Anda di halaman 1dari 32

1.

PENGERTIAN
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan
Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.

2. SISTEM PERNAFASAN
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot
pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15
kali per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu
ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1). Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan
paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan
koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang
keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer,
dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk
ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
1. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi
jalan napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari
dan ke paru-paru.
2. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
3. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
4. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosa, internal interkosa, otot abdominal.

2). Perfusi Paru


Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari
ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian
respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat
fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme
atau tekanan darah sistemik.

3). Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam
aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari
darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari
area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.
Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane
kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2
di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada
kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk
ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam
kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO 2 akan
berdifusi keluar alveoli.
Anatomi paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari
gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus
superior, lobus media, dan lobus inferior.
2) Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus
superior dan lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).

Gambar 1. Lobus Pulmo Sinistra dan


dekstra. (Syaifuddin, 1997)

Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain


yang disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya
mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti
dengan sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara
atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel
epitelium pipih, dan di sinilah darah hamper langsung
bersentuhan dengan udara hingga suatu jaringan pembuluh
darah kapiler mengitari Alveoli dan pertukaran gas pun
terjadi. (Evelyn C. P, 2002).

Gambar 2. Diagram dari akhiran sebuah


Bronkhliolus didalam Alveoli. (Pearce. E. C, 2002)

3. SISTEM KARDIOVASKULER
a. Struktur dan letak jantung
Jantung terbagi oleh sebuah septum (sekat) menjadi dua belah,
yaitu kiri dan kanan. Setiap belahan kemudian dibagi menjadi dua
ruang, pada bagian di atas disebut atrium dan bagian bawah disebut
ventrikel. Pada masing-masing belahan terdapat satu atrium dan
satu ventrikel. Atrium dan ventrikel dihubungkan oleh lubang yang
terdapat katup, pada bagian sebelah kanan disebut katup (valvula)
trikuspidalis dan pada bagian sebelah kiri disebut katub mitral atau
katub bikuspidalis. (Pearce, 1999)
Jantung terbungkus oleh membran yang disebut perikardium.
Membran ini terdiri atas dua lapisan dalam dan luar. Lapisan dalam
disebut perikardium viseralis (membran serus yang lekat sekali pada
jantungnya) dan lapisan luar disebut perikardium parentalis (lapisan
yang membungkus jantung sebagai kantong longgar). Keduanya dipisahkan
oleh cairan pelumas yaitu cairan serus yang berfungsi mengurangi
gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Jantung terdiri dari tiga lapisan, antara lain: epikardium (luar),
miokardium (otot), endokardium (lapisan dalam/endotel).

Gambar 1. Struktur jantung dan perjalanan aliran darah


melalui kamar
jantung, sesuai petunjuk anak panah
b. Fisiologi jantung
Jantung berfungsi sebagai pemompa darah dari pembuluh vena
ke dalam sirkulasi pulpomal paru-paru vena, vena pulmonalis,
atrium kiri, lewat katup mitral, ventrikel kiri, katup aorta,
arteri, arteriola, kapiler, venula, vena, vena cava inferior,
dan kembali ke atrium kanan yang disebut sirkulasi
sistematik, sedangkan aliran darah dari atrium kanan masuk
lewat katup trikuspidalis, sirkulasi paru-paru yang disebut
sirkulasi pulmonalis.
Gangguan aliran dalam jantung mengakibatkan oksigenasi tidak
adekuat, darah arteri dan vena tercampur yang mengakibatkan perfusi
sel-sel berkurang. Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu
kontraksi (systole) dan relaksasi (diastole). Kontraksi kedua atrium
terjadi serentak disebut systole atrial dan relaksasi atrium disebut
diastole atrial, demikian pula untuk kontraksi ventrikel disebut
systole ventrikel dan relaksasi ventrikel disebut diastole ventrikel.
Kontraksi ventrikel lamanya 0,3 detik dan relaksasi lamanya 0,5
detik. Kontraksi kedua atrium pendek sedangkan kontraksi ventrikel
lebih lama dan kuat.
Daya pompa jantung pada organ yang sedang istirahat berdebar
sekitar 70 kali/menit dan memompa 70 ml setiap denyutan. Dengan
demikian jumlah darah yang dipompa setiap menit sekitar 5 liter.
Sewaktu banyak bergerak kecepatan denyut jantung dapat mencapai 150
kali/menit, sehingga daya pompa jantung adalah 20-25 liter/menit.
(Evelya C. Pearce, 2002).

