Anda di halaman 1dari 24

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang
pantainya 99.093 kilometer, terpanjang ketiga di dunia. Dengan
luasnya laut Indonesia, keanekaragaman hayati Indonesia sangat
beragam. Indonesia sebagai negara kepulauan terletak diantara
Samudra Pasifik dan samudra Hindia dan mempunyai tatanan
geografi laut yang sangat sulit dilihat dari topografi dasar
lautnya. Hampir semua dasar laut dapat di temukan seperti
paparan, lereng dan cekungan yang berupa basin dan palung.
Bentuk dasar yang majemuk tersebut beserta lingkungan air di
atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman
hayati yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara
vertikal maupun secara horisontal.
Arthropoda merupakan filum yang paling besar dalam dunia
hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan
hewan sejenis lainnya. Arthropoda dalam dunia hewan
merupakan filum yang terbesar di dunia. Jumlah spesiesnya
yaitu sekitar 900.000 spesies dengan beragam variasi. Jumlah ini
kira-kira 80% dari spesies hewan yang diketahui sekarang.
Arthropoda dapat hidup di air tawar, laut, tanah, dan praktis
semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Arthropoda
mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-
liang batu terjal di pegunungan yang tinggi. Semua anggota
filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas dan kerangka luar yang
tersusun dari kitin. Jantung terletak pada sisi dorsal dari
tubuhnya. Sistim saraf anthropoda seperti pada annellida,
terdapat bagian ventral tubuh berbentuk seperti tangga tali.
Arthropoda memiliki lima kelas, diantaranya yaitu : kelas
Chilopoda, kelas Diplopoda, kelas Crustacea, kelas Arachnida,
dan kelas Insecta. Oleh karena itu, dilakukan pengamatan pada
sampel untuk mengetahui ciri-ciri dan menyusun klasifikasinya.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi arthropoda.
2. Mempelajari dan menjelaskan anatomi arthropoda.
3. Melakukan identifikasi terhadap arthropoda

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa menjadi paham mengenai struktur morfologi
arthropoda.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi arthropoda.
3. Mahasiswa menjadi tahu cara melakukan identifikasi
terhadap arthropoda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zoologi Laut


