakin terjadi peningkatan pada Pendidikan Sistem
Ganda maka prestasi belajar siswa SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar juga mengalami
peningkatan. Sedangkan dari uji t diketahui bahwa thitung= 10,463 > t Tabel 1,990 sehingga
Ho ditolak, artinya bahwa terdapat pengaruh antara pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda
terhadap prestasi belajar siswa SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar. Nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,58 yang berarti bahwa 58,1% prestasi belajas siswa SMK
Muahammadiyah 2 Karanganyar dapat dijelaskan oleh pendidikan sistem ganda, sedangkan
sisanya 41,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Kata kunci : Pendidikan Sistem Ganda (PSG), Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN PENDIDIKAN
SISTEM GANDA DAN INFORMASI PEKERJAAN DENGAN KESIAPAN MENTAL
KERJA SISWA
KELAS XII SMKN 1 SUMENEP TAHUN AJARAN 2014/ 2015
http://repository.upy.ac.id/183/1/Artikel%20Fely%20Susanto%20%2809144200185%29.pdf
ARTIKEL
Oleh :
FELY SUSANTO
NIM. 09144200185
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN
KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2014
1
ABSTRAK
FELY SUSANTO
.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara pelaksanaan pendidikan
sistem ganda dengan kesiapan mental kerja (2) hubungan antara informasi pekerjaan dengan
kesiapan mental kerja (3) hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan
informasi pekerjaan dengan kesiapan mental kerja siswa kelas XII SMKN I Sumenep Tahun
Ajaran 2014/2015 .Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMKN I Sumenep
Tahun Ajaran 2014/2015 sebanyak 425 siswa.Teknik pengambilan data dengan quota rand
om sampling berjumlah 85 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan
angket. Teknik analisa data dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi ganda. Hasil
penelitian menunjukan bahwa (1) Ada hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan
pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja, dengan mengetahui hasil perhitungan
angka rx1y = 0,349 dan r tabel = 0,213 (untuk N = 85 pada taraf signifikansi 5%) atau r
hitung > r Tabel (0,349 > 0,213) Dengan p = 0,001 < 0,05, yang berarti semakin baik
pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada siswa akan semakin meningkatkan kesiapan
mental kerja siswa. (2) Ada hubungan positif dan signifikan antara informasi pekerjaan
dengan kesiapan mental kerja , dengan mengetahui hasil perhitungan angka rx2y = 0,360 dan
r tabel = 0,213 (untuk N = 85 pada taraf signifikansi 5%) atau r Hitung > rabel (0,360 >
0,213) Dengan p = 0,001 < 0,05, yang berarti semakin baik informasi pekerjaan yang
diperoleh siswa akan semakin meningkatkan kesiapan mental kerja siswa.(3) Ada hubungan
positif dan signifikan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan informasi pekerjaan
secara bersama-sama terhadap kesiapan mental kerja siswa dengan mengetahui hasil
perhitungan angka harga Fhitung= 9,333 dengan p= 0,000< 0,05, yang artinya semakin baik
pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan semakin baik informasi pekerjaan yang diperoleh
siswa akan semakin meningkatkan kesiapan mental siswa dalam bekerja.Implikasi dalam
penelitian ini, maka guru dan orangtua dituntut bekerjasama dalam meningkatkan kesiapan
mental kerja siswa dengan meningkatkan pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan
memberikan informasi pekerjaan yang sebanyak-banyaknya dengan didukung adanya
pemahaman diri yang sesuai dengan kesiapan mental yang dimiliki siswa.
Kata kunci : pelaksanaan pendidikan sistem ganda, informasi pekerjaan, kesiapan mental
kerja
PENDAHULUAN
Kepala Badan Pusat Statistik Jakarta menyatakan, bahwa Jumlah angkatan kerja yang
menganggur hingga Februari 2005 mencapai 10,9 juta orang. Tambahan pengangguran
terjadi karena peningkatan angkatan kerja lebih besar daripada ketersediaan lapangan kerja.
Jumlah angkatan kerja bertambah 1,8 juta orang yakni dari 104 juta orang pada Agustus 2004
sampai dengan Februari 2005 meningkat menjadi 105,8 juta orang pada akhir tahun 2002 dari
sekitar 3,14 penduduk tercatat sekitar 0,12% juta orang (3,75%) adalah angkatan kerja sedang
pencari pekerjaan sekitar 117.296 orang meningkat sebesar 35,71%. Hal ini menunjukkan
bahwa lowongan pekerjaan belum dapat menampung seluruh pencari kerja
(Marsudi, dkk, 2008:1). Hal senada disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia
(Yudhoyono, 2006:1), bahwa pemerintah juga menargetkan penciptaan lapangan kerja untuk
mengurangi jumlah tingkat pengangguran yang saat ini berkisar 10,24 persen dari total
angkatan kerja. Oleh karena itu perlu ada reformasi dalam sistem pendidikan yang mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang siap kerja. Jika tidak, maka pendidikan hanya
menghasilkan pengangguran baru yang tidak terserap di lapangan kerja.
Menghadapi kondisi tersebut diatas, pendidikan menengah kejuruan diperhadapkan pada
berbagai permasalahan, antara lain : masalah konsepsi, program dan operasional pendidikan.
Jika masalah ini dilihat dari segi konsepsi, maka dapat digambarkan dengan ciri-ciri sebagai
berikut : (1) pendidikan kejuruan berorientasi pada pasokan (supply driven oriented),
tidak pada permintaan (demand-driven); (2) program pendidikan kejuruan hanya berbasis
sekolah (school-based program); (3) tidak adanya pengakuan terhadap pengalaman belajar
yang diperoleh sebelumnya (no recognition of prior learning); (4) kebuntuan (dead -end)
karier tamatan SMK; (5) guru-guru SMK tidak berpengalaman industri (no industrial
experience); (6) adanya tanggapan keliru bahwa pendidikan hanya merupakan tanggung
jawab Depdikbud/Depdiknas; (7) pendidikan kejuruan lebih berorientasi pada lapangan kerja
sector formal; dan (8) ketergantungan SMK kepada subsidi pemerintah terutama dibidang
pembiayaan (Soenaryo, 2002:223).