Gambar 2. Gambaran skematik aliran darah


melalui system kardiovaskuler
4. HEMATOLOGI
Oksigen membutuhkan transport dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam
darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin (Hb)
dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung
280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi
dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk
oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 dipengaruhi
oleh suhu, Ph, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian besarnya Hemoglobin (Hb) dan jumlah eritrosit akan
mempengaruhi transport gas.

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN


1. Faktor Fisiologi
1. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
2. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran
napas bagian atas
3. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2
terganggu
4. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka
dan lain-lain.
5. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
pada kehamilan,
obersitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik
seperti TBC paru

2. Faktor Perkembangan
1. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
2. Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
3. Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan
merokok
4. Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
5. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Prilaku
1. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
yang
terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
2. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan
kebutuhan oksigen
3. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan
koroner
4. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake
nutrisi (Fe)
menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan
depesi
pusat pernafasan
5. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat

4. Faktor Lingkungan
1. Tempat kerja (polusi)
2. Suhu lingkungan
3. Ketinggian tempat dari permukaan laut

5. PERUBAHAN FUNGSI JANTUNG


Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi adalah sebagai berikut :
1. Gangguan Konduksi
Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia
(takikardia/bradikardia)
2. Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan
hipoksia
Jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi,
regurgitasi darah yang
mengakibatkan vetrikel bekerja lebih keras.
4. Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari
arteri koroner ke miokardium.

6. PERUBAHAN FUNGSI PERNAFASAN


1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru
agar pernafasan lebih cepat dan
dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a. Kecemasan
b. Infeksi / sepsis
c. Keracunan obat-obatan
d. Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis
metabolik

Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas


pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk
mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan
atelektasis (kolaps paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri
kepala, penurunan kesadaran, disorientasi,
kardiakdistritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak
arrest.

3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang
diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh :
a. Menurunya hemoglobin
b. Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan
sianida
d. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti
pada pneumonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f. Kerusakan / gangguan ventilasi

Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya


kemampuan konsentrasi, nadi
meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.

DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Mardika tahun 2006.
Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Mardika 2007
Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2.
Jakarta : EGC. 1997
OKSIGENASI
A. Pengertian
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta
menghembuskan Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem
respirasi (pernafasan), kardiovaskuler dan hematology.
B. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu
paru-paru dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas dinding
dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding
abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat
frekuensi pernafasan 12-15 kali per menit. Ada 3 langkah dalam
proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan
koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah
diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang
keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer,
dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk
ke alveoli.
Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :
a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan
napas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke
paru-paru.
b. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan
c. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal
interkosa, internal interkosa, otot abdominal.
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru
untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah
deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari
ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian
respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat
fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar
sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme
atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli
ke dalam aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi
dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.
Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membrane
kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P)
O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada
kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk
ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam
kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan
berdifusi keluar alveoli.
C. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah organ yang sebagian terdiri dari
gelembung-gelembung udara atau alveoli. Paru-paru dibagi menjadi
2 bagian, yaitu :
1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, yaitu lobus superior,
lobus media, dan lobus inferior.
2. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan
lobus inferior. (Syaifuddin, 1997).
Bronkhus terminalis masuk ke dalam saluran yang agak lain yang
disebut Vestibula, dan di sini membrane pelapisnya mulai
berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan
sel epitelium yang pipih.
Dari Vestibula berjalan beberapa Infundibula dan di dalam
dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu. Kantong udara
atau Alveoli itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium
pipih, dan di sinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan
udara hingga suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari
Alveoli dan pertukaran gas pun terjadi. (Evelyn C. P, 2002).

D. Fungsi Pernafasan
Fungsi pernafasan antara lain :
1. Mengambil O2 (oksigen)
Yaitu dengan cara menghirup udara melalui nasal atau oris
2. Mengeluarkan CO2 (karbondioksida) sisa pembakaran
Yaitu menghembuskan nafas melalui nasal atau oris
3. Meningkatkan dan melembabkan udara.
4. Melindungi sistem pernafasan dan jaringan lain dari serangan
patogenik.
5. Untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi,
berteriak dan menghasilkan suara.
E. Organ-Organ Pernafasan
1. Hidung (nasal)
Hidung mempunyai 2 (dua) rongga yang dibagi oleh suatu sekat
yang disebut septumnasi. Dinding bagian dalam rongga hidung
(capum nasi) terdiri dari selaput lendir yang berfungsi
menetralisir suhu dan kelembaban udara yang masuk sehingga
tidak berbeda dengan suhu tubuh. Dibagian dalam rongga hidung
terdapat bulu-bulu halus yang berfungsi menyaring debu/ kotoran
yang masuk kedalam hidung pada saat bernapas.
2. Tekak (faring)
Merupakan suatu rongga yang menyambung antara cavumnasi dengan
laring. Faring terletak dibelakan rongga hidung, rongga mulut
dan didepan kerongkongan bagian atas. Tekak terbagi atas 3
(tiga) bagian:
a. Bagian atas disebut nasofaring
b. Bagian tengah disebut orofaring
c. Bagian bawah disebut laringo faring
3. Pangkal tenggorokan (laring)
Laring terletak dibawah epiglotis hingga dibawah jakun.
Bentuknya seperti pipa bulat, terdiri dari kepingan-kepingan
tulang rawan yang diikat oleh pigmen dan membran. Pada bagian
ini terdapat pita suara. Dinding laring bagian dalam terdiri
dari selaput lendir yang berguna untuk menyesuaikan suhu dan
kelembaban udara yang .masuk agar sesuai dengan suhu tubuh.
Laring terdiri dari 5 (lima) tulang rawan, sebagai
berikut:
a. Kartilago tiroid (1 buah) dengan jakun.
b. Kartilago ariteanoid (2 buah) berbentuk beker
c. Kartilago krikoid (1 buah) berbentuk cincin
d. Kartilago epiglotis (1 buah).
4. Batang tenggorokan (trachea)
Bentuknya seperti pipa, terletak dari faring hingga
sebatas vertebralis thorakalis ke 5. Tersusun dari 16 hingga 20
buah cincin tulang rawan yang bagian belakangnya diikat oleh
jaringan fibrosa dan otot. Bagian dalamnya dilapisi oleh
selaput lendir, yang berguna untuk menyesuaikan udara yang
masuk. Pada trachea terdapat sel-sel bersilia gunanya untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama sama dengan
udara pernafasan
5. Cabang trachea (bronkus)
Ada 2 buah bronkus yaitu bagian kiri dan kanan. Bronkhus
kanan lebih pendek dari bronchus kiri. Bronkhus bercabang lagi
menjadi bronchus paru-paru yaitu bronchus paru atas, bronchus
paru tengah dan bronchus paru bawah. Cabang bronchus yang besar
disebut segmenlobus dan cabang selanjutnya disebut segmen
bronchus.
6. Cabang bronkus (bronkhiolus) terdapat didalam paru-paru.
Cabang bronkhiolus banyak sekali dengan garis tengah 1 mm.
Diujung bronkhiolus terdapat suaru kantong udara yang disebut
alveoli.
7. Kantong udara (alveoli) merupakan akhir dari bronkhiolus.
Alveoli membentuk kelompok-kelompok yang disebut asinus, yang
merupakan unit fungsional paru-paru. Disini terjadi pertukaran
oksigen dari udara dan karbondioksida dari darah. Alveoli
dikelilingi pembuluh darah atau kapiler.
8. Paru-paru.
Bentuknya seperti kerucut, berada didalam rongga thorak yang
diselaputi oleh pleura.Diantara paru kanan dan kiri terdapat
jantung. Paru-paru terdapat atas bagian-bagian oleh celah-celah
yang disebut lobus
a. Paru-paru kanan terdiri atas lobus superior, lobus medius
dan lobus inferior
b. Paru-paru kiri terdiri atas lobus superior dan lobus
inferior.
Setiap lobus terdiri dari lobula-lobula yaitu kumpulan dari
alveoli.
c. Kapasitas paru-paru
Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di
dalamnya. Waktu ekspirasi udara di dalam paru-paru masih
tertinggal 3 liter, sedangkan pada waktu pernapasan
tertinggal 2 liter.
F. Proses Terjadinya Pernafasan
Udara dari atmosfer masuk melalui hidung (nasal), lalu ke
konka nasal. Di konka nasal terdapat mukosa yang berfungsi
melembapkan udara dan kotoran, sehingga debu menenpel pada bulu
hidung yang berfungsi menyaring udara dari debu. Kemudian masuk
ke nasofaring lalu ke faring, lalu masuk ke trakea, lalu ke
cabang trakea yaitu bronkus, setelah itu masuk ke percabangan
bronkus yaitu bronkeolus, lalu menuju ujung bronkeolus yang
terdapat alveolus.
Di alveolus terjadi pertukaran gas O2 dan CO2, dimana O2
masuk ke pembuluh darah dan di ikat oleh hemoglobin, di bawa ke
jantung dan di sebarkan ke seluruh tubuh yaitu sel, lalu sisa