Zoologi merupakan dasar dari ilmu kedokteran manusia,
kedokteran hewan, pertanian, ilmu pengetahuan social tertentu.
Dalam mempelajari zoologi khususnya yang berhubungan
dengan vertebrata laut terdapat nilai estetis karena pengetahuan
mengenai struktur dan fungsi dari sebagian besar jenis hewan
tersebut akan menambah ketertarikan untuk mempelajarinya
lebih lanjut. Banyak dari hewan tersebut memiliki hewan dan
bentuk dan sangat menarik untuk diamati. Tetapi kesemuanya
akan lebih berarti bagi mereka yang dibekali dasar zoologi yang
memungkinkan untuk mengenal hewan itu dan mengerti cara
penyesuaiannya (Burhanuddin, 2016).
Ilmu yang mempelajari tentang hewan beserta aspek
kehidupannya disebut zoologi yaitu salah satu bagian atau cabang
ilmu biologi yang menyangkut hewan dan aspek yang berbeda-
beda dari kehidupan hewan. Ilmu zoologi yang mutakhir tidak
hanya mencakup pengenalan klasifikasi berbagai jenis hewan,
tetapi meliputi bidan yang lebih luas. Termasuk di dalamnya
studi mengenai struktur, fungsi, dan perkembangan embrio dari
tiap bagian tubuh hewan, nutrisi kesehatan dan tingkah laku
hewan, genetika, evolusi, serta hubungan hewan dengan
lingkungan fisik, tumbuhan dan hewan lain di suatu
daerah (Burhanuddin, 2016).
Jadi zoologi mencakup baik sejumlah besar fakta dari teori
mengenai hewan maupun sarana untuk belajar lebih banyak lagi.
Dalam ilmu ini dikenal istilah anatomi perbandingan yang
mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh
hewan khususnya hewan vertebrata dengan berlalunya waktu
geologis, serta perubahan-perubahan
tertentu (Burhanuddin, 2016).
2.2 Arthropoda
Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam dunia
hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan
hewan sejenis lainnya. Arthropoda memiliki beberapa
karakteristik yang membedakan dengan filum yang lain yaitu :
tubuh bersegmen; segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga
daerah yang jelas, anggota tubuh bersegmen berpasangan, simetri
bilateral, eksoskeleton berkitin; secara berkala mengalir dan
diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan, kanal alimentari
seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem sirkulasi terbuka,
hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud sebuah struktur
dorsal seperti pipa menuju kanal alimentar dengan bukaan lateral
di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah rongga darah atau
hemosol dan selom tereduksi, sistem syaraf terdiri atas sebuah
ganglion anterior atau otak yang berlokasi di atas kanal
alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan dari otak ke
sekitar kanal alimentari dan tali syaraf ganglion yang berlokasi di
bawah kanal alimentary, ekskresi biasanya oleh tubulus malphigi,
tabung kosong yang masuk kanal alimentari dan material hasil
ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi dengan insang atau
trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau nefridia. Arthropoda
memiliki lima kelas, diantaranya yaitu : kelas Chilopoda, kelas
Diplopoda, kelas Crustacea, kelas Arachnida, dan kelas Insecta,
namun hanya 2 klas Arthropoda yang mempunyai peran basar
yaitu pada klas Arachinida dan Insekta (Latoantja et al., 2013).
Arthropoda secara bahasa berasal dari bahasa Yunani yakni
Arthres = bersendi-sendi dan Podes, sehingga Arthropoda adalah
organisme yang memiliki kaki bersendi-sendi. Filum Arthropoda
merupakan filum yang memiliki anggota paling banyak
dibandingkan filum lainnya. Anggota pada filum ini meliputi
organisme yang merayap Centipede dan Milepede antara lain
cacing dan ulat, berjalan Arachnida antara lain kalajengking
