Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KESULITAN BELAJAR DAN MOTIVASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan

Dosen pengampu : Ratna Istriyani, M.A

Oleh :

Sunardi 1310220009
Arif Firman Syah 1310220016

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS


TARBIYAH / PENDIDIKAN BAHASA ARAB
2017
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan ialah masalah yang penting bagi setiap manusia dan bangsa. Lebih-lebih
bangsa yang sedang membangun. Dan pendidikan itu merupakan kerja sama yang tidak
pernah selesai. Dalam proses pendidikan itu sendiri seringkali terjadi masalah. Salah satu
masalah yang sering dihadapi oleh sorang peserta didik ialah kesulitan dalam belajar. Dan
kesulitan belajar ini disebabkan oleh berbagai macam faktor-faktor. Kesulitan dalam
belajar ini akan sangat mempengaruhi terhadap proses belajar mengajar maupun terhadap
hasil dari pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu amat penting bagi setiap individu baik
peserta didik maupun pendidik untuk megetahui hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan
belajar.
Adapun tugas bagi pendidik itu sendiri ialah mengadakan diagnosa dan memberikan
pemecahan dari kesulitan belajar tersebut, di antaranya dengan pemberian motivasi. Dan
tugas ini merupakan tugas yang tidak mudah yang dihadapi oleh seorang pendidik
disebabkan kesulitan belajar yang dihadapi oleh para peserta didik itu berbeda-beda.
Apabila terjadi perbedaan dalam kesulitan belajar, maka akan berbeda pula pemecahan
dalam kesulitan belajar tersebut. Pada kesempatan ini pemakalah akan membahas tentang
kesulitan belajar dan motivasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Peserta Didik dengan kesulitan Belajar?
2. Apa Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar?
3. Apa yang dimaksud Diagnosis Kesulitan Belajar?
4. Apa Pentingnya Motivasi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar?

1
PEMBAHASAN

A. Peserta Didik dengan kesulitan Belajar


kesulitan belajar sendiri dapat diartikan sebagai hambatan dan gangguan belajar pada
peserta didik yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf
intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai.
Jadi, dapat dikatakan kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis,
sosiologis maupun fisiologis.
Mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami
kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan kegagalan (failure) terterntu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai
berikut.
1) Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau hasil penguasaan (level of mastery)
minimal dalam pelajaran tertentu, seperti apa yang telah ditetapkan oleh guru
(criterion referended). Dalam sistem konteks pendidikan indonesia angka nilai batas
lulus (passing grade, grade-standard-basis) itu ialah angka 6 atau 60 atau C (60% dari
ukuran yang diharapkanatau ideal). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan ke
dalam lower group.
2) Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau
mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran tingkat kemampuannya :
intelegensi, bakat). Ia prediksi akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu
prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa semacam
ini dapat digolongkan ke dalam under archievers.
3) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas
perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his
organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi
kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa yang
bersangkutan dapat dikategorikan ke dalam slow learners
4) Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat (prerequisite) bagi
kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus siswa ini dapat

2
dikategorikan ke dalam slow learners atau belum matang (immature) sehinngga
mungkin harus menjadi pengulang (repeaters) pelajaran.1

B. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah,
dan sering bolos dari sekolah.
Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam.
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang mungkin dari dalam diri
siswa.
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri
siswa.2
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampu psikofisik siswa,
yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/inteligensi siswa; Intelegensi atau kecerdasan seseorang sangat
berpengaruh terhadap belajar seseorang siswa, karena seseorang dengan
intelegensi lebih rendah akan lebih sulit menerima pelajaran daripada siswa yang
berintelejensi tinggi.3
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
Menurut penulis, kesulitan belajar yang seperti ini merupakan kesulitan belajar
yang bersifat sementara. Tetapi, seseorang dengan mood yang buruk akan
kesusahan untuk belajar. Dan seorang guru dapat melakukan pendekatan terhadap
anak yang mengalami kesulitan belajar seperti ini.
3) Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat
indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). Alat indera terpenting untuk
belajar di sekolah ialah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata atau telinga
kurang berfungsi, maka kesan yang diperoleh seorang anak dari dunia luar akan
menyimpang bahkan tidak memperolehnya.

