Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERBANDINGAN RISIKO KONTRAK LUMPSUM DAN

KONTRAK UNIT PRICE


(Studi Kasus Kontraktor di Kota Samarinda Kalimantan Timur)
Heru Bawono1, Alwafi Pujirahardjo2
1
Mahasiswa S2 Manajemen Kontruksi,
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Brawijaya
E-mail: herubawonoc99@gmail.com

ABSTRAK
Dalam setiap usaha akan selalu muncul secara berdampingan 2 (dua) hal yang kontradiktif yaitu peluang
memperoleh keuntungan dan risiko menderita kerugian, termasuk dalam usaha jasa konstruksi. Risiko
menderita kerugian ini dapatdiantisipasi dengan menganalisis jenis kontrak jasa konstruksi yang
digunakan,yaitu dengan membandingkan risiko biaya, waktu dan mutu konstruksi kontrak Lumpsum
dengankontrak Unit Price dari perspektif kontraktor selaku penyedia jasa. Metode yang digunakan adalah
Metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Prosesanalisis dimulai dengan mendefinisikan masalah, dan
membuat struktur hierarki.Hirarki ini terdiri dari 3 (tiga) level yaitu tujuan (level I), kriteria (level II),
danalternatif (level III).Berdasarkan hirarki tersebut kemudian disusun kuesioner.Penyebaran kuesioner
dilakukan pada 31 responden yang terdiri dari kontraktor diKota Samarinda. Data yang diperoleh kemudian
ditabulasikan, dilanjutkan denganmembuat matrik berpasangan, melakukan perbandingan berpasangan,
mengukurbobot prioritas untuk level II dan level III. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan
diperoleh perbandingan risiko dapat mengefisienkan biaya pada kontrak unit price lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrak lumpsum dengan perbandingan 81,36% : 18,64%. Risiko efisiensi waktu kontrak unit price
lebih efisien waktu daripada lumpsum dengan perbandingan 60,79% : 39,21. Sedangakan kualitas yang
dihasilkan antar kedua jenis kontrak memiliki bobot prioritas yang hampir sama 56,33% : 43,67%.Jadi,
kontraktor yang menggunakan kontrak unit price lebih efisien terhadap biaya, waktu dan mutu daripada
kontraktor dengan kontrak lumpsum.

Kata kunci: risiko, kontrak, Analytic Hierarchy Process (AHP).

PENDAHULUAN proses kegiatan konstruksi yang dapat


Dalam setiap usaha akan selalu memberikan dampak merugikan atau hal-
muncul secara berdampingan 2 (dua) hal hal yang tidak berjalan sesuai rencana
yang kontradiktif yaitu peluang baik terhadap biaya, mutu maupun
memperoleh keuntungan dan risiko waktu.Berbagai usaha dilakukan untuk
menderita kerugian, termasuk dalam dapat menghindari atau mengurangi
usaha jasa konstruksi. Kegiatan risiko sehingga dapat dicapai hasil yang
konstruksi dapat dikatakan berhasil efektif. Salah satunya adalah dengan
apabila mampu memenuhi tujuannya menganalisa risiko dari kontrak jasa
yaitu selesai tepat waktu yang ditentukan, konstruksi.
sesuai dengan biaya yang dialokasikan Berdasarkan pemaparan latar
dan memenuhi persyaratan kualitas yang belakang di atas, penelitian ini sangat
diisyaratkan. perlu dilaksanakan untuk membahas
Namun dalam pencapaian tujuan sejauh mana analisa perbandingan risiko
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, biaya, waktu dan mutu kontrak unit price
salah satunya adalah faktor risiko. Risiko dengan kontrak lumpsum. Salah satu
dalam hal ini adalah suatu metode untuk menganalisa hal di atas
keadaan/peristiwa yang tidak pasti dalam adalah dengan menggunakan metode

