Diajukan Sebagai salah satu syarat dalam melakukan kerja praktek dalam
rangka penulisan laporan pada Program Studi Teknik Pertambangan
Page | 1
dengan udara dan air yang terdapat di atmosfer. Sehingga membentuk asam
sulfat yang bersifat reaktif terhadap logam. Makin tinggi nilai HGI maka cepat
kemungkinan peralatan grinding atau mill makin terkena korosi, sehingga makin
cepat aus.
C. TUJUAN PENELITIAN
Page | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
A.1 Cara Terbentuk Batubara
Cara tebentuknya batubara melalui proses yang sangat panjang dan lama,
disamping dipengaruhi faktor alamiah yang tidak mengenal batas waktu,
terutama ditinjau dari segi fisika, kimia ataupun biologis. Dikenal serangkaian
faktor yang berpengaruh dan menentukan terbentuknya batubara. Faktor
faktor tersebut antara lain : posisi geoteknik, keadaan topografi daerah, iklim
daerah, tumbuhan, proses dekomposisi, sejarah setelah pengendapan, struktur
geologi cekungan dan etamorfosa organik.
Page | 3
kandungan unsur C pada anthracite, sebaliknya kandungan H20 pada bituminous
relatif lebih tinggi dari pada kandungan H2O pada anthracite.
1. Inherent impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara
yang sudah dicuci (washing) dan dikecilkan ukuran butiranya (crushing)
Page | 4
sehingga dihasilkan ukuran tertentu, ketika dibakar habis masih
memberikan sisa abu.
2. External impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari luar, timbul pada saat proses
penambangan antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan
penutup (overburden). Kejadian ini sangat umum dan tidak dapat dihindari,
khususnya penambangan batubara dengan metode tambang terbuka (open
pit). Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dibutuhkan dalam industri,
mutu batubara mempunyai peranan yang sangat penting dalam memilih
peralatan yang akan dipergunakan dan pemeliharaan alat. Dalam
menentukan mutu atau kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu :
Heating Value (Nilai Kalor)
Dinyatakan dalam Kkal/Kg, banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan
batubara dalam tiap satuan berat (Kilogram). Dikenal nilai kalor net (net
calorific atau low heating calorific value) yaitu nilai kalor hasil pembakaran
dimana semua air dihitung dalam keadaan gas, dan nilai kalor gross
(grosses calorific value) yaitu nilai kalor hasil pembakaran dimana semua
air dihitung dalam keadaan wujud cair. Semakin tinggi niali HV, makin
lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap
jamnya sehingga kecepatan umpan batubara (coal feeder) perlu
disesuaikan.
Moisture Content (Kandungan Lengas)
Jumlah lengas dalam batubara akan mempengaruhi penggunaan udara
primer. Batubara dengan kandungan lengas tinggi, akan membutuhkan
lebih banyak udara primer untuk mengeringkan batubara tersebut agar
suhu batubara pada saat keluar dari gilingan tetap, sehingga hasil produksi
industri dapat terjamin kualitasnya. Lengas batubara ditentukan oleh
jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara.
Ash Content (Kandungan Abu)
Merupakan abu hasil pembakaran batubara, abu ini merupakan
kumpulan dari bahan bahan yang terdapat dalam batubara yang tidak
dapat terbakar (non-combustible materials) atau yang dioksidasi oleh
oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini adalah senyawa SiO2,
Al2O3, TiO2, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O, P2O, SO3 dan oksida
unsur lain. Disamping itu terdapat pula abu dari bahan organik yang
terbakar (combustible material)
Page | 5
Sulfur Content (Kandungan Belerang)
Keberadaan sulfur dalam batubara akan berpengaruh terhadap tingkat
korosi sisi dingin (sisi luar) yang terjadi pada elemen pemanasan udara,
juga berpengaruh pada efektivitas peraltan penangkapan abu. Adanya
kandungan sulfur, baik dalam bentuk senyawa anorganik ataupun
senyawa organik diatmosfer dipicu oleh keberdaan air hujan,
mengakibatkan terbentuk air asam.
Volatile Matter (Bahan Mudah Menguap)
Kandungan volatile matter, berkaitan dengan proses pembatubaraan.
Kandungan ini mempengaruhi kesempurnaa pembakaran dan intensitas
nyala api, kesempurnaan pembakaran ditentukan oleh nilai fixed carbon.
semakin tinggi nilai fuel ratio, maka karbon yang tidak terbakar semakin
banyak. Hubungan antara fuel ratio, fixed carbon dan volatile matter sebagai
berikut :
=
Fixed Carbon
Didefinisikan sebagai material yang tersisa, setelah berkurangnya
moisture, volatile matter dan ash. Hubungan ketiganya ditunjukan sebagai
berikut :
(%) = 100%
Apabila nilai moisture content dan ash content disamakan dengan nilai
volatile matter, persamaan tersebut diatas menjadi :
= 100 (%)
Page | 6
Ash Fusion Character of Coal
Batubara apabila dipanaskan bersama sama terutama anorganik
impurities akan melebur atau meleleh. Apabila hal ini sampai terjadi akan
berpengaruh pada tingkat pengotoran (fouling), pembentukan terak
(slagging) dan akan berakibat terjadinya gangguan pada blower.
B. DATA PENDUKUNG
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur-brosur dari
perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.
Page | 7
BAB III
PENELITIAN DILAPANGAN
A. METODELOGI PENELITIAN
Bulan 1 2
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi literature
Observasi
Pengambilan Data
Analisis Data
Penyusunan Draft
Page | 8
PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dengan sebenarnya dan saya berharap agar
proses selanjutnya dapat berguna sebagai laporan kerja praktek, saya berharap
besar kiranya PT Surveyor Indonesia (Persero) dapat menyetujui dan menerima
proposal kerja praktek ini. Saya siap melaksanakan kerja praktek ini dengan
sebaik-baiknya dan sungguh-sungguh agar nantinya kerja praktek ini menjadi
bermafaat.
Page | 9