pernafasan yaitu CO2 dibawa ke jantung dan di pompa ke paru-
paru, CO2 keluar dari pembuluh darah ke alveoli dan dibawa keluar
dari tubuh melalui saluran pernafasan
G. Macam-macam Pernafasan
1. Pernapasan dada
Pada saat bernapas, rangka terbesar bergerak. Ini terjadi pada
rangka lunak yaitu pada orang-orang muda dan perempuan.
Pernafasan dada biasanya tejadi saat lelah, tidur dan orang
yang sesak.
2. Pernapasan perut
Pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka biasanya terjadi
pada orang tua. Jika tulang rawannya tidak begitu lembek yang
disebabkan banyak zat kapur mengendap di dalamnya dan ini
banyak kelihatan pada pria. Biasanya ini terjadi pada saat
santai, duduk, dan lain-lain.
H. Fisiologi Pernafasan
1. Pengendalian pernapasan
Proses pernapasan dikendalikan oleh kimiawi dan syaraf. Pada
proses kimiawi, karbondioksida merangsang saraf di medulla
oblongata dan disalurkan lewat saraf phrenikus dan saraf
interkostalis yang selanjutnya menuju otot-otot pernapasan
(otot diafragma atau interkostalis). Otot ini berkontraksi
sehingga terjadilah pernapasan.
2. Kecepatan pernapasan
Napas wanita lebih cepat dari pria. Patokan normalnya sebagai
berikut (sumber Fundamental Of Nursing, Lilis Taylor,
Lippincott, 1997) :
a. Bayi usia< 1 tahun : 30 60 X/Menit.
b. Anak usia 1-5 tahun : 20 40 X/Menit
c. Anak usia 6 12 tahun : 15 25 X/Menit
d. Dewasa : 16 20 X/Menit.
3. Kebutuhan tubuh akan oksigen
Oksigen diperlukan oleh tubuh pada tingkat metabolisme sel. Sel
tubuh yang tidak memperoleh oksigen akan mengalami kerusakan
dan mati. Bila seseorang kekurangan oksigen akan terlihat
kebiru-biruan pada ujung telunjuk tangan, bibir serta ujung
telinga.
I. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernafasan
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruksi saluran napas bagian atas
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transpor O2 terganggu
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
hamil, luka dan lain-lain
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti
kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
penyakit kronik seperti TBC paru.
2. Faktor Perkembangan
Faktor perkembanganTahap perkembangan anak dapat memengaruhi
jumlah kebutuhanoksigenasi karena usia organ di dalam tubuh
seiring dengan usia perkembangan anak.
a. Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfactant
b. Bayi dan toddler : adanya risiko infeksi saluran pernapasan
akut
c. Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan
paru-paru
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi
paru menurun.
3. Faktor Perilaku
Perilaku yang di maksud diantaranya adalah perilaku dalam
mengkonsumsi makanan (status nutrisi), aktivitas yang dapat
meningkatkan kebutuhan oksigenasi, merokok dan lain-lain.
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya
ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis
b. Latihan, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
d. Substance abuse (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkatkan.
4. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan yang dapat memengaruhi kebutuhan
oksigenasi,seperti faktor alergi, ketinggian dan suhu. Kondisi-
kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi. Riwayat
penyakit : orang yang memiliki riwayat penyakit paru dan masih
diderita hingga kini dan orang yang mengalami perubahan fungsi
pernafasan mengalami berbagai tingkat kesulitan pernafasan di
lingkungan yang berpolusi. Beberapa orang tidak dapat melakukan
perawatan diri dalam lingkungan seperti ini.
a. Suhu lingkungan: Semakin tinggi suhu lingkungan maka
metabolisme tubuh dan peredaran darah semakin cepat
sehingga kebutuhan akan O2 akan semakin tinggi, maka otak
akan memberikan respon untuk bernapas lebih banyak dari
yang semula.
b. Ketinggian tempat dari permukaan laut: Semakin tinggi
lingkungan suatu daerah, maka jumlah oksigen yang tersedia
semakin tipis, shingga tubuh harus berusaha mendapatkan O2
lebih banyak, dengan respon dari otak untuk bernapas lebih
cepat
5. Faktor Emosi
Percepatan frekuensi nadi merupakan suatu reaksi tubuh terhadap
emosi seperti takut, cemas dan marah. Menerangkan bahwa kerja
jantung dipengaruhi oleh impuls dari pusat yang lebih tinggi di
otak dengan jalan hypotalamus yang menstimulasi pusat cardiac
(Penghambat dan pemacu jantung) di medulla otak. Jaringan
penggerak pusat tersebut membawa impuls ke para sympatis nerves