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 96


Analytic Hierarchy Process. Metode Risiko hanya boleh diambil
Analytic Hierarcy Process (AHP) bilamana potensi manfaat dan
merupakan suatu metode yang digunakan kemungkinan keberhasilannya lebih besar
untuk mencari bobot dimana intensitas daripada biaya yang diperlukan untuk
risiko dari penggunaan kontrak Lumpsum menutupi kegagalan yang mungkin
dan kontrak Unit Price dapat terjadi. Dalam hubungannya dengan
dikuantitaskan dan kemudian dianalisis. proyek, maka risiko dapat diartikan
sebagai dampak komulatif terjadinya
STUDI PUSTAKA ketidakpastian yang berdampak negatif
Pengertian Kontrak terhadap sasaran proyek. (Soeharto,
Kontrak merupakan kesepakatan 2001)
antara pihak pengguna jasa dan pihak
penyedia jasa untuk melakukan transaksi Identifikasi Risiko Dan Level Risiko
berupa kesanggupan antara pihak Identifikasi risiko adalah suatu
penyedia jasa untuk melakukan sesuatu proses pengkajian risiko dan
bagi pihak pengguna jasa, dengan ketidakpastian yang dilakukan secara
sejumlah uang sebagai imbalan yang sistematis dan terus menerus. Risiko pada
terbentuk dari hasil negosiasi dan proyek biasanya diklasifikasikan sebagai
perundingan antara kedua belah pihak. risiko murni, kemudian diklasifikasikan
Dalam hal ini kontrak harus memiliki dua lagi berdasarkan potensi sumber risiko
aspek utama yaitu saling menyetujui dan dan dapat pula berdasarkan dampak
ada penawaran serta penerimaan (Sutadi, terhadap sasaran proyek. Pendekatan
2005). yang digunakan dalam melakukan
Menurut Keppres No. 80 Tahun identifikasi risiko ini adalah dengan
2003 terdapat 5 (lima) jenis kontrak cause and effect, yaitu dengan
antara pihak pengguna jasa dan pihak menganalisis apa yang akan terjadi dan
penyedia jasa, yaitu Kontrak Lumpsum, potensi akibat yang akan ditimbulkan.
Kontrak Unit Price, Kontrak Gabungan (Soeharto, 2001)
Lumpsum dan Unit Price, Kontrak Menurut Flanagan (Kristinayanti,
Terima Jadi (Turn Key), dan Kontrak 2005), kerangka dasar langkah-langkah
Persentase. Dari kelima jenis kontrak untuk melakukan pengambilan keputusan
tersebut, yang sering dipakai adalah jenis terhadap risiko adalah:
kontrak lumpsum dan unit price,
walaupun tidak menutup kemungkinan
dipakainya jenis kontrak yang lain. Identifikasi Risiko

Pengertian Risiko Klasifikasi Risiko


Secara sederhana risiko dapat
berarti kemungkinan akan terjadinya
akibat buruk atau akibat yang merugikan. Analisis Risiko
Dalam perspektif kontraktor risiko adalah Perlakuan Risiko
kemungkinan terjadinya sesuatu
keadaan/peristiwa/kejadian dalam proses Respons Risiko
kegiatan usaha, yang dapat berdampak
negative terhadap pencapaian sasaran Gambar 1. Kerangka Umum Manejemen
usaha yang telah ditetapkan. (Asiyanto, Risiko
2005)

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 97


Penetapan level risiko (Asiyanto, mempunyai kepentingan terhadap
2005), dianalisis melalui penilaian masalah tersebut.
terhadap dua aspek, yaitu: kemungkinan
terjadinya risiko, yang diukur dari Tabel 2. Skala Penilaian Perbandingan
frekuensi kemungkinan kejadiannya, dan Berpasangan
pengaruh dari terjadi risiko, yang diukur Keterangan
Skala Definisi
(Misalkan)
dari dampak akibatnya. Dari gabungan
Sama-sama Elemen 1 dan 2
dua aspek tersebut maka akan dapat 1 disukai/penting sama-sama
ditetapkan level tiap risiko yang disukai/penting
bersangkutan, yaitu gabungan antara Cukup Elemen 1 cukup
tingkat probabilitasnya dan tingkat disukai/penting disukai/penting
3
pengaruhnya akan menentukan pada level Dibanding dengan
elemen 2
apa risiko tersebut berada. Level risiko Lebih Elemen 1 lebih
itu sendiri dibagi menjadi empat disukai/penting disukai/penting
5
golongan, yaitu : High (H), Significant Dibanding dengan
(S), Medium (M) dan Low (L). elemen 2
Sangat Elemen 1 sangat
disukai/penting disukai/penting
Tabel 1. Matrix Level Risiko 7
Dibanding dengan
Impa Tidak Kecil Sedang Besar Fatal elemen 2
ct penting
Mutlak Elemen 1 mutlak
Likely disukai/penting disukai/penting
9
Jarang L L L M S Dibanding dengan
Kemungkina elemen 2
Kecil L L M S S Nilai-nilai antara Jika ragu-ragu dalam
Cukup Mungkin M M S S H
Sangat Mungkin S S H H H
memilih skala,
Hampir Pasti S H H H H 2, 4, 6, 8 misalkan memilih
Sumber : Asiyanto (2005) sangat disukai atau
mutlak disukai
Jika elemen 1 Asumsi yang masuk
Metode Analytic Hierarchy Process dibanding elemen 2 akal
(AHP) Resipro
adalah skala 7,
kal
Metode AHP adalah salah satu maka elemen 1
bentuk model pengambilan keputusan adalah skala 1/7
yang komprehensif, yaitu Sumber : Saaty, 1988
memperhitungkan hal-hal kuantitatif dan
kualitatif sekaligus. Metode ini dominan Metode ini mampu memberikan
digunakan pada pengambilan keputusan kerangka kerja untuk memecahkan
untuk banyak kriteria, perencanaan masalah kompleks atau tidak
(prediksi), alokasi sumber daya, analisis berkerangka. Dimana setelah satu
biaya, pemilihan investasi, penentuan permasalahan didefinisikan, maka
prioritas dari strategi-strategi yang berikutnya permasalah tersebut akan
dimiliki pemain dalam suatu koflik dan dipecah-pecah menjadi unsur-unsurnya,
lain sebagainya. Dimana peralatan utama sampai tidak dimungkinkan pemecahan
dari model ini adalah sebuah hirarki lebih lanjut, sehingga diperoleh beberapa
fungsional dengan input utamanya adalah tingkatan permasalahan tersebut. Proses
persepsi manusia yang dianggap expert. analisis ini dinamakan hirarki
Adalah mengacu pada orang yang (hierarchy).
memahami benar permasalahan yang Pengambilan keputusan dari
diajukan, merasakan akibat atau permasalahan yang dihadapi dibuat dalam
suatu bagan terstruktur berdasarkan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 98


hirarki yang terdiri dari satu tujuan, level atau tingkat hirarki yang sama.
kriteria, atau beberapa sub kriteria dan Misalnya unsur a11 yang merupakan
alternatif untuk setiap keputusan.Metode perbandingan antara elemen A1 dengan
ini membuat penilaian tentang A1 itu sendiri. Demikian pula halnya
kepentingan diantara alternatif-alternatif dengan perbandingan elemen-elemen lain
keputusan di bawah kriteria tertentu, yang sama akan membentuk elemen
sehingga diperoleh bobot dari masing- diagonal dari kiri atas ke kanan bawah
masing alternatif dengan menggunakan adalah sama dengan satu.
skala-skala tertentu.Dalam penyusunan Sedangkan unsur-unsur yang
skala kepentingan ini digunakan merupakan perbandingan dari elemen
perbandingan berpasangan Tabel 2. yang tidak sama menunjukkan tingkat
Skala penilaian perbandingan intensitas kepentingan dari dua elemen
berpasangan. yang dibandingkan tersebut. Misalnya
unsur a12 adalah perbandingan dari
Perhitungan Bobot Perioritas elemen A1 dengan A2, dimana nilai
Pada metode AHP, digunakan perbandingannya adalah 1/a12. Setelah
operasi matriks untuk membuat matriks perbandingan untuk sekelompok
perbandingan antara elemen-elemen dari elemen selesai dibentuk, maka bobot
masalah yang dibicarakan. Misalnya prioritas dapat diukur.
dalam suatu subsistem operasi terdapat Bila vektor pembobotan
n elemen operasi yaitu A1, A2, A3, elemenelemen operasi A1, A2, An
An, maka hasil perbandingan secara dinyatakan dengan vektor W, dengan W
berpasangan elemen operasi tersebut akan = (W1, W2, Wn), maka nilai intensitas
membentuk matriks pairwise comparison kepentingan elemen operasi A2
atau matriks perbandingan, seperti dibandingkan dengan A1 dapat pula
ditunjukkan pada Gambar 2. Matriks dinyatakan sebagai perbandingan bobot
perbandingan berpasangan. elemen operasi A1 terhadap A2 yakni
Matriks perbandingan ini bersifat W1/W2 yang sama dengan a12, sehingga
resiprokal. Dalam matriks ini matrik perbandingannya dapat dinyatakan
perbandingan dilakukan dimulai dari seperti Gambar 3.
hirarki tingkat paling tinggi, dengan
mengambil sebuah kriteria tertentu A1 A2 .. An
sebagia dasar dan kemudian A1 W1/W1 W1/W2 W1/Wn
membandingkan elemen-elemen yang A2 W2/W1 W2/Wn
ada satu dengan yang lainnya, hingga ..
diperoleh hasil yang diinginkan. An Wn/W1 Wn/Wn

A1 A2 .. An Gambar 3. Matriks Perbandingan Preferensi


A1 a11 a12 a1n
A2 a21 a22 a2n Nilai-nilai Wi/Wj dengan
.. i,j=1,2,3,,n diperoleh dari partisipan,
An an1 an2 ann
yaitu orang-orang yang berkompeten
Gambar 2. Matriks Perbandingan dalam masalah yang dianalisis. Bila
Berpasangan matriks ini dikalikan dengan vektor
kolom w=(W1,W2, ...Wn), maka diperoleh
Unsur-unsur dari elemen tersebut hubungan:
diperoleh dari perbandingan antara A.W = n.W ......................................... (1)
elemenelemen yang berada dalam satu

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 99


Bila matrik A diketahui dan ingin Untuk menentukan tingkat
diperoleh nilai W, maka dapat kepentingan satu elemen terhadap elemen
diselesaikan melalui persamaan berikut : yang lain sesuai dengan AHP maka rata-
[A-nI] W = 0 ...................................... (2) rata geometri harus ditransformasi dulu
Dimana I adalah matrik identitas. ke skala dalam AHP. Transformasi ini
Persamaan ini dapat menghasilkan menggunakan Nilai Skala Banding
solusi yang tidak nol bila (jika dan hanya (NSB), dengan rumus (Noviyanti, 2004):
jika) n merupakan eigen value dari A dan

W adalah eigen vektornya. = ..................(5)
Perhitungan bobot prioritas Tingkat kepentingan satu elemen
dilakukan dengan cara mencari hasil kali terhadap elemen yang lain sebagai enteri
dari angka-angka setiap baris dan matriks perbandingan berpasangan
kemudian hasil tersebut ditarik akarnya ditentukan sebagai berikut (Noviyanti,
dengan pangkat sejumlah angka yang 2004):
dikalikan. Adapun persamaannya adalah :

(
W1= a1 j1xa2 j2 x... xan jn .......... (3) ) = .. ........... (6)

dimana Jika nilai positif maka nilai


a1j1, a2j2, .., anjn = vektor kolom tersebut sebagai enteri baris ke-I kolom
n = ukuran matrik ke-j dalam matriks perbandingan
berpasangan. Jika hasilnya negative maka
Rata-rata Geometri dan Nilai Skala nilai tersebut sebagai enteri baris ke-j
Banding (NSB) kolom ke-I dengan nilai harga mutlak
Kuesioner yang digunakan dalam angka tersebut.
penelitian ini adalah menggunakan skala
likert. Menurut Sugiono (2004) skala Kerangka Operasioanal Penelitian
likert digunakan untuk mengukur sikap, Metode yang digunakan dalam
pendapat dan persepsi orang atau penelitian ini adalah metode deskriptif
sekelompok orang tentang fenomena kualitatifyang bertujuan untuk membuat
social. Jawaban butir pertayaan kuesioner deskripsi, gambaran atau lukisan secara
dinilai dengan skor yang menyatakan sistematik, faktual dan akurat mengenai
pendapat dari responden. peristiwa atau hubungan antar peristiwa
Dalam penelitian yang melibatkan risiko yang akan diselidiki. Metode
banyak responden dapat menimbulkan deskriptif kualitatif yang dipakai adalah
perbedaan pendapat terhadap criteria metode survey yang bertujuan untuk
yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut, mendapatkan opini dari responden
menurut Saaty (1993) digunakan rata-rata mengenai peristiwa yang dapat
geometric untuk mendapatkan penilaian menimbulkan risiko biaya.
akhir. Menurut Yitnosumarto (1994) rata-
rata geometri dihitung dengan rumus: Metode Pengumpulan
n Data Metode pengumpulan data
= Xg = n X
i =1
i .............................. (4) yang dipergunakan dalam penulisan ini
Di mana: adalah dengan mengadakan studi
literatur, wawancara dan kuesioner.
= rata-rata geometri
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan
n = banyak data teknik sampling, yaitu teknik purposive
= skor yang diberikan atau besar d ata sampling, hanya mereka yang ahli yang
patut memberikan pertimbangan untuk
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 100
pengambilan sampel yang diperlukan. Anggaran proyek dilaksanakan sesuai
Dalam hal ini yang dimaksud dengan ahli dengan RAB pada perencanaan awal.
adalah kontraktor yang telah memiliki Pemilihan material atau bahan yang
pengalaman mengerjakan proyek dengan digunakan dilapangan.
kontrak, khususnya kontrak Lumpsum Pemilihan peralatan atau bahan yang
dan kontrak unit price. digunakan dilapangan.
Kemudahan dalam pencarian dana dan
Lokasi Pengumpulan Data administrasi.
Dalam penelitian ini Kota Tahapan pembayaran proyek cepat
Samarinda dijadikan lokasi pengumpulan dan tanpa birokrasi yang panjang.
data dengan pertimbangan bahwa Kota Pembayaran upah kerja berdasarkan
Samarinda memiliki perkembangan realisasi progres di lapangan.
industri konstruksi yang tinggi, sehingga
Pembayaran material berdasarkan
peluang terjadinya risiko juga cukup pembelian di lapangan.
besar.
Keprofesionalan SDM
Penetapan Responden Adapun faktor yang dominan yang
Responden dalam penelitian ini mempengaruhi efisiensi waktu
adalah kontraktor yang berada atau penyelesaian proyek:
beralamat di daerah Kota Samarinda, Kecepatan waktu penyelesaian proyek.
yang telah memiliki pengalaman Kemudahan dalam penyedianaan
mengerjakan proyek dengan kontrak material, peralatan dan metode yang
lumpsum dan kontrak unit price. Adapun digunakan.
kategori kontraktor sebagai responden Keahlian tenaga kerja.
ditetapkan penulis mengacu pada daftar Ketepatan jadwal berdasarkan jadwal
anggota GAPENSI tahun 2010 yaitu pelaksanaan yang disusun di awal
dengan klasifikasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. perencanaan.
Jumlah kontraktor dengan klasifikasi 1, 2, Jadwal pelaksanaan proyek
3, 4, 5, 6 dan 7 untuk daerah Kota dilaksanakan berdasarkan kontrak dan
Samarinda yang masih aktif. tidak berubah-ubah.
Sanksi atas keterlambatan pelaksanaan
Kuesioner proyek.
Data yang diperoleh dari hasil Adapun peristiwa yang dominan
penyebaran kuesioner adalah sebagai dalam aspek mutu proyek yang dihasilkan
berikut : adalah :
1. Data Perusahaan
Kebijakan pemilik proyek terhadap
2. Pendapat responden terhadap proyek
mutu proyek.
konstruksi yang dianggap lebih
Kecakapan personil pemilik, penyedia
menguntungkan, berdasarkan jenis
jasa dan konsultan dalam engukuran
kontrak yang digunakan dan jenis
prestasi pekerjaan menentukan mutu
konstruksinya.
pekerjan
3. Pendapat responden mengenai
probabilitas peristiwa-peristiwa Prosedur dan konsistensi penolakan
risiko berdasarkan pengaruh yang terhadap pekerjan yang tidak
ditimbulkan terhadap aspek waktu memenuhi syarat mutu.
dan mutu yang dihasilkam. Pengawasan pelaksanaan mutu proyek
Adapun faktor yang dominan yang dilakukan dengan sangat ketat.
mempengaruhi efisiensi biaya/ anggaran
proyek:
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 101
Pengujian mutu proyek dilaksanakan 7. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika
secara rutin dan mengikuti kaidah nilainya lebih besar dari 10% maka
yang ditetapkan. penilaian data judgement harus
Pemilihan bahan/ material proyek diperbaiki dengan melakukan
dilaksanakan sesuai standar. normalisasi kemudian kembali
melakukan langkah 5 dan 6 sampai
Analisis Data diperoleh nilai 10%.
Metode yang digunakan adalah
metode Analitycal Hierarchy Process Analisis Hasil
(AHP). Metode ini membuat penilaian Setelah dilakukan pengolahan dan
tentang kepentingan diantara alternatif- analisis data, akan diperoleh hasil berupa
alternatif keputusan di bawah kriteria ranking/daftar bobot prioritas dari hasil
tertentu, sehingga diperoleh bobot scoring terhadap kriteria-kriteria dan sub
(scoring) dari masing-masing alternatif kriteria-sub kriteria yang telah ada.
dengan menggunakan skala skala Berdasarkan bobot prioritas setiap kriteria
tertentu. dan sub kriteria tersebut maka diperoleh
Langkah-langkah dalam metode perbandingan risiko proyek berdasarkan
AHP adalah : jenis kontrak yang digunakan yaitu
1. Mendefinisikan masalah apa yang kontrak Lumpsum dan kontrak unit
tidak sesuai dengan rencana. price.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali
dengan tujuan umum, dilanjutkan Perhitungan Bobot Kriteri Aspek
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria Biaya
dan kemungkinan alternatif-alternatif Kriteria aspek biaya merupakan
pada tingkat kriteria paling bawah. faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Mengumpulkan data dengan membuat efisiensi biaya pada proyek dengan
kuisioner berdasarkan struktur hirarki, kontrak lumpsum dan unit price. Analisis
lalu ditabulasikan agar mudah dalam yang digunkan adalah metode Analytic
mengolah data nantinya. Hierarchy Process sehingga diperoleh
4. Membuat matriks perbandingan bobot dari masing- masing kriteria.
berpasangan dengan menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap Tabel 3. Bobot Kriteria Risiko Biaya
elemen terhadap masing-masing Kriteria Bobot
tujuan/kriteria yang setingkat di Anggaran proyek dilaksanakan sesuai
0.0056
dengan RAB pada perencanaan awal.
atasnya. Perbandingan yang dilakukan Pemilihan material atau bahan yang
berdasarkan judgement dari pengambil 0.1856
digunakan dilapangan.
keputusan dengan menilai tingkat Pemilihan peralatan atau bahan yang
kepentingan suatu elemen 0.2390
digunakan dilapangan.
dibandingkan dengan elemen lainnya. Kemudahan dalam pencarian dana dan
0.1539
5. Melakukan perbandingan berpasangan administrasi.
sehingga diperoleh judgement Tahapan pembayaran proyek cepat dan
0.0745
seluruhnya sebanyak n x {(n-1)/2} tanpa birokrasi yang panjang.
Pembayaran upah kerja berdasarkan
buah, dengan adalah elemen yang 0.0561
realisasi progres di lapangan.
dibandingkan. Pembayaran material berdasarkan
6. Setelah matriks perbandingan untuk 0.1374
pembelian di lapangan.
sekelompok elemen selesai dibentuk Keprofesionalan SDM 0.1479
maka langkah selanjutnya adalah jumlah 1.0000
mengukur bobot prioritas setiap
elemen.
JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 102
Berdasarkan Tabel 3 didapat 3. Perhitungan bobot alternatif untuk
bahwa kriteria pemilihan peralatan yang peristiwa A3
digunakan di lapangan paling Berdasarkan Tabel 6 dapat
berpengaruh pada efisiensi biaya karena diketahui bahwa jika terjadi pemilihan
memiliki bobot terbesar yaitu, 23,90% peralatan yang digunakan di lapangan
sedangkan kriteria Anggaran proyek maka, kontrak unit price memiliki
dilaksanakan sesuai dengan RAB pada keuntungan lebih besar yaitu 89,32%
perencanaan awal memberikan pengaruh dibandingakan dengan kontrak lumpsum
terkecil terhadap efisiensi biaya yaitu, yaitu 10,68%.
0,59%.
Tabel 6. Matriks Timbal Balik Untuk
Perhitungan Bobot Alternatif Aspek Alternatif Pada Peristiwa A5
Biaya KL KU BOBOT
1. Perhitungan bobot alternatif untuk KL 0.1068 0.1068 0.1068
peristiwa A1 KU 0.8932 0.8932 0.8932
Berdasarkan Tabel 4 dapat jumlah 1.0000 1.0000 1.0000
diketahui bahwa jka terjadi anggaran
proyek dilaksanakan sesuai dengan RAB 4. Perhitungan bobot alternatif untuk
di perencanaaan awal, maka kontrak peristiwa A4
lumpsum akan berisiko mempengaruhi Berdasarkan Tabel 7 dapat
mempengaruhi biaya yaitu 83,59% diketahui bahwa jika terjadi kemudahan
dibanding dengan unit price 16,41%. dalam pencarian dana dan administrasi
maka, kontrak unit price memiliki
Tabel 4. Matriks Timbal Balik Untuk keuntungan pada anggaran proyek yaitu
Alternatif Pada Peristiwa A1 84,34% lebih besar dibangdingkan
KL KU BOBOT dengan kontak lumpsum yaitu 15,66%.
KL 0.1641 0.1641 0.1641
KU 0.8359 0.8359 0.8359 Tabel 7. Matriks Timbal Balik Untuk
jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 Alternatif Pada Peristiwa A4
KL KU BOBOT
2. Perhitungan bobot alternatif untuk KL 0.1566 0.1566 0.1566
peristiwa A2 KU 0.8434 0.8434 0.8434
Berdasarkan Tabel 5 dapat jumlah 1.0000 1.0000 1.0000
diketahui bahwa jika terjadi pemilihn
peralatan yang digunakan di lapangan, 5. Perhitungan bobot alternatif untuk
maka kontrak unit price lebih untung peristiwa A5
yaitu 86,65% dibandingkan dengan Berdasarkan Tabel 8 dapat
kontrak lumpsum sebesar 13,35%. diketahui bahwa jika terjadi tahapan
pembayaran proyek yang lebih cepat dan
Tabel 5. Matriks Timbal Balik Untuk mudah atau tanpa birokasi kontrak
Alternatif Pada Peristiwa A2 lumpsum akan lebih menguntungkan
KL KU BOBOT terhadap anggaran proyek sebesar
KL 0.1335 0.1335 0.1335 72,227% dibandingkan dengan unit price
KU 0.8665 0.8665 0.8665 yaitu 27,773%.
Jumlah 1.0000 1.0000 1.0000

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 103
Tabel 8. Matriks Timbal Balik Untuk 8. Perhitungan bobot alternatif untuk
Alternatif Pada Peristiwa A5 peristiwa A8
KL KU BOBOT Berdasarkan Tabel 11 dapat
KL 0.7227 0.7227 0.7227 diketahui jika keprofesionalan SDM akan
KU 0.2773 0.2773 0.2773 berpengaruh pada efisiensi biaya proyek
jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 maka, kontrak unit price lebih
berpengaruh yaitu 83,81% lebih besar
6. Perhitungan bobot alternatif untuk dibandingkan dengan kontrak lumpsum
peristiwa A6 yaitu 16,19%.
Berdasarkan Tabel 9 dapat
diketahui jika terjadi pembayaran upah Tabel 11. Matriks Timbal Balik Untuk
kerja berdasarkan realisasi progres di Alternatif Pada Peristiwa A8
lapangan maka, akan memberikan KL KU BOBOT
keuntungan pada anggaran kontrak unit KL 0.1619 0.1619 0.1619
price lebih besar yaitu 82,78% KU 0.8381 0.8381 0.8381
dibndingakan dengan kontrak lumpsum jumlah 1.0000 1.0000 1.0000
sebesar 17,22%.
Prioritas Global
Tabel 9. Matriks Timbal Balik Untuk Prioritas-prioritas lokal dan
Alternatif Pada Peristiwa A6 prioritas global dari masalah risiko
KL KU BOBOT pembengkakan biaya ditunjukkan pada
KL 0.1722 0.1722 0.1722 Tabel 12. Angka-angka di bawah garis
KU 0.8278 0.8278 0.8278 menunjukkan prioritas lokal dari setiap
jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 matriks perbandingan pada level III,
sedangkan angka-angka di atas elemen-
7. Perhitungan bobot alternatif untuk elemen kriteria pada level II
peristiwa A7 menunjukkan prioritas lokal dari level II.
Berdasarkan Tabel 10 dapat Berdasarkan Tabel 12 maka kontrak unit
diketahui jika terjadi material price sangat berpengaruh terhadap
berdasarkan pembelian material di efisiensi biaya karena memiliki nilai
lapangan maka, pada kontrak unit price bobot prioritas global yang lebih tinggi
akan berperpengaruh yaitu 74,10% lebih yaitu 81,36% sedangkan kontrak
besar dibandingkan dengan kontrak lumpsum hanya memiliki nilai prioritas
lumpsum yaitu 25,90%. global yaitu 18,64%.

Tabel 10. Matriks Timbal Balik Untuk Perhitungan Bobot Kriteria Aspek
Alternatif Pada Peristiwa A7 Waktu
KL KU BOBOT Kriteria kecepatan waktu
KL 0.1722 0.1722 0.1722 penyelesaian proyek paling berpengaruh
KU 0.8278 0.8278 0.8278 pada efisiensi waktu karena memiliki
jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 bobot terbesar yaitu, 24,04% sedangkan
kriteria ketepatan jadwal berdasarkan
jadwal pelaksanaan yang disusun di awal
perencanaan memberikan pengaruh
terkecil terhadap efisiensi waktu yaitu,
4,02%.

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 104
Tabel 12. Bobot Prioritas Global Biaya
0.0056 0.1856 0.2390 0.1539 0.0745 0.0561 0.1374 0.1479 Bobot
1 2 3 4 5 6 7 8 Global
KL 0.1641 0.1335 0.1068 0.1566 0.7227 0.1722 0.1722 0.1619 0.1864
KU 0.8359 0.8665 0.8932 0.8434 0.2773 0.8278 0.8278 0.8381 0.8136

Perhitungan Bobot Kriteria Aspek 4. Perhitungan bobot alternatif untuk


Waktu peristiwa B4
Kriteria kecepatan waktu Jadwal pelaksanaan proyek
penyelesaian proyek paling berpengaruh dilaksanakan berdasarkan proyek kontrak
pada efisiensi waktu karena memiliki dan tidak diubah-ubah maka, kontrak
bobot terbesar yaitu 24,04% sedangkan lumpsum lebih efisien waktu yaitu
kriteria ketepatan jadwal berdasarkan 64,24% lebih besar dibangdingkan
jadwal pelaksanaan yang disusun di awal dengan kontak lumpsum yaitu 35,76%.
perencanaan memberikan pengaruh
terkecil terhadap efisiensi waktu yaitu 5. Perhitungan bobot alternatif untuk
4,02%. peristiwa B5
Keterlambatan pelaksanaan proyek
Perhitungan Bobot Alternatif Aspek akan diberikan sanksi kontrak unit price
Waktu akan lebih efisienterhadap waktu
1. Perhitungan bobot alternatif untuk penyelesaian proyek sebesar 63,60%
peristiwa B1 dibandingkan dengan unit price yaitu
Penyediaan material, peralatan dan 36,40%.
metode yang digunakan berpengaruh
positif terhadap waktu, maka kontrak 6. Perhitungan bobot alternatif untuk
lumpsum akan mempengaruhi peristiwa B6
mempengaruhi efisiensi waktu yaitu Pembayaran upah kerja berdasarkan
76,88% lebih besar dibanding dengan realisasi progres di lapangan maka, akan
unit price 23,12%. memberikan keuntungan pada efisiensi
waktu kontrak unit price labih besar
2. Perhitungan bobot alternatif untuk yaitu, 58,49% dibandingakan dengan
peristiwa B2 kontrak lumpsum sebesar 41,51%.
Keahlian tenaga kerja suatu proyek
berpengaruh terhadap waktu penyelesaian Prioritas Global
proyek, maka kontrak lumpsum memiliki Kontrak unit price sangat
efisiensi waktu yang lebih besar yaitu berpengaruh terhadap efisiensi waktu
75,25% dibandingkan dengan kontrak karena memiliki nilai bobot prioritas
unit price sebesar 24,75%. global yang lebih tinggi yaitu 60,79%
sedangkan kontrak lumpsum hanya
3. Perhitungan bobot alternatif untuk memiliki nilai prioritas global yaitu
peristiwa B3 39,21%.
Pelaksanaan proyek dilaksanakan
tepat waktu berdasarkan jadwal Perhitungan Bobot Kriteri Aspek
pelaksanaan yang disusun di awal Mutu
perencanaan maka, kontrak unit price Kriteria Pengujian mutu proyek
memiliki keuntungan lebih besar yaitu dilaksanakan secara rutin dan mengikuti
78,97% dibandingakan dengan kontrak kaidah yang ditetapkan paling
lumpsum yaitu 21,03%. berpengaruh pada kualitas karena
memiliki bobot terbesar yaitu, 28,16%
sedangkan kriteria kecakapan personil

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 105
pemilik, penyedia jasa dan konsultan dibandingkan dengan kontrak Lumpsum
dalam engukuran prestasi pekerjaan yaitu 21,72%.
menentukan mutu pekerjan memberikan
pengaruh terkecil terhadap kualitas 5. Perhitungan bobot alternatif untuk
proyek yaitu, 3,04%. peristiwa C5
Pengujian mutu proyek
Perhitungan Bobot Alternatif Aspek dilaksanakan secara rutim dan mengikuti
Mutu kaidah-kaidah yang ditetapkan akan
1. Perhitungan bobot alternatif untuk maka, kontrak unit price akan memiliki
peristiwa C1 kualitas yang unggul sebesar 81,44%
Kebijakan pemilik proyek dibandingkan dengan kontrak lumpsum
terhadap mutu kontrak cenderung tinggi yaitu 18,54%.
dengan dua alternatif yaitu kontrak
lumpsum dan kontrak unit price. Jika 6. Perhitungan bobot alternatif untuk
kebijakan pemilik proyek terhadap mutu peristiwa C6
kontrak cenderung tinggi, maka kontrak Pemilihan bahan atau material
lumpsum akan mempengaruhi dilaksanakan sesuai standar maka, akan
mempengaruhi kualitas yaitu 67,01% memberikan kualitas proyek dengan
lebih besar dibanding dengan unit price kontrak lumpsum lebih baik 59,82%
32,99%. dibandingkan dengan proyek denga
kontrak unit price yaitu, 40,18%.
2. Perhitungan bobot alternatif untuk
peristiwa C2 Prioritas Global
Kecakapan personil pemilik, Kontrak unit price lebih
penyedia dan konsultan dalam berpengaruh terhadap efisiensi biaya
pengukuran prestasi pekerjaan karena memiliki nilai bobot prioritas
menentukan mutu pekerjaan , maka global yang lebih tinggi yaitu 56,33%
kontrak lumpsum memiliki kualitas yang sedangkan kontrak lumpsum hanya
lebih baik yaitu 67,79% dibandingkan memiliki nilai prioritas global yaitu
dengan kontrak unit price sebesar 43,67%. Presentase tersebut nilainya
32,21%. tidak terlalu jaub berbeda. Selisih yang
tidak jauh ini dapat dikatakan bahwa
3. Perhitungan bobot alternatif untuk kualitas yang dihasilkan proyek dengan
peristiwa C3 kontrak lumpsum dan unit price
Prosedur dan konsistensi memberikan kualitas yang tidak jauh
penolakan terhadap pekerjaan yang tidak berbeda.
memenuhi syarat menjadi budaya pada
kontrak maka, kontrak Lumpsum KESIMPULAN
memiliki kualitas lebih baik yaitu 76,46% Berdasarkan analisis data yang
dibandingakan dengan kontrak unit price telah dilakukan diperoleh perbandingan
yaitu 23,54%. risiko dapat mengefisienkan biaya pada
kontrak unit price lebih tinggi
4. Perhitungan bobot alternatif untuk dibandingkan dengan kontrak lumpsum
peristiwa C4 dengan perbandingan 81,36% : 18,64%.
Pengawasan pelaksanaan mutu Risiko efisiensi waktu kontrak unit price
proyek dilakukan dengan ketat maka, lebih efisien waktu daripada lumpsum
kontrak unit price memiliki kualitas yang dengan perbandingan 60,79% : 39,21.
lebih yaitu 78,28% lebih besar Sedangakan kualitas yang dihasilkan

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 106
antar kedua jenis kontrak memiliki bobot Noviyanti, D. 2004. Penentuan Prioritas Stasiun
prioritas yang hampir sama antara unit Radio Pilihan Mahasiswa Dengan AHP
(Studi Kasus Di FMIPA Universitas
price dan lumpsum 56,33% : 43,67%. Brawijaya). Skripsi S1. Fakultas MIPA
Jadi, kontraktor yang menggunakan Universitas Brawijaya. Tidak
kontrak unit price lebih efisien terhadap Dipublikasikan.
biaya, waktu dan mutu daripada Riduawan. 2006. Dasar-Dasar Statistika.
kontraktor dengan kontrak lumpsum. Alfabeta, Bandung.
Saaty. T. L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin. Cetakan Kedua.
DAFTAR PUSTAKA Penerjemah: Setiono, L. Gramedia.
Ariyanti, N.E. 2006. Analisis Risiko Biaya Jakarta.
Konstruksi Dengan Metode AHP Pada Soeharto, I. 2001. Manajemen Proyek (Dari
Proyek Pembangunan Gedung,.Tugas Konseptual Sampai Operasional).
Akhir, Program Stui Teknik Sipil Erlangga, Jakarta.
Universitas Udayana, Denpasar. Soeharto, I. 2001. Manajemen Pryek Jilid 2 (Dari
Asiyanto. 2005. Manajemen Produksi Untuk Jasa Konseptual Sampai Operasional).
Konstruksi,.Pradnya Paramita, Jakarta. Erlangga, Jakarta.
Brodjonegoro, B.P.S. 1991. Teori Dan Aplikasi Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
Dari Model The Analytic Hierarchy Cetakan Ketujuh. Alfabeta, Bandung
Process. BEY Sapta Utama, Jakarta. Yasin, N. 2006. Mengenal Konstrak Konstruksi
Darmawi, H. 2006. Manajemen Risiko. Bumi Di Indonesia. Gramedia, Jakarta.
Aksara, Jakarta. Yitnosumarno, S. 1994. Dasar-Dasar Statistika
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek Dan Dengan Penekanan Terapan Dalam Bidang
Konstruksi Jilid II,.Kanisius, Yogyakarta. Agrokompleks, Teknologi Dan Social.
Rajagrafindo Persada, Jakarta

JURNAL REKAYASA SIPIL / Volume 7, No.2 2013 ISSN 1978 - 5658 107

Anda mungkin juga menyukai