1
Abin Syamsuddin, Psikologi kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005) Hal: 307
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013), Hal : 170
3
Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Untuk Siswa Kelas 6 KMI, (Ponorogo: Darussalam Press, 2004),
Hal: 82.
3
Oleh karena itu, bila menilai pengetahuan atau kemampuan seorang siswa, kita
menemui penyimpangan atau ternyata hasilnya jauh lebih kurang daripada apa yang
kita harapkan. Maka seorang guru dapat mendiagnosa bahwa kesalahan tersebut
terletak pada alat-alat inderanya. Jadi, kita hendaklah mengecek mata dan telinganya
untuk mengetahui apakah organ-organ itu perlu diperbaiki agar ia dapat belajar.4

b. Faktor Ekstern Siswa


Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat dibagi antara lain :
1. Lingkungan keluarga. Faktor-faktor ini dapat berupa;
a. Kesalahan orangtua dalam mendidik.
b. Kurangnya perhatian orangtua terhadap belajar anak.
c. Ketidak harmonisan orangtua dan keluarga
d. Suasana rumah yang gaduh/ramai, semrawut.
e. Keadaan ekonomi yang rendah dalam keluarga
2. Lingkungan Sekolah. Faktor- faktor tersebut dapat berupa;
a. metode mengajar yang kurang baik.
b. Kurikulum yang kurang baik.
c. Relasi yang buruk antara guru dan siswa.
d. Relasi yang buruk antara siswa dan siswa.
e. Alat pelajaran/ fasilitas yang kurang.
f. Waktu sekolah yang terlalu lama.
g. Standar pelajaran diatas kemampuan siswa.
h. Keadaan gedung sekolah yang kurang nyaman.
i. Metode belajar yang salah.
j. Tugas rumah yang terlalu banyak.
3. Lingkungan Masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berupa;
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat yang terlalu banyak.
b. Mass Media. Seperti bioskop, tv, radio dll.
c. Teman bergaul yang buruk
d. Lingkungan yang kumuh.5

4
Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1986), hal: 107
5
Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Untuk Siswa Kelas 6 KMI, (Ponorogo: Darussalam Press, 2004),
Hal: 85-91.
4
Faktor Khusus
Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain
yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat
dipandang sebagai faktor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning
disability (ketidak mampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul
sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan
kesulitan belajar itu.
1. Disleksia, yakni ketidak mampuan belajar membaca.
2. Disgrafia, yakni ketidak mampuan menulis.
3. Diskalkulia, yakni ketidak mampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum
sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita
sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain
dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985: Reber, 1988).6
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar dalam learning disability, guru dan
orangtua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan guru pendukung. Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani siswa pengidap sindrom-sindrom tersebut disamping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).7

C. Diagnosis Kesulitan Belajar


1. Pengertian diagnosis kesulitan belajar
Diagnosis adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami
siswa.8 Sebelum menetakan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa,
guru sangat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali
gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya
kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis
yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013), Hal : 171
7
Ridwan Idris. Lentera Pendidikan Vol. 12 No.2 (ed), Mengatasi Kesulitan Belajar (hal 161-162), 2009
8
Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.197
5
tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai diagnostik
kesulitan belajar.9
Langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3) Mewawancarai orangtua / wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.10

Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:


1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.
2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan
belajar.
3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar.11

Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara:


1) Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-
rata nilai seluruh individu.
2) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.
3) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang
diharapkan.
Secara umum langkah-langkah tersebut diatas dapat dilakukan dengan mudah oleh
guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orang tua siswa
dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat ialah
apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah normal (tuna

9
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal.186-187
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal.186-187
11
Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal.197-198
6
grahita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan
khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/ sekolah biasa
tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus untuk anak-anak
abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukkan misbehavior berat
seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau kecanduan narkotika, harus
diperlakukan secara khusus pula, umumnya dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan
anak-anak atau ke pesantren khusus pecandu narkotika.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia,
disgafia, dan diskalkulia, sebagaimana yang telah diuraikan, guru dan orang tua sangat
dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini
biasanya bertugas menangani siswa pengidap sindrom-sindrom tadi disamping
melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan berbagai bantuan tenaga ahli,
misalnya:
1) Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
2) Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
3) Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
4) Social worker, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami anak.
5) Ortopedagogik, untuk mengetahui kelainan-kelainan yang ada pada anak.
6) Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
7) Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak dirumah.12

2. Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar


Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar
tadi perlu dianalisis sedemikian rupa, sehingga jenis kesulitan khusus yang dialami
siswa yang berprestasi rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : siti fulanah
mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata polisemi. Polisemi adalah
sebuah istilah yang menunjuk kata yang mimiliki dua makna atau lebih. Kata turun,
umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti turun tangga, turun ranjang,
turun tangan dan seterusnya. Contoh sebaliknya, kata naik yang juga dapat dipakai
dalam banyak frase seperti: naik daun, naik darah, naik banding, dan sebagainya.