hingga terbang Serangga antara lain
kupu-kupu dan lalat (Yamindago, 2013).
Arthropoda laut khususnya kepiting juga dikelompokkan
berdasarkan kandungan racunnya. Kandungan racun pada jenis-
jenis kepiting seperti Mosaic crabs Lophozozymus pictor dan
Demon crabs Demania spp. telah diketahui sejak lama, namun
masih saja terdapat korban khususnya nelayan, karena kepiting-
kepiting tersebut tersangkut pada jaring. Kepiting beracun dapat
dibagi menjadi dua kategori yaitu: (1) Toksik permanen,
kepiting-kepiting ini selalu ditemukan beracun. Konsumsi jenis
kepiting ini sekalipun telah dimasak dapat menyebabkan
kematian. Beberapa jenis dari kelompok ini yaitu L. pictor dan
Demania spp. (2) Toksin sedang, kepiting-kepiting ini memiliki
toksi berkadar sedang bahkan ada beberapa kepiting yang
ditemukan tidak beracun. Beberapa jenis dari kelompok ini yaitu
Carpilius spp. dan Eriphia spp (Yamindago, 2013).
Menurut Romimohtarto dan Sri (2001), Arthropoda terdiri
dari 8 kelas, yakni:
a) Kelas Crustacea, contoh udang, kepiting, dan sebangsanya;
b) Kelas Oxychopora, contoh Paraperipatus (terdapat di Seram)
dan Eoparipatus (terdapat di Sumatra dan semenanjung
Malaya);
c) Kelas Chilopoda, contoh kelabang atau lipan (centipede);
d) Kelas Diplopoda, contoh luwing (milipede)
e) Kelas insecta, contoh belalang, nyamuk, kupu-kupu, dsb;
f) Kelas Arachnoida, contoh laba-laba, kalajengking, mimi, dsb;
g) Kelas Pauropoda, contoh Pauropud
h) Kelas Symphila, contoh Scutigerella
Dari kedelapan kelas yang termasuk filum Arthropoda
tersebut hanya dua kelas saja yang penting di laut yakni
Crustacea dan Arachnoida. Dari kelas Oxychopora ada dua
marga yang tercatat hidup di laut, yakni Paraperipatus di Seram
dan Eoparipatus di Sumatra dan semenanjung
Malaysia (Romimohtarto dan Sri, 2001).
2.2.1 Sub-Filum Chelicerata
Filum Chelicerata termasuk Arachnida, Xiphosura, dan yang
sudah punah Eurypterida dan Chasmatapspidida, dan - lebih
purba - Pycnogonida. Lebih dari 100.000 spesies baru-baru ini
telah dideskripsikan, dan dalam kelompok Megadiverse seperti
tungau dan laba-laba, jumlahnya terus meningkat secara
substansial dari tahun ke tahun. Arachnida dan kerabat
terdekatnya merupakan kelompok yang paling beragam kedua
dari arthropoda modern setelah Hexapoda. Kebanyakan
chelicerates adalah terestrial dan umumnya memiliki peran
sebagai predator, makan sesama arthropoda atau vertebrata kecil.
Sebagai kelompok, tungau menunjukkan spektrum ekologis yang
lebih luas yang mencakup ectoparasitism, detritivory dan
tanaman-makan. Meskipun mungkin berasal dari nenek moyang
air, laut dan air tawar Chelicerata yang pada saat ini kurang
umum dan terbatas pada laba-laba laut, tapal kuda kepiting, dan
beberapa laba-laba air sekunder dan tungau (terutama
Hydracarina). Perlu ditambahkan bahwa pertengahan hingga
akhir zaman Palaeozoik, Eurypterida adalah kelompok air besar
pada waktu itu dan mungkin juga telah termasuk arthropoda
terbesar yang pernah hidup (Dunlop, 2010).
Chelicerata memiliki dua daerah tubuh yang berbeda;
prosoma anterior (cephalothorax) dan opisthosoma posterior
(perut) yang dapat dibagi menjadi mesosoma dan metasoma.
Anterior yang paling pelengkap adalah pedipalpus dan chelicera.
Chelicerates tidak memiliki antena. Semua chelicerates memiliki
empat pasang uniramous berjalan kaki di tagma pertama. Dalam
hampir semua kasus cheliceratea adalah predator dan beberapa,
kutu dan tungau, telah menjadi spesialis di miniaturisasi
menggunakannya untuk mengeksploitasi mereka kebiasaan
predator. Chelicerates pengumpan cairan dan baik mencairkan
