Bab 1 New PDF
Bab 1 New PDF
PENDAHULUAN
1
Gambar 1.2. Keberadaan Kampung di Jakarta
Sumber : Tribunwes.com
Keberadaan Kampung di Jakarta saat ini sudah tidak asing lagi, mulai
dari tengah Jakarta dan juga pinggir Jakarta. Belakangan ini kondisi
perkampungan di Jakarta mulai menghawatirkan, karena rendahnya kualitas
tempat tinggal masyarakatnya.
2
Perkampungan Kumuh di Muara Angke.
Perkampungan Muara Angke terletak di Kelurahan Pluit, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara. Keberadaan Kampung Muara Angke terlihat sangat
kontras terhadap lingkungan sekitarnya, dimana terdapat perumahan mewah,
dan bangunan elit mengelilingininya.
Kampung Muara Angke kini dikenal sebagai kampung nelayan yang
dihuni sebagian besar oleh para nelayan yang berpenghasilan rendah. Muara
angke mempunya potensi dibidang perikanan, dan juga sebagai pengembangan
hutan mangrove. Sayangnya perkampungan Muara Angke terdapat banyak
permukiman kumuh, padat dan tidak layak huni yang berada di daerah rawa dan
tidak memiliki drainase, sehingga sering kali kawasan tersebut tergenang air
yang diakibatkan oleh curah hujan maupun rob.
3
Isu pendukung Strategi Penanganan Pemukiman Kumuh di Muara Angke.
Menurut peraturan daerah khusus Ibukota Jakarta nomor 1 tahun 2014 pasal
178 mengenai rencana pengembangan kawasan perumahan dan fasilitasnya,
berupa arahan untuk melakukan peremajaan lingkungan di kawasan
permukiman kumuh berat, pengembangan kawasan perumahan vertikal untuk
penyediaan perumahan bagi masyarakat golongan menengah-bawah yang
dilengkapi prasarana dan sarana terintegrasi. Pembangunan perumahan vertikal
atau rumah susun sederhana juga dikembangkan untuk kawasan permukiman
kumuh dan melengkapi penataan RTH yang berfungsi ekologis dan prasarana
sosial. Pembangunan hunian secara vertikal juga sebagai salah solusi mengatasi
keterbatasan lahan di Jakarta.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI terus mematangkan rencana
revitalisasi kawasan Muara Angke. Proses Revitalisasi ini mencangkup penataan
kawasan pelabuhan, dan kawasan pemukiman kampung nelayan (6/9/2016)
(netralnews.com). Pemprov DKI Jakarta juga berencana merelokasi pemukiman
nelayan di muara angke ke rusun Muara Baru karena kawasan tersebut bagian
dari revitalisasi kawasan Muara angke, senin (2/1/2017).( Liputan6.com). Proses
relokasi permukiman nelayan di Muara Angke mendapat banyak penolakan dari
para warga setempat dikarenakan lokasi rumah susun berada jauh dari lokasi
tempat sekarang. Hal ini menyebabkan hilangnya sebagian masyarakat Muara
Angke yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Untuk itu diperlukannya
sebuah hunian yang dapat menampung sebagian besar masyarkat Muara Angke
tanpa harus memindahkan jauh dari lokasi sekarang.
Persoalan penyelesaian permukiman kumuh dengan dengan solusi rumah
susun yang ada saat ini belum tercapai sepenuhnya. Berdasarkan penelitian
Sasmito (2014), pembentukan rumah susun yang telah ada saat ini dinilai gagal
dalam menyelesaikan permasalahan untuk mengurangi dampak permukiman
kumuh. Hal tersebut dikarenakan kurangnya optimalisasi dalam pembangunan
rumah rusun itu sendiri. Ada beberapa hal yang menyebabkan kurangnya
optimalisasi rumah susun ini, yaitu kurangnya sosialiasi dan persuasi pemerintah
dalam memahamkan penduduk permukiman kumuh agar berkenan pindah ke
4
rumah susun. Selain itu jauhnya lokasi rumah susun dengan tempat mata
pencaharian, membuat masyarakat enggan untuk pindah kerumah susun.