12
Abu Ahmadi,dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hal.98-99
7
D. Pentingnya Motivasi untuk Mengatasi Kesulitan Belajar
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah dan kegigihan perilaku. Artinya
perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama.13 Motivasi adalah usaha yang
didasari untuk mengerahkan dan menjaga tingkah seseorang agar ia terdorong untuk
bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.14
Sedangkan pengertian dari motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam
diri seseorang (pribadi) yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
mencapai tujuan (Frederick J.Mc.Donald dalam H Nashar, 2004:39).
Berikut beberapa peranan atau manfaat motivasi
1. Sardiman AM (1996 : 86) menjelaskan terdapat (tiga) fungsi motivasi, antara lain :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
2. Pandangan lain mengenai fungsi motivasi dikemukakan oleh Kartini Kartono (2002 :
17), bahwa motivasi berfungsi sebagai alasan dasar, pikiran dasar, gambaran dan
dorongan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu karena motivasi berpengaruh besar
sekali terhadap tingkah laku manusia dalam merealisasikan keinginan-keinginan yang
ada pada dirinya.
3. Sedangkan menurut Djudju Sudjana (2000 : 156) menguraikan tujuan motivasi yang
terdapat dalam diri seseorang, sebagai berikut : Motivasi pada dasarnya bertujuan
menggerakkan seseorang atau kelompok orang dengan menumbuhkan dorongan atau
motive dalam diri orang atau kelompok orang tersebut untuk melakukan tugas atau
kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai rencana dalam rangka mencapai tujuan-
tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat mengenai Manfaat atau peranan motivasi dalam belajar
di atas, maka dapat disimpulkan beberapa manfaat motivasi yaitu :
1. Membuat anak bersemangat dalam belajar.

13
John W. Santrock, psikologi pendidikan, jilid 2, Jakarta, fajar interpratama mandiri, 2004,hlm 510
14
Sardiman,A.M.2000.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta Grafindo Persada.
8
2. Mata pelajaran yang duluhnya tidak disukai murid bias menjadi mata pelajaran yang
paling disukainya.
3. Anak menjadi lebih kreatif dalam belajar, misalnya menyusun jadwalnya dengan baik
dan benar.
4. Anak menjadi rajin dalam mengerjakan tugas, membaca,menulis dan sebagainya.
5. Membuat anak menjadi lebih aktif.
6. Dengan memotivasi anak kita tidak perlu memaksakan si anak dalam belajar. Karena
melalui motifasi yang baik dan benar dengan sendirinya si anak akan belajar karena
didorong oleh motivasi.
7. Guru tidak perlu menggunakan kekerasan dalam menyuruh anak untuk belajar, cukup
dengan memotivasi anak tersebut.
8. Tanpa di awasi oleh guru atau pun orang tua si anak dapat belajar dengan baik.
9. Dengan motivasi siswa akan mengetahui dengan jelas makna dalam belajar.
10. Anak akan lebih fokus dalam mengembangkan kemampuannya atau pun bakatnya.
11. Anak akan mengurangi sikap yang kurang menguntungkan atau kurang baik,
misalnya bermain atau menonton tv.
12. Anak yang gagal mengerjakan sesuatu, tidak akan menyerah dan mencobanya lagi
dengan adanya dorongan motivasi (pantang menyerah).
Dengan melihat daftar manfaat atau peranan motivasi itu dapat disimpulkan bahwa
ternyata motivasi itu sangat berperan dalam proses belajar. Kita bisa bayangkan kalau
dalam proses belajar tidak ada yang namanya motivasi, siswa akan malas dan tidak
bersemangat dalam belajar.15

15
Rante,Hesron Tiku. Peranan Motivasi Dalam Belajar. https://hesronfree.wordpress.com. Diakses tgl 18 April
2017 Pukul: 22.00 WIB
9
PENUTUP

A. Kesimpulan
kesulitan belajar siswa dapat ditunjukkan oleh adanya hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut bisa bersifat psikologis, sosiologis maupun
fisiologis.
Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua
macam, yakni : faktor intern siswa (Yang bersifat kognitif, afektif, psikomotor) dan faktor
ekstern siswa (Lingkungan keluarga, Lingkungan Sekolah, Lingkungan Masyarakat).
Faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa antara lain : Disleksia,
Disgrafia, Diskalkulia.
Diagnosis adalah keputusan atau penentu mengenai hasil dari pengolahan data tentang
siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa.
Motivasi belajar adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang (pribadi) yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Manfaat atau
peranan motivasi itu sangat berperan dalam proses belajar. Kita bisa bayangkan kalau
dalam proses belajar tidak ada yang namanya motivasi, siswa akan malas dan tidak
bersemangat dalam belajar.

10
DAFTAR PUSTAKA

- Abin Syamsuddin, Psikologi kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005)


- Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2013)
- Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Untuk Siswa Kelas 6 KMI, (Ponorogo:
Darussalam Press, 2004)
- Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, (Jakarta:
Erlangga, 1986)
- Ridwan Idris. Lentera Pendidikan Vol. 12 No.2 (ed), Mengatasi Kesulitan Belajar. 2009
- Aunur Rahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2012)
- Abu Ahmadi,dkk, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013)
- John W. Santrock, psikologi pendidikan, jilid 2, Jakarta, fajar interpratama mandiri, 2004
- Sardiman,A.M.2000.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta Grafindo Persada.
- Rante,Hesron Tiku. Peranan Motivasi Dalam Belajar. https://hesronfree.wordpress.com.
Diakses tgl 18 April 2017 Pukul: 22.00 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai