Anda di halaman 1dari 24

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN
REHABILITASI RUANG UTAMA SEKRETARIAT DAERAH KOTA SUKABUMI

LOKASI
JL. R. SYAMSUDIN, S.H., NO : 25 KOTA SUKABUMI
I. IMPLEMENTASI
METODA PENCAPAIAN SASARAN
Untuk menjamin sistem manajemen dapat berlangsung dengan baik, pihak kontraktor pelaksana harus
menyampaikan program kebijakan mutu, sesuai prosedur mutu ISO 9001. Sistem manajemen tersebut
diatas, dalam pelaksanaannya ditunjang oleh sarana-sara lain, berupa perangkat lunak (Software)
sebagai sarana pengendali, dan perangkat keras (Hardware) yang berupa peralatan-peralatan sebagai
sara penunjang pelaksanaan pekerjaan.

1. Sistem Pengendalian Proyek


Sarana pengendalian merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk menjamin keberhasilan
pelaksanaan pekerjaan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan pengendalian dipersiapkan dan dituangkan dalam bentuk daftar-daftar isian
(formulir-formulir) pengendalian, yang mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan yang berupa
barchart.
Program utama yang telah dituangkan didalam barchart tersebut, dilapangan dijabarkan lagi secara
lebih terinci. Dibuat program mingguan, yang realisasinya dipantau dengan daftar-daftar isian
(formulir-formulir) laporan kegiatan pekerjaan.
Untuk memandu pelaksanaan pekerjaan dilapangan, dibuat metode yang rinciannya di lengkapi
dengan gambar-gambar pelaksanaan (Shop Drawing) yang mudah dibaca dan dimengerti oleh
setiap petugas yang terlibat didalam pelaksanaan pekerjaan. Dengan sarana-sarana tersebut, maka
sasaran kerja akan dicapai seperti yang diharapkan.
2. Pemilihan Alat
Pemilihan peralatan yang tepat baik dari segi jenis, jumlah maupun kapasitasnya serta sesuai
dengan kondisi lapangan akan menjamin tercapainya sasaran pelaksanaan pekerjaan yakni tepat
biaya, tepat mutu dan tepat waktu.
3. Material
Kebutuhan pokok bahan bangunan proyek ini antara lain Balok beton 20 x 30 K-225, besi tulangan ,
dan juga dipakai material alam seperti : pasir, split, batu kali dll. Karena pekerjaan cukup ketat atas
waktu, kualitas dan kuantitas diperlukan kegiatan yang cukup rumit.
Sebelum digunakan material harus diperiksa dulu dan jika dipersyaratkan untuk uji laboratorium
maka harus dilakukan misalnya material baja tulangan harus dites terlebih dahulu dilaboratorium,
kecuali jika pabrikan mampu menunjukan sertifikat jaminan mutu, untuk menjamin persyaratan
sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.
4. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam penanganan proyek terdiri atas;
Tenaga kerja pimpinan dan staf manajemen proyek.
Tenaga operasional lapangan terdiri dari pelaksana, pengawas, mekanik dan operator.
Pekerja (labor) diusahakan mengambil tenaga local.
Tenaga inti yang digunakan, merupakan tenaga pilihan yang sering menangani proyek-proyek besar
dan pekerjaan-pekerjaan yang sejenis.
5. Pengamanan (Security)
Untuk pengawasan dan pengamanan proyek, pihak kontraktor pelaksana diwajibkan menyediakan
tenaga keamanan sesuai kebutuhan, yang bertugas dalam hal :
a. Pengawasan terhadap para pekerja, bahan-bahan dan peralatan mencegah pencurian.
b. Mencegah dan menghindari terjadinya kebakaran di proyek mengingat lokasi pekerjaan, dan
melarang para pekerja membuat api untuk keperluan apapun, dan menyediakan tabung
pemadam kebakaran yang mudah dicapai, baik ditempat pekerjaan maupun dikantor lapangan.
c. Melakukan pengawasan terhadap pemakaian alat-alat keselamatan kerja, seperti helm
pengaman, sabuk pengaman, sepatu, sarung tangan, pelampung, dan sebagainya.
d. Melakukan pengawasan dan menyiapkan pagar-pagar pengaman di tempat-tempat berbahaya
maupun yang sifatnya menganggu kegiatan proyek.
e. Mengawasi pemakaian peralatan untuk mencegah terjadinya kecalakaan.
f. Menjaga keamanan para petugas proyek terhadap gangguan/ ancaman dari pihak luar, serta
mencegah kemungkinan terjadinya perkelahian di lingkungan proyek.
g. Menjaga kelancaran lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan akibat pembangunan ini. Untuk
menjaga keselamatan kerja seluruh pekerja dan staf yang terlibat dalam kegiatan proyek, akan
dibentuk unit K-3 yang akan membuat program seperti tersebut diatas dan akan diawasi oleh
tenaga security. Dalam menanggulagi hal-hal yang mungkin akan terjadi, maka unit K-3 akan
bekerja sama dengan Puskesmas, klinik, rumah sakit, maupun instansi-instansi yang terkait.
Sebagaimana sarana komunikasi di proyek, digunakan handy talky (HT) atau walky talky, baik
oleh para petugas keamanan, para pelaksana (Supervisor) dan petugas-petugas lain yang
memerlukan.
6. Pengendalian Mutu (Quality Control)
Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang disyaratkan, perlu
dilakukan pengendalian mutu (Quality control) dengan cara melakukan pemeriksaan sacara
teratur, baik terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, maupun
terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri.
Alat-alat ukur secara berkala dikalibrasi agar selalu dapat berfungsi dengan akurat. Peralatan yang
lain setiap selesai digunakan dibersihkan dan bagian-bagian yang perlu secara berkala dilumasi.
Setiap bagin diperiksa barangkali ada suku cadang yang perlu atau sudah waktunya diganti agar
peralatan tersebut dapat beroperasi dengan baik selama digunakan dan tidak mengalami kerusakan
secara tiba-tiba ditengah-tengah pelaksanaan pekerjaan.
Meskipun untuk hal-hal tersebut diatas sudah ada penanggung jawabnya langsung, kiranya perlu
ditunjuk petugas khusus Quality control yang dikoordinasi oleh bagian teknik.
7. Jaminan Mutu (Quality Asurance)
Dalam usaha untuk memenuhi tuntutan mutu maka akan ditunjuk seorang petugas sebagai
pengendali mutu. Pengendali mutu merupakan salah satu langkah untuk pencapaian sasaran akhir
perusahaan dalam menyelesaikan setiap proyek yang ditangani yaitu biaya hemat, mutu cermat,
dan waktu tepat. Perusahaan sudah menerapkan standar pengandalian mutu dalam bagan alir
pengendalian mutu. Bagan alir pengendalian mutu ini mengacu pada ISO 9001 : 2000,

Dalam pelaksanaan nanti akan dipakai form-form sebagai berikut yang dapat dilihat pada lampiran :

- IMTP : 1. Mampu Telusur Bahan Masuk


2. Mampu Telusur Bahan Uji
3. Mampu Telusur Hasil Tes Benda Uji
4. Mampu Telusur Proses

- IT : 1. Registrasi Inspeksi dan Tes


2. Daftar Kriteria Keberterimaan Bahan/ Produk
3. Pelaksanaan Inspeksi/ tes
4. Persetujuan Penerimaan Bahan/ Produk yang Mendesak
5. Registrasi Penggunaan Bahan/ Produk Yang Mendesak
6. Daftar Simak Verifukasi Catatan Inspeksi & tes

- KS : 1. Laporan Ketidaksesuaian
2. Registrasi Ketidaksesuaian

- PP : Pengendalian Proses

Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam proses produksi baik SDM,
Material, Peralatan, proses, Sarana Kerja, dan Subkontraktor.
a. SDM
Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis;
Pengarahan, Pembinaan, dan Monitor dan Pelaporan.
b. Material
Pengujian sample bahan;
Pemilihan sumber material (Kuantitas dan kualitas) yang memadai;
Pemilihan supplier;
Jadwal kebutuhan material;
Cara penyimpanan dan cara handling;
Monitor dan pelaporan.
c. Peralatan
Pemilihan jenis alat yang sesuai;
Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan);
Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur, dan kualitas) yang memadai;
Pemilihan supplier alat yang baik;
Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman;
Jadwal kebutuhan alat;
Penyediaan bahan bakar, penyediaan suku cadang;
Control service;
Monitor dan pelaporan.
d. Proses
Trial mix;
Peralatan yang sesuai;
Komposisi yang sesuai;
Standar proses;
Metoda pelaksanaan;
Cek hasil;
Monitor dan pelaporan.
e. Sarana kerja
Ruang yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan;
Kemudahan akses;
Terpenuhinya alat kerja;
Kemudahan mobilitas dan komunikasi.
f. Subkontraktor
Seleksi;
Pengawasan dan pengarahan.

8. Schedule Pekerjaan
Schedule kerja dibuat berdasarkan asumsi dan logika yang benar dan berdasarkan data-data pada
gambar dan spesifikasi teknis. Schedule dan urutan kerja dalam bentuk bartchart, network
planning, dan S-curve planning (dibuat tersendiri sebagai lampiran dokumen tender).

9. Pengelolaan dan Pementauan Lingkungan


Aktifitas proyek yang akan dilaksanakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan fisik yang
sudah tentu dalam pelaksanaan nanti akan berdampak terhadap lingkungan yang ada disekitar
lokasi proyek tersebut. Salah satu upaya untuk meminimalisasi dari dampak lingkungan yang
diakibatkan oleh kegiatan proyek itu, tentunya harus dilakukan suatu kegiatan pemantauan
terhadap perubahan-perubahan lingkungan tersebut antara lain meliputi perubahan fisika kimia
(kualitas air), hayati (biota air) dan social ekonomi (kesempatan kerja dan keselamatan pelayaran)
secara continue sehingga dapat diketahui besar pengaruh pekerjaan pada dermaga tersebut, serta
dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan.