dan sympatis yang kemudian mengirim impuls ke jantung.
6. Faktor Kesehatan
Pada orang sehat, sistem cardio vaskuler sering mempengaruhi
distribusi oksigen dalam sel tubuh. Penyakit sistem pernafasan
dapat menyebabkan hypoxemia, karena hemoglobin membawa oksigen
dan karbondioksida.
7. Faktor Latihan
Latihan fisik atau aktifitas meningkatnya pernafasan dan
kebutuhan oksigen dalam tubuh. Mekanisme yang mendasarinya
tidak banyak diketahui. Walaupun demikian hal ini menerangkan
bahwa beberapa faktor yang terlibat didalamnya antara lain
kimiawi, neural dan perubahan.
8. Faktor Gaya hidup
Olah raga fisik atau aktivitas fisik meningkatkan frekuensi dan
kedalaman pernafsan dan oleh karena itu juga meningkatkan
suplai oksigen didalam tubuh.
J. Masalah-masalah umum oksigenasi
1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi
Ventilasi)
Adalah suatu kondisi dimana individu tidak mampu untuk batuk
secara efektif.
2. Kerusakan pertukaran gas (Kerusakan pada fisiologi Difusi)
Kondisi dimana terjadinya penurunan intake gas antara alveoli
dan sistem vaskuler
3. Pola nafas tidak efektif (Kerusakan pada fisiologi
Transportasi)
Adalah Suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi berhubungan
dengan perubahan pola nafas. Hiperpnea atau hiperventilasi akan
menyebabkan penurunan PCO2
K. Gangguan / Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan
kebutuhanoksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau
peningkatan penggunaan oksigen di sel, sehingga dapat
memunculkan tanda sepertikulit kebiruan (sianosis).
Kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang
terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang
fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian.
Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan
berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.
Di dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem kesetimbangan yang
berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu proses adaptasi
yang dilakukan oleh tubuh manusia adalah beradaptasi terhadap
perubahan ketinggian yang tiba-tiba. Jika seseorang yang
bertempat tinggal di Jakarta dengan ketinggian 0 km dari
permukaan laut (dpl) pergi dengan pesawat terbang ke Mexico
City dengan ketinggian 2,3 km dpl, maka setelah tiba di Mexico
City akan merasa pusing, mual, atau rasa tidak nyaman lainnya.
2. Perubahan Pola Pernapasan
a. Takipnea, merupakan pernapasan dengan frekuensi lebih dari
24kali per menit. Proses ini terjadi karena paru-paru dalam
keadaanatelektaksis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea, merupakan pola pernapasan yang lambat abnormal,
10 kali per menit. Pola ini dapat ditemukan dalam
keadaan peningkatan tekanan intracranial yang di sertai
narkotik atausedatif.
c. Hiperventilasi, merupakan cara tubuh
mengompensasimetabolisme tubuh yang melampau tinggi dengan
pernapasan lebihcepat dan dalam, sehingga terjadi
peningkatan jumlah oksigendalam paru-paru. Proses ini di
tandai adanya peningkatan denyutnadi, napas pendek, adanya
nyeri dada, menurunnya konsentrasiCO2 dan lain-lain.
d. Kussmaul, merupaka pola pernapasan cepat dan dangkal yang
dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic
e. Hipoventilasi, merupakan upaya tubuh untuk
mengeluarkankarbondioksida dengan cukup pada saat ventilasi
alveolar, sertatidak cukupnya jumlah udara yang memasuki
alveoli dalam penggunaan oksigen.
f. Dispnea, merupakan sesak dan berat saat pernapasan. Hal ini
dapatdisebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebuhan, dan pengaruh psikis.
g. Ortopnea, merupakan kesulitan bernapas kecuali pada posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada
seseorang yangmengalami kongesif paru-paru
h. Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang
amplitudonyamula-mula nik kemudian menurun dan berhenti,
lalu pernapasandimulai lagi dari siklus baru. Periode apnea
berulang secara teratur
i. Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan dimana
dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan
normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektasis.
j. Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip
dengancheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
k. Stridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi
karena penyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya
ditmukan pada kasus spasme trachea atau obstruksi laring.