Sejak Pelita VI, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Wardiman Djojonegoro, telah
memperkenalkan kebijakan baru untuk perubahan pendidik an kejuruan yang disebut link
and match. Secara harfiah link berarti terkait, menyangkut proses yang terus interaktif,
dan match berarti cocok, menyangkut hasil harus sesuai atau sepadan, sehingga link and
match sering diterjemahkan menjadi terkait dan cocok/sepadan. Mengacu pada konsep ini,
diharapkan terdapat keterkaitan dan kecocokan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja,
yang mana orientasi pendidikan kejuruan dan pelatihan sumber daya manusia diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja. Untuk itu diperlukan penerapan konsep keterkaitan
dan kecocokan (Link and match) dalam berbagai kebijakan dan program-program
pendidikan. Beberapa prinsip utama dari konsep tersebut yaitu : (1) system pendidikan harus
terkait dan sepadan dengan kebutuhan yang terus berkembang dari berbagai sektor industry
akan tenaga kerja yang menguasai keterampilan dan keahlian professional dalam berbagai
cabang IPTEK;
(2) system pendidikan harus terkait dan sepadan dengan nilai, sikap, perilaku, dan etos kerja
masyarakat yang sudah mulai mengarah pada era industri dan teknologi; dan (3) sistem
pendidikan harus terkait dan sepadan dengan masa depan yang akan ditandai dengan
perubahan dan perkembangan yang terus berlangsung (Suryadi, 1977:19).
Senada dengan keadaan kenyataan tersebut di atas,dalam makalah yang disampaikan pada
penataran Manajemen Tingkat Kepala Rumpun di PPPGT/VEDC Malang
dijelaskan bahwa kecenderungan Sekolah Menengah Kejuruan sebagai pemasok tenaga kerja
tingkat menengah bagi industri hampir selalu terlambat dalam memperoleh informasi tenaga
perkembangan teknologi, sehingga pendidikan kejuruan itu pun akan selalu terlambat untuk
dapat menyertakan teknologi baru dalam kegiatan pembelajarannya.
Rendahnya tingkat kesiapan kerja tersebut selain disebabkan oleh keterampilan siswa yang
kurang cocok dengan kebutuhuan dunia industri juga disebabkan kurangnya usaha
pengembangan terhadap faktor-faktor psikologis yang seharusnya lebih mendapat perhatian
dari pada faktor-faktor lainnya. Persiapan memasuki dunia kerja yang paling penting adalah
faktor psikologis.
Faktor-faktor yang di maksud adalah minat, bakat,motivasi,sikap dan percaya diri.
Purdie E. Candra mengatakan bahwa untuk terjun kedalam dunia kerja tidak hanya
dibutuhkan keterampilan teknik saja, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah pribadi yang
matang. Pribadi yang matang antara lain bercirikan dapat berfikir positif , pandai
membedakan antara fakta dan opini serta peningkatan prestasi selalu dijadikan prioritas.
Dengan demikian untuk meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan perlu
lebih memantapkan kepribadian siswa dengan memperhatikan faktor-faktor psikologis.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMKN 1 Sumenep dan dari keterangan beberapa staf
pengajar didapatkan data bahwa belum ada kerjasama dengan pihak -pihak luar terkait
dengan penyaluran lulusan sehingga siswa harus mencari sendiri informasi lowongan
pekerjaan.
Selain itu belum ada data yang meneliti tentang hubungan antara pelaksanaan sistem ganda
dan informasi pekerjaan dengan kesiapan mental kerja siswa kelas XII SMKN 1 Sumenep.
Dengan adanya fenomena seperti ini, peneliti tertarik untuk mengetahui adanya hubungan
antara pelaksanaan sistem ganda dan informasi pekerjaan dengan kesiapan mental kerja
siswa. Sehingga deteksi dini dan penanganan dini dapat dilakukan oleh pihak sekolah agar
lulusan dapat terserap diberbagai instansi pemerintah maupun swasta sesuai dengan
spesialisasinya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi
permasalahan
sebagai berikut :
Berapa besar kesiapan mental kerja yang dimiliki siswa SMK untuk memasuki dunia kerja
?
2.Berapa besar pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang dimiliki siswa SMK untuk terjun
ke dunia kerja ?
3.Berapa besar pengaruh kedua faktor diatas terhadap kesiapan mental kerja SMK ?
4.Berapa besar peranan pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan informasi dalam kaitannya
dengan kesiapan mental kerja SMK ?
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Pendidikan Kejuruan
Jalur pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan formal dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal adalah pendidikan yang kurikulum
serta penilaiannya diatur oleh pemerintah, yaitu terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Sedang tempat kursus, bimbingan belajar, sanggar-sanggar
termasuk dalam pendidikan informal yang kurikulumnya dibuat dan dievaluasi sendiri oleh
pengelola. Sekolah menengah merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar yakni
Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagaimana disebutkan dalam
pasal 18 ayat 3 Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 (2005: 10), bahwa :
Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA),
sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain
yang sederajat.
B.Pendidikan Sistem Ganda
Pendidikan sistem ganda (dual system) sudah berkembang lama di beberapa negara.
Kerjasama antara Republik Arab Mesir dan Republik Federasi Jerman berlangsung puluhan
tahun yaitu sejak tahun 1950an keduanya telah bekerjasama dibidang pendidikan teknik dan
pelatihan kejuruan. Pendidikan sistem ganda berkaitan dengan sistem pendidikan yang
menekankan pendidikan teori dan praktek. Berabad -abad yang lalu, Jerman telah
mengadopsi suatu sistem pendidikan sistem ganda dengan beberapa modifikasi dijalankan
untuk mengatasi perubahan dalam masyarakat dan memenuhi permintaan masyarakat.
Menurut Wahyu Adi (2005) Pendidikan Sistem Ganda adalah suatu bentuk penyelengaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron
program pendidikan disekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
bekerja langsung didunia kerja dan terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu.
C. Informasi Pekerjaan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia informasi adalah data yang
telah diproses untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut ada lah untuk menghasilkan
sebuah keputusan. Menurut Astuti (2008: 15), informasi adalah gagasan, fakta, karya
imajinatif seseorang yang dikomunikasikan, menambah pengetahuan penerima informasi,
mengurangi ketidakpastian, sehingga bertambah keyakinan penerima informasi dan dapat
mengambil keputusan, serta dalam berbagai format bentuk.Informasi adalah sebagai data
yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang
menggunakan data tersebut (Abdul kadir, 2002: 31).Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi suatu bentuk yang penting bagi sipenerima dan mempunyai nilai yang nyata atau
yang dapat dirasakan dalam keputusan -keputusan yang sekarang atau keputusan -
keputusan yang akan datang (Erwan Arbie, 2000: 6). Informasi adalah segala sesuatu yang di
dapat dari membaca, melihat langsung dunia sekitarnya, mendengarkan berita yang dapat
menghilangkan ketidak pastian atau jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi.
Secara umum informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam
suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanyayang menggambarkan
suatu kejadian - kejadian yang nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan.
D. Kesiapan Mental Kerja
Kesiapan menurut kamus psikologi adalah Tingkat perkembangan dari kematangan
atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktikkan sesuatu (Chaplin, 2006:419).
Menurut Slameto (2003) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang
membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap
suatu situasi dan kondisi yang dihadapi. Kondisi mencakup setidak-tidaknya tiga aspek yaitu
: (a) kondisi fisik, mental dan emosional, (b) kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, (c)
keterampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang telah dipelajari.
Menurut Dalyono (2005:52) Kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik dan
mental. Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara
kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan
.
Menurut Oemar Hamalik (2008:94) kesiapan adalah tingkatan atau keadaaan yang
harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental ,
fisik, sosial dan emosional.Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat
menyimpulkan mengenai pengertian kesiapan. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi
seseorang atau individu untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana
sikap tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan
selama melakukan kegiatan tertentu.
Kesiapan sangat penting untuk memulai suatu pekerjaan, karena dengan memiliki kesiapan,
pekerjaan apapun akan dapat teratasi dan dapat dikerjakan dengan lancar serta memperoleh
hasil yang baik.Pengajuan Hipotesis
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara pendidikan sistem ganda dengan kesiapan
mental kerja siswa kelas XII SMKN I Sumenep Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara informasi pekerjaan dengan kesiapan
mental kerja siswa kelas XII SMKN I Sumenep Tahun Ajaran 2014/2015.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara pendidikan sistem ganda dan informasi
pekerjaan dengan kesiapan mental kerja siswa kelas XII SMKN I Sumenep Tahun
Ajaran 2014/2015.
METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian dimulai dari perumusan masalah sampai dengan
penarikan kesimpulan.
Pendekatan penelitian dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari sudut
pandangnya, walaupun sebenarnya jenis satu dengan yang lain kadang masih tumpang tindih.
Menurut Sudarsono (2001), Ada dua macam jenis pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan
kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan konsekuensi bahwa seorang peneliti harus bekerja dengan
angka - angka sehingga memungkinkan tekhnik analisa statistik. Sedangkan pendekatan
kualitatif seorang peneliti tidak lagi bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gejala
yang diamati, namun peneliti menggunakan informasi, keterangan dan penjelasan data,
sehingga tehnik analisa data yang digunakan menggunakan non statistik.
Sehubungan dengan pendekatan penelitian tersebut, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, karena semua gejala yang diamati diwujudkan dalam bentuk angka
menggunakan analisis statistik.
Dalam penelitian ini dibahas 3 variabel yang terdiri dari variabel bebas, yaitu pelaksanaan
pendidikan sistem ganda (X1) dan informasi pekerjaan (X2) dengan varaibel terikat kesiapan
mental kerja (Y).
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yanga ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto,
2010).
Menurut Arifin (2011), populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti, baik berupa
orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.
Populasi dalam penelitian ini adalah para siswa kelas XII SMKN I Sumenep. Keadaan
populasi dalam penelitian ini cenderung bersifat homogen jika dipandang dari sumber
datanya, yaitu para siswa yang memiliki keadaan yang hampir sama antara lain latar belakang
pendidikan dan usia hampir setingkat. Adapun untuk total keseluruhan siswanya berjumlah
425 siswa.
Menurut Arikunto (2010), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa
sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniature population) (Arifin, 2011).
Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik random
sampling yaitu pengambilan sampling secara acak tanpa pandang bulu, tidak pilih-pilih dan
setiap individu berhak menjadi anggota sampel. Jumlah populasi dalam penelitian ini ada 425
siswa. Peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari populasi yang ada sehingga sebagai
sampelnya sejumlah 85 siswa.Metode pengumpulan data adalah metode-metode yang akan
digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arikunto (2010) bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya.Dalam suatu penelitian dapat digunakan beberapa metode,
hal ini dimaksudkan supaya data yang terkumpul semakin lengkap. Setiap metode me
mpunyai kelemahan atau kekurangan. Dengan adanya beberapa metode yang digunakan
secara bersama-sama dalam suatu penelitian, diharapkan dapat mengurangi kelemahan suatu
metode tertentu. Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh pen
eliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah dan hasilnya lebih
mudah diolah (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini instrumen digunakan untuk mengu
mpulkan data tentang pelaksanaan pendidikan sistem ganda, informasi pekerjaan dan
kesiapan mental kerja siswa.
Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan angket.Menurut
Sutrisno (2004), analisis ini berguna untuk mendeskripsikan variabel -variabel dalam
penelitian dengan menggunakan statistik guna untuk menghitung Rerata (Me),Median (Md),
dan Mode (Mo).
Untuk uji hipotesis pertama dan kedua dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product
Moment Karl Pearson
.
HASIL PENELITIAN DAN You visited this page on 6/26/17.
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1.
Analisis Bivariat.
Analisis bivariat menggunakan rumus product moment digunakan untuk mengetahui adanya
hubungan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja dan
untuk mengetahui adanya hubungan antara informasi pekerjaan dengan kesiapan mental
kerja.Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan komputer SPS Modul Statistik
Regresi Program Analisis Regresi Edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih Universitas
Gajah Mada Yogyakarta Indonesia Hak Cipta 2001 pada tabel di atas didapat harga koefisien
korelasi sebagai berikut :
a.Koefisien korelasi product moment(r) antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda (X1)
dengan kesiapan mental kerja (Y) sebesar 0,349 dan nilai p = 0,001. Dari hasil analisis
diperoleh rhitung= 0,349 dan rtabel= 0,213 (untuk N = 85 pada taraf signifikansi 5%) atau r
hitung> rtabel(0,349 > 0,213) dan nilai p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan positif dan signifikan antara pelaksanaan
pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja.
b.Koefisien korelasi product moment(r) antara informasi pekerjaan (X2) dengan kesiapan
mental kerja(Y) sebesar 0,360 dan nilai p = 0,001. Dari hasil analisis diperoleh r hitung =
0,360 dan rtabel = 0,213 (untuk N = 85 pada taraf signifikansi 5%) atau r hitung > r tabel
(0,360 > 0,213) dan nilai p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan ada hubungan positif dan signifikan antara informasipekerjaan
dengan kesiapan mental kerja.
2.Analisis Multivariat
Analisis Multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan pendidikan
sistem ganda dan informasi pekerjaan dengan kesiapan mental kerja. Dari analisis data
diperoleh harga Ry12 = 0,431. Koefisien determinan (R2) = 0,185; Freg= 9,333 dan p =
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang berarti ada hubungan yang positif dan
signifikan antara pelaksanaan pendidikan sistem ganda dan informasi pekerjaan dengan
kesiapan mental kerja.
Pembahasan Hasil Penelitian
1.Hubungan antara Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda dengan Kesiapan Mental Kerja
Berdasarkan pada pengujian hipotesis I didapat hubungan positif dan signifikan antara
pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan kesiapan mental kerja siswa.
Maksudnya semakin baik pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada siswa akan semakin
meningkatkan kesiapan mental kerja siswa. Demikian pula sebaliknya semakin rendah
pelaksanaan pendidikan sistem ganda, semakin menurunkan kesiapan mental kerja siswa.
Pelaksanaan Pendidikan Sistem ganda merupakan perwujudan kebijaksanaan link and
match yaitu adanya pelaksanaan praktik kerja industri. Upaya ini mencapai tujuan relevansi
pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Efektifitas pelaksanaan pendidikan
sistem ganda dapat dilihat dari tambahan pengetahuan kerja, adanya proses belajar, sikap
kerja, dan bertambahnya ketrampilan kerja setelah melaksanakan praktik didunia industri.
Apabila pelaksanaan praktik berkualitas maka dapat dipastikan akan bertambahnya
pemahaman tentang konsep-konsep kerja, disiplin kerja, dan sikap kerja yang konstruktif. Hal
ini karena dalam pendidikan sistem ganda siswa dihadapkan pada permasalahan kerja yang
sebenarnya dengan jenis pekerjan yang selalu berubah-ubah dari waktu kewaktu. Dengan
banyaknya pengalaman secara langsung siswa akan terangsang untuk membuktikan keingin
tahuannya tentang dunia kerja. Dengan berbekal pengalaman selama melaksanakan
pendidikan sistem ganda akan lebih cepat menyesuaikan diri terhadap pekerjaan yang
dihadapinya, maka pada saatnya nanti siswa tersebut lebih produktif dalam kerjanya.
Pelaksanaan pendidikan sistem ganda yang berkualitas akan memberi sumbangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja kepada siswa, sehingga setelah melaksanakan
kegiatan tersebut kesiapan mental kerja siswa secara sadar atau
Spirit Publik
Volume 4, Nomor 2 Halaman: 215 - 228 ISSN. 1907 - 0489 Oktober 2008 215
EVALUASI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN
SISTEM GANDA DI SEKOLAH KEJURUAN
Evaluation Implementation Dual System Education Program
in Senior Technical High School
Wahyu Nurharjadmo
http://webfisip.fisip.uns.ac.id/journal/sp4_2_wahyu.pdf
E V A L U A S I P R O G R A M P E N D I D I K A N S I S T E M G A N D A DI
S EKO LA H MENEN GAH KEJ UR UAN
(Studi Kasus di SMK Bhinneka Karya Surakarta Jurusan Otomotif) Deby Arisma,
Muhammad Akhyar 1, dan Nunuk Suryani 2. Magister Teknologi Pendidikan, Program
PASCASARJANA UNS
https://www.academia.edu/4991116/EVALUASI_PROGRAM_PENDIDIKAN_SIST
EM_GANDA
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Proyeksi yang dilakukan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun 2012
angkatan kerja di Indonesia diharapkan bakal bertambah sebanyak 2,02 juta orang, sehingga
menjadi 119,39 juta orang. Sedangkan kesempatan kerja diharapkan bakal ber-tambah
sebanyak 2,70 juta orang, sehingga menjadi 112,9 juta orang. Sementara itu pada tahun 2013,
angkatan kerja bertambah sebanyak 2,04 juta orang, sehingga menjadi 121,43 juta orang.
Kesempatan kerja bertambah sebanyak 2,93 juta orang, sehingga menjadi 115,30 juta orang.
Secara umum pada tahun 2012, angkatan kerja masih didominasi oleh lulusan SD, namun
diharapkan dapat berkurang sebanyak 1,37 juta orang, sehingga menjadi 55,7 juta orang
(46,66%), kata Menakertrans Muhaimin Iskandar pada acara Expose Perencanaan Tenaga
Kerja Nasional 2012-2013 di kantor Kemenakertrans pada Selasa, 27 Desmber 2011 lalu.
Perencanaan tenaga kerja tahun 2012-2013 yang dilakukan Kemnakertrans, angka-tan kerja
yang berpendidikan SMTA Kejuruan diharapkan bertambah sebanyak 1,38 juta orang,
sehingga menjadi 11,53 juta orang (9,66%). Tahun 2012 ini, diperkirakan angka-tan kerja
yang berpendidikan Diploma dan Universitas bertambah sebanyak 1,51 juta orang, sehingga
menjadi 11,17 juta orang (9,36%). Sektor-sektor yang masih menye-diakan kesempatan kerja
dalam jumlah besar adalah sektor pertanian, sektor pertambangan, industri pengolahan,
listrik, gas dan air, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, sektor angkutan dan komunikasi
serta sektor keuangan dan jasa. Sektor formal akan bertambah sebanyak 1,34 juta orang,
sehingga menjadi 42,83 juta orang (38,12%), sedangkan kewirausahaan (entrepreneur)
bertambah sebanyak 787 ribu orang (Pusat Humas Kemnakertrans, 2011).
Berdasarkan data BPS, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai
119,4 juta orang, bertambah sekitar 2,9 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2010
sebesar 116,5 juta orang atau bertambah 3,4 juta orang dibanding Februari 2010 sebesar
116,0 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai
111,3 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2010
sebesar 108,2 juta orang atau bertam-bah 3,9 juta orang dibanding keadaan Februari 2010
sebesar 107,4 juta orang. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia,
Februari 2011 mencapai 6,80 persen, mengalami penuru-nan dibanding TPT Agustus 2010
sebesar 7,14 persen dan TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen. Sektor Pertanian,
Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Industri secara berurutan menjadi penampung
terbesar tenaga kerja pada bulan Februari 2011.
Berdasarkan jumlah jam kerja pada Februari 2011, sebesar 77,1 juta orang (69,28 persen)
bekerja di atas 35 jam perminggu, sedangkan pekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 8
jam hanya sebesar 1,4 juta orang (1,23 persen). Pada Februari 2011, pekerja pada jenjang
pendidikan SD ke bawah masih tetap mendominasi yaitu sebesar 55,1 juta orang (49,53
persen), sedangkan pekerja dengan pendidikan Diploma sebesar 3,3 juta orang (2,98 persen)
dan pekerja dengan pendidikan Sarjana hanya sebesar 5,5 juta orang (4,98 persen). Sebagai
ilustrasi dapat diperhatikan data BPS (Tabel-1, sampai tabel-3) dalam lampiran.
Memperhatikan data-data di atas menunjukan bahwa ukuran pengangguran dan kemiskinan
diukur dengan banyaknya orang yang bekerja di sektor formal, sehingga tingkat
pengangguran sepertinya akan terus bertambah seiring dengan me-ningkatnya jumlah
penduduk dan kemung-kinan terjadinya kesempatan kerja. Salah satunya upaya yang dapat
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, ialah mencoba upaya lain dengan cara mendorong
agar kesempa-tan kerja formal yang semakin sempit, diatasi dengan mendorong menciptakan
pekerjaan sendiri, dengan berwirausaha.
Menurut sosiolog David Mc Clelland suatu negara bisa menjadi makmur bila ada
enterpreneur sedikitnya 2% dari jumlah penduduk. Singapura sudah 7,2% padahal pada 2001
baru 2,1%. Sedangkan Indonesia hanya 0,18% dari penduduk atau 400 000-an orang. Untuk
itu, salah satu upaya untuk meningkatkan jumlah wirausaha ialah dengan memberikan
dorongan dengan tindakan nyata, agar para penganggur memahami berusaha dan
menciptakan bisnis yang mengha-silkan pendapatan yang dijalankannya.
1.2. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tulisan ini ialah bagaimana berwirausaha, dan sejauhmana
kewirausahaan melalui penciptaan wirausaha baru dapat mengantisipasi pengangguran
2. Tinjauan Teoritis
2.1. Kewirausahaan
2.1.1. Pengertian Wirausaha
Sebelum menjelaskan pengertian wira-usaha, perlu disampaikan istilah lain yang memiliki
kedekatan dengan wirausaha, yaitu istilah wiraswasta. Di dalam berbagai literatur dapat
dilihat bahwa pengertian wira-swasta sama dengan wirausaha, demikian pula penggunaan
istilah wirausaha seperti sama dengan wiraswasta.
Istilah wiraswastawan ada yang menghu-bungkan dengan istilah saudagar. Walaupun sama
artinya dalam bahasa Sansekerta, tetapi maknanya berlainan. Wiraswasta terdiri atas tiga
kata: wira, swa, dan sta, masing masing berarti; wira adalah manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, berjiwa besar, berani, pahlawan/pendekar kemajuan watak; swa artinya sendiri; dan sta
artinya berdiri.
Sedangkan saudagar terdiri dari dua suku kata. Sau berarti seribu, dan dagar artinya akal.
Jadi, saudagar berarti seribu akal (Taufik Rashid, 1981). Menurut Wasty Soemanto (1984)
pengertian wiraswasta berarti keberanian, keutamaan serta keperkasaan dalam memenuhi
kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri
sendiri.
Manusia wiraswasta, mempunyai kekuat-an mental yang tinggi sehingga memungkin-kan ia
melompat dan meluncur maju ke depan di luar kemampuan rata rata, ada kalanya
wiraswastawan, tidak berpendidikan tinggi. Lihatlah nama nama seperti Henry Ford, Thomas
Edison, Philips, Krupp, Mitsui, Sciciro Honda, Bahrudin, Pardede dan sebagainya. Diantara
mereka itu ada yang berasal dari kaum bangsawan, sarjana, tetapi kebanyakan termasuk
orang yang tidak tinggi sekolahnya.
Hal yang terakhir ini merupakan per-buatan yang didorong tidak hanya oleh motif ekonomi
tetapi juga oleh pertimba-ngan pertimbangan psikologis, sosiologis, dan bahkan politis.
Fungsi apa yang dilakukan oleh seorang wiraswasta serta bagaimana dia melakukan itu pada
gilirannya memberikan kepadanya tipe kepribadian tertentu. Dipandang dari sudut ini kiranya
dewasa ini dapat dibedakan lima tipe pokok wiraswasta
1) Wiraswasta sebagai orang vak, captain of industry, di suatu bidang tertentu, di mana,
ia membaktikan prestasi teknik dan mengadakan penemuan ataupun peniruan. Penemuan
utamanya adalah aspek tehnik dari usaha yang dijalankannya, sedangkan langganan
diperolehya tidak secara disengaja tetapi melalui mutu barang dan/atau mutu prestasinya.
2) Wiraswasta sebagai orang bisnis, yang terus menerus secara tekun menganalisa
kebutuhan dan selera masyarakat, menim-bulkan kebutuhan-kebutuhan baru melalui
reklame.
3) Wiraswasta sebagai orang uang, yang mengumpulkan dan menyalurkan dana,
mendirikan concern, yang pada pokoknya bergerak di pasaran uang dan modal.
4) Wiraswasta sebagai social engineer, pengusaha yang berusaha mengikat para pekerjanya
melalui berbagai karya sosial (welfareworks), baik atas pertimbangan moral ataupun
berdasarkan perhitungan zakelijk, yaitu mengelakkan kerugian yang diakibatkan pertukaran
personil yang terlalu kerap dan cepat.
5) Wiraswasta sebagai manajer, yang me-majukan usahanya dengan menggunakan
pengetahuan pengetahuan bisnis modern dan memperhitungkan sepenuhnya azas efisiensi.
Istilah wirausaha berasal dari kata entrepreneur (bahasa Perancis) yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggeris dengan arti between taker atau go between. Perkem-bangan istilah
dan pengertian entrepreneur dapat diterangkan sebagai berikut:
Abad Pertengahan: berarti aktor atau orang yang bertanggungjawab dalam proyek
produksi berskala besar
Abad 17 diartikan sebagai orang yang menanggung resiko untung rugi dalam
mengadakan kontrak pekerjaan dengan pemerintah dengan menggunakan fixed price.
Tahun 1725, Richard Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai orang yang
menanggung resiko yang berbeda dengan orang memberi modal.
Tahun 1797, Bedeau menyatakan wira-usaha sebagai orang yang menanggung resiko,
yang merencanakan, supervisi, mengorganisasi dan memiliki.
Tahun 1803, Jean Baptist Say menyatakan adanya pemisahan antara keuntungan untuk
entrepreneur dan keuntungan untuk pemilik modal
Tahun1876, Francis Walker, membedakan antara orang menyediakan modal dan
menerima bunga, dengan orang yang menerima keuntungan keberhasilannya memimpin
usaha.
Tahun 1934, Joseph Schumpeter, seorang entrepreneur adalah seorang inovator dan
mengembangkan teknologi.
Tahun 1961, David McLelland, menyatakan entrepreneur adalah seorang yang energik
dan membatasi resiko.
Tahun 1964 Peter Drucker, seorang entre-preneur adalah seseorang yang mampu
memanfaatkan peluang.
Tahun 1975, Albert Shapero, seorang yang memiliki inisiatif, mengorganisir mekanis
sosial dan ekonomi, dan menerima resiko kegagalan.
Tahun 1980, Karl Vesper, seorang entre-preneur berbeda dengan seorang ahli ekonomi,
psychologist, business persons, dan politicians.
Tahun 1983, Gifford Pinchot, menyebut entrapreneur adalah seorang entrepreneur dari
dalam organisasi yang sudah ada/organisasi yang sedang berjalan.
Tahun 1985, Robert Hisrich : Entrepreneur adalah the process of creating something
different with value by devoting the necessary time and effort, assuming the accompanying
financial, psychological, and social risks and receiving the resulting rewards of monetary and
perso-nal satis-faction (Entrepreneur adalah merupakan proses menciptakan sesuatu yang
berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung
resiko keuangan, kejiwaan, sosial dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan
pribadinya).
Sumber: Robert D.Hisrich dan Michael P.Peters, (1995:6)
Pengertian Wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Joseph Schumpeter adalah Entrepreneur
as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and
services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials.
(Bygrave, 1994: 1). Jadi menurut Joseph Schumpeter Entreprenuer atau Wirausaha adalah
orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan jasa yang baru,
dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut
melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan
dalam organisasi bisnis yang sudah ada.
Dalam definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya
peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Pengertian wirausaha di sini menekankan pada setiap orang yang memulai sesuatu bisnis
yang baru. Sedangkan proses dan meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk
mengejar dan meman-faatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi.
Menurut Winardi (2003; 71), wirausaha yang sering di istilahkan dengan jiwa entrepreneur,
berarti orang yang memulai (the originator) sesuatu usaha bisnis baru, atau seorang manajer
yang berupaya memperbaiki sebuah unit keorganisasian melalui serangkaian perubahan-
perubahan produktif . Menurut Stevenson dan Gumpert, yang dikutip oleh James F Stoner
dan R. Edward Freeman dalam buku mereka berjudul Management, menulis culture
entrepreneurial adalah kultur korporat yang memusatkan perhatian pada munculnya peluang-
peluang baru, alat-alat untuk meng-kapitalisasinya, dan pembentukan struktur yang tepat
untuk melaksanakan upaya-upaya tersebut. Disamping itu juga mengemukakan konsep
kultur administratif. Kultur admi-nistratif, menurut mereka adalah kultur korporat yang
memusatkan perhatian pada peluang-peluang yang ada, struktur-struktur keorganisasian dan
prosedur-prosedur pengawasan (Winardi, 2003; 99).
Menurut Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) pada hakekatnya pengembangan wirausaha
diorientasikan agar orang tersebut mampu mengorganisir suatu aktivitas, mampu mengelola
dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha,
sehingga secara esensial dapat memiliki suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola
pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan
selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari
seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Dengan
demikian kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam
berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di
dalam kegiatan usahanya.
3. Pembahasan
Berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan kewirausahaan sebagai suatu alternatif
dalam mengatasi pengangguran, maka diperlukan terobosan dan pendekatan baru dalam
pengembangan kewirausahaan. Diharapkan dengan terobosan baru ini dapat mempercepat
pencapaian suatu kewirausahaan mandiri nasional yang berkarakter dapat membentuk
wirausaha yang lebih mandiri, inovatif dan berwawasan global.
Terdapat tahapan dalam mengubah mindset dari menjadi seorang pekerja menjadi seorang
yang berwirausaha. Adapun tahapan yang dikedepankan oleh penulis ialah : a). Persiapan
mental, b) Persiapan sikap dan perilaku, c). Mencari gagasan usaha, d). Melakukan seleksi,
e). Menyaring, f). Menyusun suatu rencana usaha, g). Melaksanakan aktivitas usaha yang
mengun-tungkan.
1) Persiapan Mental
Harus dimulai dari cara pandang dan cara berpikir yang kemudian diharapkan mampu
merubah tindakan dan prilakunya. Dalam konteks kewirausahaan, kesiapan mental adalah hal
yang paling fundamental untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan terhadap rencana
bisnis yang telah ditetapkan. Mengapa demikian?
Karena memasuki dunia usaha akan selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan dan resiko
terutama tantangan yang terdapat diluar diri wirausahawan (eksternal) yang membawa efek
bagi calon wirausahawan (internal). Situasi dan kondisi yang demikian dinamis dan
perubahan bisa terjadi dengan begitu cepat yang kemudian membawa dampak terhadap usaha
yang dijalankan. Beruntung kalau perubahan yang terjadi dapat memberi pengaruh positif
akan tetapi jika dampak dari perubahan eksternal itu membawa pengaruh negatif maka
disitulah mentalitas seorang wirausahawan sedang diuji. Karena itu seorang wira-usahawan
perlu membekali dirinya dengan mental berpikir positif, taktis dan strategis.
2) Persiapan Sikap dan Perilaku
Terdapat tiga unsur penting dalam membangun sikap dan perilaku entrepreneur (wirausaha)
dalam diri kita yakni destiny (takdir), courage (keberanian), dan action (tindakan). Takdir
(destiny) sebenarnya lebih merupakan tujuan hidup,bukan nasib. Dengan memiliki tujuan
hidup maka kita mengetahui kemana arah yang akan kita tuju dan itu akan menjadi cikal
bakal penentuan takdir kita. Tujuan dan misi hidup adalah fondasi awal untuk menjadi
seorang wirausahawan yang sukses. Dengan memiliki tujuan hidup (life purpose) yang jelas,
maka akan melahirkan semangat (spirit) dan sikap mental (attitude) yang dibutuhkan dalam
membangun usaha. Sehingga impian besar akan mampu di raih yang pada akhirnya dapat
memberikan nilai tambah dalam kehidupan untuk meningkatkan standar dan kualitas hidup.
Agama mengajarkan ummatnya bahwa tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk
menyembah dan mengabdi kepada-Nya sehingga apapun yang kita lakukan hendak-nya
haruslah mengarah kepada tujuan mendapatkan ridha-Nya. Sekurang-kurangnya menjadikan
kehidupan kita hari ini lebih baik dari hari kemarin. Maka kita perlu mempunyai keberanian
untuk melakukan perubahan-perubahan dan terobosan-terobosan baru. Terutama pemerintah,
bagaimana menyusun strategi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan
menggerakan seluruh sumberdaya pengusaha yang telah ada seiring menumbuhkan
wirausaha-wirausaha baru.
3) Mencari Gagasan Usaha (Product Ideas)
Dengan beberapa kualitas karakter yang mungkin dimiliki, proses penciptaan produk dimulai
dengan penggalian gagasan, dengan memperhatikan secara cermat lingkungan yang ada
dihadapan kita, kemudian memperhatikan sasaran yang ingin diraih. Secara sederhana
penciptaan produk dapat dilakukan dengan menuliskan usaha yang muncul dalam pikiran
kita, Metode ini akan lebih baik jika dilakukan secara berkelompok dengan metode
brainstorming (sumbang saran).
Tujuan brainstorming ini ialah kuantitas, sehingga tidak perlu dikomentari, sebab mungkin
dari metode ini akan muncul ide-ide gila, yang justru dapat memberikan suatu gagasan
terhadap penentuan jenis usaha secara brilian. Perlu diketahui bahwa dalam barainstorming
ini, sebaiknya kita melepaskan atribut yang melekat dalam diri kita (jabatan, pangkat,
golongan, strata sosial dan sebagainya), sebab salah satu prasyarat metode ini ialah tanpa
penghalang apa pun, apabila dilakukan secara berkelompok.
Metode lain yang dapat digunakan untuk berfikir kreatif, yang berkaitan dengan penentuan
jenis usaha diantaranya ialah : Metode mind mapping (pemetaan pikiran), Metode synetics,
Metode asosiasi bebas, Metode checklist. Secara umum gagasan penciptaan usaha, juga dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a). Memproduksi/mencipta Produk Baru.
Pengertian menciptakan produk baru, bukan berarti kita membuat produk yang sama sekali
baru, mungkin saja kita membuat produk tersebut, yang di tempat lain merupakan hal yang
biasa.
b). Meniru Usaha Orang Lain.
Meniru usaha orang lain ialah hal yang paling mudah yang dapat kita lakukan, dalam istilah
pemasaran disebut benchmark. Taiwan ialah negara peniru terbaik, negara ini mampu
membuat suatu produk unggulan dari negara lain, dengan harga yang lebih murah tetapi
memiliki mutu yang sama. Sekarang negara lain sudah mulai menerapkan metode ini, seperti
Thailand, China. Perlu diperhartikan bahwa dalam meniru mentah-mentah, tetapi semata-
mata untuk mempertajam sense of business kita dan tentunya harus memper-hatian etika
bisnis yang berlaku.
c). Mengikuti Pendidikan Ketrampilan.
Apabila membuat suatu produk yang baru tidak bisa, melakukan benchmarking belum
terkuasai, maka cara ke tiga dapat kita lakukan, yaitu mengikuti suatu pendidikan
keterampilan. Kita dapat mencari suatu lembaga tertentu untuk menguasai secara teknis dan
sedikit mempelajari kondisi pasar untuk jenis usaha terrsebut. Misalnya kita memiliki
kemampuan seni dalam mebuat keramik, maka untuk lebih memperkuat kemampuan, dapat
mengikuti pendidikan khusus tentang keramik. Kita menyenangi dengan bagaimana menata
rumah, agar enak dipandang, maka kita dapat melakukan dengan mengikuti kursus interior
design. Untuk itu semua selalu membutuhkan biaya, sebab dalam bisnis no free for lunch,
artinya tidak selalu gratis, selalu membutuhkan investasi. Saran lain ialah mendatangi orang-
orang yang sudah berhasil atau berpengalaman. Tujuannya ialah untuk mengumpulkan
sebanyak mungkin informasi tentang usaha yang akan ditekuni.
4) Product Selecting (Seleksi Produk)
Sasaran penciptaan gagasan produk ialah mendapatkan sebanyak mungkin gagasan produk,
sedangkan dalam penyaringan produk, kita mencoba mengurangi jumlah gagasan tersebut
berdasarkan fungsi produk dan pertimbangan biaya, menjadi jumlah yang optimal
produk/usaha yang paling mungkin dilakukan saat ini. Dalam penyaringan produk ini, sudah
mulai memper-hatikan kemampuan yang ada dalam diri kita dengan memperhatikan secara
cermat pasar sasaran.
Terdapat metode yang sangat sederhana untuk menyaring produk ini, yaitu menggunakan
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opprtunity, Threat) atau analisis KEKEPAN
(Kekuatan, Kelemahan. Peluang/ Kesempatan, Ancaman). Analisis SWOT terbagi atas 2
bagian, yaitu aspek internal (Kekuatan dan Kelemahan), yaitu aspek di mana kita yang paling
mengetahui kondisi kita yang sesungguhnya dan aspek eksternal (Peluang dan Ancaman),
yaitu aspek di mana kendali bukan berasal dari kita, tetapi dari lingkungan eksternal. Dalam
analisis SWOT juga terdapat unsur pendorong positif , yaitu kekuatan dan peluang dan unsur
negatif ialah kelemahan dan ancaman.
Untuk kekuatan kita harus mempertahan-kan dan terus meningkatkan, untuk kelemahan kita
harus mengatasi dan meminimalkan. Adapun untuk peluang kita harus dapat
mengoptimalkan dan mengambil keuntungan, untuk ancaman kita harus mengantisipasi
dengan seksama.
5) Product Screening (Penyaringan Produk)
Analisis SWOT ialah analisis secara kualitatif, sedangkan secara kuantitatif untuk
mengetahui produk terpilih yang akan kita usahakan saat ini, dapat dilakukan dengan
menggunakan Micro Screening. Dari lima produk yang telah di-SWOT-kan, tentunya tidak
mungkin ke lima produk tersebut sdijalankan sekaligus, oleh sebabitu perlu ada pemilihan
jenis usaha, agar benar-benar terpilih satu usaha yang paling dimungkinkan untuk
dilaksanakan oleh kita saat ini. Untuk melakukan penyaringan produk, kita dapat
melakukannya dengan menggunakaan Micro Screening, yang merupakan bentuk
penyaringan produk secara kuantitatif, sehingga angka yang terbesar merupakan komoditi
produk yang terpilih atau yang paling siap untuk dilaksanakan. Unsur penilaian dalam micro
screening (terlampir) meliputi : kemudahan pasar, ketersediaan bahan baku, kemudahan
teknologi, ketrampilan, dan Modal.
6) Menyusun rencana usaha sederhana
Berhasilnya suatu kegiatan usaha pada umumnya selalu didahului oleh suatu perencanaan
yang cermat. Fungsi perenca-naan merupakan bagian dari fungsi mana-jemen, merupakan
kumpulan-kumpulan keputusan dan dalam dunia usaha, secara sederhana diartikan sebagai
perkiraan-perkiraan atas potensi dan prospek usaha di masa yang akan datang, sehingga
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan dan penggunaan sumberdaya
menjadi sesuatu yang sangat penting. Pengertian rencana usaha ialah suatu perencanaan
tentang layak tidaknya suatu kegiatan usaha.
Terdapat banyak format yang dikeluar-kan untuk menyusun suatu rencana usaha, namun
kebanyakan rencana usaha berisi informasi dasar yang sama. Setiap rencana tidak jauh
berbeda dari rincian-rincian yang telah disiapkan. Umumnya rencana usaha termasuk hal-
hal: a). Ringkasan, b). Aspek Umum (identitas pemilik dan perusahaan), c). Aspek
pemasaran, d). Aspek produksi dan teknis, e). Aspek organisasi dan legalitas, dan f). Aspek
keuangan dan proyeksi-proyeksi keuangan.
Suatu ringkasan dapat memperkenalkan tujuan utama dari sebuah rencana usaha. Tujuan dari
suatu ringkasan adalah untuk menarik minat pembaca dan menggambarkan peluang usaha
secara jelas dan menarik. Ringkasan dikatakan lengkap jika didalamnya sudah terdapat
pernyataan-pernyataan singkat mengenai: Kegiatan pokok perusahaan, aktivitas dan
pengelolaan, Ciri-ciri dari produk dan pelayanan, ukuran dan potensi dari suatu pasar,
ringkasan dari proyeksi keuangan, dan Jumlah dana yang diperlukan serta tujuan
penggunaanya.
Aspek umum meliputi : a. Dasar gagasan usaha, yakni 1) prospek pasar, 2) manfaat ekonomi
dan 3) manfaat sosial. b. Identitas perusahaan dan pemilik.
Aspek pemasaran meliputi: a. perminta-an produk, terdiri atas 1) jumlah Permintaan terhadap
produk, 2) sasaran pembeli (konsumen), 3) jumlah konsumen, 4) jumlah kebutuhan dan 5)
total Kebutuhan per-tahun dan 6) proyeksi permintaan beberapa tahun ke depan
penawaran/Pesaing, b. Pesaing, meliputi; produk sejenis, nama perusahaan pesaing, dan
kapasitas pesaing, c. Penetapan rencana penjualan dan pangsa pasar, d. Strategi pemasaran
meliputi, produk (mutu, ukuran, kemasan), Harga (harga satuan, syarat pembayaran,
potongan), Jalur distribusi dan Promosi
Aspek produksi dan teknis meliputi : gambaran produk, bahan baku utama dan bahan baku
pembantu, tenaga kerja langsung, proses produksi, kapasitas produksi, Input produksi
lainnya, tanah, bangunan dan kendaraan, overhead pabrik, dan biaya overhead pabrik, dan
Penanganan limbah (Amdal & Ipal).
Aspek organisasi dan legalitas meliputi: identitas perusahaan, struktur Organisasi, uraian
jabatan, perijinan (SITU, SIUP, TDP, TDR dsb), kegiatan pra operasi, penetapan investasi
kotor, dan ATK.
Aspek keuangan meliputi asumsi-asumsi keuangan yang digunakan, perkiraan biaya proyek,
perkiraan perhitungan laba rugi, perkiraan perhitungan arus kas, perkiraan perhitungan
neraca, dan perhitungan analisis invenstasi (IRR, NPV).
7) Menjalankan aktivitas usaha
Dalam menjalankan aktivitas usaha, maka harus diperhatikan ialah keberanian memulai
dengan proses panjang setelah melakukan perencanaan usaha. Yang selalu menjadi kendala
ialah takut gagal, tetapi itu merupakan proses yang harus dilalui dan dimulai. Oleh sebab itu
wirausaha baru harus memulai seribu langkah dengan langkah pertama, yaitu menjalankan
usaha tersebut sebagaimana mestinya. Kalaupun terjadi kegagalan, maka dapat dijadikan
sebagai pengalaman yang berharga. Tahapan yang dapat dilakukan ialah : a. penetrasi pasar,
b. pengembangan produk, c. Pengem-bangan pasar, dan d.diversifikasi produk
5. Simpulan
Dari uraian deskriptif teoritis (konsep-tual) dan empiris di atas, maka penulis menyimpulkan
beberapa hal, antara lain;
a. Untuk mengatasi pengangguran dan kesempatan kerja yang semakin sempit, maka
kewirausahaan dapat menjadi satu alternatif yang dapat dikedepankan.
b. Kewirausahaan merupakan aktivitas usaha yang menguntungkan dengan mengubah
peluang usaha menjadi usaha yang menguntungkan dengan mengirbankan biaya, waktu,
tenaga, pikiran serta dalam menjalankan usaha tersebut harus di-barengi dengan kreativitas
dan inovasi serat memperhatikan resiko yang dihadapi.
c. Tahapan dalam berwirausaha adalah; persiapan mental, persiapan sikap dan perilaku,
mencari gagasan usaha, melakukan seleksi, menyaring, menyusun suatu rencana usaha, dan
melaksanakan aktivitas usaha yang menguntungkan.
Daftar Pustaka
Kotler. P. 1997. Manajemen Pemasaran. : Analisa, Perencanaan, Implikasi dan Kontrol, Jilid
I. PT Prenhallindo, Jakarta.
Kasali, Rhenald. 2007.Change, Cetakan ke-9. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ohmae, K. 1995. The End of the Nation State: The Rise of Regional Economies. New York:
The Free Press.
Robert D.Hisrich dan Michael P.Peters, 1995.
Steinhoff and Burgess,1993. Small Business Management Fundamentals, Sixth Ed, McGraw-
Hill.
Wasty Soemanto (1984)
Winardi, J. 2008. Entrepreneur dan Entre-preneurship. Cetakan ke-3, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta.
Wortzel, H.V., dan L.H. Wortzel. 1997. Strategic Management In the Global Economy. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Yamit, Zulian, 1996, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Ekonisia,
Yogyakarta.
Riwayat Penulis:
Drs. Win Konadi, M.Si
Lektor Bidang Demografi pada Universitas Almuslim Peusangan Bireuen-Provinsi Aceh.
Lahir di Lhokseumawe, 6 November 1964. Sarjana Statistika Ekonomi (1989, Unisba
Bandung), dan S2 bidang Kajian Kependu-dukan (2000, UI-Jakarta). Saat ini bekerja sebagai
Dosen FE Universitas Almuslim, dan Ka. LPPM STIE Kebangsaan Bireuen