Tujuan pengelolaan dan pemantauan lingkungan untuk mengetahui tingkat pencemaran terhadap
kualitas air, biota air serta pengaruh social dan ekonomi pada masyarakat setempat (kesempatan
kerja dan keselamatan pelayaran) sebagai akibat pekerjaan tersebut.
Metode dan cara pemantauan serta pengelolaan lingkungan agar tetap memenuhi kualitas
lingkungan yang diharapkan akan ditentukan pada waktu pelaksanaan pekerjaan minimal untuk
memenuhi standar yang ditentukan.
II. PROGRAM
MUTU PROYEK
Program Mutu Proyek adalah suatu metode/ pedoman yang menjelaskan proses pekerjaan untuk
memperoleh mutu hasil pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan spesifikasi, dimana dalam
penyusunannya berdasarkan acuan :
1. Peppres RI Nomor 70 tahun 2012;
2. Kepmen PU Nomor 362 tahun 2004;
3. Dokumen Kontak.
Program mutu minimal menjelaskan mengenai hal-hal yang mempunyai kaitan administratif proyek, teknis,
dan kebutuhan lainnya, yaitu :
a. Informasi proyek;
b. Organisasi proyek termasuk organisasi konsultan pengawas dan kontraktor;
c. Jadwal pelaksanaan;
d. Prosedur pelaksanaan dari tiap-tiap jenis pekerjaan yang meliputi : standar pekerjaan, prosedur kerja,
dan daftar inspeksi dan persyaratan testing;
e. Instruksi kerja
Instruksi kerja harus mencakup rincian tentang (minimal) :
Urutan kegiatan pelaksanaan;
Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;
Bagaimana proses kegiatan akan dipantau;
Perawatan pemeliharaan yang diperlukan;
Bagaimana output suatu proses dinilai untuk memastikan kesesuaian dengan spesifikasi.
Program mutu yang telah disusun oleh proyek harus disampaikan kepada para pihak yang terkait dalam
kegiatan manajemen proyek dan selanjutnya pihak-pihak yang mempunyai kaitan langsung dengan
kegiatan proyek tersebut mengkaji program mutu proyek apakah sesuai dengan yang dikehendaki dalam
spesifikasi dan dapat dilaksanakan secaraefaktif dan efesien.
Aktifitas proyek yang nantinya, bisa diuraikan secara sederhana melalui diagram aktifitas yang mana
sebagai berikut:
a. Prosedur pengajuan material
PENGAJUAN MATERIAL

MULAI

CONTOH MATERIAL DAN BROSUR DIAJUKAN


OLEH SUBKONTRAKTOR ATAU SUPLIER

PROSES PEMERIKSAAN DAN EVALUASI MATERIAL DAN


BROSUR OLEH CV

PERBAIKAN OLEH TIDAK


SESUAI
CV..
YA
TIDAK KONSULTAN
PEMERIKSAAN OLEH KONSULTAN PENGAWAS PPK
PERENCANA
YA
CONTOH MATERI L DAN BROSUR SEBAGAI DASAR PELAKSANAAN

SELESAI
FLOWCHART PEKERJAAN KONSTRUKSI
POLA PENGENDALIAN MANAJEMEN WAKTU DAN TEKNIS

Pekerjaan konstruksi dapat disajikan dalam diagram alur yang intinya mencerminkan aktifitas yang harus
dilaksanakan dengan tertib, dan terencana. Dengan pelaksanaan yang terencana dan terukur secara tidak
langsung memberikan gambaran tentang pola Manajemen Waktu dan Teknis.
Menyusun dan Menetapkan Sasaran Mutu dalam RMP dan RMK
Dalam penyusunan Rencana Mutu baik Rencana Mutu Proyek maupun Rencana Mutu Kontrak diwajibkan
untuk mencantumkan Sasaran Mutu yang ditetapkan oleh Dokumen lelang dari Pengguna Jasa untuk
membuat RMP atau Penanggung Jawab badan Usaha Penyedia Jasadalam menyusun RMK nya.
Sasaran mutu merupakan persyaratan yang sifatnya sangat strategis untuk menilai kinerja system
manajemen mutu penyelenggaraan proyek. Semua pihak yang terkait, baik pimpinan maupun Direksi
atasan Penanggung Jawab Penyedia Jasa akan mudah mengukur dan memonitor kinerja proyek sejauh apa
pencapaian mutunya, sehingga dimungkinkan untuk segera mengambil tindakan yang efektif menuju
perbaikan yang berkelanjutan.
Secara umum sasaran mutu harus dinyatakan dalam bentuk target-target yang direncanakan bagi
pelakasanaan proyek, terutama yang terkait dengan kendala keterbatasan Biaya, Mutu dan Biaya (BMW)
pelaksanaan proyek. Agar ketiga unsure tersebut dapat dicapai sesuai kebutuhannya.
Adapun kretiria bagi penempatan sasaran mutu adal kegiatan apa saja yang dapat diukur atau dapat
dijadikan terukur terkait dengan system manajemen mutu, misalnya : perolehan laba, target pemasaran,
target pelaksanaan pelatihan, target perolehan omzet, efesien kinerja, tingkat kedisiplinan pegawai dan
sebagainya, contoh hal tersebut adalah :
1. Atas target waktu pelaksanaan (jangka waktu sesuai kontrak, contoh : 210 hari kalender.
2. Target pencapaian efesiensi biaya, contoh : efesien biaya langsung proyek < 20% dari nilai kontrak.
3. Target atas pencapaian efesiensi material, contoh : material terpasang > 93% jumlah material yang
datang.
4. Target jumlah complain temuan mutu produk, contoh : temuan produk cacat < 6 temuan selama
pelaksanaan.
5. Menurunkan tingkat kesalahan pekerjaan dari lima kali dalam sebulan menjadi hanya maksimum
satu kali dalam sebulan.
6. Meningkatkan tingkat kedisiplinan, yang mempunyai kaitan dengan Sumber Daya Manusia, yaitu
kehadiran pegawai dari 40% hingga 10%.
Dapat juga menggunakan unsur-unsur efisiensi dari kendala keterbatasan antara biaya, mutu (spesifikasi
produk) dan waktu, disamping itu juga boleh menggunakan unsur-unsur pencapaian kinerja proyek lainnya,
apabila dipandang perlu target yang lebih spesifik. Sasaran mutu sebaiknya dibuat secara sistematis, mudah
dipantau sehingga apabila disuatu saat terjadi perubahan program atau kontrak karena suatu kondisi
tertentu dalam pelaksanaan proyek, maka RMK atau RMP harus dikaji ulang dan direvisi, dan ditetapkan
sasaran mutu yang baru atau diperbaiki.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membuat sasaran mutu harus memenuhi persyaratan dalam
peristilahan kata SMART yang selanjutnya diuraikan sebagai berikut:
Simple, yaitu sederhana dan mudah dipahami;
Measurereable, yaitu dapat diukur pencapaiannya;
Applicable, yaitu dapat diaplikasikan sesuai dengan kemampuan yang ada;
Reasonable, yaitu memiliki alasan yang jelas bagaimana sasaran tersebut digunakan dan
diterapkan;
Timely, yaitu waktu pencapaiannya jelas, ada batas waktu yang digunakan.
Disamping faktor-faktor diatas yng harus diperhatikan dalam pembuatan sasaran mutu, pimpinan
hendaknya juga memperhatikan :
Kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang dari Satuan Kerja atau Penyedia Jasa pada
pelaksanaan kegiatan yang dilayaninya;
Temuan-temuan yang relevan berdasarkan tinjauan manajemen;
Kinerja proses dan produk pada saat ini dan rencana ke depan;
Tingkat kepuasan pelanggan dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya;
Hasil audit, baik audit internal maupun audit eksternal;
Tolak banding, analisis pesaing, peluang perbaikan dan;
Sumberdaya yang diperlukan untuk memenuhi sasaran mutu tersebut.
III. PROGRAM K3
1. LATAR BELAKANG
Jasa konstruksi adalah indrustri yang mempunyai peranan sangat penting dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi, dengan menghasilkan bangunan baik berupa sarana maupun prasarana.
Indrustri ini diharapkan mampu mengembangkan peranannya dalam pembangunan nasional melalui
peningkatan kendala yang didukung oleh struktur usaha yang kokoh dan mampu mewujudkan hasil
pekerjaan konstruksi yang berkwalitas. Hal tersebut tercermin dalam daya saing dan kemampuan
menyelenggarakan pekerjaan konstruksi secara tertib untuk menjamin kesetaraan kedudukan antara
pengguna jasa dengan penyedia jasa dalam hal dan kewajiban.
Peningkatan jumlah perusahaan ini ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan
kinerjanya, yang tercermin pada kenyataan bahwa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi belum
sebagaimana yang diharapkan, kesadaran hukum dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi sebelum
ditingkatkan, termasuk kepatuhan para pihak dalam pemenuhan kewajibannya yang terkait dengan
aspek keselamatan dan kesehatan kerja, agar dapat mewujudkan bangunan yang berkwalitas dan
mampu berfungsi sebagaimana yang direncanakan.
Salah satu masalah yang paling sering terjadi dalam indrustri konstruksi adalah kecelakaan kerja.
Berdasarkan data dari Organisasi Buruh Dunia (ILO), konstruksi merupakan indrustri yang paling
rentan akan kecelakaan kerja. Hal ini disebabkan karena indrustri jasa konstruksi membutuhkan
pengetahuan, pemahaman, perencanaan, persiapan, serta koordinasi kerja yang terintegrasi dengan
baik mulai dari material, peralatan, dan tenaga kerja selama masa pelaksanaan konstruksi. Kecelakaan
yang paling sering terjadi pada indrustri ini antara lain :
30% - Pengangkutan dan lalu lintas;
29% - Kejatuhan benda;
26% - Tergelincir, terpukul;
10% - Jatuh dari ketinggian;
5% - Kebakaran.
Sumber laporan ASTEK
Kecelakaan-kecalakaan yang terjadi dapat dihindari atau dikurangi, jika peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja benar-benarditerpakan pada lingkungan pekerjaan.
Mengingat gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan kerugian berupa
materi yang besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang merupakan satu-satunya
sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

2. TUJUAN PENYAMPAIAN METERI


Setelah mempelajari sub modul ini, peserta dapat memahami dan mengerti tentang :
1. Apa yang dimaksud K3?
2. Mengapa K3 perlu dilaksanakan dalam pekerjaan konstruksi?
3. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi?
4. Penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja?
5. Bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja?
6. Apa yang harus dilakukan apabila terjadi kecelakaan?

3. PENGERTIAN
berdasarkan definisinya, keselamatan berarti suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari peristiwa
celaka dan nyaris celaka. Sedangkan kesehatan memiliki arti tidak hanya terbebas dari penyakit namun
juga sehat atau sejahtera secara fisik, mental, serta sosial.
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ditempat kerja adalah:
1. Menciptakan system kerja yang nyaman;
2. Menjamin terciptanya kesejahteraan pada pekerja, property, dan lingkungan dalam melaksanakan
pekerjaannya.
3.1 Hazard
Hazard adalah suatu bahan/ kondisi yang berpotensi menimbulkan keruksakan/ kerugian. Pada
dasarnya hazard selamanya akan tetap menjadi hazard, walaupun tidak menimbulkan kerugian
konsekuansi pada manusia. Kerugian/ konsekuensi baru muncul setelah adanya kontak dengan
manusia, melalui beberapa cara :
1. Manusia yang menghampiri bahaya;
2. Bahaya yang menghampiri manusia;
3. Manusia dan bahaya saling menghampiri.
3.2 Resiko
Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya dampak/ konsekuensi pada kelompok/ individu yang
terpapar dengan hazard. Untuk mengelola resiko perlu adanya suatu manajemen resiko (Risk
management). Tujuan dari manajemen resiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang.

4. LANDASAN HUKUM
Ada tiga alasan yang menyebabkan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja, yaitu :
1. Keselamatan adalah Hak Asasi Manusia (HAM);
2. HAM dilindungi oleh peraturan perundang-undangan;
3. Efesiensi atau mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja.
Untuk menjamin perlindungan pekerja atas keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja, maka
pemerintah mengatur pelaksanaannya dalam undang-undang :
1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
2. Undang-Undang No. 14 Tahun 1996 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
(Lembaran Negara No. 55 Tahun 1969);
3. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara No. 1 tahun
1970);
4. Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan;
6. Undang-Undang RI NO. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenagakerjaan;
7. Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 01/Men/1980 Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan;
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per. 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3);
10. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja Kep 174/Men/1986 /
104/KPTS/1986 Tentang Pedoman Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat Kegiatan
Konstruksi.

Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja Tahun 1986,
menetapkan berlakunya Buku Dokumen Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiataan Konstrruksi.
Persyaratan administrasi dan teknik mengenai K3 telah dirumuskan dalam buku pedoman tersebut.
Pihak-pihak yang terlibat pada penyelenggaraan konstruksi perlu memahaminya dan
membudayakannya.
Pokok-pokok yang diatur dalam buku pedoman adalah :
1. Persyaratan administrasi
a. Ruang lingkup berlakunya peraturan;
b. Kewajiban umum;
c. Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja;
d. Laporan kecelakaan;
e. Keselamatan dan kesehatan dan pertollongan pertama pada kecelakaan.
2. Persyaratan teknik
Pintu masuk/ keluar, lampu/ penerangan, ventilasi, kebersihan, pencegahan terhadap kebakaran/
perlindungan terhadap benda-benda jatuh dan bagian bangunan yang rubuh, terali pengaman,
kebisingan dan getaran (vibrasi), dan sebagainya.
3. Persyaratan/ ketentuan lain-lain
Ketentuan teknis mengenai perancah, tangga peralatan pengangkat, tali, rantai, permesinan,
peralatan, pekerjaan bawah tanah, penggalian-penggalian, pemancangan, pengerjaan beton,
pembongkaran.

5. ORGANISASI K3
Untuk menjamin pekerja agar sehat, selamat dan sejahtera serta mendapatkan kepuasan kerja, maka
perusahaan perlu mebentuk organisasi K3. Dibeberapa poerusahaan organisasi ini dinamakan bagian
Keselamatan dan kesehatan Kerja/ Occupational Safety and Health (OSH), atau bahkan digabungkan
dengan kesehatan lingkungan menjadi bagian keselamatan, kesehatan dan lingkungan/ Safety, Health,
and Environment (SHE). Organisasi ini biasanya berada di bawah pengawas Departemen Sumber Daya
Manusia atau Departemen Produksi.
Depnakertrans sendiri menyaratkan dibentuknya Panitia Pembinaan Keselamatan dan Keselamatan
Kerja (P2K3) yang anggotanya terdiri dari 50% wakil manajemen dan 50% wakil pekerja. Organisasi ini
berfungsi memahami masalah di bidang K3, membuat kebijakan atau prosedur kerja yang berguna
dalam melindungi keselamatan dan kesehatan pekerja.
Dibidang jasa konstruksi sendiri pelaksanaan K3 dilakukan dengan :
1. Menganjurkan kontraktor kulifikasi besar wajib membentuk unit K3 pada kantor pusat
perusahaannya yang harus dipimpin oleh orang yang telah mempunyai sertifikat.
2. Membenahi ketentuan pelaksanaan pada proyek konstruksi yakni :
a. Setiap proyek yang dikerjakan oleh kontraktor kualifikasi besar harus mengangkat satu orang
yang khusus mengamati keselamatan dan kesehatan kerja dan orang tersebut dinamakan
Safety Contruction Engineer dan petugas ini pada dasarnya harus mempunyai sertifikat.
b. Demikian pula pada proyek konstruksi tersebut, pemilik proyek harus mengangkat pula seorang
yang menangani keselamatan dan kesehatan kerja dan dinamakan Safety Construction
Officer.

6. MANAJEMEN K3
Dalam menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkwalitas dibutuhkan suatu sistem
manajemen yang khusus mengatur mengenai K3. Hal ini bertujuan untuk :
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik buruh,
petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas.
2. Sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat kerja,
pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi
efesiensi dan daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan kelelahan kerja dan
melipatganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
Manajemen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja. Namun seringkali aktivitas
tersebut tidak terkontrol dengan baik. Hal ini disebabkan oleh :
1. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik;
2. Kurang tepat atau kurang mendalamnya standar perencanaan;
3. Pelaksanaan standar yang tidak tepat.
Perencanaan manajemen K3 meliputi :
1. Kepemimpinan dan administrasinya;
2. Manajemen Keselamatan dan kesehatan Kerja terpadu;
3. Pengawas;
4. Analisis Pekerjaan dan Prosedural;
5. Penelitian dan Analisis Pekerjaan;
6. Latihan bagi tenaga kerja;
7. Pelayanan kesehatan kerja;
8. Penyediaan alat pelindung diri;
9. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja;
10. System pemeriksaan dan pendataan.

7. PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


Berdasarkan data dari organisasi buruh dunia (ILO), sebab dari kecelakaan kerja yaitu :
1. Tindakan tidak aman (80%)
Bias berasal dari tingkah laku/ sikap yang tidak aman, kelelahan, kurangnya pengetahuan/
keterampilan, cacat tubah yang tidak terlihat.
2. Kondisi yang tidak aman (20%)
Bias berasal dari peralatan, lingkungan, proses, metode kebijakan perusahaan.
Sebagaimana yang telah dipaparkan, ada beberapa kecelakaan kerja yang paling sering terjadi pada
pekerjaan konstruksi.
Kecelakaan kerja tersebut, disebabkan oleh :
1. Kecelakaan karena pengangkutan alat yang bergerak dan lalu lintas (30%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Penempatan bahan dan alat yang kurang baik;
b. Disiplin yang kurang dari para operator dalam mengangkat bahan dan alat;
c. Pengoperasian alat oleh tenaga yang belum terampil;
d. Terlalu banyaknya muatan;
e. Tidak ada atau kurang memadainya rambu/ tanda lalu lintas atau pengamanan.
2. Kecelakaan karena kejatuhan benda (29%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Kurang baik atau tidak tepatnya pemasangan dan penggunaan atau alat kerja;
b. Tidak terdapatnya pengamanan terhadap benda-benda yang jatuh;
c. Mengangkat bahan atau alat ketempat yang tinggi secara tidak benar, terlalu bayak atau terlalu
berat;
d. Tidak mengenakan topi pelindung/ helm kepala.
3. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/ keras (26%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Jalan yang dilalui licin, berdiri atau berjalan pada tempat yang tidak seharusnya dilalui;
b. Terkena benda tajam karena membiarkan;
c. Kecelakaan karena terpukul.
4. Kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi (10%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Bekerja pada ketinggian;
b. Pekerjaan dinding/ turap yang menggunakan perancah;
c. Tangga yang tidak kokoh;
d. Jatuh dari lubang;
e. Pelataran yang tidak utuh.
5. Kecelakaan karena terkena aliran listrik, kebakaran, dan ledakan (5%)
Kecelakaan ini biasanya disebabkan oleh :
a. Pekerja menyentuh kabel listrik dan panel yang rusak;
b. Terjadinya kebakaran di proyek. Kebakaran ini dimungkinkan terjadi karena adanya arus
pendek, bahan kimia yang peka gesekan dan panas tidak ditempatkan pada tempat yang
semestinya sesuai petunjuk pabriknya.
c. Kurangnya pengamanan seperti lingkungan kerja yang tidak rapid an kesalahan penempatan
bahan-bahan yang memiliki kepekaan yang tinggi menyebabkan terjadinya ledakan.

8. PENYEBAB PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyebab penyakit akibat kerja berasal dari berbagai hal antara lain penyebab factor fisik, kimia,
biologis, mental-psikologis dan fisiologi.
1. Faktor fisik, yaitu :
a. Suara bising atau gaduh yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran;
b. Suhu yang tinggi atau terlalu rendah;
c. Getaran yang mampu mengganggu sirkulasi darah dan saraf ( sindrom vibrasi, raynaund
phenomena dan lain-lain);
d. Penerangan yang kurang atau terlalu kuat, sinar infra merah yang dapat merusak mata, sinar
ulta violet yang dapat menimbulkan peradangan;
e. Radiasi sinar radio aktif dapat menyebabkan sakit tumor, atau kanker.
2. Faktor kimia, yaitu :
a. Gas yang berbahaya seperti amoniak, Co, H2S;
b. Uap logam yang dapat menimbulkan penyakit kulit;
c. Semen menimbulkan sakit kulit;
d. Cat dapat menimbulkan Ca paru atau asma.
3. Faktor biologis, yaitu :
a. Cacing, serangga;
b. Bakteri, virus;
c. Jamur, menimbulkan penyakit kulit (panu);
d. Getah, tumbuhan menyebabkan penyakit kulit.
4. Faktor mental-psikologis, yaitu :
a. Ketegangan kerja karena pekerjaan yang tidak sesuai bakat/ pendidikan;
b. Stres akibat beban kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat;
c. Tidak mampu bekerja sama dengan teman sekerja.
5. Faktor fisiologis, yaitu :
a. Mengangkat barang yang terlalu berat;
b. Cara kerja yang tidak benar;
c. Kelelahan fisik karena kesalahan konstruksi/ mesin/ peralatan;
d. Kerja dengan berdiri terus menerus meyebabkan varises.
Berikut ini adalah contoh penyebab penyakit akibat kerja ;
1. Pengemudi traktor, road roller, crane :
a. Timbul keletihan dabagian leher dan bahu;
b. Sakit dan pegal pada tulang belakang (sindrom sciatica);
c. Terjadinya kerusakan kecil pada persendian tulang belakang.
2. Bekerja dengan peralatan yang bergetar, seperti : power chain show, vibrating plate templer,
concrete vibrator, dapat mengakibatkan sirkulasi darah tepi dan gangguan saraf, antara lain :
a. Waxy white finger atau disebut white finger disease;
b. Finger cyanosis, finger numbness;
c. Foot numbness;
d. Lowback pain (Lumbago);
e. Vigration syndrome;
f. Gangguan pendengaran sampai tuli.
3. Operator : Generator, tiang pancang, stone crusher dan sebagainya.
a. Gangguan pendengaran yang mampu menyebabkan ketulian;
b. Pada tempat tertutup dapat menyebabkan gangguan pernapasan ataupun heat stroke;
c. Pneumoconiosis.
4. Tukang kayu (carpenter, joiner)
a. Sakit pada pinggul dan tulang belakang;
b. Syndrome sciatica;
c. Degenerasi tulang pinggang (lumbal spine) akibat beban yang terus menerus;
d. Nyeri pada lutut (patela) krepitasi sampai terjadinya degenerasi persendian lutut.
5. Tukang batu
a. Semen damatis atau peradangan kulit akibat kontak dengan semen;
b. Kelelahan pinggang terutama adanya rasa nyeri di daerah lumbal bagian bawah.
6. Pekerja dengan bahan peledak
Dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada system darah/ system saraf yang terjadi karacunan
asam nitrat.
7. Pekerja pengecatan (Tukang cat, tukang kapur dll)
a. Dapat menyebabkan gejala batuk ringan sampai dengan gangguan pernapasan;
b. Neumokoniosis, asthma-brochcialle;
c. Peradangan kulit;
d. Penyakit ginjal, sampai dengan terjadinya kerusakan glomerus, akibat terpapar oleh sylene,
touluene, dan sebagainya;
e. Gangguan pencernaan, mual-mual sampai dengan peradangan (gastritis akut).
8. Petugas laboratorium
Khususnya pada laboratorium asal, mereka dapat terpapar oleh xylene white spirit, methilene
chloride yang dapat berakibat adanya gangguan pada sistem darah pada organ-organ haemopoictic
dan gangguan faal hati.
9. Pekejaan kantor, administrasi dan lain-lain
a. Syndrome sciatic;
b. Gangguan penglihatan;
c. Gangguan pernapasan;
d. Psikomatis.
10. Petugas survey, pekerjaan pada jaringan irigasi, rawa-rawa, sungai :
Heat stroke, atheletes foot, jamur akibat basah dan lembab, malaria, penyakit kulit akibat serangga,
gangguan pencernaan, mual, muntah, hingga peradangan.

9. PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


9.1. Perencanaan K3
Perencanaan K3 adalah program yang harus diperhitungkan oleh kontraktor sebelum melaksanakan
tender. Hal ini dilakukan agar tercipta lingkungan kerja yang aman serta t ercapainya kesejahteraan
dalam bekerja baik bagi pekerja, lingkungan maupun property.
Perencanaan K3 meliputi :
1. Pemilihan sistem dan peralatan :
a. Metode kerja;
b. Penggunaan peralatan berat (crane, excavator, shovel, dll).
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas dari sarana kerja seperti :
a. Platform;
b. Jaring pengaman;
c. Tangga darurat;
d. Penutup lobang, dll.
3. Menentukan prosedur kerja
4. Penempatan prasarana kerja baik bahan maupun peralatan
5. Mengidentifikasi potensi biaya dengan mengantisipasinya.
a. Terjatuhnya dari ketinggian;
b. Kebakaran;
c. Peledakan akibat mesin atau listrik;
d. Benda yang jatuh dari atas;
e. Merencanakan biaya yang diperlukan.
9.2. Pencegahan
Kunci utama yang harus dilakukan pekerja untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja yaitu
disiplin dalam bekerja serta selalu menjaga tempat kerjanya agar tetap bersih, rapid dan tertata
dengan baik. Selain itu hal lain yang dapat dilakukan untuk terus menumbuhkan kesadaran pekerja
adalah :
1. Mengadakan kampanye dan penyuluhan K3 untuk menumbuhkan kesadaran mengenai arti
pentingnya K3;
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi K3 bagi para pekerja maupun staf kontraktor;
3. Melakukan pemeriksaan secara berkala;
4. Memasang poster dan tanda K3 pada tempat-tempat yang strategis;
5. Pemberian sanksi bagi pekerja yang tidak disiplin menjalankan K3 dan memberikan
penghargaan kepada mereka yang mematuhinya;
6. Mengadakan diskusi antar pekerja maupun staf mengenai K3 secara berkala.
Pencegahan pada kecelakaan kerja terbanyak, yaitu :
1. Pecegahan kecelakaan akibat angkutan, penggunaan alat, dan lalu lintas
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja ini, diperlukan adanya pengaturan lalu lintas,
pengangkutan, dan penggunaan bahan dan alat secara tepat.
Contoh ketentuan penggunaan peralatan perpindahan tanah, yaitu :
a. Ketentuan persyaratan alat pemindahan tanah, alat harus dalam keadaan layak untuk
digunakan, perlengkapan harus lengkap dan dalam keadaan baik;
b. Ketentuan persyaratan operator, mulai dari keterampilan, alat perlindungan, perlengkapan,
dan lain-lain;
c. Cara penggunaan peralatan kerja mulai dari cara menghidupkan mesin, cara
mengopeasikan, cara memarkir dan lain-lain.
2. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda
Pencegahan bagi kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda, yaitu :
a. Pemasangan jarring/ jala untuk menghindari benda yang jatuh;
b. Tidak diperbolehkan membuang benda yang sudah tidak terpakai ke bawah;
c. Bila memindahkan benda yang berat dan sulit dengan menggunakan alat pengaman;
d. Bangunan bantu seperti perancah dibuat dengan kokoh sehingga tidak mudah roboh;
e. Penggunaan helm/ topi pelindung oleh pekerja.
3. Kecelakaan yang disebabkan tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/ keras
Kecelakaan ini dapat dicegah dengan cara :
a. Jalan ditempat kerja serta injakan kaki harus bersih dan tidak licin;
b. Bekerja dengan posisi dan sikap kerja yang benar;
c. Menggunakan alat kerja sesuai dengan fungsinya;
d. Bekerja dengan menggunakan sepatu kerja, sarung tangan kerja dan helm.
4. Pecegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi
Kecelakaan ini sering terjadi pada pekerjaan atap, langit-langit, pembuatan dinding yang tinggi
dan lain-lain.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, antara lain :
a. Perancah harus dibuat dengan baik dan kokoh;
b. Perancah harus terkait pada bangunan sehingga tidak roboh;
c. Perancah tidak boleh dimuati melampaui kekuatannya;
d. Papan untuk injakan kaki dibuat dari papan kayu yang kuat dan harus lebih dari satu
papan. Papan tersebut diberi tanda maximum kemampuan serta lantainya diberi pegangan.
e. Lantai perancah harus bersih dan tidak licin;
f. Bekerja dengan menggunakan sabuk dan tali pengaman.
5. Pencegahan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan
Kecelakaan ini dapat dicegah dengan cara :
a. Aliran listrik
Tempat-tempat yang ada lairan listrik/ kabel harus diberi tanda yang jelas dan
pemasangannya harus ditangani oleh tenaga ahli. Pada tempat-tempat ini juga perlu
dilakukan pengamanan dan pemeriksaan secara berkala.
b. Kebakaran
Penempatan bahan-bahan yang mudah terbakar, seperti minyak dan kayu harus dijauhi
dari sumber api dan diberi tanda dilarang merokok. Selain itu bedeng tempat menginap
juga harus dikontrol secara rutin.
c. Ledakan
Bagian pada proyek yang perlu dilakukan peledakan, perlu mendapatkan ijin dan harus
mengikuti prosedur yang ditetapkan. Selain itu, daerah yang akan diledakan harus diberi
tanda dilarang masuk dan dilakukan penjagaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja.
6. Bagian tubuh yang perlu dilindungi
Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah kepala, tangan, dan kaki. Oleh karena
itu, bagian tubuh tersebut perlu mendapat perlindungan secukupnya, sesuai dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan. Alat perlindungan bagian tubuh tersebut adalah sebagai berikut :
a. Helm
Helm ini berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras yang terjatuh.
b. Sepatu proyek
Sepatu ini berguna untuk melindungi kaki dari benda yang jatuh, benda tajam atau luka
akibat terjepit.
c. Sarung tangan
Sarung tangan ini melindungi tangan dari batuan yang tajam, serpihan besi, atau cairan
semen.
d. Pelindung pernapasan/ masker
Masker berguna untuk melindungi pernapasan dari debu dan bahan baku yang
mengandung zat kimia.
e. Kacamata/ goggles
Kacamata/ goggles berguna untuk melindungi mata dari pekerjaan seperti mengelas,
menggerinda, memecah batu.
f. Penutup telinga
Penutup telinga berguna untuk melindungi telinga dari suara bising akibat pekerjaan
konstruksi.
g. Sabuk
Sabuk pengaman berguna pada saat mengerjakan pekerjaan konstruksi di ketinggian
khususnya pekerjaan yang dilakukan lebih dari 3 meter.
h. Pakaian las (Welding apron)
Pakaian las ini berguna untuk melindungi tubuh dari percikan api akibat las.

10. PENCEGAHAN PENYAKIT AKIBAT KERJA


Penyakit akibat kerja dan atau yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan
di lingkungan kerja. Hal ini tentu dapat menghambat produktivitas kerja. Untuk itu perlu adanya
pengenalan terhadap lingkungan kerja dapat dilakukan dengan cara :
1. Subsitusi
Mengganti bahan-bahan yang dapat membahayakan tubuh manusia dengan bahan yang tidak
berbahaya.
2. Isolasi
Memisahkan/ mengisolasi suatu pekerjaan yang dapat menggangu atau membahayakan pekerja.
3. Ventilasi
Membuat ventilasi ditempat kerja, sehingga sirkulasi udara dapat terjaga.
4. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri berupa aksesoris yang telah dirancang agar mampu melindungi pekerja dari
penyakit atau kecelakaan kerja. Alat pelindung diri dapat berupa masker, pakaian, topi, sepatu,
kacamata, dan lain-lain.
5. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan secara bekala untuk mengetahui faktor
penyebab dari gangguan kesehatan yang timbul pada pekerja.
6. Pendidikan K3
Sebelum mulai bekerja, para pekerja diberikan pelatihan dan pemahaman mengenai keselamatan
dan kesehatan kerja sehingga mereka sadar akan resiko dari pekerjaan yang mereka jalani dan
mampu bekerja secara lebih berhati-hati.
7. Pada saat bekerja, dianjurkan agar semua pekerja diberi waktu untuk istirahat lebih kurang 10
menit secara serentak.
11. PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA
Dalam lingkunan kerja, seringkali manusia dihadapkan dengan berbagai macam hazard dan resiko yang
dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Manifestasi dari bahaya indrustri tidak hanya terjadi
pada tenaga kerja, melainkan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Potensi bahaya ini perlu
dikelola melalui empat tahap yaitu :
1. Mengenai potensi bahaya (hazard identification)
a. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur misalnya pada petunjuk teknis, brosur,
leaflet, MSDS dan sebagainya.
b. Menggunakan daftar periksa (checklist) atau berdasarkan pengalaman pada unit/ bagian sejenis
dan diskusi.
c. Memakai metode identifikasi bahaya, sekaligus analisisnya.
2. Menganalisis potensi bahaya (hazard analysis)
a. Menentukan besarnya bahaya;
b. Seberapa seriusnya bahaya;
c. Seberapa besar kemungkinan hazard akan terjadi.
3. Meniadakan dan mengendalikan potensi bahaya (hazard elimination and control)
a. Upaya menemukan solusi untuk mencegah bahaya;
b. Upaya mengendalikan/ meniadakan bahaya.
IV. PEMBERSIHAN AKHIR

1. Umum
Selama masa penanganan masalah pihak kontraktor harus tetap memelihara pekerjaan sedemikian
rupa sehingga terbebas dari sisa bangunan, kotoran-kotoran dan sampah-sampah yang dihasilkan
sebagai akibat adanya kegiatan program. Pada saat selesainya pekerjaan,pihak kontraktor akan
menyingkirkan seluruh bahan sisa dan bahan kelebihan, sampah-sampah, perlengkapan-perlengkapan,
peralatan dan mesin-mesin dari lapangan, seluruh bagian permukaan hasil penanganan harus terlihat
bersih dan program yang akan diserahkan harus sudah dalam keadaan siap pakai dan diterima dengan
memuaskan oleh para pihak.

2. Pembersihan selama pelaksanaan


a. Pihak kontraktor akan melakukan pembersihan rutin untuk menjamin daerah kerja, kantor darurat
dan hunian, tetap terbebas dari kotoran-kotoran lainnya yang dihasilkan dari operasi pekerjaan
lapangan dan harus tetap memelihara daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu.
b. Menjamin bahwa sistem drainase terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas dari bahan-bahan
lepas dan tetap berfungsi setiap waktu.
c. Membersihkan dengan air, sehingga dapat dicegah debu atau pasir yang tertiup angin.
d. Siapkan di daerah kerja tempat-tempat sampah untuk pengumpulan bahan-bahan sisa, kotoran-
kotorandan sampah sebelum di buang.
e. Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada tempat yang telah ditentukan dan
sesuai dengan peraturan/ perundangan yang berlaku secara nasional dan peraturan pemerintah
daerah setempat dan harus mentaati undang-undang anti pencemaran.
f. Jangan menanam sampah-sampah atau bahan sisa didaerah kerja program tanpa persetujuan
pengawas.
g. Jangan membuang bahan sisa yang mudah menguap seperti misalnya cairan mineral, minyak atau
minyak cat ke dalam selokan jalan atau ke dalam saluran yang ada.
h. Juga tidak diperkenankan menumpuk/ membuang bahan sisa ke dalam sungai/ saluran air.

3. Pembersihan akhir
Pada saat selesainya pekerjaan lapangan, daerah program tetap dijaga kebersihannya dan siap dipakai
oleh pemilik. Pihak kontraktor akan memulihkan daerah program yang tidak merupakan bagian
pekerjaan seperti dijelaskan dalam dokumen kontrak sesuai keadaan aslinya.
V. TEKNIS PELAKSANAAN
Latar Belakang
Metoda Pelaksanaan dibuat selain sebagai persyaratan untuk kontraktor dalam mengikuti pelelangan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, tentunya sangat penting bagi kontraktor untuk membuatnya karena akan
menentukan hasil penilaian dari panitia pengadaan.
Dalam menyusun metoda pelaksanaan ini setiap kontraktor harus memahami proses setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan mulai dari tahap persiapan (Pra-konstruksi), tahap pelaksanaan (Konstruksi), Finishing
(Akhir) sampai pemeliharaan (maintenace). Selain itu dalam pelaksanaannya kontraktor harus melakukan
tindakan pengendalian, koordinasi dan pengawasan sehingga seluruh kegiatan berlangsung dengan arah
yang benar.
Pada tahap pelaksanaan, manajemen tindakan pengendalian, koordinasi dan pengawasan, secara umum di
tugaskan kepada seorang penanggung jawab lapangan atau Site Manager.
Penanggung jawab lapangan atau Site Manager tersebut akan melakukan koordinasi dan pengawasan yang
menyangkut aspek mutu, waktu dan biaya dan aspek-aspek lainnya yang disesuaikan dengan tujuan dari
program yang sedang dilaksanakan.

Maksud dan Tujuan Kegiatan


Maksud dan Tujuan dibuat Metoda Pelaksanaan ini adalah :
Sebagai salah satu persyaratan atau isi dari Dokumen Penawaran Teknis untuk kegiatan/ pekerjaan
REHABILITASI RUANG UTAMA SEKRETARIAT DAERAH KOTA SUKABUMI Tahun
Anggaran 2016
Metoda dibuat sebagai acuan kontraktor sekaligus pemaham kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
pembangunan, sehingga didapatkan hasil pembangunan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mulai dari kualitas, Kuantitas, tepat waktu dan biaya.
Terkendalinya pelaksanaan pembangunan fisik pekerjaan REHABILITASI RUANG UTAMA
SEKRETARIAT DAERAH KOTA SUKABUMI Tahun Anggaran 2016, sehingga tercapai
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pembangunan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pekerjaan REHABILITASI RUANG UTAMA SEKRETARIAT DAERAH KOTA
SUKABUMI Tahun Anggaran 2016, secara singkat meliputi Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan
Bongkaran, Pekerjaan kontruksi/Fisik yang terdiri dari :
1. Pekerjaan Beton
2. Pekerjaan Pasangan
3. Pekerjaan Atap
4. Pekerjaan Lantai
5. Pekerjaan Kayu Partisi / Interior
6. Pekerjaan Plafond
7. Pekerjaan Instalasi Listrik
8. Pekerjaan Pengecatan
9. Pekerjaan Instalasi air
10. Dan pekerjaan lain-lain
sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen kontrak.

Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah melaksanakan REHABILITASI RUANG UTAMA SEKRETARIAT
DAERAH KOTA SUKABUMI Tahun Anggaran 2016, mulai dari pekerjaan persiapan sampai dengan
finishing termasuk dalam pengendalian pelaksanaan pekerjaannya agar dalam pelaksanaan pekerjaan
berjalan dengan efisien, tepat waktu, tepat mutu dan tepat biaya.
METODA TAHAP PELAKSANAAN FISIK

Nama Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah pekerjaan REHABILITASI RUANG UTAMA
SEKRETARIAT DAERAH KOTA SUKABUMI Tahun Anggaran 2016, Sumber dana APBD TA.
2016, Lokasi Kota Sukabumi

1. Lingkup Kegiatan
Ruang Lingkup Tugas Kontraktor dalam melaksanaan Pembangunan meliputi :
Pada Tahap Persiapan Proyek
Menyiapkan kelengkapan administrasi, Dokumentasi dan perijinan-perijinan.
Membuat surat pemberitahuan akan mulai melaksanakan pekerjaan kepada pihak Pengguna
Jasa/ Owner, Pihak konsultan pengawas, serta pihak lainnya yang berhubungan dengan
kegiatan pembangunan tersebut.
Melakukan rapat koordinasi awal (Pra-construction Meeting/PCM) dengan semua unsur terkait
dalam pembangunan, untuk membahas semua rencana dan tahap pelaksanaan.
Menyusun jadwal kerja menyeluruh berdasarkan tahapan pembangunan dengan
memperhatikan :
Kondisi lokasi pekerjaan / Kesiapan lahan kerja (Jalan akses, cress area logistic)
Kesiapan tenaga kerja, Jangka waktu proyek yang tersedia, Faktor alam ( Cuaca, dll)
Membuat Direksikeet (kantor koordinasi dilapangan), untuk memudahkan koordinasi dalam
pengendalian pekerjaan, Membuat Los Kerja, untuk hunian para pekerja selama melaksanakan
pekerjaan.
Membuat Gudang material terutama untuk material yang harus terlindung dari cuaca/hujan.
Menyiapkan peralatan utama dan peralatan pendukung lainnya untuk melaksanakan
pembangunan.
Membuat Papan Nama Kegiatan sebagai informasi kepada masyarakat tentang kegiatan
pembangunan ini.
Membuat akses jalan sementara untuk cress area material onsite, menyiapkan lahan/
pembersihan lokasi pekerjaan, Pembuatan saluran pembuangan sementara untuk menjaga agar
areal pekerjaan selalu dalam keadaan kering, Membuat rambu-rambu peringatan untuk
keselamatan kerja.
Pembuatan pagar pengaman
Pemasangan patok ukur

2 Pekerjaan Bongkaran
Pekerjaan Bongkaran adalah pekerjaan pembongkaran pasangan yang akan
direhabilitasi dengan menggunakan alat bantu yang dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah
mendapat persetujuan dari Direksi.
Cara Pelaksanaan :
a. Bongkaran yang dilaksanakan adalah pembongkaran pasangan baik itu pasangan batu,
beton ataupun bangunan yang ada diareal yang akan dilaksanakan rehabilitasi
b. Sampah bongkaran harus diatur dan dibuang disekitar lokasi yang dijamin tidak akan
mengganggu kegiatan pekerjaan. Pengaturan dari semua hasil bongkaran tersebut harus
sesuai petunjuk Direksi.

3 Pada Tahap Pelaksanaan Proyek


Tahap Pekerjaan Galian dan Urugan Tanah
Pekerjaan Galian Tanah dan Urugan Tanah ini meliputi :
Galian Tanah untuk Pondasi Menerus/ pasangan batu kali.
Volume galian untuk pondasi setempat sesuai dengan BoQ
Galian dilakukan dengan cara manual dengan peralatan tukang gali seperti cangkul, garpu, linggis dan
lainnya. Sebelum dilakukan penggalian harus diukur dan dibuat pola galian sesuai gambar. Kedalaman
galian harus sampai tanah keras atau sesuai dengan gambar kerja.
Tanah bekas galian ditempat tidak jauh dari lokasi galian tapi tidak menghalangi atau merusak
bouwplank, sehingga pada saat melakukan pekerjaan urugan kembali bekas galian tidak sulit.
Pekerjaan Urugan kembali/ Timbunan dan pemadatan
Volume urugan tanah kembali sesuai BQ, sedangkan untuk galian dan urugan peninggian piel +
pemadatan.
Pekerjaan ini dilakukan untuk mengisi celah setelah pondasi terpasang dan untuk peninggian lantai,
pengurugan dilakukan dengan cara manual.
Tanah yang digunakan bisa tanah setempat atau tanah bekas galian, tapi harus bebas dari akar dan
sampah.
Untuk menghasilkan urugan yang baik maka harus setiap dilakukan pengurugan harus sekaligus
dipadatkan secara bertahap.

3. Tahap Pekerjaan Pondasi


Lingkup pekerjaan pondasi meliputi :
Pondasi dari Pasangan Batu Kali
Volume pasangan batu kali untuk pondasi menerus sesuai BQ, dengan komposisi adukan/ spesi
perbandingan 1 semen : 5 pasir pasang.
Volume pasangan batu kali untuk penahan tanah urugan adalah sesuai BQ.
Sedangkan untuk aanstamping (batu kosong) untuk dasar/ lantai kerja pondasi menerus sesuai BQ dan
untuk dasar pasangan batu penahan urugan sesuai BQ.
Teknis pemasangan pondasi adalah sebagai berikut : dasar galian diurug pasir terlebih dahulu setebal 5-
10cm, selanjutnya sebagai lantai kerja dipasang pasangan batu kosong yang disusun tegak diisi pasir
(aanstamping) setinggi 15cm. Kemudian pasangan batu kali dengan dilapisi spesi atau adukan.
Adapun syarat dan teknis pelaksanaan lebih lengkapnya mengikuti aturan yang tertuang dalam
dokumen RKS (Rencana Kerja dan Syarat teknis).
Dan terdiri dari :
Batu kosong
Batu tanpa adukan (aanstamping) setinggi 15 cm, harus dipasang tegak lurus, rapat dan diisi pada
rongga-rongga batu.
Pondasi batu kali
Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukkan
dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan adukan sehingga semua hubungan batu
melekat satu sama lain dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan dan
diketok ke tempatnya hingga teguh.
Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan massa yang kuat dan
integral di beberapa sisi luar dan dalam.
Semen:
Semua semen yang digunakan adalah jenis portland Cement sesuai dengan persyaratan NI-2 pasal Bab
3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SII 0013-81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
Mengirimkan surat pernyataan pabrik yang menyebutkan type, kualitas dari semen yang digunakan
manufacture`s test certificate yang menyatakan memenuhi persyaratan tersebut dalam huruf a di
atas.
Menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan
tidak boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu. Semen yang menggumpal, sweeping,
tercampur dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera
dikeluarkan dari proyek dalam batas 3 x 24 jam. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan
pengirimannya. Batu yang akan dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar yang
harus sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk Ahli. Anker/ stek dipasang dengan cara dibungkus
campuran batu kali dengan adukan 10cm sekelilingnya, sedalam 20 cm tiap 1 m' dengan diameter
anker/ stek minimum 10 mm.

5. Tahap Pekerjaan Beton Bertulang dan Tidak Bertulang


Pekerjaan Beton Bertulang terdiri dari :
Balok struktur, Balok Canopy, dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.
Untuk volume dan ukuran dari masing-masing pekerjaan tersebut tertuang dalam dokumen BQ atau
kontrak dan gambar kerja, adapun perubahan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan setelah ada
persetujuan dari pihak pengawas atau direksi pekerjaan. Adapun syarat dan teknis pelaksanaan lebih
lengkapnya mengikuti aturan yang tertuang dalam dokumen RKS (Rencana Kerja dan Syarat teknis)
dan gambar kerja.
Pekerjaan Beton Tidak Bertulang terdiri dari :
Adapun syarat dan teknis pelaksanaan lebih lengkapnya mengikuti aturan yang tertuang dalam
dokumen RKS (Rencana Kerja dan Syarat teknis) dan gambar kerja.
Agregat Kasar :
Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai menurut NI-2 dan
serta mempunyai ukuran terbesar
Agregat Kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk kubus. Bila ada
butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami
pembekuan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles (L A).
Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reactif alkali atau substansi yang merusak beton dan
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % serta mempunyai gradasi seperti berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1 25,00 mm 100
3/4 20,00 mm 90-100
3/8 95,00 mm 20-55
N0. 4 4,76 mm 0-1

Hasil crushing test dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-kubus beton yang berumur 7,
14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada Konsultan pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
Agregat Halus :
Dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari mesin pemecah batu dan harus bersih
dari bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50% substansi-substansi
yang merusak beton atau NI-2 pasal 3 bab 3, sebagai referensi, boleh digunakan pasir Cimangkok.
Pasir laut tidak diperkenankan dipergunakan dan pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam
dan keras mempunyai gradasi seperti tabel berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
3/8 9,5 mm 100
No. 4 4,76 mm 90-100
No. 8 2,39 mm 80-100
No. 16 1,19 mm 50-85
No. 30 0,19 mm 25-65
No. 50 0,297 mm 10-30
No. 100 0,149 mm 5-10
No. 200 0,074 mm 0-5
Air :
Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta zat-zat yang
dapat merusak beton baja bertulang. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat
diminum, atau seperti NI - 2
Baja tulangan :
Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dan baja ulir dimana harus memenuhi persyaratan
SKNI, dengan tegangan leleh karakteristik (Tau) = 2400 kg/cm2 atau baja U 24, (Tau) = 3900 kg/ cm2
atau baja U39, pemberi tugas atau konsultan, pengawas bila diperlukan, akan melakukan pengujian test
tegangan tarik-putus dan Bending untuk setiap 10 ton baja tulangan, atas biaya pemborong. Batang-
batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara langsung dan dihindari akan
penimbunan baja tulangan diudara terbuka. Kawat ikat berukuran minimal 1 mm.
Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun pada tempat terpisah dan diberi
tanda yang jelas.
Bahan pencampur :
Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas dan Konsultan Perencana.
Apabila akan digunakan bahan pencampur, pemborong harus mengadakan percobaan-percobaan
perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.

6. Tahap Pekerjaan Dinding dan Plesteran


Yang termasuk lingkup pekerjaan ini, meliputi :
Pasangan dinding bata dengan adukan 1 semen : 3 pasir pasanga, dipasang pada pada pasangan yang
berhubungan dengan air atau dekat dasar tanah, berfungsi untuk lapisan kedap air / trasraam termasuk
KM/WC.
Pasangan dinding bata dengan adukan 1 semen : 5 pasir pasang, dipasangan disemua dinding sesuai
dengan gambar kerja.
Pasangan dinding 1 bata dengan adukan 1 semen : 5 pasir pasang, posisi pasangan dinding ini
disesuaikan dengan petunjuk pengawas atau sesuai dengan gambar kerja.
Plesteran + Acian adukan 1 semen : 3 pasir pasang, digunakan untuk pasangan bata kedap air diatas
maupun dibawah permukaan tanah seperti ; dinding, bak bunga, bak kontrol, tangki septictank, saluran,
neut pas keramik, plesteran beton, dll.
Plesteran + Acian adukan 1 PC : 5 Ps, digunakan untuk semua dinding yang tidak kedap air.
Pasangan Granite
Pasangan dinding batu andesit uk 20/30 bagian bawah
Plesteran beton + ovening kusen dengan campuran adukan 1 semen : 3 Pasir pasang.
Persyaratan bahan dan teknis pelaksanaannya mengikuti petunjuk dalam dokumen teknis (RKS),
adapun segala perubahan dalam pelaksanaannya akan dikoordinasikan dan harus mendapat
persetujuan direksi atau pengawas lapangan.
Volume masing-masing pekerjaan sebagai acuan menentukan kebutuhan bahan tercantum dalam
dokumen kontrak / BQ.

7. Tahap Pekerjaan Atap dan Penutup Atap


Pengangkutan kuda-kuda, bahan dan alat ke lokasi proyek
Pekerjaan pengecatan rangka kuda
Pekerjaan perangkaian kuda-kuda
Pekerjaan menaikan kuda-kuda keatas atap
Rangka kuda-kuda ditempatkan pada angkur yang terdedia, besi angkur merupakan tulangan dari
kolom yang dilebihkan sebagai pengikat antara kuda-kuda dan dinding.Angkur kemudian
ditempatkan pada plat dudukan kuda-kuda yang sudah dilobangi, kemudian angkur dan plat
dudukan kuda-kuda tersebut disambung dengan baut angkur 12 mm. Pemasangan rangka atap
Perangkaian ikatan angin vertikal
Pekerjaan menaikkan ikatan angin vertikal
Setelah ikatan angin vertikal dinaikkan, pekerjaan selanjutnya adalah perangkaian antara ikatan
angin vertikal dengan kuda-kuda
Setelah ikatan angin terpasang, kemudian balok nok dipasang pada rangka atap. Pemasangan
gording dan skor kayu atap
Pengecatan gording dengan lapisan anti rayap
Memindahkan bahan gording ke lantai atas
Gording ditempatkan diatas kuda-kuda pada titik buhul kuda-kuda

8. Tahap Pekerjaan Penutup Atap


Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan, bahan dan alat yang dipakai dalam pekerjaan penutup atap
Pemasangan atap sirap harus rapi dan dipastikan terhindar dari kebocoran. Berikut metode yang akan
gunakan :

Untuk menjaga agar tidak renggang, sebelum dipasang, bilah - bilah kayu besi (Kayu Ulin) bahan
atap sirap dipotong agar rapih dan benar - benar presisi.
Khusus untuk atap sirap expose, bilah kayu besinya (Kayu Ulin) harus benar - benar rapih dan
rapat. Ini dikarenakan pada bangunan yang tidak menggunakan plafon, sirap pada bagian lapisan
paling bawah biasanya terlihat.
Seperti yang telah disebutkan, bilah - bilah kayu sirap dipasang seperti memasang genteng. Agar
atap sirap tersebut tidak merosot, bilah - bilah atap sirap ini perlu dipaku. Adapun paku yang
dipakai untuk memasang atap sirap ini ada 2 jenis, yaitu paku kuningan dan paku biasa. Karena
jumlah bilah atap sirap ini mencapai ribuan, gunakanlah pistol paku untuk memasang paku pada
atap sirap tersebut. Pistol paku bekerja menembakan paku dengan tenaga angin dari kompresor,
sehingga pekerjaan memasang atap sirap ini jadi lebih cepat. Sebisa mungkin proses pemasangan
atap sirap ini juga dikerjakan secara bersamaan oleh sejumlah tukang.
Atap sirap biasanya dipasang antara 3 hingga 4 lapis secara berurutan, dari lapisan atap sirap yang
paling bawah, atap sirap yang dipasang yaitu ; layer 1, tripleks, alumunium foil, sirap layer 2, sirap
layer 3, dan sirap layer 4.
9. Tahap Pekerjaan Langit Langit / Plafond
Pekerjaan Langit-langit/ plafond dilakukan setelah pekerjaan atap berikut penutupnya telah selesai.
Pekerjaan Langit-langit/ plafond ini meliputi :
Pemasangan rangka plafond menggunakan bahan hollow, sebelumnya sebagian permukaan dihaluskan
terlebih dahulu agar menghasilkan permukaan yang rata.
Pemasangan penutup plafond menggunakan bahan Gypsum tebal 9 mm sekualitas jayaboard.
Pemasangan List profil gypsum dipasangan untuk plafond gypsum. List dipasang pada sudut-sudut atau
bidang pertemuan antara langit-langit dengan dinding, kusen, kolom, listplank, atap dan sebagainya
sesuai dengan syarat-syarat konstruksi. Untuk pekerjaan drop ceiling akan dikoordinasikan terlebih
dahulu dan diukur ulang untuk menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan bahan dan
teknis pelaksanaannya mengikuti petunjuk dalam dokumen teknis (RKS), adapun segala perubahan
dalam pelaksanaannya akan dikoordinasikan dan harus mendapat persetujuan direksi atau pengawas
lapangan.

10. Tahap Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela


Karena kusen yang digunakan dari bahan besi.
Pekerjaan ini meliputi seluruh pembuatan dan pemasangan kusen, daun pintu dan jendela dari jenis
besi.
Pengerjaan pekerjaan kusen pintu dan jendela yang menggunakan bahan besi seperti halnya rangka
atap baja ringan, dilakukan di lapangan karena harus menyesuaikan dengan pola ukuran yang sudah
disediakan untuk dudukan kusennya. Kecuali untuk daun pintu dan jendala bisa dibuat diworkshop /
pabrik setelah siap untuk dilakukan pemasangan baru dikirim ke lapangan.
Daun pintu terbuat dari kayu dengan panel triplek 4 mm dilapis megatik double dengan aksesories
sekualitas alexindo.
Engsel, body kunci + cylinder, lever handle flush bolt yang dipasang sekualitas Dekson.
Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan perakitan dan pemasangan menggunakan tenaga
khusus yang ahli dalam pemasangan kusen alumunium dan dinding partisi.
Bahan untuk kusen alumunium, dinding partis dan teknis pemasangannya harus sesuai persyaratan
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat, termasuk dalam penggunaan bahan pendukung lainnya seperti
sekrup, karet dan sealaent harus sesuai dengan persyaratan.
Perubahan bahan/ material karena alasan tertentu akan diajukan ke pengawas lapangan untuk
mendapat persetujuan secara tertulis.

11. Tahap Pekerjaan Lantai


Tahap pekerjaan lantai ini dilakukan setelah pekerjaan plafond dan instalasi dibawah lantainya selesai
dilaksanakan, agar saat pemasangan keramik tidak lagi mengganggu dan membebani diatasnya sebelum
lantai mengalami pengerasan/ kering.
Lingkup Pekerjaan Lantai Granit ini meliputi :
Pemasangan Granit uk. 60 x 60 cm dengan border uk. 10 x 60 cm dipasang diseluruh lantai bangunan
gedung, kecuali KM/WC. Pemasangan keramik uk. 30 x 30 anti slip untuk lantai KM/WC dan keramik
30 x 60 untuk dinding KM/WC dengan border sekualitas Roman.
Persyaratan bahan dan teknis pelaksanaannya mengikuti petunjuk dalam dokumen teknis (RKS),
adapun segala perubahan dalam pelaksanaannya akan dikoordinasikan dan harus mendapat
persetujuan direksi atau pengawas lapangan.

13. Tahap Pekerjaan Penggantung dan Pengunci


Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan :
Pemasangan Kunci, Engsel, Sloot dan hardware lainnya yang dipergunakan di dalam pekerjaan ini.
Pekerjaan perlengkapan pintu dan jendela
Pekerjaan perlengkapan pintu rangka kayu dan besi, dan lain-lainya yang tercantum dalam gambar
kerja.
Pada pemasangan engsel pintu adalah 30 cm dari permukaan atas dan bawah pintu.
Seluruh pekerjaan perangkat perlengkapan pintu dan jendela ini harus berfungsi dengan baik sebelum
dan sesudah pemasangan, untuk itu sebeluh dipasang semua perlengkapan harus diuji terlebih dahulu.

14. Tahap Pekerjaan Laburan dan Pengecatan


Pekerjaan pelaburan dan pengecatan adalah merupakan pekerjaan finishing, dilaksanakan pada akhir
pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi :
Pengecatan besi yang dieksposes, menggunakan cat besi.
Pengecatan dinding, beton dan pafond menggunakan cat tembok.
Pengecatan kayu dan pipa pvc talang vertikal.
Pengecatan lainnya seperti coating batu muka, dll yang tercantum dalam BQ dan gambar kerja.
Persyaratan bahan dan peralatan, persyaratan teknis beserta persyaratan pelaksanaannya diatur dalam
dokumen teknis (RKS), dan untuk menentukan warna dari tiap jenis cat yang digunakan harus
mendapat persetujuan pengawas lapangan.
Yang paling penting semua permukaan yang akan dicat harus dibersihkan dari termasuk kotoran-
kotoran, minyak dan bahan lain yang akan mengakibatkan berpengaruh pada warna cat dan daya lekat
cat.

15. Tahap Pekerjaan Elektrikal


Pekerjaan elektrikal dilakukan setelah instalasi didalam dinding dan lantai terpasang. Pemasangan
instalasi listrik menggunakan tenaga khusus / ahli dalam masalah listrik dan bersertifikat keahlian
dalam pemasangan listrik.
Sebelum melaksanakan pemasangan instalasi listrik harus dibuatkan terlebih dahulu gambar skema
instalasi atau shop drawingnya dan mendapat persetujuan dari pengawas lapangan, agar dalam
pemasangan tidak mengalami kesalahan.
Lingkup pekerjaan pemasangan instalasi listrik ini meliputi :
Pek. Instalasi titik lampu + Stop Kontak
Pas. lampu Downlight LED, Tipe SCC-G21F
Pas. Lampu TL Slim LED , Tipe T5 14/21 Watt, Merk Phillip
Pas. Spot light, GL -D72
Pas. Lampu Celling, Tipe SCC-2025 M
Pas. Lampu Dinding, Tipe GL-G1472
Pas. Lampu Taman
Pas. Saklar tunggal Panasonic
Pas. Saklar seri Panasonic
Pas. Stop kontak Panasonic
Pas. Stop kontak AC Panasonic
Pas. MCB + pembagian group ( Box Lama )
Pas. Jaringan Instalasi Audio + Rak dan aksesories

16. Tahap Pekerjaan Sanitasi


Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
Pekerjaan pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air bersih, mencakup : pemipaan seluruh instalasi
air bersih dari reservoar ke dalam maupun ke luar bangunan / titik fixtur.
Pekerjaan sistem pembuangan air kotor dan sekalian lengkap dengan tangki septictank, bak rembesan,
bak-bak kontroll fixtures
Pekerjaan Sanitary fixture lengkap, sepeti kloset, bak mandi, kran, wastafel, dan lainnya.
Pekerjaan sistem drainase air hujan , lengkap dengan bak kontrol dihalaman dan jalan.
Pekerjaan Pengujian
Pekerjaan lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.
Persyaratan bahan dan peralatan, persyaratan teknis beserta persyaratan pelaksanaannya diatur dalam
dokumen teknis (RKS), dan untuk menentukan warna dari tiap jenis fixture sanitary yang digunakan
harus mendapat persetujuan pengawas lapangan.

17. Tahap Pekerjaan Pembongkaran,


Pengaman dan Pembersihan Setelah Pembangunan
Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
Membongkar bekas bangunan perancah/ bangunan sementara/stegerwerk dan membersihkannya dari
lokasi pembangunan.
Membersihkan sisa sisa material yang tidak terpakai lagi, kecuali bahan yang digunakan sebagai
cadangan apabila terjadi kerusakan seperti genteng, dll. Yang tidak terpakai dibuang/diangkut keluar
area pembangunan sedang bahan cadangan disimpan ditempat yang telah ditentukan dan disimpan
rapi.
Semua bekas bongkaran bangunan existing dan sebagainya harus dikeluarkan dari tapak/site
konstruksi.
Selama masa pemeliharaan kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang maupun
bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

Metoda Pengendalian Mutu


Seperti telah dijelaskan sebelumnya pada tahapan persiapan di atas, menempatkan aspek
pengawasan/pengendalian mutu sebagai aspek proyek yang terpenting, walapun dalam
pengendalian/pengawasan ini kontraktor dibantu oleh konsultan pengawas. Oleh karena itu, kontraktor
pelaksana harus teliti dan cermat membentuk suatu team lapangan, membuat metode-metode dan
langkah-langkah serta sistem pelaksanaan fisik dan sistem pelaporannya sehingga menjamin setiap
pekerjaan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Secara garis besar program pengendalian mutu yang diusulkan akan diuraikan di bawah ini dalam
bentuk struktur penanganan di lapangan.

Koordinasi Dengan Konsultan Dan Pihak Pemberi Tugas


Salah satu cara terbaik untuk menjaga koordinasi yang erat adalah mengadakan pertemuan yang teratur
khususnya antara Proyek, kontraktor dan konsultan pengawas, seperti beberapa jenis pertemuan seperti
yang dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel
Koordinasi Kegiatan Pekerjaan Pembangunan

JENIS
NO PESERTA / JABATAN MATERI
PERTEMUAN

1. Mingguan Konsultan :
Kontraktor Staf inti Kontraktor Pembahasan masalah yang dihadapi
Penyelesaian masalah yang saling
Kontraktor : berkaitan
Staf inti Konsultan Evaluasi minggu yang lalu
Pembahasan rencana kerja minggu
mendatang
Kontrol kualitas
Kemajuan pekerjaan
Status / penggunaan peralatan
Pengaturan lalu-lintas

2. Pertemuan Konsultan : Pembahasan dan pemecahan masalah


Bulanan Staf inti kontraktor antara lain :
Kontrol kualitas dan kuantitas
Kontraktor : Kemajuan pekerjaan (meng-gunakan
Staf inti konsultan critical path method, barchart, dll).
Pengajuan rekening / Tagihan
Pemberi Tugas dan staf inti Pengaturan lalu-lintas / keamanan
dan lain-lain

Pekerjaan Tambah Kurang


Walaupun perintah kerja tambah kurang tidak diinginkan, karena akan mengakibatkan pertambahan
biaya dan membolehkan perpanjangan waktu, kontraktor bersama dengan konsultan pengawas harus
menyiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi kemungkinan dari timbulnya perubahan perintah
kerja (tambah kurang) yang tidak diharapkan, yang akan timbul selama pembangunan konstruksi.
Pertama-tama, sebelum membuat keputusan untuk merubah beberapa jenis, pekerjaan, konsultan akan
memberi catatan kepada Pemberi Tugas terkait dengan membuat kajian dan memasukan data
penunjang yang disiapkan seperti rencana pendahuluan/sket, kuantitas pekerjaan, kebutuhan
tenaga/peralatan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan, perkiraan biaya, waktu yang
dibutuhkan untuk persetujuan dan diberitakannya perintah perubahan dan pengaruh apa secara
keseluruhan yang akan mempengaruhi keseluruhan proyek.
Data ini, sepanjang jadwal waktu memperlihatkan bagaimana perintah perubahan akan dilaksanakan,
akan diserahkan kepada Pemberi Tugas untuk direview dan disetujui. Jika diputuskan untuk dilakukan
perubahan,
konsultan akan menyiapkan perintah perubahan (termasuk rencana penting seluruhnya, spesifikasi dan
data-data yang berhubungan) dengan pertimbangan yang utama adalah waktu penyelesaian pekerjaan.
Kontraktor dan Konsultan akan mengambil langkah untuk menekan biaya agar efisien.
Pekerjaan yang diperlukan oleh perintah perubahan akan dinilai terhadap harga sesuai Dokumen
Kontrak. Bagaimanapun, dalam kasus kontrak tidak memuat harga satuan yang dapat digunakan untuk
kerja ekstra/tambahan yang diperlukan, atau harga satuan yang ditetapkan dalam jadwal pelelangan;
kontraktor akan merekomendasikan harga satuan baru, untuk disetujui oleh konsultan dan akan
membantu untuk negosiasi dengan Pemberi Tugas.
Satu kali perintah perubahan sudah disiapkan dan diterbitkan, kontraktor akan dibantu konsultan
untuk memadu pekerjaan baru dengan pekerjaan yang sedang berjalan guna mendapat cara
penyelesaian yang tercepat dan praktis. Kontraktor dan Konsultan juga akan tetap memberitahu
Pemberi Tugas mengenai aspek utama dari pekerjaan perubahan, khususnya kemajuan pekerjaan yang
dibuat.

Persetujuan Akhir Dan Penyerahan


Sering terjadi kecenderungan aktivitas kontraktor dalam pelaksanaannya terlalu lambat pada akhir
masa konstruksi, pada saat waktu penyelesaian tiba, ternyata masih ada beberapa pekerjaan yang belum
selesai (biasanya dihubungkan dengan kejadian-kejadian alam yang tidak begitu mengganggu).
Untuk itu, kontraktor akan mengambil langkah untuk menyakinkan hal ini tidak akan terjadi. Juga
untuk membantu dalam tahap penyelesaian konstruksi agar efisien, kontraktor harus menyiapkan dan
menyerahkan rencana demobilisasi kepada Konsultan, bagaimana dan kapan setiap bagian dari
operasinya akan selesai (contohnya, pekerja, peralatan konstruksi/gedung-gedung, kantor, laporan/
gambar rencana, dan sebagainya). Demobilisasi tidak diperbolehkan apabila pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya belum tuntas.
Sebelum tanggal rencana penyelesaian, akan dilakukan pemeriksaan pendahuluan (pra MC-100%)
untuk memperoleh daftar kekurangan penyelesaian, kemudian konsultan mengoreksi kekurangan
selama inspeksi akhir dilakukan (MC-100%). Metode ini akan memungkinkan inspeksi akhir yang
bebas dari kekurangan.
Pada saat kontraktor sudah menyelesaikan pekerjaan konstruksi, konsultan akan melakukan inspeksi
akhir (MC-100%) untuk meyakinkan bahwa seluruh pekerjaan sudah diselesaikan sesuai dengan
kontrak. Inspeksi akhir direncanakan dan dilaksanakan dengan pola umum yang sama dengan inspeksi
pendahuluan. Bagaimanapun, oleh karena hasil dari petunjuk inspeksi pendahuluan sudah didapat,
hanya kekurangan-kekurangan kecil yang dapat diamati.
Konsultan kemudian akan menyerahkan daftar kekurangan yang ditemukan selama inspeksi akhir
kepada kontraktor, dan selanjutnya kontraktor akan menyelesaikan gambar purnalaksana (as-built
drawings). Setelah inspeksi akhir dilakukan untuk mengkonfirmasikan penyelesaian pekerjaan yang
baik, konsultan akan memberikan rekomendasi kepada Pemberi Tugas.

Penutup
Segala sesuatu yang belum teruraikan dalam Metoda Pelaksanaan ini, kami akan mematuhi segala apa
yang tertuang dalam dokumen syarat-syarat teknis beserta perubahannya dalam risalah aanwijing dan
segala isi yang tertuang dalam Dokumen Kontrak. Selain itu instruksi dan petunjuk dari konsultan
pengawas akan menjadi pertimbangan dan acuan bagi kami dalam melaksanakan pekerjaan.

Sukabumi, 21 Maret 2016


CV. FADILLAH

UJANG SUHARYADI
Direktur

Anda mungkin juga menyukai