BAB I
PENDAHULUAN
Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.Fiksasi
interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,
paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi Internal Fiksasi
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang,
fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.
Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomi menuju tempat yang mengalami fraktur.Fraktur diperiksa dan diteliti.
Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka. Fraktur direposisi agar mendapatkan
posisi yang normal kembali. Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan
dengan alat ortopedik berupa: pin, skrup, plate, dan paku.
Suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada ORIF yang membutuhkan
spinal anestesi tanpa komplikasi.
Teknik anestesi pada reduksi terbukayang aman tergantung pada pengalaman dan
kemahiran yang dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang
mungkin terjadi dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping pada
pasien fraktur.
1
ORIF
BAB II
DASAR TEORI
2.1. ANESTESI
2.1.1. Definisi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur
lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama
kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.2,3,4,5
2
ORIF
Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah satu jenis anestesi yang hanya
melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa menyebabkan manusia kehilangan
kesadaran.Obat bius jenis ini bila digunakan dalam operasi pembedahan, maka setelah
selesai operasi tidak membuat lama waktu penyembuhan operasi.2,3,4,5
Berdasarkan kemasannya, obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :2,3,4,5
1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap
a. Derivat halogen hidrokarbon
Halothan
Trikhloroetilen
Khloroform.
b. Derivat eter
Dietil eter
Metoksifluran
Enfluran
Isofluran.
2. Obat anestesia umum yang berupa gas
a. Nitrous oksida (N2O)
b. Siklopropan.
3
ORIF
4
ORIF
resepsi yang cepat melalui paru paru seperti juga ekskresinya melalui
gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Obat ini terutama
digunakan untuk memelihara anastesi.
2. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan
propofol. Obat obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria secara
rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan untuk mendahului
(induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga sebagai anastesi pada
pembedahan singkat.
Mekanisme Kerja
Sebagai anastesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang masing
masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot
maupun menghilangkan rasa sakit.Untuk mendapatkan reaksi yang secepat
cepatnya, obat ini pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudia
diturunkan sampai hanya sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran (ekshalasi).Keuntungan anastetika-inhalasi dibandingkan dengan
anastesi-intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman
anastesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi.Kebanyakan
anastesi umum tidak di metabolisasikan oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara
kimiawi dengan zat-zat faali.Mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa
anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air
yang bersifat stabil.Hidrat gas ini mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di
sinaps dan dengan demikian mengakibatkan anastesia.2,3,5
Efek Samping
1. Menekan pernapasan, yang ada pada anastesi dalam terutama ditimbulkan oleh
halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini paling ringan pada N2O dan eter.
5
ORIF
2. Sistem kardiovaskuler, terutama oleh halotan, enfluran dan isofluran. Efek ini
juga ditimbulkan oleh eter, tetapi karena eter juga merangsang SS simpatis, maka
efek keseluruhannya menjadi ringan.
3. Merusak hati (dan ginjal), terutama senyawa klor, misalnya kloroform.
4. Oliguri (reversibel) karena berkurangnya pengaliran darah di ginjal, sehingga
pasien perlu dihidratasi secukupnya.
5. Menekan sistem regulasi suhu, sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil)
pasca-bedah.
Di antara banyak cara pemberian anestesi inhalasi, ada beberapa cara yang paling
sering digunakan, yakni :2,3,5
Anastesi lokal atau zat penghilang rasa setempat adalah obat yang pada
penggunaan local merintangi secara reversible penerusan impuls saraf ke SSP dan
dengan demikian menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas
atau dingin. Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi
efeknya tidak reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel
saraf. Anastesi local pertama adalah kokain, yaitu suatu alkaloid yang diperoleh dari
daun suatu tumbuhan alang-alang di pegunungan Andes (Peru).2,4,5
6
ORIF
Persyaratan
Ada beberapa criteria yang harus dipenuhi untuk suatu jenis obat yang
digunakan sebagai anastetikum lokal, antara lain :2,4,5
Struktur dasar anstetika local pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yakni
suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu
ikatan ester (alcohol) atau amida dengan suatu gugus-aromatis lipofil.Semakin
panjang gugus alkoholnya, semakin besar daya kerja anastetiknya, tetapi toksisitasnya
juga meningkat. Anastetika lokal dapat digolongkan secara kimiawi dalam beberapa
kelompok sebagai berikut:2,4,5
Mekanisme Kerjanya
7
ORIF
perlu bagi fungsi saraf yang layak.Hal ini disebabkan adanya persaingan dengan ion-
kalsium yang berada berdekatan dengan saluran-saluran natrium di membrane
neuron.Pada waktu bersamaan, akibat turunnya laju depolarisasi, ambang kepekaan
terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, sehingga akhirnya terjadi
kehilangan rasa setempat secara reversible.2,4,5
1. Prokain
a. Farmakodinamik
Dosis 100-800 mg : analgesik ringan , efek maks 10-20 , hilang stlh 60
Dhidrolisis mjd PABA (para amino benzoic acid) dapat hambat kerja sulfonamid
b. Farmakokinetik
Esterase
Absorpsi cepat PABA + dietilaminoetanol
Hidrolisis
PABA diekskresi dlm urin (btk utuh & terkonjugasi)
c. Indikasi
Anestesi infiltrasi, blokade saraf, epidural, kaudal & spinal
Geriatri : perbaiki aktivitas seksual & fungsi kelenjar endokrin (conflicted)
d. Sediaan
e. Prokain HCl 1-2 %adalah anestesi infiltrat, 5-20% ; anestesi spinal
2. Lidokain
a. Farmakodinamik
Anestesi lokal kuat . Tjd lebih cepat, lbh kuat, lbh lama & lbh ekstensif dp
prokain
Lar lidokain 0,5% adalah anestesi infiltrat, 1-2% ; anestesi blok & topikal
Efektif bila tanpa vasokonstriktor, kec absorpsi & tox , masa kerja lbh pendek
b. Farmakokinetik
Mudah diserap dr tmpt injeksi
Dapat tembus sawar darah otak
8
ORIF
Reduksi terbuka adalah tindakan reduksi dan melakukan kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi atau pemajanan tulang yang patah.Fiksasi
interna adalah stabilisasi tulang yang sudah patah yang telah direduksi dengan skrup, plat,
paku dan pin logam. Maka, dapat ditarik kesimpulan Open Reduksi Internal Fiksasi
(ORIF) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya mengacu pada operasi
terbuka untuk mengatur tulang, seperti yang diperlukan untuk beberapa patah tulang,
fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.
2.2.1. Indikasi
Indikasi open reduction internal fixation terdiri dari :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosis yang tinggi.
Fraktur yang tidak bisa di reduksi tertutup, contoh : dislokasi.
Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, contoh : fraktur
antebrachii.
Fraktur yang memberikan hasil yang baik dengan tindakan operasi.
Pada fraktur femur anak, dilakukan terapi berdasarkan tingkatan usia. Pada anak
usia baru lahir hingga 2 tahun dilakukan pemasangan bryant traksi. Sedangkan usia 2-5
tahun dilakukan pemasangan thomas splint. Anak diperbolehkan pulang dengan
hemispica. Pada anak usia 5-10 tahun ditatalaksana dengan skin traksi dan pulang dengan
hemispica gips. Sedangkan usia 10 tahun ke atas ditatalaksana dengan pemasangan
intamedullary nails atau plate dan screw.
9
ORIF
Untuk fraktur femur dewasa, tipe Femoral Head, prinsipnya adalah reduksi dulu
dislokasi panggul. Pipkin I, II post reduksi diterapi dengan touch down weight-bearing 4-
6 minggu. Pipkin I, II dengan peranjakan >1mm diterapi dengan ORIF.Pipkin III pada
dewasa muda dengan ORIF, sedangkan pada dewasa tua dengan endoprothesis. Pipkin IV
diterapi dengan cara yang sama pada fraktur acetabulum. Tipe Femoral Neck, indikasi
konservatif sangat terbatas. Konservatif berupa pemasangan skin traksi selama 12-16
minggu. Sedangkan operatif dilakukan pemasangan pin, plate dan screw atau arthroplasti
(pada pasien usia>55 tahun), berupa eksisi arthroplasti, hemiarthroplasti dan arthtroplasti
total. Fraktur Trochanteric yang tidak bergeser dilakukan terapi konservatif dan yang
bergeser dilakukan ORIF.Penanganan konservatif dilakukan pada supracondylar dan
intercondylar, femur atau proksimal tibia. Beban traksi 9 kg dan posisi lutut turns selama
12 minggu. Sedangkan untuk intercondylar, untuk terapi konservatif, beban traksi 6 kg,
selama 12-14 minggu.Fraktur Shaft femur bisa dilakukan ORIF dan terapi
konservatif.Terapi konsevatif hanya bersifat untuk mengurangi spasme, reposisi dan
immobilisasi.Indikasi pada anak dan remaja, level fraktur terlalu distal atau proksimal
dan fraktur sangat kominutif.Pada anak, Cast bracing dilakukan bila terjadi clinical union.
10
ORIF
fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau
memfasilitasi penyembuhan.
b. Keuntungan
Reduksi Akurat, stabilitas reduksi tertinggi, pemeriksaan struktur neurovaskuler,
berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal, penyatuan sendi yang berdekatan
dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat.
c. Kerugian
Kemungkinan terjadi infeksi dan osteomielitis tinggi.
11
ORIF
Luka insisi dibersihkan dengan alkohol dan larutan betadin dan sebagainya, lalu ditutup
dengan kain penutup luka.Secara periodik pembalut luka diganti dan luka dibersihkan.
12
ORIF
Setiap harinya, perhatikan arah, kedudukan traksi, posterior dan anterior bowing.
Periksa dengan roentgen tiap 2 hari sampai accepted, kemudian tiap 2 minggu. Jika
tercapai clinical union, maka dilakukanweight bearing, half weight bearing dan non
weight bearing dengan jarak tiap 4 minggu.
Sedangkan untuk follow up pasca operatif, minggu ke-1 > hari pertama kaki fleksi
dan ektensi, kemudian minggu selanjutnya miring-miring. Minggu ke-2 jalan dengan
tongkat dan isotonik quadricep. Fungsi lutut harus pulih dalam 6 minggu.
Pada pasien anak, follow up dengan roentgen, jika sudah terjadi clinical union,
pasang hemispica dan pasien boleh kontrol poliklinik.
13
ORIF
Teknik anestesi yang aman tergantung pada pengalaman dan kemahiran yang
dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang mungkin terjadi
dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping pada pasien fraktur. Pada
operasi reduksi terbuka pada femur , teknik yang sering digunakan adalah anestesi umum
dan anestesi spinal.
1. Anestesi Umum
Semua zat anestetik umum menghambat SSP secara bertahap. Mula-mula
menghambat fungsi yang kompleks dan paling akhir adalah medula oblongata dimana
terletak pusat pernafasan yang vital.2
Teknik Anestesi Umum pada ORIF :
Lakukan preoxigenasi dengan O2 100% selama 3 menit, atau pasien diminta
melakukan pernafasan dalam sebanyak 5-10 kali. Lakukan intubasi dengan 4 mg/kgBB
tiopental dan 1,5 mg/kgBB suksinilkolin. Setelah itu, N2O 50 % diberikan melalui
inhalasi dan suksinilkolin diinjeksikan melalui infus untuk mencegah pasien bangun.
Untuk maintenance anestesi digunakan teknik balans (N2O/narkotik/relaksan), atau jika
ada hipertensi, anestetik inhalasi yang kuat juga dapat digunakan dengan konsentrasi
rendah. Setelah operasi selesai, anestesi diakhiri dengan menghentikan pemberian obat
anestesi. Sedangkan bagi penderita yang menggunakan pipa endotrakeal, perlu dilakukan
ekstubasi setelah pasien dalam keadaan sadar.Dengan anestesi umum, hemodinamik lebih
mudah dikendalikan dengan cara menyesuaikan jenis obat-obatan anestesi dan dosis yang
digunakan.
Indikasi Anestesi Umum pada ORIF :
14
ORIF
a. Inhalasi
Nitrogen Oksida (NO)
Cylcopropane
Sevoflurane
Enflurane
Isoflurane.
b. Intravena
Thiopentone sodium (thiopental)
Benzodiazepin
Propofol
Ketamin.
2. Anestesi Spinal
Suatu metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini sering digunakan pada pembedahan ekstremitas
bawah tanpa komplikasi. Pada ORIF blokade sensoris spinal yang lebih tinggi penting.
Karena daerah yang akan dianestesi lebih luas, diperlukan dosis agen anestesi yang lebih
besar, dan ini meningkatkan frekuensi serta intensitas reaksi-reaksi toksik.
15-30 menit sebelum anestesi, berikan antasida, dan lakukan observasi tanda vital.
Setelah tindakan antisepsis kulit daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan
15
ORIF
steril, pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum lumbal (biasanya no 23 atau
25) pada bidang median setinggi vertebra L3-4 atau L4-5. Jarum lumbal akan menembus
berturut-turut beberapa ligamen, sampai akhirnya menembus duramater-subarachnoid.
Setelah stilet dicabut, cairan liquorcerebrospinalis akan menetes keluar. Selanjutnya
disuntikkan larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi, menggunakan jarum
halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup dengan kasa dan plester, kemudian posisi pasien
diatur pada posisi operasi.
Pada anestesi spinal terjadi blokade syaraf sensorik, motorik dan simpatis,
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah untuk mengakibatkan hipotensi atau
bradikardi.Untuk mencegah hal tersebut perlu diberi cairan yang cukup sebelum anestesi
spinal dan bila terjadi hipotensi dapat diberi efedrin intravena.
Vaginal delivery
Operasi ekstremitas inferior
Seksio sesarea
Operasi perineum
Operasi urologik.
16
ORIF
Sepsis.
Lidocain 1-5 %
Bupivacain 0,25-0,75 %.
Komplikasi Anestesi Spinal pada Seksio Sesarea :
Hipotensi
Brakikardi
Sakit kepala spinal (pasca pungsi)
Menggigil
Mual-muntah
Depresi nafas
Total spinal
Sequelae neurologic
Penurunan tekanan intrakranial
Meningitis
Retensi urine.
17
ORIF
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Teknik anestesi yang aman tergantung pada pengalaman dan kemahiran yang
dikuasai oleh anestetis. Di samping itu, perlu dipikirkan komplikasi yang mungkin terjadi
dan sejauh mana teknik ini dapat menimbulkan efek samping. Pada ORIF, teknik yang
sering digunakan adalah anestesi umum dan anestesi spinal.
18
ORIF
BAB IV
ANAMNESA PRIBADI
ANAMNESA PENYAKIT
B1 ( Breath )
Airway : Clear
FrekuensiNafas : 20 x/i
Suarapernafasan :Vesikuler
Suaratambahan : -
Riw.Asma/Sesak/Batuk/Alergi : -/-/-/-
Foto Thorax : tidak ada kelainan
B2 ( Blood )
Akral : Hangat/ Merah/ Kering
Tekanandarah : 120/80 mmHg
Frekuensinadi : 84 x/i , T/V : cukup
Temperatur : 36,8 C
19
ORIF
Riw.Hipertensi : -
Hb : 12,1g/dl
Ht : 35,8 %
Leukosit : 8200 uL
Trombosit : 571.000 uL
CT/BT : 8/4
B3 ( Brain )
Sensorium : Compos Mentis GCS: 15 ( E : 4 , V : 5 , M : 6 )
RefleksCahaya : +/+
Pupil : Isokor
RiwayatKejang : -
B4 ( Bladder )
Urine : +
Volume : Cukup
Warna : Kuning Jernih
Ureum : -
Creatin : -
Uric acid : -
B5 ( Bowel )
Abdomen : simetris, soepel (+)
Peristaltik : (+) normal
Mual/muntah : -/-
BAB/Flatus : +/+
Riwayat DM : -
B6 ( Bone )
Fraktur : (+) femur dextra
Oedem : -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
ANESTESIOLOGI 20
ORIF
Ureum : 33 mg/dl
Kreatinin : 1,13 mg/dl
PENUNJANG LAINNYA
Foto femur : fraktur obliq os femur dextra 1/3 tengah disertai angulasi
dan kontraksi
Diagnosis : closed right femur fracture
PS ASA : ASA 1
Rencana Tindakan : pemasangan ORIF femur dextra
Rencana Anestesi : RA-SAB
Posisi : Supine
a. Persiapan Operasi
SIO
Pemasangan iv line dan three way
Puasa 6-8 jam sebelumoperasi
Hygiene danberdoa
b. Persiapan alat
Mesinanestesi : aliran O2,nasal kanuldansungkup
Alat suction
monitor EKG : EKG, tekanandarahberfungsidenganbaik, setting monitor dan
elektroda.
Persiapan spinal : Spinocain (ada 3 ukuran : 25,27,29), spray alcohol, bethadine,
kassa steril, bantal dan spuit 5 cc
c. Persiapanobat
1. Premedikasi
- Invommit (ondasetron 1 amp)
2. Medikasi
- Bupivacaine spinal 20 mg
- fentanyl 25 mcg
ANESTESIOLOGI 21
ORIF
- Ketorolac 30 mg
- Transamine 500 mg
d. Persiapancairan
- RL : II
- HES :I
CATATAN ANESTESI
Umur : 21 Tahun
Diagnosa Pasca Bedah : post ORIF femur dextra a/i closed right femur fracture
Respirasi : Spontan
Posisi : Supine
ANESTESIOLOGI 22
ORIF
Premedikasi Medikasi
ANESTESIOLOGI 23
ORIF
DAFTAR PUSTAKA
ANESTESIOLOGI 24