Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelelangan


Dalam suatu proyek konstruksi setelah tahap perencanaan diselesaikan oleh
Konsultan perencana maka akan dilanjutkan dengan tahap pengadaan pelaksanaan
konstruksi. Proses ini disebut dengan procurement. Salah satu cara untuk mencari
penyedia jasa adalah dengan melakukan suatu proses pelelangan atau tender.
Dimana tender atau pelelangan tersebut merupakan serangkaian kegiatan untuk
menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat
diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat berdasarkan
metode dan tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak
yang terkait secara taat azas, sehingga terpilih penyedia terbaik dan memiliki
kompetensi dibidangnya.

2.2 Berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012


Dengan berlakunya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 menggantikan
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun
2003 tentang pengadaan barang/jasa maka banyak dari Peraturan Presiden No. 54
Tahun 2010 yang telah disempurnakan dan Keputusan Presiden No. 80 Tahun
2003 tidak dipakai acuan lagi. Penyempurnaan Peraturan mengenai Pengadaan
Barang/Jasa ini dilakukan karena suatu proses Pengadaan Barang/Jasa yang
efisien, terbuka dan kompetitif sangat diperlukan bagi ketersediaan Barang/Jasa
yang berkualitas, sehingga akan berdampak pada peningkatan pelayanan publik.
Dengan demikian perlu dibuat suatu pengaturan yang jelas mengenai tata cara
pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, jelas dan komprehensif, sesuai dengan
tata kelola yang baik sehingga dapat menjadi suatu pengaturan yang efektif bagi
para pihak yang terkait dengan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
Pemerintahan.
Adapun Jenis Pengadaan Barang/Jasa dalam Peraturan Presiden ini adalah
sebagai berikut :

5
1. Pengadaan Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang
2. Jasa Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya
3. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan
keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah pikir (brainware).
4. Jasa Lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang
mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang
telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau
segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi,
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan Barang.
Dalam penyelesaian penelitian ini Pengadaan Barang/Jasa hanya dibatasi
pada pekerjaan Jasa Konstruksi saja.

2.2.1 Prinsip-Prinsip Dalam Pengadaan Barang/Jasa


Berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012, Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa
adalah Kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)/Institusi lainnya
yang prosesnya dimulai dari perencanaan umum Pengadaan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh Barang/Jasa. Dimana dalam
penerapannya proses pengadaan Barang/Jasa tersebut menerapkan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahkan dengan
menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang
telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
sesuai sasaran yang ditetapkan

6
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas
serta transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa yang
berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.
5. Adil/tidak deskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi
semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara atau alasan apapun.
6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum, pemerintah dan
pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku
dalam pengadaan barang/jasa.

2.2.2 Metode Pemilihan Penyedia Barang/Jasa


Untuk jenis pemilihan Penyedia Barang/Jasa Konstruksi dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
1. Pelelangan
a. Pelelangan umum, adalah suatu metode pemilihan Penyedia
Barang/Jasa Pekerjaan Konstruksi untuk semua pekerjaan yang dapat
diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat.
Pengumumannya secara luas melalui website LPSE, sehingga semua
penyedia Barang/Jasa yang berminat dan memenuhi syarat dapat
mengikutinya.
b. Pelelangan Terbatas adalah suatu metode pemilihan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu
melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks,
dengan cara mengumumkan dipengumuman resmi dengan
mencantumkan kriteria peserta dan nama-nama penyedia yang diyakini

7
mampu, dan guna memberikan kesempatan kepada penyedia
barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
c. Pemilihan Langsung adalah suatu metode pemilihan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan tidak bersifat kompleks.
Pemilihan dilakukan dengan menggunakan SPSE (Sistem Pelelangan
Secara Elektronik).
2. Penunjukan Langsung adalah suatu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
untuk penanganan keadaan darurat dengan cara menunjuk langsung1 (satu)
Penyedia Barang/Jasa.
3. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan
Langsung, dengan nilai HPS (Harga Perkiraan sendiri) paling tinggi Rp.
200.000.000,00

2.3 Pengertian E-Procurement


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan
Barang/Jasa E-procurement (pengadaan secara elektronik) adalah suatu
pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi
informasi dan transaksi elektronik sesuai ketentuan perundang-undangan. Tujuan
dari proses pengadaan barang/jasa secara Elektronik (E-procurement) ini adalah
untuk:
1. Memperbaiki transparansi dan akuntabilitas
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan
4. Mendukung proses monitoring dan audit
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang realtime

2.3.1 Pihak-pihak Yang Terlibat Dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa


Secara Elektronik (E-Procurement)
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa dalam proses pengadaan barang/jasa secara elektronik atau E-

