Anda di halaman 1dari 24

ORIF

BAB I
PENDAHULUAN

Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.Fiksasi
interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,
paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi Internal Fiksasi
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang,
fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.

Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur.Fraktur diperiksa dan diteliti.
Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka. Fraktur direposisi agar mendapatkan
posisi yang normal kembali. Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan
dengan alat ortopedik berupa: pin, skrup, plate, dan paku.

Suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada ORIF yang membutuhkan
spinal anestesi tanpa komplikasi.

Teknik anestesi pada reduksi terbukayang aman tergantung pada pengalaman dan
kemahiran yang dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang
mungkin terjadi dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping pada
pasien fraktur.

1
ORIF

BAB II
DASAR TEORI

2.1. ANESTESI
2.1.1. Definisi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama
kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.2,3,4,5

2.1.2. Dua Kelompok Anastesi

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik


dan anestesi.Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan
secara total.seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan
sadar. Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu
meringankan rasa nyeri.Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran,
sedangkan jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu
dan pemakainya tetap sadar.2,3,4,5

2.1.3. Tipe Anastesi

Beberapa tipe anestesi adalah:2,3,4,5

1. Pembiusan total hilangnya kesadaran total


2. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh
blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

2
ORIF

Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran.Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.2,3,4,5

2.1.4. Anestesiologis Dengan Empat Rangkaian Kegiatan

Anestesi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau anestesiologis.Dokter


spesialis anestesiologi selama pembedahan berperan memantau tanda-tanda vital pasien
karena sewaktu-waktu dapat terjadi perubahan yang memerlukan penanganan
secepatnya.Empat rangkaian kegiatan yang merupakan kegiatan sehari-hari dokter
anestesi adalah:2,3,4,5

1. Mempertahankan jalan napas


2. Memberi napas bantu
3. Membantu kompresi jantung bila berhenti
4. Membantu peredaran darah
5. Mempertahankan kerja otak pasien.

Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :2,3,4,5

1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap
a. Derivat halogen hidrokarbon
Halothan
Trikhloroetilen
Khloroform.
b. Derivat eter
Dietil eter
Metoksifluran
Enfluran
Isofluran.
2. Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan.

3
ORIF

2.1.5. Penggunaan dan Macam macam Obat - Obatan dalam Anastesi

Dalam membius pasien, dokter anestesi memberikan obat-obatan (suntik, hirup,


ataupun lewat mulut) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit (pain killer),
menidurkan, dan membuat tenang (paraytic drug).Pemberian ketiga macam obat itu
disebut triangulasi.Bermacam obat bius yang digunakan dalam anestesi saat ini
seperti:2,3,4,5

1. Thiopental (pertama kali digunakan pada tahun 1934)


2. Benzodiazepine Intravena
3. Propofol (2,6-di-isopropyl-phenol)
4. Etomidate (suatu derifat imidazole)
5. Ketamine (suatu derifat piperidine, dikenal juga sebagai 'Debu Malaikat'/'PCP'
(phencyclidine)
6. Halothane (d 1951 Charles W. Suckling, 1956 James Raventos)
7. Enflurane (d 1963 u 1972), isoflurane (d 1965 u 1971), desflurane, sevoflurane
8. Opioid-opioid sintetik baru - fentanyl (d 1960 Paul Janssen), alfentanil, sufentanil
(1981), remifentanil, meperidine
9. Neurosteroid.

2.1.6. Anastesi Umum

Anastetika umum adalah obat yang dapat menimbulkan anastesia atau


narkosa(yunan = tanpa, aesthesis = perasaan), yakni suatu keadaan depresi umum
daripelpagai pusat di SSP yang bersifat reversible, dimana seluruh perasaan
dankesadaran ditiadakan, sehingga agak mirip keadaan pingsan.2,3,5

Penggolongan Anastesi Umum

Berdasarkan cara penggunaanya, anastesi umum dapat dibagi dalam


limakelompok, disini hanya dibicarakan dua yang terpenting, yakni :2,3,5

1. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran. Obat


obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas. Keuntungannya adalah

4
ORIF

resepsi yang cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui
gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama
digunakan untuk memelihara anastesi.
2. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan
propofol. Obat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara
rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului
(induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anastesi pada
pembedahan singkat.