Perlunya sebuah konsep baru untuk memperbaiki kinerja rumah susun agar bisa
mewadahi masyarakat kampung. Diamana konsep tersebut dapat mewadahi
masyarakat kampung yang sesuai dengan karakter kampungnya.
5
dengan konsep penekanan desain ini berdampak positif terhadap lingkungan
sekitar maupun lingkungan hunian yang ada didalamya. Dengan ini masyarakat
akan mendapatkan hunian yang sehat dan juga layak serta bisa meningkatkan
kualitas hidup masyarakat kampung di Muara Angke. Pendekatan Arsitektur
Ekologis juga akan membangkitkan potensi di Muara Angke, dimana terdapat
hutan Mangrove sebagai tempat wisata dan juga meningkatkan pendapatan hasil
tangkap ikan di pesisir Muara Angke.
1.2 Permasalahan
1.2.1 Permasalahan Umum
Bagaimana desain kampung vertial di Muara Angke dapat mengatasi
permasalahan permukiman kumuh dan liar di Muara Angke dengan
pendekatan Arsitektur Ekologis.
1.2.2 Permasalahan Khusus
1. Bagaimana mengatasi permasalahan pemukiman kumuh dengan
Kampung Vertikal.
2. Bagaimana memberika wajah baru bagi hunian Vertikal dengan
menerapkan unsur kampung didalamnya.
3. Bagaimana merancang sebuah hunian vertikal dengan konsep
Arsitektur Ekologis, yang dapat menjaga lingkungan sekitar.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Merancang sebuah hunian vertikal yang sesuai dengan karakteristik
perilaku masyarakan Muara angke yang mayoritas berprofesi sebagai
nelayan untuk mendapatkan sebuah hunian sehat dan layak huni. Serta
merancang sebuah bangunan yang memberikan dampak positif bagi
lingkungannya.
1.3.2 Sasaran
Tercapainya konsep pemilihan lokasi tapak yang sesuai untuk
dijadikan kampung vertikal.
6
Menganalisis permasalahan, dan potensi yang ada pada kawasan
kampung Muara Angke.
Menerapkan konsep Arsitektur Ekologis, sebagai pendekatan kampung
vertikal untuk mencapai sebuah hunian yang sehat dan layak huni.
1.4 Manfaat
A.Secara Subyektif
Manfaat penulisan LP3A secara subyektif adalah memenuhi salah satu
syarat mengikuti tugas akhir di jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang serta sebagai landasan program yang
nantinya akan dilanjutkan dalam bentuk grafis.
Sebagai pegangan dan acuan dalam perancangan Kampung Vertikal di
Kawasan Muara Angke Jakarta Utara, yang diharapkan bermanfaat pula
sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan bagi mahasiswa yang akan
melaksanakan Tugas Akhir.
B. Secara Obyektif
Memberikan fasilitas hunian bagi warga masyarakat menengah bawah
agar bisa mendapatkan hunian yang layak.
Memberikan sebuah sebuah ide gagasan tentang penataan sebuah
kampung dengan konsep hunian vertikal.
7
1. Pembahasan konsep perencanaan dan perancangan ini akan
mencakup pada permasalahan arsitektural, seperti : fungsi bangunan,
hubungan antar fungsi bangunan seperti hunian dengan fasilitas
lainnya, sedangkan hal lain di luar disiplin ilmu arsitektur akan
dibatasi dan disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang
muncul. Pembahasan di luar lingkup tersebut bersifat menunjang
atau memberi kejelasan tentang hal-hal yang behubungan dengan
permasalahan yang ada.
2. Pembahasan mengacu pada tujuan dan sasaran melalui kajian
(analisa, hipotesa dan disintesiskan) guna mendapat konsep
bangunan yang sesuai dengan konsep kampung.
3. Pembahasan dilakukan berdasarkan data yang telah ada yaitu data
hasil survey berupa pemetaan kampung eksisting, data literatur yang
berkaitan dengan konsep kampung dan hunian vertikal, serta aturan
pemerintah setempat yang tercantum dalam RTRW atau RDTR
dengan tujuan mampu menyelesaikan permasalahan dan persoalan.
8
dalam menentukan desain perencanaan dan perancangan kampung
vertikal.
9
BAB I. PENDAHULUAN
10
1.8 Alur Pikir
11