8
procurement terdapat banyak pihak yang terlibat didalamnya dari proses
penyusunan dan penetapan rencana penganggaran, persiapan hingga pelaksanaan
pengadaan barang/jasa, antara lain :
1. Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang
selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
2. Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan
Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I.
3. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya
disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan
dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah
5. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang
kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna
APBN/APBD
6. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat
yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh
Kepala Daerah untuk menggunakan APBD
7. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
8. Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit
organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang
berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen,
dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada
9. Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan
Pengadaan Langsung

9
10. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang
ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan
11. Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain
yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan
melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
12. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang
menyediakan Barang/PekerjaanKonstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya

2.3.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)


Pengadaan barang/jasa pemerintah yang efisien dan efektif merupakan salah
satu bagian yang penting dalam perbaikan pengelolaan keuangan negara. Salah
satu perwujudannya adalah dengan pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa
pemerintah secara elektronik (electronic government procurement atau PPE),
yaitu dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Proses
pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini akan lebih meningkatkan
dan menjamin terjadinya efisiensi, efektifitas, transparansi, dan akuntabilitas
dalam pembelanjaan uang negara.
Selain itu, proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ini
juga dapat lebih menjamin tersedianya informasi, kesempatan usaha, serta
mendorong terjadinya persaingan yang sehat dan terwujudnya keadilan
(nondiscriminative) bagi seluruh pelaku usaha yang bergerak di bidang pengadaan
barang/jasa pemerintah. Untuk membantu proses pengadaan barang/jasa secara
elektronik (E-procurement) pemerintah dibantu oleh suatu unit yang
dikembangkan oleh LKPP sebagai unit pelaksanaan yang memfasilitasi
Panitia/Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada proses pengadaan barang/jasa secara
elektronik. Unit tersebut adalah LPSE atau Layanan Pengadaan Secara Elektronik.
LPSE merupakan sistem E-procurement yang mengoperasikan sistem
bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan dengan
basis free license untuk diterapkan diseluruh instansi pemerintah di Indonesia.
Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibuat untuk mewujudkan harapan

10
pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik. Layanan yang
tersedia dalam SPSE adalah e-Lelang Umum (e-Regular Tendering) yaitu
pelelangan umum dalam rangka mendapatkan penyedia barang/jasa, dengan
penawaran harganya dilakukan satu kali pada hari, tanggal, dan waktu yang telah
ditentukan dalam dokumen pengadaan dan jadwal online pada SPSE, untuk
mencari harga terendah tanpa mengabaikan kualitas dan sasaran yang telah
ditetapkan, dengan mempergunakan media elektronik yang berbasis pada
web/internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasidan informasi.
Dalam pengembangan SPSE, LKPP melibatkan instansi-instansi terkait
yaitu Lembaga Sandi Negara dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Lembaga Sandi Negara mengembangkan suatu Aplikasi Pengaman
Dokumen (APENDO) dimana dokumen penawaran dari peserta lelang di enkripsi
menggunakan Aplikasi APENDO.
Pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. E-Tendering merupakan tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang
dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa
yang telah mendaftar pada SPSE dan kemudian menyampaikan penawaran
sampai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. E-Purchasing merupakan tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem
katalog elektronik.
Selain itu di dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas untuk proses audit
secara online (e-Audit). Sementara itu sub sistem e-audit dikembangkan bekerja
sama dengan Badan Keuangan dan Pembangunan yang memungkinkan bagi
SPSE untuk mengeluarkan informasi detail tentang proses lelang untuk keperluan
audit. Implementasi E-procurement di lingkungan instansi pemerintah
memberikan tantangan bagi dunia auditing, dimana dalam proses E-procurement
bisa dikatakan penggunaan kertas telah dikurangi. LKPP sebagai pengembang
SPSE mulai tahun 2009 bekerja sama dengan BPKP untuk mengembangkan E-
Audit yang merupakan suatu alat bantu auditor yang digunakan untuk melakukan
audit terhadap paket pengadaan yang dilelangkan melalui LPSE. Di Dalam E-
Audit terdapat beberapa fasilitas yang tersedia, antara lain :

11
1. Memungkinkan auditor untuk melakukan lazimnya fungsi-fungsi audit,
seperti, tidak terbatas, membandingkan antara data/informasi tertentu
dengandata/informasi lainnya.
2. Memungkinkan auditor mengambil data dari database LPSE, kemudian
menyimpannya ke dalam database tertentu untuk kepentingan audit,
memasukkan data dari lapangan ke data base, dan melakukan fungsi-fungsi
sebagaimana lazimnya suatu kegiatan audit.
3. Memungkinkan adanya kolaborasi antara auditor dengan audit dalam proses
audit sehingga beberapa hal yang tidak jelas dapat dikomunikasikan dan
didokumentasikan.
4. Memungkinkan auditor menyampaikan ringkasan dan informasi-inforrnasi
hasil audit yang penting ditindak lanjuti oleh audit. Beberapa ringkasan
dimaksud sebagai berikut:
a. Temuan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Nomor,
Kode Temuan, Nama Temuan, Uraian Temuan, Nilai Temuan,
Kriteria, Penyebab, Akibat);
b. Rekomendasi (Nomor, Kode, Rekomendasi, Nama Rekomendasi,
Uraian Rekomendasi);
c. Tanggapan Objek;
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan lainnya (Nomor, Uraian).
5. Memungkinkan audit menyampaikan tindak lanjut hasil audit sehingga
auditor dapat memonitor tindak lanjut temuan audit.
6. Memungkinkan disajikannya ringkasan hal-hal yang terkait dengan audit
untuk kepentingan penyusunan kebijakan pengadaan selanjutnya dan untuk
kepentingan peningkatan kapasitas auditor.
7. E-Audit dapat menyimpan data auditor yang menggunakan LPSE untuk
kepentingan pelacakan dan peningkatan kapasitas auditor. Beberapa data
tersebuta dalah:
a. Kode/nama lembaga audit;
b. Kode/nama lembaga/satuan Kerja yang diaudit;
c. Nama paket yang diaudit;
d. Identitas surat tugas (nomor, tanggal);