Mekanisme Kerja

Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing
masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot
maupun menghilangkan rasa sakit.Untuk mendapatkan reaksi yang secepat
cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia
diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran (ekshalasi).Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan dengan
anastesi-intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman
anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi.Kebanyakan
anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara
kimiawi dengan zat-zat faali.Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air
yang bersifat stabil.Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di
sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anastesia.2,3,5

Efek Samping

Hampir semua anastetika inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping dan


yang terpenting adalah :2,3,5

1. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama ditimbulkan oleh
halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.

5
ORIF

2. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini
juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang SS simpatis, maka
efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor, misalnya kloroform.
4. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga
pasien perlu dihidratasi secukupnya.
5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil)
pasca-bedah.

Teknik Pemberian Obat Inhalasi

Di antara banyak cara pemberian anestesi inhalasi, ada beberapa cara yang paling
sering digunakan, yakni :2,3,5

1. Sistem Terbuka : Cairan terbang (eter, kloroform, trikloretilen) diteteskan tetes


demi tetes ke atas sehelai kain kasa di bawah suatu kap dari kawat yang menutupi
mulut dan hidung pasien.
2. Sistem Tertutup : Suatu mesin khusus menyalurkan campuran gas dengan oksigen
ke dalam suatu kap, di mana sejumlah CO2 dari ekshalasi dimasukkan kembali.
3. Insuflasi : Gas atau uap ditiupkan ke dalam mulut atau tenggorok dengan
perantaraan suatu mesin. Cara ini berguna pada pembedahan yang tidak
menggunakan kap, misalnya pada pembedahan pengeluaran amandel (tonsil
lectomia).

2.1.7. Anastesi Lokal

Anastesi lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada
penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan
dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas
atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi
efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel
saraf. Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari
daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru).2,4,5

6
ORIF

Persyaratan

Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang
digunakan sebagai anastetikum lokal, antara lain :2,4,5

1. Tidak merangsang jaringan


2. Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf
3. Toksisitas sistemis yang rendah
4. Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lender
5. Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama
6. Dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terdapat
sterilisasi.

Penggolongan Anastesi Lokal

Struktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni
suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu
ikatan ester (alcohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipofil.Semakin
panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi toksisitasnya
juga meningkat. Anastetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa
kelompok sebagai berikut:2,4,5

1. Senyawa-ester : kokain dan ester-PABA (benzokain, prokain, oksibuprokain,


tetrakain)
2. Senyawa-amida : lidokain dan prilokain, mepivakain, bupivakain, dan cinchokain
3. Lainnya : fenol, benzialkohol dan etilklorida
4. Semua obat tersebut di atas adalah sintetris kecuali kokain yang alamiah.

Mekanisme Kerjanya

Anastesika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan jalan beberapa cara.


Misalnya dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi
impuls melalui sel saraf ujungnya.Pusat mekanisme kerjanya terletak di membrane
sel. Seperti juga alcohol dan barbital, anastetika local menghambat penerusan impuls
dengan jalan menurunkan permeabilitas membrane sel saraf untuk ion-natrium, yang

7
ORIF

perlu bagi fungsi saraf yang layak.Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane
neuron.Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi
kehilangan rasa setempat secara reversible.2,4,5

Nama - Nama Obat dalam Anastesi:2,4,5

1. Prokain
a. Farmakodinamik
Dosis 100-800 mg : analgesik ringan , efek maks 10-20 , hilang stlh 60
Dhidrolisis mjd PABA (para amino benzoic acid) dapat hambat kerja sulfonamid
b. Farmakokinetik
Esterase
Absorpsi cepat PABA + dietilaminoetanol
Hidrolisis
PABA diekskresi dlm urin (btk utuh & terkonjugasi)
c. Indikasi
Anestesi infiltrasi, blokade saraf, epidural, kaudal & spinal
Geriatri : perbaiki aktivitas seksual & fungsi kelenjar endokrin (conflicted)
d. Sediaan
e. Prokain HCl 1-2 %adalah anestesi infiltrat, 5-20% ; anestesi spinal
2. Lidokain
a. Farmakodinamik
Anestesi lokal kuat . Tjd lebih cepat, lbh kuat, lbh lama & lbh ekstensif dp
prokain
Lar lidokain 0,5% adalah anestesi infiltrat, 1-2% ; anestesi blok & topikal
Efektif bila tanpa vasokonstriktor, kec absorpsi & tox , masa kerja lbh pendek
b. Farmakokinetik
Mudah diserap dr tmpt injeksi
Dapat tembus sawar darah otak

8
ORIF

Metab : hati; eks : urin


c. Indikasi
Injeksi : anestesi infiltrasi, blokade saraf, anest epidural, anest kaudal, anest mukosa
Anest infiltrat : lar 0,25-0,50% dg atau tanpa adrenalin
Kedok gigi : lar 1-2% lido dg adrenalin
Anest permukaan , anest kornea mata (lidokain 2% + adrenalin)
Turunkan iritabilitas jantung

2.2. OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION

Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.Fiksasi
interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,
paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi Internal Fiksasi
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang,
fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.

2.2.1. Indikasi
Indikasi open reduction internal fixation terdiri dari :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosis yang tinggi.
Fraktur yang tidak bisa di reduksi tertutup, contoh : dislokasi.
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, contoh : fraktur
antebrachii.
Fraktur yang memberikan hasil yang baik dengan tindakan operasi.
Pada fraktur femur anak, dilakukan terapi berdasarkan tingkatan usia. Pada anak
usia baru lahir hingga 2 tahun dilakukan pemasangan bryant traksi. Sedangkan usia 2-5
tahun dilakukan pemasangan thomas splint. Anak diperbolehkan pulang dengan
hemispica. Pada anak usia 5-10 tahun ditatalaksana dengan skin traksi dan pulang dengan
hemispica gips. Sedangkan usia 10 tahun ke atas ditatalaksana dengan pemasangan
intamedullary nails atau plate dan screw.

9
ORIF

Untuk fraktur femur dewasa, tipe Femoral Head, prinsipnya adalah reduksi dulu
dislokasi panggul. Pipkin I, II post reduksi diterapi dengan touch down weight-bearing 4-
6 minggu. Pipkin I, II dengan peranjakan >1mm diterapi dengan ORIF.Pipkin III pada
dewasa muda dengan ORIF, sedangkan pada dewasa tua dengan endoprothesis. Pipkin IV
diterapi dengan cara yang sama pada fraktur acetabulum. Tipe Femoral Neck, indikasi
konservatif sangat terbatas. Konservatif berupa pemasangan skin traksi selama 12-16
minggu. Sedangkan operatif dilakukan pemasangan pin, plate dan screw atau arthroplasti
(pada pasien usia>55 tahun), berupa eksisi arthroplasti, hemiarthroplasti dan arthtroplasti
total. Fraktur Trochanteric yang tidak bergeser dilakukan terapi konservatif dan yang
bergeser dilakukan ORIF.Penanganan konservatif dilakukan pada supracondylar dan
intercondylar, femur atau proksimal tibia. Beban traksi 9 kg dan posisi lutut turns selama
12 minggu. Sedangkan untuk intercondylar, untuk terapi konservatif, beban traksi 6 kg,
selama 12-14 minggu.Fraktur Shaft femur bisa dilakukan ORIF dan terapi
konservatif.Terapi konsevatif hanya bersifat untuk mengurangi spasme, reposisi dan
immobilisasi.Indikasi pada anak dan remaja, level fraktur terlalu distal atau proksimal
dan fraktur sangat kominutif.Pada anak, Cast bracing dilakukan bila terjadi clinical union.

2.2.2. jenis jenis reduksi


a) Reposisi Tertutup ( Open Reduction External Fixation )
Dengan fiksasi eksterna setelah posisi baik berdasarkan control mikro intra
operasi maka dipasang alat fiksasi eksterna. Fiksasi eksterna dapat model sederhana
seperti screw dengan bore coment. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti
fiksasi eksterna, misalnya reposisi tertutup diikuti pemasangan pursel pins atau
immobilisasi dengan gibs.
b) Reposisi Terbuka ( open Reduction Internal Fixation )
Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.Fiksasi
interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,
paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi Internal Fiksasi
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang,

10
ORIF

fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.

2.2.3. Tindakan Pembedahan ORIF (Open Reduction And Internal Fixation)


a. Reduksi Terbuka
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur.Fraktur diperiksa dan
diteliti.Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka.Fraktur direposisi agar
mendapatkan posisi yang normal kembali. Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang
dipertahankan dengan alat ortopedik berupa: pin, skrup, plate, dan paku (Wim de Jong,m,
2000).
Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan
gips. Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang. Lubang
kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali
sehari secara khusus, antara lain: Observasi letak pen dan area, observasi kemerahan,
basah dan rembes, observasi status neurovaskuler distal fraktur, fiksasi eksternal fiksasi
internal pembidaian, fiksasi internal dilaksanakan dalam teknik aseptis yang sangat ketat
dan pasien untuk beberapa saat mandapat antibiotik untuk pencegahan setelah
pembedahan

b. Keuntungan
Reduksi Akurat, stabilitas reduksi tertinggi, pemeriksaan struktur neurovaskuler,
berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal, penyatuan sendi yang berdekatan
dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat.
c. Kerugian
Kemungkinan terjadi infeksi dan osteomielitis tinggi.

2.2.4. Perawatan Pasca Operasi


1. Perawatan luka insisi

11
ORIF

Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya, lalu ditutup
dengan kain penutup luka.Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.

2. Tempat perawatan pasca bedah


Setelah tindakan di kamar operasi selesai, pasien dipindahkan ke dalam kamar rawat
khusus yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara selama beberapa hari.Bila
pasca bedah kondisi gawat segera pindahkan ke unit darurat untuk perawatan bersama-
sama dengan unit anastesi, karena di sini peralatan untuk menyelamatkan pasien lebih
lengkap.Setelah pulih barulah di pindahkan ke tempat pasien semula dirawat.
3. Pemberian cairan
Karena selama 24 jam pertama pasien puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perinfus harus cukup banyak dan mengandung elektrolit yang diperlukan, agar tidak
terjadi dehidrasi.
4. Nyeri
Nyeri pasca opererasi merupakan efek samping yang harus diderita oleh mereka yang
pernah menjalani operasi, termasuk ORIF.Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh
perlekatan-perlekatan antar jaringan akibat operasi dan screw yang terpasang pada tulang
pasien. Nyeri tersebut hampir tidak mungkin di hilangkan 100%, pasien akan mengalami
nyeri atau gangguan terutama bila aktivitas berlebih atau melakukan gerakan-gerakan
kasar yang tiba-tiba.Sejak pasien sadar dalam 24 jam pertama rasa nyeri masih dirasakan
didaerah operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut dapat diberikan obat-obat anti
nyeri dan penenang seperti suntikan intramuskuler pethidin dengan dosis 100-150 mg
atau morfin sebanyak 10-15 mg atau secara perinfus.
5. Mobilisasi
Untuk Follow up pasien dengan skeletal traksi, lakukan isometric exercise sesegera
mungkin dan jika edema hilang, lakukan latihan isotonik.
Pada fraktur femur 1/3 proksimal traksi abduksi >30 dan exorotasi. Pada 1/3 tengah
posisi abduksi 30 dan tungkai mid posisi, sedangkan pada 1/3 distal, tungkai
adduksi < 30 dan kaki mid posisi. Pada fraktur distal perhatikan ganjal lutut,
berikan fleksi ringan, 15.

12
ORIF

Setiap harinya, perhatikan arah, kedudukan traksi, posterior dan anterior bowing.
Periksa dengan roentgen tiap 2 hari sampai accepted, kemudian tiap 2 minggu. Jika
tercapai clinical union, maka dilakukanweight bearing, half weight bearing dan non
weight bearing dengan jarak tiap 4 minggu.
Sedangkan untuk follow up pasca operatif, minggu ke-1 > hari pertama kaki fleksi
dan ektensi, kemudian minggu selanjutnya miring-miring. Minggu ke-2 jalan dengan
tongkat dan isotonik quadricep. Fungsi lutut harus pulih dalam 6 minggu.
Pada pasien anak, follow up dengan roentgen, jika sudah terjadi clinical union,
pasang hemispica dan pasien boleh kontrol poliklinik.

13
ORIF

2.3 ANESTESI PADA OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION

Teknik anestesi yang aman tergantung pada pengalaman dan kemahiran yang
dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang mungkin terjadi
dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping pada pasien fraktur. Pada
operasi reduksi terbuka pada femur , teknik yang sering digunakan adalah anestesi umum
dan anestesi spinal.

1. Anestesi Umum
Semua zat anestetik umum menghambat SSP secara bertahap. Mula-mula
menghambat fungsi yang kompleks dan paling akhir adalah medula oblongata dimana
terletak pusat pernafasan yang vital.2
Teknik Anestesi Umum pada ORIF :
Lakukan preoxigenasi dengan O2 100% selama 3 menit, atau pasien diminta
melakukan pernafasan dalam sebanyak 5-10 kali. Lakukan intubasi dengan 4 mg/kgBB
tiopental dan 1,5 mg/kgBB suksinilkolin. Setelah itu, N2O 50 % diberikan melalui
inhalasi dan suksinilkolin diinjeksikan melalui infus untuk mencegah pasien bangun.
Untuk maintenance anestesi digunakan teknik balans (N2O/narkotik/relaksan), atau jika
ada hipertensi, anestetik inhalasi yang kuat juga dapat digunakan dengan konsentrasi
rendah. Setelah operasi selesai, anestesi diakhiri dengan menghentikan pemberian obat
anestesi. Sedangkan bagi penderita yang menggunakan pipa endotrakeal, perlu dilakukan
ekstubasi setelah pasien dalam keadaan sadar.Dengan anestesi umum, hemodinamik lebih
mudah dikendalikan dengan cara menyesuaikan jenis obat-obatan anestesi dan dosis yang
digunakan.
Indikasi Anestesi Umum pada ORIF :

Ada kontraindikasi terhadap anestesi regional


Lambung harus kosong
Operasi lama dan kesulitan mempertahankan jalan nafas dengan sungkup muka.
Pasien tidak kooperatif.

14
ORIF

Kontraindikasi Anestesi Umum pada Seksio Sesarea :


Alergi obat anestesi umum
Gagal ginjal
Asma bronchiale.
Obat Anestesi Umum :

Berdasarkan cara pemberiannya, obat anestesi umum dibagi menjadi anestesi


inhalasi dan intra vena, :2

a. Inhalasi
Nitrogen Oksida (NO)
Cylcopropane
Sevoflurane
Enflurane
Isoflurane.
b. Intravena
Thiopentone sodium (thiopental)
Benzodiazepin
Propofol
Ketamin.

2. Anestesi Spinal
Suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada pembedahan ekstremitas
bawah tanpa komplikasi. Pada ORIF blokade sensoris spinal yang lebih tinggi penting.
Karena daerah yang akan dianestesi lebih luas, diperlukan dosis agen anestesi yang lebih
besar, dan ini meningkatkan frekuensi serta intensitas reaksi-reaksi toksik.

Teknik Anestesi Spinal pada ORIF :

15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida, dan lakukan observasi tanda vital.
Setelah tindakan antisepsis kulit daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan

15
ORIF

steril, pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum lumbal (biasanya no 23 atau
25) pada bidang median setinggi vertebra L3-4 atau L4-5. Jarum lumbal akan menembus
berturut-turut beberapa ligamen, sampai akhirnya menembus duramater-subarachnoid.
Setelah stilet dicabut, cairan liquorcerebrospinalis akan menetes keluar. Selanjutnya
disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum
halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup dengan kasa dan plester, kemudian posisi pasien
diatur pada posisi operasi.

Pada anestesi spinal terjadi blokade syaraf sensorik, motorik dan simpatis,
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah untuk mengakibatkan hipotensi atau
bradikardi.Untuk mencegah hal tersebut perlu diberi cairan yang cukup sebelum anestesi
spinal dan bila terjadi hipotensi dapat diberi efedrin intravena.

Indikasi Anestesi Spinal pada ORIF :

Biasanya anestesi spinal dilakukan untuk pembedahan pada daerah yang


diinervasi oleh cabang Th-4 (papila mammae kebawah):

Vaginal delivery
Operasi ekstremitas inferior
Seksio sesarea
Operasi perineum
Operasi urologik.

Kontraindikasi Anestesi Spinal pada Seksio Sesarea :

Infeksi tempat penyuntikan


Gangguan koagulasi
Tekanan intrakranial meninggi
Alergi obat lokal anastesi
Hipertensi tak terkontrol
Pasien menolak
Syok hipovolemik

16
ORIF

Sepsis.

Obat Anestesi Spinal yang sering digunakan pada Seksio Sesarea :

Lidocain 1-5 %
Bupivacain 0,25-0,75 %.
Komplikasi Anestesi Spinal pada Seksio Sesarea :

Hipotensi
Brakikardi
Sakit kepala spinal (pasca pungsi)
Menggigil
Mual-muntah
Depresi nafas
Total spinal
Sequelae neurologic
Penurunan tekanan intrakranial
Meningitis
Retensi urine.

17
ORIF

BAB III

KESIMPULAN

Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

Beberapa tipe anestesi adalah :

1. Pembiusan total hilangnya kesadaran total


2. Pembiusan lokal hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada
sebagian kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh
blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

Teknik anestesi yang aman tergantung pada pengalaman dan kemahiran yang
dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang mungkin terjadi
dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping. Pada ORIF, teknik yang
sering digunakan adalah anestesi umum dan anestesi spinal.

18
ORIF

BAB IV

LAPORAN KASUS PASIEN

ANAMNESA PRIBADI

Nama : Muhammad Sadam


Umur : 21 Tahun
JenisKelamin : laki - laki
Agama : islam
Barat Badan : 55 kg
MR : 88.35.60
Tanggalmasuk : 05 Mei 2013

ANAMNESA PENYAKIT

KeluhanUtama : rencana operasi


Telaah : pasien merupakan pasien bedah yang mengalami patah tulang
paha sebelah kanan, hal ini sudah dialami pasien sejak 6 jam
sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kecelakaan
sehingga menyebabkan patah tulang paha kanan, pingsan (-),
mual (-), muntah (-), keluar darah dari hidung (-), keluar darah
dari telinga (-), BAK (+) normal, BAB (+) normal.
RPT : DM(-), hipertensi (-)
RPO : -

KEADAAN PASIEN SEBELUM OPERASI

B1 ( Breath )
Airway : Clear
FrekuensiNafas : 20 x/i
Suarapernafasan :Vesikuler
Suaratambahan : -
Riw.Asma/Sesak/Batuk/Alergi : -/-/-/-
Foto Thorax : tidak ada kelainan

B2 ( Blood )
Akral : Hangat/ Merah/ Kering
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Frekuensinadi : 84 x/i , T/V : cukup
Temperatur : 36,8 C

19
ORIF

Riw.Hipertensi : -
Hb : 12,1g/dl
Ht : 35,8 %
Leukosit : 8200 uL
Trombosit : 571.000 uL
CT/BT : 8/4

B3 ( Brain )
Sensorium : Compos Mentis GCS: 15 ( E : 4 , V : 5 , M : 6 )
RefleksCahaya : +/+
Pupil : Isokor
RiwayatKejang : -

B4 ( Bladder )
Urine : +
Volume : Cukup
Warna : Kuning Jernih
Ureum : -
Creatin : -
Uric acid : -

B5 ( Bowel )
Abdomen : simetris, soepel (+)
Peristaltik : (+) normal
Mual/muntah : -/-
BAB/Flatus : +/+
Riwayat DM : -

B6 ( Bone )
Fraktur : (+) femur dextra
Oedem : -

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Billirubin total : 1,29 mg/dl


Billirubin direct : 0,15 mg/dl
Alkali phosphatase : 74 u/L
SGOT/SGPT : 41 u/L
KGD ad Random : 20 u/L
Na/K/Cl : 143 / 4,2 / 112 mmol/dl

ANESTESIOLOGI 20
ORIF

Ureum : 33 mg/dl
Kreatinin : 1,13 mg/dl

PENUNJANG LAINNYA

Foto Thoraks : tidak ada kelainan

Foto cervical : tidak ada kelainan

Foto femur : fraktur obliq os femur dextra 1/3 tengah disertai angulasi
dan kontraksi
Diagnosis : closed right femur fracture
PS ASA : ASA 1
Rencana Tindakan : pemasangan ORIF femur dextra
Rencana Anestesi : RA-SAB
Posisi : Supine

a. Persiapan Operasi
SIO
Pemasangan iv line dan three way
Puasa 6-8 jam sebelumoperasi
Hygiene danberdoa

b. Persiapan alat
Mesinanestesi : aliran O2,nasal kanuldansungkup
Alat suction
monitor EKG : EKG, tekanandarahberfungsidenganbaik, setting monitor dan
elektroda.
Persiapan spinal : Spinocain (ada 3 ukuran : 25,27,29), spray alcohol, bethadine,
kassa steril, bantal dan spuit 5 cc

c. Persiapanobat
1. Premedikasi
- Invommit (ondasetron 1 amp)
2. Medikasi
- Bupivacaine spinal 20 mg
- fentanyl 25 mcg

ANESTESIOLOGI 21
ORIF

- Ketorolac 30 mg
- Transamine 500 mg
d. Persiapancairan
- RL : II
- HES :I

CATATAN ANESTESI

TanggalOperasi : 7 Mei 2013

Nama : Muhammad Sadam

JenisKelamin : laki - laki

Umur : 21 Tahun

Diagnosa Pra Bedah : closed right femur fracture


Jenis Pembedahan : ORIF

Diagnosa Pasca Bedah : post ORIF femur dextra a/i closed right femur fracture

Lama Anestesi : 09.45 11.15 wib

Lama Operasi : 10.05 11.10 wib

Jenis Anestesi : RA-SAB

Anestesi dengan : Bupivacaine 20 mg

Teknik Anestesi : setelah di monitor tidurkan pasien dalam posisi lateral


dekubitus, beri bantal kepala, buat pasien membungkuk
maksimal agar prosessus spinosus mudah teraba, cari
perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua
garis Krista iliaka L3-L4, sterilkan tempat tususkan
dengan betadin atau alcohol, insersi spinocaine 25G CSF
(+), barbotage (+), injeksikan bupivacaine 20 mg, atur blok
pada Th 5

Respirasi : Spontan

Posisi : Supine

Infus : RL region dorsum manus sinistra

ANESTESIOLOGI 22
ORIF

Premedikasi Medikasi

Invommit (ondasetron 1 amp) 1. Bupivacaine spinal 20 mg


2. Fentanyl 25 mcg
3. Ketorolac 30 mg
4. Transamine 500 mg

ANESTESIOLOGI 23
ORIF

DAFTAR PUSTAKA

1. Siahaan SM Oloan. Anestesi Umum dan Anestesi Lokal. Medan : Fakultas


Kedokteran UMI/ UNPRI.2012.
2. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R. Anestesia Umum. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: FK UI. 2009.
3. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R. Anestesia Regional. Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: FK UI.2009.
4. Lunn J N. Catatan Kuliah Anestesi. Edisi 4. Jakarta: EGC . 2005.
5. Dobson Michael B. Penuntun Praktis anestesi. Jakarta : EGC . 1994
6. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiwulan W, Wicaksono A, Hamsah A.
Anestesi. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.
2008;261-264.
7. Anonymous. Tinjauan pustaka. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24754/4/Chapter%20II. pdf
8. Ganiswara, Silistia G. Farmakologi dan Terapi (Basic Therapy Pharmacology). Alih
Bahasa: Bagian Farmakologi Jakarta: FK UI. 1995 available at http:/ ANASTESI
UMUM _ GENERAL ANASTHETIC.htm.
9. Anonymous. Protap pemasangan ETT (Endotrakeal tube) available from:
http://www.scribd.com/doc/58779525/17/Pengertian-Intubasi/

ANESTESIOLOGI 24

Anda mungkin juga menyukai