3. Obstruksi jalan napas


Obstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi pada
induvidudengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait
denganketidakmampuan batuk secara efektif. Hal ini dpat
disebabkan olehsecret yang kental atau berlebihan akibat
penyakit infeksi;immobilisasi; statis skreasi; serta batuk
tidak efektif karena penyakit persarafan seperti cerebro
vascular accident (CVA), akibat efek pengobatan sedative, dan
lain-lain.Tanda klinis :
a. Batuk tidak efektif atau todak ada
b. Tidak mampu mengelurakan secret di jalan napas
c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal
4. Pertukaran gas
Pertukaran gas merupakan suatu kondisi pada individu
yangmengalami penurunan gas, baik oksigen maupun
karbondioksida, antar alveoli paru-paru dan system vascular.
Hal ini dapat disebabkan olehsecret yang kental atau
immobilisasi akibat system saraf; depresisusunan saraf pusat;
atau penyakit radang pada paru-paru. Terjadinyagangguan dalam
pertukaran gas ini menunjukkan bahwa penurunankapasitas difusi
dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru-paruke jaringan
terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,keracunan CO2,
dan terganggunya aliran darah. Penurunan kapasitasdifusi
tersebut antara lain disebabkan oleh menurunnya luas permukaan
difusi, menebalnya membrane alveolar kapiler, dan rasioventilasi
perfusi yang itdak baik.Tanda klinis:
a. Dispea pada usaha napas
b. Agistasi
c. Lelah, alergi
d. Meningkatnya tahanan vascular paru-paru
e. Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya
PaCO27(Sianosis)

L. Pemeriksan Fisik
1. Inspeksi
a. Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada
posisi duduk.
b. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
c. Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
d. Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, gangguan tulang belakang
seperti : kyphosis, scoliosis dan lordosis.
e. Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
f. Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
g. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini
normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan
adanya obstruksi pada jalan nafas dan sering ditemukan pada
klien Chronic Airflow Limitation (CAL)/COPD
h. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter
anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T).
ratio ini normalnya berkisar 1 : 2 sampai 5 : 7, tergantung
dari cairan tubuh klien.
i. Kelainan pada bentuk dada :
1) Barrel Chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi
peningkatan diameter AP : T (1:1), sering terjadi pada
klien emfisema.
2) Funnel Chest (Pectus Excavatum)
Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah
besar, yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat
timbul pada ricketsia, marfans syndrome atau akibat
kecelakaan kerja.
3) Pigeon Chest (Pectus Carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana
terjadi peningkatan diameter AP. Timbul pada klien dengan
kyphoscoliosis berat.
4) Kyphoscoliosis
Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini
akan mengganggu pergerakan paru-paru, dapat timbul pada
klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal
lain yang mempengaruhi thorax.
Kiposis : meningkatnya kelengkungan normal kolumna
vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.
Skoliosis : melengkungnya vertebrae torakalis ke lateral,
disertai rotasi vertebral
j. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan
atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paru atau pleura.
k. Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
3. Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada disekitarnya dan pengembangan (ekskursi)
diafragma.
Jenis suara perkusi :
Suara perkusi normal :
Rresonan : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada jaringan
(Sonor) paru normal.
Ddullness dihasilkan di atas bagian jantung atau paru.
Ttympany : musikal, dihasilkan di atas perut yang berisi
udara.