mangsa mereka sebelum menelan atau memeras zat dari makanan
mereka menggunakan mulut mereka. Keberhasilan Tracheata dan
chelicerata di darat adalah karena kutikula luar mereka yang
tahan air (Houseman, 2013).
Sub filum chelicerata (Cheliceriformes) tidak memiliki
antena. Tidak homolog dengan rahang 2 pasang, pedipalpus
(berasal dari kaki) berfungsi sebagai rahang mempunyai 3 sampai
6 pasang kaki. Kebanyakan Chelicerata merupakan predator, tapi
beberapa merupakan hewan herbivora. Chelicerata termasuk
hewan yang berbahaya bagi manusia, tapi tidak sampai
menyebabkan kematian. Yang harus diwaspadai adalah sengatan,
gigitan, hama tanaman, tungau kulit manusia,
kutu, dll (Farley, 2012).
2.2.2 Sub-Filum Crustacea
Crustasea merupakan salah satu hewan benthos disamping
moluska yang memakan bahan tersuspensi (filter feeder) dan
umumnya sangat dominan pada substrat berpasir serta berlumpur.
Jenis yang ditemukan merupakan jenis kepiting yang biasa hidup
di daerah pasang surut dan termasuk ke dalam kategori pemakan
serasah mangrove dan daun mangrove segar. Parameter
lingkungan yang diukur dalam penelitian ini adalah suhu,
keasaman dan salinitas (Pratiwi, 2009).
Cladocera merupakan subkelas dari subfilum crustacea yang
termasuk zooplankton, dengan ciri-ciri umum antara lain: bentuk
kulit luar (carapace) sebagai sebuah tutup yang berkelopak 2
menutup bagian tubuh saja tidak sampai bagian kepala, memiliki
4-6 pasang lengan renang, antena besar dan bercabang 2 yang
digunakan sebagai alat untuk bergerak, cara berenang Cladocera
tersendat-sendat, terdapat sebuah mata majemuk pada kepala,
berkembangbiak secara partenogenesis, dan kebanyakan
cladocera berukuran 0,5-1 mm. Macrothrix sp merupakan salah
satu spesies Cladocera yang banyak hidup pada perairan litoral
yang berasosiasi dengan tumbuhan. Spesies Cladocera inilah
yang dipilih dalam sampel dari zona interrhizon Danau Lutan
untuk ujicoba pembiakan, dengan pertimbangan ukuran tubuh
yang cukup besar dari spesies Cladocera yang lain dalam sampel
serta bentuk antena dan isi tubuhnya yang tampak mencolok dari
yang lain (Hamdani, 20013).
Crustacea adalah Arthropoda yang sebagian besar hidup di
laut dan bernafas dengan insang. Tubuhnya terbagi dalam kepala
(cephalin), dada (thorax) dan abdomen. Kepala dan dada
bergabung membentuk kepala-dada (cephalothorax). Kepalanya
dbiasanya terdiri dari lima ruas yang tergabung menjadi satu.
Mereka mempunyai dua pasang antena, sepasang mandibel atau
rahang dan dua pasang maksila. Dada mempunyai embelan dada
yang bentuknya berbeda-beda. Beberapa diantaranya digunakan
untuk berjalan. Ruas abdomen biasanya sempit dan lebih mudah
bergerak daripada kepala dan dada. Ruas-ruasnya tersebut
mempunyai embelan yang ukurannya
sering mengecil (Romimohtarto dan Sri, 2001).
2.2.3 Sub-Filum Hexapoda
Hewan yang menjadi hama sebagian besar berasal dan
kelompok serangga atau insekta. Serangga mendominasi dan segi
jumlah yang mendiami bumi ini yaitu sekitar 55,56% dan total
makhluk hidup. Dari segi taksonomi, serangga termasuk ke
dalam Filum: Arthropoda (memiliki tubuh yang beruas-ruas) dan
Klas: Insekta atau heksapoda. Adapun ciri-cin serangga adalah
tubuh serangga terbagi dalam tiga bag ian utama yaitu kepala,
toraks, dan abdomen, memiliki kerangka luar (eksoskeleton)
yang pada penode tertentu harus ditanggalkan dan digantikan
dengan kulit baru melalui proses ganti kulit untuk pertumbuhan
dan pekembangan serangga tersebut teruiama pada saat serangga
muda, selain itu tubuh serangga beruas-ruas sehingga sangat
membantu dalam pergerakan, memiliki tiga pasang tungkai atau
enam tungkai (heksapoda) yang masing-masing pasang tungkai
terdapat pada tiga ruas toraks yaitu toraks ruas depan, tengah dan
belakang, dan sayap dua pasang yang terdapat pada toraks ruas
tengah dan belakang (Dadang, 2016).
Coleoptera adalah ordo yang terbesar dari serangga-serangga
dan mengandung kira-kira 40% dari jenis yang terkenal dalam
heksapoda. Lebih dari seperempat jenis kumbang sudah
diuraikan dan kira-kira 30.000 kumbang-kumbang ini ada di
Amerika Serikat dan Kanada. Ada perbedaan pendapat diantara
ahli entomologi mengenai sistem klasifikasi Coleoptera.
Coleoptera terdiri dari 4 subordo, 14 superfamili dan 26 famili.
Banyak jenis yang mempunyai kepentingan ekonomi yang besar
salah satunya sebagai agens pengendali hayati hama tanaman
pertanian karena sifatnya sebagai predator. Famili dari ordo
Coleoptera yang berperan sebagai predator antara lain
Coccinellidae, Shilphidae, Staphylinidae, Histeridae,
Lampyridae, Cleridae, Cantharidae, Meloidae, Cincindelidae,
Carabidae, Dysticidae, Hydrophilidae dan
Gyrinidae (Nelly, 2014).
Menurut Ariesta (2013), ciri - ciri khas dari bentuk dewasa
kelas filum dalam kelas Insekta (Heksapoda) sebagai berikut :
1. Bagian luar tubuh tertutup oleh lapisan keras yang
disebut integument atau eksoskeleton.
2. Tubuh terdiri dari tiga segmen, yaitu kepala (caput), dada
(thorax), dan perut (abdomen).
3. Kepala memiliki satu pasang antena, satu pasang
mandible, memilii maksila dan labium serta mempunyai
satu pasang mata majemuk.
4. Pada bagian dada terdapat tiga pasang tungkai dan satu
atau dua pasang sayap 6
5. Perut (abdomen) tidak memiliki tungkai, kecuali pada
bentuk pradewasa terutama anggota - anggota dari ordo
Lepidoptera ada yang bertungkai semu.
6. Struktur dari sistem pencernaan makanan berbentuk
tabung.
7. Sistem peredaran darah terbuka.
8. Sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada
bagian luar melalui spirakel.
9. Biasanya mengalami proses metamorphosis.
2.2.4 Sub-Filum Myriapoda
Salah satu kelompok yang kurang didokumentasikan dalam
filum Arthropoda adalah Myriapoda, yang merupakan kelompok
paling beragam ketiga arthropoda darat setelah serangga dan
chelicerates. Dari Kelas Diplopoda di dunia hanya ada sekitar 10
000 dijelaskan spesies, yang mewakili hanya 10-15% dari
sebenarnya spesies yang ada. Saat ini lipan berjumlah sekitar
3300 spesies. Sebuah bagian penting dari keragaman spesies di
daerah tropis dan banyak bagian lain dunia tetap
belum diselidiki (Bachvarova, 2011).
Kata Myriapoda berasal dari bahasa Yunani, yakni myria
artinya banyak dan podos artinya kaki. Myriapoda adalah hewan
dengan banyak kaki. Bagian tubuh Myriapoda hanya dapat
dibedakan atas kepala dan tubuh. Tubuhnya panjang seperti
cacing dan bersegmen. Di bagian kepala terdapat sepasang antena
dan mulut bertaring. Pada setia segmen terdapat satu hingga dua
pasang kaki (Ferdinand, 2009).
Myriapoda yang paling melimpah di hutan lembab, di mana
mereka memenuhi peran penting dalam mengurai bahan tanaman
membusuk, meskipun beberapa tinggal di padang rumput , semi-
kering habitat atau bahkan gurun. Mayoritas adalah detritivorous
, dengan pengecualian dari kelabang , yang terutama aktif di
malam hari predator. Pauropodans dan symphylans kecil,
kadang-kadang hewan mikroskopis yang menyerupai lipan
dangkal dan hidup di tanah . Kaki seribu berbeda dengan
kelompok lain dalam memiliki mereka segmen tubuh menyatu
menjadi pasangan-pasangan, memberikan kesan bahwa setiap
segmen dikenakan dua pasang kaki , sedangkan tiga lainnya
kelompok memiliki satu pasang kaki pada setiap
segmen tubuh (Fortey dan Thomas, 1998).

2.3 Morfologi Arthropoda


Arthropoda memiliki beberapa karakteristik yang
membedakan dengan filum yang lain yaitu : Tubuh bersegmen;
segmen biasanya bersatu menjadi dua atau tiga daerah yang jelas,
anggota tubuh bersegmen berpasangan (Asal penamaan
Arthropoda), simetri bilateral, eksoskeleton berkitin; secara
berkala mengalir dan diperbaharui sebagai pertumbuhan hewan,
kanal alimentari seperti pipa dengan mulut dan anus, sistem
sirkulasi terbuka, hanya pembuluh darah yang biasanya berwujud
sebuah struktur dorsal seperti pipa menuju kanal alimentar
dengan bukaan lateral di daerah abdomen, rongga tubuh; sebuah
rongga darah atau hemosol dan selom tereduksi, sistem syaraf
terdiri atas sebuah ganglion anterior atau otak yang berlokasi di
atas kanal alimentari, sepasang penghubung yang menyalurkan
dari otak ke sekitar kanal alimentari dan tali syaraf ganglion yang
berlokasi di bawah kanal alimentary, ekskresi biasanya oleh
tubulus malphigi, tabung kosong yang masuk kanal alimentari
dan material hasil ekskresi melintas keluar lewat anus, respirasi
dengan insang atau trakhea dan spirakel, tidak ada silia atau
nefridia (Latoantja et al., 2013).
Sifat umum Arthropoda mencakup kerangka luar keras dari
kitin, yakni polisakarida majemuk, suatu jenis karbohidrat.
Cangkang ini dihasilkan oleh epidermis dan karena sifatnya yang
tidak elestis jika mengeras, ia harus ditanggalkan secara berkala
untuk memungkinkan hewan tumbuh. Sifat umum yang
terpenting yang berlaku pada semua kelas Arthropoda adanya
embelan tubuh yang bersendi dan bebas dari bulu-getar. Bentuk
tubuhnya simetri bilateral dan tubuhnya terdiri dari ruas-ruas
yang tersusun secara linier berurutan. Pada masing-masing ruas
atau pada beberapa ruas melekat embelan tubuh. Tubuh tertutup
kerangka luar dari kitin yang elastik pada bagian bagian
pergerakan sendi (Romimohtarto dan Sri, 2001).
Menurut Yamindago (2013), secara umum, karakteristik
Filum Arthropoda laut sebagai berikut:
1. Tubuh tersusun atas segmentasi luar (heteronom). Terdiri atas
tiga bagian kepala (chepalo), dada (toraks) dan perut
(abdomen) .
2. Tubuh simetri bilateral. Bagian tubuhnya berpasangan yaitu
kaki, capit dan sistem pernafasan.
3. Memiliki susunan saraf tangga tali dengan ganglion cerebrale
dan ganglia abdominalia .
4. Satu pembuluh darah punggung yang berfungsi sebagai
jantung/cor, memompa darah ke arah anterior.
2.4 Kunci Identifikasi
Identifikasi spesies dari udang mantis dapat dilakukan dengan
menggunakan analisis gen Cytochrome c oxidase subunit 1
(CO1) dari DNA mitokondria. Dari seluruh perairan laut Bali,
Pemuteran merupakan perairan yang memiliki keanekaragaman
hayati yang sangat tinggi. Karena, Pemuteran termasuk pada inti
dari Coral triangle di Indonesia, sehingga analisis dan
identifikasi spesies udang mantis yang terdapat di daerah
pemuteran penting untuk diketahui. Informasi kekayaan hewan
laut di Indonesia khususnya di perairan Bali dapat diketahui dan
dapat dijadikan bioprospecting untuk kajian ilmu pengetahuan
yang lain utamanya dalam dunia kedokteran
hewan (Pujawan et al., 2012).
Duri pada carpus dan gigi pada frontal margin merupakan
bagian dari morfologi kepiting bakau (Scylla spp.), yang
merupakan penentu jenis Scylla. Pengelompokan Scylla diawali
dengan gigi anterolateral akhir sama dengan gigi-gigi yang lain
pada daerah ini. Kemudian mulai terbagi pada daerah carpus dari
cheliped, dimana yang pertama, carpus dari cheliped terdiri dari
dua duri atau hanya ada satu duri yang mereduksi pada
permukaan luarnya, dan capit bewarna kuning dan orange.
Kedua, carpus dari cheliped memiliki dua duri tajam pada
permukaan luarnya, dan capit berwarna hijau atau ungu. Duri
carpus pertama dipecah menjadi 2 (dua), terlihat dari bagian
frontal pada karapasnya. Jika memiliki duri tajam pada bagian
frontal dan memiliki dua duri carpus yang juga tajam, maka ciri-
ciri tersebut merupakan jenis S. serrata. Selain itu pada capit
memiliki duri yang tajam dan warna karapas biasanya berwarna
hijau tua sampai hijau kehitaman (gelap). Bagian luar capit
berwarna hijau kebiruan dan memiliki pola marmer. Kaki renang
baik jantan maupun betina memiliki
pola yang sama (Larosa, 2013).
Karakter-karakter yang umum digunakan untuk identifikasi
pada krustasea khususnya kepiting adalah bentuk carapace
misalnya ovate (seperti daun, hexagonal, pentagonal dan lain-
lain) dan karakter abdominal shape (menyatu = fused) dan dapat
digerakkan (movable) dan (tidak menyatu = unfused). Bentuk
capit, Pleopod (kaki renang), uropod (ekor kipas), telson (bagian
yang menonjol), pereipod (kaki jalan) dan maxiliped
(membantu untuk makan) (Yamindago, 2013).
2.5 Karakteristik Perairan Teluk Awur
Perairan Pantai Teluk Awur Jepara merupakan daerah teluk
dengan ombak yang tidak begitu besar. Salah satu potensi yang a
da di tempat tersebut adalah rumput laut dimana rumput laut
dapat memengaruhi kelimpahan biota bentik yang termasuk di
dalamnya adalah epifauna yang pergerakannya terbatas. Selain
itu, kondisi perairan dilihat dari parameter fisika maupun kimia
juga dapat berpengaruh terhadap persebaran dan pertumbuhan
biota tersebut (Sunarernanda et al., 2014).
Perairan Jepara termasuk perairan di daerah utara Pulau Jawa
yang memiliki kandungan biotik dan abiotik melimpah meskipun
kondisi perairannya tidak baik pada musim hujan. Perairan Teluk
Awur, Jepara dan sekitarnya tergolong perairan yang masih baik
dibandingkan dengan perairan lain di pantai utara Jawa sehingga
masih dapat dijumpai biota-biota laut seperti rumput laut, lamun,
bakau, moluska, arthropoda dan masih
banyak lagi (Pramesti et al, 2016).
Tingkat perairan Teluk Awur yang memiliki tipe substrat
yang bervariasi serta arus dan gelombang yang lemah. karena
memilki substrat yang cukup beragam, pasir + pecahan karang,
terdapat batu, sedikit lumpur sehingga dapat ditumbuhi beragam
jenis rumput laut. Hal ini dikarenakan dapat dikarenakan bahwa
semakin bervariasi substrat di suatu perairan semakin beragam
jenis biota yang dapat ditemukan (Rahayu et al., 2012).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keberlangsungan Hidup


Arthropoda di Perairan
Arthropoda hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89%
diantaranya hidup di perairan laut, 10% di perairan tawar dan 1%
di perairan terestial. Jenis Crustacea seperti udang laut
merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan
terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini
biasanya hidup terbatas pada daerah terjauh dari estuari yang
umumnya mempunyai salinitas 30% atau lebih. Jenis Crustacea
seperti udang air payau mempunyai kemampuan untuk bertahan
dari variasi penurunan salinitas sampai di bawah 30% dan
menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai
dengan kemampuan spesies untuk mentolerir penuruan tingkat
salinitas. Sedangkan udang air tawar tidak dapat bertahan di
perairan dengan salinitas diatas 5%. Crustacea dapat menenmpati
perairan dengan berbagai tipe pantai seperti pantai berpasir,
berbatu ataupun berlumpur. Spesies yang dijumpai pada ketiga
tipe pantai ini berbeda-beda sesuai dengan kemampuan masing-
masing spesies menyesuaikan diri dengan kondisi fisik, kimia
perairannya. Tingginya aktivitas penduduk dapat mempengaruhi
keberlangsungan hidup bagi Arthropoda seperti limbah limbah
pemukiman, jalur aktifitas kapal kapal dan aktifitas galangan
kapal, tentunya akan memberikan pengaruh negatif bagi
kehidupan udang di perairan, kondisi ini di khawatirkan
seandainya terjadi secara terus menerus akan berimplikasi
terhadap keberlangsungan hidupnya secara continue, sehingga
perlu dilakukan langkah perfentif agar ketersediaan udang bagi
masyarakat dapat terjamin secara continue (Asian et al.,2015).
III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


3.1.1 Praktikum Lapangan
Hari, Tanggal : Sabtu, 29 April 2017
Waktu : 07.00 - 12.00 WIB
Tempat : Pantai Teluk Awur, Jepara, Jawa Tengah
3.1.2 Praktikum Laboratorium
Hari, Tanggal : Sabtu, 29 April 2017
Waktu : 15.00 02.30 WIB
Tempat : Laboratorium Marine Biology
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro, Teluk Awur, Jepara

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


3.2.1 Alat Praktikum
Tabel 1. Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi

1 Nampan Wadah sampel


untuk
diidentifikasi
2 Lup Untuk melihat
secara detail
morfologi
arthropoda

3 Kertas A4 Agar dapat


laminating membedakan
warna yang
sebenarnya dari
sampel

4 Buku Iden Pedoman


identifikasi
arthropoda

5 Penggaris Acuan ukuran


sampel
arthropoda

6 Ziplock Sebagai wadah


sampel
7 Lateks / sarung Sebagai
tangan pelindung jari-jari
tangan

8 Ember Sebagai wadah


sampel

3.2.2 Bahan Praktikum


Tabel 2. Bahan
No Nama Bahan Gambar Fungsi

1 Sampel filum Sampel yang


Arthropoda diidentifikasi

2 Sampel filum Sampel yang


Arthropoda diidentifikasi
3.3 Metode
1. Peralatan seperti nampan ,lup, kertas A4 laminating dan buku
iden disiapkan oleh praktikan.
2. Sampel dari arthropoda diletakkan di dalam nampan yang
sudah dilapisi oleh kertas A4 laminating dan penggaris.
3. Kemudian dilihat secara detail permukaan luarnya
menggunakan lup.
4. Sampel diidentifikasi dengan bantuan buku iden.
5. Sampel yang sudah diidentifikasi kemudian
didokumentasikan.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Secara morfologi Arthropoda dicirikan dengan badan yang
beruas biasnya mencapai lebih dari 21 ruas, yang tiap ruasnya
mempunyai sepasang anggota badan (appendages) namun
sepasang anggota badan ini ada yang mereduksi atau berubah
bentuk dan fungsi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
kelompok. Ciri penting lain adalah kelompok arthropoda
tidak memunyai struktur tulang di dalam tubuhnya.
Arthropoda mempunyai struktur dinding badan keras yang
menutupi tubuh bagian luar untuk melindungi bagian dalam
tubuh yang biasanya disebut eksosekeleton. Bagian paling
luar mempunyai struktur yang paling keras dan diperkuat
oleh khitin. Meskipun keras namun strukutur ini masih
memungkinkan pergerakan di tiap ruas.
2. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala (caput), dada (toraks)
dan perut (abdomen). Jika dipotong menjadi dua, maka
bersifat simetri bilateral. Mulutnya terdapat pada bagian
ujung anterior dan anus terdapat pada ujung posterior.
Mempunyai alat-alat tubuh yang sudah lengkap meliputi alat
pencernaan, yaitu mulut, kerongkongan, usus, dan anus.
Respirasi dengan insang, trakea, permukaan tubuh, atau
dengan paru-paru buku. Hewan ini sudah mempunyai sistem
saraf, peredaran darah, ekskresi, serta indra. Filum ini
dianggap berkerabat dekat dengan Annelida sebab banyak
memiliki sifat-sifat yang sama.
3. Arthropoda yang diidentifikasi pada praktikum ini adalah
Leptograpsus variegatus dan Macrobranchium crenulatum.
5.2 Saran
1. Memperhatikan apa yang disampaikan oleh asisten dengan
baik.
2. Mempelajari modul untuk mempermudah praktikum.
3. Sebaiknya merapikan dan membersihkan alat yang ada di
ruangan setelah praktikum

Anda mungkin juga menyukai