12
e. Tim audit (NIP, nama, peran);
f. Tanggal audit(tanggal mulai,tanggal selesai);
g. Lingkup audit.

2.4 Menetapkan Metode Penilaian Kualifikasi


Menetapkan metode dalam penilaian kualifikasi merupakan suatu proses
penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu
lainnya dari penyedia barang/jasa. Adapun cara penilaian kompetensi,
kemampuan usaha dan pemenuhan persyaratan dari calon penyedia dapat
dilakukan dengan cara :
1. Prakualifikasi, merupakan suatu proses penilaian kualifikasi yang dilakukan
sebelum pemasukan dokumen penawaran
2. Pascakualifikasi, merupakan suatu proses penilaian kualifikasi yang
dilakukan setelah pemasukan dokumen penawaran.
Proses penilaian kualifikasi ini harus dilakukan secara adil, transparan,
sehingga mendorong terjadinya persaingan yang sehat. Agar proses penilaian
kualifikasi menjadi efisien maka data yang diperlukan dalam penilaian cukup
mengirim data kualifikasi melalui SPSE sesuai jadwal yang ditentukan. Jika
terdapat peserta pengadaan barang/jasa yang memalsukan datanya maka pihak
panitia pengadaan barang/jasa akan mengenakan sanksi kepada peserta pengadaan
barang/jasa tersebut berupa pemasukan peserta pengadaan barang/jasa yang ke
dalam daftar hitam selama 2 tahun, dimana peserta pengadaan barang/jasa yang
dimasukan ke dalam daftar hitam tidak boleh mengikuti pengadaan barang/jasa
pemerintah di seluruh Indonesia selama 2 tahun. Setelah dilakukan penilaian
kemampuan peserta pengadaan barang/jasa maka pihak panitia pengadaan
barang/jasa akan mengumumkan hasilnya melalui SPSE. Peserta pengadaan
barang/jasa yang dinyatakan sebagai calon pemenang harus dapat menunjukan
dokumen asli yang telah diupload sebelumnya untuk diperiksa oleh panitia
pengadaan barang/jasa, apabila ada pihak penyedia yang keberatan terhadap hasil
pelelangan dapat melakukan sanggahan malalui SPSE sesuai jadwal yang telah
ditentukan dan dapat melakukan sanggahan banding sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

13
Dalam proses pengadaan barang/jasa penggunaan metode prakualifikasi dan
pascakualifikasi diatur seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penggunaan Metode Prakualifikasi dan Pascakualifikasi Dalam


Proses Pengadaan Barang/Jasa
METODE PRAKUALIFIKASI METODE PASCAKUALIFIKASI
Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi Pemilihan Langsung
Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi
Konstruksi/Jasa Lainnya yang Bersifat Perorangan
Kompleks Melalui Pelelangan Umum
Pengadaan Barang/Jasa langsung Pelelangan Umum Kecuali Pelelangan
kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa Umum Yang Bersifat Kompleks
melalui Pelelangan, dengan nilai HPS
paling tinggi Rp. 200.000.000,00
Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya yang Melalui
Penunjukan Langsung, Kecuali Untuk
Penanganan Darurat
Sumber : Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 (2012)

Dalam penyelesaian proposal tugas akhir ini proyek-proyek yang ditinjau


menggunakan metode pengadaaan e-lelang pemilihan langsung, satu file, dengan
metode evaluasi sistem gugur dan dengan metode pascakualifikasi.

2.5 Keanggotaan Peserta Pelelangan Dalam LPSE


Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang/jasa secara elektronik,
penyedia barang/jasa harus mendaftar secara online pada website LPSE kemudian
mengikuti proses verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan.
Adapun aturan mengenai keanggotaan pengguna LPSE adalah sebagai berikut :
1. Registrasi Pengguna
a. PPK/Panitia/Pokja ULP mengajukan permintaan untuk mendapatkan
kode akses (user id dan password) kepada pengelola LPSE bagi
PPK/Panitia/Pokja ULP suatu paket pekerjaan tertentu dengan
menunjukan surat Keputusan penunjukan sebagai panitia pengadaan

14
dari Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
b. Penyedia barang/jasa melakukan pendaftaran secara online pada
website LPSE dan selanjutnya mengikuti proses verifikasi dokumen
pendukung yang dipersyaratkan oleh LPSE;
c. Dengan membuat dan/atau mendaftar sebagai peserta lelang pada paket
pekerjaan dalam SPSE, maka PPK/Panitia/Pokja ULP dan Penyedia
barang/jasa telah memberikan persetujuannya pada Pakta Integritas.
Dimana Pakta integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk
mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi dan nepotisme dalam
pengadaan barang/jasa.
2. Persyaratan Registrasi Pengguna
a. PPK/Panitia/Pokja ULP:
1. Surat Keputusan penunjukan sebagai PPK/Panitia/Pokja ULP oleh
Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA);
b. Penyedia barang/jasa:
1. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di
perusahaan dan yang ditunjukan sebagai admin;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak(NPWP) Perusahaan;
3. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa
Konstruksi (SIUJK)/Sertifikat Badan Usaha (SBU);
4. TDP (Tanda daftar perusahaan);
5. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada
perubahan).
c. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir
keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website
LPSE;
d. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna
SPSE atau paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum batas akhir
pendaftaran suatu paket pekerjaan yang ingin diikuti.
3. Kewajiban Pengguna
a. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

15
b. Masing-masing Penyedia barang/jasa hanya diperkenankan memiliki
(satu) UserID dan Password yang dapat digunakan disemua LPSE di
Indonesia dengan melakukan Agresi Inaproc pada website LPSE,
apabila LPSE tertentu belum melakukakan Agresi Inaproc, maka
penyedia harus melakukan pendaftaran dan verifikasi data lagi di
website LPSE tersebut, seperti proses awal registrasi.
c. Setiap Pengguna bertanggungjawab melindungi kerahasiaan hak akses,
dan aktivitas lainnya pada SPSE;
d. Setiap penyalahgunaan hak akses oleh pihak lain menjadi
tanggungjawab pemilik UserID dan Password;
e. Penyedia barang/jasa wajib memutakhirkan data kualifikasi (jika terjadi
perubahan seperti alamat, status kepemilikan, kondisi keuangan, kontak
person, klasifikasi bidang usaha, jenis barang/jasa yang disediakan, dan
data atau informasi lain yang dianggap perlu dalam SPSE);
f. Menjaga kerahasiaan dan mencegah penyalahgunaan data dan informasi
yang tidak diperuntukkan bagi khalayak umum;
g. Penyedia barang/jasa bertanggung jawab terhadap setiap kekeliruan
dan/atau kelalaian atas penggunaan data kualifikasi yang tidak mutakhir
(update) yang tidak menjadi tanggung jawab LPSE maupun
Panitia/Pokja ULPpengadaan.
4. Ketentuan Pengguna
a. Pengguna setuju bahwa transaksi yang dilakukan melalui SPSE tidak
boleh melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Pengguna wajib tunduk dan taat pada semua peraturan yang berlaku di
Indonesia yang berhubungan dengan penggunaan jaringan dan
komunikasi data baik di wilayah Indonesia maupun dari dan keluar
wilayah Indonesia melalui website LPSE.
c. Pengguna bertanggungjawab penuh atas isi transaksi (contentsofdata)
yang dilakukan dengan menggunakan SPSE.
d. Pengguna dilarang saling mengganggu proses transaksi dan/atau
layanan lain yang dilakukan dalam SPSE.

16
e. Pengguna setuju bahwa usaha untuk memanipulasi data, mengacaukan
sistem elektronik dan jaringannya adalah tindakan melanggar hukum.
5. Pembatalan Keanggotaan Pengguna
a. Pengelola LPSE berhak membatalkan/menunda/menghalangi sementara
hak akses dalam proses pengadaan barang/jasa dari Pengguna apabila
ditemukan adanya suatu informasi/transaksi/aktivitas lain yang tidak
dapat dibenarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Pengguna mengundurkan diri dengan cara mengirimkan surat
permohonan dan disampaikan kepada pengelola LPSE (tempat
Pengguna terdaftar) yang dapat dikirimkan melalui sarana elektronik
(email).

2.6 Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-Procurement)


Dalam proses pengadaan barang/jasa secara elektronik diperlukan
suatu perencanaan yang matang agar tercipta proses pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun proses pengadaan
barang/jasa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 adalah
sebagai berikut :
1. Persiapan Pengadaan
a. PA/KPA menyusun dokumen rencana pengadaan barang/jasa dan
akan menjadi bagian dari Rencana Kerja Anggaran (RKA). Kegiatan
penyusunan rencana pengadaan meliputi :
1. Identifikasi dan analisis kebutuhan
2. Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran
3. Penetapan kebijakan umum
4. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK)
b. Hasil RKA akan dibahas dan ditetapkan di DPR/DPRD
c. PPK mengundang ULP untuk mengkaji ulang RUP yang telah
diajukan PA dan disahkan oleh DPR/DPRD guna menetapkan rencana
pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi : pemaketan
pekerjaan, metode pemilihan penyedia, spesifikasi teknis, HPS (Harga
Perkiraan Sendiri), dan rancangan kontrak

17
d. Panitia/Pokja ULP Pengadaan memasukkan kedalam SPSE:
1. Kategori paket pekerjaan;
2. Metode pemilihan penyedia barang/jasa dan penyampaian
dokumen penawaran yangmeliputi:
a. e-lelang Umum PraKualifikasi dua file
b. e-lelang Umum PascaKualifikasi satu file
c. e-lelang Umum PascaKualifikasi dua file
3. Metode Penilaian Kualifikasi dan evaluasi;
4. Persyaratan kualifikasi
5. Jenis kontrak;
6. Jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa; dan
7. Dokumen Pengadaan.
2. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa
a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang
bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan Panitia/Pokja
ULP mengumumkan paket pengadaan barang/jasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan diwebsite
LPSE yang bersangkutan.
3. Pendaftaran Peserta Pengadaan Barang/Jasa
a. Penyedia barang/jasa yang sudah mendapat hak akses dapat memilih
dan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket-
paket pekerjaan yang diminati;
b. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket
pekerjaan yang diminati maka Penyedia barang/jasa dianggap telah
menyetujui Pakta Integritas;
c. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket
pekerjaan yang diminati Penyedia barang/jasa dapat mengunduh
(download) dokumen pengadaan/lelang, RAB dan Gambar paket
pekerjaan tersebut.
4. Penjelasan Pengadaan Barang/Jasa
a. Proses penjelasan pengadaan barang/jasa dilakukan secara online

18
tanpa tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan.
b. Dalam hal waktu penjelasan pengadaan barang/jasa telah berakhir,
Panitia/Pokja ULP masih mempunyai waktu untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum terjawab.
c. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi
lapangan kedalam dokumen Pengadaan, Panitia/Pokja ULP dapat
melaksanakan proses penjelasan dilapangan/lokasi pekerjaan.
5. Penyampaian Penawaran
a. Pada tahap penyampaian penawaran, Penyedia barang/jasa yang sudah
menjadi peserta pengadaan barang/jasa dapat mengirimkan
dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu melakukan
enkripsi/penyandian terhadap file penawaran yang dimasukan kedalam
satu folder dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen
(APENDO) yang tersedia dalam website LPSE.
b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan
penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat
mengoperasikan APENDO.
6. Proses Evaluasi
a. Pada tahap pembukaan file penawaran, Panitia/Pokja ULP dapat
mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file penawaran
tersebut dengan menggunakan APENDO.
b. Terhadap file penawaran yang tidak dapat dibuka, Panitia/Pokja ULP
wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat
dibuka (dekripsi) kepada LPSE untuk dilakukan analisa dan bila
dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file penawaran tersebut
kepada Direktorat e-Procurement LKPP.
c. Terhadap penyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat
dibuka (dekripsi), LKPP melakukan analisa terhadap file penawaran
tersebut dan dapat merekomendasikan langkah-langkah yang perlu
diambil oleh Panitia/Pokja ULP.
d. Dengan adanya proses penyampaian informasi sebagaimana huruf b
diatas Panitia/Pokja ULP dimungkinkan melakukan pemunduran

19
jadwal pada paket pekerjaan tersebut.
e. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi) terhadap
file penawaran dilakukan secara manual (off line)di luar SPSE, dan
selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan kedalam SPSE.
f. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan
memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang
pengadaan barang/jasa.
7. Proses Pengadaan Barang/Jasa Gagal dan Diulang
a. Dalam hal Panitia/Pokja ULP memutuskan untuk melakukan proses
pengadaan barang/jasa ulang, maka terlebih dahulu Panitia/Pokja ULP
harus membatalkan proses pengadaan barang/jasa paket pekerjaan
yang sedang berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan
memasukkan alasan penyebab proses pengadaan barang/jasa harus
diulang.
b. Informasi tentang proses pengadaan barang/jasa ulang ini secara
otomatis akan terkirim melalui email kepada semua peserta lelang
paket pekerjaan tersebut.
c. Termasuk dalam hal SPSE gagal karena teknis operasional LPSE.
8. Pengumuman Calon Pemenang Pengadaan Barang/Jasa
Pada tahap pengumuman pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang
pengadaan barang/jasa suatu paket pekerjaan, SPSE secara otomatis akan
menampilkan informasi pengumuman pemenang paket pekerjaan dimaksud,
dan juga mengirim informasi ini melalui email kepada seluruh peserta
pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tersebut.
9. Masa Sanggah
a. Peserta pengadaan barang/jasa hanya dapat mengirimkan 1(satu) kali
sanggahan kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara
online melalui SPSE.
b. SPSE memungkinkan PPK untuk melakukan jawaban terhadap
sanggahan Peserta pengadaan barang/jasa yang dikirimkan setelah
batas akhir waktu sanggah.
c. Dalam hal terdapat sanggah banding, proses tersebut dilakukan diluar

20
SPSE dan Peserta pengadaan barang/jasa mengirimkan kepada pejabat
terkait.
d. Proses sanggah banding menghentikan tahapan pengadaan barang/jasa
selanjutkanya pada SPSE.
10. Pasca Proses Pengadaan
a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila Panitia/ULP telah
menetapkan pemenang dan PPK melakukan penunjukan penyedia
barang/jasa dan Panitia/Pokja ULP mengirimkan pengumuman
pemenang pengadaan barang/jasa kepada Peserta pengadaan
barang/jasa melalui SPSE serta masa sanggah telah dilalui.
b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada
pemenang pengadaan barang/jasa dan meminta untuk menyelesaikan
proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE.
c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib
membuat dan menyampaikan Surat Penetapan Pemenang kepada
pemenang pengadaan barang/jasa secara tertulis.
d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan tertentu,
pemenang pengadaan barang/jasa melakukan penandatanganan
kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan diluar SPSE.
e. Proses pengadaan belum resmi/sah menjadi transaksi pengadaan
apabila masing-masing pihak belum melakukan kewajiban dan
haknya sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku/ditetapkan oleh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah terkait.
f. Pemenang proses pengadaan barang/jasa wajib untuk menyelesaikan
proses pengadaan barang/jasa di luar SPSE dengan pejabat
Kementerian/Lembaga/Pemerintah daerah terkait.
g. Setelah pemenang ditetapkan melalui website LPSE, pejabat
Kementerian/Lembaga/Pemerintah daerah terkait dapat menghubungi
pemenang untuk menyelesaikan transaksi pengadaannya segera setelah
berakhirnya proses pengadaan.

21
h. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat
mengetahui pemenang pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tertentu
melalui website LPSE terkait.
11. Pembatalan/Pemutusan
Panitia/PokjaULP berhak/dapat membatalkan/memutuskan proses
pengadaan apabila memenuhi Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
mengenai pelelangan Gagal dan dalam hal sedang berlangsungnya proses
pengadaan barang/jasa, karena suatu dan lain hal yang mengakibatkan proses
pengadaan barang/jasa tidak dapat melaksanakan dengan sempurna (terjadi
gangguan teknis dan/atau nonteknis, keadaan kahar)
12. Penilaian
Apabila penyedia barang/jasa memiliki catatan kinerja (trackrecord) yang
buruk, maka Panitia/Pokja ULP berhak/dapat menggugurkan penawaran
penyedia dan/atau memasukkan dalam daftar hitam (blacklist) dalam kurun
waktu selama 2 (dua) tahun. Untuk keperluan ini Panitia/Pokja ULP
memberitahukan secara tertulis kepada LPSE agar diumumkan dalam website
LPSE.

2.7 Alur Proses Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik (E-


Procurement)
Alur proses Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) dibagi menjadi 3
bagian yaitu:
a. Pendaftaran penyedia barang/jasa
b. Persiapan Pengadaan
c. Pelaksanaan Pengadaan, pada pelaksanaan pengadaan dengan sistem
(E-Procurement), dibagi menjadi 3 cara, yaitu :
1. E-lelang umum Pasca kualifikasi dengan 1 (satu) file
2. E-lelang umum Pasca kualifikasi dengan 2 (dua) file
3. E-lelang umum Pra kualifikasi dengan 2 (dua) file

22
2.7.1 Pendaftaran Penyedia Barang/Jasa
Untuk dapat mengikuti proses pengadaan barang/jasa secara elektronik,
penyedia barang/jasa mendaftar secara online pada website LPSE dan
mendownload formulir pendaftaran dan keikutsertaan kemudian mengikuti proses
verifikasi dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan oleh LPSE. Alur
proses pendaftaran penyedia barang/jasa digambarkan sebagai berikut :
PENYEDIA LPSE (VERIFIKATOR

Mulai

Mendaftar secara online


(mengisi data dan idenditas
perusahaan

Download, isi dan cetak


formulir pendaftaran dan
keikutsertaan

Menyerahkan formulir pendaftaran Verifikasi formulir pendaftaran


dan menunjukan dokumen asli untuk dengan berkas pendukung
diverifikasi dan divalidasi oleh LPSE (dokumen asli sesuai data yang
(dokumen asli sesuai data yang diisi diisi pada pendaftaran online)
pada pendaftaran online)
Tidak
Data sesuai?

Ya
User ID dan password
penyedia diaktifkan
Lakukan Agresi Inaproc untuk
menggunakan User ID dan password
di LPSE seluruh Indonesia Selesai

Gambar 2.1 Alur proses pendaftaran penyedia barang/jasa


Sumber :Petunjuk pengoperasian aplikasi layanan pengadaan secara elektronik (2010)

2.7.2 Persiapan Pelelangan


Untuk membuat paket pekerjaan pada SPSE, PPK/Panitia/Pokja ULP
terlebih dahulu meminta pengelola LPSE (Admin Agency) untuk membentuk
kepanitiaan paket pekerjaan pada SPSE dan User ID dan Password bagi

23
PPK/Panitia/Pokja ULP paket pekerjaan tersebut. Alur proses persiapan
pengadaan digambarkan dalam gambar 2.2 :
LPSE (AGENCY) PPK PANITIA/ULP

Mulai

Surat
Login Penunjukan

Mendaftarkan
PPK dan Panitia
Login
ULP

Menentukan
Membuat User ID Login metode
dan Password pengadaan,
PPK, Panitia ULP dokumen lelang,
Tidak
HPS

Persetujuan PPK Minta


Persetujuan PPK
Ya

Pengumuman
Lelang

Selesai
Gambar 2.2 Alur Proses Persiapan Pengadaan Barang/Jasa
Sumber :Petunjuk Pengoperasian Aplikasi Layanan Pengadaan Secara Elektronik (2010)

2.7.3 E-Lelang Umum Pasca kualifikasi


Pada proses pelelangan ini melibatkan penyedia barang/jasa, Panitia/Pokja
ULP Pengadaan, dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Alur proses
pelelangan digambarkan pada gambar 2.3.

24
Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi
PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.
Login Login - Peninja
uan
lokasi
Pengumunaan dan Pendaftaran apabila
Upload Dokumen Mengikuti Lelang dan diperlu
Pengadaan download dokumen kan
pengadaan
- Pemas
ukan
Pemberian Ada
Ya penawa
penjelasan Pekerjaan Pertanyaan ran
yang
Ya
Ya kurang
tidak Peninjauan Lokasi dari 3
Pekerjaan (tiga)
Perlu tidak peserta
Peninjauan
, akan
Addendum/Risalah dinyata
Dokumen Pengadaan n gagal
dan Berita acara Hasil Download
dan
Penjelasan Pekerjaan
kembal
addendum/risalah
i ke
dokumen Pengadaan
tidak proses
awal
Pemasukan Dokumen
Kualifikasi dan
Dokumen Penawaran
Upload Dokumen
Kualifikasi dan
Penawaran
Penutupan Pemasukan
Dokumen Kualifikasi dan
Dokumen Penawaran

Pembukaan Dokumen
Kualifikasi dan
Dokumen Penawaran
ada 3 Penyedia

Deskripsi Dokumen
Kualifikasi dan
Dokumen Penawaran

Berita Acara
Pembukaan Dokumen
Kualifikasi dan
Dokumen Penawaran

25
Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi
PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.
- Sang
gah
Koreksi Aritmatik dilak
ukan
Lelang Gagal secar
Semua dibawah tidak a
HPS onlin
e
- Sang
Evaluasi
gahan
Kewajaran Harga
bandi
Gugur ng
tidak dilak
Memenuhi syarat ukan
harga
diluar
aplik
Lulus asi
SPSE
Daftar Penawaran
Peserta Lelang

3 Penawaran
terendah yang lulus

Evaluasi Administrasi
3 penawar terendah

Gugur

tidak
Memenuhi syarat
administrasi?

Lulus

Evaluasi Teknis

Gugur
tidak
Memenuhi syarat?

Lulus

26
Proses Pengadaan Pasca Kualifikasi
PPK Panitia Penyedia Barang/Jasa Ket.

Evaluasi dokumen
Kualifikasi

Lulus

Berita Acara Hasil


Pelelangan (1 Calon
pemenang & 2
pemenang cadangan)

Pembuktian
Kualifikasi

Pengumuman dan
Penetapan Pemenang
Pelelangan

Masa Sanggah
Ada Sanggahan
selama 3 Hari

ya
Menjawab
Sanggahan Mengajukan
Sanggahan
diterima
tidak

Surat Penunjukan
ditolak Mengajukan
Penyedia
Sanggahan
Barang/Jasa (SPPBJ)
Banding

Sanggahan
diterima

Memerintahkan
Pelelangan Ulang

Gambar 2.3 Alur proses pengadaan barang/jasa dengan metode pascakualifikasi


Sumber : LPSE Kabupaten Gianyar, 2014

27
2.8 Jenis Kontrak Yang Digunakan
Dalam proses pengadaan barang/jasa yang berlangsung di Kabupaten
Gianyar jenis kontrak yang digunakan untuk proyek pelelangan pekerjaan
konstruksi yang akan berlangsung adalah kontrak Unit Price (harga satuan) dan
atau LumpSump. Dimana penjelasan mengenai kedua jenis kontrak itua dalah
(Ervianto,2002) :

2.8.1 Kontrak Unit Price (harga satuan)


Hal terpenting dalam kontrak harga satuan (unit price contract) adalah
penilaian harga setiap unit pekerjaan telah dilakukan sebelum pekerjaan
konstruksi dimulai. Pemilik telah menghitung jumlah unit yang terdapat dalam
setiap elemen pekerjaan.
Berdasarkan arti kata unit price contract, dapat dipahami bahwa perikatan
terjadi terhadap harga satuan setiap jenis/item pekerjaan sehingga kontraktor
hanya perlu menentukan harga satuan yang akan ditawar untuk setiap item dalam
kontrak. Penentuan besarnya harga satuan ini harus mengakomodasi semua biaya
yang mungkin terjadi seperti biaya overhead, keuntungan, biaya-biaya tak terduga
dan biaya untuk mengantisipasi resiko
Dalam kontrak jenis ini, pembayaran akan dilakukan kepada kontraktor
yang besarnya sesuai dengan kuantitas terpasang menurut hasil pengukuran akhir.
Oleh sebab itu, pemilik perlu meyakinkan hasil pengukuran kontraktor dengan
melakukan pengukuran sendiri.

2.8.2 Kontrak lump sump (biaya menyeluruh)


Kontrak biaya menyeluruh (lump sump contract )ini digunakan pada kondisi
kontraktor akan membangun sebuah proyek sesuai rancangan yang ditetapkan
pada suatu biaya tertentu. Jika terjadi perubahan baik desain, jenis material dan
segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan biaya, maka dapat
dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan pembayaran
yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap perubahan pekerjaan tersebut.
Semua biaya yang dikeluarkan untuk setiap pekerjaan tambah kurang harus
dinegosiasikan antara pemilik dan kontraktor. Persyaratan utama dalam

28
mengaplikasikan kontrak jenis ini adalah perencanaan benar-benar telah selesai
sehingga kontraktor dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Jika
anggaran biaya dari pemilik terbatas maka jenis kontrak ini menjadi pilihan yang
tepat karena memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan. Pekerjaan
konstruksi yang tepat untuk kontrak jenis ini antara lain pembangunan gedung.

2.9 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan
data primer dan data sekunder. Data merupakan data yang didapat dari sumber
pertama, baik individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil
pengisian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti terhadap responden. Sedangkan
data sekunder merupakan data primer yang diperoleh pihak lain atau data yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-
diagram.
Pengambilan atau pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
penyebaran kuisioner untuk diisi oleh responden atau dengan cara
interview/wawancara dengan responden dengan peneliti. Untuk data yang
hasilnya diperoleh melalui kuisioner, maka aspek yang penting adalah mendesain
kuisioner sebelum melakukan penelitian. Sebelum mendesain kuisioner, hal yang
perlu dilakukan adalah menentukan berapa jumlah sampel yang akan diteliti.
Mengingat keterbatasan tenaga dan waktu, penulis menggunakan sampel dalam
pelaksanaan penelitian. Menurut Sugiarto (2003), sampel adalah sebagian anggota
dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya, dimana populasi adalah keseluruhan unit atau individu
dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Penelitian lapangan bertujuan untuk
memperoleh jawaban penegasan setuju atau tidak setuju responden terhadap
peryataan data kuisioner yang dibagikan (Proboyo, 1999).

2.10 Populasi Dan Sampel Penelitian


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011). Sampel

29
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Jumlah
sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan persoalan yang
sangat penting dalam suatu penelitian. Di satu sisi jumlah yang dianggap kurang
akan menimbulkan kontroversi apakah sampel dapat mewakili, sebaliknya
jumlah sampel yang terlalu banyak akan menimbulkan masalah tingginya biaya
penelitian.
Untuk keperluan penyebaran kuisioner pada studi tugas akhir ini, teknik
pengambilan sampel menggunakan metode stratified proportionate sampling.
Pengambilan jumlah sampel dilakukan secara proporsional, dengan maksud agar
pengambilan sampel dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang
diharapkan dalam setiap strata akan diwakili oleh suatu sampel.
Rumus perhitungan jumlah minimum sampel yang harus diambil dalam
penelitian (Nasir, 1999) :

[ ]
[ ]

Dimana:
N = populasi total
P = probabilitas populasi yang diharapkan
B = bound oferror

2.11 Analisis Statistik


Dalam analisa statistik digunakan skala pengukuran yang merupakan
kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Salah satunya Skala Likert.
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial.
Dengan Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

30
indikator-indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrument yang dapat berupa pemyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
item instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradiasi yang sangat
positif sampai negatif yang dapat berupa kata-kata antara lain (Sugiono,2004) :
- Skor 5 : Sangat baik
- Skor 4 : Baik
- Skor 3 : Cukup
- Skor 2 : Buruk
- Skor 1 : Buruk sekali

Sedangkan untuk perhitungan skor dipakai rumus sebagai berikut :

(2.4)

Dimana :
Total Skor (A) = Total Nilai Skor (1-5)
Nilai Total (B) = Total nilai skor maksimum setiap prosedur

31

Anda mungkin juga menyukai