Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Halusinasi merupakan salah satu respon maladative individual yang

berbeda rentang respon neurobiologi (Stuard and Laraia, 2005). Ini merupakan

persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu

mengidentifikasikan dan menginterprestasikan stimulus berdasasrkan informasi

yang diterima melalu panca indra (pendengaran, penglihatan, penciuman,

pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca

indra walaupun stimulus tersebut tidak ada.


Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang

nyata (FKUI, 1998). Sedangkan menurut Wilson (2008), halusinasi adalah

gangguan penyerapan/persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar

yang terjadi pada system pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu

itu penuh atau tidak. Yang dimaksudkan rangsangan dari luar tapi tidak dapat

membedakan antara rangsangan yang tidak nyata, hanya dirasakan oleh klien dan

tidak dapat dibuktikan oleh orang lain. Dapat disimpulkan perubahan persepsi

sensori : halusinasi yaitu gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan indra tanpa adanya

rangsangan dari luar.

B. PATOFISIOLOGI
I. Etiologi
Faktor presipitasi
- Faktor sosial budaya

4
Kehilangan orang-orang yang dicintai dan lingkungan (permusuhan,

perceraian, dirawat di RS dan kematian)


- Faktor biokimia
Stres yang mengakibatkan lepasnya dopamine atau zat halusinogenik yang

menyebabkan terjadinya halusinasi.


- Faktor psikologis
Kecemasan tinggi dan memanjang, tidak mampu mengatasi masalah atau

kegagalan dalam hidup.


Faktor predisposisi
- Faktor perkembangan terhambat
1) Usia sekolah (6-12 tahun) mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan

selama sosialisasi dan kegiatan sekolah.


2) Usia anak remaja (12-21 tahun) mengalami krisis identitas yang tidak

terselesaikan.

II. Gejala/ Tanda

Tanda dan gejala yang muncul pada klien halusinasi adalah bicara kacau,

senyum dan ketawa sendiri, mengatakan mendengarkan suara-suara yang tidak

jelas dari mana sumbernya, menarik diri, mudah tersinggung, jengkel, marah,

ekspresi wajah tegang tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata

III. Rentang respon

Rentang respon neurobiologist dari keadaan respon persepsi adaptive

sehingga keadaan persepsi maladaptive, dapat dilihat pada gambar rentang respon

dibawah ini:

Respon adaptive Respon maladaptive

5
Respon adaptive distorsi pikiran gejala pikiran

Gambar : Rentang respon neurobiologis (Stuard dan Laraia).

a) Fase Halusinasi

Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitasnya dan

keparahannya. (Stuart and Laraia, 2005), membagi fase halusinasi dalam empat

fase berdasarkan tingkat ansietasnyayang dialami dan kemampuan klien

mengendalikan dirinya, semakin berat fase halusinasi klien, semakin berat

mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.

Fase-fase halusinasi (Stuart & Laraia, 2005) meliputi :

a. Fase I : Conforting ( ansietas sedang : halusinasi menyenangkan )


1. Karakteristik
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas kesepian, rasa

bersalah, takut ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran, dan

pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat

ditangani nonpsikotik.
2. Perilaku klien
Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara,

pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik

sendiri, diam & asyik sendirian.


b. Fase II : Condening ( ansietas berat : halusinasi menjadi menjijikan )
1. Karakteristik
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan klien mulai lepas kendali

& mungkin mencoba untuk mengambil jarak kendali dan mungkin

mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

6
dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman

sensori dan menarik diri dari orang lain, psikotik ringan.


2. Perilaku klien
Mengingatkan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti

peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, rentang

perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan

kemampuan membedakan halusinasi dengan realita


c. Fase III : kontroling ( ansietas berat : pengalaman sensori menjadi berkuasa)
1. Karakteristik
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasinya dan

menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien

mungkin mengalami kesepian jika sensori halusinasi berhenti psikotik.


2. Perilaku klien
Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti. Kesukaran

berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa

detik/menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas berat seperti : berkeringat,

tremor, tidak mampu mengikuti perintah.


d. Fase IV : Conquering ( Panic : umumnya menjadi melebur dengan

halusinasinya)
1. Karakeristik
Pengalaman sensori menjadi mengancam , jika klien mengikuti perintah

halusinasinya. Halusinasi berakhir dalam beberapa jam/hari tidak ada

intervensi therapeutik psikotik berat


2. Perilaku Klien
Perilaku teror akibat panik, potensi kuat suicide / homicide, akibat fisik

merefleksikan isi halusinasinya seperti prilaku keekrasan, angitasi,

menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah komplek.

b) Jenis jenis Halusinasi

Wilson & Kneisl (2008) membagi halusinasi sebagai berikut :

7
1. Halusinasi dengar (akustik audotorik)
Induvidu mendengar suara yang membicarakan, mengejek,

menertawakan / mengancam dirinya pada hal tidak ada suara disekitarnya.

Halusinasi dengar sering terjadi pada Skizofrenia.


2. Halusinasi lihat (visual)
Individu melihat pandangan orang, binatang / sesuatu yang tidak ada.

Halusinasi lihat sering terjadi pada gangguan mental organik (akut organic

braim syndrome)
3. Halusinasi bau / hirup (olfaktosik)
Halusinasi ini jarang ditemukan, individu yang mengalami halusinasi bau

mengatakan mencium bau bauan seperti bau bunga, bau kemenyan, bau

mayat yang tidak ada sumbernya.


4. Halusinasi kecap (gustatorik)
Individu merasa mengecap suatu rasa dimulutnya. Halusinasi ini sering

terjadi pada selzure disonders


5. Halusinasi raba / singguan (Taktil)
Individu yang bersangkutan merasa binatang rayap dalam kulitnya. Bila

rabaan ini merupakan rangsangan seksual maka halusinasinya ini

disebutkan halusinasi Haptik.


6. Halusinasi Cheses Thetik
Individu merasakan fungsi tubuhnya seperti aliran darah divena / arteri.
7. Halusinasi kinestetik
Individu merasakan pergarakan sementara individu.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Fokus
Perilaku klien yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada jenis

halusinasinya :
Apakah halusinasinya merupakan halusinasi, validasi informasi tentang

halusinasinya dapat sangat diperlukan meliputi :


1) Isi halusinasi yang dialami klien
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata

dilihat oleh klien.


2) Waktu dan Frekuensi Halusinasi

8
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepadaklien kapan pengalaman

halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu/ sebulan pengalaman

halusinasi itu muncul.


3) Situasi pencetus halusinasi
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami klien sebelum

mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada

klien kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul.


4) Respon klien
Adapun data yang didapatkan pdakliendengan perubahan persepsi

sensori antara lain:


a) Data Subyektif.
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak

nyata, tidakpercaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat

memutuskan perhatian dan kosentrasi, berasa berdosa, menyesal

dan bingung terhadap halusinasinya, perasaan tidak nyaman,

cemastakut dan kadang-kadang panic kebingungan, sulit membuat

keputusan, tidak perhatian terhadap perawatan dirinya sering

menyangkal dirinya sedih, ketakutan/gembira, tidak ada minat

untuk makan.
b) Data Obyektif
Klien berbicara dan tertawa sendiri
Klien bersikap dan seperti mendengar sesuatu / melihat sesuatu
Klien berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengar

susuatu
Disorientasi

II. Pohon Masalah

Akibat

9
Resiko Kekerasan Terhadap Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan

Masalah Utama

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Difisit Perawatan Diri

Penyebab

Kerusakan Interaksi Sosial

Menurut Budi Anna Kliat (2008), Pohon masalah pada perubahan persepsi sensori

halusinasi.

III. RENCANA KEPERAWATAN

Dx.
Perencanaan
Keperawat
an Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan TUM: 1.Klien menunjukkan 1. Bina hubungan saling
sensori Klien dapat tanda-tanda percaya percaya dengan
persepsi: mengontrol kepada perawat menggunakan prinsip
- Ekspresi wajah
halusinasi halusinasi komunikasi
bersahabat.
(lihat/deng yang terapeutik :
- Menunjukkan rasa
ar/peng dialaminya - Sapa klien dengan ramah
senang.
hidu/raba/k TUK 1 : - Ada kontak mata. baik verbal maupun non
- Mau berjabat tangan.
ecap) Klien dapat verbal
- Mau menyebutkan
membina - Perkenalkan nama, nama
nama.
hubungan - Mau menjawab salam. panggilan dan tujuan
- Mau duduk
saling perawat berkenalan
berdampingan dengan
percaya - Tanyakan nama lengkap
perawat.
dan nama panggilan
- Bersedia
yang disukai klien

10
mengungkapkan - Buat kontrak yang jelas
masalah yang - Tunjukkan sikap jujur
dihadapi. dan menepati janji setiap
kali interaksi
- Tunjukan sikap empati
dan menerima apa
adanya
- Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
- Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
- Dengarkan dengan
penuh perhatian ekspresi
perasaan klien.
TUK 2 : 2.1 Klien 2.1. Adakan kontak sering
Klien dapat mampu dan singkat secara
mengenal menyebutkan: bertahap
- Isi
halusinasin 2.2. Observasi tingkah
-Waktu
ya - Frekuensi laku klien terkait
- Situasi dan kondisi
dengan halusinasinya
yang menimbulkan
(dengar / lihat /
halusinasi
penghidu / raba /
2.2 Klien mampu
kecap)*, jika
menyatakan perasaan
menemukan klien
dan responnya saat
yang sedang
mengalami halusinasi: -
halusinasi:
Marah
- Takut - Tanyakan apakah
- Sedih
klien mengalami
- Senang
- Cemas sesuatu
- Jengkel - Situasi dan kondisi

11
yang
menimbulkan
halusinasi
( halusinasi dengar/
lihat/ penghidu
/raba/ kecap )
- Jika klien
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
- Katakan bahwa
perawat percaya
klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri
tidak
mengalaminya
( dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
- Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal
yang sama.
- Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien.
Jika klien tidak
sedang
berhalusinasi

12
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi,
diskusikan dengan
klien:
- Isi, waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
( pagi, siang, sore,
malam atau sering
dan kadang
kadang )
- Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2.3 Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika terjadi
halusinasi dan beri
kesempatan untuk
mengungkapkan
perasaannya.
2.4 Diskusikan dengan
klien apa yang
dilakukan untuk
mengatasi perasaan
tersebut.
2.5 Diskusikan tentang

13
dampak yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya.
TUK 3 : 3.1 Klien mampu 3.1 Identifikasi bersama
Klien dapat menyebutkan klien cara atau
mengontrol tindakan yang tindakan yang
halusinasin biasanya dilakukan dilakukan jika terjadi
ya untukmengendalika halusinasi (tidur,
n halusinasinya marah, menyibukan
3.2 Klien mampu diri dll)
menyebutkan cara 3.2 Diskusikan cara yang
baru mengontrol digunakan klien,Jika
halusinasi cara yang digunakan
3.3 Klien mampu dapat adaptif beri pujian.
memilih dan - Jika cara yang
memperagakan cara digunakan
mengatasi maladaptif
halusinasi diskusikan
(dengar/lihat/penghi kerugian cara
du/raba/kecap) tersebut
3.4 Klien mampu 3.3 Diskusikan cara baru
melaksanakan cara untuk memutus/
yang telah dipilih mengontrol
untuk timbulnya
mengendalikan halusinasi :
halusinasinya - Katakan pada diri
3.5 Klien mampu sendiri bahwa ini
mengikuti terapi tidak nyata
aktivitas kelompok ( saya tidak mau
dengar/ lihat/

14
penghidu/
raba/kecap pada
saat halusinasi
terjadi)
- Menemui orang lain
(perawat/teman/ang
gota keluarga)
untuk menceritakan
tentang
halusinasinya.
- Membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari
hari yang telah di
susun.
- Meminta
keluarga/teman/
perawat menyapa
jika sedang
berhalusinasi.
3.4 Bantu klien memilih
cara yang sudah
dianjurkan dan latih
untuk mencobanya.
3.5 Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih dan
dilatih.
3.6 Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih dan

15
dilatih , jika berhasil
beri pujian
3.7 Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktivitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1 Keluarga 4.1 Buat kontrak dengan


Klien dapat menyatakan setuju keluarga untuk
dukungan untuk pertemuan ( waktu,
dari mengikuti tempat dan
keluarga pertemuan dengan topik )
dalam perawat 4.2 Diskusikan dengan
mengontrol 4.2 Keluarga mampu keluarga ( pada saat
halusinasin menyebutkan pertemuan keluarga/
ya pengertian, tanda kunjungan rumah)
dan gejala, proses - Pengertian
terjadinya halusinasi
halusinasi dan - Tanda dan gejala
tindakan halusinasi
untuk mengendali - Proses terjadinya
kan halusinasi halusinasi
- Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi
- Obat- obatan
halusinasi
- Cara merawat
anggota keluarga

16
yang halusinasi di
rumah ( beri
kegiatan, jangan
biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama,
memantau obat
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi
halusinasi )
- Beri informasi
waktu kontrol ke
rumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi tidak
tidak dapat diatasi
di rumah
TUK 5 : 5.1 Klien mampu 5.1 Diskusikan dengan
Klien dapat menyebutkan; klien tentang manfaat
memanfaat - Manfaat dan kerugian tidak
kan obat minum obat minum obat, nama ,
dengan - Kerugian tidak warna, dosis, cara ,
baik minum obat efek terapi dan efek
- samping penggunan
Nama,warna,dosis obat
, efek terapi 5.2 Pantau klien saat
dan efek samping penggunaan obat
obat 5.3 Beri pujian jika klien
5.2 Klien mampu menggunakan obat

17
mendemontrasikan dengan benar
penggunaan obat 5.4 Diskusikan akibat
dengan benar berhenti minum obat
5.3 Klien mampu tanpa konsultasi
menyebutkan akibat dengan dokter
berhenti minum 5.5 Anjurkan klien untuk
obat tanpa konsultasi kepada
konsultasi dokter dokter/perawat jika
terjadi hal hal yang
tidak di inginkan .

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Masalah keperawatan Tindakan keperawatan untuk Tindakan keperawatan untuk


pasien keluarga

18
Halusinasi Pasien : Keluarga :
Sp I P Sp I K
1. Membina hubungan 1. Mendiskusikan masalah
saling percaya yang diarasakan keluarga
Rasional : hubungan Rasional : untuk
saling percaya dapat memberikan penjelasan
mempercepat hubungan agar keluarga mengerti
dan menjadi dasar apa yang terjadi pada
interaksi dengan perawat. keluarganya

2. Mengidentifikasi isi 2. Menjelaskan pengertian,


halusinasi pasien tanda dan gejala
Rasional : untuk
halusinasi yang dialami
mengenalkan apa itu
dan jenis beserta proses
yang dinamkan
terjadinya.
halusinasi. Rasional : untuk member
penjelasan agar keluarga
mengerti proses terjadinya
penyakit
3. Mengidentifikasi isi
3. Menjelaskan cara-cara
halusinasi
merawat pasien halusinasi
Rasional : agar dapat
Rasional: agar keluarga
mengidentifikasi apa isi
dapat merawat anggota
halusinasi.
keluarganya di rumah
4. Mengidentifikasi wakttu
halusinasi pasien
Rasional : untuk
mengetahui kapan
datangnya halusinasinya.

5. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
pasien
Rasional : untuk
mengetahui
19 berapa kali
SP II P SP II K
1. Mengevaluasi jadwal 1. Melatih keluarga
harian pasien mempraktekan cara
Rasional: untuk
merawat pasien dengan
mengetahuin apa saja
halusinasinya
yang dilakukan oleh Rasional: agar keluarga
pasien. dapat merawat anggota
keluarga yang sakit

2. Melatih keluarga
2. Melatih pasien
melakukan cara merawat
mengendalikan
langsung kpada pasien
halusinasi dengan
halusinasi
cara bercakap-cakap
Rasional: agar keluarga
dengan orang lain
dapat mandiri untuk
Rasional: untuk
merawat anggota
membuka pikiran
keluarganya.
pasien agar dapat
bertukar pikiran.

20
SP III P SP III K
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga
kegiatan harian pasien membuat jadwalaktivitas
Rasional: untuk
di rumah termasuk minum
mengevaluasi apa saja
obat
hasil dari kegiatan Rasional: agar keluarga
harian pasien. bisa memberikan dan
mengingatkan untuk
minum obat
2. Melatih pasien
2. Menjelaskan follow
mengendalikan
uppasien setelah pulang
halusinasi dengan
Rasional: agar keluarga
melakukan kegiatan
mengerti apa saja yang
yang bisa dilakukan
perlu diperhatikan setelah
pasien
pasien diizinkan untuk
Rasional: untuk
pulang
mengurangi halusinasi
pada pasien dengan cara
melatihnya

3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Rasional: untuk melatih
kegiatan harian pasien
agar dapat mengatasi
halusinasinya.

SP IV P
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
Rasional: untuk member
kenyamanan pada
pasien apakah sudah

21
mampu dalam
melakukan kegiatan

2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur.
Rasional: agar pasien
cepat sembuh, supaya
pasien mampu minum
obat sendiri

3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Rasional: supaya pasien
tetap taat untuk minum
obatnya agar tidak lepas
minum obatnya.

V. EVALUASI

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya


b. Klien dapat mengenal halusinasinya
c. Klien dapat mengontrol halusinasinya
d. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasinya
e. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

22

Anda mungkin juga menyukai