Suara Perkusi Abnormal :


Hhiperresonan bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
Fflatness resonan dan timbul pada bagian paru yang
abnormal berisi udara.
: sangat dullness dan oleh karena itu nadanya
lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi
daerah paha, dimana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
4. Auskultasi
Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan suara nafas normal, suara tambahan (abnormal), dan
suara dengan menggunakan stetoskop.
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
Suara nafas normal :
a. Bronchial : sering juga disebut dengan Tubular sound
karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu
tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang
daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase
tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah
suprasternal notch.
b. Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas
bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan
dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks
dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c. Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-
sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi
terdengar seperti tiupan.
Suara nafas tambahan :
a. Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.
b. Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok
terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum
c. Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti
gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura. Sering
kali klien juga mengalami nyeri saat bernafas dalam.
d. Crackle
Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat
inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah
akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli
atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi.
Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong
akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas
yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

1. Asidosis Respiratorik
Defenisi :
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan
karena penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat
dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.
Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah
karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah
akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak
yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih
cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat
mengeluarkan karbondioksida secara adekuat.
Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru-paru, seperti:
Emfisema
Bronkitiskronis
Pneumonia berat
Edemapulmone
Asma
Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik
akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan
pernafasan.
2. Asidosis Metabolik
Defenisi :
Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah.
Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah
akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih
dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air
kemih.
Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh
terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga
terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3
kelompok utama:
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi
suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi
asam.Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila
dimakan dianggap beracun.Contohnya adalah metanol (alkohol
kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui
metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu
akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya
adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.Asam
yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut,
dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu
untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya.Bahkan
jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika
ginjal tidak berfungsi secara normal.Kelainan fungsi ginjal
ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis
(ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi
pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang
mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidois metabolik:
1) Gagal ginjal
2) Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3) Ketoasidosis diabetikum
4) Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5) Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis
salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau
amonium klorida
6) Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran
pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.
3. Alkalosis Respiratorik
Defenisi :
Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah
menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga
menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang
dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah
kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah:
rasa nyeri
sirosis hati
kadar oksigen darah yang rendah
demam
overdosis aspirin.

Pengobatan :
Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah
memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah kecemasan,
memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda
nyeri.Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung
plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan
nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan
menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan
berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat,
gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.
4. Alkalosis Metabolik
Defenisi :
Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam
keadaan basa karena tingginya kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu
banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung
disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang
dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada
seseorang yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-
bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan
natrium atau kalium dalam jumlah yang banyak mempengaruhi
kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.
Penyebab utama akalosis metabolik:
a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau
akibat penggunaan kortikosteroid).
M. Metode Pemberian (Oksigen) O2
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem aliran rendah
Tehnik system aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Tehnik ini menghasilkan FiO2 yang
bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan
volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini
ditujukan untuk klien yang memerlukan O2 tetapi masih mampu
bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali
permenit.
Contoh system aliran rendah ini adal;ah : (1) kataeter naal,
(2) kanula nasal, (3) sungkup muka sederhana, (4) sungkup muka
dengan kantong rebreathing, (5) sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.
Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system :
a. Kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2


secara kontinu dengan aliran 1 6 L/mnt dengan konsentrasi
24% - 44%.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%,
tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula
nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi
selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt
dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa
hidung, kateter mudah tersumbat.
b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2
kontinu dengan aliran 1 6 L/mnt dengan konsentrasi O 2 sama
dengan kateter nasal.
Keuntungan
Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien dan nyaman.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai
O2 berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas
karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka sederhana

Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 8


L/mnt dengan konsentrasi O2 40 60%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui
pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol.
Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu
60-80% dengan aliran 8 12 L/mnt
Keuntungan
Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana,
tidak mengeringkan selaput lendir
Kerugian
Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran
lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2
bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing

Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai


99% dengan aliran 8 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak
bercampur dengan udara ekspirasi
Keuntungan :
Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
Kerugian
Kantong O2 bisa terlipat.
N. Sistem aliran tinggi
Suatu tehnik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi O2 yang lebihtepat dan teratur.
Adapun contoh tehnik system aliran tinggi yaitu sungkup muka
dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari
tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk
mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya
udaraluar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 14 L/mnt dengan
konsentrasi 30 55%.
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada
alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2,
suhu dan kelembaban gas dapat dikontrl serta tidak terjadi
penumpukan CO2
Kerugian
Kerugian system ini pada umumnya hampir sama dengan sungkup muka
yang lain pada aliran rendah.
DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul H.Pengantar Kebutuhan DasarManusia. SalembaMedika. 2006


Jakarta.
Greven, Ruth, 1999, fundamental of nursing: human health and
function, Philadelphia: lippincott. bahasa Cristantie
Effendy, Jakarta: EGC Dochterman,
Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States
of America : Mosby.
Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes
Classification. United States of America : Mosby North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010.
Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC. Potter, Perry. 2006.
Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai