Anda di halaman 1dari 252

Seri 3 Kesatria Baju Putih

Karya : Wen Rui Ai


Penterjemah/editor : Liang YL/Adhi

Panji Akbar
Matahari Terbenam

Persembahan : SEE YAN TJIN DJIN

Sumber djvu : Manise Dimhader


Convert, edit & EBook: Dewi KZ
Tiraikasih website
http://kangzusi.com/ http://kang-zusi.info/
http://dewikz.byethost22.com/ http://ebook-dewikz.com/
http://tiraikasih.co.cc/ http://cerita-silat.co.cc/
SERIAL : PENDEKAR BAJU PUTIH
JUDUL .-PANJI AKBAR
MATAHARI TERBENAM
EPSODE . : KE TIGA
SADURAN : LIANG Y L
DI EDIT OLEH : ADHI H
CETAKAN KE 1 : PEBRUARY 2007
HAK CIPTA DI LINDUNGI UNDANG-UNDANG
PANJI AKBAR
Matahari Terbenam

Pendahuluan
Pada tahun Shao Xing 11, Ye Fei seorang jenderal dari Kerajaan
Song karena telah dikhianati oleh Qing Hui seorang Menteri dorna
akhirnya dia terbunuh. Qing Hui bermaksud bersekongkol dengan
Tentara Jin (Kim).
Pada tahun yang sama di bulan 11, akhirnya terjadi kesepakatan
antara Kerajaan Song dan Tentara Jin. Kesepakatan ini
menyebabkan Kerajaan Song bukan hanya kehilangan wilayahnya
tapi juga merupakan penghinaan terhadap prajurit-prajurit Kerajaan
Song. Akhirnya kesepakatan ini malah mengantarkan Kerajaan Song
hancur di tangan bangsa asing.
Kesepakatan antara Tentara Jin dan Kerajaan Song hanya
bertahan selama 20 tahun. Begitu raja Kerajaan Song yang bernama
Gao Zhong, dan jenderal besar Tentara Jin yang bernama Wu Shu
meninggal, Jin Xi Zhong yang masih muda menggantikannya. Dia
senang minum-minum dan senang membunuh, akhirnya dia
dibunuh oleh adiknya sendiri.
Liang mengangkat dirinya menjadi raja. Dia sangat menyukai
budaya Tiongkok. Pada tahun 1159, dia mengumpulkan enam ratus
ribu pasukan dan menyerbu Kerajaan Song, mereka tiba di propinsi
An Hui sekarang. Waktu itu jenderal-jenderal dan para pejabat yang
masih setia dan berani mati, dibunuh oleh Perdana Menteri Qing Hui
dan raja bodoh yang diperalatnya, prajurit-prajurit sudah tidak ada
semangat berjuang lagi, mereka mengikuti arah angin bergoyang ke
sana kemari.
Begitu Tentara Song melihat banyak Tentara Jin yang menyerbu,
mereka sangat ketakutan. Mereka tahu jika mereka maju berperang,
mereka pasti akan kalah. Walaupun mereka bisa menang, tapi nasib
mereka akan sama seperti Jenderal Ye Fei. Dengan bersusah payah
akhirnya mereka berhasil mengalahkan Jenderal Wu Shu dan
bekerja sama dengan para pendekar He Bei. Sewaktu mereka
sedang menikmati kemenangan mereka dipaksa kembali ke
kerajaan dan Propinsi He Nan dikembalikan lagi kepada Tentara Jin.
Karena itu Tentara Song berada di pihak yang kalah dan para
prajurit melarikan diri berpencar entah ke mana. Saat melarikan diri,
terdengar jeritan rakyat bercampur menjadi satu. Panji Tentara
Song berhasil direbut oleh Tentara Jin. Peperangan sudah
mendekati Huai Bei. Waktu itu Yu Yun Wen mengumpulkan para
prajurit yang tersisa dan menyusun strategi baru untuk memerangi
Raja Jin yang bernama Liang, saat itu adalah penentuan hidup dan
mati.

BAB I
Tujuh orang aneh

Di kabupaten Huai Yin, di kota Huai An.


Shao Xing tahun 31. Musim semi.
Di sebuah perusahaan perjalanan (Biao) yang bernama Huai
Yang.
Panji Biao Huai Yang tampak berkibar, wajah-wajah anggota Biao
di sana berwarna seperti besi. Wajah mereka merenggut dan
mereka sama sekali tidak bersuara.
Dalam perusahaan Biao Huai Yang, ada tiga orang terpenting
dalam perusahaan itu mereka kira-kira berumur 40 tahun, dia
bermarga Cai, dan bernama Bu Pin. Dia menguasai 36 macam jurus
tombak. Di Huai Yin orang yang terkenal bisa menggunakan tombak
adalah dirinya.
Orang kedua terpenting dalam Biao Huai Yang berumur 40 tahun
lebih, bermarga Wu, dan bernama Shen Si. Pembawaannya sangat
tenang. Dia sangat menguasai jurus Feng Mo Zheng Fa (jurus
tongkat siluman gila) dan Da Mo Gun Fa (jurus tongkat Da Mo= Tat
Mo). Dia adalah penasehat di perusahaan Biao Huai Yang, juga
menjabat sebagai kepala pelatih di Biao Huai Yang.
Hari ini, kedua orang penting dari perusahaan Biao Huai Yang
tampak sedang duduk di ruang tamu. Wajah mereka terlihat serius
dan sikap mereka terlihat dingin.
Cai Bu Pin menggebrak meja dan berkata, "Kurang ajar! Penjahat
Jin (Kim) memang keterlaluan! Kita orang-orang Song sudah
digencet mereka sampai tidak bisa bernafas lagi!"
Wu Shen Si segera bersuara, "Shhhtt!".
Dia memberi tanda kepada Cai Bu Pin agar tidak berbicara lagi.
Dia berkata, "Lao San, masalah memaki kerajaan tidak perlu kita
lakukan. Jika kita diadukan kepada kepala pemerintahan, keluarga
kita pasti akan dibunuh. Aku sudah berkeluarga, aku tidak tahan
disiksa seperti itu!"
Cai Bu Pin tahu Wu Shen Si bukan seorang penakut, dia hanya
ingin menasehatinya saja. Segera dia berkata, "Kakak Kedua,
penjahat itu sudah menyerang Cai Shi. Katanya beberapa hari ini, di
kota banyak orang yang mencurigakan. Mereka tampak berjalan-
jalan di kota. Kita adalah putra kerajaan Song. Kita harus
membunuh beberapa anjing Jin itu!"
Wu Shen Si berpikir sebentar lalu berkata, "Hanya dengan
membunuh beberapa orang saja rasanya tidak akan ada gunanya.
Kemarin Kakak Tertua sudah pergi ke Huai Bei untuk bertemu
dengan Pendekar Long Zhai Tian dan berunding dengannya. Jika
perlu kita akan membubarkan perusahaan Biao ini, kemudian
bergabung dengan Tuan Long Zhai Tian mengikuti Jenderal Yu
membunuh para anjing Jin!" .
Cai Bu Pin bertepuk tangan dan tertawa, "Aku rasa lebih baik
seperti itu!"
Tiba-tiba terdengar suara keras bercampur dengan suara
bentakan dari luar pintu!
Seorang anggota perusahaan Biao dengan terengah-engah
masuk ke ruang tamu. Dia tidak bisa berbicara karena nafasnya
menderu cepat. Cai Bu Pin segera menghampirinya dan bertanya,
"Ada apa? Cepat katakan!"
Karena terjatuh, dahi anggota Biao ini berdarah dan tangan
kirinya terkilir. Dia berkata, "Tuan Kedua, Tuan Ketiga, di luar ada
beberapa penjahat Jin berikut beberapa orang pengkhianat Han.
Mereka mengatakan ingin bertemu dengan kepala perusahaan Biao.
Karena orang-orang perusahaan kita melihat yang datang adalah
para penjahat Jin, mereka marah. Tidak disangka di antara ketujuh
orang itu, muncul 2 orang raksasa, dan sudah membuat saudara-
saudara kita.. .dipukul...."
Cai Bu Pin marah dan membentak, "Saudara kita dipukul seperti
apa? Anjing Jin, berani datang ke kota Huan An, lalu memukul
orang-orangku, aku harus menghajar mereka!"
Kata-katanya belum selesai, dari luar melayang masuk 3 orang.
Mereka adalah anak buah Cai Bu Pin. Beberapa kali tubuh mereka
bergetar. Wajah mereka tampak belepotan darah, tapi sebentar
kemudian sudah tidak bergerak lagi.
Sebetulnya ilmu silat ketiga orang perusahaan Biao ini lumayan
tinggi, tapi hanya dalam waktu sebentar mereka berhasil dibabat
oleh orang-orang Jin. Wu Shen Si merasa tersinggung dan marah
melihat semua ini!
Cai Bu Pin meloncat keluar. Dengan marah dia membentak,
"Kurang ajar! Berani membunuh orang-orang perusahaan Biao Huai
Yang..."
Waktu itu, tiba-tiba dari luar pintu muncul 7 orang. Mereka
berbaris membentuk angka satu aksara China. Mereka dengan
dingin berdiri di depan pintu.
Hati Wu Shen Si terasa dingin. Dengan cepat dia berkata, "Lao
San, jangan berontak!" Tapi Cai Bu Pin sudah lari keluar!
Begitu Cai Bu Pin keluar, dari ketujuh orang itu, 6 di antaranya
tidak bergerak. Salah satu laki-laki yang berbadan tegap dan tinggi
sudah menghadang Cai Bu Pin. Kecepatan tubuhnya 10 kali lipat
dibandingkan Cai Bu Pin, dan tenaganya seperti bisa mendorong
gunung dan bisa menumpahkan isi laut.
Cai Bu Pin hampir bertabrakan dengan orang itu. dia segera
berhenti dan merasa terkejut. Cai Bu Pin bukan orang biasa,
tangannya sudah menggenggam sebuah tombak!
Belum sempat bertabrakan, tombaknya sudah menotok di 3
tempat jalan darah lawannya, cepat dan juga tepat.
Jurus ini bernama Han Ya San Dian (Jurus tiga totokan burung
gagak dingin). Cai Bu Pin paling apal menguasai jurus ini dan juga
merupakan jurus yang terkenal. Maka pada saat dia melancarkan
serangan, jurus inilah otomatis yang digunakan. Cai Bu Pin tidak
tahu kalau orang yang datang bukanlah sembarang orang, dia juga
mengeluarkan serangan untuk membunuh!
Tiga buah mata tombak siap menusuk dan menotok orang itu.
Tapi orang itu tidak terkena tusukan tombaknya malah gerakan
majunya menjadi lambat. Sebaliknya Cai Bu Pin malah semakin
cepat melangkah.
Tiba-tiba tombak yang dipergunakan untuk menusuk malah
terlepas terbang dari hadapan orang itu.
Cai Bu Pin terkejut dan mundur!
Tapi dari belakang sudah menunggu seorang laki-laki berbadan
tinggi besar. Gerakannya lebih cepat dari gerakan laki-laki pertama.
'Waktu itu puluhan orang perusahaan Biao masuk ke lapangan
penerima tamu, mereka memperhatikan 6 orang yang datang.
Hanya dalam waktu singkat tinggal 5 orang. Pertarungan ini hanya
terlihat seperti bayangan yang bergerak cepat. Di arena
pertarungan ternyata sudah bertambah satu orang lagi!
Cai Bu Pin merasakan adanya bahaya. Dia ingin menyingkir
kesamping tapi lawannya datang sangat cepat. Dia tidak bisa
menghindar lagi. Hanya terdengar suara PING! PING! Yang satu
berada di depan dan yang satu berada di belakang, mereka
mengurung Cai Bu Pin di tengah-tengah.
Begitu melihat ada seseorang yang muncul dibelakangnya,
hatinya ingin berteriak, "Bahaya!". Tapi tubuhnya terasa melayang
terbang sedangkan kedua orang itu setelah menabrak sasaran
mereka. Lalu mereka berpisah lagi, berdiri di kiri dan di kanan,
kelima orang itu dan sama sekali tidak bergerak.
Begitu Wu Shen Si berada di lapangan pertarungan, dengan
tepat bisa menangkap Cai Bu Pin yang roboh.
Tulang-tulang Cai Bu Pin tampak sudah tidak ada yang utuh.
Tulang-tulangnya hancur, kemudian menancap ke dalam daging.
Dia langsung meninggal.
Wu Shen Si marah dan terkejut. Bola matanya seakan mau
keluar. Dia ingin bertarung dengan mereka tapi setelah dipikir-pikir
dia menahan diri, dia melihat baru saja bertarung, dengan mudah
Cai Bu Pin telah dibunuhnya, berarti ilmu silat mereka sangat tinggi
dan cara bertarung mereka sangat aneh. Karena itu dia tidak ingin
secara sembarangan menyerang, jika tidak, dia juga akan mati sia-
sia. Dia menarik nafas, dengan pelan-pelan lalu berdiri melihat
orang-orang itu.
Mereka terdiri dari 7 erang, salah satu dari mereka telah berumur
40 tahun. Wajahnya terlihat sangat serius, dia tidak marah tapi
telihat berwibawa, wajahnya cukup tampan. Dia memakai baju
panjang dan tangannya dimasukkan ke dalam lengan baju. Melihat
apa yang terjadi di lapangan, dia tidak bertanya dan seperti tidak
melihat.
Orang yang berada di sebelah kirinya, memakai baju Qi Dan.
Wajahnya juga terlihat sangat berwibawa, perawakannya tinggi dan
besar. Siapapun yang berdiri di depannya, paling-paling tingginya
hanya mencapai pundaknya. Kedua matanya, hanya melihat dingin
tapi tidak terlihat ekspresi apapun di wajahnya.
Di sebelah kanannya adalah seorang La Ma (biksu Tibet).
Memakai baju biksu berwarna merah dan selempang berwarna
emas yang dipakai di sebelah kanannya. Tangannya memegang
sebuah sekop berbentuk seperti gigi. Sekop itu beratnya kurang
lebih 10-15 kilogram tapi pada saat dipegang olehnya seperti tidak
memerlukan tenaga besar. Di kepalanya masih ada seuntai tasbih
yang terbuat dari kayu berwarna merah, biji tasbih itu besar dan
juga berkilau. Kedua mata La Ma ini seperti bisa mengeluarkan
kobaran api. Wu Shen Si yang melihatnya, merasa jantungnya terus
berdebar-debar karena terpengaruh oleh pembawaan La Maini.
Di kanan La Ma adalah orang yang berdandan seperti suku
bangsa Nu Zhen, perawakannya tinggi dan kurus. Kesepuluh
jarinya berbentuk seperti cakar elang, panjang dan lancip-lancip.
Dengan wajah seram dia melihat Wu Shen Si. Membuat hati Wu
Shen Si menjadi dingin. Di sebelah kiri orang Qi Dan itu ada satu
orang bersuku Han. Usianya kira-kira 50 tahun, wajahnya seperti
tikus, memakai baju putih yang terbuat dari sutra, terlihat sangat
mewah. Kumisnya seperti kumis kucing. Tangan kirinya memegang
sebuah panji bertuliskan 'Song'. Tangan kanannya memegang
panji bertulisan huruf 'Jin'. Langkah kakinya pada saat berjalan
seperti angka delapan (huruf China). Di pinggangnya masih terselip
sempoa besi berwarna hitam. Dia menyipitkan matanya. Dengan
pandangan tidak bersahabat dia menatap Wu Shen Si.
Di sisi kiri dan kanan orang itu, masih ada 2 orang laki-laki
bangsa Mongolia. Badan mereka tinggi juga besar. Lebih kasar dan
besar dari orang Qi Dan itu, wajah mereka tampak sangat keras.
Daging di seluruh tubuh mereka menggelembung seperti panci
besi. Dalam setengah jurusnya, Cai Bu Pin langsung terpukul mati.
Kedua orang Mongolia itu memiliki wajah dan perawakan hampir
sama. Mereka berdiri dengan sikap sangat sombong, tapi
menghormati kelima orang itu.
0-0-0
Wu Shen Si menahan kesedihan di dalam hatinya. Dengan marah
dia berkata, "Kalian tidak minta ijin terlebih dulu, langsung masuk
ke perusahaan Biao kami, setelah itu membunuh orang-orang
perusahaan Biao dan juga membunuh adik ketiga. Sebenarnya apa
tujuan kalian?"
Orang-orang perusahaan Biao itu yang telah kalah di tangan
ketujuh orang itu. Melihat musuh dengan mudah bisa membunuh
orang ketiga terkuat di perusahaan ini, mereka tidak bersuara.
Begitu mendengar Wu Shen Si bertanya, merekapun ikut marah,
"Penjahat, apa mau kalian sebenarnya!"
"Anjing Jin, kalian cari mati saja!"
"Kurang ajar! Ketua Biao dan wakil ketua kami akan menangkap
kalian lalu melemparkan kalian ke sungai sebagai makanan ikan...
Cambang laki-laki yeng bersenjata Sempoa itu tampak bergerak-
gerak. Sambil tertawa dia berkata, "Ohi Daging cincang yang
tergeletak di bawah ini, apakah dia adalah Pendekar Ketiga Cai?
Kami mohon maaf!"
Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang ada di sana semakin
marah. Wu Shen Si yang lebih berpengalaman, segera bertanya,
"Apakah Tuan adalah si Sempoa Besi dari He Bei XiWuHou,TuanXi?"
Orang itu tertawa, "Benar. Aku masih mempunyai julukan jelek
lainnya yaitu, apapun akan kujual jika mati tidak akan mempunyai
keturunan. Jika tidak ada lagi yang ingin disampaikan oleh Pendekar
Wu, biar aku membantu Anda membentahu."
Orang-orang perusahaan Biao mendengar semua perkataannya.
He Bei Xi Wu Hou terkenal menjual segala apapun, hati nurani,
wajah, negara, rumah, sampai istri dan putra putrinya sekalipun.
Asalkan dia bisa menjadi kaya dan makmur, mempunyai kekuasaan
dan uang, dia pasti tega menjual semuanya. Dia bernama Xi Wu
Hou karena orang-orang persilatan membencinya karena dia sering
mengkhianati teman, maka mereka memanggilnya dengan sebutan
Si Wu Hou (Mati tidak ada turunan).
Wu Shen Si tahu kalau dia adalah Xi Wu Hou, karena di dunia
persilatan yang bisa menjadikan sempoa besi sebagai senjata dan
memiliki ilmu silat sangat tinggi, hanya ada 3 orang, dan salah satu
di antaranya bernama Sempoa Emas, Xin Wu Er. Menurut orang-
orang, dia sangat tampan. Sedangkan yang satu lagi bernama Tuan
Sempoa, Bao Xian Ding. Menurut orang-orang yang pernah bertemu
dengannya, dia berperawakan pendek, gemuk, dan dia berdandan
seperti seorang pedagang. Kedua orang itu berpandangan sangat
lurus. Satu-satunya yang tega menjual segala sesuatu hanya Xi
Wu Hou. Dia sangat
licik, kejam, dan berbahaya. Dia tega menjual negara untuk
mendapatkan kemakmuran. Dia menjadi seorang pengkhianat dan
dibenci oleh orang-orang.
Begitu nama Xi Wu Hou terlontar, orang-orang perusahaan Biao
terdiam karena dia memang terkenal karena kejamnya dan liciknya.
Pikiran Wu Shen Si dengan cepat berputar. Dia tahu di antara
ketujuh orang itu, Xi Wu Hou dan kedua orang Mongolia itu, ilmu
silatnya lebih tinggi darinya. Sedangkan keempat orang lainnya,
belum diketahui sampai sejauh mana kemampuan ilmu silat mereka.
Hatinya terus mengeluh.
Terdengar Xi Wu Hou tertawa licik, "Kau lihat, ini apa?" Dia
melambaikan-lambaikan kedua panji yang dipegangnya.
Wu Shen Si menjawab dengan tenang, "Panji itu bertuliskan panji
kerajaan Song dan satu lagi adalah kain perca milik penjahat Jin!"
Xi Wu Hou tertawa dingin, "Panji kerajaan?" Dia melemparkan
panji kerajaan Song, kemudian menginjak-injaknya.
Orang-orang perusahaan Biao Huai Yang tidak kuat menahan
penghinaan ini, mereka segera maju menyerang. Wu Shen Si ingin
melarang tapi sudah tidak sempat.
Dua orang perusahaan Biao yang berada di tengah-tengah udara
ditangkap oleh sepasang tangan kemudian tenggorokan mereka
dicekik. Hanya sebentar kedua orang perusahaan Biao itu tampak
matanya melotot dan lidahnya terjulur keluar. Mereka sudah mati.
Orang Mongolia itu yang telah membunuh mereka.
Keadaan menjadi geger. Ada yang mencabut pedang untuk
menyerang orang Mongolia itu. Tiba-tiba terdengar suara bentakan
seperti guntur, "Hentikan! Jangan ingin mati konyol!"
Orang-orang perusahaan Biao mendengar suara ini. Mereka
segera berhenti. Wu Shen Si merasa sangat senang. Dia memanggil,
"Da Shi Xiong (kakak tertua)."
Semua orang perusahaan Biao dengan hormat memanggil,
"Ketua Biao."
Rambutnya sudah memutih, begitu juga dengan alisnya, dia
terlihat sangat berwibawa. Dia adalah ketua Perusahaan Biao, Li
Long Da. Ilmu telapak Jiang Tian Zhang yang dimilikinya sangat
terkenal di Huai Bei. Ilmu silatnya jauh berada di atas Wu Shen Si.
Wu Shen Si tampak menjadi tenang.
Begitu melihat ada orang yang masuk ke perusahaan Biao, dia
tahu kalau mereka bukan orang baik-baik. Dia sudah menyuruh
orang pergi ke rumah Li Long Da dan memanggil Li Long Da untuk
membantunya. Begitu Wu Shen Si melihat Kakak tertuanya sudah
datang, dia tahu kalau Li Long Da pasti mempunyai cara
menghadapi orang-orang jahat ini, maka hatinyapun merasa sangat
tenang.
Di antara ketujuh orang itu, kecuali Xi Wu Hou yang bicara
dengan orang-orang perusahaan Biao, ada dua orang Mongolia yang
sedang mengawasi orang-orang perusahaan Biao, keempat orang
suku asing lainnya, terutama La Ma yang sorot matanya berpindah
dari Wu Shen Si kepada Li Long Da. Orang suku Nu Zhen itu
dengan seram melihat ke sekeliling. Orang Qi Dan itu pada saat
melihat Li Long Da muncul, dia melihat dengan sorot mata seram.
Sorot mata ini membuat Li Long Da sempat bergetar kemudian dia
tidak mempedulikannya lagi. Dia melihat tangannya. Sikapnya
terlihat sangat santai. Dia tidak melihat ketempat pertarungan, dia
berjalan mondar mandir. Sepertinya hal yang terjadi di sini, tidak
ada hubungan dengannya.
Li Long Da sangat berpengalaman. Dia tidak terlihat tergesa-gesa
dan juga tidak marah-marah. Dengan suara lantang dia berkata,
"Kalian sudah membunuh dan melukai orang-orang perusahaanku.
Apakah perusahaan kami telah berbuat salah yang tidak kami
ketahui. Harap kalian bisa memberitahukannya."
Suara Li Long Da seperti guntur dan menggetarkan gendang
telinga, sehingga telinga menjadi sakit, suara Xi Wu Hou malah
seperti suara nyamuk tapi sangat jelas masuk ke telinga semua
orang.
"Tuan Li, tidak perlu terburu-buru. Aku akan memperkenalkan
mereka kepada kalian."
Li Long Da menahan amarahnya dan berkata, "Tuan kalau tidak
salah adalah Jue Ming Suan Pan, sudah lama aku mendengar nama
Anda."
Xi Wu Hou tertawa, "Namaku tidak pantas dibicarakan." Dengan
sikap hormat dia menunjuk orang Jin yang mengenakan baju
mewah itu. "Tuan ini adalah keponakan raja Jin, beliau adalah
pangeran Shen Ji. Pangeran Shen Ji sangat menyukai kebudayaan
Tiongkok, karena itu beliau memiliki nama China, beliau bernama Jin
Chen Ying. Jin adalah nama marga semua orang Jin. Ying artinya
adalah elang, jadi nama beliau berarti raja burung. Tujuan Pangeran
Jin kali ini ke selatan...."
Salah seorang dari anak buah perusahaan Biao melihat Xi Wu
Hou terus menjilat, dia berkata, "Chen itu Luo. Luo artinya jatuh.
Luo Ying berarti burung mati, biasa dimasak oleh rakyat Song untuk
dijadikan makanan"
Orang berbaju mewah itu berkata, "Apa yang dia katakan?"
Tiba-tiba orang Qi Dan itu bergerak. Orang perusahaan Biao
yang sedang bicara itu suaranya berhenti karena kepalanya sudah
terpenggal oleh telapak tangan orang Qi Dan itu. Tubuhnya masih
tetap berdiri tapi darahnya sudah bermuncratan. Dia tidak tahu dia
mati dengan cara apa. Orang Qi Dan itu sudah kembali lagi ke
tempat semula.
Orang Qi Dan itu menenteng kepala orang Biao ke hadapan
orang berbaju mewah. Dengan sikap hormat dia berkata, "Orang itu
mengatakan kalau dia tidak akan bicara mengenai hal itu lagi."
Dengan puas orang berbaju mewah itu mengangguk. Dia mulai
berjalan mondar mandir lagi.
Orang-orang yang ada di perusahaan Biao itu tampak pucat
wajahnya, termasuk Li Long Da sendiri. Tidak ada seorangpun yang
bisa melihat jelas dengan cara apa orang Qi Dan itu 11 lembunuh
saudara mereka!
0-0-0

BAB 2
Sekali pukul langsung mati

Xi Wu Hou tampak sangat senang. Sambil tertawa dia menunjuk


orang Qi Dan itu dan berkata, "Beliau adalah seorang jenderal besar
dan nama beliau adalah Xia Hou Lie dari kerajaan Jin. Gerakan
beliau tadi hanya memperagakan sedikit ilmu yang dimilikinya,
supaya kalian, orang-orang yang pantas dikasihani, bisa terbuka
matanya lebar-lebar!"
Semua orang merasa marah mendengar perkataan Xi Wu Hou,
sebenarnya Xi Wu Hou adalah orang Song mengapa dia mau saja
menjadi kaki tangan negara lain? Tapi mereka pun takut pada
wibawa Xia Hou Lie, karena itu mereka tidak berani bersuara.
Li Long Da terdiam. Dia tidak bersuara sama sekali. Xi Wu Hou
menunjuk La Ma berbaju merah dan berkata, "Beliau adalah Budha
hidup dari Tibet, Ge La Tu, beliau juga seorang pesilat tinggi."
Kemudian dia menunjuk orang suku Nu Zhen dan berkata,
"Beliau adalah pesilat tinggi suku Nu Zhen, yaitu Tuan Wan Yan
Zhu."
Li Long Da berkata, "Yi!" ternyata Tuan Wan Yan Zhu yang
mempunyai ilmu silat tinggi, dia pernah ke Zhong Y&an sekali dan
mengalahkan enam orang pesilat tinggi Zhong Yuan. Dia sangat licik
dan kejam. Li Long Da mengetahui kalau Tuan Wan Yan Zhu adalah
ketua dari Ying Zhao Zhuo Ge Men yang ada di Nu Zhen. Semenjak
masuk ke Zhong Yuan, dia tidak terkalahkan, kemudian bertemu
dengan pendekar Jiang Nan Fang Zhen Mei, dan mereka telah
bertarung 3 kali, dan dalam ketiga pertarungan itu dia kalah, karena
itu dia kembali lagi ke Nu Zhen.
Li Long Da melihat Xi Wu Hou lebih menghormati Pangeran Jin
dan Xia Hou Lie dibandingkan kepada Wan Yan Zhu, dia merasa
aneh.
Xi Wu Hou menunjuk dua orang Mongolia itu dan berkata,
"Kedua orang Mongolia ini adalah budak negara Jin, Pangeran Jin
sangat menghargai mereka, maka beliau memberikan jabatan
jenderal pengawal pribadi kepada mereka yang satu bernama Hu
Shang Ke, sedangkan yang satu lagi bernama Hu Shang Ge, mereka
dijuluki 2 jenderal pemberani dan sakti."
Li Long Da menekan kemarahannya di dalam hati dan berkata,
"Anda bertujuh datang ke perusahan Biao ini, apakah ada tujuan
tertentu, harap bisamemberitahu."
Xi Wu Hou tertawa sinis, "Tujuan kami sangat sederhana, mereka
ini adalah pesilat tangguh dan pangeran memiliki ribuan prajurit dan
puluhan laksa uang, beliau tidak perlu menggunakan para
prajuritnya untuk mengancam kalian, dan kalian juga hanya orang
dunia persilatan, aku telah menginjak panji kerajaan Song, kalau
kalian setuju, kalian diam saja, kalau kalian tidak senang kalian bisa
bertarung. Tapi senjata tidak bermata, apakah bisa hidup terus atau
mati, jangan menyalahkan orang lain."
Li Long Da baru sadar setelah Xi Wu Hou selesai berkata, apa
sebenarnya tujuan mereka, dia berkata, "Oh, ternyata kalian
datang ke sini hanya untuk melihat sampai sejauh mana ilmu silat
Zhong Yuan!"
Wan Yan Zhu tiba-tiba berkata, "Aku kira ilmu silat Zhong Yuan
biasa-biasa saja."
Li Long Da marah, Wu Shen Shi berkata, "Walaupun ilmu silat
Zhong Yuan biasa-biasa saja, tapi dulu kami berhasil mengusir
negara Tuan kembali ke negara asal, dan itu dilakukan oleh orang-
orang Zhcng Yuan."
Wajah Wan Yan Zhu berubah, ternyata dulu ketika dia dikalahkan
oleh Fang Zhen Mei dan dia merasa sangat terhina, sekarang Wu
Shen Shi berani membuka aibnya di depan Pangeran Jin, dia benar-
benar marah dan berteriak, suaranya seperti suara teriakan seekor
burung, hanya dalam waktu singkat dia sudah berada di depan Wu
Shen Shi!
Wu Shen Shi sudah memiliki persiapan sebelumnya, dia
membentak, "Bawa ke sini'"' Di belakangnya sudah ada seseorang
yang memberikan sebuah pentungan panjang.
Begitu Wu Shen Shi sudah memegang pentungannya dengan
cepat dia menyerang Wan Yan Zhu berturut-turut 4 kali serangan,
bayangan pentungan seperti gunung menutupi tubuh Wan Yan Zhu.
Wan Yan Zhu tertawa dingin, tangannya dijulurkan dan dia
berhasil memegang pentungan itu.
Ilmu pentungan Wu Shen Shi sangat cepat dan aneh, dia sudah
mempelajari ilmu Feng Mo Zhang Fa 70% sempurna ditambah
dengan ilmu Da Mo Gun Fa yang keras dan kuat. Tapi kali ini
pentungannya ternyata berhasil dicengkram Wan Yan Zhu dan
tidak bisa ditarik kembali, ini adalah pengalaman pertama baginya.
Wajah Wu Shen Shi tampak berubah, dengan sekuat tenaga dia
menarik kembali penuangannya. Wan Yan Zhu hanya tertawa
dingin, kemudian dia melepaskan pegangannya.
Karena Wu Shen Shi menarik pentungan itu dengan seluruh
kekuatannya, dia tidak menyangka kalau Wan Yan Zhu akan
melepaskannya, maka diapun tidak bisa menahan gerakannya dan
terjatuh ke belakang sejauh 7-8 langkah.
Kedua kaki Wan Yan Zhu tidak tampak bergerak sama sekali, dan
sekarang dia sudah berada di hadapan Wu Shen Shi!
Wu Shen Shi menggunakan pentungan sebagai senjatanya, dia
membalikkan tangannya dan memukul dengan pentungan itu!
Serangan itu dilakukan secara tiba-tiba dan gerakannya berubah
menjadi menyerang, tapi pentungan itu hanya bisa mencapai
setengah jalan, dan sudah terbelah menjadi 3 bagian. Pada saat
yang sama Wan Yan Zhu sudah menggerakan cakarnya. Li Long Da
melihat melihat situasi sudah tidak menguntungkan bagi Wu Shen
Shi, dia segera meloncat untuk menolong saudaranya!
Tapi semua itu sudah terlambat, begitu Wan Yan Zhu mundur
terlihat Wu Shen Shi sudah roboh, di antara dada dan perutnya
terlihat ada lubang yang menganga, Jantung Wu Shen Shi sudah
dicabik keluar oleh Wan Yan Zhu.
Ternyata pentungan panjang Wu Shen Shi pada saat disambut
oleh Wan Yan Zhu, dia sudah mencakarnya, dan pentungan itu
menjadi hancur. Begitu Wu Shen Shi memukul dengan sekuat
tenaga, pentungan itu terbelah menjadi 3 bagian. Wan Yan Zhu
mengambil kesempatan ini dan menyerang Wu Shen Shi lalu
membunuhnya!
Orang ketiga terpenting di perusahaan Biao Huai Yang Cai Bu
Pin, diserang oleh kedua orang Mongolia itu, dia langsung mati.
Orang kedua yang bertarung, belum mencapai dua jurus sudah mati
di tangan Wan Yan Zhu. Orang-crang perusahaan Biao itu belum
pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Walaupun Li Lcng Da sangat sabar, tapi sekarang dia sudah tidak
tahan lagi, dia membentak, "Panji ini adalah panji kerajaan Song,
tanah inipun milik orang Tiong Hoa, dan perusahaan Biao ini adalah
milikku, kalian telah menghina panji negaraku dan di tempat ini
telah membunuh orang-orangku, aku akan membunuh kalian!"
Dia memasang kuda-kuda Jiang Tian Zhang dan melayang ke
atas!
Kedua orang Mongolia itu ikut bergerak, mereka melayang naik
dari sisi kiri dan kanan. Li Long Da bergetar, kedua telapak
tangannya menyerang dari posisi yang tidak disangka-sangka.
Terdengar suara PLAK, PLAK. Dia berhasil memukul Hu Shang Ke
dan Hu Shang Ge!
Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge hanya terpaku, masing-masing
mundur 2 langkah, mereka seperti dua ekor harimau yang meraung
kesakitan dan menyerang!
Tadinya Li Long Da menyangka begitu kedua telapaknya
mengenai lawan pasti bisa mengalahkan lawannya, dia merasa
sangat gembira, serangannya yang bernama Jiang Tian Zhang,
gerakannya memang sangat aneh dan menggunakan tenaga besar,
walaupun di langit ada binatang besar, binatang itu pasti akan lari
ketakutan, karena itu orang-orang persilatan menyebut jurus ini
dengan julukan Jiang Tian Zhang (Pukulan mengalahkan langit).
Li Long Da merasa sekali serangannya sudah mengenai sasaran,
dia mengira paling sedikit dia bisa melumpuhkan Hu Shang Ke dan
Hu Shang Ge, tapi ternyata mereka hanya mundur beberapa
langkah saja. Mereka seperti tidak terluka dan kembali maju
menyerangnya lagi!
Kedua orang Mongolia itu sejak kecil sering bertarung dengan
harimau dan singa, tenaga mereka sangat besar dan terlatih, Kulit
mereka seperti tembaga, tulang kuat seperti besi, bisa
diumpamakan golok dan tombakpun sulit menembus tubuh mereka.
Li Long Da yang sekali memukul telah bisa membuat mereka
mundur beberapa langkah, ini adalah pertama kalinya mereka
mengalami hal ini semenjak mereka datang ke Zhong Yuan. Karena
itu insting binatang merekapun timbul, mereka jadi menyerang Li
Long Da dengan kekuatan penuh.
Ilmu silat Li Long Da lebih tinggi dibandingkan dengan Cai Bu Pin
dan Wu Shen Shi, serangan dari Hu Shang Ke dan Hu Shang
Ge bisa dihindari, segera tangan kirinya mencengkram
pergelangan tangan Hu Shang Ke dan tangan kanannya dengan
kekuatan penuh menekan tangannya, dia ingin menggunakan jurus
Jiang Tian Fa memotong urat nadi tangan kiri orang Mongoliaitu!
Tidak disangka begitu mengerahkan tenaganya, tangan kiri Hu
Shang Ke tidak patah, malah kedua tangannya tergetar sehingga
terasa sakit dan mati rasa. Dia terkejut, sedetik kepalan tangan Hu
Shang Ge sudah hampir mengenainya, Li Long Da tidak sempat
menghindar, terpaksa dengan menggunakan ilmu Jiang Tian Fa dia
menyambut serangan itu! PLAK!
Terdengar suara pukulan beradu dan Li Long Da melayang
mundur beberapa meter jauhnya, darahnya bergolak, dadanya
terasa sesak nafas.
Kedua orang Mongolia itu memiliki tenaga besar, tidak bisa
mengalahkan mereka dengan menggunakan tenaga besar!
Kedua orang Mongolia itu sudah mendekatinya, kembali mereka
mulai menyerangnya dengan kepalan tangan, dengan ilmu Jiang
Tian You Long (langit lemas naga berenang), Li Long Da berusaha
untuk terus menghindar dan mencari kesempatan untuk membalas
serangan, sekali-kali dia sempat memukul sasarannya, tapi setiap
kali mengenai sasaran dia malah merasa tergetar dan kepalanya
terasa pusing. Karena itu dia memutuskan jangan terlalu sering
memukul, dia hanya berusaha untuk terus menghindar
Kedua orang Mongolia itu jadi tidak bisa memukul atau
menangkapnya!
Tapi semakin bertarung hati Li Long Da bertambah cemas,
orang-orang perusahaan Biao yang melihat pertarungan itu semakin
terkejut, tapi mereka mengerti dengan kondisi ini, mereka
sebenarnya ingin membantu, tapi belum juga mencapai setengah
jurus mereka pasti akan kalah karena itu mereka tidak tahu apa
yang harus mereka perbuat sekarang.
Xia Hou Lie melihat Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge bertarung
cukup lama tapi tidak berhasil mengalahkan lawannya. Sikapnya
menunjukkan perasaan tidak senang, begitu Xi Wu Hou melihatnya,
dia segera berteriak menggunakan bahasa yang tidak dimengerti
orang lain.
Kedua orang Mongolia itu segera mundur, kemudian Xi Wu Hou
masuk ke arena pertarungan, dia tertawa kepada Li Long Da, "Tuan
Li ternyata benar-benar kuat, biar aku yang tidak mempunyai
keturunan ini mencoba beberapa jurus Anda!"
Kedua mata Li Long Da tampak melotot dan berkata,
"Pengkhianat! Kau mengantar kematianmu sendiri, itu lebih baik!"
Kedua telapak tangannya sudah mengeluarkan jurus Jiang Tian
Zhang dan siap bertarung dengan Xi Wu Hou.
Pangeran Jin sudah tidak berjalan mondar-mandir lagi, dengan
santai dia berkata, "Aku merasa lelah!" kemudian dia menatap awan
hitam yang berada di sebelah barat.
Dengan hormat Xia Hou Lie berkata, "Ya!" tiba-tiba dia masuk
ke lingkaran pertarungan, kedua jarinya siap menusuk mata Li
Long Da dan mendorong Xi Wu Hou.
Untung dengan cepat Li Long Da menunduk, tapi jari Xia Hou Lie
sudah berubah lagi menjadi telapak dan menyerang Li Long Da.
Li Long Da terkejut dia mengangkat kedua telapaknya untuk
menahan serangan itu.
Tiba-tiba Xia Hou Lie menarik kembali serangannya dan
mengangkat kedua tangannya ke atas, dan dia sudah berhasil
menyelipkan telapak tangannya ke ketiak kanan Li Long Da!
Li Long Da terpaku, Xia Hou Lie sudah mencabut tangan kirinya
dan kembali ke hadapan Pangeran Jin dengan hormat dia berkata,
"Hamba sudah menyelesaikannya!"
Pangeran itu melihat Xia Hou Lie mendorong Xi Wu Hou, dan
tangan kirinya hanya berubah sebanyak 3 kali, dia sudah berhasil
membunuh Li Long Da, Xi Wu Hou juga melihat semua itu dilakukan
dalam sekejap mata. Melihat Xia Hou Lie bertarung dia memutuskan
untuk mundur, baru saja dia berdiri tegak, dia melihat Xia Hou Lie
sudah kembali ke tempatnya. Dia melihat sepasang mata Li Long Da
terbelalak dan dengan perlahan roboh ke tanah.
Orang-orang perusahaan Biao Huai Yangn terpaku, mereka tidak
bisa berkata-kata.
Terdengar Pangeran Jin. berkata, "Ayo, kita pulang...."
Diapit oleh Hu Shang Ge dan Hu Shang Ke, lalu mereka bertujuh
meninggalkan kantor Biao Huai Yang. Orang-orang yang ada di sana
tidak ada yang berani mencegah mereka....
Tiga mayat tergeletak di tanah, Li Long Da, Wu Shen Shi dan Cai
Bu Pin. Mereka mati dengan mata membelalak besar!
0-0-0

BAB 3
Tiga pisau sakti

Dikota Wu Hu.
Di Huai Bei bila di rumah seseorang berani menggantungkan
papan dengan huruf 'Huai Bei Shi Jia' berarti pemilik rumah itu
sangat dihormati orang-orang, kalau tidak mempunyai ilmu hebat,
mungkin dalam waktu dua jam papan itu akan diturunkan dan akan
langsung dihancurkan oleh orang-orang.
Tapi ada sebuah papan yang ditulis dengan huruf emas itu,
sekarang warna papan itu sudah pudar menjadi kekuningan. Papan
itu sudah tergantung selama 20 tahun lamanya, tapi tidak ada
seorangpun yang berani menurunkannya. Malah orang-orang
merasa papan yang bertuliskan huruf 'Huai Bei Shi Jia' ini terlalu
sedikit, maka orang-orangpun berkumpul dan memberikan sebuah
papan yang bertuliskan 'Huai Bei Shi Jia Nomor Satu', papan itu
tergantung di sebelah papan yang bertuliskan 'Huai Bei Shi Jia'.
Huai Bei Shi Jia adalah seorang pahlawan tua yang bernama Ding
Dong Ting, gelar ini sudah berlangsung 40 tahun disandangnya,
sekarang dia sudah tua, melihat papan itu dia selalu merasa puas.
Dia menggantung goloknya dan tinggal di rumah sejak lama, dan
kedua putranya mengambil alih peran Huai Bei Shi Jia. Dan
hidupnya sekarang malah lebih bersemangat!
Putra sulungnya dijuluki Hui Long Jin
Dao (Golok emas membelit naga) dia bernama Ding Jun Ai. Dia
mewarisi ilmu dari ayahnya dan kesempurnaan ilmunya sudah
mencapai 70-80%. Putra keduanya mendapat julukan Tu Long
Shuang Dao (sepasang golok membunuh naga) dia bernama Ding
Jun Qing, walaupun ilmu silatnya tidak setinggi kakaknya, tapi di
daerah Huai Bei orang yang bersenjatakan golok jarang ada yang
bisa melawannya. Ding Dong Ting sangat bangga kepada kedua
putranya.
Hari itu tiba-tiba di bawah cahaya matahari terbenam, muncul 7
orang dengan wajah licik. Begitu dia menolehkan kepalanya untuk
melihat, dia merasa orang-orang itu dalam waktu dekat akan
menggoncangkan Huai Bei.
Dua orang pelayan Ding Dong Ting segera membalikkan badan
dan berlari, yang satu memanggil dua bersaudara Ding, yang satu
lagi lari ke dalam dan keluar membawa Jin Dao (Golok emas) milik
tuan besarnya. Terlihat salah satu dari 7 orang yang berwajah
mesum itu membawa sebuah panji dan berkata, "Apakah Anda
adalah pahlawan tua Ding?"
Hati Ding Dong Ting seperti tertutup oleh bayangan hitam dan
diapun mengangguk.
"Baiklah! Ini adalah panji bangsamu, benarkah?"
Ding Dong Ting terdiam.
"Kami datang dari negara besar Jin, hari ini kami datang untuk
mengunjungi pesilat tangguh bangsamu, kalau kalian bisa merebut
panji Song ini, kami akan mengaku kalah."
"Kalau kalian ingin merebut panji mi, harus bertarung lebih dulu
dengan kami, dan kalau kalian mati kami tidak akan bertanggung
jawab. Dan kalau bangsa Song tidak tahu malu, bertarung dengan
cara mengeroyok, bangsa Jin kami tidak akan mengijinkannya,
maka aku berharap Huai Bei Di Yi Jia adalah seorang laki-laki sejati."
"Kalau kalian tidak berani bertarung, kalian harus berlutut di
depan kami dan menginjak-injak panji Song ini. Pangeran kami
sangat baik, beliau akan mengampuni nyawa kalian seperti
melepaskan nyawa seekor anjing."
Kata-kata Xi Wu Hou belum selesai, tiba-tiba terdengar suara
raungan, seseorang keluar dari balik pintu dan berteriak, "Hei tikus!
Kami membunuh ayam tidak perlu menggunakan pisau pejagal sapi,
kami tidak akan main keroyokan."
Satu orang lagi keluar dari dalam sambil berteriak, "Letakkan
panji itu, biar aku yang memukul anjing Jin ini dan membuat
mereka berlutut sambil meminta ampun!"
Tadinya Ding Dong Ting ingin melarangnya tapi Ding Jun Qing
masih muda dan dia sudah mengangkat sepasang goloknya.
Kakinya siap menendangXi Wu Hou.
Xi Wu Hou tertawa, dia memindahkan panji itu ke tangan kirinya,
dia bertarung dengan tangan kanan. Walaupun golok Ding Jun Qing
tampak tajam berkilau, tapi tidak bisa mengenai Xi Wu Hou, mereka
bertarung satu lawan satu.
Ding Dong Ting takut kalau Ding Jun Qing tidak bisa
mengalahkan Xi Wu Hou, maka dia membentak, "Ambil golokku!"
Seorang pelayan memberikan sebuah golok kepada Ding Dong
Ting dan diapun mengangkat goloknya dan berjalan ke arah
mereka. Tiba-tiba dia merasa ada yang menghalangi langkahnya
ternyata ada dua orang Mongolia didepannya. Dan kedua orang itu
siap menubruknya!
Ding Dong Ting membentak dengan suara besar, golok emasnya
sudah diangkat dan membacok ke arah dua orang Mongolia itu.
Ding Jun Ai melihat adiknya berada dalam bahaya dia segera
mencabut golok emasnya, dan ingin membunuh Xi Wu Hou!
Keempat orang lainnya tetap diam di tempat, tidak mengeluarkan
suara apapun untuk mencegah. Xi Wu Hou dengan satu tangan
bertarung dengan Ding bersaudara, tapi tidak tampak siapa yang
menang atau kalah.
Setelah bertarung sebanyak 20 jurus lebih, Xi Wu Hou melihat
Xia Hou Lie mengerutkan alisnya, hatinya bergetar. Dia melakukan
tendangan berturut-turut, setelah itu dia mencabut sempoa besinya!
Dua bersaudara Ding melihat Xi Wu Hou mengeluarkan senjata
yang telah membuat Xi Wu Hou terkenal, mereka segera berhati-
hati dalam menyerang, mereka berdua bergabung dan menyerang
Xi Wu Hou!
Sempoa besi di tangan Xi Wu Hou tampak berkilau, sempoa itu
berhasil mematahkan serangan Ding bersaudara. Sempoa besi itu
terus berbunyi membuat konsentrasi Ding bersaudara menjadi
kacau. Ding Jun Ai yang lebih berpengalaman dia sadar bahwa
bahaya sedang menghadang mereka, dia segera mengayunkan
goloknya dan mundur, lalu dia membentak Ding Jun Qing, "Jangan
dengar suara itu!"
Tapi suara sempoa besi itu telah membuat Ding Jun Qing pusing,
tiba-tiba tampak kilauan sinar berwarna hitam, sepasang golok Ding
Jun Qing telah dijepit oleh sempoa besi itu dan Xi Wu Hou menarik
sempoa besinya, sepasang golok itu dijepit hingga patah, Xi Wu Hou
segera memukul kepala Ding Jun Qing dengan sempoa besinya.
Sempoa itu terbuat dari besi murni, dan pukulan itu telah
memecahkan kepala Ding Jun Qing.
Ding Jun Ai melihat adiknya mati, dia merasa kaget dan juga
marah, dia membentak, dengan jurus Du Pi Hua Shan (Memukul
Hua Shan) dia siap membacok kepala Xi Wu Hou!
Ilmu silat Ding Jun Ai berada di bawah Xi Wu Hou, tapi kalau
Ding Jun Ai bisa dengan tenang dan berhati-hati dalam menyerang,
dalam 10 jurus dia tidak akan kalah. Tapi karena dia marah
pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih. Xi Wu Hou mengangkat
sempoa besinya, terlihat cahaya hitam berkilau, tampak 10 biji
sempoa terbang keluar dan siap dilepaskan!
Ding Jun Ai sedang mengangkat tangannya, bagian
dadanya'.sama sekali tidak terlindung. Melihat ada senjata rahasia
terbang menyerangnya, telapak tangan kirinya berhasil menepis 3
biji sempoa, sedangkan 7 biji lainnya dengari cepat menancap ke
jalan darah penting tubuhnya. Dia roboh dan langsung mati.
Ding Dong -Ting adalah pesilat terkenal, selama hidupnya dia
selalu berkelana di dunia persilatan. Pendengarannya sangat tajam,
matanyapun mengawasi ke sekelilingnya, dia melihat Ding Jun Ai
dan Ding Jun Qing sudah mati. Matanya melotot seperti akan keluar.
Golok emasnya seperti Huang He Jiang dan Yang Zi Jiang yang bisa
menelan gunung serta daratan.
Dia mengejar dan ingin membunuh Hu Shang Ge dan Hu Shang
Ke!
Kedua orang Mongolia itu memang ditakdirkan mempunyai
tenaga besar dan mereka menguasai ilmu gulat yang biasanya
memang dikuasai oleh para laki-laki Mongolia. Tapi pada saat
menghadapi golok emas Ding Dong Tingmereka ketakutan!
Ding Dong Ting memainkan golok emasnya, membuat suara FU,
FU, FU yang terus berbunyi pada saat golok emas itu dikibaskan
beberapa kali. Kedua orang Mongolia itu tidak bisa menahan
serangan Ding Dong Ting. Mereka sudah dua kali terbacok, kulit
mereka telah tergores, darahpun mengalir. Kedua orang Mongolia
itu berkulit tembaga dan bertulang besi, golok dan tombak biasa
tidak bisa menembus daging mereka tapi kali ini mereka berhasil
dilukai oleh Ding Dong Ting. Karena itu mereka menjadi takut, tidak
tampak seperti pada awal pertarungan begitu garang.
Ding Dong Ting benar-benar kaget, Jin Dao nya yang kuat
berhasil membacok tapi orang itu tidak mati, dan hal ini benar-
benar tidak masuk akal. Dua orang Mongolia itu sudah terkena
beberapa kali bacokannya tapi mereka hanya mengeluarkan sedikit
darah dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Mereka bertiga terus bertahan dengan posisi seperti itu tapi Ding
Dong Ting melihat kedua putranya sudah meninggal, hatinya
merasa sangat sedih. Dua sudah mengeluarkan jurus yang sudah 30
tahun dipelajarinya yaitu 28 jurus golok emas keluarga Ding,
tampak cahaya golok yang berkilau. Kedua orang Mongolia itu
tampak sudah terkena bacokan Ding Dong Ting lagi. Sambil
berteriak mereka mencoba untuk bertahan dan melindungi bagian
tubuh terpenting mereka.
Pangeran Jin tampak mengerutkan alisnya, orang Qi Dan yang
bernama Xia Hou Lie segera mengangguk.
Baru saja Xia Hou Lie mengangguk, La Ma (biksu), Ge La Tu
seperti sebuah panji merah mengelilingi Ding Dong Ting.
Ding Dong Ting hanya melihat ada cahaya merah yang
berkelebat, dan dia tidak tahu siapa yang menyerangnya. Segera
golok emasnya menggulung dia membuat tembok pertahanan dari
golok dan berbalik untuk membacok.
Sepasang tangan La Ma itu terbuka dan dia sudah mencengkram
tangan Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge, kemudian dia' menendang
ke kiri dan ke kanan. Menendang dua orang Mongolia itu, supaya
mereka keluar dari pertarungan seperti dua buah batu yang
dilontarkan!
Golok Ding Dong Ting sudah berada di depan dada Ge LaTu!
Tangan Ge La Tu yang sedang digerakkan ke depan, tidak
sempat menarik kembali tangannya, terpaksa dia memutar
tubuhnya di tempat dia berdiri!
Perubahan terjadi begitu tiba-tiba, Ding Dong Ting bisa melihat
lawannya adalah seorang La Ma dan goloknya hampir menancap di
tubuhnya. Tapi karena tubuh Ge LaTu berputar, dengan baju biksu
yang panjang, La Ma itu berhasil menggulung golok emas Ding
Dong Ting, kemudian menariknya hingga terlepas dari pegangan
Ding Dong Ting!
Ding Dong Ting sangat terkejut, selama dia berkelana di dunia
persilatan, selama puluhan tahun ini, belum pernah dia melihat ilmu
silat yang begini aneh!
Tapi Ding Dong Ting sangat berpengalaman, dia berdiri diam, dia
tidak mau terbawa tarikan goloknya, malah mundur dari sana!
Dia sadar dengan kelihaian ilmu lawannya, dia harus rela
melepaskan pegangan goloknya, kemudian dia akan mengambil
senjata baru untuk bertarung lagi!
Karena Ding Dong Ting mundur, secara tidak sengaja dia berhasil
menghindari jurus mematikan dari Ge La Tu yang sangat sulit
dihindarkannama jurus ini adalah Hu Wei Jiao (Kaki dan Ekor
harimau).
Pukulan Ge La Tu hanya berhasil separuh, dia tidak takut
Pangeran Jin merasa tidak senang dengan kegagalannya, tiba-tiba
dia bersalto, Ding Dong Ting cepat mundur lagi, dan seorang
pelayan segera mengantarkan golok lain kepadanya.
Tiba-tiba mata La Ma ini membulat kemudian membesar, seperti
mata seekor harimau yang sedang marah. Hatinya bergetar dan
gerakan tubuhnya menjadi sedikit melambat.
Waktu itu tasbih terbuat dari kayu yang tergantung di leher Ge
La Tu tiba-tiba berbunyi, Ge La Tu segera melepaskan 2 butir tasbih
itu ke arah Ding Dong Ting. Ding Dong Ting sudah tidak sempat
mengambil senjatanya, dia seperti sudah dihipnotis, butiran tasbih
itu menuju ke arah biji matanya dan masuk ke dalam tengkorak
kepalanya. Karena merasa sakit Ding Dong Ting berguling-guling di
bawah sambil menutupi wajahnya.
Pangeran Jin merasa puas dan dia tertawa senang, dengan
langkah besar Ge La Tu kembali ke sisi pangeran.
Kumis si tikus Xi Wu Hou bergerak-gerak, dengan dingin dia
berkata, "Kami ikut Pangeran berkunjung ke daerah Huai Bei, siapa
yang sangka disini tidak ada pesilat yang becus sama sekali,
sehingga Pangeran Jin tidak perlu yang turun tangan, katanya kalian
masih mempunyai seorang pendekar Huai Bei yang bernama Long
Zhai Tian, kami ingin menemuinya, kalau kalian ingin membalas
dendam, kami akan menunggu !kalian di sana."
0-0-0
Papan nama yang bertuliskan 'Huai Bei Di Yi Jia' diturunkan dan
dirusak. Tuan 'Huai Bei Di Yi Jia' telah mandi darah di sana.
Ketujuh tamu tidak diundang itu sudah pergi, para pelayan
dengan terburu-buru memapah Ding Dong Ting yang sudah sekarat.
Para pelayan itu tampak kebingungan karena tampaknya Ding
Dong Ting tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.
Waktu itu datanglah dua orang ke arah mereka." Yang satu
mengenakan baju ketat berwarna hitam. Dia seorang pemuda
gagah. Sedangkan yang satu lagi usianya sudah tua tapi wajahnya
masih terlihat segar, rambutnya sudah memutih, sambil berjalan
terdengar mereka sedang bertengkar mulut.
Begitu melihat ada 3 orang yang tergeletak di tanah dan para
pelayan di sana sepertinya sedang gugup menghadapi semua ini.
Akhirnya merekapun berhenti melangkah. Yang satu berkata,
"Mengapa ada orang mati lagi? Mengapa para pendekar dan
pahlawan Huai Bei semuanya dibunuh?"
Yang satu lagi berkata, "Di sini adalah tempat Huai Bei Di Yi Jia
bukan Huai Bei Ying Xiong Jia (Rumah pahlawan Huai Bei),
mengapa kau tahu kalau dia adalah seorang pahlawan?"
"Huai Bei Di Yi Jia adalah Ding Dong Ting, semua orang sudah
tahu kalau Ding Dong Ting adalah seorang pahlawan."
"Huai Bei Di Yi Jia belum tentu Huai Bei Di Yi Wu Lin Shi Jia
(keluarga nomor satu di dunia persilatan) bukan?"
"Mungkin dia adalah orang Huai Bei yang pertama mempunyai
keluarga, apalagi papan yang bertuliskan Huai Bei Di Yi Jia sudah
diturunkan dan hancur, huruf Yi (angka 1 pada aksara Cina)
mungkin juga keluarga San (angka 3 pada aksara Cina) atau bisa
jadi keluarga Si (empat) dan seterusnya...."
"Sembarangan bicara saja."
"Aku sembar angan bicara? Bukankah kau juga sama?"
"Kentut!"
"Bau!"
"Baiklah, kura-kura tua, kita sudah lama tidak berkelahi, tangan
Wo Shi Shui sudah gatal."
"Akupun berpikir demikian, sudah dua hari kita tidak berkelahi,
aku Shen Tai Gong sudah ingin menghajarmu!"
Para pelayan dan teman-teman Huai Bei Di Yi Shi Jia melihat ada
dua orang yang datang dan mereka dengan sembarangan bicara,
mengatakan keluarga kedua, ketiga, dan seterusnya, mereka
mengira ada musuh datang lagi. Karena itu mereka segera
mencabut senjata dan mengurung mereka berdua.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong terkejut, salah satu dari mereka
bertanya, "Ada apa mereka ini?"
Ding Dong Ting tampak sedang sekarat, tiba-tiba dia mendengar
obrolan mereka berdua, salah satu dari mereka mengaku bernama
Wo Shi Shui dan satu lagi mengaku Shen Tai Gong, kedua nama itu
seperti bunyi guntur di telinganya, dia tergetar.
Dia berusaha mengumpulkan tenaga terakhirnya, kemudian
dengan suara serak dia berteriak, "Berhenti..."
Para pelayan yang melihat tuan besar mereka memberikan
perintah, mereka segera berhenti bergerak.
Orang yang muda itu mendengar dan berkata, "Orang itu belum
mati."
Yang tua berkata, "Lebih baik kita ke sana untuk membantunya!"
Tubuh mereka bergerak dengan cepat dan dalam sekejap sudah
berada di depan Ding Dong Ting, kemudian memapahnya bangun
supaya bisa bicara. Para pelayan itu tidak tahu kapan mereka
berdua bisa melewati mereka dan terlihat sedang memapah Ding
Dong Ting.
Ding Dong Ting merasa ada aliran kekuatan dan tenaga yang
masuk ke dalam tubuhnya, rasa sakitnya menjadi agak berkurang,
dan dia bisa menarik bernafas lega, tapi Ding Dong Ting sadar
hidupnya tidak akan lama lagi maka segera dia berkata, "Apakah
Anda berdua adalah...orang yang terkenal di dunia persilatan...si
Kail Sakti, Shen Tai Gong...dan Pen... Pendekar Wo Shi Shui?"
"Aku adalah Wo Shi Shui." "Ah! Ternyata kau adalah Lao Ding!
Aku pernah bertemu sekali denganmu, siapa yang telah memukulmu
sampai jadi seperti ini? Apa sebenarnya yang terjadi? Cepat
katakan, aku akan membalaskan sakit hatimu!"
Ding Dong Ting merasa sangat senang, dengan suara serak dia
menjawab, "Kalian berdua.. .harus.. .membalaskan.. .dendam...
demi ... diriku... aku... dan... anakku... harus..
.merebut...merebut...merebut kembali...panji...panji 'Song'.. .harus
merebut. ..kembali.. .nama.. .pende kar.. .Zhong Yuan.. .jagalah..
.keutuhan., .bangsa ...kita!"
Tangan Ding Dong Ting yang tadinya mencengkram tangan Shen
Tai Gong terasa melonggar, dan akhirnya dia meninggal.
Dengan dingin Wo Shi Shui berkata kepada Shen Tai Gong, "Lao
Shen, ada bisnis besar, apakah kau mau mengerjakannya?"
"Tentu saja aku mau mengerjakannya, sebelum mereka bertemu
dengan Pendekar Long, kita mengejar mereka dulu."
Wo Shi Shui bertanya kepada seorang pelayan, "Mereka berjalan
ke arah mana?"
"Mereka berjalan ke arah barat, katanya mereka akan mencari
Pendekar Long dan mereka akan melewati kota Xia Guan."
Seorang pelayan yang lebih tua berkata, "Anda berdua kalau
ingin membalas dendam untuk tuan besar, lebih baik pergi ke kota
Xia Guan untuk mencari Pejabat Ning...."
"Kami sekarang tidak ada waktu untuk mengunjungi seorang
pejabat," kata Wo Shi Shui dengan dingin.
Pelayan tua itu segera berkata, "Pendekar tidak mengenal Ning
Zhi Qing? Pejabat Ning adalah teman baik tuan besarku, dia dan
Pendekar Long juga bersaudara angkat, dia bekerja di kerajaan tapi
senang berteman dengan orang-orang persilatan. Dia juga
pemimpin dunia persilatan Huai Bei. Anjing-anjing Jin itu kalau pergi
kekota Xia Guan, walaupun mereka tidak mencari Pejabat Ning, tapi
Pejabat Ning pasti akan menghadang mereka. Pejabat Ning belum
mendapatkan alamat Pendekar Long, kalau mereka sampai
bertarung, Pejabat Ning akan kekurangan pembantu, aku takut...
Wo Shi Shui menatap Shen Tai Gong dan Shen Tai Gong
menatap Wo Shi Shui, secara bersama-sama mereka bergerak dan
lari ke arah barat.
0-0-0

BAB 4
Dua sempoa

Pejabat kota Xia Guan, Long Jian (Pedang naga) yang bernama
Ning Zhi Qiu, memiliki 4 orang murid dan juga anak buah yang
setia. Mereka sedang berpatroli melewati gang-gang kecil dan
memasuki jalan raya. Selesai berpatroli di dekat rumahnya, dia
melihat ada beberapa orang yang berdiri di sana.
Setelah melihat dengan jelas Ning Zhi Qiu mengetahui jumlah
mereka ada 7 orang, dan dia sudah mengerti maksud kedatangan
mereka. Kabar datang dengan sangat cepat! Lebih cepat
dibandingkan dengan kedatangan tujuh pembunuh itu. Tapi bila
jujur dikatakan, gerakan ketujuh orang itu memang cepat, tadi
sewaktu dia sedang berpatroli dia mendapatkan laporan dari mata-
mata bahwa mereka akan kedatangan 7 orang pembunuh. Dia
segera pulang untuk mengatur orang-orangnya setelah itu baru
menemui Pendekar Huai Bei, Long Zhai Tian untuk merundingkan
masalah ini. Tidak disangka ketujuh orang itu sekarang sudah
berada di rumahnya.
Tampak Pangeran Jin mengangguk, Xi Wu Hou menyipitkan
matanya dan bertanya, "Apakah Tuan adalah si Pedang Tunggal,
Pejabat Ning?"
Ning Zhi Qiu mengangguk.
Wajah Xi Wu Hou berubah. Dia mengambil panji Song kemudian
diletakkan di tanah dan diinjak-injak, matanya dengan dingin
menatap Ning Zhi Qiu.
Ning Zhi Qiu tidak bergeming, dia mendengar suara pedang yang
dikeluarkan dari sarungnya, empat orang anak buah Ning Zhi Qiu
pada saat itu ternyata sudah mencabut pedang mereka masing-
masing. Hal ini dilakukan secara berbareng maka tampak seperti
satu kali melakukannya. Setelah itu mereka lari ke depan rumah.
Ning Zhi Qiu membentak, "Jangan gegabah!"
Dengan tangannya dia menghalangi gerakan dua orang anak
buahnya tapi kedua orang lainnya sudah terlanjur keluar, bentakan
Ning Zhi Qiu membuat kedua orang itu terpaku. Pada saat mereka
terpaku datang dua orang Mongolia dan anak buah Ning Zhi Qiu
bentrok dengan mereka. Terdengar suara seperti tulang patah!
Ning Zhi Qiu tampak melotot, alisnya terangkat, dia segera
mencabut pedangnya, dengan nada marah berkata, "Kau harus
ganti dengan nyawamu!"
Lalu dengan suara perlahan dia berkata pada dua anak buahnya,
"Cepat, suruh Tuan Xin datang untuk menolongku!"
Dua anak buah Ning Zhi Qiu segera mengiyakan dan Ning Zhi Qiu
sudah melayang ke depan mereka. Pedangnya seperti pelangi emas,
terus mengarah pada Hu Shang Ge!
Hu Shang Ge tidak berani langsung menghadapi ilmu pedang
Ning, dia tidak tahu
harus berbuat apa. Dia hanya bisa meraung dengan suara besar.
Telapak tangannya yang sebesar kipas dikibaskan, dia ingin
membuat Ning Zhi Qiu terpental dari sana!
Kedua anak buah Ning Zhi Qiu dengan cepat mundur dari sana,
tapi Xi Wu Hou sudah mencium gelagat ini.
Begitu kedua anak buah Ning Zhi Qiu mau mundur, Xi Wu Hou
sudah bergerak seperti sehelai kertas, terbang ke depan mereka
dan mencegah mereka pergi dari sana.
Salah satu dari mereka berkata, "Lao Qi (tujuh), cepat pergi dari
sini!" Dia sudah mengangkat pedangnya dan menyerang Xi Wu Hou.
Kesempatan ini dipergunakan oleh salah satu dari mereka melarikan
diri!
Xi Wu Hou melayangkan tangannya, pedang itu sudah terpental,
dia berbalik lagi dan mengejar anak buah Ning Zhi Qiu yang sudah
melarikan diri dari sana.
Tapi anak buah Ning Zhi Qiu yang satu lagi sudah mendekatinya,
dengan sekuat tenaga dia memeluk dengan erat tubuh Xi Wu Hou
dan tidak memberikan kesempatan kepada Xi Wu Hou mengejar
temannya. Orang yang bernama Lao Qi sudah berlari sampai ke
dekat pintu, Xi Wu Hou sangat marah Tangannya menampar, anak
buah Ning Zhi Qiu yang memeluknya dipukul sekeras-kerasnya.
Organ tubuh anak buah Ning Zhi Qiu hancur karena pukulan keras
Xi Wu Hou. Darah muncrat dari mulutnya mengenai wajah Xi Wu
Hou. Tapi dia tetap tidak melepaskan pelukannya. Lao Qi yang
sudah melarikan diri, kebetulan saat itu dia menoleh kebelakang,
tujuannya ingin membantu saudaranya, tapi temannya yang masih
memeluk Xi Wu Hou berteriak, "Jangan kembali, cepat pergi dari
sini, cepat! Pejabat Ning lebih penting!"
Ning Zhi Qiu sudah mengangkat pedangnya, di tengah udara dia
berhasil menghindari satu kali serangan, sekarang pedangnya
berada di atas kepala Hu Shang Ge, baru saja dia ingin menusuk
tidak disangka telapak tangan yang besar itu sudah memegang
ujung pedangnya, ternyata yang memegang pedangnya adalah Hu
Shang Ke.
Begitu Hu Shang Ke mencengkram pedang Ning Zhi Qiu dia
segera menarik ke belakang!
Ning Zhi Qiu segera mengambil keputusan, dia melepaskan
pedangnya dan menyentil! saat yang sama Hu Shang Ke
membalikkan tubuhnya sambil menonjok!
Ning Zhi Qiu melepaskan pedangnya dan berhasil menghindari
tonjokan itu, di tengah udara kakinya menendang, dan
tendangannya mengenai nadi Hu Shang Ge!
Karena sakit Hu Shang Ge berteriak, kedua kakinya merapat, dia
sudah tertendang sebanyak 6-7 kali. Karena sakit Hu Shang Ge
terus mundur dan pedangnya direbut lagi oleh Ning Zhi Qiu! Tadi
setelah Hu Shang Ke berhasil merebut pedang Ning Zhi Qiu dia
merasa sangat senang, tidak disangka lawan malah berani
melepaskan pedangnya, karena tubuhnya yang tidak seimbang, dia
menjadi oleng dan mundur hingga 7-8 langkah, sekarang tampak
kembali seberkas sinar pedang sudah sampai di hadapannya dan
pedang itu ditusukkan ke perutnya, kulit Hu Shang Ke keras seperti
tembaga, pedang itu hanya bisa menembus sedalam 3 inchi, setelah
itu pedang tidak bisa menembus lebih dalam lagi.
Dalam keadaan bahaya ini, Ning Zhi Qiu telah berhasil melukai
dua orang, dan dia berdiri dengan tegak, Da sudah melayang ke
depan Xi Wu Hou!
Ternyata karena anak buah Ning Zhi Qiu tidak melepaskan
pelukan pada Xi Wu Hou, dia benar-benar marah dan ingin
menangkap anak buah Ning Zhi Qiu yang melarikan diri itu, sempoa
besinya dipukul ke kepala orang yang memeluknya hingga pecah
dan orang itu mati seketika. Walaupun kepala orang itu sudah
pecah dan dia sudah tidak bernyawa, tapi pelukannya tetap sangat
erat.
Anak buah Ning Zhi Qiu yang melarikan diri tampak menendang
pintu, Xi Wu Hou takut kalau pangeran merasa tidak senang,
dengan sempoa besinya dia menyapu dan memotong tangan yang
masih memeluknya. Bersamaan waktu itu dia melepaskan dua butir
biji sempoanya.
Ning Zhi Qiu melayang ke atas, dengan jari telunjuk dan ibu
jarinya, dia menjepit biji sempoa itu, tapi dia hanya sanggup
menahan satu butir, sedangkan satu butir lainnya tetap melesat dan
masuk ke punggung anak buah Ning Zhi Qiu.
Anak buahnya berteriak kesakitan, tubuhnya limbung tapi dia
berusaha untuk keluar dari pintu!
Xi Wu Hou masih berniat untuk mengejar tapi terdengar suara
CTEK, Ning Zhi Qiu menyentil kembali biji sempoa itu!
Terpaksa Xi Wu Hou mengangkat sempoanya untuk menahan
serangan itu. Terdengar suara TANG, dan biji sempoa itu berhasil
ditahan Xi Wu Hou dan terjatuh.
Xi Wu Hou berpikir, "Orang yang melarikan diri tidak dapat
kubunuh, aku merasa malu, tapi kalau aku bisa membunuh Ning Zhi
Qiu, Pangeran Jin pasti akan senang!"
Xi Wu Hou mulai menyerang Ning Zhi Qiu, hanya dalam waktu
singkat dia sudah menyerang sebanyak 13 jurus, sempoanya
bercahaya hitam, membuat mata menjadi silau, Ning Zhi Qiu
membalas dengan menyerang 3 jurus.
Suara biji sempoa dibunyikan.
Setelah bertarung 23 jurus, mereka berpisah dengan cepat.
Xi Wu Hou marah, "Kau cari mati!"
Ning Zhi Qiu menanggapi, "Pengkhianat!"
Xi Wu Hou mendekat lagi dan menyerang sebanyak 17 jurus,
sempoanya digoyang dengan cepat menimbulkan suara yang tidak
enak dan bersatu dengan suara yang panjang. Setelah 17 jurus
berlalu, tapi Ning Zhi Qiu masih belum bisa roboh, Karena dia tidak
memegang pedang setelah lewat ratusan jurus, dia berada dalam
posisi berbahaya.
Pangeran Jin dengan santai melihat ke atas, kemudian melihat ke
bawah, sekarang dia baru memperhatikan orang yang sedang
bertarung, wajahnya tampak datar tidak memperlihatkan ekspresi
apapun.
Xi Wu Hou berkata dengan dingin, "Kalau kau tidak mau
menyerah, kau akan mati!"
Ning Zhi Qiu pun menjawab dengan dingin, "Di negara Song
tidak ada putra Song yang gampang menyerah begitu saja!"
Xi Wu Hou mendekat lagi, tapi di langit tampak ada cahaya
berwarna kuning yang mendatanginya. Cahaya itu tiba diiringi
dengan suara bentakan. Sosoknya terlihat ada di langit kemudian
berubah menjadi cahaya yang berkilauan yang sangat menyilaukan
mata. Cahaya ini terus menyorot Xi Wu Hou, Xi Wu Hou tidak bisa
melihat siapa yang datang, dia hanya tahu kalau orang yang datang
memiliki senjata kotak dan bercahaya kuning. Karena itu dia hanya
bisa sekuat tenaga menahan serangan itu!
0-0-0
WUSH!
Xi Wu Hou dengan cepat mundur, setelah mundur dia baru tahu
ternyata sempoa besinya telah terpapas, tangannya tergetar hingga
mati rasa.
Orang itu mendarat turun, usianya sekitar 40 tahun, tidak
memiliki janggut ataupun kumis. Wajahnya tampan, tangannya
memegang sempoa berwarna kuning, dia berdiri di sisi Ning Zhi Qiu,
dengan penuh perhatian bertanya, "Anda tidak apa-apa, Pejabat
Ning?"
Ning Zhi Qiu menegakkan tubuhnya dan menjawab, "Kakak
Ketiga datang tepat pada waktunya!"
"Setelah mengirim kabar bahwa Anda mendapat kesukaran, Lao
Qi langsung meninggal," kata orang itu.
Wajah Ning Zhi Qiu tampak berubah, Xi Wu Hou yang berdiri di
sisi sebelah sana tampak marah dan berkata, "Jin Suan Pan
(sempoa emas)."
Orang itu dengan dingin berkata, "Aku adalah Xin Wu Er, selalu
percaya diri dan tiada duanya."
"Kau tidak pantas ikut campur dalam masalah ini!" kata Xi Wu
Hou.
"Di dunia persilatan yang terkenal dengan sempoanya hanya ada
3 orang, di antara ketiga orang itu yang tidak berguna hanya kau!
Tapi kau selalu menjadikan sempoamu sebagai papan reklame!"
kata Xin Wu Er.
"Aku ingin tahu berapa lama kau masih bisa memegang
sempoamu?" seru Xi Wu Hou.
Kemudian dia membunyikan sempoanya sebanyak 32 kali!
Tanpa suara Xin Wu Er memasuki arena pertarungan, sejurus
demi sejurus dia mematahkan serangan Xi Wu Hou, tapi kedua
sempoa itu tidak pernah beradu. Setelah lewat 32 jurus, Xin Wu Er
baru balik menyerang, dia memainkan sempoanya dengan cepat,
karena cepatnya sampai sempoanya tidak mengeluarkan suara
apapun, hanya terlihat ada cahaya emas berkilau dari sempoanya.
Tiba-tiba Xi Wu Hou mundur, beberapa rambutnya tampak
terlepas dari ikatannya, nafasnya terengah-engah.
Mata Pangeran Jin terlihat seperti kagum, dengan santai dia
berkata, "Lumayan."
Xia Hou Lie dengan tenang memerintah pada Wan Yan Zhu,
"Giliranmu!"
Dengan sikap hormat dia berkata, "Siap!" Dia meloncat lurus, dan
dia sudah berada di antara Xi Wu Hou dan Xin Wu Er. Tangannya
segera terulur, dia ingin mencengkram Xin Wu Er.
Tapi sempoa Xin Wu Er malah memukul nadi Wan Yan Zhu, Wan
Yan Zhu membalikkan tangan dan dia sudah mencengkram sempoa
emasnya dan menarik sempoa itu!
Xin Wu Er melihat lawannya hanya dengan satu jurus bisa
mencengkram senjatanya, dia tidak berani bersikap lengah lagi, dia
menarik nafas dan sempoa yang masih berada di tangannya tidak
akan dilepaskan begitu saja!
Wan Yan Zhu mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya mencoba
merebut sempoa itu, walaupun kepalanya sudah mengeluarkan asap
putih, dia masih ngotot merebutnya, dengan mengadu kekuatan
penuh dan saling tarik, kaki mereka sudah masuk ke dalam tanah,
mereka saling melotot, tidak terlihat siapa yang menang atau kalah.
Sempoa yang terbuat dari emas karena ditarik dengan kekuatan
besar terlihat memanjang.
Ning Zhi Qiu keluar dari arena pertarungan, dia mencoba
memukul Hu Shang Ke, tapi Hu Shang Ke menahan serangan Ning
Zhi Qiu dengan tangannya, tiba-tiba Ning Zhi Qiu melayangkan
kakinya, dengan cepat Hu Shang Ke menahan menggunakan
tangannya, tiba-tiba Ning Zhi Qiu menarik serangannya, dan bersiap
menyerang Xi Wu Hou. Tapi di depannya terlihat sekelebat
bayangan merah yang menghalanginya. Ternyata dia adalah Budha
hidup dari Tibet, Ge LaTu.
Kedua mata biksu itu melotot pada Ning Zhi Qiu.
Ning Zhi Qiu merasa tubuhnya bergetar, gerakan tangannya
sedikit melambat, saat itu butiran kalung tasbih kayu milik Ge La Tu
yang berwarna merah tampak berputar-putar mendatanginya!
Ning Zhi Qiu menahan dengan pedangnya, tapi butiran kayu itu
berputar dan mengikat pedangnya, kemudian La Ma itu menarik
dengan tenaga penuh!
Ning Zhi Qiu sadar kalau pedang itu kena ditarik oleh La Ma itu,
maka dia akan mati karena telapak tangan La Ma itu. Karena tidak
berhasil menarik pedang itu, tampak La Ma itu dengan marah
melihat Ning Zhi Qiu, Ning Zhi Qiu tidak sadar bahwa La Ma itu
sedang menggunakan ilmu hipnotis kepada dirinya. Hanya melihat
mata La Ma itu sekali, mata Ning Zhi Qiu terasa pedas. Tenaganya
menjadi berkurang, tubuhnya mulai tertarik selangkah demi
selangkah mendekati Ge La Tu.
Xin Wu Er yang sedang bertarung di sebelah sana, melihat
keadaan berubah seperti itu. Dia tahu kalau sekarang ini Ning Zhi
Qiu berada dalam keadaan berbahaya, tapi dia sendiri tidak bisa
banyak membantu, karena dia harus berkonsentrasi dalam
menghadapi Wan Yan Zhu.
Diapun merasa tenaganya semakin terkuras, bagaimana mungkin
dia bisa menolong Ning Zhi Qiu?
Xi Wu Hou yang tadinya berada di pinggir sekarang sudah berada
di belakang Xin Wu Er, dia mengangkat sempoa besinya dan ingin
memukul kepala Xin Wu Er.
Karena saat itu Xin Wu Er sedang mengerahkan seluruh
tenaganya menghadapi Wan Yan Zhu, dia tidak mau konsentasinya
terpecah dan Wan Yan Zhu dengan mudah akan menggetarkannya,
saat itu dia tidak mungkin bisa menghindari serangan Xi Wu Hou!
0-0-0
Pada saat keadaan sangat berbahaya ini tiba-tiba dari kejauhan
ada seseorang yang bicara, suaranya berat, seperti suara orang tua
tapi nadanya sangat tinggi.
"Lao Di (adik)! Ternyata di sini ada orang yang berkelahi juga."
Suara lainnya terdengar lebih muda dan bertenaga berkata,
"Coba kita lihat ke sana!" suara itu semakin mendekat.
Terlihat bayangan orfuig, yang satu berpakaian hitam yang satu
lagi berpakaian abu. Yang mengenakan baju hitam adalah seorang
pemuda beralis tebal dan bermata besar. Sedangkan pak tua
berbaju abu itu terlihat wajahnya masih muda tapi rambutnya
sudah memutih. Tangannya memegang kail ikan dan di
punggungnya tergantung keranjang untuk menaruh ikan hasil
pancingan.
Xi Wu Hou mengerutkan dahinya, Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge
sudah maju menghampiri kedua orang itu.
Orang tua itu ternyata adalah Tai Hu Shen Diao, Shen Tai Gong.
Dia bertanya, "Kita harus membantu siapa ya?"
Pemuda itu ternyata adalah Wo Shi Shui, dia menjawab, "Aku
lihat lebih baik kita memukul yang licik itu saja!" Tiba-tiba dia
sudah berlari mendekati Xi Wu Hou dan mencengkram sempoa
besinya, kemudian menendangnya sampai 7 jurus, begitu
serangan dilancarkan Xi Wu Hou tidak menyangkanya. Dengan
terpaksa dan cepat Xi Wu Hou meladeni 7 jurus Wo Shi Shui. hingga
dia mundur 8 langkah, terdengar Wo Shi Shui berkata, "Aku paling
benci ada orang yang diam-diam menyerang dari belakang, kalau
ingin berkelahi, ya berkelahi secara jantan, kalau mati juga tidak
apa-apa, mengapa harus menyerang dari belakang?"
Sambil berkata seperti itu dia mencengkram bagian tengah
sempoa emas yang sedang di pegang oleh dua orang yang sedang
bertarung dan bertanya, "Milik siapa ini? Untuk apa sampai
diperebutkan?"
Xin Wu Er terpaku, tapi dia tahu kalau pesilat tangguh yang
berasal dari Zhong Yuan tidak boleh dipandang remeh, dia menarik
nafas dan berkata, "Sempoaitu milikku."
"Baiklah, aku akan mengembalikannya padamu," kata Wo Shi
Shui.
Dengan tenaga cukup Wo Shi Shui menarik sempao itu, Wan Yan
Zhu tanpa sadar sudah terbawa maju 4 langkah, tapi dia masih
mencengkram dengan erat tidak mau melepaskan sempoa emas itu.
Tiba-tiba Wan Yan Zhu melihat ada sempoa lain mendekatinya,
karena salah melihat tangan kirinya mencengkram sempoa yang
mendekat dan tangan kanannya sedikit melonggar. Akhirnya
sempoa emas dapat ditarik dan diambilnya, setelah berhasil
mendapatkan sempoa emasnya, Xin Wu Er meloncat menjauh.
Wan Yan Zhu terpaku, dia melihat sempoa yang masih
dipegangnya ternyata milik Xi Wu Hou dan sempoa emas milik Xin
Wu Er telah berhasil direbut kembali olehnya. Wo Shi Shui sedang
menatapnya dengan tertawa, terlihat kalau Wo Shi Shui sangat
senang melihat Wan Yan Zhu, Wo Shi Shui berkata, "Kalau kau
marah, itu sangat bagus, aku tidak menyangka wajah sepertimu,
wajah seperti papan peti mati, bisa juga tampak ada ekspresi."
Kemarahan yang melanda dirinya membuat seluruh tulang di
tubuh Wan Yan Zhu berderak, wajah Wo Shi Shui tampak mulai
serius, karena dia mendengar suara derak tulang, itu membuktikan
kalau orang itu menguasai ilmu cakar elang latihan selama 30
tahun, dan tidak boleh embarangan menghadapinya.
Lawan tanding yang paling senang dihadapi oleh Wo Shi Shui
adalah lawan yang berbobot, semakin kuat lawannya maka dia
semakin tertarik menghadapinya, karena itu setiap kali dia
bertarung dengan pesilat tangguh, dia merasa senang malah
menjadi tergila-gila.
Tapi sebaliknya dengan Shen Tai Gong, semakin lihai lawan, dia
malah semakin senang mempermainkannya, karena dia masih
senang bermain-main. maka semakin banyak variasi dan jurus aneh
yang akan dikeluarkannya supaya bisa memenangkan pertarungan.
Sewaktu Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge berlari ke arahnya,
diapun berlari sambil berteriak ke arah dua orang Mongolia itu.
Mereka hampir bertabrakan dan apakah nasib Shen Tai Gong akan
sama seperti Cai Bu Pin terjepit mati oleh dua raksasa itu?
Tapi tiba-tiba Shen Tai Gong bergerak, secepat kilat dia sudah
berada di belakang mereka dan senar kail ikannya sudah mengait
celana pendek bagian belakang Hu Shang Ke, dia menariknya
sambil terus berlari sambil berteriak, "Aku mendapatkan ikan
besar, ikan besar sudah terpancing!" Walaupun perawakan Shen Tai
Gong pendek, kurus, dan kecil tapi kalau sudah berlari dia seperti
sebuah anak panah. Hu Shang Ke ditarik oleh Shen Tai Gong
terpaksa dia berjalan mundur, kail itu mengait celananya dan hal ini
membuatnya merasa malu, tubuhnya yang besar tidak dapat
berbalik untuk menyerang Shen Tai Gong. Dia benar-benar seperti
seekor kura-kura yang batoknya berada di bawah dan tidak sanggup
berbalik.
Hu Shang Ge ingin menolong saudaranya, dia berlari mengejar
Shen Ta
Gong, tapi Shen Tai Gong selalu lari dengan berbelok-belok,
tubuh besar Hu Shang Ge dibuat berkeringat oleh Shen Tai Gong.
Tapi dia tidak bisa menolong saudaranya.
Mereka marah-marah dengan menggunakan bahasa Mongolia,
berusaha mencengkram tangan Shen Tai Gong tapi Shen Tai Gong
berhasil menghindar, cengkraman Hu Shang Ge tidak berhasil
mengenainya, malah kaki seseorang yang tercengkram. Karena
marah dia segera membanting dengan cara gulat Mongolia.
Orang itu menendang pundaknya, Hu Shang Ge dengan bahasa
aneh hanya mengatakan, "Wu Wu Wa Wa." Dan dia sudah
melayang jauh.
Ternyata dia telah mencengkram kaki Ge La Tu!
0-0-0

BAB 5
Kepalan Wo Shi Shui dan Kail Shen Tai Gong

Tapi sewaktu Ge La Tu akan menggunakan ilmu hipnotis, dia


yakin dalam satu jurus saja bisa menguasai Ning Zhi Qiu,
kemenangan sudah terbayang di depan matanya. Tidak disangka
mendadak kakinya dicengkram oleh Hu Shang Ge hingga terpaksa
dia menendang raksasa itu jauh-jauh. Karena gangguan itu dia
menjadi tidak bisa berkonsentrasi, membuat Ning Zhi Qiu
mengambil kesempatan ini melepaskan diri, Ge La Tu sadar atas
kesalahannya, diapun melompat menjauh!
Hu Shang Ke masih ditarik berjalan mundur oleh Shen Tai Gong
dan lewat di depan Ge LaTu. Melihat Shen Tai Gong, kemarahan Ge
La Tu jadi ditumpahkan kepada Shen Tai Gong, biji tasbihnya
dilepaskan, dan dia menyerang dengan biji tasbih kayunya dan
mengenai senar kail Shen Tai Gong.
Tapi senar kail tidak terputus, malah mengeluarkan suara PENG
dan biji tasbih itu berbalik lagi menuju arah Ge La Tu!
Ge La Tu tahu bahwa dia sudah bertemu dengan pesilat tangguh
yang berasal dari Zhong Yuan, dia berteriak dengan bahasanya dan,
CTAK, dia melepaskan sebutir lagi biji tasbihnya.
Biji tasbihnya bertabrakan dengan biji tasbih yang pertama yang
sedang mengarah pada Ge La Tu. Dua biji yang bentrok membalik
menyerang dengan arah yang berbeda, yang satu mengarah
belakang menuju Shen Tai Gong dan satu lagi menuju Hu Shang Ke!
Cara Ge La Tu melepaskan biji tasbihnya lebih hebat
dibandingkan pada saat Xi Wu Hou melepaskan biji sempoanya.
Shen Tai Gong mendengar ada suara angin yang cepat datang
dari belakang. Dia segera membalikkan badan, keranjang untuk
menampung ikan dibukanya, dan biji tasbih kayu itu disambut
masuk ke dalam keranjang ikan itu.
Sewaktu dia menyambut biji tasbih kayu itu, sebutir biji tasbih
datang lagi dan mengenai kail ikan Shen Tai Gong yang sedang
mengait celana Hu Shang Ke. Terdengar suara TING, biji tasbih itu
pecah hancur tapi kail itu jadi longgar akhirnya terlepas. Hu Shang
Ke akhirnya jatuh terguling, tubuhnya lecet-lecet.
Baru saja Hu Shang Ke berdiri, Hu Shang Ge sudah tiba di sana,
kedua bersaudara ini terlihat sangat benci kepada Shen Tai Gong,
baru saja mereka akan menyerang, terasa pundak mereka seperti
mengencang, dan kaki mereka seperti terpaku di tanah.
Selangkahpun tidak bisa bergerak. Begitu membalikkan tubuh,
mereka melihat Pangeran Jin sedang memegang pundak mereka,
tapi matanya terus menatap Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong, kedua
orang Mongolia itu cepat menundukkan kepala, lalu diam tidak
bergerak.
Shen Tai Gong mengambil biji tasbih kayu itu, kail ikannya
dilepas dari pegangannya
Shen Tai Gong masih terlihat tertawa. Tapi tatapan matanya
serius, dengan wajah penuh tawa dia berkata kepada Ge La Tu,
"Mengapa kau memberikan kepadaku biji tasbih? Aku belum ingin
menjadi biksu, ini aku akan mengembalikan padamu!"
Setelah berkata seperti itu dia melemparkan 'biji tasbih' itu, Ge La
Tu menyangka kalau Shen Tai Gong akan mengembalikan biji itu
dengan cara menyerang, dia segera menjulurkan tangannya untuk
menyambut. Tapi ketika tangannya memegang, benda itu terasa
basah dan licin, dan bisa bergerak-gerak. Dia mengira benda itu
benda beracun, dibuangnya benda itu kembali, setelah di teliti
ternyata yang dilempar Shen Tai Gong adalah seekor ikan emas!
Shen Tai Gong tertawa dan berkata, "Ternyata biksu memang
tidak suka makan daging, biasanya biksu takut pada daging. Tapi
ternyata kau malah takut kepada seekor ikan, ini benar-benar lucu!"
Sambil tertawa Shen Tai Gong sudah menyerang, setelah habis
berkata dia sudah menyerang sebanyak 73 jurus.
Gara-gara seekor ikan, Ge LaTu tidak bisa berkonsentrasi,
kesempatan ini digunakan oleh Shen Tai Gong untuk menyerang
dulu. Tangan Ge La Tu masih terus bergerak-gerak menahan
serangan Shen Tai Gong, bajunya terlihat berkibar tertiup angin, dia
menyambut semua serangan Shen Tai Gong dan siap untuk
membalasnya. Tapi secara tiba-tiba Shen Tai Gong membalikkan
tubuhnya.
Sejak tadi Ge La Tu sudah menahan kemarahannya, melihat
Shen Tai Gong membalikkan tubuhnya dia mengira Shen Tai Gong
mau melarikan diri, dia berteriak, "Kau, kau...." Tiba-tiba tampak
ada cahaya berkilau berkelebat.
Ternyata pada saat Shen Tai Gong membalikan tubuhnya dan
mundur, dia tidak bertujuan melarikan diri, dia malah mengeluarkan
kail ikannya dan berniat mengail mulut Ge La Tu. Karena bertindak
ceroboh Ge La Tu tidak sempat menghindar serangan kail itu,
terpaksa dia berjongkok, ketika senar kail itu ditarik. Ge La Tu
merasa mulutnya menjadi kencang, kemudian mulutnya terasa asin
dan amis yang bercampur aduk, dia segera memuntahkan air
ludahnya ternyata yang keluar adalah air ludah bercampur dengan
darah, dia meraba mulutnya ternyata gigi depannya sudah terkail
sehingga terlepas salah satu.
Ge La Tu benar-benar marah, dia mengeluarkan biji tasbihnya
dan menyerang kepada Shen Tai Gong.
Tubuh Xia Hou Lie tampak bergerak, Pangeran Jin bertanya,
"Siapa yang akan kau bantu?"
Dengan sikap hormat Xia Hou Lie menjawab, "Sifat Ge La Tu
tidak bisa tenang dan cepat marah, kelemahannya dipergunakan
oleh lawan, aku ingin membunuh orarig tua itu!"
Pangeran Jin tertawa tapi tanpa respon, "Ilmu silat Ge La Tu
tidak lebih rendah dibandingkan dengan orang tua itu, walaupun
hatinya tidak tenang, dalam 200 jurus belum tentu dia bisa kalah
atau menang. Dan kepalan tangan pemuda berbaju hitam itu sangat
kuat, kepalannya seperti harimau dan naga, kemungkinan Wan Yan
Zhu tidak akan bisa bertahan menghadapinya, kalau dia kalah dia
pasti akan mati, ini akan terjadi sebentar lagi."
Segera Xia Hou Lie berkata, "Aku mengerti!" Dia beranjak dari
sisi Pangeran Jin.
0-0-0
Wo Shi Shui dan Wan Yan Zhu sedang bertarung dengan sengit.
Sejak jurus pertama tulang-tulang Wan Yan Zhu terus berderak,
kesepuluh jarinya terus bergerak, perubahan terus terjadi dan tidak
bisa ditebak, gerakannya sangat cepat dan berbahaya, juga aneh.
Semua dikeluarkan dengan sangat sempurna.
Kepalan tangan Wo Shi Shui terlihat biasa, Hei Hu Tou Xin
(Harimau hitam mencuri hati), Li Pi Hua Shan (Tenaga membelah
Hua Shan), serta jurus lainnya dikeluarkan oleh Wo Shi Shui.
Tapi jurus kepalan itu dipergunakan dengan sangat tepat, cepat,
ganas, dan bertenaga.
Seperti jurus Heng Shao Qian Jun, tidak ada orang yang bisa
menguasai jurus itu lebih hebat dibandingkan Wo Shi Shui.
Setiap jurus mewakili pikiran dan semangatnya, karena Wo Shi
Shui masih muda, setiap jurus yang dikeluarkan pasti ada jurus
lanjutan dan menyimpan banyak perubahan, tapi dia belum
membuat perubahan jurus karena belum tiba saatnya dia melakukan
hal ini.
Tapi Wan Yan Zhu adalah seorang pesilat tangguh.
Maka Wo Shi Shui harus melakukan perubahan pada jurus
kepalannya, saat itu sudah tiba.
Wan Yan Zhu mulai merasakan adanya hawa membunuh dan
tekanan dari suara Wo Shi Shui, itu membuatnya tidak bisa
berkonsentrasi, jurus-jurus yang dikeluarkan Wan Yan Zhu mulai
terlihat kacau, tiba-tiba saja jurus kepalan Wo Shi Shui berubah!
Perubahan yang terjadi sangat aneh, cepat dan berbahaya,
semua jurusnya lebih cepat dari jurus Wan Yan Zhu dan lebih aneh
dibandingkan dengan jurus Wan Yan Zhu!
Nafas Wan Yan Zhu mulai terdengar berat, dan gerakannya mulai
kacau.
Dia sudah tidak bisa melihat Wo Shi Shui, dia hanya melihat pada
kepalan tangan Wo Shi Shui.
Inilah pengalaman pertama yang ditemuinya, waktu dia tidak
mau tunduk kepada Xia Hou Lie dan diapun bertarung dengan Xia
Hou Lie. Begitu perasaan ragu-ragunya muncul dia telah dikalahkan
oleh Xia Hou Lie!
Tapi bagaimana sekarang ini?
Tiba-tiba bayangan kepalan itu menghilang, Wan Yan Zhu seperti
berada di dalam kabut yang tebal. Tampak Xia Hou Lie sudah maju
menghalanginya, Xia Hou Lie sudah menggantikan dia bertarung
dengan Wo
Shi Shui. Pertarungan mereka berjalan dengan lambat, mereka
seperti sedang mencari tahu kemampuan ilmu silat masing-masing.
Wan Yan Zhu menarik nafas panjang, dia merasa sangat lelah
dan terduduk di bawah. Keringat dingin mengalir di dahinya
sekarang. Di atas langit masih ada langit, di atas orang hebat masih
ada orang yang lebih hebat lagi. Dia baru mengerti kalimat itu hari
ini.
Dia menyandarkan dirinya ke tembok, setelah agak lama
nafasnya baru bisa normal kembali. Dia melihat Wo Shi Shui dan Xia
Hou Lie sedang bertarung, baju mereka tampak basah kuyup, tapi
gerakan mereka lambat seperti siput. Mereka juga terlihat seperti
sedang menari bukan sedang bertarung serius.
Dalam hati Wan Yan Zhu merasa sangat terkejut, dia sudah
menyaksikan sendiri bagaimana cepatnya ilmu silat Wo Shi Shui, dia
sudah lama ikut Pangeran Jin, perubahan ilmu silat Xia Hou Lie
sangat cepat, dan diapun sangat mengagumi Xia Hou Lie. Tapi
sekarang pada saat melihat pertarungan mereka dia merasa aneh
dan tertekan.
Tiba-tiba terjadi perubahan. Xia Hou Lie tiba-tiba memajukan
kelima jari tangan kanannya tampak keras seperti baja dan siap
menusuk ke tenggorokan Wo Shi Shui.
Sepertinya Wo Shi Shui juga menjaga tubuhnya dengan
sempurna, tidak ada lowongan yang bisa menyebabkan lawannya
menyerang, kecuali di bagian tenggorokan Hanya dalam waktu
singkat Xia Hou Lie bisa melihat lowongan ini. Dan sekarang
tangannya siap menusuk!
Tapi bersamaan waktu itu, titik kelemahan di tenggorokan Wo
Shi Shui tertutup, mungkin Wo Shi Shui bisa saja memunculkan titik
kelemahannya tapi bukan di tenggorokannya.
Tangan kiri Wo Shi Shui menepis pergelangan tangan kanan Xia
Hou Lie. Begitu tangan kanan Xia Hou Lie ditarik kembali, tangan
kirinya sudah menyerang perut Wo Shi Shui. Perubahan jurusnya
lebih cepat dibandingkan dengan pukulan tangan kanannya.
Tapi tangan kanan Wo Shi Shui seperti pisau, siap memotong
pergelangan tangan kiri Xia Hou Lie.
Tiba-tiba Xia Hou Lie naik ke atas, tubuhnya yang besar tidak
terdengar membawa suara angin, di tengah-tengah dia memukul
kepala Wo Shi Shui.
Perubahan jurus yang terjadi sangat besar, tapi pada saat Xia
Hou Lie melakukannya terlihat sangat biasa.
Walaupun perubahan yang dilakukan Xia Hou Lie sangat cepat,
tapi tangan Wo Shi Shui sudah siap menunggu serangannya!
Di tengah-tengah udara Xia Hou Lie membentak, kemudian dia
bersalto beberapa kali di udara, ternyata dia akan memukul Ning Zhi
Qiu dengan telapaknya! ^
Ning Zhi Qiu tadi telah ditolong oleh Shen Tai Gong, kalau tidak
dia pasti sudah mati karena ilmu hipnotis Ge La Tu, tapi keadaannya
masih shok, dia melihat Ge La Tu yang sedang marah bertarung
dengan Shen Tai Gong. kepalanya masih merasa pusing.
Tidak disangka Xia Hou Lie tiba-tiba menyerang dari udara, Ning
Zhi Qiu mencoba menahan serangan itu. Serangan Xia Hou Lie dari
udara mengarah pada Ning Zhi Qiu bukan pada Wo Shi Shui,
melihat keadaan seperti itu Wo Shi Shui seperti seekor elang hitam
dengan kecepatan tinggi terbang ke arah Xia Hou Lie!
Xia Hou Lie tiba-tiba menarik kembali kaki yang tadinya
dikeluarkan untuk menendang! pertahanan Ning Zhi Qiu sudah tidak
berguna.
Ning Zhi Qiu terkejut tapi dia sudah tidak bisa menghindar lagi.
Xin Wu Er membentak, kilauan emas tampak terbang keluar. Tapi
sempoa besi milik Xi Wu Hou terlihat melayang dan mencegah
sempoa emas itu. Merekapun bertarung lagi. Terlihat Ning Zhi Qiu
sudah tidak dapat menghindar lagi, tapi tiba-tiba Wo Shi Shui sudah
berada di depan Ning Zhi Qiu.
Perubahan jurus serangan Xia Hou Lie dilakukan tanpa berhenti,
dia seperti hantu, kemanapun lari, tangannya sudah siap menunggu
di depan tenggorokanmu.
Tapi Wo Shi Shui seperti sebuah kapak, kemanapun tangan
hantu itu pergi, kapak ini siap memotong tangan Xia Hou Lie.
Tangan Wo Shi Shui seperti pisau yang siap memotong. Tapi dalam
keadaan seperti itupun jurus Xia Hou Lie masih bisa berubah.
Tiba-tiba dia mengeluarkan tangannya, tampaknya dia ingin
menyerang dengan tangannya bukan dengan kaki, diapun seperti
sudah memperhitungkan bahwa Wo Shi Shui pasti akan berada di
sana. PAK!
Tangan Xia Hou Lie sudah menekan dada Wo Shi Shui.
Dalam bayangan Xia Hou Lie, Wo Shi Shui akan melayang jauh
dan terjatuh seperti selembar papan, tidak disangka Wo Shi Shui
kokoh seperti sebatang pohon. Hati Xia Hou Lie terasa dingin.
BUG! Kepalan tangan Wo Shi Shui sudah dilayangkan dan
memukul tubuh Xia Hou Lie dan diapun melayangjauh!
Sekarang Xia Hou Lie sudah mengerti, dia tidak akan bisa
mengalahkan Wo Shi Shui. Dan Wo Shi Shui sendiri tidak sabar
untuk bertarung dan sengaja menerima pukulan Xia Hou Lie, lalu
menukar dengan pukulannya!
Melalui pertarungan seperti ini walaupun Xia Hou Lie seorang
pemberani tapi dia tetap merasa hatinya gentar.
Xia Hou Lie melayang dan jatuh menabrak tembok, tapi dia
segera bangun, dia tidak roboh. Dengan cepat dia berdiri tegak lagi
dan mendekati Wo Shi Shui. Terlihat di sudut mulut Wo Shi Shui ada
darah.
Kedua mata Wo Shi Shui tampak melotot melihat Xia Hou Lie,
tiba-tiba dia membuka mulut dan darah seperti anak panah
berwarna merah keluar dari mulutnya!
Darah itu menyemprot wajah Xia Hou Lie, diikuti gerakan Wo Shi
Shui yang lebih cepat dari anak panah darah, menyerang tubuh Xia
Hou Lie bagian bawah!
Bersamaan waktu itu dinding yang tadi ditabrak oleh Xia Hou Lie
tampak ambruk. Batu bata dan pasir hancur menjadi puing-puing.
Ternyata pada saat Wo Shi Shui dan Xia Hou Lie beradu telapak
dan kepalan, tenaga dalam mereka yang satu sangat kuat
sedangkan yang lain sedang gila-gilanya menyerang, mereka sama-
sama kuat, tapi Xia Hou Lie yang memukul Wo Shi Shui terlebih
dulu, setelah itu Wo Shi Shui baru membalasnya dengan kepalan.
Tenaganya "j adi berkurang, apalagi Xia Hou Lie setelah terkena
serangan kepalan Wo Shi Shui sampai terbang dan roboh. Dan
tenaga yang menghantamnya disalurkan ke tembok yang
ditabraknya. Dengan cara seperti itu maka tenaga tekanannya
berkurang sekitar 20-30%.
Tapi bagi Wo Shi Shui, dia benar-benar menahan serangan
telapak Xia Hou Lie, tubuhnya sama sekali tidak bergerak dari
tempatnya. Karena hal inilah maka membuat dirinya terluka lebih
parah.
Tenaga pukulan Wo Shi Shui berpindah ke tembok sebanyak 20-
30%, karena itulah maka dinding bisa runtuh.
0-0-0
Shen Tai Gong dan Ge La Tu yang masih bertarung dengan
sengit, mereka tampak mendekati tembok. Ketika terdengar suara
tembok runtuh. Shen Tai Gong melihat keadaan itu, dia seperti
seekor ikan yang meloncat untuk menghindar tapi Ge La Tu yang
masih tetap berkonsentrasi pada pertarungan. Dia tidak sempat
menghindar. Batu bata tampak berjatuhan ke tubuhnya, tapi
tubuhnya seperti dibungkus dengan kulit tembaga dan tulangnya
keras seperti besi. Batu bata dan pasir yang berjatuhan hanya
menyebabkan matanya tidak bisa dibuka. Dia berteriak dan
mulutnya tampak menganga, tiba-tiba terdengar suara PUSH, di
dalam mulut Ge La Tu ada seekor ikan yang masih hidup. Ikan itu
terus bergerak di dalam mulut Ge LaTu. Mata Ge La Tu tidak bisa
melihat dengan jelas, dia mengira Shen Tai Gong memasukkan
benda beracun ke dalam mulutnya. Karena dia gugup benda itu
tidak bisa segera dikeluarkan dari mulutnya.
Pada kesempatan ini, kail ikan milik Shen Tai Gong mengait Ge
La Tu dan dibawa lari. Shen Tai Gong berusaha menariknya sampai
jatuh.
Tidak disangka La Ma ini mempunyai ilmu yang bagus, walaupun
mulutnya bersuara aneh, tapi bagian bawah tubuhnya sangat kuat.
Walaupun dia ditarik-tarik oleh kail ikan Shen Tai Gong, kaki Ge La
Tu sangat kokoh, kedua kakinya masuk ke dalam tanah. Dia masih
bisa membalikkan tubuhnya lalu dengan kakinya dia berusaha
menggulung kail ikan itu.
Shen Tai Gong benar-benar terkejut, tapi dia tampak masih bisa
tertawa dan berkata, "Baiklah, aku tidak percaya kalau aku tidak
bisa merobohkan orang seperti dirimu yang seperti kura-kura."
Shen Tai Gong memarik dengan kuat, dengan kekuatan penuh
Ge La Tu bertahan, walaupun Shen Tai Gong tidak bisa
merobohkannya, tapi kail ikan itu sudah mengait ke dalam daging
kakinya.
Ge La Tu menahan rasa sakitnya, dia menyerang lagi dengan 3
butir biji tasbih kayu. Shen Tai Gong membuka keranjang ikan dan 3
butir biji itu masuk ke dalam keranjang.
Ge La Tu merasa kesakitan sekaligus marah, tapi dia tidak bisa
berbuat apa-apa. Dia sadar kalau dia tetap keras kepala menarik
kakinya seperti itu, maka kakinya akan cacat, tiba-tiba dia
mendengar Wan Yan Zhu dengan bahasa Tibet berkata, "Sambutlah
ini!" Terdengar suara "Yap!" Sebuah singkup berkepala harimau
terbang ke arahnya dan disambut dengan baik oleh Ge La Tu.
Dengan cepat kail ikan itu dipaku diatas tanah dengan singkup yang
baru saja diterimanya.
Ge La Tu memakai kesempatan ini untuk melepaskan diri,
kakinya sudah terlepas dari lilitan tali kail itu, tapi karena senar kail
Shen Tai Gong terbuat dari Tian Mu Can Si, maka senar itu sulit
dipotong, hal ini malah membuat Shen Tai Gong menjadi kalang
kabut karena tidak bisa lepas.
Begitu Ge La Tu berhasil melepaskan diri, kedua matanya
menatap dengan bara amarah ddi memukul Shen Tai Gong dengan
singkupnya! Pada saat Ge La Tu mengangkat singkup itu, tali kail
Shen Tai Gong dengan cepat terlepas, Ge La Tu datang dengan
sangat cepat, singkup itu sudah menutup jalan mundur Shen Tai
Gong. Ge La Tu berharap Shen Tai Gong segera mati. Tali
kail milik Shen Tai Gong adalah sebuah senjata lemas, dan tidak
bisa dipergunakan sama sekali.
Karena itu serangan Ge LaTu benar-benar menekan Shen Tai
Gong. Terpaksa dengan tubuh kecilnya She Tai Gong berputar
dengan ringan. Tapi semua gerakan ini mengandung bahaya.
0-0-0

BAB 6
Sekuntum bunga yang memabukan

Bersamaan runtuhnya tembok, Pangeran Jin tampak


membalikkan tubuhnya, saat itu dia melihat seorang pak tua
berambut dan beralis putih serta mengenakan baju panjang
berwarna kuning. Kedua matanya bersemangat, dia tampak
berwibawa. Tapi tidak tampak kalau dia sedang marah. Dia
melangkah mendekati mereka.
Pak tua itu tidak marah karena temboknya runtuh, setiap
langkahnya tampak bersemangat dan gagah. Langkahnya tampak
sangat sempurna. Setiap langkahnya menunjukkan kalau dia siap
menyerang sekaligus bertahan.
Mata Pangeran Jin tampak bercahaya. Dia segera mendekati pak
tua itu.
Pak tua itu melihat tembok yang sudah runtuh, dengan sikap
santai dia bertanya, "Siapa yang telah merusak tembokku?"
"Anak buahku."
Pak tua itu mengangkat kepalanya, sorot matanya seperti
mengandung listrik, tapi wajahnya tampak ada tawa, dengan pelan
dia berkata lagi, "Pesilat terkuat dalam pasukan kerajaan Jin,
apakah Tuan adalah Pangeran Jin?"
Pangeran Jin tidak tertawa, wajahnyapun tampak datar, tapi
matanya tampak bercahaya dan beracun, "apakah Tuan jago silat
nomor satu di Huai Bei, Long Zhai Tian?"
Pandangan mata mereka bertemu, seperti terdengar suara
pedang yang beradu di udara.
0-0-0
Waktu itu muntahan darah Wo Shi Shui menyembur ke arah Xia
Hou Lie, dan Ge La Tu yang sedang melancarkan 70 jurus
singkupnya menghadapi Shen Tai Gong.
Kecepatan Wo Shi Shui seperti kilat, hanya dalam sekejap dia
menyerang ke arah Xia Hou Lie dengan 12 kepalannya.
Pada saat darah Wo Shi Shui menyembur ke arah Xia Hou Lie,
karena tidak sempat menghindar terpaksa dia menggunakan
bajunya untuk menahan semburan itu. Dengan menggunakan waktu
yang begitu singkat Wo Shi Shui bisa mengunakan kesempatan ini
untuk menyerang Xia Hou Lie.
Sekarang Xia Hou Lie baru mengerti pada saat Wo Shi Shui
mengganti kepalannya menjadi telapak tangan, saat itu Wo Shi Shui
sedang terluka parah, tapi Wo Shi Shui sudah memperhitungkan
semuanya, kalau diperhitungkan dengan seksama, maka Xia Hou Lie
akan kalah.
Xia Hou Lie dengan cejiat menendang kepalan tangan Wo Shi
Shui, tendangan dilakukan sebanyak 12 kali berturut-turut, tapi
kepalan Wo Shi Shui sudah memukul perut Xia Hou Lie, rasa sakit
membuat Xia Hou Lie meloncat. Tapi dia tetap memuntahkan darah.
Pada saat yang sama, Xin Wu Er sedang bertarung dengan Xi Wu
Hou. Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge bertarung dengan Ning Zhi
Qiu, Shen Tai Gong sedang berputar-putar melawan singkup Ge La
Tu. Tiba-tiba di belakang terdengar ada suara deru angin, dengan
cepat Shen Tai Gong berguling ke bawah, tapi pinggiran bajunya
sudah sobek, ternyata Wan Yan Zhu menyerangnya dari belakang!
Pada saat Shen Tai Gong menghindar, singkup sudah berada di
depan matanya, terpaksa dia menghindar dengan meloncat lagi.
Kelima jari Wan Yan Zhu seperti baja mencoba mencengkramnya,
dengan kail ikannya Shen Tai Gong pun menusuk Wan Yan Zhu.
Wan Yan Zhu berbalik dan mencengkram pegangan kail Shen Tai
Gong. Mereka tampak berada di tengah udara kemudian mendarat.
Shen Tai Gong baru saja mendarat tapi dia merasa kakinya sudah
mati rasa, ternyata kakinya telah terkena butiran biji tasbih oleh Ge
La Tu tepat di jalan darahnya. Akhirnya Shen Tai Gong terjatuh,
singkup Ge La Tu tampak akan memukulnya!
Xia Hou Lie yang berada di sebelah sana juga tampak berada
dalam bahaya. Begitu pula dengan Shen Tai Gong yang berada di
sebelah sini.
0-0-0
Begitu Pangeran Jin dan pak tua itu saling menyapa, mereka
tampak sudah bersalto.
Pangeran Jin bersalto ke arah Wo Shi Shui, saat itu Wo Shi Shui
tidak melihatnya, dan Pangeran Jin akan memukulnya!
Tapi Wo Shi Shui merasa kalau Pangeran Jin itu sudah
menghilang dari tempatnya,, dari kiri, kanan, dan belakang,
sepertinya bayangan Pangeran Jin sedang mendekatinya.
Dia segera menarik kembali kepalannya dan bersiul panjang,
kemudian meloncat ke udara lalu turun di tempat yang letaknya
beberapa meter jauhnya. Pada saat dia melihat Pangeran Jin berada
di depan, lengan bajunya tidak tampak bergerak.
Pak tua itu bergerak ringan seperti sehelai daun, cepat seperti
hembusan angin. Pada saat mengeluarkan serangan, dia seperti
seekor naga yang sedang marah. Tiba-tiba dia mencengkram
singkup Ge La Tu, didorongnya sekali kemudian ditarik lagi. Ge La
Tu sudah turun dan mundur, pak tua itu membalikkan tubuh, dia
sudah mencabut pedangnya. Pedang tampak bersinar sehingga
membuat mata menjadi silau. Wan Yan Zhu tidak berani melihat, dia
menutup mata dan dengan cepat mundur dari sana. Pak tua itu
tampak mengangkat kakinya dan membuka totokan kaki Shen Tai
Gong. Shen Tai Gong segera meloncat dan berteriak, "Pendekar
Long!"
Pak tua itu mengangguk, dia tidak melihat ke arah Shen Tai
Gong, matanya terus menatap Pangeran Jin.
Karena saat itu Pangeran Jin pun sedang menatapnya, tampak
mata Pangeran Jin seperti mata seekor srigala.
Xia Hou Lie dan Shen Tai Gong sudah berhenti bertarung. Wo Shi
Shui, Ge La Tu, dan Wan Yan Zhu masih tampak terengah-engah.
Mereka melihat Pangeran Jin dan Long ZhaiTian.
Xin Wu Er, Xin Wu Hou, Ning Zhi Qiu, dan dua bersaudara Hu
Shang pun sudah berhenti bertarung. Xin Wu Er dan Ning Zhi Qiu
memberi hormat kepada Long Zhai Tian, "Kakak datang tepat pada
waktunya."
"Adik berdua sudah dibuat kaget oleh mereka," kata Long Zhai
Tian.
"Kalau Kakak tidak datang tepat pada waktunya, mungkin
nyawaku sudah berada di tangan mereka," jawab Ning Zhi Qiu.
"Kalau bukan karena kedua pendekar itu datang membantu, aku
dan Lao Si sudah tidak bernyawa lagi," kata Xin Wu Er.
Long Zhai Tian memberi hormat kepada Wo Shi Shui dan Shen
Tai Gong, "Mungkin Anda berdua adalah pendekar yang selalu
membela kebenaran dan selalu menolong sesama orang, bukankah
begitu Pendekar Wo dan Tuan Shen?"
Shen Tai Gong tertawa, "Jangan terlalu memuji, jangan telaki
memuji, pedang Anda tadi benar-benar sangat hebat."
"Apakah Anda adalah Pendekar Long?" tanya Wo Shi Shui.
"Benar!" jawab Long Zhai Tian.
"Apakah Anda telah bertemu dengan Kakak Fang?" tanya Wo Shi
Shui.
"Apakah yang Pendekar maksud adalah Tuan Muda Fang Zhen
Mei? Kami sudah berjanji untuk bertemu dan aku sudah lama
menunggunya, tapi tampaknya dia belum sampai," Long Zhai Tian
sedikit terpaku.
"Dia berangkat bersama-sama dengan kami dari Jiang Nan,
seharusnya dia sudah tiba 3 hari lebih awal."
Long Zhai Tian tertawa kecut, "Sayang kami belum bertemu,
kalian bertiga jauh-jauh datang ke Huai Bei, ada tujuan apa?"
"Jenderal Yu memimpin para prajurit berperang dengan anjing
Jin, mana mungkin kami berpangku tangan begitu saja? Kami
sengaja datang untuk bertemu dengan Tetua Long, lalu bersama-
sama membantu Jenderal Yu, mengusir anjing Jin dari Huai Bei!"
jawab Wo Shi Shui.
Kata-kata Wo Shi Shui baru selesai, Long Zhai Tian, Xin Wu Er,
dan Ning Zhi Qiu merasa terkeiut. Wajah Pangeran Jin, Xia Hou Lie,
Ga La Tu, Wan Yan Zhu, Xi Wu Hou, Hu Shang Ge, dan Hu Shang
Ke tampak berubah.
Ucapannya begitu penting tapi Wo Shi Shui dengan mudah
melontarkannya, semua orang di sana merasa terkejut. Ada yang
membencinya karena telah melukai orang, ada yang
menyalahkannya karena telah membuka rahasia, ada yang merasa
dia terlalu gegabah melontarkan kata-kata tanpa berpikir dulu.
Hanya Shen Tai Gong yang tampak santai, seperti Wo Shi Shui
pada saat sekarang dan dalam keadaan seperti itu melontarkan
kata-kata yang mengejutkan orang.
0-0-0
Pangeran Jin dan Long Zhai Tian ditakdirkan menjadi musuh
bebuyutan, walaupun usia mereka terpaut jauh.
Dengan dingin Pangeran Jin berkata, "Apakah kalian ingin
berbuat seperti telur membentur batu, atau menjadi seekor kecoa
menghadang kereta?"
Long Zhai Tian tertawa dan berkata, "Prinsip bangsaku adalah,
kalau tidak diserang maka kami tidak akan menyerang dulu, kalau
bangsamu keluar dari wilayah negaraku, maka semua persoalan
akan selesai. Karena itu aku berharap pada saat Pangeran pulang
nanti bisa menyampaikan kata-kata ini kepada pasukan Tuan."
Pangeran Jin tertawa dingin, "Aku bisa saja pulang tapi aku takut
malah kau yang tidak memiliki nyawa untuk pulang."
Long Zhai Tian tertawa, "Aku hidup atau mati tidak perlu kau
pikirkan, aku hanya berharap Pangeran Jin mengerti, rakyat dan
prajurit dua negara ini jangan sampai berperang. Ini akan
menghancurkan kehidupan."
Pangeran Jin mengangguk, "Kalau negara Song menyerah,
bukankah tidak akan terjadi apa-apa?"
Long Zhai Tian tidak tertawa lagi diapun berkata, "Lebih baik
negara Jin saja yang menyerah."
Wajah Pangeran Jin tampak berubah, dia mengangkat tangannya
memanggil seseorang, Xi Wu Hou dengan cepat menghampiri
Pangeran Jin, Pangeran Jin mengeluarkan panji negara Song,
meletakkan panji itu di bawah dan mengmjak-injaknya, lalu dia
berkata, "Panji ini kudapatkan setelah aku membunuh tentara Song
pada saat aku berada di Cai Shi. Yang perlu kau ketahui, pada saat
berperang di Cai Shi, adikmu yang bernama Long Ying Qian sudah
mati. Mungkin karena dia menjaga panji kain perca ini kemudian
mati, apakah sekarang kau berani merebutnya?"
Long Zhai Tian tertawa, "Apa yang perlu ditakutkan?"
Langit seperti ada naga yang sedang bermain, dan naga itu terus
menyerang Pangeran Jin.
0-0-0
Pada saat Long Zhai Tian terbang ke atas, Wo Shi Shui berkata
kepada Shen Tai Gong, "Kalau saja Fang Zhen Mei ada di sini, kita
pasti akan menang."
Shen Tai Gong pernah bertarung dengan Pangeran Jin, dia
berkata, "Apakah kau bisa mengalahkan anjing Jin itu?"
"Aku hanya pernah bertarung satu jurus dengannya," jawab Wo
Shi Shui.
"Bagaimana rasanya?"
"Aku tidak bisa mengalahkannya," Wo Shi Shui berkata dengan
perlahan.
"Benar juga, kalau saja sekacang ada Fang Zhen Mei, keadaan
akan lebih baik/tapi mengapa dia sampai sekarang belum tiba?"
Shen Tai Gong bertanya dengan pelan.
0-0-0
Sebenarnya setengah hari yang lalu Fang Zhen Mei sudah tiba.
Bunga-bunga musim semi baru saja mengeluarkan tunas-tunas
hijaunya dan memenuhi batang pohon bunga itu. Segarnya udara di
musim semi berhembus sepoi-sepoi dan meniup Fang Zhen Mei,
udara benar-benar terasa sangat sejuk.
Bunga yang berada di dahan adalah bunga yang tumbuh, bunga
yang berada dijalan adalah manusia yang sedang berjalan.
Fang Zhen Mei menunggang kuda dengan santai, dia berjalan
menuju rumah Ning Zhi Qiu. Waktu itu ada seorang gadis
mengenakan baju berwarna merah dan sedang tertawa kepadanya.
Dia membawa sebuah keranjang yang dipenuhi dengan bunga, dia
berjalan mendekati Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei menghela nafas, ternyata gadis itu begitu cantik,
mengapa dia tidak berada di rumah saja menikmati keindahan
bunga? Malah keluar untuk berjualan bunga?
Fang Zhen Mei teringat pada seorang penjaja yang berteriak
dijalan, "Asah pisau! Asah pisau!"
"Benang warna! Benang warna!"
"Kue! Kue!"
Teriakannya terdengar sedih, dan wajah mereka dipenuhi dengan
keriput, orang tua yang tidak memiliki rumah untuk pulang....
Hati Fang Zhen Mei ikut merasa sedih, seperti musim semi yang
baru berganti, setelah melalui musim dingin yang tidak ada
habisnya.
Tapi sekarang sudah musim semi.
Walaupun gadis itu tidak tertawa tapi wajahnya tampak manis,
pada saat dia tertawa, wajahnya bertambah manis lagi, seperti air
yang mengalir di musim semi.
Terdengar gadis itu dengan suara manja bertanya, "Tuan Muda,
apakah Anda mau membeli sekuntum bunga ini untuk diberikan
kepada seorang nona? Nona itu tentu akan merasa sangat senang.
Tuan Muda, belilah sekuntum saja bungaku ini!"
Fang Zhen Mei tertawa, gadis itu tampak sangat cantik, dan
memiliki mulut yang indah, semua orang pasti akan membeli
bunganya.
Fang Zhen Mei memasukkkan beberapa keping uang logam ke
dalam keranjang, gadis itu terlihat lebih senang lagi, tampak giginya
yang putih, diapun berkata, "Terima kasih, Tuan Muda, bunganya
bisa Anda pilih!"
Fang Zhen Mei tertawa, "Aku sedang terburu-buru, tidak ada
waktu menikmati bunga, jual lah bunga ini kepada orang lain, aku
sudah melihatnya itu sama juga dengan aku sudah membelinya."
Gadis itu dengan tersenyum bertanya, "Cuaca begitu bagus,
mengapa Tuan Muda terburu-buru harus pergi? Bukankah cuaca
seperti ini cocok untuk berjalan-jalan? Di daerah Huai Bei banyak
pemandangan indah. Dari nada bicara Tuan, apakah Tuan MUda
datang dari Jiang Nan?"
Fang Zhen Mei menatap langit dan menarik nafas, "Walaupun
pemandangannya bagus tapi kalau tidak dipertahankan,
pemandangan seperti ini akan diambil orang lain."
Dia tertawa kepada gadis itu dan berkata, "Aku memang datang
dari Jiang Nan, aku masih ada perlu. Nona, aku pamit dulu."
Gadis itu menghalangi langkah Fang Zhen Mei dengan
tangannya, karena takut kudanya akan menabrak gadis itu, maka
dia segera menghentikan kudanya. Gadis itu dengan wajah
cemberut berkata, "Anda sudah membayar, apakah Anda tidak
berniat untuk mengambilnya walaupun setangkai?"
Fang Zhen Mei tertawa kecut, dia memberikan tanda bahwa dia
tetap akan pergi, gadis itu dengan terburu-buru berkata, "Hei! Hei!
Aku akan memberikan kepada Tuan sekuntum bunga, bagaimana?
Apakah Tuan tega menolaknya?" setelah berkata seperti itu
wajahnya menjadi merah, di bawah cahaya matahari dia benar-
benar tampak sangat polos.
Fang Zhen Mei menarik nafas dan berkata, "Mana mungkin aku
menolak bunga pemberian Nona?"
Gadis itu memberikan bunga dengan tangan kecilnya, bunga itu
berwarna putih dan berputik merah. Pergelangan tangannya yang
putih terpasang gelang giok dan Ma Nao (getah pohon pinus yang
sudah membeku seperti batu) yang berwarna merah.
Sambil tertawa Fang Zhen Mei menerimanya, dia bersiap akan
pergi, tapi gadis itu terburu-buru berkata lagi, "Tuan Muda tidak
mau melihat dulu bunga pemberianku, bahkan Tuan Muda tidak
mau mencium wanginya, malah mau pergi begitu saja!"
Fang Zhen Mei melihat gadis itu menunggu, kegelisahan hatinya
membuat gadis itu tampak lebih cantik lagi. Dengan- rasa menyesal
Fang Zhen Mei tertawa dan mencium bunga itu. Dia merasakan ada
wangi yang menusuk penciumannya. Di dunia ini sepertinya tidak
ada bunga yang lebih harum dibandingkan dengan harumnya bunga
ini. Dia memuji, "Sangat harum...." Tiba-tiba wajahnya berubah
warna, sepertinya harum itu bukan berasal dari harum bunga ini,
melainkan dari sekelilingnya, terdengar suara BLUG, ternyata Fang
Zhen Mei terjatuh dari kudanya.
Setelah Fang Zhen Mei terjatuh dari kudanya, tampak dari
sebuah gang muncul 4 orang dengan gerakan secepat kilat mereka
menghampiri Fang Zhen Mei, mereka berbaju abu, sebelum Fang
Zhen Mei terjatuh kebawah, mereka telah menyambutnya,
kemudian membopong dan membawanya ke sebuah kereta beratap.
Gadis itu dengan cepat mengikuti mereka masuk. Kereta mulai
berjalan. Empat ekor kuda terus berlari, hanya dalam waktu singkat
sudah meninggalkan kota Xia Guan.
Pejalan kaki yang ada di sekitar sana hanya melihat kalau Fang
Zhen Mei sudah tidak berada di atas kudanya. Di jalan itu hanya
tampak seekor kuda tapi tidak ada penunggangnya, ada
sekeranjang bunga, dan sekuntum bunga putih yang sangat harum.
Zhu A Nu yang berada di dalam gang sebelah barat dan si Lincah
yang berada di dalam kelenteng, setelah mencium bunga itu mereka
mabuk selama 5 hari 5 malam. Setelah mereka sadar dari mulut
tabib mereka baru tahu kalau nama bunga itu adalah Bai Ri Zui
(Seratus hari mabuk). Bunga itu berasal dari Tibet, ditambah
dengan olesan wangi-wangian, sekali mencium baunya pasti akan
mabuk selama beberapa hari dan tidak ada penawarnya.
Coba tebak berapa hari Fang Zhen Mei akan tertidur?
0-0-0
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong sudah tidak bercerita tentang
Fang Zhen Mei lagi, karena mata mereka sedang sibuk dan mulut
mereka tidak ada waktu untuk bicara.
Ning Zhi Qiu dijuluki Long Jin Jian, berarti dia memiliki ilmu silat
sangat lihai, tapi kalau dibandingkan dengan Long Zhai Tian, dia
tidak ada apa-apanya.
Pedang Long Zhai Tian seperti naga yang sedang bermain. Shen
Tai Gong baru mengerti mengapa Long Zhai Tian di Huai Bei dijuluki
sebagai orang nomor satu.
Orang-orang dari garis hitam dan putih mengagumi Long Zhai
Tian, Ding Dong Ting dari Huai Bei Di Yi Jia, Li Long Da dari kantor
Biao Huai Yang, pejabat kota Xia Guan, Ning Zhi Qiu, Sempoa Emas
Xin Wu Er, Tuan Sempoa Bao Xin Ding, memanggilnya dengan
sebutan kakak tertua.
Ternyata ilmu pedang Long Zhai Tian benar-benar sangat tinggi
sehingga membuat orang terkagum-kagum padanya.
Shen Tai Gong merasa kalau dia bertarung dengan Long Zhai
Tian, paling-paling dalam 30 jurus dia sudah kalah.
Shen Tai Gong teringat pada kemampuan Wo Shi Shui, mungkin
kalau Wo Shi Shui bisa bertahan sampai 50 jurus, tapi belum tentu
bisa melewati 100 jurus.
Wo Shi Shui tampak merasa khawatir. Karena dia tahu walaupun
Long Zhai Tian memiliki ilmu silat yang sangat tinggi dan memiliki
ilmu pedang yang bagus, selain itu pengalamannya sangat banyak,
tapi Wo Shi Shui tahu Long Zhai Tian tidak akan bisa bertahan lebih
dari 500jurus Pangeran Jin.
Ilmu pedang Long Zhai Tian seperti pelangi, tapi tetap tidak bisa
menahan serangan dari Pangeran Jin.
Dan Wo Shi Shui melihat Pangeran Jin tidak mempedulikan jurus
pedang Long Zhai Tian.
Bertarung dengan pesilat tangguh seperti Long Zhai Tian, bagi
Pangeran Jin tidak ada artinya, diam-diam Wo Shi Shui
mengkhawatirkan keadaan Long Zhai Tian.
Wo Shi Shui takut, saat memasuki jurus ke-200, Long Zhai Tian
mulai tampak terdesak.
Wo Shi Shui sedang berpikir, kalau Pangeran Jin bertarung
dengan Fang Zhen Mei, siapa yang akan menang?
Di mana Fang Zhen Mei sekarang?
0-0-0
Sekarang Fang Zhen Mei berada di dalam sebuah kereta.
Kereta itu sedang melaju meninggalkan kota Xia Guan.
Kusir kereta itu adalah seorang pak tua berbaju abu, wajahnya
berbentuk seperti uang. Di dalam kereta ada 4 orang, selain gadis
berbaju merah, masih ada 3 orang lainnya berbaju abu.
Orang berbaju abu pertama masih tampak muda, dia diam dan
tidak banyak bicara. Orang berbaju abu kedua tampak lebih dewasa,
wajahnya biasa-biasa saja. Orang berbaju abu ketiga, kurang lebih
berusia 40-50 tahun, dia memelihara janggut panjang.
Orang berbaju abu ketiga mengeluarkan jempolnya, dia sedang
memuji, "Adik kecil, kau sangat lihai, pendekar terkenal dari Jiang
Nan pun setelah bertemu dengan Adik, masih bisa tertipu, dia
benar-benar sangat bodoh."
Orang berbaju abu kedua ikut memuji, "Orang ini entah kapan
pernah bertemu dengan putri kecil----"
Orang berbaju abu pertama dan yang paling muda segera
berkata, "Ehh!" Wajah laki-laki setengah baya itu segera memucat,
dia menundukkan kepalanya dan berkata, "Adik keempat pantas
mati, aku tidak sengaja memanggil nama adik kecil...."
Pemuda itu tampak melotot, nafsu membunuhnya terasa dan
berkata, "Kau berani memanggilnya lagi!"
Laki-laki setengah baya itu segera menggelengkan kepalanya,
"Aku tidak berani, tidak berani----"
Mata pemuda itu sarat dengan nafsu membunuh, dia melihat
setiap sudut kereta, kemudian dengan dingin berkata, "Sebelum
berangkat, apa yang telah guru pesan kepada kita? Kalau kalian
tidak berhati-hati dan tidak menjaga mulut, terpaksa aku akan
memberikan hukuman pada kalian."
Laki-laki setengah baya dan laki-laki yang sudah dewasa itu
secara bersamaan menjawab, "Siap!"
Mata pemuda itu berkilat tajam, dia melihat Fang Zhen Mei yang
masih tergeletak di bawah, dengan pelan dia berkata, "Daripada kita
khawatir dia akan melarikan diri, lebih baik kita bunuh saja dia
sekarang, Adik ketiga lakukanlah!"
Laki-laki setengah baya itu segera memberi hormat dan
membalikkan tubuh Fang Zhen Mei, dia sudah mengangkat
telapaknya, tiba-tiba gadis berbaju merah itu membentak,
"Nanti dulu!"
Laki-laki setengah baya itu sepertinya takut kepada adik
seperguruannya, dia tidak berani menyingkirkan tangannya, dia
menolehkan kepalanya melihat pemuda itu, mata pemuda itu yang
bersorot tajam, kemudian berubah menjadi tawa, dan bertanya,
"Adik seperguruan, ada apa denganmu?"
Gadis berbaju merah itupun sepertinya takut kepada pemuda itu,
dengan suara kecil dia berkata, "Kakak tertua, guru hanya
menyuruh kita menangkap orang ini, tapi tidak menyuruh kita untuk
membunuhnya, sekarang kita berhasil menangkapnya, meftgapa
harus membunuhnya?. .Apalagi... aku.. .merasa.. .mera sa...."
Dengan lembut kakak tertua itu tertawa, "Merasa menang tanpa
harus menggunakan kekuatan?" sambil bicara dia melihat adik
seperguruannya, gadis itu merasa ada hawa dingin yang
menerpanya.
Wajah kakak tertuanya berubah seram, dia bertanya, "Adik,
sebelum kita berangkat, guru yang menyuruhmu atau
menyuruhku?"
Wajah adik seperguruannya tampak berubah, dia tidak bisa
menjawab, kakak tertuanya membentak, "Kita telah berkelana di
dunia persilatan dan yang paling kutakuti adalah orang seperti
dirimu yang mempunyai hati lemah, Adik kau harus menjaga
martabatmu, apakah hanya karena seorang yang tidak berdaya
seperti ini...."
Tiba-tiba kereta yang sedang melaju berhenti, terdengar ada
suara orang marah-marah, begitu tirai dibuka, masuk beberapa ekor
a3ram jantan dan ayam betina. Tubuh kakak tertua itu dipenuhi
dengan kotoran ayam, dia membentak, "Adik kedua, apa yang telah
terjadi?"
Dari luar terdengar ada yang menjawab, "Ada musuh yang
datang menyerang!"
Kemudian terdengar suara senjata beradu, bersamaan waktu itu
masuk 3 orang ke dalam kereta. Mereka ternyata ingin menolong
Fang Zhen Mei. Kakak tertua itu memutar tangannya dan ketiga
orang yang masuk itu segera terlempar keluar kereta.
Adik ketiga dan keempat sudah mencabut golok dan pedangnya,
mereka keluar dari kereta, tampak di jalan itu sudah ada orang yang
berjumlah 20 orang lebih, adik ketiga membentak, "Siapa kalian?"
Laki-laki yang berwajah penuh janggut mengangkat goloknya
dan membentak, "Anak buah Jenderal Yu Yun Wen dari negara
Song, Zhang Zhen Que, anjing Jin, cepat lepaskan Fang Zhen Mei!"
Adik ketiga dan keempat sudah membuka tirainya, kakak tertua
itu pelan-pelan berjalan keluar dari kereta, dengan wajah penuh
tawa dia berkata, "Ternyata orang yang mengantar kematiannya
sudah datang." Adik kedua, ketiga, dan keempat tertawa terbahak-
bahak, kelakuan mereka benar-benar seperti orang gila.
Kata kakak tertua, "Apakah hanya dengan beberapa ekor ayam,
kalian bisa merebut kembali orang yang kalian cari? Adik kedua,
kemarilah, bunuh Fang Zhen Mei dan perlihatkan kepada anak buah
Jenderal Yu!"
Adik kedua segera mencengkram baju Fang Zhen Mei dan siap
membacok, Zhang Zhen Que membentak, dan keduapuluh orang itu
langsung terbagi dua lalu menyerang ke arah kereta beratap itu!
Tapi kereta itu dijaga oleh golok panjang milik adik ketiga dan
pedang panjang milik adik keempat, Tidak ada seorangpun yang
sangup naik ke dalam kereta, dengan cepat Zhang Zhen Que
mengeluarkan goloknya dan menyerang ke arah adik keempat.
Tapi pada saat itu kakak tertua sudah berada di depan adik
keempatnya, pedang belum sempat dikeluarkan dari sarungnya, dia
sudah memotong serangan Zhang Zhen Que.
Tampaknya Fang Zhen Mei akan segera mati di bawah pisau itu.
Terdengar suara TING, sebuah pedang pendek menahan pisau yang
siap menusuk Fang Zhen Mei. Pak tua itu tampak bengong dan
berkata, "Putri kecil.. .Adik.. .kau...."
Si adik menarik kembali pedangnya dan berkata, "Maafkan aku,
Kakakkedua."
Dia membalikkan tubuh dan melihat kakak tertua, saat itu dia
berhasil membuat anak buah Jenderal Yu, yaitu Zhang Zhen Que
turun dari kereta, tapi kedua matanya seperti sebilah pisau terus
melihat ke arah adik terkecilnya.
Kata adik terkecil itu, "Kakak, aku mempunyai sebuah
permintaan, apakah Kakak akan mengabulkannya?"
"Apakah kau memintaku supaya melepaskannya?"
"Aku tidak berani meminta itu, aku dengar orang ini sangat
terkenal karena selalu membela kebenaran dan sangat dikagumi
oleh kalangan persilatan, kita sudah berhasil menangkapnya dengan
cara licik, lebih-lebih tidak boleh membunuhnya pada saat dia
sedang tidak sadar, kalau tidak kita tidak akan bisa menahan
amarah orang-orang persilatan. Karena itu aku hanya berharap lebih
baik sekarang kita membawanya pulang, apa yang akan kita
lakukan kepadanya nanti, biarkan guru dan paman guru yang
memutuskannya."
Kakak tertua dengan dingin berkata, "Apakah kau sudah lupa
pada cerita tentang kekalahan Song Xiang Gong? Aku akan
membunuhnya, apa hakmu mencegahku?"
Pada jaman Chun Qiu dulu, ada seorang raja baik dia bernama
Song Xiang Gong, para prajuritnya yang berada di Hong Shui
diserang oleh prajurit kerajaan Chu. Saat itu para prajurit Chu
sedang menyeberang sungai dengan tujuan akan berperang dengan
negara Song. Penasihat memberi petunjuk supaya Song Xiang Gong
membawa prajuritnya menyerang tentara Chu, tapi Song Xiang
Gong tidak setuju. Tidak lama kemudian para prajurit sudah mulai
menaiki daratan, hanya saja belum seluruh pasukan Chu bergerak.
Penasihat raja memberi nasihat lagi supaya prajurit Song mengambil
kesempatan ini untuk menyerang tentara Chu, tapi Song Xiang Gong
tetap tidak mengijinkan tentaranya bergerak.
Kata Song Xiang Gong, "Aku akan menunggu hingga semua
prajurit Chu berkumpul, dan hatiku baru mengijinkan tentaraku
melakukan serangan."
Pada peperangan itu tentara Song mengalami kekalahan fatal,
Song Xiang Geng pun terluka.Terakhir dia meninggal karena luka
itu. Tapi sebelum meninggal dia masih memberikan pendapatnya,
kalau berperang jangan pada saat orang sedang tidak siap, tidak
boleh menangkap orang yang sudah beruban. Walaupun sekarang
sudah menjadi rakyat yang tidak mempunyai negara, tapi kita tetap
tidak boleh menyerang musuh yang tidak siap!
Maksud kakak tertua adalah, apakah adiknya akan berperilaku
sama seperti Song Xiang Gong yang akan menunggu Fang Zhen Mei
sadar baru membunuhnya?
Gadis itu terdengar menarik nafas, "Kakak tertua, aku selalu
menghormatimu, karena kau adalah seorangn pahlawan, tapi
kalau"
Wajah Da Shi Xiong (kakak tertua) tampak berubah, dia
mengeluarkan sebuah plakat hitam milik perkumpulannya dan
berkata, "Plakat ini mewakili perintah ketua perkumpulan, apakah
kau berani melanggarnya?"
Xiao Shi Mei (adik seperguruan) segera berlutut, "Murid tidak
berani." Matanya tampak berkaca-kaca, dan diapun lari ke dalam
hutan. Dari jauh terdengar suara tangisannya, dan suara
tangisannya semakin lama semakin menjauh.
Er Shi Di (adik kedua)nya dengan cepat memanggil, "Xiao Shi
Mei, jangan pergi!"
Da Shi Xiong dengan dingin berkata, "Dia ingin bergabung
dengan adik kelima, biarkan dia pergi. Er Shi Di (adik kedua), cepat
bunuh Fang Zhen Mei!"
Er Shi Di dengan sikap hormat berkata,
"Siap!"
Dua puluh orang lebih laki-laki masih berada di luar, mereka
terus menyerang dan mencoba masuk ke dalam kereta. San Shi Di
(adik ketiga) dan Si Shi Di (adik keempat) masih tampak tenang
melayani mereka. Mereka berhasil membuat para lelaki itu mundur,
tampak ada dua orang yang terluka. Zhang Zhen Que sangat
marah, tangan kiri dan kanannya menyerang Da Shi Xiong!
Dengan cepat pedang Da Shi Xiong menahan serangan Zhang
Zhen Que, dan menahan serangan goloknya, kemudian dia
mendorong, membuat Zhang Zhen Que keluar dari kereta.
Pada saat yang sama Er Shi Di sudah membawa golok dan siap
memenggal kepala Fang Zhen Mei.
Zhang Zhen Que marah dan gerakannya menjadi terburu-buru,
tampak dia bersalto di udara dan sekali lagi dia memaksa masuk ke
dalam kereta. Serangannya begitu cepat, sama sekali tidak
terbayangkan dalam pikiran Da Shi Xiong. Lalu dengan cepat dia
menghadang Zhang Zhen Que yang saat itu sedang melemparkan
goloknya ke arah Da Shi Xiong!
Da Shi Xiong menahan golok itu dengan pedangnya, dia
menggetarkan golok itu sehingga golok itu melayang jauh.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Zhang Zhen Que untuk masuk ke
dalam kereta.
Wajah Da Shi Xiong memancarkan nafsu membunuh, dia
memerintah, "Bunuh mereka semua! Jangan ada yang tersisa,
jangan ada yang hidup----" pedangnya dikeluarkan dan menyerang
punggung Zhan Zhen Que.
Karena pikiran Zhang Zhen Que dipenuhi dengan keinginan untuk
menolong Fang Zhen Mei, dia lupa menahan serangan Da Shi Xiong,
dan sepertinya dia akan mati oleh pedang Da Shi Xiong.
Golok Er Shi Di sudah berada di leher Fang Zhen Mei, tapi entah
mengapa, leher Fang Zhen Mei tiba-tiba berubah menjadi jari.
Kedua jari itu adalah ibu5 jari dan jari telunjuk, telah menahan
golok Er Shi Di.
Er Shi Di sangat terkejut, tapi dengan kekuatan apapun goloknya
tidak bisa ditarik kembali. Karena jari Fang Zhen Mei dengan kuat
sudah menjepit goloknya. Kekuatan Fang
Zhen Mei seperti Gunung Wu Zhi (lima jari), yang dalam legenda
telah menindih Sun Wu Kong, sekalipun Sun Wu Kong bisa berubah
wujud sebanyak 72 kali, tapi tetap tidak dapat melepaskan diri dari
Gunung Wu Zhi.
Begitu jari Fang Zhen Mei dikencangkan, golok itu patah, kedua
jarinya menyentil, potongan golok tampak melayang.
Golok yang terputus itu menembus kereta yang gelap dan tepat
mengenai pedang Da Shi Xiong yang sudah berada di depan
punggung Zhan Zhen Que. Akhirnya Zhan Zhen Que lolos dari
bahaya!
Da Shi Xiong tidak ingin membunuh Zhan Zhen Que, dia hanya
benci melihat keadaan di dalam kereta, melihat Er Shi Di yang
matanya membelalak dan bengong melihat goloknya yang sudah
terputus.
Fang Zhen Mei yang saat itu masih berada di dalam kereta
tampak tertawa, dia menggerak-gerakkan tubuhnya dan pelan-pelan
berdiri, kemudian dia berkata pada Er Shi Di, "Maaf, karena aku
terburu-buru ingin menolong seseorang, malah membuat golokmu
terputus."
Er Shi Di melotot pada Fang Zhen Mei, seperti melihat setan.
0-0-0
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong melihat ilmu pedang Long Zhai
Tian yang sedang digerakan, mereka merasa sedang melihat dewa
yang sedang memainkan jurus pedang Fei Long
Zhai Tian (naga terbang bermain dilangit) milik Long Zhai Tian.
Jurus Kang Long You Hui (Naga menyesal), sejurus demi sejurus
dikeluarkan sehingga membuat Shen Tai Gong, Wo Shi Shui, dan
orang-orang yang menyaksikan pertarungan itu merasa pusing dan
melupakan bahwa pertarungan itu adalah pertarungan yang
menentukan hidup dan mati.
Keganasan pedang Long Zhai Tian bagi Pangeran Jin seperti
bukan sebuah ancaman.
Sesudah lewat 200 jurus, tetap tidak tampak siapa yang menang
atau kalah.
Wo Shi Shui semakin merasa khawatir, karena dia tahu kalau
Long Zhai Tian terus seperti itu dengan usianya sekarang, malah
akan menguntungkan Pangeran Jin.
Tiba-tiba dari atas ada yang membentak, dua bayangan dengan
cepat berpisah, lalu dengan terburu-buru mundur ke pinggir, setelah
itu baru bisa berdiri tegak.
0-0-0

BAB 7
Pedang Long Zhai Tian dan telapak Pangeran Jin
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Mengapa kau terus
melihatku? Aku bukan setan!"
Zhang Zhen Que merasa sangat senang dan berkata, "Tuan
Muda Fang, kalau tidak terjadi apa-apa pada Anda, ini sangat
bagus, anak buah Jenderal Yu yang berada di kota Xia Guan melihat
Anda dibuat pingsan oleh mereka, anak buah Jenderal ingin
menolong Anda tapi sudah tidak sempat, Jenderal mendengar berita
ini, maka beliau segera menyuruh kami untuk mencegat kereta ini
dan menolong Tuan Muda, tidak disangka...malah Tuan Muda yang
menolongku."
"Aku merasa sangat berterima kasih atas kebaikan Jenderal dan
tentu saja pada kalian. Aku mohon agar Kakak Zhang dan kakak-
kakak yang lain berhenti bertarung, nanti akan ada yang terluka,"
kata Fang Zhen Mei.
"Tahun kemarin Tuan Muda pernah bertemu dengan Jenderal,
dan sampai sekarang Jenderal masih sangat mengagumi Tuan
Muda, aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Tuan
lagi. Tuan adalah Ren Zhong Long (Naga dalam manusia), mana
boleh aku menyapa Tuan dengan sebutan adik atau kakak, aku
tidak sanggup menerimanya...."
Tiba-tiba terdengar ada siulan panjang, senjata yang sedang
beradu segera berhenti.
San Shi Di, Si Shi Di segera membuka tirai dan masuk untuk
melihat Fang Zhen Mei, dan melihat dia tidak apa-apa, mereka
terlihat sangat kaget dan bertanya, "Da ShiXiong...."
Da Shi Xiong melambaikan tangannya, dengan dingin dia
berkata, "Fang Zhen Mei, kau tidak perlu terus berkomentar, kalau
bukan karena Xiao Shi Mei yang membelamu, apakah kau bisa
terlepas dari Bai Ri Zui?"
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Kakak ini sudah salah
paham, Xiao Shi Mei mu tidak bermaksud untuk membantuku, aku
tahu di tangannya menggunakan gelang giok dan Ma Nao. Dia tidak
seperti gadis miskin yang harus sampai menjual bunga, karena itu
aku tidak mencium harumnya bunga itu, ini bukan salah Xiao Shi
Mei mu."
Zhang Zhen Que tampak terpaku dan diapun bertanya, "Oh!
Kalau begitu mengapa Tuan Muda Fang mau saja diculik dan dibawa
dengan kereta ini?"
Fang Zhen Mei tertawa, "Aku pikir, ada orang yang jauh-jauh
datang ke Huai Bei untuk menghalangi perjalananku, dan dia sudah
merencanakan semuanya begitu sempurna, ini bukan hal yang
mudah, maka aku memutuskan untuk bertemu dengan orang nni,
jadi aku berpura-pura mabuk, dan ingin tahu ke mana mereka akan
membawaku...tidak disangka hal ini malah membuat Jenderal Yu
merasa khawatir dan sempat merepotkan beberapa orang kakak,
aku benar-benar meminta maaf...."
Zhang Zhen Que tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha! Tidak
disangka, kita datang dengan tujuan menolong Tuan Muda Fang,
malah merusak rencana besar Tuan Muda Fang----"
Wajah Da Shi Xiong tampak berubah, kemarahan membuat
tubuhnya gemetar, dia mengeluarkan perintah, "Bunuh!"
Begitu kata 'bunuh' dilontarkan, pedang Si Shi Di seperti ular
beracun menusuk ke dada Fang Zhen Mei.
0-0-0
Tangannya menekan dada, baju bagian dada Pangeran Jin
ternyata telah sobek sepanjang 10 sentimeter, tampak ada bekas
darah di sana, dia menatap Long Zhai Tian dengan dingin.
Kedua mata Long Zhai Tian masih terlihat bersemangat, sekujur
tubuhnya tidak ada yang terluka, alis dan rambutnya terlihat
bergoyang padahal saat itu angin tidak berhembus. Dia terus
menatap Pangeran Jin.
Pangeran Jin menatapnya kemudian mengangguk, "Ilmu pedang
yang sangat baik."
Bibir Long Zhai Tian bergerak, tapi dia tidak menanggapi.
Pangeran Jin melihat ke sekeliling, dengan dingin dia berkata,
"Besok siang, kami tujuh orang Jin akan memasang panggung di
kota Xia Guan dan kami akan menantang pesilat tangguh dari
negaramu, ini murni pertarungan, kedua belah pihak tidak boleh
melibatkan dengan urusan pemerintahan. Kalau kau berani,
besok siang, panji Song ini bisa kalian rebut kembali dari tangan
kami, itu baru disebut sebagai laki-laki sejati."
Dia terdiam sebentar, Long Zhai Tian segera berteriak. "Baiklah!"
suaranya terdengar seperti guntur, membuat semua telinga
berdenging.
Pangeran Jin mengangguk dan dengan nada licik berkata,
"Baiklah, baiklah!" dia membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana.
Wo Shi Shui marah dan berkata, "Kau pergi dari sini karena kau
sudah terluka, hari ini adalah hari kematianmu!"
Pelan-pelan Pangeran Jin membalikkan tubuhnya, Xia Hou Lie
sudah siap untuk bergerak, Pangeran Jin menggelengkan kepalanya
terpaksa Xia Hou Lie diam kembali. Dengan dingin Pangeran Jin
berkata kepada Wo Shi Shui, "Kau mau apa?"
Wo Shi Shui merasa kalau Shen Tai Gong menariknya dan
dengan berbisik berkata, "Dengarkan kata-kata Pendekar Long!"
Shen Tai Gong menggantikan Wo Shi Shui menjawab, "Hari
kematianmu boleh ditukar esok hari, besok kita akan bertemu
kembali di panggung pertarungan di kota Xia Guan, kalau sampai
tidak datang berarti dia adalah kura-kura!"
Xia Hou Lie dengan sinis berkata, "Yang datang membawa
prajurit berarti dia bukan laki-laki sejati." '
Xin Wu Er marah, "Kami orang-orang Song tidak akan melakukan
perbuatan seperti itu!"
Pangeran Jin terdiam, kemudian dengan dingin dia berkata,
"Baiklah!" diapun membalikkan tubuh dan langsung pergi.
Ning Zhi Qiu melihat kedua pengawalnya yang mati dengan
tragis, mana mungkin dia akan melepaskan Pangeran Jin begitu
saja, dia ingin menyusul Pangeran Jin tapi Long Zhai Tian sudah
menghadangnya. Ning Zhi Qiu berkata, "Da Ge (kakak tertua),
Pangeran Jin sudah terluka, dan luka Xia Hou Lie pun sepertinya
tidak ringan,'Tetua Shen berhasil melilit kuya batok itu, sedangkan
yang lainnya masih sanggup kita atasi. Jangan lepaskan macan
kembali ke dalam hutan"
Wo Shi Shui mempunyai pikiran yang sama, dia ikut menimpali,
"Benar----"
Wajah Long Zhai Tian terlihat serius, dia menggelengkan kepala,
Pangeran Jin dan keenam orang lainnya sudah menghilang dari
pandangan mata. Long Zhai Tian membalikkan kepala dan berkata,
"Kalian tidak tahu----"
Tiba-tiba dia memuntahkan darah dan roboh, Xin Wu Er dan Ning
Zhi Qiu dengan cepat menyangganya. Wo Shi Shui dan Shen Tai
Gong merasa sedih.
Wajah Long Zhai Tian terlihat pucat dan dia berkata, "Kita pulang
dulu ke rumah Adik Bao----"
0-0-0
Pedang Si Shi Di sudah bergerak seperti ular beracun. Siap
mematuk dada Fang Zhen Mei. Pada saat yang sama, tangan Fang
Zhen Mei sudah berada 7 inchi dari kepala ular (7 inchi adalah jarak
mematikan dari seekor ular). Terdengar pedang panjang itu patah.
Begitu pedangnya patah, Si Shi Di menyerang Fang Zhen Mei
dengan tangannya.
Dengan cepat Fang Zhen Mei meluncur ke belakang Si Shi Di.
Pada saat itu juga golok panjang milik San Shi Di sudah menebas
pada kepala Fang Zhen Mei, jurus golok itu seperti seekor elang
yang akan menangkap mangsanya!
Tangan Fang Zhen Mei berubah menjadi sebuah panah, panah
itu diarahkan ke pegangan golok, dan golok itu terlepas, melayang,
lalu menancap di atas kereta. Golok tidak bisa digunakan lagi.
Tubuh San Shi Di seperti piring yang berputar, kedua tangannya
berniat mencekik leher Fang Zhen Mei.
Tapi Fang Zhen Mei dengan mudah menghindar ke belakang San
Shi Di, tangan Fang Zhen Mei tidak banyak bergerak. Gerakannya
hanya seperti sedang memecahkan piring lalu dilempar. San Shi Di
bertabrakan dengan Si Shi Di dan merekapun saling memukul.
Golok Er Shi Di sudah terputus, tapi golok putus itu bergerak dan
keluarlah puluhan titik terang seperti bintang, seperti sekumpulan
serangga yang terbang menyerang ke arah Fang Zhen Mei! i
Tangan Fang Zhen Mei seperti terpasang jala, semua titik itu
jatuh ke tangannya.
Golok yang putus milik Er Shi Di disabetkan, sekaligus menyerang
seperti 8 golok, sambil tertawa dia berkata, "Kau sudah
termakan tipuku, kau sudah memegang senjata rahasiaku, senjata
itu mengandung racun, dalam waktu setengah jam----"
Cahaya terang seperti bintang itu, satu per satu dikembalikan
lagi. Setiap titik cahaya itu menabrak serangan Er Shi Di. Begitu 8
titik itu dikembalikan, Fang Zhen Mei tampak masih baik-baik saja,
sekarang tampak Er Shi Di tidak bisa bicara apapun.
Tangan Fang Zhen Mei terus mengeluarkan 5-6 titik terang. Er
Shi Di sangat takut kepada senjata rahasia itu. Untuk menghindari
senjata rahasia itu dia melompat jauh dari kereta beratap.
Hanya dalam waktu sekejap, pedang Si Shi Di dan golok San Shi
Di pun terputus. Sedangkan Er Shi Di dipaksa keluar dari selatar
kereta, sekarang yang tertinggal hanya Da Shi Xiong yang saat ini
sedang berhadapan dengan Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Orang yang memakai
pedang dengan ganas, selain bisa memainkan Chang She Ru Dong
(Ular panjang kembali ke sarang) dan bisa memainkan banyak jurus
tipuan, dia adalah murid keempat dari Xi Yi Shen Ying (Elang sakti
dari Tibet) dan Xi Yi Jin Yan (Walet emas dari Tibet), kedua tetua
yang dijuluki Qing Song Zi (Biji cemara hijau) bukan?
Murid yang menggunakan golok selalu menggunakan jurus Li Pi
Hua Shan, dia adalah murid ke-3 Shen Ying Jin Yan, bernama Qing
Ye Zi (si Daun hijau), yang selalu menggunakan senjata rahasia
adalah murid kedua Xi Yi Shuang Xian (Sepasang dewa dari Tibet),
yang bernama Qing Feng Zi (si Puncak hijau), sedangkan Tuan
adalah----"
Da Shi Xiong dengan dingin menjawab, "Aku adalah Qing Yan Zi
(si Asap hijau)."
Zhang Zhen Que dengan kaget berteriak, "Mereka adalah murid-
murid Guo Jing Feng, dua iblis Chan Fei Shuang!"
Wajah Da Shi Xiong berubah, dia membentak, "Guruku sangat
terkenal, mana mungkin mengijinkan kau si jelek, memanggil beliau
seperti itu."
Pedang sudah ditusukan, Zhang Zhen Que dengan cepat
menghindar, tapi pedang Qing Yan Zi lebih cepat gerakannya
daripada gerakan Zhang Zhen Oue. Tiba-tiba Fang Zhen Mei
memukul kereta membuat golok yang menancap di atasnya tergetar
sehingga terjatuh. Gclok itu dengan cepat menahan serangan
pedang Qing YanZi.
"Kakak Qing Yan Zi, Saudara Zhang ini bukan orang persilatan,
dia adalah pengawal Jenderal Yu, dia tidak tahu peraturan yang ada
di dunia persilatan. Dia sudah menyinggung nama gurumu, harap
kau masih mau melihat mukaku, maafkan dia!"
Qing Yan Zi mendengar cara bicara Fang Zhen Mei, dengan tidak
bersemangat dia berkata, "Walaupun aku harus menyimpan
kebencian, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadapmu."
Dia keluar dari kereta dengan cepat Fang Zhen Mei berkata,
"Qing Yan Jian Fa yang Tuan miliki, benar-benar tiada duanya,
terima kasih karena Tuan sudah mau mengalah."
Setelah Fang Zhen Mei selesai bicara, Qing Yan Zi berbalik dan
berjalan keluar, tiba-tiba dia mengeluarkan pedang dari sarungnya,
sarung pedang dilempar ke arah Fang Zhen Mei, meluncur seperti
panah, pedangpun menyusul menyerangnya, 10 jurus cepat berlalu
tapi tidak terdengar suara apapun, seperti segumpal asap, dengan
cepat menghilang.
Serangan yang dilancarkan dengan tiba-tiba oleh Qing Yan Zi,
benar-benar membuat Fang Zhen Mei tidak memiliki persiapan.
Tapi Fang Zhen Mei seperti sudah memperhitungkan semuanya,
dia mengambil sarung pedang itu. Dengan sarung pedang dia
menghadapi semua serangan Qing Yan Zi.
Setelah gagal menyerang Fang Zhen Mei, dahi Qing Yan Zi mulai
berkeringat, yang paling menakutkan adalah dia sudah tidak bisa
berhenti setelah sekali bergerak. Kalau dia berhenti lawan akan
masuk ke dalam pertahanannya dan setiap jurus lawan akan
membuatnya mati!
Qing Yan Zi dalam kejutnya, terpaksa sejurus demi sejurus terus
menyerang Fang Zhen Mei, tapi Fang Zhen Mei dengan sikap ramah
dan tersenyum melayaninya, tiba-tiba dia berhenti menyerang,
dengan cepat Fang Zhen Mei juga mundur dari sana. Karena Qing
Yan Zi tidak bisa berhenti, dia masih saja maju beberapa langkah,
sehingga membuat dia hampir terbanting. Segera dia menggunakan
pedang sebagai tongkat penyangganya, setelah itu dia baru bisa
berhenti, itupun telah membuat nafasnya terengah-engah.
Fang Zhen Mei melihatnya sambil tersenyum, jurus-jurus yang
dipakai Qing Yan Zi tadi, membuatnya sempat berputar-putar
sebentar di depan rumah dewa kematian. Dan rasa terkejutnya
masih belum hilang.
Qing Song Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi sudah berdiri di sisi
Qing Yan Zi, mereka saling pandang dan mereka secara bersama-
sama ingin mengeroyok Fang Zhen Mei.
Qing Yan Zi menghalangi mereka dan berkata, "Sekalipun kita
berempat bergabung, belum tentu bisa menang darinya."
Mereka berempat menatap Fang Zhen Mei dengan terpana.
Fang Zhen Mei tersenyum dan berkata, "Sampai bertemu
kembali!"
Dia sudah turun dari kereta, bersama dengan Zhang Zhen Que
dia bergabung dengan keduapuluh orang anak buah Jenderal Yu.
Kali ini bukan Zhang Zhen Que yang terpaku, Qing Yan Zi, Qing
Song Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi pun ikut terpana.
Qing Yan Zi membentak dengan nada marah, "Nanti dulu!"
Fang Zhen Mei berhenti melangkah dan sambil tertawa bertanya,
"Ada apa?"
"Apa maksudmu menyuruh kami tinggal di sini?" tanya Qing Yan
Zi.
"Ada apa? Bukankah kalian juga ingin bertemu dengan Jenderal
Yu?" tanya Fang Zhen Mei.
Qing Yan Zi memandang ketiga adik seperguruannya, Qing Feng
Zi bertanya, "Apakah kau melepaskan kami begitu saja?"
"Sejak kapan aku menangkap kalian?" tanya Fang Zhen Mei
sambil tertawa.
Dari pandangan mata Qing Feng Zi terlihat kalau dia merasa
berterima kasih, tanya Qing Ye Zi, "Kami sudah menculikmu hingga
ke tempat ini, apakah kau tidak mau membalas dendam?"
"Kalau bukan aku sendiri yang berniat ke sini, apakah kalian
mampu menculikku?" tanya Fang Zhen Mei masih sambil tertawa.
Dari pandangan mata Qing Ye Zi terlihat kalau dia sudah
mengerti dengan ucapan Fang Zhen Mei.
Qing Song Zi bertanya, "Apakah kau tidak ingin tahu siapa yang
menyuruh kami menculikmu ?"
Fang Zhen Mei tertawa, "Kalau aku bertanya kepada kalian,
apakah kalian akan memberitahuku? Kalau sekarang aku masuk lagi
ke dalam kereta, apakah kalian akan membawaku ke tempat orang
itu? rasanya itu tidak mungkin, jadi mengapa harus
memaksakannya? Lebih baik aku ikut dengan SaudaraZhang
menemui Jenderal Yu."
0-0-0
Tuan Sempoa Besi, Bao Xian Ding adalah Lao Er dari Empat
Pahlawan Huai Bei, dan salah satu dari 3 orang yang menggunakan
sempoa di dunia persilatan. Xi Wu Hou, Xin Wu Er, dan Bao Xian
Ding, di antara mereka bertiga Bao Xian Ding lah yang paling tinggi
ilmunya. Dan diapun memiliki sifat yang paling jujur, tenang, dan
sangat berpengalaman.
Tapi sekarang wajahnya terlihat muram, keringat di dahinya
terlihat terus menetes. Ruang tamunya sudah dipenuhi dengan
pesilat tangguh yang berasal dari Huai Bei, juga ada Wo Shi Shui
dan Shen Tai Gong yang datang dari Jiang Nan. Hanya saja dalam
ilmu ketabiban tidak ada yang lebih bisa dari dia.
Pertama-tama dia memberikan puluhan macam obat kepada
Long Zhai Tian yang sudah terluka parah. Sekarang dengan tenaga
dalamnya dia membantu Long Zhai Tian mendorong darah beku dari
dalam tubuhnya.
Wo Shi Shui, Shen Tai Gong, Xin Wu Er, Ning Zhi Qiu, dan pesilat
tangguh lainnya dengan cemas menunggu Long Zhai Tian yang
sedang diobati.
Setelah lama baru terlihat telapak tangan Bao Xian Ding lepas
dari tubuh Long Zhai Tian. Dengan wajah berat dia berusaha
mengatur nafasnya, tidak lama kemudian mata Long Zhai Tian
terbuka.
Long Zhai Tian melihat ke sekeliling kemudian dia menarik nafas.
Bao Xian Ding pelan-pelan berdiri, dan dengan penuh perhatian
bertanya, "Kakak Long, kau terkena Qing Yan Zhang, lukanya
semakin dalam semakin tidak terlihat, luka semakin berat dan
menyebar semakin luas. Obat d ariku dibantu dengan tenaga dalam
Kakak bisa menghentikan penyebaran. Tapi luka Kakak sangat
berat, dalam waktu 3 bulan ini Kakak tidak boleh bertarung."
Kedua mata Long Zhai Tian tampak melotot, dia tertawa, "Adik
kedua, demi kakakmu ini kau sudah menjadi repot."
Kemudian dia tertawa, "Ha ha ha! Beristirahat selama 3 bulan,
dan kita besok akan bertarung demi negara Song, siapa yang tetap
hidup atau ada yang mati tidak ada yang tahu."
Kata Ning Zhi Qiu, "Pada pertarungan esok hari, Pangeran Jin
juga sepertinya sudah terluka parah, Pendekar Wo bisa berharapan
dengan Xia Hou Lie, Tetua Shen bisa berhadapan dengan La Ma dari
Tibet itu, Kakak Kedua Bao bisa berhadapan dengan si tengkorak
hidup. Kakak Xin pasti bisa menang dari Xin Wu Hou. Biar aku yang
menghadapi kedua orang Mongol itu, kita tidak perlu takut kepada
mereka!"
Long Zhai Tian tertawa kecut, "Adik keempat, ada yang kurang
kau ketahui, sewaktu aku di atas mengeluarkan jurus Chang Hong
Guan Re, dan kulakukan dengan sekuat tenaga, maksudku tidak
lain adalah ingin cepat menyelesaikan pertarungan. Kalau tidak
seperti itu, pertarungan akan berlangsung lama, dan aku akan
kalah, tapi ilmu silat Pangeran Jin benar-benar sangat tinggi, dia
berhasil menguasai ilmu Xi Yi Shuang Xian yang bernama Qing Yan
Shen Zhang (Telapak sakti ringan seperti asap), dia bisa
menggunakan jarinya menjepit pedangku, dan dalam waktu yang
singkat bisa menekanku dengan telapaknya tapi Qing Yan Shen
Zhang nya tidak sekuat Xi Yi Shuang Xian, Long Qian Jian
milikkupun sangat tajam, membuat tangannya mengendur, sewaktu
aku berusaha menusuk dadanya, dia masih bisa menghindar,
tadinya aku ingin menukar semua itu dengan nyawaku, tapi niatku
tidak tercapai."
Bao Xian Ding bertanya, "Mengapa Pangeran Jin tidak mau
mengejar kemenangan? Malah membiarkan kalian mundur dengan
selamat?"
Long Zhai Tian tertawa kecut, "Waktu itu aku menahan lukaku
dengan nafas, pukulan Pangeran Jin juga tampak terburu-buru,
maka pukulannya hanya mengenaiku sedikit, mungkin dia
sendiripun tidak yakin telah mengenai sasaran, dan untungnya saat
itu aku tidak roboh.
Alasan lainnya, mungkin dia terluka ringan, karena itu dia minta
bertarung lagi, mungkin juga dia ingin mencari cara untuk
memecahkan ilmu pedangku. Kalau waktu itu dia terus mengejar
kami dan bertarung lagi, aku pasti akan mati, bersama dengan
enam orang lainnya. Mungkin saat itu orang-orang kita tidak ada
yang bisa hidup."
Ning Zhi Qiu menarik nanfas, "Kalau begitu tadi benar-benar
sangat berbahaya!"
"Kurang ajar! Besok aku akan bertarung dengan Xia Hou Lie
untuk menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati!" seru Wo
Shi Shui.
"Dengan kelincahan dan kepintaran Pangeran Jin, pada
pertarungan esok hari, kalau dia tidak yakin dia tidak akan begitu
mudah menyetujuinya."
Long Zhai Tian menarik riafas panjang, "Aku hanya bisa mundur
satu hari saja, jujur bicara dari kantor Biao Huai Yang, Li Long Da,
Huai Bei Di Yi Jia, Ding Dong Ting, semua sudah dibunuh. Yang bisa
melawan Xi Wu Hou dan lainnya hanya sedikit, mundur satu hari
hanya bisa merundingkan bagaimana cara melawan mereka.
Sekarang kita telah berkumpul dengan Adik Bao, kalau Fang Zhen
Mei bisa tiba hari ini, mungkin kita bisa memenangkan
pertarungan...."
"Pukul berapa dan di mana mereka menjanjikan diadakan
pertarungan itu?" tanya Bao Xian Ding.
"Besok siang, di lapangan besar di sebuah panggung," jawabXin
Wu Er.
Pelan-pelan Bao Xian Ding berkata, "Bukankah besok siang,
Jenderal Yu berjanji akan menemui kita di kuil Wu Long Shan untuk
merundingkan tentang keadaan prajurit kita?"
Long Zhai Tian tiba-tiba sadar, dia tampak berpikir sebentar lalu
berkata, "Untung adik kedua memberitahu, pada pertarungan esok
hari, walaupun mati aku tetap harus bertarung, karena semua ini
menyangkut negara Song. Kita harus menepati janji, sekarang para
pesilat tangguh dari negara Jin sudah berada di kota Xia Guan,
tugas Jenderal Yu pasti akan berat, dia harus cepat meninggalkan
kota Xia Guan, tapi besok...besok siapa yang akan memberitahukan
masalah ini kepada Jenderal Yu?"
Dengan berhati-hati Bao Xian Ding berkata, "Tugas ini sangat
berat, tidak sembarang orang bisa melaksanakannya dengan baik.
Pendekar Wo, Tetua Shen, dan Adik Xin, besok harus membantu
kita bertarung, sedangkan ilmu silat Adik Ning agak rendah, apalagi
Adik Ning mempunyai keluarga.
Dia tidak harus mati komyol. Tapi Adik Ning pintar dan bisa
dipercaya, dia harus menjalankan tugas ini!"
Long Zhai Tian mengangguk, "Baiklah! Masing-masing jalankan
tugas yang sudah disepakati, tapi aku takut Adik Ning tidak mau
meninggalkan kita."
Bao Xian Ding berkata, "Ini adalah tugas dari negara, perasaan
pribadi harus ditempatkan di posisi kedua, Adik Ning pasti sudah
mengerti aturan ini."
Long Zhai Tian menarik nafas, "Kalau saja Pendekar Fang bisa
datang alangkah lebih baik."
Bao Xian Ding berkata, "Kakak tertua, apakah Pendekar Fang
bisa mengalahkan Pangeran Jin?"
Long Zhai Tian tampak berpikir sebentar, dia melihat ke tempat
jauh, lalu berkata pelan-pelan, "Aku tidak tahu kalau ada orang
Zhong Yuan lainnya yang bisa mengalahkan Pangeran Jin atau bisa
bertarung dengannya. Yang kutahu hanya ada satu orang itulah
Fang Zhen Mei."
0-0-0
BAB 8
Sepatah kata yang menggetarkan hati

Dari kota Xia Guan tampak ada 20 ekor kuda lebih berjalan
menuju kota Cai Shi.
Hari hampir sore, kuda-kuda itu memasuki sebuah lembah. Di
dalam lembah itu tampak banyak prajurit yang sedang berjaga.
Kemudian mereka memasuki jalan menuju lembah itu. Rumput-
rumput yang ada di kedua sisi jalan tampak tinggi dan lebat. Banyak
prajurit yang bersembunyi di balik rumput itu.
Zhang Zhen Que sangat puas melihat para prajurit yang sudah
dilatih oleh Jenderal Yu. Sepanjang perjalanan tadi dia sudah
menjelaskannya kepada Fang Zhen Mei. Fang Zhen Mei pun dengan
seksama mendengarkannya. Pada saat matahari terbenam mereka
sudah tiba di depan tenda Jenderal Yu Yun Wen, tampak anak buah
Jenderal Yu keluar untuk menyambut mereka, melihat Fang Zhen
Mei mereka sangat senang.
Tiga tahun yang lalu, sewaktu Jenderal Yu terkena musibah, dia
pernah ditolong oleh Fang Zhen Mei, karena itu Jenderal Yu merasa
sangat berterima kasih kepada Fang Zhen Mei, apalagi Fang Zhen
Mei selalu menolak hadiah pemberiannya. Karena itu dia sangat
mengagumi ilmu silat dan sifat Fang Zhen Mei. Pernah sekali dia
menawarkan jabatan tinggi kepada Fang Zhen Mei sebagai hadiah
ucapan terima kasihnya, tapi Fang Zhen Mei sama sekali tidak
tertarik. Fang Zhen Mei merasa walaupun Jenderal Yu dalam bidang
ilmu sastra ataupun ilmu silat sangat menonjol, tapi Jenderal Yu
tidak pernah bersikap sombong seperti pejabat tinggi lainnya. Dia
mencintai negara dan rakyat, selain itu dia sangat setia kepada
negara Song.
Kali ini orang-orang Jin datang menyerang Huai Bei, rencana
Fang Zhen Mei, dia akan berkumpul dengan Long Zhai Tian, dan
bergabung dengan Jenderal Yu, tidak disangka karena diculik oleh
Qing Yan Zi dan saudara-saudaranya, hampir saja Fang Zhen Mei
berhasil diculik. Sebenarnya Fang Zhen Mei ingin mengetahui
tempat persembunyian dari pihak Jin tapi karena mata-mata
Jenderal Yu tersebar di mana-mana, mereka mengetahui kalau Fang
Zhen Mei sudah berada di Xia Guan. Dan Jenderal Yu merasa sangat
senang dengan kedatangannya, begitu Fang Zhen Mei diculik oleh
pihak lawan, Jenderal Yu segera menyuruh anak buahnya yang
bernama Zhang Zhen Que untuk menolongnya, tapi aksi mereka
malah mengganggu rencana Fang Zhen Mei, membuat Fang Zhen
Mei tidak bisa bertemu dengan Long Zhai Tian, malah bertemu
dengan Jenderal Yu dulu.
Sejak awal Zhang Zhen Que sudah tahu bagaimana cemas^a
Jenderal- Yu terhadap keselamatan Fang Zhen Mei, karena itu sejak
awal dia sudah menyuruh anak buahnya untuk melaporkan semua
kejadiannya kepada Jenderal Yu, maka begitu Jenderal Yu melihat
Fang Zhen Mei datang, dia tampak sangat senang dan tertawa
lebar, "Saudaraku, Kakak benar-benar mengkhawatirkan
keadaanmu!'
Fang Zhen Mei berlutut memberi hormat, tapi dia segera dipapah
berdiri oleh Jenderal Yu, dia tertawa dan berkata, "Kita sudah
seperti saudara, untuk apa harus memberi hormat segala, hal ini
malah membuatku menjadi risih."
"Begitu aku sampai di Huai Bei, Jenderal sudah menyuruh orang
menolongku, aku merasa sangat berterima kasih. Ini memang patut
harus kulakukan."
Jenderal Yu tertawa terbahak-bahak, "Saudaraku, sudahlah kita
jangan bicarakan hal ini lagi, kalau kita mengurus terus, aku malah
merasa bersalah, karena sudah merusak rencanamu, jika kau
melakukan sesuatu pekerjaan, orang lain sulit menebak maksud
langkahmu."
Dengan rendah hati Fang Zhen Mei berkata, "Sekarang banyak
orang jahat yang suka menipu, Jenderal harus selalu waspada!"
Mereka berdua tertawa dengan senang, Zhang Zhen Que dan
Cha Lu ikut menemani mereka. Di dalam tenda lampu bersinar
sangat terang. Walaupun tenda tertiup angin tapi tenda itu masih
berdiri dengan kokoh. Di luar tenda dijaga oleh para prajurit yang
siap bertempur, tubuh mereka sangat kekar. Mata tampak
bersemangat, demi negara mereka siap mengeluarkan tenaga.
Mereka adalah putra-putra terbaik negara Song.
Di dalam tenda ada pemimpin mereka. Mereka gagah seperti
orang yang sudah memakan empedu beruang dan minum arak yang
direndam daging harimau. Kebesaran jiwa mereka luas dan bercita-
cita mulia. Semua tujuan mulia memenuhi dada mereka.
Walaupun Jenderal Yu dan Fang Zhen Mei sudah lama tidak
bertemu, tapi dalam situasi musuh yang akan menyerang mereka
dan tanah air belum kembali ke pangkuan negara, mereka tidak
berniat untuk mabuk-mabukan. Dalam hembusan angin gunung di
malam hari, tampak awan sangat rendah, bulan tergantung di
tengah langit. Di bawah gunung tampak tenda para prajurit Song
yang terbentang sepanjang puluhan kilo meter. Tampak titik
cahaya, di seberang sungai, banyak tenda prajurit Jin. Ada
berapakah jumlah orang-orang Jin?
Ke arah yang lebih jauh adalah tanah air Song. Sekarang telah
diambil alih oleh orang-orang Jin, rakyat Song harus bersusah
payah, menumpahkan darah untuk merebut tanahnya kembali.
Fang Zhen Mei menatap langit yang luas, baju putihnya berkibar
tertiup angin. Dia melihat anak buah Jenderal Yu yang berjaga
dengan ketat dan teratur. Mereka sudah beberapa tahun berperang,
sekarang negara sedang menghadapi kehancuran dan rakyat begitu
menderita, hati setiap orang terasa dingin dan berat.
Dari kejauhan terdengar ada yang meniup seruling, air sungai
terus mengalir, kedua sisi sungai tampak begitu sepi dan sedih.
Fang Zhen Mei segera membaca sebuah puisi, "Entah datang dari
mana suara seruling itu. Malam hari orang yang akan berperang
melihat dari jauh kampung halamannya."
Mereka berdua mengingat banyak orang berpencar karena
perang ada juga yang menghilang. Banyak orang kehilangan rumah
dan berkeliaran di luar sana. Perang membuat jenasah prajurit
bertambah dari hari ke hari. Berapa orang yang telah kehilangan
putra tercinta mereka? Ini dikarenakan orang-orang Jin telah
merebut tanah air mereka, di negara Song di setiap tempat pasti
ada putra Song yang setia kepada negara dan rakyat, tidak takut
pada kekuasaan Jin. Walaupun kepala harus dipenggal dan
menumpahkan darah, mereka tetap akan berjuang sampai titik
darah penghabisan dan merekapun pantang mundur. Mereka
bersama-sama membaca puisi di mana menceritakan saat sebelum
Jenderal Ye Fei dicelakai oleh pengkhianat besar Qing Hui.
...keadaan kacau balau hingga membuat malu
seperti keadaan sebelum turun salju
kebencian ini, kapankah bisa padam?
Sewaktu mereka sedang membacakan puisi, tiba-tiba di bawah
sinar bulan di balik semak-semak tampak ada sesosok bayangan
hitam yang lewat.
Begitu bayangan itu berkelebat, Fang Zhen Mei yang berada di
sisi Jenderal Yu sudah menghilang, dia hanya meninggalkan pesan,
"Lindungi Jenderal Yu dan bawa masuk ke dalam tenda!'
Setelah melihat dengan jelas ada bayangan putih di belakang
bayangan orang tadi. Seperti seekor bangau putih yang mengejar
mangsanya dari belakang.
Jenderal Yu menarik nafas dan membaca lagi, "...dengan sedih
aku melihathujan dan salju yang telah menggetarkan hutan,
meletakkan buku dan menggantungkan pedang untuk berpikir, aku
mengundangnya minum secawan arak tapi dia sudah membersihkan
salju yang berada di atap rumahku, demi diriku dia bernyanyi dan
menari. Sekarang berjalan menuju padang pasir untuk mencari
kandang harimau dan juga membawa pecut kuda, lalu berjalan ke
seluruh pelosok Huang He.... Fang Zhen Mei, Fang Zhen Mei,
berkawan denganmu, apa yang akan kuinginkan lagi?'"'
Zhang Zhen Que dan Cha Lu segera menyuruh pengawal
melindungi Jenderal Yu dan kembali ke dalam tenda. Jenderal Yu
hanya bisa menarik nafas.
0-0-0
Tujuh orang dari kelompok Pangeran Jin dengan terburu-buru
melewati jalan itu. Xi Wu Hou dengan nada menjilat bertanya,
"Bagaimana dengan luka Pangeran?"
Xia Hou Lie tertawa dingin lalu membentak, "Apakah matamu
adalah mata anjing? Pesilat anjing Song mana bisa melukai
Pangeran?"
Xi Wu Hou masih tidak mengerti, tapi dia hanya menjawab, "Ya..
.ya.. .ya...."
Dengan pelan Pangeran Jin membalikkan tubuhnya dan berkata,
"Aku sengaja ditusuk Long Zhai Tian."
Dengan aneh Xi Wu Hou bertanya, "Hambabenar-benar bodoh,
besok...."
Pangeran Jin tertawa dingin dan berkata, "Long Zhai Tian saja
tidak bisa melihat, apalagi kau."
Kedua mata Ge La Tu tampak melotot dan berkata, "Mengapa
Pangeran Jin melepaskan pak tua itu? Kalau memang Pangeran
tidak terluka lebih baik kita kembali lagi dan membunuh mereka
semua!"
"Aku mempunyai rencana lain, apakah Xia Hou Lie mengetahui
rencanaku?" Pangeran Jin tertawa dingin.
"Setahu hamba, rencana Pangeran adalah membiarkan orang
persilatan Huai Bei menganggap enteng kita, dan memancing
mereka mengikuti pertandingan esok hari. Kita akan menangkap
mereka dan membunuh mereka, tapi mungkin Pangeran Jin
mempunyai rencana lebih besar lagi, hamba belum mengetahuinya,"
kata Xia Hou Lie dengan sikap hormat.
Dengan sorot mata memuji Pangeran Jin melihat Xia Hou Lie,
kemudian dia berkata, "Pulang dan beristirahatlah supaya lukamu
bisa pulih."
"Terima kasih atas perhatian Pangeran, hamba hanya terluka
ringan, tidak akan terjadi apa-apa pada hamba," Xia Hovi Lie
dengan hormat membungkuk sebagai ucapan terima kasih.
Pujian Pangeran Jin ini berarti pada saat Xia Hou Lie kembali ke
tenda tentara Jin, dia akan mendapatkan kekayaan yang banyak
dan seumur hidup harta itu tidak akan habis. Pantas saja Xia Hou
Lie tampak begitu bersemangat, sampai-sampai Ge La Tu dan Wan
Yan Zhu melihat Xia Hou Lie dengan wajah iri.
"Ilmu pedang Long Zhai Tian memang bagus, tapi dia sudah
terkena pukulan Qing Yan Zhang ku, pada pertarungan esok hari,
dia hanya akan seperti sebuah busur yang ditarik dengan kencang,"
kata Pangeran Jin.
"Hamba tidak mengerti, mengapa Pangeran tidak membunuh
Long Zhai Tian? Dan mengapa harus bertarung esok hari?"
"Kalau Long Zhai Tian mati, orang persilatan Huai Bei akan
tahu bahwa pada pertarungan esok hari mereka tidak akan
mempunyai harapan lagi, mereka pasti tidak akan datang bertarung
dengan kita. Dan kita tidak akan bisa memancing Fang Zhen Mei
keluar, jadi rencana kita tidak akan berjalan. Semua orang
persilatan Huai Bei bernaung di bawah lindungan Jenderal Yu, hal ini
sangat memusingkanku, apalagi Fang Zhen Mei belum muncul
sampai saat ini. Karena itu aku harus berpura-pura membiarkan
pedang Long Zhai Tian mengenalku dan mengelabui mereka kalau
aku terluka. Aku yakin saat itu dia berusaha supaya tidak roboh, ini
sangat pas dengan rencana kita besok. Suara datang dari timur tapi
sebenarnya datang dari barat. Besok kita akan mendapatkan
keberhasilan. Adik seperguruan bisa mendapatkan kepala
Jenderal Yu, dan kita bisa membunuh mereka para pesilat
tangguh Huai Bei, dan sekaligus bisa membunuh Fang Zhen Mei dan
kawan-kawannya. Rencana ini akan menggetarkan seluruh Zhong
Yuan, dan semua ini terasa sangat menyenangkan," kata Pangeran.
Ge La Tu, Xi Wu Hou, Wan Yan Zhu ikut merasa senang, mereka
tertawa terbahak-bahak, benar-benar seperti orang tidak normal.
"Rencana ini sangat besar, apakah Qing Yan Zi dan teman-teman
bisa melaksanakan semua rencana ini dengan baik?" Xia Hou Lie
bertanya.
Pangeran Jin menatap langit baru menjawab, "Aku tahu ilmu adik
seperguruan Qing Yan Zi masih rendah, tapi dia pintar dan banyak
akal. Kalau bertemu dengan Fang Zhen Mei, dia bisa menarik Fang
Zhen Mei ke kota Xia Guan, dan aku pasti bisa membunuhnya. Dan
Qing Yan Zi bisa mendapatkan kepala Jenderal Yu."
"Pangeran tidak perlu merasa khawatir, besok adalah hari
kematian orang-orang Huai Bei," kata Xia Hou Lie.
Pangeran Jin terdiam lama baru berkata, "Aku tidak khawatir
dengan pertarungan besok, hanya saja selama beberapa hari ini,
para prajurit dan rakyat Song yang selama beberapa hari ini
kutemui tidak seperti yang kudengar selama ini, yaitu mereka takut
mati dan tidak berdaya. Demi negara, mereka berani menumpahkan
darahnya, yang ku khawatirkan adalah ada berapa banyak orang
seperti itu?"
0-0-0
Bulan bersinar, angin berhembus sepoi-sepoi, pohon cemara tua,
bayangan hitam orang itu meluncur dengan kecepatan seperti
angin, tapi dia tetap tidak bisa melepaskan diri dari kejaran Fang
Zhen Mei. Bayangan hitam itu tiba-tiba berhenti dan membalikkan
tubuhnya, dengan pelan dia berkata, "Kau sudah datang."
Fang Zhen Mei bengong dan berkata,
"Ternyata kau."
Bayangan orang itu ternyata adalah Qing YanZi.
"Malam-malam begitu kau memasuki wilayah prajurit Song, ada
keperluan apa?" tanya Fang Zhen Mei.
"Aku sengaja memancingmu keluar," jawab Qing Yan Zi sambil
tertawa.
"Oh ya?"
Tiba-tiba Qing Yan Zi mencabut pisaunya dan menyabetkan ke
arah Fang Zhen Mei. Pisau tampak berkilat, cara menyerangnyapun
begitu mengejutkan.
Tapi sayang orang yang dihadapinya adalah Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei mencengkram pisau itu sekaligus.
Tiba-tiba Qing Yan Zi melepaskan pisaunya dan mundur.
Fang Zhen Mei tidak menyangka kalau Qing Yan Zi akan
melepaskan pisaunya. Pisau itu masih dipegang oleh Fang Zhen
Mei,iQing Yan Zi berkata, "Pisau itu...."
Begitu Fang Zhen Mei melihat, segera dia berkata, "Pisau emas
milik Huai Bei Shi Jia, keluarga Ding."
Qing Yan Zi mengangguk, "Benar, tapi Ding Dong Ting sudah
meninggal."
"Apakah kau yang membunuhnya?" tanya Fang Zhen Mei dengan
marah.
Qing Yan Zi tertawa kecut, "Kalau aku yang membunuhnya,
apakah aku masih berani datang ke sini?"
"Lalu untuk apa kau datang ke sini?" tanya Fang Zhen Mei.
"Orang itu mati di tangan La Ma Tibet, yang bernama Ge La Tu,
dia mati di kota Wu Hu," jelas Qing Yan Zi.
"Mengapa Ge La Tu datang ke Huai Bei?" tanya Fang Zhen Mei.
"Bukan hanya ada Ge LaTu, Wan Yan Zhu dan Xi Wu Hou pun
datang ke sini," jawab Qing YanZi.
"Iblis-iblis ini berkumpul untuk melakukan apakah?" tanya Fang
Zhen Mei.
"Xia Hou Lie juga telah datang," kata Qing Yan Zi lagi.
"Katanya jurus-jurus orang ini sangat lihai, tenaga dalamnya
sangat kuat, sekali mengeluarkan serangan, jurus sangat mirip
dengan Wo Shi Shui, dan dia adalah pesilat tangguh dari prajurit Jin,
kedatangannya itu apakah ada hubungannya dengan orang-orang
Jin akan yang menyerang kami?" tanya Fang Zhen Mei.
"Benar! Yang memimpin mereka berempat aalah Pangeran Zhen
Ying," kata Qing Yan Zi dengan nada marah.
"Apakah benar dia adalah murid Xi Yi Shuang Xin Jin Zhen Ying?"
tanya Fang Zhen Mei.
"Benar!"
"Masih ada yang tidak kumengerti."
"Silakan kalau mau bertanya."
"Kau memberitahukan hal ini kepadaku, apa maksud di balik
semua ini?" tanya Fang Zhen Mei.
"Karena hari ini, orang-orang yang kusebut tadi sudah
membunuh pahlawan yang bernama Long Zhai Tian, dan esok hari
mereka berjanji akan bertanding dengan para pesilat tangguh Huai
Bei, mereka merencanakan akan membunuh semua pesilat Huai Bei.
Waktu pertarungannya adalah esok siang, di panggung besar di
kotaXia Guan," ucap Qing Yan Zi.
"Mengapa kau memberitahu semua ini kepadaku?" tanya Fang
Zhen Mei dengan aneh.
"Karena Pangeran Jin adalah anak angkat guruku, kedatangan
kami kali ini ke Huai Bei adalah dengan tujuan membunuh para
pendekar Huai Bei dan memperluas kekuasaan negara Jin," kata
Qing Yan Zi.
"Mengapa kau melakukan cara berbahaya ini untuk
memberitahuku?" tanya Fang Zhen Mei lagi.
"Karena aku adalah orang Song," jawab Qing Yan Zi sambil
menarik nafas
Bulan masih bersinar, angin masih meniup pohon-pohon cemara,
tenda-tenda prajurit yang terbentang sepanjang puluhan kilometer,
angin yang berhembus membuat baju Fang Zhen Mei berkibar-kibar.
Tubuh Qing Yan Zi yang terbungkus baju ketat tampak bergetar.
"Terima kasih," kata Fang Zhen Mei.
"Seumur hidupku, aku tidak suka berhutang budi, hari ini kau
tidak membunuhku, aku sudah membalas budimu, sekarang kita
tidak saling berhutang lagi," kata CjingYanZi.
"Sebenarnya aku tidak pernah berhutang denganmu, jadi dari
mana kau harus membayarnya?"
"Kalau begitu, kau mau apa?" tanya Qing Yan Zi setelah terdiam
sebentar.
"Pada pertarungan besok aku harus bertarung sampai titik darah
penghabisan," terdengar Fang Zhen Mei bersiul.
Angin berhembus dengan kencang, daun cemara turun seperti air
hujan, siulan Fang Zhen Mei membuat Qing Yan Zi tergetar sedikit.
Akhirnya Qing Yan Zi membalikkan badan dan berkata, "Aku
pamit dulu."
Tiba-tiba dia berkata lagi, "Xi Yi Shuang Xian adalah guruku, tapi
kita yang belajar ilmu silat darinya tidak mencapai 5% ilmunya, tapi
Jin Zhen Ying bisa mendapatkannya hingga 50-60%, aku berharap
kau bisa mengalahkannya."
Tubuh Qing Yan Zi yang bergerak dengan lincah akhirnya
menghilang di antara tebing-tebing. Fang Zhen Mei melihat tenda-
tenda yang dipasang di kaki gunung, lampu-lampunya masih
menyala, terbentang hingga puluhan kilometer, dia bersiul sedih,
dengan cepat dia turun dari gunung....
Dia sudah mengambil keputusan dan segera berangkat ke Xia
Guan, dan tidak sempat berpamitan kepada Jenderal Yu.
0-0-0
"Tidak! Aku ingin pergi bersama dengan Kakak Long, besok aku
akan bertarung hidup atau mati," Ning Zhi Qiu berkomentar.
Long Zhai Tian menarik nafas dan berkata, "Adik keempat, kita
sudah berjanji dengan Jenderal Yu besok siang, bertemu di Wu
Long Shan, sedangkan saat ini kita sedang bersiap-siap untuk
menghadapi Jin Zhen Ying besok, tidak ada waktu ke sana untuk
memberitahu Jenderal, harus ada seseorang yang memberitahu
Jenderal Yu, supaya dia bisa kembali ke markas dan tidak
mendapatkan bahaya."
"Memberitahu Jenderal Yu, memang harus dilakukan, tapi
mengapa Kakak tidak menyuruh orang lain saja yang pergi? Aku
rela bertarung dengan penjahat Jin besok!" seru Ning ZhiCjiu.
"Pergi memberitahu Jenderal Yu adalah hal yang sangat rahasia,
dan sekarang ini pengkhianat tersebar di mana-mana, anjing Jin
selalu ingin membunuh Jenderal Yu, hal penting seperti ini tentu
saja harus dilakukkn oleh orang lincah dan yang berilmu tinggi,
untuk menghubungi Jenderal Yu, menurutmu aku harus menyuruh
siapa selain dirimu?" tanya Long Zhai Tian.
Ning Zhi Qiu tetap bersikeras, "Mengapa Kakak tidak
memerintahkan kakak kedua atau kakak ketiga yang pergi ke sana?"
Xin Wu Er menepuk-nepuk pundak Ning Zhi Qiu dan berkata,
"Pada pertarungan esok, kita akan sekuat tenaga berusaha."
Dengan wajah malu Ning Zhi Qiu berkata, "Aku tahu ilmu silatku
lebih rendah dibandingkan kakak kedua dan kakak ketiga, tapi
pertarungan esok, aku...."
Bao Xian Ding dengan serius berkata, "Adik keempat, kau yang
pergi menghubungi Jenderal Yu, inipun menyangkut kepentingan
negara, dan kau adalah orang yang paling cocok untuk tugas ini,
apalagi kau sudah berkeluarga. Kakak tertua adalah pemimpin kita,
dia harus hadir, sedangkan aku dan kakak ketiga tidak mempunyai
keluarga, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh kami berdua.
Kau sudah berkeluarga, kau harus memikirkan keselamatan istri
dan anakmu, kalau kau ingin ikut berjuang, begitu Jenderal Yu
membawa anak buahnya berperang di Cai Shi, kau bisa memimpin
prajurit dan rakyat kota Xia Guan."
Ning Zhi Qiu terpaku dan akhirnya dia berkata, "Baiklah, aku
yang akan pergi untuk memberitahukan Jenderal Yu!"
0-0-0

BAB 9
Bertemu di pintu kota Xia Guan

Dini hari di kota Xia Guan.


Kegelapan malam baru saja berlalu, dini hari baru saja tiba, di
langit muncul cahaya putih seperti perut ikan, cuaca hari ini pasti
bagus!
Matahari belum muncul, angin pagi berhembus dengan dingin.
Dan di saat yang paling dingin ini, dari luar kota Xia Guan terlihat
ada seekor kuda yang melaju dengan kencang.
Pagi yang masih agak gelap, tapi bisa terlihat kalau penunggang
kuda hitam itu adalah seorang pemuda gagah berbaju putih.
Baju putih dan bulu kuda berwarna hitam tampak berkibar tertiup
angin pagi. Kuda terus berlari dengan cepat, menuju kotaXia Guan!
Pada saat bersamaan, pintu kota Xia Guan baru saja dibuka. Dari
dalam kota tampak seseorang menunggang kuda dan dengan cepat
keluar dari dalam kotaXia Guan!
Kudanya berwarna putih, penunggangnya mengenakan baju
berwarna hitam, matanya terlihat bersemangat. Dia adalah pejabat
kota Xia Guan, Ning Zhi Qiu!
Pelajar berbaju putih yang menunggang kuda memasuki kota,
sepertinya sudah semalaman dia terus berkuda. Tubuhnya
dipenuhi dengan debu, di pagi yang masih gelap seperti ini, kedua
kuda itu berpapasan.
Terdengar kedua kuda itu meringkik, dan merekapun secara
bersama-sama berhenti, dan bersamaan membalikkan badan.
Terdengar si baju hitam, Ning Zhi Qiu bertanya, "Siapakah Tuan?
Hari masih pagi seperti ini sudah memasuki kota? Dan sepertinya
Tuan sudah semalaman melakukan perjalanan, ada hal penting
apa?"
"Siapakah nama Anda? Dan mengapa bertanya seperti itu?"
tanya Fang Zhen Mei sambil tertawa.
Kuda Ning Zhi Qiu meringkik lagi, dia tertawa, "Aku adalah
pejabat kota Xia Guan, namaku adalah Ning Zhi Qiu."
"Ternyata Anda adalah Pejabat Ning Zhi Qiusekarang Pendekar
Long Zhai Tian ada di mana? Apakah aku boleh mengetahuinya?"
tanya Fang Zhen Mei.
"Mendengar nada bicara dan sikap Anda, apakah Tuan adalah----
" tanya Ning Zhi Qiu.
"Aku adalah Fang Zhen Mei."
Dengan terkejut Ning Zhi Qiu berteriak, "Benarkan Anda adalah
pendekar Fang Zhen Mei?"
"Nama besar pendekar, tidak sanggup kuterima," jawab Fang
Zhen Mei merendah.
"Tuan Muda Fang jangan menertawakan aku, jabatanku rendah,
kalau bukan karena negara kita sedang terkena musibah, aku tidak
berniat menjadi pejabat, aku lebih senang bergaul dengan kalangan
persilatan, tapi setelah menjadi pejabat, aturan ini harus dihapus,
kalau tidak aku akan merasa malu."
"Nama Pejabat Ning sudah lama kudengar, sekarang keadaan
begini kacau, sudah seharusnya negara membutuhkan pejabat
seperti Ning Zhi Qiu," jelas Fang Zhen Mei.
"Jangan terus memanggilku dengan sebutan pejabat, bulu
kudukku merinding jadinya!" seru Ning Zhi Qiu.
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Baiklah, aku akan menuruti
perintah Anda. Kakak Ning, hari masih begitu pagi, tapi Kakak sudah
keluar dari kotaXia Guan, ada perlu apa?"
"Aku harus pergi ke Cai Shi dan memberitahu Jenderal Yu untuk
membatalkan pertemuan di kuil di Wu Long Shan," jawab Ning Zhi
Qiu.
"Jenderal Yu berjanji untuk bertemu dengan siapa?" tanya Fang
Zhen Mei.
"Beliau berjanji bertemu dengan Kakak Long untuk membahas
mengenai rahasia tentara kita, dan para prajurit akan bergabung
dengan para pendekar di Huai Bei, dengan tujuan untuk menahan
serangan tentara Jin. Tapi Kakak Long sudah berjanji dengan
penjahat Jin untuk bertarung siang ini. Maka kakak menuruhku
untuk menyampaikan berita ini kepada beliau, supaya Jenderal Yu
tetap berada di markas, keadaan beliau akan lebih aman di sana.
Tuan Muda Fang, cepatlah pergi ke rumah Kakak Bao. Pendekar Wo
Shi Shui dan Shen; Tai Gong juga sudah menunggu di sana, dan
mereka sangat mencemaskan keadaan Tuan Muda," jelas Ning Zhi
Qiu.
"Baiklah, aku akan segera ke sana!"
"Setelah kita berhasil membasmi musuh dan negara sudah aman,
kita nanti mengobrol panjang lebar."
Mereka saling memberi hormat lalu berpisah. Kota Xia Guan
masih diliputi oleh pagi yang gelap. Mereka menempuh perjalanan
berbeda arah. Hanya terlihat dinding kota Xia Guan yang sudah tua.
Seperti menunggu dewa memanggil pagi supaya segera datang.
0-0-0
Long Zhai Tian berdiri di ruang tamu, dia menatap langit timur
yang semakin terang. Angin pagi menghembus alis dan janggutnya,
membuat alis dan janggutnya melayang-layang.
Pertama kalinya Long Zhai Tian merasa dia telah tua.
'Telah tua', kedua kata ini seperti terus menggerogoti hati dan
semangatnya. Semenjak dia berkelana di dunia persilatan 40 tahun
yang lalu, ini adalah pertama kalinya dia merasakan kedua kata itu.
Kedua kata itu mengandung kekuatan besar. Dengan cara apapun
sepertinya manusia tidak bisa terlepas dari kedua kata itu.
Dia teringat 20 tahun yang lalu, di sebuah jurang dia pernah
bertarung dengan Tian Lai Shan, Lei Teng Tian. Dia memukul lawan
sebanyak 3 kali tapi diapun tidak luput dari tusukan pedang. Waktu
itu Lei Teng Tian mengira dia pasti akan mati. Tidak disangka
keesokan harinya, dengan ilmu pedang Tian Long Jian dia berhasil
memecahkan jurus Wu Dang Liang Yi Jian Fa.
Diapun teringat pada kejadian 7 tahun yang lalu, yaitu pada saat
di Gua Chang Shan, si Kepalan Sakti, Yu Yan Hua, memukul dengan
kepalannya, tapi dia tidak roboh. Kemudian dia membacok tangan
Yu Yan Hua dengan pedangnya sampai putus, dia hanya
membutuhkan istirahat selama 3 hari. Pada hari keempat dia sudah
bisa bertarung dengan Lian Dong Shi San Tian Bao, dan berhasil
mengusir mereka keluar dari Huai Bei. Sebenarnya tenaga kepalan
Yu Yan Hua bisa memecahkan batu dan bisa memotong emas,
tenaganya benar-benar sangat kuat, tapi pada saat kepalan itu
mengenai tubuhnya, dia hanya merasa sakit sebentar. Saat itu dia
telah membuat dunia persilatan gempar.
Dua tahun yang lalu, dia bertarung dengan di Shao Hua Shan,
Biksu Bu Ting dan di Shou Shi Shan, dengan Biksu Hua Hui,
tubuhnya terkena 11 tusukan, tapi dengan jurus pedang Tian Long
secara berturut-turut bisa menang dua kali, tenaga dan
semangatnya tidak terkalahkan saat itu dia masih berusia 40-50
tahun!
Tapi, siang ini karena pukulan ringan Jin Zhen Ying, hampir
membuat nafasnya terputus. Walaupun dia bisa menghirup udara
tapi sakitnya menusuk hingga ke jantung, apa penyebab semua ini?
Apakah karena dia sudah tua? Tua? Hhhhh, negara sedang
berada*, dalam gawat, mana boleh di saat sekarang dia merasa
tua?
Long Zhai Tian tampak sedang berpikir, dulu orang yang
memimpin dunia persilatan seperti Jin Da Gua Dao, Xue He Shen
Jian, dan
Shi Tu 12, di usia mereka yang hampir berumur 70 tahun,
mereka tetap berbadan sehat, dan bisa memimpin dunia persilatan
dengan sukses!
Dan saat ini usianya belum lewat dari 60 tahun!
Dia terus berpikir, langit tampak mulai terang, rasa dingin
semakin berkurang, tapi dadanya tetap terasa sakit.
Tiba-tiba dari belakang ada yang berkata, "Kakak, kemarin kau
terluka, hari ini kau harus bertarung lagi, mengapa Kakak tidak
beristirahat dulu?"
Long Zhai Tian membalikkan badan untuk melihat orang itu, dia
sudah tahu kalau yang bicara kepadanya adalah Bao Xian Ding,
segera dia menyembunyikan keadaan dirinya dan berkata, "Aku
sedang memikirkan masalah kakak ipar dan keponakanmu, karena
otakku terus berpikir, maka aku tidak bisa tidur dan aku
memutuskan keluar jalan-jalan."
"Pikiran Kakak sedang tidak enak, apakah ini berhubungan
dengan luka Kakak?"
Hati Long Zhai Tian bergetar, dari sorot mata Bao Xian Ding
terlihat kalau dia sudah mengerti keadaannya. Setelah terdiam lama
dia baru bertanya, "Adik kedua, sudah berapa tahun jau ikut
denganku?"
"Sudah 19 tahun, dan tiga hari lagi menjelang 20 tahun. Dua
puluh tahun yang lalu, Kakak telah menolongku dari tangan San Jue
Shou di jurang Bi Hu, sejak saat itu aku terus berada di sisi Kakak,
dan tidak pernah jauh dari Kakak," jawab BaiXian Ding.
"Apakah kau masih ingat, dulu kita pernah mengalahkan 13 raja
di Lao Hu Shan dan kita berdua bergabung dan menantang dua
orang biksu Wu Dang?" Long Zhai Tian tertawa kecut.
"Walaupun kita telah menantang dua orang biksu Wu Dang, kita
mengalami kekalahan, tapi setelah itu kita mendapatkan sedikit
nama. Adik Xin menipu kedua biksu itu sehingga mereka pergi, dan
Adik Xin menolong kita, semua masih kuingat, itu kejadian 9 tahun
yang lalu."
"Aku berharap kita bisa melewati hari ini dengan selamat dan
menempuh kehidupan 20 tahun lagi."
"Kakak Tertua, ada satu hal yang ingin kusampaikan, harap
Kakak jangan marah."
"Katakan saja."
"Melihat wajah Kakak sepertinya Kakak mempunyai rasa khawatir
yang besar, apakah Kakak merasa pertarungan hari ini kesempatan
untuk menang sangat tipis?"
"Kalau Fang Zhen Mei tidak datang, kemenangan kita hanya 10%
saja, selain itu lukaku akan bertambah parah, tampaknya ini adalah
strategi busuk pangeran itu, membuat kita mau tidak mau harus
menghadapi pertarungan hari ini. Dan dia akan memasang jala dan
menjaring kita hingga ma^i terbunuh."
"Kalau Fang Zhen Mei s ada di sini, bagaimana perbandingan
kemenangannya?"
"Mungkin harapan kita menang adalah 30-40%."
"Berarti Fang Zhen Mei datang atau tidak, kita tetap akan kalah?"
"Benar!"
"Tapi mau tidak mau kita harus bertarung bukan?"
"Laki-laki sejati harus tahu apa yang akan dia lakukan dan apa
yang tidak perlu dia lakukan, walaupun tahu kalau kita akan kalah
dan juga kita akan mati, tapi jangan sampai kita ditertawakan oleh
anjing Jin itu," jawab Long Zhai Tian.
Bao Xian Ding menarik nafas panjang, dia melihat ke tempat jauh
lalu berkata, "Baiklah! Untuk sementara waktu kita tahu bahwa
kemanangan tidak mungkin kita dapatkan, tapi apapun yang terjadi
tetap harus kita hadapi!"
Long Zhai Tian melihat awan pagi, lalu berkata, "Kalau hari ini
Fang Zhen Mei tidak datang, pertarungan 7 orang yaitu, aku, kau,
Adik Xin, Wo Shi Shui, Shen Tai Gong, Pendekar Bu Tong, Biksu Hua
Hui yang akan mewakili para pendekar Song menghadapi anjing-
anjing Jin itu."
Chang Qing Jian, Pendeta Bu Tong, Chang Le Jian, Biksu Hua
Hui, semenjak bertarung dengan Long Zhai Tian di Pan Long Shan,
karena mereka bertiga saling mengagumi kehebatan ilmu pedang
masing-masing, maka merekapun menjadi sahabat, sejak itu
mereka tinggal di Huai Bei dan tidak pernah kembali ke kampung
halaman mereka lagi. Merekapun menjadi pesilat ternama di Huai
Bei. Mereka sudah beberapa kali menyumbangkan tenaga pada saat
rakyat Huai Bei bertempur dengan tentara Jin.
Bao Xian Ding melihat ke arah matahari yang akan terbit, pelan-
pelan dia berkata, "Walaupun hari ini matahari terlambat terbit, tapi
matahari akan tetap terbit bukan, apakah perkataanku benar?"
Matahari sudah terbit, matahari pagi menyinari langit, sehingga
langit menjadi kemerahan, membawa kehangatan di hati setiap
manusia.
Seekor kuda berlari dengan cepat, dan membawa angin kencang.
Fang Zhen Mei yang mengenakan baju berwarna putih memasuki
kota Xia Guan.
Di kota Xia Guan, keluarga Bao sudah tidak asing lagi baginya.
Fang Zhen Mei tergesa-gesa memasuki kota bagian barat, setelah
berjalan kurang lebih 3 kilometer, dia tiba di rumah. Bao Xian Ding
dan matahari baru saja terbit.
Sewaktu Fang Zhen Mei turun dari kudanya dan ingin mengetuk
pintu, tiba-tiba dari sebuah gang muncul 4 ekor kuda dan 5 orang.
Kuda itu berlari dengan sangat kencang. Mereka menuju jalanan
kota.
Fang Zhen Mei melihat mereka sebentar. Karena melihat
sebentar inilah maka terjadi perubahan besar.
Karena Fang Zhen Mei melihat seseorang yang membuatnya
merasa curiga. Fang Zhen Mei segera naik kudanya lagi dan
menguntit mereka dari belakang.
Empat ekor kuda ditunggangi oleh 4 orang laki-laki berbadan
tegap. Pinggang mereka terselip pedang. Untuk daerah Huai Bei,
pemandangan seperti ini sudah tidak asing karena daerah Huai Bei
adalah tempat di mana banyak harimau dan naga bersembunyi.
Yang membuat Fang Zhen Mei merasa aneh adalah salah satu
dari kuda-kuda itu, selain di belakang penumpang duduk seorang
lagi, dan dia adalah seorang perempuan.
Perempuan itu tak lain adalah gadis penjual bungaXiao Shi Mei.
Mata Fang Zhen Mei sangat jeli. Begitu melihat gadis itu, dia
sudah mengenalinya.
Hari masih begitu pagi, tapi mereka sudah terburu-buru pergi
dan kuda berlari sangat kencang. Kelima orang itu pasti mempunyai
kepentingan mendesak. Mereka adalah kelompok Qing Yan Zi, dan
pasti ada hubungannya dengan Pangeran Jin.
Fang Zhen Mei sudah mengambil keputusan untuk mencari tahu,
setelah itu baru bertemu dengan Long Zhai Tian dan teman-teman.
Mungkin dengan cara seperti ini mereka masih mempunyai
kesempatan untuk menang karena sudah mengetahui gerakan
musuh sebelumnya.
Karena itu Fang Zhen Mei mengambil keputusan untuk menguntit
mereka! Karena Fang Zhen Mei menguntit mereka, akhirnya dia jadi
bisa mengetahui rencana besar dan jahat dari orang-orang Jin!
0-0-0
Sewaktu Fang Zhen Mei memutar kudanya untuk menguntit
mereka, pintu keluar rumah Bao Xian Ding terbuka. Dari dalam
muncul seorang pak tua dan seorang pemuda. Mereka sedang
bercakap-cakap.
Yang tua berkata, "Mengapa Fang Zhen Mei belum datang juga?
Dia jadi tidak bisa melihat keramaian yang akan terj adi siang ini."
Yang muda berkata, "Aku mempunyai sebuah ide."
Yang tua berkata, "Coba katakan!"
Yang muda menjawab, "Pada pertarungan kemarin, Pak Long
Zhai Tian sepertinya terluka parah. Aku rasa pertarungan sekarang
tetap akan dimenangkan oleh Pangeran Jin."
Yang tua berkata, "Kau mempunyai ide busuk apa?"
Yang muda menjawab, "Kita diam-diam memancing anak
buahnya yang berjumlah 6 orang, yang penampilan mereka tidak
seperti, manusia juga tidak seperti setan itu, keluar dan membunuh
mereka sekaligus. Kita lihat apakah siang ini Jin Zhen Ying akan
bertarung sendiri!"
Yang tua meloncat-loncat senang dan berteriak, "Hore, hore, itu
sangat baik! Walaupun kita tidak tidak sanggup melawan Jin Zhen
Ying, tapi memangkas beberapa orang anak buahnya yang aneh
tidak begitu sulit."
Yang muda berkata, "Benar-benar sangat mudah bukan?"
Yang tua dengan senang berkata, "Ayo kita berangkat sekarang!"
Kemudian yang tua dan yang muda ini dengan semangat
melangkah keluar. Mereka pergi mencari Xia Hou Liu, Ge La Tu,
Wan Yan Zhu, dan Xi Wu Hou dengan tujuan ingin bertarung
dengan mereka mereka ini tidak lain adalah si pemberani Wo Shi
Shui dan pak tua yang naif, Tai Hu Shen Diao Shen Tai Gong
0-0-0
Kemanakah mereka mencari Jin Zhen Ying? Shen Tai Gong dan
Wo Shi Shui tidak mempunyai ide ke mana mereka bisa mencari
orang-orang itu. Saat itu di kediaman keluarga Bao, di sisi sebuah
pintu, ada seseorang yang mengenakan baju berwarna hitam. Dia
tampak sedang menguap dan meluruskan pinggangnya. Di
pinggangnya terselip dua tusukan yang biasa dipergunakan di dalam
air. dia berjalan keluar dengan pelan.
Melihat penampilannya, semua orang pasti tahu siapa dia.
Di bidang perairan orang yang terkenal adalah Qi Hai Long Wang
(Raja naga laut), Shi Jing Tang, dan Shen Tai Gong, mereka adalah
3 terbaik.
Lainnya Qian Tang Jiao Long (Naga sungai Qian Tang), Shi Shao
Guang juga sangat terkenal. Keponakan Shi Jing Tang sangat
terkenal di Huai He.
She Jin Tang dan Shi Jin Tang mempunyai cara baca yang sama
tapi berbeda marga. Tapi Qi Hai Long Wang Shi Jin Tang
mempunyai ilmu silat sangat tinggi dan mempunyai banyak anak
buah. Sampai-sampai Shen Tai Gong juga rada segan padanya,
sedangkan Shi Jin Tang Ba Hai Shuang Jue adalah junior Shen Tai
Gong.
Ba Hai Shuang Jue Shi Jin Tang, arti Ba Hai sebenarnya adalah
Hai Ba (perompak). Di lautan dia sering melakukan bisnis tidak
jelas. Yang dimaksud dengan Shuang Jue adalah dua buah senjata
yang berbentuk tusukan (seperti tusuk sate) yang biasa
dipergunakan di air.
Sebenarnya Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui sudah pernah
bertemu dengan orang itu.
Kemarin di ruang tamu, di bawah terangnya cahaya lilin, Long
Zhai Tian, Bao Xian Ding dan para pendekar Huai Bai berkumpul,
mereka membahas orang-orang Jin. Di antara orang-orang
persilatan itu, kecuali Long Zhai Tian, Xin Wu Er, Bao Xian Ding,
Ning Zhi Qiu, Wo Shi Shui, dan Shen Tai Gong, masih ada 4 orang
lainnya.
Yang satu adalah biksu, yang satu adalah pendeta. Mereka
tidak lain adalah Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong. Masih ada 2
orang lainnya. Yang satu dijuluki Harimau Batu, Luo Tong Bai.
Senjata yang dipergunakan Luo Tong Bai adalah batu, maka diapun
disebut sebagai harimau batu. Yang satu lagi adalah Ba Hai Shuang
Jue Shi Jin Tang.
Begitu Shi Jin Tang keluar dari pintu, dia melihat Shen Tai Gong
dan Wo Shi Shui dia seperti sangat terkejut melihatnya, karena
terdengar kata-kata yang pertama di ucapkan, "Lebih baik kita
bunuh dulu kaki tangan Pangeran Jin!"
0-0-0
Shen Tai Gong terpaku dan berkata, "Mengapa kau tahu kalau
kita akan pergi untuk membunuh mereka?"
Shi Jin Tang sangat senang dan meloncat, "Ayo! Ternyata kalian
juga ingin membunuh mereka dulu!"
"Apakah kau tahu mereka ada di mana?" tanya Wo Shi Shui.
Shi Jing Tang melihat ke kiri dan ke kanan, lalu pelan-pelan
berkata, "Aku tahu. Kemarin Pejabat Ning menyuruhku menguntit
mereka dan mereka ada di kota, di penginapan Feng Die di jalan Pu
Xin. Di luar atau di dalam penginapan banyak mata-mata mereka
yang berjaga."
"Maksudnya adalah kita akan membunuh terlebih dulu anak buah
Pangeran Jin yang lihai. Biar pada saat pertarungan siang nanti, dia
kehilangan wibawanya, ilmu silatnya memang sangat tinggi, tapi
kita tidak takut kepadanya, kita hanya tidak mau mengganggunya
dulu," kata Shen Tai Gong.
Shi Jin Tang tampak berpikir sebentar kemudian berkata, "Aku
mempunyai cara memancing Xia Hou Lie dan Ge La Tu keluar, tapi
tidak akan sampai membuat Jin Zhen Ying mengetahuinya."
Dengan senang Shen Tai Gong berkata, "Dua orang itu adalah
orang harus lebih dulu disingkirkan."
"Dengan cara apa akau akan melakukannya? Coba jelaskan!"
Kata Wo Shi Shui.
"Pangeran Jin ini jarang mau dekat-dekat dengan perempuan,
tapi anak buahnya
Xia Hou Lie dan Ge La Tu karena mempunyai kedudukan dan
posisi yang sama, mereka sering mencoba merebut perhatian
pelacur terkenal di Feng Die Lou yang bernama Li Chun. Mereka
sangat menyukai gadis ini dan berharap bisa mendapatkannya."
"Oh ya? Mengapa kau bisa mengetahuinya begitu jelas?" tanya
Wo Shi Shui.
Dengan malu-malu Shi Jin Tang berkata, "Bos penginapan Feng
Die Lou adalah temanku. Mereka sering berbisnis dan menggunakan
jasa jalan air. Walaupun jumlah mereka sangat banyak, tapi mereka
tetap harus melaluiku."
Wo Shi Shui mendengarkan hal ini, dia tidak suka tapi Shen Tai
Gong tidak mempermasalahkannya. Dia bertanya, "Apakah Li Chun
bisa dipercaya?"
Shi Jin Tang tertawa kecut, "Li Chun adalah pelacur terkenal di
Feng Die Lou. Orang biasa jika ingin bertemu dengannya juga
sangat sulit. Dia juga bermarga Shi"
Wajah Shi Jing Tang terlihat malu. Dia berkata lagi, "Li Chun
adalah adik sepupuku."
0-0-0

BAB 10
Pertarungan di sisi sungai Huai

Di sisi Huai He, dijalan Susu Kedelai. Jalan Susu Kedelai, jalan ini
sangat terkenal di daerah Huai He.
Jalan ini berhadapan dengan Huai He. Air sungai tampak terus
mengalir, angin berhembus sepoi-sepoi. Walaupun siang tapi di
sana tetap merasa sejuk.
Jalan ini sangat panjang. Di kedua sisi jalan banyak pedagang
kecil, makanan yang mereka jual terbuat dari kacang kedelai,
misalnya seperti susu kedelai, otak tahu (kembang tahu), dan
lainnya. Semua makanan itu terbuat dari tahu saja, jenisnya
berpuluh macam. Cara membuatnyapun berbeda-beda. Rasa tahu
yang paling menusuk hidung adalah Chou Tao Fu (tahu bau).
Makanan yang paling terkenal dijalan ini adalah susu kedelainya.
Susu kedelai juga ada berbagai macam jenis, ada susu kedelai
manis, asin, dan ada juga yang dicampur kacang, dan lainnya.
Orang yang merasa lelah sehabis bekerja, bisa pergi ke sana lalu
duduk di sebuah kursi panjang sambil menikmati segelas susu
kedelai yang dicampur dengan gula batu. Rasanya benar-benar
membuat penasaran
Karena itu banyak orang yang senang kesana.
Sekarang saat pergi ke ladang sudah berlalu. Jam istirahat siang
belum tiba. Saat ini adalah saat yang paling sepi. Masing-masing
pedagang tampak membuka baju atas mereka, lalu duduk sambil
mengangkat kaki dan mengobrol....
0-0-0
Waktu itu muncul 3 orang di jalan Susu Kedelai. Mereka tampak
sangat bersemangat. Pedagang-pedagang kecil di sana segera
tersenyum dan berkata, "Tuan, mari duduklah di sini...."
"Tuan mari ke sini minum susu kedelai..."
"Wah! Tiga orang tuan besar, kue kami yang paling enak...."
Ketiga orang ini, yang satu rambut sudah putih, yang satu
setengah baya, dan sedangkan yang satunya lagi tampak masih
muda. Persamaan mereka adalah mereka berjalan sangat cepat.
Kedua mata mereka kelihatan bercahaya. Laki-laki setengah baya itu
berjalan menunju salah satu warung yang bernama 'susu kedelai
marga Chen kurang telinga' dan berkata, "warung ini kelihatannya
lumayan. Aku pernah makan di sini."
Mereka pun segera berjalan ke sana. Ternyata bos toko itu
memang tidak memiliki sebelah telinga. Begitu melihat ada tamu
yang datang dengan senang mereka melayani.
Mereka bertiga memesan susu kedelai, masing-masing satu porsi,
ditambah memesan sepiring kacang goreng dan susu kedelai rasa
pedas. Kemudian mereka menikmatinya dengan diam.
0-0-0
Kira-kira setengah jam kemudian, dijalan Susu Kedelai tampak
ada 3 orang lagi.
Tiga orang dengan penampilan sangat mencolok.
Yang kiri adalah orang Qi Dan, dia memakai topi. Yang berada di
sebelah kanan adalah seorang La Ma dengan mata besar dan bulat.
Sedangkan yang berada di tengah adalah seorang gadis cantik
mengenakan baju merah.
Mereka bertiga berjalan sambil bertengkar. Para pedagang di
sana karena selalu dicelakakan oleh tentara Jin, begitu melihat
mereka datang semua terdiam. Sepertinya gadis itu merasa lelah
karena mereka selalu ribut. Biksu La Ma dan orang Qi Dan itu baru
saja akan mencari tempat untuk duduk. Gadis itu bersikeras ingin
masuk ke toko 'kacang goreng bapak leher besar' untuk membeli
kacang. Terpaksa kedua laki-laki temannya mengikuti dan mereka
masih saja terus bertengkar.
'Toko bapak leher besar' tepat berada di sebelah 'toko Chen yang
telinganya kurang'.
Karena biksu La Ma, orang Qi Dan, dan pelacur itu terus
bertengkar, mereka tidak melihat di sebelah toko itu ada soerang
pak tua, seorang pemuda, dan seorang laki-laki setengah baya yang
sedang duduk di sana.
sebaliknya ketiga orang itu melihat mereka bertiga dengan
melotot.
Yang tua itu tidak lain adalah Tai Hu Shen Diao, Shen Tai
Gong.
Yang setengah baya adalah Ba Hai Shuang Jue Shi Jin Tang.
Yang muda adalah Pendekar Wo Shi Shui
0-0-0
Diam-diam Shi Jin Tang berkata, "Apakah kita langsung saja
menyerang mereka dan membunuh salah satu dari mereka terlebih
daulu?"
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong saling memandang. Tiba-tiba Wo
Shi Shui menggebrak meja dan membentak, "Hei! Kaki tanganku
masih ada, kami tidak mau secara diam-diam menyerang. Biarlah
mati, matinyapun harus jelas!"
Biksu La Ma, orang Qi Dan, dan pelacur itu bersama-sama
membalikkan kepala untuk melihat. Mereka benar-benar terkejut.
Biksu itu adalah Budha hidup Ge LaTu.
Orang Qi Dan itu adalah Xia Hou Lie.
Perempuan itu pasti sepupu Shi Jin Tang, ShiLiChun.
0-0-0
Kedua mata besar Ge La Tu melotot dan membentak, "Baiklah
penjahat kecil, kau sendiri yang mengantarkan kematian!"
Shen Tai Gong ikut tertawa dan berkata, "Yang pasti kami baik-
baik saja, hanya saja sekarang gigimu kelihatan berkurang satu, dan
kau tampak jelek! Kemarilah! Aku akan mencabut sebuah lagi.
Biasanya apapun yang baik harus sepasang, itu akan membuatmu
lebih sukses."
"Apa kalian menguntit kami?" tanya Xia Hou Lie dengan marah.
Tiba-tiba Shi Li Chun meloncat. Baju merahnya berkibar. Dia
berdiri di antara Shi Jin Tang dan Wo Shi Shui, dan berkata, "Akulah
yang berjanji dengan mereka."
"apa kau kira wanita dari negara Song bisa kalian hina
seenaknya?" tanya Wo Shi Shui.
Ge La Tu menunjuk Li Chun dengan marah, "Kau, kau.. .kau...."
Shen Tai Gong tertawa, "Kau apa? Ayo, kita berkelahi sekarang!"
Dia terbang masuk ke dalam toko 'bapak leher besar'.
Tamu di kedua toko itu, yaitu di toko 'Bapak Chen yang kurang
telinga' dan toko 'bapak leher besar', melihat situasi seperti ini,
mereka langsung ketakutan, pedagang lainnya ada yang datang ke
sana untuk melihat keramaian. Ada pula yang berbisik-bisik.
Air Huai He masih terus mengalir, pertarungan yang akan terjadi
sebentar lagi, seperti tidak menjadi perhatian sama sekali ataukah
apalah memang takdir seperti itu, jadi tidak perlu
memperhatikannya.
0-0-0
Sewaktu Shen Tai Gong melayang ke sebelah toko, waktu itu
juga Xia Hou Lie melompat ke depan Wo Shi Shui,
Bentakan dari Wo Shi Shui terdengar,
"Serang!"
Baru saja dia akan menyarangkan kepalannya, sepasang tusukan
E Mei melayang, Shi Jin Tang pun ikut melompat keluar.
Wo Shi Shui mengerutkan alisnya, kalau kepalannya dilancarkan,
kepala Shi Jin Tang pasti akan hancur.
Wo Shi Shui terpaksa menarik kembali kepalannya, tiba-tiba
tusukan Shi Jin Tang berganti arah!
Yang satu menusuk ke tenggorokan Wo Shi Shui sedangkan yang
lain menusuk ke perut Wo Shi Shui, tusukan yang bergerak keatas
dan kebawah dilakukan dengan cepat, semua jurus yang
dikeluarkan adalah jurus yang mematikan!
Sambil mundur Wo Shi Shui membentak, kedua tangannya
diulurkan mencengkram tusukan dari tangan Shi Jin Tang.
Pada saat dia mencengkram tusukan itu, dia merasakan di
belakangnya ada angin yang mendatanginya, ternyata pisau Shi Li
Chun sudah dilancarkan menusuk pinggang Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui membentak lalu melayang ke atas, tapi dia merasa
pundaknya dingin perih, ternyata pisau Shi Li Chun berhasil
melukainya!
Ketika dia berada di atas, saat itu dia mendengar angin kencang
yang dibawa senjata rahasia sedang menuju ke arahnya.
Dengan kecepatan tinggi dia segera mendarat, semua senjata
rahasia itu beterbangan melewati kepalanya, tapi pada saat dia
turun, kepalan Xia Hou Lie memukul dadanya.
Wo Shi Shui berteriak, tampak darah bermuncratan, kali ini Xia
Hou Lie sudah ada persiapan, setelah mengenai sasaran dia
langsung keluar dari toko kecil itu.
Pada saat itu atap toko kecil telah runtuh, hal ini disebabkan oleh
bentakan Wo Shi Shui yang membuat atap toko kecil yang terbuat
dari bambu itu hancur.
Shi Jin Tang, Shi Li Chun, dan si marga Chen yang telinganya
tidak ada satu, masih terus menyerangnya, tapi begitu melihat ke
arah atap yang runtuh, mereka segera meloncat keluar! Wo Shi Shui
pun ikut keluar dari sana.
Di depannya tampakXia Hou Lie. Karena jarak di antara mereka
terhalang reruntuhan rumah, maka Xia Hou Lie tidak bisa langsung
menyerang Wo Shi Shui.
Mungkin Xia Hou Lie merasa tidak perlu menyerang lagi, saat itu
punggung Shen Tai Gong sudah bersentuhan dengan Wo Shi Shui,
sehingga posisi mereka saat itu saling memunggungi. Ternyata pada
saat Shen Tai Gong melayang tadi, dia berada di hadapan Ge La Tu,
tapi begitu dia akan menyerang Ge La Tu dengan kail dan keranjang
ikannya, tiba-tiba dari belakang ada yang menahan kedua
senjatanya dan memeluk dirinya dengan erat.
Shen Tai Gong bukan orang bodoh, dia segera teringat sesuatu,
yang berada di belakangnya hanya ada satu orang, dia tidak lain
adalah bos toko kacang goreng, yaitu pak leher besar.
Di dunia persilatan daerah Huai Bei, yang mempunyai tenaga
sebesar ini dan bisa membuat Shen Tai Gong dipeluk hingga tidak
berdaya hanya ada satu orang, dan orang itu dijuluki Gorila Tangan
Besi, atau nama aslinya adalah Tie Bi Yuan, Cheng Qian Jin.
Shen Tai Gong tidak bisa terlepas dari pelukan itu, dan diapun
tidak dapat menghindar, dia memutuskan untuk menelungkup.
Begitu dia menelungkup, dia bisa membanting Cheng Qian Jin.
Cheng Qian Jin memiliki tenaga besar, dia terus memeluk Shen
Tai Gong, dia tidak bisa dibanting, dia malah terus menempel di
punggung Shen Tai Gong. dalam posisi seperti itu, biji tasbih kayu
yang dilepaskan Ge La Tu sebuah menancap di batok kepala dan
sebuah lagi menancap di punggung Cheng Qian Jin, dia berteriak
dan tidak tahu apa yang telah terjadi, tahu-tahu sudah bertemu
dengan dewa kematian.
Karena Cheng Qian Jin sudah tidak bernafas maka Shen Tai Gong
pun segera membantingnya supaya bisa terlepas dari pelukan
Cheng Qian Jin.
Baru saja dia membanting, terdengar Ge La Tu membentak, 3
butir biji tasbih sudah menyerang dari 3 arah, suara' dengungan itu
secepat kilat sampai di depan Sheh Tai Gong.
Shen Tai Gong mencoba menghindar, tiba-tiba dia teringat
bahwa dibelakangnya banyak orang yang sedang menonton
keramaian, Ge La Tu berada di hadapannya dan di belakang Ge La
Tu adalah tanah tinggi, kalau dia menghindari 3 butir biji tasbih itu
pasti akan mengenai penonton yang sedang menyaksikan
pertarungan ini.
Pikiran Shen Tai Gong bergerak secepat kilat, biji tasbih itu
dengan cepat sampai di depannya, tangan kanan dan kirinya
berusaha menahan sebutir biji tasbih dan berhasil memukul satu
butir, sedangkan yang satu butir lagi masuk ke dalam tulang rusuk
Shen Tai Gong.
Biji tasbih itu kalau dilihat hanya seperti butiran biasa, tapi biji itu
bisa membuat tulang rusuknya patah!
Kalau bukan karena tenaga dalam Shen Tai Gong yang kuat, biji
tasbih itu pasti sudah menembus tubuhnya.
Sekarang para pedagang kecil di sana baru tahu, orang-orang di
sana bertarung mati-matian, karena takut terlibat masalah maka
merekapun membubarkan diri.
Karena tulang rusuk Shen Tai Gong patah, dengan cepat dia
mundur, dia saling membelakangi dengan Wo Shi Shui yang saat itu
masih bertahan.
0-0-0
Begitu Shen Tai Gong dekat dengan Wo Shi Shui, mereka sempat
mengatakan beberapa kalimat.
"Apakah kau terluka?" tanya Shen TaiGong.
"Kau juga?" tanya Wo Shi Shui.
"Kau tampak lebih kuat," kata Shen Tai Gong.
"Sepertinya aku sudah tidak bisa bertalian lagi," kata Wo Shi
Shui.
"Kita harus melarikan diri dari sini," ucap Shen Tai Gong.
Wo Shi Shui mengangguk tapi tidak bicara.
Karena mereka berbicara dengan cepat dan volume suara sangat
kecil, Xia Hou Lie dan Ge La Tu tidak bisa mendengar dengan jelas
isi pembicaraan mereka.
Ge La Tu, Xia Hou Lie, Shi Jin Tang, Shi Li Chun, Chen tidak
bertelinga, kecuali Cheng Qian Jin yang sudah mati, mereka tertawa
terbahak-bahak.
Kalau saja saat itu Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tidak terluka,
bertarung satu lawan satu, Wo Shi Shui masih bisa unggul sedikit
dari Xia Hovi Lie. Dengan akalnya Shen Tai Gong bisa sedikit unggul
dari Ge La Tu. Tapi sekarang mereka sudah terluka dan luka mereka
bukan luka ringan. Apalagi di sana ada Shi Jin Tang dan Shi Li Chun,
karena itu Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong seperti binatang yang
sudah terjebak.
Xia Hou Lie, Ge La Tu, Shi Li Chun, Chen yang tidak bertelinga,
mengepung Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong.
Di belakang Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong adalah sungai Huai
He, mereka tidak bisa melarikan diri lagi.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu seperti sedang menangkap kura-kura
yang sudah terjebak di dalam gentong, apalagi orang yang lebih
lihai akan datang.
0-0-0
Dari pinggir sungai tiba-tiba muncul seseorang, begitu orang itu
muncul semua langsung terdiam. Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong
berdiri berjejer, begitu melihat ada yang muncul, mata mereka
mengecil.
Orang itu tidak lain adalah Jin Zhen Ying.
0-0-0
Dengan marah Wo Shi Shui melihat Jin Zhen Ying. Begitu
Pangeran Jin muncul, dia tampak sangat senang dan tertawa, "Itu
yang dinamakan senjata makan tuan, jangan salahkan orang lain."
Shen Tai Gong tertawa dingin, "Dari Zhong Yuan, murid
perempuan Xian Shui Qing, dijuluki si cabe merah, Qiao Li Hua. Ilmu
silatnya tidak berada di bawahmu, dia tidak malu mengakui sebagai
adik sepupumu?"
Dengan genit Shi Li Chun tertawa, "Benar-benar pintar, demi
negara Jin, aku Qiao Li Hua untuk sementara memalsukan identitas,
tidak apa-apa bukan?"
"Apakah Chen tidak bertelinga adalah Fei Biao Chen Leng?" tanya
Wo Shi Shui.
"Benar!" jawan Chen Leng.
Fei Biao Chen Leng (biao terbang) adalah perampok terkenal,
walaupun namanya tidak sebesar Bai Hai Shuang Jue, Shi Jin Tang
dan
La Jiao Hong (cabe merah), Qiao Li Hua. Tapi di dunia hitam,
kejahatan yang dilakukannya tidak lebih sedikit dari Shi Jin Tang.
"Ada yang tidak kumengerti," kata Shen Tai Gong sambil melihat
ke arah Pangeran Jin.
"Aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk pertanyaan
terakhir," kata Pangeran Jin dengan dingin.
"Mengapa ayah Xia Hou Lie adalah cucu kakek ayahnya, dan
ayah Xia Hou Lie adalah adik ayah Fang Zhen Mei juga cucunya?"
pertanyaan itu beruntun dilontarkan dan sangat cepat diucapkan,
serta tidak ada spasi. Diawali dengan nama Xia Hou Lie, diakhiri
dengan nama Fang Zhen Mei, semua menjadi bengong, tiba-tiba
Shen Tai Gong berteriak dan membalikkan tubuh, bersama-sama
dengan Wo Shi Shui mereka secepat kilat melarikan diri.
Walaupun dia adalah seorang Jin Zhen Ying, pertanyaan Shen Tai
Gong tetap membuatnya bengong.
Pertarungan pesilat tangguh walaupun hanya dilakukan dalam
sekejap, dia tetap sanggup bertahan tidak akan terjadi sesuatu!
Tapi Shen Tai Gong tidak menyerangnya, dia malah melarikan
diri!
Larinya bukan lari biasa, cara lari mereka menggunakan ilmu
meringankan tubuh.
Mereka bergerak turun dan naik beberapa kali, dengan cepat
mereka sudah berlari puluhan meter jauhnya.
Begitu Jin Zhen Ying tersadar, semua sudah terlambat, menurut
perkiraan Jin Zhen Ying, karena di belakang Wo Shi Shui dan Shen
Tai Gong adalah sungai, maka mereka tidak bisa melarikan diri.
Sekarang dia sadar kalau Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui
menggunakan jalan darat untuk kabur.
Dengan cepat Pangeran Jin mengejar mereka.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong menggunakan kesempatan ini
untuk melarikan diri, Pangeran Jin hanya bisa terpaku mereka sudah
lari mendekati sisi sungai, sekarang Pangeran Jin berada di depan
mereka!
Xia Hou Lie lebih cepat bereaksi, diapun ikut mengejar.
Setelah itu baru Shi Jin Tang dan Qiao Li Hua, disusul dengan
Chen Leng.
Begitu Pangeran Jin mendekat, dia melebarkan kesepuluh jarinya
dan siap menusuk.
Dia siap menusuk punggung Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui
yang sedang berlari di depannya.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tidak berani berbalik untuk
melihat, mereka dengan sekuat tenaga terus berlari.
Karena begitu mereka berbalik, maka tidak akan ada kesempatan
untuk lari lagi.
Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui berlari dengan sekuat tenaga,
tapi jari tangan Pangeran Jin hampir mengenai baju belakang
mereka. Jaraknya begitu tipis, Pangeran Jin hanya tinggal
mencengkram baju mereka.
Wajah Pangeran Jin tampak serius, dia menarik nafas dalam-
dalam, tubuhnya bergerak mendekat, kedua tangannya dijulurkan.
Sekalipun mereka membalikkan tubuh dan bertarung, mereka
tetap akan mati di tangan Pangeran Jin.
Tapi seteliti apapun menghitung, tetap akan meleset sedikit----
Mereka sudah berada di sisi sungai.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tiba-tiba menghilang.
Jari tangan Pangeran Jin hanya mencengkram tempat kosong,
diapun berhenti, ternyata Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui sudah
terjun ke dalam sungai.
Kedalaman air adalah 5-6 meter, begitu mereka terjun ke sungai,
percikan air mengenai Pangeran Jin sehingga membuatnya mundur.
Saat itu Xia Hou Lie sudah sampai di sana. Dia tidak bisa
berenang terpaksa dia hanya bisa melihat ke arah sungai.
Terdengar suara BYUR, seseorang seperti burung masuk ke
dalam air. Dia tak lain adalah Ba Hai Shuang Hue, Shi Jin Tang.
Qiao Li Hua dan Chen Leng juga sudah sampai di sana.
Mereka juga tidak bisa berenang, maka mereka tidak berani
terjun ke dalam air.
Wajah Jin Zhen Ying tampak sangat marah, dia melihat ke arah
sungai, sebentar kemudian berkata, 'Tidak apa-apa, mereka sudah
terluka, nanti bertarung juga tidak akan ada gunanya, mereka tetap
akan mati."
Xia Hou Lie melihat ke arah sungai dan berkata, "Menurut Tuan,
apakah Shi Jin Tang bisa menang dari Wo Shi Shui dan Shen Tai
Gong yang sudah terluka?"
Pangeran menggelengkan kepala, dia tidak ingin berkomentar,
tiba-tiba Ge La Tu berteriak, "Aha!" Dia seperti mengerti sesuatu,
dengan senang dia berlari ke arah mereka dan berkata, "Aku sudah
mengerti maksud pak tua itu, katanya ayah Xia Hou Lie, ayah
Pangeran Xia Hou Lie juga putra Fang Zhen MeiAh! Salah, salah,
ayah Pangeran mana mungkin adalah Xia
Hou Lie? Mengapa Fang Zhen Mei adalah----"
Dia terus bicara sendiri, tiba-tiba dia melihat wajah Pangeran Jin
yang sudah marah, dia baru ingat kalau kata-katanya tidak berarti
dan dengan cepat dia berlutut.
0-0-0
BAB 11
Pertarungan di dalam air

Perasaan dingin menusuk telinganya, lalu masuk ke dalam mulut


dan hidung Wo Shi Shui, lukanya terasa sakit. Rasa sakit
membuatnya tidak bisa bertahan. Tapi Wo Shi Shui berusaha
menahan sakitnya.
Di kalangan persilatan, baik itu musuh atau teman, bila mereka
mendengar nama Wo Shi Shui, mereka pasti akan mengangkat
jempol dan mengatakan, "Dia adalah laki-laki sejati."
Nama besar ini tidak didapatkan dengan mudah.
Tubuhnya terluka, membuatnya merasa sakit, tapi tidak
membuat Wo Shi Shui patah semangat, luka seperti ini masih bisa
ditahan, tapi teknik berenangnya sangat buruk. Sebaliknya dengan
teknik silat yang dia kuasai.
Shen Tai Gong berusaha mendukungnya di dalam air.
Wo Shi Shui menahan nafas, Shen Tai Gong mendorongnya
maju.
Di dalam airkarena sekarang mereka masih berada di dalam
jangkauan Pangeran Jin, kalau Wo Shi Shui menjulurkan kepalanya
ke atas air, dia pasti akan mati.
Katanya kalau sepasang tangan Shen Tai Gong diikat, dia masih
bisa menyeberangi sungai YangZi.
Karena itu dia menggunakan sebelah tangannya memapah Wo
Shi Shui, itu tidak menjadi masalah bagi Shen Tai Gong.
Tapi tiba-tiba terdengar suara BYUR, kemudian turunlah
seseorang, gelembung udara tidak terlihat.
Orang itu menyelam di belakang Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong segera tersadar, orang yang
datang adalah Ba Hai Shuang Jue, Shi Jin Tang.
Begitu Shi Jin Tang masuk ke dalam air, tusukannya sudah
dipegang dengan erat.
Tangan kanan Shen Tai Gong memegang kail ikannya, tapi dia
tidak berusaha menyerang Shi Jin Tang.
Shen Tai Gong bukan takut kepada tusukan air milik Shi Jin
Tang.
Karena dia tahu meski tusukan itu dibuang, ingin melukainya
juga pasti sulit.
Dia takut malah akan melukai Wo Shi Shui, Shen Tai Gong sangat
mengerti kalau teknik berenang Wo Shi Shui sangat buruk.
Dan Shen Tai Gong tidak sanggup membunuh Shi Jin Tang di
dalam air.
Karena itu dia hanya menunggu kesempatan datang.
Ikan-ikan yang sedang berenang, tampak ada yang berduri,
bermacam-macam ikan keluar dari keranjang ikan milik Shen Tai
Gong, ikan-ikan itu sepertinya senang dengan dunia di dalam air.
0-0-0
Wo Shi Shui tidak berani bergerak, karena dia takut memecah
konsentrasi Shen Tai Gong.
Dia sadar bertarung di dalam air lebih menakutkan daripada di
daratan, setiap waktu yang berlalu di dalam air menyangkut hidup
dan matinya.
Tapi pengetahuannya tentang teknik berenang sangat buruk, dan
dia hampir tidak tahan lagi.
Dalam hati dia bersumpah, lain kali dia harus belajar berenang.
Sebenarnya dia sudah beberapa kali bersumpah ingin belajar
berenang.
Tapi pada akhirnya dia malah lupa terus.
Sekarang dia sudah tidak tahan, dia berpikir ingin keluar ke
permukaan air, walaupun resikonya dia akan dipukul oleh Shi Jin
Tang dan ditukar dengan darahnya.
Sebenarnya begitu masuk ke dalam air, Shi Jin Tang sudah
merasa menyesal dan jantungnya terus berdebar-debar.
Karena tidak ada lagi orang yang masuk ke dalam air.
Dia baru ingat kalau mereka tidak bisa berenang.
Dia memarahi dirinya sendiri karena selalu ingin menang dan dia
malah melupakan terus hal ini.
Tapi Shen Tai Gong sudah melihat kalau dia akan menyerah dan
ingin berenang ke atas permukaan air.
Kalau dia naik keatas bagian kakinya tidak terlindungi dan dia
akan diserang oleh Shen Tai Gong. Dia sudah malang melintang
selama puluhan tahun di air, dia sangat mengerti hal ini.
Karena itu dia lebih memilih untuk bertarung.
Dia tidak takut kepada Wo Shi Shui, karena dia melihat Wo Shi
Shui sudah tidak bisa bertahan saat itu.
Di dalam air manusia tidak bisa bernafas, percuma saja
mempunyai ilmu silat tinggi.
Yang dia takutkan adalah Shen Tai Gong. Dia juga tahu kalau
Shen Tai Gong terus mendukung Wo Shi Shui di dalam air.
Dia menganggap kalau dia sudah tahu kekurangan Shen Tai
Gong. Berarti hidup dan mati Shen Tai Gong ada di tangannya.
Sekarang dia menjadi percaya diri. Pangeran Jin pasti akan
memujinya dan dia akan dipercaya, mengingat hal ini dia segera
ingin mencoba.
Tapi tiba-tiba kaki kanannya terasa sakit, rasa sakit itu menusuk
hingga ke jantungnya.
Begitu dia melihat ke bawah ternyata ada seekor ikan berwarna
abu dengan duri yang panjang, mulutnya berbentuk seperti pedang,
dan terus menusuk kaki kanannya.
Shi Jin Tang berteriak, begitu membuka mulut air segera masuk
ke dalam mulutnya, tapi dia tidak bisa bersuara. Terlihat ada
benang putih yang melilit lehernya, kemudian benang itu ditarik.
Mulut Shi Jin Tang terbuka seperti seekor ikan yang menggelepar
kekurangan air, perbedaannya adalah ikan akan membuka mulut
karena kekurangan air. Tapi Shi Jin Tang malah kemasukan banyak
air ke dalam mulutnya.
Shi Jin Tang memberontak, kakinya terus menendang, tapi itu
hanya berlangsung sebentar, setelah itu dia tidak bergerak lagi.
Shen Tai Gong menarik kembali kail ikannya, ikan abu bermulut
pedang itupun pelan-pelan masuk kembali ke dalam keranjang ikan
Shen Tai Gong.
Pantas orang-orang mengatakan kalau teknik berenang Shen Tai
Gong sangat hebat, dia termasuk tiga orang terhebat di dunia
persilatan, ternyata Shen Tai Gong memiliki ikan-ikan yang aneh.
Tapi begitu dia membuka mulut, air masuk ke dalam mulutnya---
0-0-0
Fang Zhen Mei mengejar keempat orang yang menunggang kuda
itu, hanya dalam waktu singkat mereka sudah tiba di luar kota,
karena hari masih pagi, jalanan tampak sepi, maka mereka bisa
memacu kudanya dengan cepat.
Kelihatannya ilmu silat kelima orang itu lumayan tinggi.
Mungkin karena mereka sedang terburu-buru, atau bisa jadi
karena suara derap langkah kuda yang keras, mereka tidak
memperhatikan kalau di belakang mereka ada Fang Zhen Mei yang
menguntit.
Mereka terus memacu kudanya keluar kota, mereka menuju kota
Cai Shi, Fang Zhen Mei merasa aneh. Hari sudah terang, karena
masih terus menguntit sekarang dia merasa kesulitan karena hari
terang. Karena itu dia meloncat dari kudanya dan mendarat di kuda
orang yang dikuntitnya.
Karena ilmu meringankan tubuh Fang Zhen Mei sangat tinggi,
tubuhnya terbang seperti seekor burung walet. Setelah mendarat di
atas kuda penunggang keempat, orang itu masih belum
menyadarinya, Fang Zhen Mei terus menahan nafas untuk melihat
keadaan selanjutnya.
Kira-kira setengah jam sudah berlalu. Fang Zhen Mei khawatir
pada Long Zhai Tian yang akan bertarung di kota Xia Guan. Baru
saja dia ingin mencari pemecahan, tiba-tiba penunggang kuda
pertama berkata, "Kali ini kita terburu-buru pergi ke sana, apakah
Kakak tertua sudah bertarung dengan marga Yu itu?"
Xiao Shi Mei yang berada di belakangnya berkata, "Kakak kelima,
tempat di mana kedua belah pihak akan bertempur sebentar lagi
akan tampak. Dengan cara seperti itu kita bisa menipu Jenderal Yu,
tapi bukankah perbuatan itu tidak pantas...."
Hati Fang Zhen Mei bergetar, terdengar Wu Shi Xiong
membentak, "Xiao Shi Mei, jangan berkata seperti itu, kalau sampai
terdengar oleh Da Shi Xiong kita akan celaka."
Penunggang kuda kedua berkata, "Wu Shi Xiong, jangan begitu,
kita 8 bersaudara, kecuali Xiao Shi Mei yang paling disayang,
Jenderal Besar juga sayang kepada Da Shi Xiong, kita begitu takut
kepada Da Shi Xiong. Sampai-sampai di belakangnya kita juga tidak
berani membicarakan Da ShiXiong, benar-benar----"
Kata Wu Shi Xiong, "Kita bukan tidak berani membicarakannya,
sekarang Pangeran Jin sedang berusaha membunuh para pendekar
Huai Bei, dan Da Shi Xiong bertugas menangkap marga Yu itu,
semua ini adalah perintah dari pemerintah Jin, ini juga perintah dari
guru dan istri guru, apakah kau tidak takut bila melanggarnya? Kita
jangan banyak bicara lagi, lebih baik jalankan tugas yang sudah
diberikan."
Laki-laki yang berada di depan Fang Zhen Mei berteriak, "Wu Shi
Xiong, kita mendapatkan kabar bahwa marga Yu itu akan keluar dari
markasnya untuk bertemu dengan orang-orang kalangan persilatan,
apakah kabar ini benar?"
Wu Shi Xiong membalikkan kepalanya vintuk menjawab, "Kabar
ini memang benar, karena di antara para prajurit marga Yu itu ada
mata-mata kita, Lao Ba, siapa orang yang berada di belakangmu?"
Ba Shi Xiong terpaku, dia membalikkan kepala untuk melihat,
semua penunggang kuda lainnya ikut melihat, tampak bayangan
putih berkelebat, terasa ada angin yang berhembus dan dia masih
tidak tahu apa yang telah terjadi, dia berbalik lagi untuk
memastikan. Terlihat kuda yang ditunggangi oleh Wu Shi Xiong
sudah ada yang duduk di sana, dia adalah seorang pemuda berbaju
putih!
Xiao Shi Mei membalikkan kepala untuk melihat, ternyata orang
itu adalah 'Fang Zhen Mei.
Dengan terkejut dia berteriak, "Fang Zhen Mei!"
Semua orang melihat ke sekelilingnya, ternyata tempat itu adalah
jalan di mana mereka lewati tadi. Di sebuah pohon yang tidak
berdaun terlihat ada seseorang yang tergantung di sana, orang itu
adalah Wu Shi Xiong, Qing Ling Zi. Dia ditotok dan digantung di
pohon itu, dia tidak bergerak sama sekali.
Ba Shi Xiong, Qing Deng Zi sangat terkejut dan membentak,
"Hai! Siapa yang datang?"
Xiao Shi Mei ikut membentak, dia menotok dengan tangan kiri
dan kanannya, ilmu totoknya disebut totokan Tian Shan.
Tadinya Fang Zhen Mei hanya melewati Xiao Shi Mei dengan
dekat, tapi sekarang dia sudah menghilang.
Ternyata Fang Zhen Mei sudah berada di bawah perut kuda,
kedua kakinya menjepit perut kuda. Kuda langsung berhenti berlari,
terdengar Fang Zhen Mei berkata dengan suara kecil, "Maaf!" Kedua
tangannya menepuk kaki Xiao Shi Mei.
Begitu melihat Fang Zhen Mei menghilang, Xiao Shi Mei sangat
terkejut, kemudian dia merasa kudanya tiba-tiba berhenti, tubuhnya
tidak seimbang, lalu kakinya terasa kaku, dia segera terjatuh dari
kudanya.
Liu Shi Xiong, Qi Shi Xiong, Ba Shi Xiong langsung meraung,
mereka segera mencabut senjata masing-masing. Senjata mereka
yang terdiri, tali besi, trisula, dan tombak. Fang Zhen Mei sadar
bahwa waktu sangat mendesak tapi walau bagaimanapun dia harus
mengatasi orang-orang itu, supaya Jenderal Yu tidak tertangkap.
Dia membentak, "Qing Deng Zi, Qing Feng Zi, Qing Long Zi cepat
kembali!"
Diiringi suara bentakannya, Fang Zhen Mei sudah berada di atas
kuda, baju putihnya berkibar tertiup angin, benar-benar seperti
seorang dewa yang baru turun dari langit, akibat suara bentakan
Fang Zhen Mei, membuat Qing Deng Zi, Qing Feng Zi, dan Qing
Dong Zi seakan terkena sambaran petir, jantung mereka tergetar.
Waktu itu Fang Zhen Mei mulai menyerang!
Cepat! Cepat! Cepat!
Menolong Jenderal Yu harus dilakukan dengan kecepatan tinggi!
Tali besi milik Qing Feng Zi sudah dilempar, Fang Zhen Mei
menangkap tali itu dan ditariknya, dan tiba-tiba saja Fang Zhen Mei
sudah berada di depannya. Dia kaget dan belum sempat berteriak,
Fang Zhen Mei sudah menotok nadinya lalu mendorongnya.
Trisula Qing Long Zi dengan cepat mengarah pada Qing Feng Zi!
Tapi Qing Long Zi menjadi terkejut dan dengan cepat dia menarik
kembali trisulanya, Qing Feng Zi yang saat itu dengan kecepatan
tinggi tiba-tiba saja berubah bayangannya menjadi Fang Zhen Mei,
dan tampak arah lari Qing Feng Zi berubah, dia menabrak Qing
Deng Zi!
Begity melihat yang datang adalah Fang Zhen Mei, saat itu juga
adalah saat dia kehilangan perasaan.
Begitu Qing Deng Zi menyambut Qing Feng Zi, dia baru tahu
kalau mereka berempat sudah ditotok dan roboh!
Dia melihat semua itu dia menarik nafas panjang, dia
membalikkan tubuhnya dan menotok dirinya sendiri.
Dia benar-benar orang pintar, setelah tahu kalau melawan tidak
akan ada gunanya, dia melepaskan diri dengan cara menotok
dirinya sendiri.
Bertemu dengan lawan yang kuat, dia yakin gurunya tidak akan
menyalahkan dia bila menggunakan akal ini.
Fang Zhen Mei memecut kuda. Kuda lari dengan kecepatan
tinggi. Hari hampir siang. Jarak dari sini ke Wu Long Shan masih
harus ditempuh satu jam lagi.
Fang Zhen Mei tidak tahu apakah Jenderal Yu sudah terbunuh
atau berhasil menghindar. Dia hanya bisa berusaha semampunya
untuk menolong Jenderal Yu.
Pertarungan di Xia Guan memang penting tapi keselamatan
Jenderal Yu menyangkut semua rencana dan semangat para
prajurit Song melawan tentara Jin. Fang Zhen Mei berharap
pertarungan di Xia Guan nanti, para pendekar Huai Bei yang
dipimpin oleh Long Zhai Tian bisa bertahan menghadapi semua itu,
karena dia akan segera menyusul ke sana. Dia memacu kudanya
dan berlari dengan sepenuh hati....
0-0-0
Hari hampir siang.
Wajah Long Zhai Tian terlihat suram. Pertama karena dia terluka
parah, dan lukanya belum sembuh. Alasan kedua, karena Wo Shi
Shui dan Shen Tai Gong sejak pagi tiba-tiba menghilang dan sampai
saat ini belum kembali.
Bao Xian Ding dan Xin Wu Er diam-diam mendekat, Bao Xian
Ding sedikit mengeluh, "Hari hampir siang."
Long Zhai Tian mengangguk, "Benar! Sudah hampir menjelang
siang."
"Apakah Kakak mengkhawatirkan sesuatu?" tanya Bao Xian Ding.
Long Zhai Tian tidak menjawab, Xin Wu Er dengan cemas
bertanya, "Mengapa mereka berdua belum juga kembali?"
"Sampai sekarang mereka belum kembali, sepertinya----" Bao
Xian Ding sebukit mengeluh.
"Apakah mereka pergi mencari Pangeran Jin?" tanya Long Zhai
Tian tiba-tiba.
Mereka bertiga tidak bicara lagi.
Akhirnya Xin Wu Er berkata, "Aku yakin sekarang ini Adik Ning
sudah berhasil menemui Jenderal Yu."
Tiba-tiba ada seseorang yang terburu-buru masuk ke dalam
ruangan. Setiap langkah orang itu membuat ruangan menjadi
bergetar. Senjata orang itu, memberi kesan mendalam.
Batu.
Shi Hu (macan batu), Luo Tong Bei. Luo Tong Bei dengan
langkah besar memasuki ruangan, wajahnya terlihat sangat serius,
dahinya masih menetes keringat, dia berkata, "Pangeran Jin dan
ketujuh pengawalnya sudah sampai di panggung itu, para penonton
tampak gelisah, aku takut akan terjadi keributan, harap Pendekar
Long bisa ke sana untuk menentramkan suasana."
Wajah Long Zhai Tian berubah, dia berkata, "Jangan sampai
ditertawakan orang lain, jumlah mereka sedikit kalau sampai terjadi
pengeroyokan akan memalukan bangsa kita, ayo kita pergi ke
sana!"
Sewaktu mereka berempat bergegas ke sana, tiba-tiba Xin Wu Er
berteriak dengan senang, "Mereka sudah kembali!"
Long Zhai Tian melihat ada dua orang yang sedang terburu-buru
masuk, mereka adalah Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui.
Terdengar Shen Tai Gong berkata, "Orang terluka, apakah boleh
ikut pertarungan?" dia bicara sambil terbatuk.
Malah Wo Shi Shui yang menjawab, "Tentu saja boleh, siapa
yang mengatakan tidak boleh? Aku akan bertarung dengannya."
Setelah bicara seperti itu Wo Shi Shui langsung ambruk.
0-0-0
Seekor kuda. Baju putih, alis yang berkerut.
Kuda berlari dengan kencang, baju putih berkibaran, kuda dan
Fang Zhen Mei seakan sudah menyatu, seperti sebuah anak panah,
yang tugasnya di dunia untuk diluncurkan pada saat yang tepat.
Harus cepat sampai, sebelum Qing Yan Zi membunuh Jenderal
Yu, harus melindungi Jenderal Yu!
Harus cepat sampai. Setelah pertarungan di kuil Shan Shen di
Wu Long Shan, harus segera ke kota Xia Guan untuk membantu
pahlawan tua, Long Zhai Tian!
Hanya ada dia sendiri yang membagi-bagi tugas, kalau saja
masih ada dari kantor Biao Feng Yuan dan Qiu Da Guan Dao, Long
Fang Xiao, itu akan lebih baik!
Kuda tiba-tiba terjatuh, nafasnya terengah-engah, kalau dipaksa
berlari dia akan mati, terpaksa Fang Zhen Mei terbang ke atas, baju
putihnya tampak berkibar, dia masih meluncur.
Berlari dengan cepat. Baju putih, alis tebal yang berkerut.
0-0-0
Tadinya tempat itu adalah^ sebuah tanah lapang yang luas, tapi
sekarang sudah tidak terlihat luas, karena sudah dipenuhi dengan
lautan manusia.
Di depan tanah lapang itu, di kiri dan kanan menancap dua buah
panji besar. Yang satu disulam dengan tulisan 'Song' sedangkan
yang satunya lagi disulam dengan tulisan 'Jin'.
Kedua panji ini diterpa angin dan berkibar-kibar.
Rakyat Song sudah berkumpul di sana. Mereka menunjuk-nunjuk
ke arah panggung, panggung masih kosong, di depan panggung
duduklah 7 orang yang mengenakan baju aneh.
Tujuh orang itu katanya adalah mata-mata negara Jin.
Katanya mereka datang untuk membunuh rakyat Song.
Katanya ketujuh orang itu sangat hebat, karena pahlawan
yang melawan bangsa Jin di Huai Bei, yaitu Li Long Da dan Ding
Dong Ting sudah mati di tangan mereka.
Mengingat kembali pada kematian Li Long Da dan Ding Dong
Ting, rakyat yang berkumpul di sana menjadi bergejolak. Kalau ingin
berkelahijumlah kami banyak, apakah kalian menganggap kami
tidak bisa membunuh kalian?
Waktu itu orang-orang sudah mengelilingi mereka, baru saja
mereka akan bertindak, pendekar Huai Bei yang terkenal yaitu Shi
Hu, Luo Tong Bei serta yang lainnya sudah datang dan menghalau
orang-orang itu.
Tapi begitu Luo Tong Bei pergi, seorang laki-laki Mongolia
dengan bahasa Han kasar berteriak, "Ba La Ma Zi, semua orang
persilatan Song pengecut seperti kura-kura, kepalanya dimasukkan
ke dalam batoknya, kapan kepalanya berani keluar?"
Semua orang mendengar ucapan laki-laki Mongolia itu, mereka
merasa terhina, ada yang maju dan berniat menyobek mulutnya.
Berapa banyak orang Song 3rang dihina dan ditindas, berapa
banyak orang Song yang telah dibunuh, berapa banyak perempuan
Song yang telah dilecehkan dan diperkosa
Suasana semakin memanas dan saat itu ahli senjata Huai Bei,
Chen Leng kurang telinga berteriak, "Kalian jangan bergerak,
apakah kalian dengan jumlah banyak ingin mengeroyok yang
jumlahnya sedikit? Itu akan membuat bangsa Jin menertawakan
bangsa Song!" penghinaan boleh dikesampingkan, tapi sopan
santun di bangsa Song tidak boleh ditiadakan.
Mereka berharap Pendekar Long Zhai Tian dan Bao Xian Ding
segera datang. Seperti biasa penduduk Huai Bei yakin Pendekar
Long Zhai Tian bisa mengalahkan semua iblis itu dan mengalahkan
mereka.
Tapi mengapa Pendekar Long Zhai Tian dan teman-temannya
sampai saat ini belum sampai?
Katanya kemarin Pejabat Ning, di jalan panjang telah diserang
oleh tujuh orang itu, untung ada Pendekar Wo dan Shen Tai Gong
yang menolong, tapi mengapa sampai saat ini kedua pendekar
itupun belum muncul?
Apakah Pendekar Long, Tuan Bao, Tuan Ketiga Xin, Pejabat Ning,
Fei Biao Chen Leng, Shi Hu Luo Tong Bei, Biksu Hua Hui, Pendeta
Bu Tong bisa membunuh ketujuh orang gila itu?
Sewaktu mereka sedang menebak-nebak, tiba-tiba terdengar
keributan seperti bunyi petir, semua orang tampakmelambaikan
tangan memberi jalan
Akhirnya pendekar Long dan teman-teman datang. Semua orang
berteriak dengan senang!
0-0-0

BAB 12
Pertempuran di gunung

Wu Long Shan seperti 5 jari dewa, sekalipun ada 10 Sun Wu


Kong tetap sulit keluar dari gunung Wu Zhi (Lima jari).
Gunung Wu Zhi sangat tinggi, begitu tingginya hingga puncaknya
mencapai awan. Kalau berada di puncak hanya tampak awan dan
kabut tebal. Tidak akan tampak di mana puncak Gunung Wu Zhi.
Shan Shen Miao (gunung kuil dewa) terletak di Wu Long Shan,
tepatnya di lembah di antara gunung kedua dan ketiga.
Dari atas bisa tampak gunung itu, di tengahnya bisa tampak
pohon-pohon cemara, di bawah bisa melihat dataran rendah.
Jenderal Yu dengan terpana melihat tanah Song yang begitu indah.
Tanpa terasa matanya sudah berair, apakah tanah airnya yang
begitu indah ini harus diberikan kepada orang-orang Jin?
Jenderal Yu sudah memutuskan kalau pasukannya akan
bergabung dengan para pendekar Huai Bei, mencari cara bagaimana
merebut kembali tanah air mereka, jangan hidup begitu saja tanpa
melakukan apa-apa untuk negara Song!
Tapi mengapa Long Zhai Tian dan kawan-kawan belum
sampai? .
Hari ini Jenderal Yu datang ke Shan Shen Miao karena suatu
perundingan rahasia, karena percaya pada pendekar Huai Bei maka
dia tidak membawa banyak pengawal.
Hanya ada 20 orang pengawal, ada orang kepercayaannya yang
bernama Zhang Zhen Quc dan kepala prajurit, Cha Lu.
Cha Lu melihat pemandangan yang indah dari kejauhan dan
berkata, "Hari sudah siang, mengapa Pendekar Long belum juga
tiba?"
Pertanyaan Cha Lu adalah pertanyaan yang sejak tadi melintas
dalam pikiran Jenderal Yu. Tiba-tiba Jenderal Yu teringat sesuatu,
dengan cepat dia memegang pedangnya, dia sendiripuh tidak tahu
mengapa tiba-tiba saja dia berpikiran seperti itu, kedut di matanya
semakin terasa.
Kata Zhang Zhen Que, "Walaupun Pendekar Long tidak bisa
hadir, dia pasti akan menyuruh seseorang untuk memberitahu
kepada kita."
Tiba-tiba di atas pohon cemara ada yangn menjawab,
"Sayangnya kali ini merupakan pengecualian, kalau dia datang juga
sudah percuma."
Wajah Jenderal Yu berubah, tangan Zhang Zhen Que melambai
dan 3 orang pengawal yang berada di belakang mereka segera
mencabut golok dan mereka naik ke atas pohon cemara.
Tiba-tiba tampak dua sinar berkilauan di tengah-tengah udara,
ketiga pengawal itu berteriak, terdengar golok jatuh berdenting dan
merekapun mati.
Tampak tiga orang dengan waktu yang tidak berbeda jauh turun
dari pohon cemara tua itu.
Yang satu tampak sudah tua, yang satu setengah baya, dan yang
satu lagi masih agak muda. Yang tua membawa pedang, laki-laki
setengah baya itu membawa golok panjang, sedangkan yang muda
membawa golok pendek. Mata mereka melotot melihat Jenderal Yu.
Dengan marah Jenderal Yu berkata, "Siapa di siang bolong
seperti ini berani membunuh?"
Bentakan Jenderal Yu terdengar berwibawa dan gagah, ketiga
orang itu karena mendengar bentakan Jenderal Yu hanya bisa
terpana dan tanpa terasa kaki mereka melangkah mundur. Tiba-tiba
dari arah pohon cemara tua itu turun lagi seseorang. Orang itu
masih sangat muda, mengenakan baju hijau, wajahnya penuh
senyum, di punggungnya terselip sebuah pedang panjang. Dia
tertawa dan berkata, "Jenderal Yu, bentakan Anda tadi biasanya
ditujukan untuk prajurit Anda, dan itu terakhir kalinya Anda bisa
membentak." Kata-katanya baru selesai, kedua tangannya
melayang, puluhah benda berkilau sudah dilepaskan, terdengar
teriakan, empat orang pengawal karena belum siap mati terkena
senjata rahasia!
"Kau----" Jenderal Yu sangat marah.
Terdengar Qing Yan Zi dengan wajah serius berkata, "Bunuh!" 'i
Qing Feng Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Song Zi mengeluarkan
pedang dan golokmereka, mereka maju kedepan untuk membunuh
Jenderal Yu.
Jenderal Yu sangat marah, diapun mencabut pedangnya, ilmu
pedangnya asli dipelajari dari E Mei, dia sudah berlatih selama 21
tahun, jarang ada orang yang bisa menguasai ilmu pedang itu, tapi
Jenderal Yu merupakan pengecualian. Jenderal Yu memiliki ilmu
pedang yang mendalam. Karena ilmu silatnya berasal dari E Mei Pai,
walaupun akan kalah tapi dia masih bisa bertalian dalam ratusan
jurus, apalagi dia selalu turun tangan membunuh musuh-musuhnya
di medan perang. Maka kemampuannya semaian lama semakin
terasah dan semakin hebat.
Baru saja dia mencabut pedangnya setengah, tiba-tiba terdengar
suara CHUI.
Dia tahu pemimpin prajurit yang disayanginya yaitu Cha Lu mulai
mengerakan senjatanya yang berbentuk palu. Tapi dia merasa angin
serangan itu mengarah ke belakangnya!
Begitu dia tersadar, sudah terlambat, walaupun dia sudah
mencabut pedangnya., tapi sudah tidak sempat untuk mengadakan
perlawanan, terpaksa dia meloncat ke pinggir untuk menghindar!
PUSH!
Alat itu menyerempet tulang bahu kanan Jenderal Yu, pedangnya
terlepas dan melayang jatuh.
Seperti naga yang baru keluar dari kandangnya, dia mencabut
senjata yang tertancap di bahunya, "Hua!" darahpun bermuncratan.
Jenderal Yu merasa pusing, langit sepertinya berputar-putar di
atasnya, dia hampir jatuh, dia mencoa berdiri tegak dengan bantuan
sarung pedangnya, nafasnya terengah-engah!
Terdengar Zhang Zhen Que berteriak marah, "Cha Lu, kau
anjing pengkhianat----" dia sudah membacok ke arah Cha Lu.
0-0-0
Begitu Long Zhai Tian dan teman-teman muncul, rakyat Song
yang berkumpul di sana menjadi riuh rendah. Long Zhai Tian
mengangkat kedua tangannya, dan semua orang menjadi terdiam.
Mereka dengan gagah berani berjalan menuju panggung
pertarungan, lalu duduk di depan rombongan Pangeran Jin.
Mengapa hari ini wajah Pendekar Long tampak pucat, apakah
dia sedang sakit?
Pendekar Long, Tuan Bao...masih ada seorang pemuda
berbaju hitam, walaupun darah memenuhi bajunya tapi matanya
tampak sangat bersemangat.... Masih ada satu lagi seorang pak tua
yang selalu memegang dada kirinya, tapi dia masih tampak terus
tertawa.... Ada juga Tuan Xin, Luo Shi Hu.... Mana Pejabat Ning?
Mengapa Pak Ning tidak datang?
Apakah pemuda berbaju hitam yang bajunya penuh dengan
darah itu adalah Wo Shi Shui? Dan pak tua berbaju kuning dan
berdarah itu adalah si Pancing Sakti, Shen Tian Gong? Mereka
terluka oleh siapa? Mereka sudah terluka apakah masih bisa
bertarung?
Long Zhai Tian dan teman-teman duduk di depan rombongan
Pangeran Jin, pembawa acaranya adalah wakil dari Shang Yang
Jian, yang bernama Yi Jian Jiu Huan, Shi Wen Sheng (satu pedang
sembilan cincin).
Pedang yang dimiliki Shi Wen Sheng sangat terkenal di dunia
persilatan., karena pedang itu mewakili kedudukan pedang Sheng
Yang Pai di Huai Bei. Tapi pedangnya tidak sesohor 9 gingin
terbangnya.
Dengan pesilat Zhong Yuan yang menggunakan cincin sebagai
senjatanya tidak sama. Dia mempunyai cincin terbang yang sifatnya
lain, cincinnya penuh dengan hawa membunuh,. karena itulah nama
Yi Jian Jiu Huan nya tidak kalah dengan nama Shi Hu di dunia
persilatan.
Tapi yang membuatnya terkenal bukan karena pedangnya juga
bukan karena cincin terbangnya, ataupun karena ilmu silatnya yang
lain daripada yang lain. Melainkan kedewasaan dan ketenangannya.
Katanya kemampuan membawa acara pertarungan lebih banyak
daripada pengalamannya bertarung, mungkin pengalaman
membawa acara 7 kali lipat lebih hebat dibandingkan dengan
keahliannya mengeluarkan juru s.
Tidak ada orang yang lebih berpengalaman membawa acara
dibandingkan dia. Karena itu ucapan dan caranya membawa acara
selalu dipercaya semua orang.
Maka pertarungan besar yang menggegerkan dunia persilatan
dan menggoncangkan dunia persilatan Huai Bei secara otomatis
dibawakan olehnya.
Tampak Shi Wen Sheng mengenakan baju putih longgar, lengan
bajunya juga tampak longgar, tangannya dililit oleh cincin berwarna
emas. Di belakang terselip pedang panjang, dia berkata dengan
suara lantang,
"Hari ini negara kita diundang oleh negara Jin untuk menentukan
pertarungan menang atau kalah dalam ilmu silat, karena ini adalah
pertarungan kalangan persilatan, maka siapa yang hidup atau siapa
yang mati tidak akan bisa dihindari, tidak boleh ada yang
melaporkannya kepada pemerintah. Semua kemampuan boleh
dikeluarkan, tidak boleh main keroyok atau menyerang secara diam-
diam dari belakang. Pada saat lawan mengaku kalah tidak boleh
membunuhnya, kalau melanggar akan ada hukumannya!" kemudian
dia melihat ke sekeliling dan bertanya, "Apakah kalian dari kedua
belah pihak, masih ada yang ingin dikatakan?"
Tampak Pangeran Jin mengangguk, Xia Hou Lie segera
mendekat, Pangeran Jin berbisik beberapa kalimat kepadanya, Xia
Hou Lie dengan suara lantang segera berkata, "Kami hanya
bertujuh, maka pertarungan hanya berlangsung tujuh kali untuk
menentukan siapa yang kalah dan siapa yang menang."
Setelah Xia Hou Lie selesai berkata, suaranya tertutup oleh
teriakan riuh rendah penonton.
Shi Wen Sheng berpilar sebentar, lalu dia melihat ke pihak Long
Zhai Tian, tampak Long Zhai Tian mengangguk pelan.
Kata Bao Xian Ding, "Lawan adalah tamu, kami juga tidak
berharap pertaruiigan ini akan berkepanjangan. Kami tidak ada
pendapat lain lagi."
Segera Shi Wen Sheng naik ke atas panggung dan berkata
dengan suara besar, "Kalau kedua belah pihak sudah setuju bahwa
pertarungan berlangsung 7 kali untuk menentukan pemenangnya,
kalau salah satu pihak sudah menang 4 kali, maka dialah yang akan
menjadi pemenangnya, jadi pertarungan tidak perlu dilanjutkan
lagi." Setelah berkata seperti itu dia melambaikan tangannya dan
mundur ke sisi panggung sejauh 5-6 meter.
Di depan panggung tampak ada genderang. Ada empat orang
yang sedang memukul genderang itu dengan sekuat tenaga,
membuat jantung seakan bisa melompat keluar dari mulut.
TANG, TANG, TANG, TANG-! TONG, TONG, TONG, TONG!
TANG TONG, TANG TONG, TANG TONG, TANG TONG----!
Suara genderang semakin cepat, jantungpun berdetak semajin
kencang dan melompat-lompat, nafaspun semakin menderu.
Tiba-tiba suara genderang berhenti, Shi Wen Sheng berkata lagi
dengan suara besar, "Pertarungan di mulai. Babak
pertama!"
0-0-0
Darah muncrat, Jenderal Yu bersandar ke sebuah pohon, Zhang
Zhen Que dengan marah membacokkan goloknya ke arah Cha Lu.
Tangan kanan Cha Lu memegang gelang, tangan kirinya
menahan bacokan Zhang Zhen Que dengan alat seperti palu.
Terdengar suara TING, tampak percikan api.
Zhang Zhen Que bertingkah seperti orang gila, dia terus
membacok ke arah Cha Lu.
Dari 20 orang pengawal 7 di antaranya sudah mati, 4 orang
pengawal dengan cepat berlari ke arah Jenderal Yu, dua orang
memapahnya sedangkan dua orang lagi melindungi dari belakang.
Mereka berharap bisa mencari jalan untuk melindungi Jenderal Yu
dan melarikan diri dari sana.
Sedangkan pengawal yang lain sudah mencabut pedang untuk
bertarung dengan Qing Feng Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Song Zi.
Mereka tidak ada yang berniat mundur!
Sembilan pengawal terbagi menjadi 3 kelompok untuk bertarung
dengan Qing Feng Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Song Zi. Tiba-tiba di
tengah-tengah udara ada yang tertawa, tampak Qing Yan Zi turun
dari atas. Pengawal yang berada di belakang Jenderal Yu terkejut,
yang satu menyerang ke arah kepala Qing Yan Zi sedangkan yang
satu lagi menyerang ke arah kakinya.
Terdengar Qing Yan Zi tertawa dan berkata, "Pengawal Jenderal
Yu hanya berilmu rendah, jangan membohongiku." Baru saja dia
selesai bicara, terdengar dua kali suara CING, CING.
Kedua pengawal itu jatuh terlentang, di leher mereka sudah
berlubang kecil.
Pengawal yang sudah dilatih oleh Yu Yun Wen bila dibandingkan
degan prajurit-prajurit Song biasa sangat berbeda. Mereka sangat
berani dan memiliki ilmu silat tinggi dah selain itu mereka sangat
setia serta berpengalaman. Pada saat prajurit Jin yang keras dan
jahat bertemu dengan mereka, prajurit Jin itu pasti akan mundur 3
langkah.
Tapi baru saja kedua pengawal itu mencabut pedang dan
menyerang Qing Yan Zi, mereka sudah terbunuh. Dua orang
pengawal yang memapah Jenderal Yu saling pandang, pengawal
yang berada di sisi kiri sudah membacok ke arah Qing Yan Zi.
Qing Yan Zi hanya tertawa dingin, goloknya didatarkan.
Pengawal itu terbawa oleh goloknya dan terpelanting. Qing Yan
Zi meloncat ke depan Jenderal Yu Yun Wen dan berkata, "Akuilah
kekalahanmu!" Dia sudah membacok ke arah Jenderal Yu.
Pengawal yang memapah Jenderal Yu dengan sekuat tenaga
menahan bacokan itu. TING.
Timbul percikan api, pengawal itu masih bisa bertahan dari
serangan pedang Qing Yan Zi.
Waktu itu Qing Yan Zi merasa di belakang punggungnya seperti
ada angin kencang, dia menghindar ke sisi, tapi tangannya sudah
tergores dan darah mengalir. Ternyata pengawal yang terpelanting
tadi begitu terjatuh dengan pelan dia kembali menghampiri Qing
Yan Zi. Hampir saja Qing Yan Zi terluka berat di bawah goloknya!
Qing Yan Zi adalah orang yang sangat sombong, dia selalu
memandang enteng orang-orang, tidak disangka dia terluka oleh
seorang pengawal yang tidak ternama. Karena itu dia merasa
sangat marah dan diapun mengejar pengawal itu untuk
membunuhnya.
Pengawal itu belum berdiri dengan benar dia sudah ditusuk
dengan banyak lubang, dia mati seketika.
Tiba-tiba Qing Yan Zi membalikkan tubuh. Pedangnya
dikeluarkan dan menyinari wajahnya yang seram. Selangkah demi
selangkah dia mendekati Jenderal Yu yang sudah terluka dan
sedang dipapah oleh pengawalnya.
Pengawal itu memapah Jenderal Yu dan mundur beberapa
langkah. Akhirnya dia melepaskan Jenderal Yu dan maju sambil
berteriak, "Jenderal, hamba pergi dulu!"
Goloknya terus membacok ke arah Qing YanZi!
Qing Yan Zi tertawa dingin dan menahan bacokan dari golok itu,
dia membalikkan pedangnya dan menusuk. Kilauan pedang
menutupi kilauan golok. Begitu pedang akan menusuk tenggorokan
pengawal itu, tiba-tiba terdengar derap langkah kuda, seseorang
dari jarak puluhan meter berteriak seperti guntur,
"Berhenti!"
Suara derap kuda dan suara orang itu tiba, dan segera tampak
cahaya pedang, terdengar suara TING, dia menahan pedang
panjang Qing Yan Zi dan kuda itu terus berlari menabrak ke arah
Qing Song Zi.
Sebenarnya Qing Feng Zi^ Qing Ye Zi, dan Qing Song Zi bila
ingin mengakhiri serangan kesembilan pengawal itu sangat
sederhana, tapi pengawal itu sangat setia dan dengan cara apapun
mereka berusaha untuk melindungi tuannya karena itu mereka
bersusah payah melawan dan pertarungan sampai sekarang belum
berakhir.
Kuda berlari dengan kencang dan tidak bisa berhenti, Qing Song
Zi terpaku, tiba-tiba dia membuka kedua kakinya, dia meloncat ke
atas dengan maksud ingin melewati kuda yang sedang berlari
dengan kencang.
Begitu dia meloncat ke atas, 3 pasang mata pengawal yang
tampak merah, yang satu ikut meloncat dan menusuk dada Qing
Song Zi, sedangkan dua orang lainnya dari arah kiri dan kanan
membacok kaki Qing Song Zi yang terbuka!
Hati Qing Song Zi tergetar tapi walaupun berada dalam bahaya
dia masih bisa dengan tenang menahan serangan yang dilancarkan
ke dadanya, kemudian dia menarik kedua kakinya, dengan cepat dia
dia mendarat dan tepat jatuh di punggung kuda yang sedang berlari
dengan kencang ke arahnya!
Dia sama sekali tidak menyangka begitu kuda itu tahu ada beban
yang menindih tubuhnya malah membuat kuda itu terkejut, dan
kuda itu berlari lebih kencang menuju jurang.
Karena punggung Cjing Song Zi menghadap kepala kuda, dia
sama sekali tidak tahu, begitu merasa badannya turun, dia merasa
sangat terkejut, dia ingin meloncat naik, tapi seorang pengawal
sudah tiba di depannya, golok diarahkan ke perutnya. Teriakan
menyayat karena sakit bergema di gunung itu. Pedang Qing Song Zi
juga menusuk dada pengawal itu lalu mereka bersama-sama masuk
ke dalam jurang.
Walaupun tempat itu bukan puncak gunung tapi jatuh ke jurang
yang dalamnya ratusan meter, meskipun tubuh tidak hancur tapi dia
juga tidak akan bertahan hidup.
Qing Song Zi mati tanpa tahu alasannya, kedua pengawal lainnya
segera membantu temannya menyerang Qing Ye Zi dan Qing Feng
Zi.
Empat lawan satu, pertarungan masih terus berlanjut.
Qing Yan Zi menahan tusukan pedang yang diarahkan
kepadanya.
Dia merasa pedang lawannya mengeluarkan cahaya dingin, dia
sadar bahwa lawan kuat telah datang. Hatinya bergetar, dan
menarik pedangnya, diapun membentak, "Siapakah Tuan?"
Orang itu menarik pedangnya dengan suara besar dia menjawab,
"Kepala penjaga kota Xia Guan, Ning Zhi Qiu!"
0-0-0
Dengan suara lantang Shi Wen Sheng berteriak, "Pertarungan
dimulai, siapa yang hidup atau mati jangan saling menyalahkan.
Babak pertama----sebagai pihak tamu, silakan naik dulu ke atas
panggung."
Menurut aturan dunia persilatan, babak pertama harus dimulai
dari pihak tamu, yaitu pihak pertama yang mengajak bertarung,
setelah itu disusul oleh pihak tuan rumah.
Wajah Pangeran Jin tampak datar, sudut mulut Wan Yan Zhu
bergerak, tampak dari kiri dan kanan ada yang berjalan dengan
langkah besar. Panggung yang tingginya beberapa meter dinaiki
dengan cepat. Mereka tidak lain adalah kakak beradik orang
Mongolia, Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge.
Penonton yang berada di bawah panggung melihat kedua laki-
laki berotot dan bertenaga besar. Mereka sangat terkejut, dari pihak
Song yang terdiri dari pesilat tangguh, siapa yang akan
mengalahkan mereka?
Tiba-tiba Bao Xian Ding berdiri dan berkata, "Pembawa acara Shi,
ada hal yang ingin kutanyakan!"
"Ada ada? Cepat katakan saja," jawab Shi Wen Sheng.
"Pertandingan ini menggunakan peraturan 7 babak untuk
menentukan pemenangnya. Sekarang mereka berdua naik bersama-
sama, itu dihitung satu atau dua babak?"
Penonton segera ikut protes.
Si kumis tikus, Xi Wu Hou bereaksi, dia tertawa sinis dan berkata,
"Apakah ada perjanjian mengenai peraturan pertandingan bahwa
satu babak hanya boleh satu orang yang maju? Dua bersaudara ini
bersama-sama keluar dalam satu babak, karena selama ini mereka
tidak pernah terpisahkan. Tentunya ini harus dihitung satu babak,
kalian tidak boleh berpihak pada kantor Biao Huai Yang atau orang
Huai Bei Shi Jia-"
Di bawah panggung memang ada orang kantor Biao Huai Yang
dan Huai Bei Shi Jia. Mereka datang dan berharap Pendekar Long
beserta teman-teman bisa membasmi orangorang jahat itu dan
membantu mereka melepaskan beban di hati mereka.
Kata-kata Xi Wu Hou tadi membuat mereka marah, tapi dua
bersaudara Mongolia itu tidak berkata apa-apa.
Xi Wu Hou melihat ke arah penonton yang tidak bersuara,
dengan tertawa senang dia berkata, "Memang benar pertarungan di
atas panggung hanya ditentukan dengan 7 babak. Tapi tidak ada
aturan bahwa dalam satu babak hanya boleh bertarung satu orang,
satu orang boleh bertarung dalam beberapa babak bukan?"
Shi Wen Sheng tidak bisa menjawab, dia hanya mengangguk,
wajah Long Zhai Tian tampak berubah, dan berkata, "Cara mereka
sangat licik, kita sudah salah perhitungan."
Diam-diam Bao Xian Ding berkata, "Kalau begitu pesilat tangguh
Jin Zhen Ying boleh terus bertarung, posisi kita sangat berbahaya."
Xin Wu Er bertanya, "Kalau dalam 7 babak pertarungan ini seri,
bagaimana cara menentukannya?"
Luo Wen Tong yang berada di bawah panggung sambil tertawa
berkata, "Sekarang pihak Jin meletakkan dua bersaudara Mongolia
itu untuk mencari tahu keadaan pihak Song, kalau pihak kita
mengeluarkan orang kuat, mereka pasti akan menghabiskan
kekuatan kita dulu, kalau kita mengeluarkah yang lemah kita akan
habis dalam babak ini."
Tampak dua bersaudara Mongolia itu meraung di atas panggung,
dengan bahasa yang tidak lancar mereka berkata, "Kalian
orang-orang Song semuanya pengecut, apakah tidak ada yang
berani naik?"
"Kalau kalian takut, cepat kencing dan buang air besar, kemudian
memanggil kami kakek!"
Penonton yang berada di bawah panggung mulai tampak marah,
ada sebagian yang berniat naik panggung, mereka berteriak,
"Penggal mereka!"
"Dua orang Da Da Er itu (da da=jaman diuu, Negara Song
memanggil suku bangsa yang ada di utara, er=orang) seperti orang
gila!"
"Kurang ajar, suruh mereka turun!"
Alis Long Zhai Tian tampak berkerut, baru saja dia ingin
menyuruh Xin Wu Er naik ke atas panggung, supaya tidak perlu
jatuh korban, tiba-tiba terdengar ada suara tawa dan berkata, "Kami
dua orang biksu dan pendeta juga bersaudara, di dunia persilatan
kami dipanggil Chang Qing Chang Le, tidak bisa dipisahkan, biarkan
kami yang menemui dua orang kakak yang ekornya ada di kepala."
Yang satu lagi dengan suara lembut menjawab, "Babak pertama
ada biksu dan pendeta dari negara Song yang akan bertarung
dengan dua orang anjing Da Da."
Long Zhai Tian tampak sangat senang, dia membalikkan kepala
melihat dua orang, yang mengenakan baju panjang berwarna abu
seorang adalah pendeta, sedang yang mengenakan baju biru adalah
seorang biksu, baju mereka banyak tambalan dan tampak sangat
kotor. Mereka tampak menguap. Yang membuat aneh adalah sikap
mereka yang memelas dan masa bodoh. Di pinggang mereka
terselip sebuah pedang panjang kuno, lurus, ramping, dan
mengkilat!
Shao Hua Shan, Chang Qing Jian, Pendeta Bu Tong.
Shao Shi Shan, Chang Le Jian, Biksu Hua Hui.
Orang persilatan selalu mengatakan, "Dua pedang Qing Le.
begitu pedang lewat membuat hati terasa dingin."
0-0-0
Qing Yan Zi berteriak, "Long Jin Jian?"
"Aku tidak berani berkata seperti itu," jawab Ning Zhi Qiu.
Akhirnya Jenderal Yu bisa tertawa dan berkata, "Akhirnya kalian
datang juga."
Dengan malu Ning Zhi Qiu berkata, "Hamba datang terlambat.
Membuat Jenderal terkejut, aku pantas mati!"
"Jangan bicara seperti itu!" kata Jenderal Yu.
Dengan dingin Qing Yan Zi berkata, "Jika kalian mengobrol di
sini, harus ijin dulu kepada temanku."
"Siapa?" Ning Zhi Qiu membalikkan tubuh, dengan serius
bertanya.
"Pedangku!" jawab QingYan Zi.
Kata-katanya baru selesai, pedang itu sudah ditusukkan, sangat
cepat seperti kilat.
Ning Zhi Qiu membentak, "Cepat mundur!"
Pengawal Jenderal Yu masih terpaku, Ning Zhi Qiu langsung
menahan pedang panjang QingYanZi.
Dengari cepat pedang Qing Yan Zi menepis kelima jari Ning Zhi
Qiu yang memegang pedang!
Pedang Ning Zhi Qiu ditegakkan, ujung pedang Qing Yan Zi
menusuk ke pedang Ning Zhi Qiu!
Pedang Qing Yan Zi belum sempat ditarik, pedang Ning Zhi Qiu
sudah dibalikkan dan menekan pedang panjang CjingYan Zi.
Wajah Qing Yan Zi tampak berubah, dia terus menusukkan
pedangnya ke tubuh Ning Zhi Qiu.
Mata Ning Zhi Qiu tampak melotot, dia memainkan pedangnya
dan terus melakukan perubahan.
Qing Yan Zi dengan cepat mundur sejauh 10 kaki, rambutnya
tampak beterbangan. Baju bagian depan Ning Zhi Qiu sudah
tergores hingga sobek.
Dengan cepat Ning Zhi Qiu membentak, "Cepat lindungi Jenderal,
bawa Jenderal mundur!"
Dua orang pesilat pedang itu terus bertarung, teknik mereka
hampir sama, mereka ingin segera mengalahkan lawannya.
Pertarungan itu membuat Jenderal Yu dan pengawalnya terpaku.
Begitu mendengar bentakan Ning Zhi Qiu, pengawal Jenderal Yu
baru tersadar dan memapah Jenderal mundur dari sana.
Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi masih bertarung dengan seru di
sana!
Delapan orang pengawal dengan cepat terus membacok, tapi
Qing Ye Zi bisa menghindar. Awalnya kedelapan orang itu
mengandalkan jumlah mereka yang banyak supaya bisa bertahan,
tapi terakhir mereka dipaksa oleh pedang Qing Feng Zi dan Qing Ye
Zi hingga mereka tidak bisa bernafas.
Karena Qing Song Zi sudah tewas tampak ilmu golok Qing Feng
Zi bertambah ganas. Begitu Qing Yan Zi dihadang oleh Ning Zhi Qiu,
Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi menyerang dengan sekuat tenaga.
Mereka berdua saling memandang, tiba-tiba Qing Feng Zi
mengeluarkan jurus golok andalannya!
Golok bergerak secepat kilat, seorang pengawal tampak tertusuk
di bagian dadanya.
Karena pengawal itu mundur dia menabrak pengawal lainnya.
Golok yang menusuk dada, lalu menembus ke perut pengawal
kedua, dia berteriak kesakitan. Tenaga yang terpusat ke golok yang
sudah terangkat menjadi hilang kekuatannya.
Qing Feng Zi mengambil golok pengawal itu dan membalikkan
tubuh untuk menusuk. Kemudian tangan kirinya mencabut golok itu
keluar dari dada si pengawal. Golok itu sudah membuat dua nyawa
sekaligus melayang.
Masih tersisa empat orang pengawal. Sepasang golok Qing Feng
Zi berputar, dia menerima serangan 4 golok. Qing Ye Zi bersiul, dia
berteriak, "Er Shi Xiong, kau atasi sendiri di sini."
Kemudian dia meloncat dari sana.
Pengawal dengan cepat mendapatkan seekor kuda, dia
membantu Jenderal Yu supaya bisa naik ke atas kuda, baru saja
kuda. akan berlari, tiba-tiba ada sinar golok menyambar,
ternyata kepala kuda itu sudah
0-0-0

BAB 13
Biksu Hua Hui yang lain

Dengan wajah serius Shi Wen Sheng berkata, "Dari pihak Song
dan pihak Jin akan bertarung. Babak pertama---- Dua orang
Mongolia itu akan bertarung dengan Biksu Hua Hui dari Shao Shi
Shan dan Pendeta Bu Tong dari Shao Hua Shan!"
Terlihat mereka dengan santai berjalan ke depan panggung,
biksu itu bertanya, "Hei, Pendeta Tua, dengan cara bagaimana kita
naik panggung ini?"
Pendeta Bu Tong menjawab, "Keledai Botak, kita jangan seperti 2
ekor anjing Mongolia itu, seperti kura-kura yang merangkak naik ke
atas!"
"Itu sudah pasti!" jawab Biksu Hua Hui.
Percakapan antara Pendeta Bu Tong dan Biksu Hua Hui membuat
semua orang yang mendengar tertawa. Orang-orang yang
menonton memang sudah benci sekali kepada kedua laki-laki
Mongolia itu. Mendengar sindiran Biksu Hua Hui, membuat
penonton di sana menjadi bersorak bersemangat.
Kedua orang Mongolia yang berada di atas panggung sangat
marah, mereka berteriak, "Kalau kalian berani, naiklah! Aku akan
gencet kalian sampai gepeng...."
Biksu Hua Hui tertawa dan berkata, "Kita memang akan naik
untuk bermain-main dengari anjing kecil, tapi bagaimana cara
naiknya ya?"
Pendeta Bu Tong pun tertawa, "Benar, panggung pertarungan ini
begitu tinggi, kami tidak bisa naik, apakah lebih baik kalian turun
dulu dan menggendong kami naik?"
Kedua bersaudara itu segera hendak turun, tapi Shi Wen Sheng
dengan cepat berkata, "Siapapun yang turun, berarti dia kalah!"
Pendeta Bu Tong tertawa, "Tampaknya mereka mau turun
dengan suka rela, bukan karena paksaan, tentu saja mereka bukan
kalah dengan memalukan!"
Shi Wen Sheng tampak marah, wajahnya dilipat, dia tidak mau
bicara lagi.
Kedua laki-laki Mongolia itu dengan cepat turun ke bawah
panggung, kedua tangan mereka siap untuk menangkap Pendeta Bu
Tong dan Biksu Hua Hui. Para penonton menjadi histeris, tampak
bayangan berkelebat. Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Teng sudah
berada di atas panggung. Mereka duduk bersila dan saling
berhadapan. Yang satu terdengar bersin sedangkan yang lainnya
menguap.
"Mana dua ekor anjing kecil itu?" "Karena kita naik, mereka
ketakutan dan turun dari panggung."jawab biksu Hua Hui
Semua penonton tertawa senang, tapi Wan Yan Zhu dan yang
lainnya tampak sangat marah.
Kedua bersaudara Mongolia marah-marah di bawah panggung,
segera mereka memanjat naik kembali keatas panggung.
Begitu mereka berada di atas panggung, kepalanya bersimbah
keringat, tapi mereka tidak melihat ada seorangpun di sana, Hu
Shang Ke marah-marah, sambil berkata-kata dengan bahasa yang
tidak dimengerti oleh penonton.
Hu Shang Ge menunjuk Biksu Hua Hui yang terlihat sedang
terkantuk-kantuk dibawah panggung lagi, diapun marah dan berkata
dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh penonton.
Biksu Hua Hui meraba-raba kepala botaknya dan bertanya,
"Mereka sedang bicara apa sih?"
Pendeta Bu Tong mengelus' janggutnya dan menjawab, "Yang
kepalanya agak gepeng mengatakan kalau dia ingin buang kotoran
di pispot sedangkan yang kepalanya agak lancip mengatakan kalau
dia ingin menangkap burung gagak."
Semua penonton tertawa terbahak-bahak, dua bersaudara
Mongolia itu turun lagi dari panggung.
Pada saat mereka sudah turun dari panggung, Biksu Hua Hui dan
Pendeta Bu Tong ternyata sudah berada di atas panggung lagi.
Dua bersaudara Mongolia itu karena marah, sifat ganas mereka
mulai muncul, mereka segera merangkak naik lagi ke atas
panggung. t
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sudah berada di bawah
panggung.
Penonton tertawa terpingkal-pingkal, pandangan galak orang-
orang Jin mulai terkikis hilang.
Dua bersaudara Mongolia itu sambil marah-marah mereka
mengejar Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong ke bawah lagi,
keringat sudah membasahi seluruh tubuh mereka.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong naik lagi ke atas panggung.
Karena terus melakukan hal seperti itu, memanjat lalu turun dan
memanjat, lalu turun lagi, nafas kedua Mongolia itu terdengar mulai
terengah-engah, mereka terlihat kelelahan.
Biksu ? Hua Hui dan Pendeta Bu Tong duduk di depan panggung,
mereka sedang mengobrol sambil tertawa-tawa.
Kedua-tangan Hu Shang Ke memegang sisi panggung dan
berteriak, "Jangan pergi----"
Pendeta Bu Tong tertawa dan berteriak, "Jangan takut, ayah
tidak akan pergi."
Hu Shang Ge dengan kekuatan tangannya menopang tubuhnya
supaya bisa berdiri dan berteriak dengan sekuat tenaga, "Aku akan
membunuhmu!"
Biksu Hua Hui tertawa, "Silahkan!" Dengan bersusah payah
kedua Mongolia itu memanjat lagi ke atas panggung, nafas mereka
sudah terengah-engah, kali ini Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong
tidak turun lagi dari panggung. Dengan pandangan masa bodoh
mereka melihat kedua orang Mongolia itu.
Setelah berhasil naik ke atas panggung, Hu Shang Ke dan Hu
Shang Ge dengan cepat berlari mendekati Biksu Hua Hui dan
Pendeta Bu Tong.
Tiba-tiba tangan kiri Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong dibuka,
pedang sudah berada di tangan, pedang itu ditusukan secepat kilat,
kemudian tampak sudah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.
Pada saat mereka mengeluarkan pedang seperti awan yang sedang
bergerak dan air yang sedang mengalir. Wajah dan gerakan mereka
sudah tidak terlihat memelas, melainkan sangat serius dan anggun.
Semangat mereka tampak jelas saat itu. Jiwa juang mereka timbul
dan membuat mereka tampak berarti.
Begitu pedang ditarik kembali, pundak kanan kedua laki-laki
Mongolia itu tampak sudah keluar darah.
Penonton berteriak, kedua bersaudara itu meraung karena kaget
dan kesakitan.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong kembali lagi pada sikap
mereka seperti biasa masa bodoh.
Biksu Hua Hui berkata, "Kita tidak membunuh mereka, karena
mereka hanya diperalat orang."
Kata Pendeta Bu Tong, "Tapi mereka pernah membunuh, maka
tangan kananlah yang harus dilumpuhkan."
Penonton bersorak riuh rendah, dua bersaudara Mongolia itu
berteriak, begitu turun dari panggung mereka segera berlari ke
tempat Pangeran Jin.
Shi Wen Sheng berteriak dengan lantang, "Setelah pihak Song
dan pihak Jin bertarung di atas panggung. Pada babak pertama,
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong berhasil mengalahkan Hu
Shang Ke dan Hu Shang Ge."
Penonton berteriak, wajah Long Zhai Tian mulai tampak bisa
tersenyum.
Dengari terburu-buru kedua bersaudara Mongolia itu berlari ke
tempat Pangeran Jin, dengan bahasa mereka yang sukar dimengerti
mereka terus marah-marah. Pangeran Jin hanya diam, dia melihat
ke arah Xia Hou Lie.
Xia Hou Lie segera berdiri kemudian dia menjulurkan kedua
telapak tangannya dan mendorong.
Karena kedua bersaudara monggol ini tidak siap mereka terkena
pukulan itu dan melayang jauh. Punggung mereka menancap di
tiang panggung, kemudian kelima indra mereka terlihat
mengeluarkan darah.
Tangan Ge La Tu tampak melambai, ada dua titik merah terbang
keluar dan mengenai dahi di antara kedua alis, dua bersaudara Hu
Shang berteriak, darah mengalir dengan deras, mereka pun
langsung mati.
Melihat perlakuan yang begitu kejam, semua penonton menj adi
terdiam.
"Di negara Jin tidak ada pesilat yang berbuat begitu memalukan,"
kata Pangeran Jin dengan santai.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sangat marah, yang satu
menunjuk Xia Hou Lie yang satu menunjuk Pangeran Jin dan
berkata, "Baiklah, nanti aku akan bertarung denganmu, pesilat yang
dikatakan hebat dari negara Jin."
Terdengar Shi Wen Sheng berkata, "Kalian berdua sudah
menang, harap turun dulu dari panggung. Kali ini pihak Song akan
menampilkan wakilnya naik ke atas panggung."
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong tidak berani melanggar
peraturan pertarungan, mereka segera turun.
Terdengar Shi Wen Sheng berkata lagi, "Pertarungan antara
kedua bangsa, yaitu bangsa Song dan bangsa Jin pada babak kedua
akan dimulai"
0-0-0
Qing Ye Zi sudah membacok, Jenderal Yu sudah tidak
mempunyai tenaga untuk melawan, pada situasi yang menegangkan
ini, dari samping ada golok yang menahan serangan itu, ternyata
pengawal yang memapah Jenderal Yu berhasil menahan serangan
Qnig Ye Zi.
Qing Ye Zi tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kau
mengantarkan kematianmu, aku akan memenuhi keinginanmu!"
Setelah berkata begitu dia membacok, pengawal itu berturut-
turut menahan 7 kali bacokan Qing Ye Zi, hingga tangannya terasa
sakit, kemudian Qing Ye Zi menendang golok yang dipegang oleh
pengawal itu, golok itu langsung terlempar. Qing Ye Zi membalikkan
tubuhnya dan menebas pengawal itu.
Kelihatannya tubuh dan kepala pengawal itu segera akan
terpotong, saat itu tiba-tiba Qing Ye Zi merasa di belakang tubuhnya
ada angin senjata tajam yang menerjangnya dengan cepat, Qing Ye
Zi tidak sempat menhindar dan tampaknya akan terluka karena
angin tajam itu.
Tapi aingin tajam yang tadinya bergerak dengan cepat sampai di
tengah jalan tenaganya terasa berkurang dan malah melambat.
Qing Ye Zi segera merendahkan kepalanya, hingga hanya
rambutnya saja terkena angin tajam dari golok itu dan rambutnya
terpotong lumayan banyak.
Qing Ye Zi dengan marah membalikkan badan, tampak Jenderal
Yu berdiri miring, setelah menyerang dengan golok, tenaganya
terkuras habis, tangan kirinya memegang golok untuk menahan
beban tubuhnya supaya bisa berdiri tegak.
Ternyata pada saat Jenderal Yu melihat pengawalnya akan
terbunuh, dia memungut golok pengawalnya yang sudah mati lalu
dia membacok ke arah Qing Ye Zi, sayang, karena tenaganya
kurang dia tidak berhasil melukai CjingYeZi.
Karena hampir terbacok dan mati, Qing Ye Zi benar-benar sangat
marah dan berkata, "Baiklah! Rupanya kau sudah tidak sabar ingin
segera bertemu dengan dewakematian."
Qing Ye Zi segera membacok ke arah Jenderal Yu.
Jenderal Yu berusaha menahan serangan Qing Ye Zi dengan
mengangkat goloknya, tapi kali ini golok Jenderal Yu malah
terpelanting jauh.
Qing Ye Zi membalikkan goloknya dan mulai membacok lagi, di
belakangnya ada yang memeluknya dengan erat, terdengar
pengawal itu berteriak, "Jenderal, cepat lari dari sini! Jangan
pedulikan diriku!"
Jenderal Yu dengan marah menjawab, "Mau mati, mari kita mati
bersama, paling-paling jumlahnya lebih satu kepala."
Dia mengumpulkan tenaga dan memukul dengan kepalan
tangannya.
Segera Qing Ye Zi dipeluk dengan erat dari belakang oleh
pengawal itu, dia merasa kaget, dia membalikkan golok, dan
menusuk perut pengawal itu hingga darah mengucur deras. Baru
saja Qing Ye Zi akan mencabut goloknya, kepalan tangan Jenderal
Yu berhasil memukulnya, tenaga yang dikeluarkan sangat besar,
Qing Ye Zi terpaku, terdengar suara BUG, dia terkena kepalan itu
dan mundur 7-8 langkah, Darahpun terlihat mengalir dari mulutnya.
Tapi sayang, setelah Jenderal Yu melancarkan pukulan itu, dia
benar-benar tidak bertenaga lagi. Diapun tidak bisa mengejar, kalau
tidak Qing Ye Zi tidak akan bisa bertahan lagi terhadap serangan
Jenderal Yu. Ilmu silat Jenderal Yu sudah terlatih sejak kecil,
ditambah dengan pengalamannya di medan tempur, semua
pengalamannya bukan didapat dari guru terkenal, cara-cara yang
dipakaipun berbeda dengan orang dunia persilatan biasa. Maka
pada saat Jenderal Yu mengeluarkan kepalannya untuk memukul,
dia bisa secara tiba-tiba melukai Qing Ye Zi. Tapi dia tidak berlatih
ilmu tenaga dalam, jadi pada saat dia mengeluarkan tenaganya,
tidak ada tenaga tersisa untuk kembali memukul!
Qing Ye Zi sangat 'i marah, dia membersihkan darah yang
mengotori bajunya, tampak tangannya berlumuran darah.
Dia membentak, goloknya mulai digerakkan lagi, dia melancarkan
9 jurus serangan dengan 14 bacokan.
Kali ini Jenderal Yu satu juruspun tidak dapat menyambutnya.
Waktu itu ada seseorang yang berlari mendatangi, dia membawa
golok. Terdengar suara TANG, goloknya dan golok Qing Ye Zi
beradu.
Begitu dua senjata beradu, tubuh Qing Ye Zi bergoyang, dan
orang itu juga mundur beberapa langkah, dia meraung. Ternyata
orang itu adalah Zhang Zhen Que.
Ternyata Zhang Zhen Que telah menyerang Cha Lu dengan
sekuat tenaga, mereka berdua adalah prajurit yang sering
berperang di medan perang, mereka selalu diajari teknik bertempur
oleh Jenderal Yu, maka tenaga mereka sangat besar. Kemampuan
ilmu silat merekapun hampir sama, yang satu menggunakan golok,
sedangkan yang satu lagi bersenjatakan palu besi, selama
bertanding mereka sama kuat.
Hanya karena Zhang Zhen Que melihat Jenderal Yu berada dalam
keadaaan bahaya, matanya menjadi merah dan dengan sekuat
tenaga dia menahan serangan Cha Lu, setelah itu dia berlari dengan
kencang menahan bacokan CjingYeZi.
Dua senjata beradu, Zhang Zhen Que menggunakan tenaga luar,
sedangkan Qing Ye Zi menggunakan tenaga dalam. Maka Zhang
Zhen Que digetarkan hingga mundur beberapa langkah.
Karena mundur terus punggungnya terkena serangan senjata
berbentuk palu yang datang dari arah belakang.
PUSH.
Senjata itu menancap di punggungnya, Zhang Zhen Que
berteriak dengan suara yang menggetarkan hati setiap orang yang
mendengarnya. Zhang Zhen Que langsung mati, hal ini membuat
Jenderal Yu marah, dia meraung dan berteriak, "Cha Lu...."
Begitu Zhang Zhen Que terkena senjata tajam, tubuhnya tiba-
tiba berputar ke belakang.
Rupanya hingga mau matipun dia tidak rela, bagaimanapun dia
harus membunuh Cha Lu dengan tangannya sendiri.
Tubuh Zhang Zhen Que berputar ke belakang, karena senjata
lawan masih menancap di punggungnya, dia tidak bisa
mencabutnya, Zhang Zhen Que berputar ke depan Cha Lu dan
mengangkat goloknya.
Rantai besi yang mengikat senjata itu karena dibawa berputar
oleh Zhang Zhen Que, rantai itu membelit tubuhnya. Sebenarnya
Cha Lu bisa saja melepaskan tangannya dan mundur tapi karena
mendengar teriakan Jenderal Yu, "Cha Lu!" membuat tubuhnya
bergetar dan terpaku, sudah lama dia mengikuti Jenderal Yu dalam
kemiliteran, wibawa dan budi Jenderal Yu, membuatnya merasa
segan dengan Jenderal Yu. Demi mencari kekayaan dan
kemakmuran, dia rela mengkhianati atasan dan teman-temannya,
bentakan Jenderal Yu membuatnya menjadi bengong---- i
Pada saat dia terpana itulah Zhang Zhen Que sudah mengangkat
goloknya dan membacok. Kepala Cha Lu langsung terpisah bersama
dengan darah yang muncrat di udara.
Begitu kepala Cha Lu turun, tubuh Zhang Zhen Que langsung
roboh.
Akhirnya Zhang Zhen Que bisa membunuh Cha Lu dan bisa
menutup mata dengan tenang.
Qing Ye Zi melotot pada Jenderal Yu, terdengar Jenderal Yu
menarik nafas panjang, dia memungut golok yang tergeletak di
bawah, dengan tertawa dingin Qing Ye Zi berkata, "Bunuhlah dirimu
sendiri!"
Jenderal Yu menggelengkan kepala, "Lebih baik mati di medan
perang daripada harus membunuh diriku sendiri!"
Walaupun dalam keadaan tidak bertenaga, dia berusaha untuk
membacok.
Ini adalah tenaga terakhir dari Jenderal Yu, tenaga terakhirnya
sangat kuat dan dalam beberapa jurus Qing Ye Zi tidak bisa segera
mengalahkannya. Tiba-tiba muncul sebuah pedang menggetarkan
golok Jenderal Yu, membuat golok itu terpental ke atas, dengan
senang Qing Ye Zi berteriak, "Kakak Kedua!"
Qing Feng Zi tertawa, sinar goloknya seperti kilat terus
membacok ke arah Jenderal Yu.
Jenderal Yu menarik natas, dia tahu kalau empat pengawalnya
yang tersisapun sudah mati, dan sudah saatnya dia harus mati. Dia
memejamkan matanya dan menunggu ajal menjemput.
Ning Zhi Qiu dan Qing Yan Zi masih bertarung seru, pertarungan
sudah berlangsung ratusan jurus, masih tidak terlihat siapa yang
menang siapa yang kalah.
Akhirnya karena Ning Zhi Qiu tidak merasa tenang dalam
bertarung, karena tidak berhati-hati pedang Qing Yan Zi berhasil
menggores tangan kirinya sepanjang 15 sentimeter.
Ning Zhi Qiu terluka, Jenderal Yu berada dalam bahaya, Ning Zhi
Qiu semakin tidak berkonsentrasi dan posisinya semakin terjepit.
Pedang Qing Yan Zi seperti pelangi, setiap saat bisa mencabut
nyawanya.
Qing Feng Zi sudah membacok, Jenderal Yu memejamkan
matanya menunggu kematian, semua ini disaksikan oleh Ning Zhi
Qiun dari jauh, dia tidak berdaya untuk membantu, segera dia
berteriak, "Jenderal, Anda tidak boleh mati!"
Long Jin Jian nya dilemparkan, tampak seperti pelangi yang
malayang, kemudian terdengar suara TING, Long Jin Jian itu
berhasil menahan golok Qing Feng Zi.
0-0-0
Begitu Shi Wen Sheng meneriakkan babak kedua dimulai,
seseorang yang mengenakan baju berwarna kuning sudah terbang
dan mendarat di atas panggung. Tubuhnya mendarat tanpa
bersuara, hanya terdengar kelepak suara baju yang tertiup angin
kencang. Penonton terpaku menyaksikan semua itu, setelah itu
mereka bersorak. '
Ternyata yang naik ke atas panggung adalah si Sempoa Emas,
Xin Wu Er!
"Aku Xin Wu Er, sengaja datang untuk belajar."
Tiba-tiba terdengar suara dingin yang berbicara, "Baiklah, biar .
aku yang akan mengajarmu!"
Tampak baju hitam berkelebat, seperti ada gulungan asap
berwarna hitam dan seperti bayangan setan yang turun ke atas
panggung. Dia adalah si Sempoa Besi, Xi Wu Hou.
Shi Wen Sheng dengan lantang berkata, "Babak kedua, Sempoa
Emas, Xin Wu Er akan berhadapan dengan Sempoa Besi, Xi Wu Er."
Penonton yang berada di bawah panggung terdengar berbisik-
bisik, mereka melihat dua orang pesilat tangguh sama-sama
menggunakan senjata sempoa, pertemuan sempoa dalam
pertarungan kali ini, pasti akan menjadi suatu pertarungan yang
unik dan ramai.
Long Zhai Tian tampak bingung, sebenarnya dia tadi menyuruh
Xin Wu Er untuk mencari tahu, tidak disangka lawan malah
menyuruh Xi Wu Hou keluar, karena mereka pernah bertarung,
dalam kemampuan ilmu silat Xin Wu Er lebih unggul, pasti Xin Wu
Er yang akan menang, mengapa Pangeran Jin menyuruh Xi Wu Hou
untuk turun pada babak kedua, apakah tujuan orang Jin sengaja
membuat mereka mengalah?
Long Zhai Tian dan Bao Xian Ding benar-benar tidak mengerti.
0-0-0
Begitu Ning Zhi Qiu melemparkan Long Jin Jian, dia bisa
menyelamatkan Jenderal Yu, tapi dia sendiri karena sekarang jadi
tidak memegang pedang, kedaannya menjadi sangat berbahaya.
Qing Yan Zi tertawa sinis, dia menyerang 3 kali, ditambah 3 kali
lagi, Ning Zhi Qiu dengan susah payah menghindar, tubuhnya
berkeringat deras sekaligus nyawanya terancam. Waktu itu dari arah
gunung terdengar sebuah siulan panjang.
Suara siulan itu terdengar oleh Jenderal Yu dan Ning Zhi Qiu,
membuat semangat mereka bertambah bergelora, sedangkan Qing
Yan Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi merasa hati mereka menjadi
dingin!
Suara siulan ini berasal dari suara Fang Zhen Mei.
Ning Zhi Qiu dengan cepat membalas siulan itu dan berteriak,
"Jenderal Yu ada di sini-"dia bicara tapi kerena lengah bahunya
tertusuk oleh Qing Yan Zi.
Suara siulan itu berubah menjadi suara angin kencang, seperti
suara hujan yang membasahi gunung dan hutan, dalam sekejap
orangnya sudah berada didekat mereka.
Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi dengan gerakan cepat menyerang
Jenderal Yu dari kanan dan kiri.
Begitu mendengar siulan Fang Zhen Mei, semangat Ning Zhi Qiu
bertambah, dia menyambar Long Jin Jian lagbuntuk bertahan sambil
menunduk, dia masih sanggup menerima beberapa serangan.
Jenderal Yu sudah mundur hingga ke sisi jurang, kalau dia
mundur lagi, mungkin nasibnya akan sama seperti Qing Song Zi. Dia
hanya melihat golok Qing Ye Zi dan Qing Feng
Zi bergerak seperti dua ekor ular panjang, mendatanginya.
Ning Zhi Qiu dengan sekuat tenaga melawan serangan Qing Yan
Zi. Serangan Qing Yan Zi bertambah dahsyat dan dilakukan dengan
posisi miring, hingga kaki Ning Zhi Qiu tertusuk pedang Qing Yan Zi.
Karena merasa sakit gerakan tubuh Ning Zhi Qiu melambat, Qing
Yan Zi menendangnya hingga terjatuh. Qing Yan Zi mengangkat
pedangnya dan siap menusuk.
Saat itu beberapa meter jauhnya dari sana, terlihat bayangan
seseorang yang berkelebat, hanya dalam sekejap gerakan orang
seperti kilat itu mendatangi, tubuhnya tegak, karena dengan begitu
dia lebih mudah untuk bernafas, dan bisa kuat berlari lama, tapi
begitu baju putih orang itu sudah berada di dekat sana dan hampir
mencapai garis akhir. Tubuhnya condong ke depan. Yang membuat
kaget adalah kedua kakinya tampak tidak menginjak tanah, dia
seperti bergerak melayang, tapi juga seperti menempel di atas
permukaan tanah.
Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi pada saat mendengar suara siulan
itu mereka sudah bersiap-siap, mereka mengira orang itu turun dari
langit, tidak disangka dia datang dengan cara menempel di bawah
dan datang seperti terbang. Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi belum
pernah menghadapi musuh dengan cara datang seperti itu!
Mereka hanya terpaku!
Segera wajah Qing Ye Zi terkena pukulan Jenderal Yu, dia
merasa kepalanya menjadi pusing, ilmu silat Qing Feng Zi lebih
tinggi dari Qing Ye Zi begitu melihat bayangan putih, dia segera
berteriak kaget, "Fang Zhen Mei!"
Dia malah membalikkan badan dan lari.
Sedangkan Qing Ye Zi menusuk bayangan berbaju putih dan
dengan cepat mencoba mencengkram kedua kakinya. berhasil
dicengkram segera dia membanting.
Dia membanting ke arah Qing Feng Zi yang sedang berlari.
Qing Feng Zi yang sedang berlari dengan kencang, dia
mendengar ada suara angin besar yang menghampiri, dia
membalikkan tubuhnya bermaksud menahan, ternyata yang
menyerangnya adalah sosok seseorang, dia segera mencabut
pedangnya, baru saja dia menarik setengah pedangnya dari sarung,
dia baru melihat dengan jelas, ternyata yang datang adalah Qing Ye
Zi, dengan cepat dia membatalkan gerakannya, dia menangkap
Qing Ye Zi, merekapun bertabrakan, lalu mereka terdorong mundur
beberapa langkah, dia mendorong Qing Ye Zi, tapi jalan darah di
seluruh tubuhnya karena tertabrak sekarang seperti tertotok.
Dia hanya melihat ada angin keras berwarna putih lewat di
depannya.
Qing Yan Zi melihat kejadian itu dari jarak puluhan meter, dari
kejauhan tampak bayangan berwarna putih, dia langsung berhenti.
Begitu mendengar ada siulan dia sudah bersiap akan melarikan diri.
Sekali dia meloncat mencapai beberapa meter, dia meloncat lagi,
kemudian terbang lalu mendarat.
Dia mengumpulkan tenaga siap berlari lagi, tapi bayangan putih
itu sudah berhenti di depannya, dia berhadapan dengan punggung
seseorang yang mengenakan baju putih.
Qing Yan Zi membentak, dengan segenap tenaganya dikerahkan
untuk bertarung dan pedangnya juga sudah dikeluarkan. Orang
berbaju putih itu sudah membalikkan kepalanya, mencengkram dan
menekan, kedua telapak tangannya beradu dengan tangan Qing
YanZi.
Waktu itu juga dia mencengkram pedangnya. Ternyata orang
berbaju putih itu adalah Fang Zhen Mei.
Rambut Fang Zhen Mei tampak berantakan, sorot matanya tidak
seperti biasanya, biasanya sorot matanya ramah, sekarang sorot
matanya seakan siap membunuh Qing Yan Zi, dia menjadi
ketakutan.
Apalagi tadi dia sempat merasakan kekuatan telapak tangan Fang
Zhen Mei, pukulan dia hanya seperti memukul kertas, dia tidak bisa
mengeluarkan tenaganya. Apakah tenaga telapak Fang Zhen Mei
lebih lembut dibandingkan dengan jurus Qing Yan Zhang?
Fang Zhen Mei melonggarkan jarinya yang menarik pedang, Qing
Yan Zi mundur dan membentak, dia kembali menusuk 17 kali ke
atas, 36 kali ke tengah, dan 8 kali ke bawah. Kemudian dicampur
dengan jurus telapak tangan yang bisa membuat orang kehilangan
nyawa.
Fang Zhen Mei tidak roboh juga tidak bergerak, tiba-tiba dia
mennyerang dan menjepit, lalu mengeluarkan telapak tangannya.
Begitu pedang Qing Yan Zi datang, Fang Zhen Mei langsung
menjepitnya, lalu menggetarkan Qing Yan Zi dengan jurusnya.
Kemudian Fang Zhen Mei melepaskan tangannya lagi, dan pedang
sudah berada di tangan Qing Yan Zi lagi.
Qing Yan Zi berteriak-teriak, marah-marah, meraung, kemudian
dia bergerak seperti seekor naga hijau. Pedang beserta orangnya
menyerang Fang Zhen Mei lagi.
Begitu dia mendekati Fang Zhen Mei, telapak tangan yang
tadinya disembunyikan di perutnya dikeluarkan.
Fang Zhen Mei yang sejak tadi tidak bergerak begitu dia
bergerak, dia mengeluarkan tangannya dan menjepit kembali.
Sekali menjepit dia sudah menjepit pedang Qing Yan Zi, dan
telapak tangan yang satu lagi mendorong Qing Yan Zi kembali ke
tempat semula!
Qing Yan Zi terguling, pedangnya ditancapkan ke tanah,
nafasnya terengah-engah.
Fang Zhen Mei membentak, "Apakah kau belum merasa
menyesal?"
Tubuh Qing Yan Zi bergetar, wajahnya berubah menjadi seram.
Tiba-tiba dia membalikan tubuhnya dan menggerakan pedangnya
menyerang, tapi arah serangannya kali ini tertuju padk Jenderal Yu.
Kali ini Fang Zhen Mei tidak menyangka kalau Qing Yan Zi akan
melakukan tindakan seperti itu, dia ingin menghadang tapi sudah
tidak sempat.
Qing Yan Zi dengan segala cara ingin membunuh Jenderal Yu
karena keinginan hati untuk membunuh sangat besar, maka
serangannya tidak memperhatikan pertahanan dan banyak
kelemahan.
Arah larinya menuju Jenderal Yu dan kepala Ning Zhi Qiu.
Walaupun Ning Zhi Qiu tidak bisa menghalangi gerakan Qing Yan
Zi, tapi dia segera mengambil, golok yang tergeletak di bawah
sekaligus menusuk perut Qing Yan Zi!
Ujung golok itu menembus tubuh sampai keluar dari
punggungnya. Tubuh Qing Yan Zi bergetar, tapi pedang itu masih
tetap diarahkan kepada Jenderal Yu.
Jenderal Yu adalah jenderal yang sangat berpengalaman,
ditambah lagi dia sering terlibat dalam peperangan, melihat ada
pedang yang menghampirinya, dia secepat kilat meloncat ke
samping, lolos dari posisi yang sangat berbahaya. Akhirnya Jenderal
Yu bisa menghindari serangan itu. Begitu Qing Yan Zi berlari
melewati Jenderal Yu, segera terdengar teriakan yang memilukan.
Ternyata di belakang Jenderal Yu adalah jurang yang dalam.
Qing Yan Zi terjun ke dalam jurang yang dalamnya ratusan
meter. Qing Yan Zi yang masuk ke dalam jurang tubuhnya pasti
akan terluka berat atau bahkan mati.
Fang Zhen Mei menarik nafas panjang, dia segera berlari menuju
seekor kuda, di tengah-tengah udara dua mengucapkan beberapa
kalimat:
"Aku datang terlambat, Jenderal! Mohon maaf!"
"Aku harus segera kembali lagi ke kota Xia Guan untuk
membantu Pendekar Long mengalahkan Pangeran Jin!"
"Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi sudah ditotok olehku harap Pejabat
Ning bisa membawa mereka dan memberikan hukuman kepada
mereka!"
"Pejabat Ning, harap Anda mengantarkan Jenderal Yu kembali ke
markas para prajurit Song!"
Selesai berpesan, kudanya sudah berlari jauh, Fang Zhen Mei
sudah pergi lagi dari sana.
Angin masih berhembus, gunung masih tetap berwarna hijau.
Jenderal Yu dan Ning Zhi Qiu masih terpaku.
Kemudian Jenderal Yu berkata dengan pelan, "Fang Zhen Mei
memang seorang yang hebat...."
Ning Zhi Qiu menarik nafas dan menanggapi, "Dia datang kemari,
lalu berlari pergi lagi, apakah dia masih bisa bertarung dengan Jin
Zhen Ying?"
0-0-0
Xi Wu Hou berteriak panjang, dengan cepat dia mengeluarkan
dua jurus kepalan tangannya dan sebuah serangan jari!
Xin Wu Er sejurus demi sejurus mencairkan jurus Xi Wu Hou. Xi
Wu Hou mengangkat tangan kirinya, mengeluarkan kepalan tangan
kanannya, mengangkat tangan kanannya, tangan kirinya
mengeluarkan kepalan, satu adalah' jurus sebenarnya sedangkan
yang lain adalah jurus tipuan, tapi setiap jurus yang dikeluarkan
sangat sadis!
Setelah beberapa jurus berlalu, tiba-tiba Xin Wu Hou malah
berhenti, kemudian dia bertingkah laku seperti burung gagak,
berputar dan mengelilingi panggung.
Begitu naik ke atas panggung, mereka langsung bertarung
dengan menggunakan kaki dan tangan, membuat orang-orang yang
menonton tampak tegang, mereka bertarung dengan cepat seperti
kilat.
Setelah lewat 20-30 jurus, tiba-tiba Xi Wu Hou terbang ke atas
dan tertawa aneh. Tubuhnya berputar, kesepuluh jarinya menusuk
ke arah XinWuEr!
Xin Wu Er sama sekali tidak bergerak, tiba-tiba dia melancarkan
serangan dan kesepuluh jarinya dikeluarkan untuk menangkis
kesepuluh jari Xi Wu Hou.
Kedua tangan mereka menempel, dan langsung mencengkram
dengan erat.
Terdengar suara CHA, CHA dua tangan saling membelit kemudian
berpisah, dan keringat terus berjatuhan.
Muka mereka tampak sangat pucat. Mereka berdiri dengan
kaku seperti sedang mengeluarkan tenaga.
Tiba-tiba Xi Wu Hou mengangkat kaki dan menendang, Xin Wu
Er meloncat menghindar. Pada saat dia meloncat, orang yang
bermata jeli melihat bahwa Xin Wu Er menjepit jari manis dan
kelingking Xi Wu Hou, sekarang jari itu sudah tidak berbentuk lagi,
pasti tulang jarinya sudah remuk.
Xin Wu Er tertawa dingin, "Jari tanganmu sudah berkurang dua,
kalau ingin bermain sempoa tidak akan enak seperti biasanya!"
Wajah Xi Wu Hou menghitam, dia berputar, tangan kanannya
membentuk seperti golok dan menusuk ke arah Xin Wu Er.
Tapi Xin Wu Er dengan cepat mengangkat kakinya, kemudian
tangan kanannya bergerak seperti mengangkat lampu, serangan itu
berhasil dipatahkan oleh Xi Wu Hou, dari sebelah kanan dan sebelah
kiri dia melancarkan pukulannya!
Tapi saat itu Xi Wu Hou dari balik bajunya mengeluarkan sesuatu
benda yang berwarna hitam!
Penonton berteriak, ternyata Xi Wu Hou sudah mengeluarkan
senjata andalannya yang terkenal yaitu sempoa besi.
Dengan cepat Xin Wu Er mundur!
Xi Wu Hou melangkah maju, dia menebas ke kiri dan ke kanan
dengan sempoa besinya, dia menggunakan jurus Da Bu Liu Ren,
dan jurus lainnya. Semua berjumlah 12 jurus. Semua jurus dilancar
dengan senjata sempoa besinya, dia terus menyerang Xin Wu Er.
Xin Wu Er seperti seekor elang terbang. Sempoa besi milik Xi Wu
Hou dijadikan sebagai golok, tapi golok itu tidak bisa mengenai
tubuh Xin Wu Er.
Wajah Xi Wu Hou berubah, dia mengubah jurus sempoanya,
bahkan jurus-jurus Hai Tou Wang Yue seperti Qing Long Ying
Zhu sudah dikeluarkan, dan semua jurus ini adalah jurus pedang,
dia menutup jalan mundur Xin Wu Er. Tiba-tiba Xin Wu Er melayang
ke atas dan berhasil melewati jurus pedang Xi Wu Hou!
Xi Wu Hou mengubah jurusnya lagi dengan cara menutup,
berpindah, mendorong, dan menjepit, dia terus menyerang Xin Wu
Er. Tapi Xin Wu Er seperti seekor burung nuri terbang ke -atas lalu
ke bawah, tapi Xi Wu Hou seperti sudah memasang jala, secara
bertahap memperkecil ruang gerak Xin Wu Er. Mata para penonton
melihat tanpa berkedip, tiba-tiba terdengar suara besar membentak
dan muncul kilauan emas. Di tangan Xin Wu Er terlihat ada sebuah
sempoa yang terbuat dari emas.
Dalam waktu singkat sempoa itu beradu dengan sempoa besi
milik Xi Wu Hou.
"TAK! TAK!" kedua sempoa itu beradu, lalu dengan cepat Xi Wu
Hou mundur, tapi tangannya sempat tergetar sehingga terasa sakit.
Waktu itu penonton merasa senang, tiba-tiba Xi Wu Hou
mengoyangkan kedua tangannya.
Berpuluh-puluh biji sempoa menyerang ke arah Xin Wu Er!
Rasa senang penonton berubah menjadi terkejut!
Tiba-tiba kedua tangan Xin Wu Er mengayun, semua biji sempoa
emasnya juga meluncur kedepan.
Biji sempoa besi dan sempoa emas di tengah-tengah udara saling
bertabrakan dan terjatuh.
Xi Wu Hou marah, dia melipat rangka sempoanya, dan sempoa
itu berubah menjadi sebuah pecut dan diayunkan ke arah Xin Wu
Er!
Rangka semopa emas milik Xin Wu Er tiba-tiba dilipat menjadi
bentuk batang emas dan jumlahnya ada 5, batang emas itu sangat
tajam, lalu dilemparkan ke arah Xi Wu Hou!
XiWu Hou terkejut!
Pecut besi yang sudah diayunkan ditarik kembali menjadi tabir
yang melindungi tubuhnya.
Begitu Xi Wu Hou memukul kelima benda tajam itu, kepalan Xin
Wu Er sudah tiba di depannya!
Xi Wu Hou hanya mendengar suara BUG, dan dia merasa langit
dan bumi seperti berputar. Dia terjatuh 7 kaki jauhnya. Setelah agak
lama dia baru bisa bangun!
Begitu Xin Wu Er menang, para penonton bersorak. Selangkah
demi selangkah Xin Wu Er mendekati Xi Wu Hou, Xi Wu Hou lalu
dengan cepat berkata, "Jangan menyerang, jangan menyerang, aku
terima kalah."
Sorakan penonton bertambah riuh rendah!
Xin Wu Er sambil tertawa mendekati Xi Wu Hou untuk
memapahnya berdiri, lalu berkata, "Mari, kita sama-sama turun
panggung." ^
Xi Wu Hou menjawab dengan wajah cemberut, "Baiklah!"
Tapi tidak terduga dia tiba-tiba mencengkram bahu Xin Wu Er
dan mematahkan tulangnya, setelah itu dia memukul perut Xin
Wu Er. Xin Wu Er kesakitan dan membungkuk seperti udang. Xi Wu
Hou tertawa dan mundur dari sana. Dia masih mengangkat
tangannya dan siap memukul lagi.
Xin Wu Er mencoba bertahan dengan tangan kirinya untuk
menahan serangan tangan kanan Xi Wu Hou!
Tangan kanan Xi Wu Hou memegang tulang bahu kanan Xin Wu
Er.
Saat itu juga, kaki Xin Wu Er bergerak menendang.
Dia menendang ke arah alat vital Xi Wu Hou!
Wajah Xi Wu Hou berubah menjadi kehijuan dan berkerut seperti
cakue! Dia membuka mulut tapi tidak mengeluarkan kata-kata.
Setelah itu diapun roboh dan tidak bisa bangun lagi.
Xin Wu Er memuntahkan darah, pelan-pelan dia berjongkok, dan
dengan terengah-engah berkata, "Kau orang licik, tidak tahu
kebenaran, kau tidak pantas memakai sempoa...."
Suara Shi Wen Sheng terdengar seperti guntur yang
bergemuruh, "Pertarungan antara pihak Song dan pihak Jin pada
babak kedua, hasilnya adalah dimenangkan oleh Sempoa
Emas,XinWuEr!"
Kata-kata kemenangan ditukar dengan nyawa dan darah serta
penghinaan.
0-0-0

BAB14
Kuda berlari seperti kuda gila

Dalam tujuh babak pertarungan, pihak Song sudah menang dua


babak, bila bisa memenangkan dua babak lagi, maka kemenangan
sudah berada di tangan pihak Song.
Tapi wajah Long Zhai Tian tidak tampak senang.
Pangeran Jin, Xia Hou Lie, Ge La Tu, dan Wan Yan Zhu
belum turun dalam pertarungan!
Mereka berempat barulah lawan yang sulit dihadapi, terdengar
Shi Wen Sheng berkata,
"Pertarungan pihak Song dan pihak Jin, memasuki babak
ketiga----"
0-0-0
Kuda berlari dengan kencang, tampak penunggang dan kuda itu
seperti sudah bersatu. Pemandangan di kedua sisi jalan seperti kilat
dengan cepat lewat.
Pada saat berlari dengan kencang, Fanc Zhen Mei teringat pada
puisi Du Fu yang berjudi 11 'Ba Zhen Tu' dan puisi-puisi dari Han
Gao Sini (salah satu raj a Dinasti Han).
Kuda berlari dengan kencang, walaupun Fang Zhen Mei berpikir
tapi dia dan kuda ii seperti sudah menyatu dan dengan sekuat
tenaga terus berlari.
0-0-0
Matahari sudah berada di tengah langit, siang sudah berlalu,
orang yang berada di atas panggung dan yang berada di bawah
panggung tampak berkeringat karena kepanasan.
Mereka berharap hujan akan turun untuk membersihkan semua
debu dan kotoran yang melekat.
Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Babak ketiga-"
Dari pihak Jin tampak berdiri seseorang, tubuhnya tinggi dan
kurus, dia seperti mayat hidup, dari bawah panggung terdengar
suara, "Hiii!"
Orang itu selangkah demi selangkah berjalan, kakinya bergerak
tapi lututnya seperti tidak dibengkokkan. Begitu sampai di bawah
panggung yang tingginya beberapa meter, dia berdiri dengan lurus
dan meloncat ke atas panggung. Penonton dan para pendekar Huai
Bei yang bermata jeli segera mengenali orang itu dan berteriak,
"Wan Yan Zhu!"
Ternyata orang yang bernama Wan Yan Zhu sudah pernah
datang ke Zhong Yuan tiga kali, dan pada saat dia berada di Zhong
Yuan dia membunuh banyak orang. Terakhir dia diusir oleh Fang
Zhen Mei dan diapun segera keluar rlari Zhong Yuan. Tapi orang-
orang dunia persilatan Huai Bei tetap ingat kepadanya.
Terdengar seorang pak tua berkata, "Mayat hidup itu kembali
lagi!!"
Jari-jari tangan kiri Wan Yan Zhu dilebarkan.
Kuku panjang yang ada di jari telunjuk dan kelingking
melepaskan sesuatu, benda itu menancap di kedua mata pak tua
itu. Karena kesakitan pak tua itu jatuh ke tanah dan berguling-
guling dengan wajah penuh dengan darah serta berteriak-teriak.
Para penonton kaget dan marah melihat kejadian itu. Terdengar
dari pihak Song ada yang berkata dengan dingin, "Saat ini yang
sedang bertarung adalah pihak Song dan pihak Jin, kau malah
melampiaskan kemarahan pada orang yang tidak ikut bertarung,
apakah itu memang sikap orang-orang Jin?"
Tampak seseorang yang mengenakan baju berwarna abu seperti
seekor burung besar terbang dan turun ke atas panggung.
Para penonton menyaksikan ilmu meringankan tubuh yang begitu
tinggi, merekapun memuji, setelah dilihat lagi lebih teliti, ternyata
dia adalah Tuan Sempoa yang mereka hormati, Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding dan Wan Yan Zhu saling berhadapan.
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Babak ketiga, pihak Jin
diwakili oleh Wan Yan Zhu, akan berhadapan dengari pihak Song
yang diwakili oleh Bao Xian Ding!"
Para penonton yang berada di bawah panggung terus berteriak,
"Pendekar Bao, bunuh mayat hidup itu!"
"Bunuh dia! Bunuh dia!"
"Tuan Bao, demi kami, Anda harus membunuh orang itu!"
Wajah Wan Yan Zhu tampak datar, sosoknya seperti kayu dan
juga seperti sebongkah batu, dia hanya berdiri dengan diam.
Bao Xian Ding menenangkan dirinya, kedua matanya tampak
bersemangat. Dia terus melihat ke arah Wan Yan Zhu. Wan Yan Zhu
tidak bergerak begitu pula dengan Bao Xian Ding.
0-0-0
Wan Yan Zhu bergerak, Bao Xian Ding ikut bergerak. Wan Yan
Zhu bergerak seperti seekor burung besar, terbang dan menyerang
Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding membentak, dia bersuara keras dan kakinya
memasang kuda-kuda, dia mengeluarkan kepalannya.
Tapi Wan Yan Zhu tiba-tiba terdiam, tidak bergerak sama sekali.
Ternyata pukulan dari kepalan tangan Bao Xian Ding sia-sia
digerakan. Sekarang kelima jari Wan Yan Zhu membentuk seperti
cakar dan dengan secepat kilat ingin mencengkram tangan Bao Xian
Ding!
Wu Zhen Shi yang berasal dari perusahan Biao Huai Yang tidak
berilmu silat tinggi tapi dia mati di tangan Wan Yan Zhu hanya
dalam 3 jurus, semua karena jurus-jurus Wan Yan Zhu sangat aneh!
Ini adalah keempat kalinya dia datang ke Zhong Yuan. Dan ilmu
silatnya sudah meningkat jauh dibandingkan sebelumnya.
Kecuali kalau dia bertanding dengan Wo Shi Shui, dia pasti akan
kalah, sedangkan dengan yang lainnya, dia tidak terkalahkan.
Cengkraman Wan Yan Zhu begitu tiba-tiba, mengarah pada
tangan kanan Bao Xian Ding.
Bila dia mencengkram sebuah batu, Wan Yan Zhu sanggup
membuat batu itu hancur.
Pada saat Wan Yan Zhu mengeluarkan tenaga, dia merasa benda
yang dicengkramnya licin dan tidak mudah dicengkram. Tangan Bao
Xian Ding berhasil lepas dari cengkraman Wan Yan Zhu.
Tangan yang berhasil lolos itu memukul urat nadi Wan Yan Zhu
yang letaknya ada di sisi kepala.
Tubuh Wan Yan Zhu seperti batu juga seperti kayu, urat nadi
yang berada di samping kepala adalah bagian yang mematikan! Dan
sekarang Bao Xian Ding sedang mengincar bagian itu.
Pinggang Wan Yan Zhu tidak berputar.
Lututnyapun tidak digerakkan, tapi dia sudah bergeser sejauh 3
kaki.
Begitu mundur, dia melihat di sekelilng tubuhnya penuh dengan
bayangan kepalan tangan.
Itulah kepalan tangan Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding adalah murid Shao Lin yang tidak menjadi biksu.
Jurus Bai Bu Shen Quan (Kepalan sakti seratus langkah) telah
dikuasainya dengan sempurna.
Jurus Bai Bu Shen Quan berjumlah 108 jurus. Jurus pertama
yang dilancarkan Bao Xian Ding membuat dirinya berada diatas
angin, tapi Wan Yan Zhu masih bisa menghindar ke kiri dan ke
kenan.
108 jurus telah selesai dimainkan dan Wan Yan Zhu sudah
bersiap akan membalas serangan. Tapi Bao Xian Ding sudah
mengubah kepalannya. Jurus yang dikeluarkan Bao Xian Ding
sekarang adalah Fu Hu Quan Fa (Jurus kepalan mengurung
harimau).
Walaupun jurus-jurus Wan Yan Zhu aneh dan kejam tapi jurus
kepalan Shao Lin adalah ilmu silat murni sejak jaman dulu, karena
itu Wan Yan Zhu mengalami kesulitan membalasnya!
Setiap langkah Wan Yan Zhu sangat aneh, orang-orang Zhong
Yuan belum pernah melihat langkah seperti itu. Langkah itu selalu
dilakukan pada saat-saat terakhir menghindari serangan Bao Xian
Ding.
Wan Yan Zhu yakin jurus-jurus yang dikeluarkan oleh Bao Xian
Ding pasti akan ada habisnya, dan Bao Xian Ding pasti akan merasa
kelelahan karena tenaganya terkuras. Kalau saatnya sudah tiba dia
akan memukul Bao Xian Ding sampai mati!
Betul saja, serangan kepalan tangan Bao Xian Ding akhirnya
berhenti. Wan Yan Zhu menjadi bersemangat akan membalas
serangan, tapi semua kelemahan Bao Xian Ding segera menghilang
dan digantikan dengan jurus kepalan yang lebih garang lagi, yaitu
jurus Shao Lin yang bernama Luo Han Shen Quan.
Begitu jurus Shao Lin yang bernama Luo Han Shen Quan
dikeluarkan, di atas panggung hanya tampak bayangan kepalan
tidak tampak ada sosok orangnya. Hanya terdengar suara angin
keras yang dihasilkan dari kepalan tapi tidak tampak ada sosok
orangnya!
Kalau di atas panggung dipasang lilin, walaupun lilin itu
berjumlah 1.000 batang, semua lilin itu tentu akan padam.
Semua itu disebabkan angin!
Wan Yan Zhu sangat terkejut, dia menatap Bao Xian Ding,
seakan-akan dia seorang dewa yang baru turun dari langit. Mata
Bao Xian Ding memancarkan wibawa. Dia tidak tampak lelah sama
sekali. Serangan kepalannya ? malah bertambah kuat, wajahnya
merah, kelihatannya dia masih mampu bertahan 5-6 jam lagi,
sekarang Wan Yan Zhu tahu Bao Xian Ding tidak akan kelelahan!
Wan Yan Zhu menghindar ke kiri lalu ke kanan!
Tiba-tiba dia baru sadar kalau sekarang dia dipaksa dan didesak
hingga ke pinggir panggung.
Wajah Wan Yan Zhu berubah!
Tadinya wajahnya tampak cemberut sekarang menjadi
bertambah cemberut lagi.
Kalau dia sampai turun dari panggung pertarungan, artinya dia
akan dinyatakan kalah. Ini adalah aturan pertarungan yang berlaku.
Saat ini Bao Xian Ding melancarkan serangan dengan dua
kepalan tangannya.
Tiba-tiba Wan Yan Zhu berteriak keras, sehingga membuat para
penonton di san.i menjadi ketakutan. <
Seperti seekor srigala liar dari padan^, rumput yang luas, pada
saat melihat terang bulan srigala itu pasti akan melolong. Begitulah
bunyi teriakan Wan Yan Zhu, dan Wan Yan
Zhu sudah tidak menghindari kepalan itu lagi tapi dia berusaha
untuk menendang dua kali!
Setelah 2 kali, lalu 4 kali.
Setelah 4 kali, lalu 8 kali.
Setelah 8 kali, lalu 16 kali.
Dalam waktu singkat dia sudah menendang 70-80 kali, karena
tidak mau menukar pukulan, membuat Bao Xian Ding terpaksa terus
mundur!
Long Zhai Tian yang berada di bawah panggung berteriak, "Gou
Hun Lian Huan Tui!"(Tendangan berantai mengikat roh).
0-0-0
Ternyata Wan Yan Zhu menyebut dirinya sebagai ketua Ying
Zhao Zuo Gu Men dan jurus cakar elangnya sangat lihai. Raja cakar
elang di Zhong Yuan yang bernama Lei Feng juga gentar
kepadanya.
Dengan jurus Zuo Gu banyak yang mengira kalau Wan Yan Zhu
dengan cakar elangnya bisa menyerang syaraf dan tulang lawannya,
tapi sebenarnya bukan seperti itu.
Dia bisa memotong syaraf dan tulang dengan jurus Gou Hun Lian
Huan Tui. Jurus ini diciptakan khusus untuk menendang jalan darah
penting dan syaraf lainnya. Apalagi di persendian tulang. Kalau jurus
ini dikeluarkan sejurus ke sejurus lainnya lebih cepat, mungkin
orang masih sanggup menghindari 10 tendangannya, tapi begitu
terkena sekali tendangannya, maka tubuh akan menjadi cacat atau
bahkan bisa mati. Jurus ini menang sangat kejam!
Jurus ini semakin dikeluarkan, gerakannya semakin cepat,
membuat Bao Xian Ding jadi terdesak terus dan tanpa terasa hampir
mendekati pinggir panggung!
Kelihatannya Wan Yan Zhu akan membuat Bao Xian Ding
terbanting ke bawah panggung. Tiba-tiba terdengar suara, "Pu Le
Le!" Wan Yan Zhu dengan cepat mundur.
Tampak di tangan Bao Xian Ding sudah memegang sebuah
sempoa. Sempoa itu tidak terbuat dari besi atau emas, melainkan
hanya sebuah sempoa sederhana yang terbuat dari kayu!
Begitu sempoa dikeluarkan, Wan Yan Zhu malah mundur!
Orang lain tidak melihat keanehan sempoa itu, tapi mata Long
Zhai Tian yang jeli, dapat melihat Wan Yan Zhu telah dua kali
menendang sempoa itu.
Setelah menendang sempoa, wajah Wan Yan Zhu tampak
kesakitan dan gerakan kakinya tidak selincah tadi, maka dia
memutuskan untuk mundur dulu.
0-0-0
Sempoa milik Bao Xian Ding tampak sangat biasa, tapi kalau
sudah digerakan, maka akan tampak kalau itu bukan sempoa!
Itu adalah golok, pedang,' tongkat, atau seperti kuas hakim yang
memiliki kaitan!
Setelah mengeluarkan sempoa itu, Bao Xian Ding mengeluarkan
jurusnya yang ganas. Berikutnya dia mengeluarkan jurus pedang,
lalu diganti denganh jurus tongkat, lalu diganti lagi dengan jurus
kuas hakim.
Jurus-jurus yang dikeluarkan begitu lancar dan berubah-ubah
pada saat yang tepat.
Hal ini tampak lebih sulit dilakukan dibandingkan pada saat Xi Wu
Hou dan Xin Wu Er bertarung tadi. Tampak tingkat mereka tadi
berbedajauh.
Jurus Wan Yan Zhu tidak bisa menahan jurus tongkat Bao Xian
Ding. Dia bisa menghindari serangan tongkat Bao Xian Ding tapi
tidak bisa menghindari serangan lain!
Jurus-jurus yang dikeluarkan saling mendukung satu sama lain.
Jurus terakhir adalah jurus sempoa. Sejak tadi sudah dikeluarkan 18
macam jurus senjata, hanya dalam waktu singkat Bao Xian Ding
berhasil memaksa Wan Yan Zhu mundur ke pinggir panggung!
Tiba-tiba Wan Yan Zhu berteriak, kedua tangannya tampak
mengulur memanjang dan siap mencekik leher Bao Xian Ding!
Ternyata dalam waktu singkat Wan Yan Zhu sudah mengeluarkan
cakarnya.
Dengan menghindar ke kiri dan ke kanan, Bao Xian Ding
berusaha membuka cekikan dari cakar Wan Yan Zhu, tapi cakar itu
mencengkram lehernya dengan erat.
Ternyata tangan Wan Yan Zhu sudah memanjang sebesar
setengah kaki.
Long Zhai Tian yang berada di bawah panggung segera
berteriak, "Tian Zhu Wu Zhang Gui Zhao!" (Cakar setan dari India).
Bao Xian Ding tidak berkutik, tampak dia akan tercekik hingga
mati. Tiba-tiba dia melangkah maju 5 langkah. Dengan cara aneh
dia bisa melepaskan diri dari cekikan cakar setan Wan Yan Zhu!
Sekarang kedua tangan Wan Yan Zhu yang panjang digunakan
sebagai senjata dan dia mulai menyerang Bao Xian Ding.
Tampak kumis Bao Xian Ding bergerak-gerak walaupun tidak ada
angin yang berhembus. Dia melangkah ke kiri 4 langkah lalu
mundur 6 langkah. Maju lagi satu langkah, begitu seterusnya
sehingga membuat orang bingung melihat tingkahnya. Kedua cakar
Wan Yan Zhu sama sekali tidak bisa mengenainya.
Xin Wu Er yang berada di bawah panggung sudah lupa kalau
saat itu dia sedang terluka parah, dia berteriak, "Ilmu sempoa!"
Ternyata dari 3 orang persilatan yang bersenjatakan sempoa,
suara sempoa milik Xi Wu Hou bisa membuat orang takut, dengan
biji sempoanya dia bisa menjadikan biji itu sebagai senjata rahasia
untuk membunuh lawan-lawannya tapi ilmu silat sempoanya yang
paling rendah.
Sempoa Xin Wu Er bisa memainkan ilmu silat dari masing-masing
perkumpulan, rangka sempoanya bisa dibuka dan dijadikan senjata
dengan bentuk batangan, selain itu juga bisa digunakan sebagai
senjata rahasia. Tapi di antara ketiga orang itu, Bao Xian Ding lah
yang ilmu silatnya paling tinggi.
Dia bisa memainkan ilmu silat dari masing-masing perkumpulan,
dan caranya memainkan sempoa bisa digabungkan dengan tehnik
langkah kakinya.
Yang perlu diketahui, ilmu berhitung adalah suatu ilmu yang sulit.
Ilmu ini bisa menghitung nasib setiap orang dalam hidupnya seperti
bintang-bintang yang ada di langit dan dapat dihitung.
Ilmu berhitung memang suatu ilmu yang sulit. Ba Zhen Tu yang
digunakan oleh Zhu Ge Liang dalam menyusun strategi perang,
itupun merupakan hasil dari perhitungan.
Seperti Ba Gua, perhitungan nasib, Hong Shui, semua didapatkan
dari hasil perhitungan.
Ilmuwan yang menemukan sesuatu, tabib, ahli berhitung, dan ahi
astronomi Tiongkok kuno menemukan perhitungan ini jauh-jauh hari
sebelum negara barat yang menemukannya. Orang-orang Tiongkok
berhasil menemukan suatu ilmu yang mengejutkan seperti
kedokteran di bidang operasi. Sedangkan Tabib Hua Tho yang
menemukan ilmu akupuntur.
Sampai saat ini ilmu-ilmu itu dianggap oleh negara barat sebagai
langkah awal dari ilmu akupuntur sekarang. Dan ilmu ini mulai
diperhatikan di seluruh dunia. Ilmu ini menjadi ilmu kedokteran
pertama yang berasal dari Tiongkok yang ditemukan pada jaman
Chun Qiu. Buku resep ketabiban yang pertama lahir pada Dinasti
Tang. Di dunia ini orang yang mendapatkan penyakit campak untuk
pertama kalinyapun adalah orang Tionghoa.
Perhitungan Tuan Bao di bidang sempoa termasuk dalam
perhitungan Da Yan Qiu Yi Shu. Sekarang ilmuwan dalam ilmu
berhitung menganggap bahwa kebenaran sebuah angka bila
dihitung dengan sempoa maka hasilnya akan sama dengan
perhitngan kalkulator.
0-0-0
Bao Xian Ding menghindari cengkraman Wan Yan Zhu, dia
melangkah ke depan 5 langkah, kemudian melakukan 5 langkah
kecil. Ini adalah rumus sempoa yang bernama Wu Xia Wu (lima
turun lima. Artinya biji sempoa bagian atas bersatu dengan biji
sempoa kelima).
Kemudian melangkah 4 langkah ke kiri, lalu mundur 6 langkah,
lalu maju lagi satu langkah. Ini adalah rumus sempoa yang disebut
Si Qu Liu Jin Yi (empat membuang, enam masuk satu). (4+6=10,
dimasukkan ke dalam puluhan dalam sebuah biji sempoa).
Kemudian ke kiri 4 langkah, ke kanan 5 langkah, lalu melakukan
langkah besar. Ini adalah rumus Qiu Shang Si Qu Wu Jin. Dengan
melakukan langkah-langkah seperti dalam rumus-rumus sempoa,
Bao Xian Ding bisa memecahkan serangan Wan Yan Zhu.
Wan Yan Zhu berteriak seperti orang gila, tiba-tiba di tangannya
tampak ada sesuatu yang berkilau, ternyata dia memegang sebuah
cakar berwarna kuning, panjang cakar ini ada sekitar 7 inchi. Cakar
itu dipenuhi dengan duri. Dia membacok Bao Xian Ding dengan
senjata itu, dan membuat Bao Xian Ding Uerus mundur! Tangan
Wan Yan Zhu lebih panjang dari tangan orang normal, sekarang
ditambah dengan cakar yang berwarna kuning, dalam 23 jurus Wan
Yan Zhu memaksa Bao Xian Ding mundur hingga ke ujung
panggung.
Penonton yang berada di bawah panggung pada saat melihat
pertarungan ini jantung mereka berdebar-debar, bahkan sampai
lupa untuk menarik nafas.
Pertarungan babak ini lebih seru dibandingkan dengan
pertarungan antara Xi Wu Hou dan Xin Wu Er. Bahkan serunya
berkali-kali lipat!
Bao Xian Ding maju 3 langkah, sempoa di tangannya sudah
menyerang secepat kilat sebanyak 70 jurus!
Wan Yan Zhu baru bisa menyambut 35 jurus, tapi dia terdesak
mundur hingga 7 langkah. Kemudian Bao Xian Ding menendang 21
kali dengan 5 macam teknik tendangan!
Pada saat Wan Yan Zhu berusaha menghindar, dia mundur 11
langkah!
Bao Xian Ding mundur 7 langkah, tiba-tiba dia mengeluarkan
telapak tangannya, pada saat sudah mencapai tengah-tengah dia
menariknya kembali!
Wan Yan Zhu melihat serangan telapak tangan Bao Xian Ding,
terpaksa dia menyambutnya. Pada saat dia mengeluarkan telapak
tangannya, tangan Bao Xian Ding secara tiba-tiba menghilang!
Jurus ini disebut dengan jurus Qi Du Shang Yuan Chong Xiang
Hui. Shang Yuan artinya setengah. Satu jari hanya memainkan
setengah jurus, kemudian setelah itu ditarik kembali. Kelihaiannya
adalah dalam setengah jurus itu bisa membunuh lawan.
Pada saat serangan Wan Yan Zhu tidak mengenai sasaran,
hampir saja dia jatuh terjungkal. Tampak Bao Xian Ding masih maju
dan mundur, lalu maju dan mundur lagi. Berarti dia telah maju 15
langkah dan tangannya sudah menyerang dengan 105 jurus.
Sambil bertahan Wan Yan Zhu terus mundur, sekarang dia
mundur lagi hingga ke pinggir panggung. Sempoa milik Bao Xian
Ding terus digerakkan ke depan dan ke belakang. Dia memukul 15
kali ke arah Wan Yan Zhu. Dalam 15 serangan ini dia telah memukul
Wan Yan Zhu, kalau ini menimpa pada orang lain, mungkin tulang-
tulang di seluruh tubuhnya itu akan remuk. Tapi orang yang
bernama Wan Yan Zhu ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan
orang biasa. Ilmu silatnya bernama ilmu mayat, ilmu ini sangat
menakutkan, walaupun dia sudah terkena 15 pukulan, dia hanya
bergoyang tapi tidak sampai ambruk!
Kalau dia ambruk maka dia akan terjatuh dari panggung.
Bao Xian Ding merasa kalau sekarang dia tidak mamukul Wan
Yan Zhu hingga jatuh dari panggung, dia takut akan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan, maka dia memutuskan untuk menekan
sempoanya, semua biji sempoa ditembakkan ke jalan darah-jalan
darah di tubuh Wan Yan Zhu.
Wan Yan Zhu sudah tidak bisa mundur dan juga tidak bisa
menghindar lagi. Tapi secara tiba-tiba dia menghilang! '
Semua biji sempoa yang ditembakkan oleh Bao Xian Ding tidak
ada satupun yang mengenainya. Tiba-tiba saja Wan Yan Zhu
muncul kembali!
Ternyata pada saat biji sempoa itu dilepaskan ke arahnya, Wan
Yan Zhu menelungkup ke bawah, kedua kakinya mengait ke sisi
panggung, setelah semua biji sempoa melewatinya, dia baru
kembali ke atas panggung. Bao Xian Ding hanya bisa tertegun. Pada
saat masih dalam keadaan tertegun, Wan Yan Zhu menundukkan
kepala dan menerjang Bao Xian Ding!
Bao Xian Ding sama sekail tidak menyangka, kalau V/an Yan Zhu
akan melakukan hal seperti itu. Terdengar suara BUG, dia ditabrak
hingga terpental ke atas!
Wan Yan Zhu berdiri tegak, cakar kuningnya dilemparkan ke arah
Bao Xian Ding. Cakar itu meluncur dengan cepat seperti sebuah
peluru dan mengejar Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding yang diterjang Wan Yan Zhu hingga terpental ke
atas. Tapi pada saat itu rangka sempoanya dilemparkan! Rangka itu
berputar-putar di udara kemudian dengan cepat mengarah pada
Wan Yan Zhu!
Wan Yan Zhu sama sekali tidak menyangka bahwa pada saat
keadaan genting seperti itu Bao Xian Ding masih bisa membalas
serangan, tubuhnya terkena lemparan Sempoa dan terluka,
kerenaterluka maka reaksi tubuhnya agak terlambat. Rangka
sempoa yang mengenai dadanya, mendorong dan membuatnya
terjatuh dari panggung!
Penonton segera bersorak sorai saat itu juga. Tapi pada saat itu
juga cakar yang dilempar Wan Yan Zhu datang dan menusuk Bao
Xian Ding!
Di tengah-tengah udara tampak Bao Xian Ding menarik nafas dan
terbang ke atas lebih cepat lagi!
Kemudian Bao Xian Ding mengambil nafas lagi dengan cepat
turun, saat itulah cakar Wan Yan Zhu melesat melewati kepalanya.
Keadaan ini benar-benar sangat berbahaya!
Bagitu turun Bao Xian Ding berada di luar panggung!
Penonton bersorak tiada henti.
Long Zhai Tian dengan cepat memapahnya dan berseru, "Adik,
apakah kau baik-baik saja?"
Bao Xian Ding tertawa kecut, disudut mulutnya keluar darah,
dengan lemah dia berkata,".. .aku tidak berhasil seperti yang Kakak
harapkan...."
Tangan Long Zhai Tian memegang telapak Bao Xian Ding. Dia
menyalurkan tenaganya ke tubuh Bao Xian Ding. Long Zhai Tian
berkata, "Jangan bicara seperti itu!"
Wan Yan Zhu terjatuh ke bawah panggung, dengan bersusah
payah dia baru bisa bangun. Tapi karena kondisi tubuhnya tidak
mantap dia berjalan seperti orang mabuk, dengan sempoyongan dia
berjalan menghampiri Pangeran Jin lalu berlutut, "Pangeran, mohon
jangan marah, hamba sudah berusaha sekuat tenaga...."
Pangeran Jin tertawa dingin dan melambaikan tangannya. Xia
Hou Lie yang berada di sisi, memapahnya supaya berdiri.
Shi Wen Sheng berteriak, "Pihak Jin dan pihak Song bertarung,
pada babak ketiga, dari pihak Song yang diwakili Bao Xian Ding dan
dari pihak Jin diwakili Wan Yan Zhu, hasilnya adalah seri!"
Kemudian dia berteriak lagi, "Babak keempat dimulai...."
0-0-0

BAB 15
Bertarung dengan La Ma

Kuda masih terus berlari, tenaganya sudah terkuras habis, dan


kuda itu akan segera roboh.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei terbang dan berjalan ke depan sejauh
puluhan meter.
Kalau dengan cara seperti itu menunggang kuda, mungkin kuda
itu pasti akan cepat mati.
Apa salah kuda itu? Siapa yang tega melakukannya?
Karena itu Fang Zhen Mei lebih memilih menggunakan
kekuatannya sendiri untuk berlari.
Dia berlari dengan cara terbang, tapi bagi seorang pesilat
melakukan hal seperti ini sangat menguras tenaga.
Tengah hari sudah berlalu, jam dua akan segera tiba. Matahari
masih tampak besar dan udara begitu panas. Long Zhai Tian dan
para pendekar Huai Bei, apakah mereka masih bisa bertahan?
Karena memikirkan hal itu, maka Fang Zhen Mei sudah tidak
peduli kalau tenaga dalamnnya akan terkuras, i Baju putihnya
tampak berkibar. Dengan sepenuh hati dia berlari.
Xia Guan, Xia Guan, kota Xia Guan masih jauh!
0-0-0
Begitu Shi Wen Sheng berteriak, "Babak keempat----" tampak
seseorang bersalto dan meloncat ke atas panggung.
Salto yang dilakukan orang itu terlihat biasa, tapi panggung yang
tingginya beberapa meter itu ditempuh dalam satu kali bersalto, dan
pada saat mendarat punggung orang itu menghadap ke arah
penonton. Jadi sekarang ini orang itu tidak tahu dia berada di mana.
Dia menutup dahinya dan bertanya, "Di mana penontonnya? Mereka
ada di mana?"
Para penonton yang berada di bawah panggung tertawa dan
berteriak, "Di sini, kami ada di sini!"
"Kau harus bertarung dengan baik."
Terdengar orang itu tertawa dan membalikkan badannya,
ternyata dia adalah Tai Hu Shen Diao, orang yang senang bercanda,
Shen Tai Gong.
Tangan kanannya memegang kail ikan sedang tangan kirinya
memegang dada kiri, dia tertawa, "Apa kabar kalian semua! Terima
kasih telah datang untuk mendukung kami!"
Terdengar dari bawah panggung ada yang meraung, setelah itu
terlihat ada berkelebat merah, dia adalah seorang La Ma baru turun
dari atas dan berteriak kepada Shen Tai Gong, "Binatang!"
La Ma itu disebut sebagai Budha hidup dari Tibet yang bernama
Ge La Tu. Begitu melihat Shen Tai Gong, dia merasa sangat marah,
dan segera menyusul ke atas panggung untuk melabrak Shen Tai
Gong!
Mereka benar-benar seperti musuh bebuyutan, terlihat emosi La
Ma itu meledak-ledak!
Tidak disangka begitu kakinya menapak di panggung, Shen Tai
Gong sudah melepaskan kail ikannya, lalu menggulung pergelangan
kaki Ge La Tu, setelah itu Shen Tai Gong menarik kailnya dan Ge La
Tu jatuh terjengkang!
Penonton melihat ada seorang biksu yang tiba-tiba naik ke atas
panggung tapi setelah berada di atas panggung dia malah terjatuh
dengan posisi telentang. Mereka tertawa terbahak-bahak, mereka
tidak tahu kalau ada senar kail yang menarik kaki Ge La Tu hingga
dia terjatuh.
Ge La Tu bukan orang sembarangan, begitu terjatuh dia segera
berdiri, kakinya seperti menyedot ke dalam papan, dan tubuhnya
segera berdiri tegak.
Semua penonton berhenti tertawa, di antara para pesilat Zhong
Yuan yang bisa melakukan hal seperti itu bisa dihitung dengan jari.
Bagitu Ge La Tu berdiri tegak, dia segera memasang kuda-kuda
dan tidak memberikan kesempatan kepada Shen Tai Gong
menariknya hingga jatuh lagi. Dia maju 3 langkah. Terlihat Shen Tai
Gong menarik tali pancingannya dan Ge La Tu kehilangan
keseimbangan, dia terjatuh lagi.
Kali ini dia jatuh dengan gaya 'anjing liar berebut kotoran'.
Tadinya para penonton yang melihat Ge La Tu bersalto dengan
hebat sempat menjadi geger. Tidak disangka begitu biksu itu berdiri,
dia jatuh dengan posisi tengkurap.
Penonton kembali tertawa terbahak-bahak.
Ge La Tu terjatuh dan Shen Tai Gong mengambil kesempatan ini
menyerang Ge La Tu. Tapi dada kirinya terasa nyeri. Otomatis
gerakannya menjadi lambat. Ge La Tu adalah orang yang lihai,
walaupun dia sudah jatuh dengan posisi telungkup, dia segera
berdiri dan meraung. Tiba-tiba Shen Tai Gong berkata, "Biasanya
seekor binatang bisa bangun lebih cepat!"
Mendengar ucapan itu penonton segera tertawa lagi.
Waktu itu Ge La Tu sudah menerjang dan menyerang Shen Tai
Gong dari atas, dia marah-marah dengan bahasa Han kaku berkata,
"Binatang!" ~
Ge LaTu marah dan berteriak lagi, "Ge Wu Ling Ge Er Ling Tian
Tong Lai Ba Bu Jia Le!"
Shen Tai Gong menggaruk-garuk rambutnya dan bertanya
kepada penonton, "Apa yang dikatakan orang ini tadi? Bagian depan
aku tidak mengerti, aku hanya mengerti 3 huruf terakhir, yaitu Bu
Jia Le (tidak mau menikah)."
Sejak tadi penonton sudah dibuat tegang dengan pertarungan
antara Xin Wu Er dan Xi Wu Hou. Lalu terkaget-kaget dengan
pertarungan antara Bao Xian Ding dan Wan Yan Zhu. Sekarang
begitu Shen Tai Gong muncul, dan lawannya adalah seorang La Ma
aneh, mereka tertawa hingga perutnya terasa sakit melihat kelakuan
Shen Tai Gong.
Melihat penonton tertawa lagi, Ge La Tu benar-benar marah,
tiba-tiba Shen Tai Gong memberi hormat dengan mengajukan kedua
tangannya kedepan, Ge La Tu kaget, dia mengira Shen Tai Gong
bertujuan lain kepadanya, terdengar Shen Tai Gong berkata, "Aku
minta petunjuk dari Guru Besar."
Dengan aneh GeLa Tu bertanya, "Aku?"
"Benar, Anda," jawab Shen Tai Gong dengan sikap hormat.
"Ada petunjuk apa?"
"Apakah Anda sudah mendapatkan jawaban dari teka teki itu?"
"Teka teki apa?"
"Guru Besar begitu pintar, masa tidak bisa menebaknya?"
"Kapan kau menyuruhku menebaknya?"
Shen Tai Gong menggaruk-garuk rambutnya yang putih, dia
tampak berpikir sebentar, lalu berkata, "Hari ini, di sisi sungai Huai
He...aku pernah mengatakan sebuah kalimat, kemudian setelah itu
aku lari...."
Dengan senang Ge La Tu tertawa, "Oh teka teki itu, jangan
beritahu dulu jawabannya, kalau aku tebak, entah ini benar atau
tidak yaitu, 'ayah Pangeran Jin adalah Xia Hou Lie dan Xia Hou Lie
adalah putra Fang Zhen Mei. Apakah benar?"
Shen Tai Gong mengacungkan jempolnya dan memuji, "Bagus,
sangat bagus dan jawaban yang pintar. Anakku yang baik!" \
Penonton tidak tahu asal usul ceritanya, hanya mendengar nama Xia
Hou Lie, Pangeran Jin, dan yang terakhir adalah putra Fang Zhen
Mei, di bawah panggung terdengar ada yang sudah tertawa
terbahak-bahak.
Ternyata yang tertawa adalah Wo Shi Shui, semua orang tidak
tahu apa-apa, tapi pada saat mendengar nama Fang Zhen Mei yang
berada di pihak yang menguntungkan, merekapun ikut tertawa.
Wajah Pangeran Jin berubah, terdengar Xia Hou Lie membentak,
"Diam!"
Ge La Tu bergetar dan membalikkan tubuh, terlihat tangan kanan
Pangeran Jin diangkat. Jempol dan jari telunjuknya menyentil angin
kuat. Angin itu masuk ke dalam mulut Ge La Tu yang menganga
dan terdengar suara, "TUK!" gigi depan Ge La Tu terlepas disertai
dengan darah, lalu melayang keluar dari mulutnya!
Tadinya gigi Ge La Tu sudah terpancing hingga copot oleh Shen
Tai Gong dan tersisa satu, sekarang setelah disentil oleh Pangeran
Jin, Ge La Tu sudah tidak mempunyai gigi depan lagi.
Terdengar Pangeran Jin masih marah-marah dengan bahasanya!
Ge La Tu berlutut dan memohon-mohon dengan bahasa mereka.
Rakyat negeri Song yang melihat kejadian itu tertawa dan
berkata, "Lihatlah, kelakuannya seperti seekor anjing!"
"Sudah seperti itu untuk apa bertarung lagi?"
Tiba-tiba Pangeran Jin membentak dengan bahasa mereka, Ge
La Tu segera membalikkan tubuh dan menyerang.
Kali ini serangan yang dilakukannya benar-benar hebat.
Sebenarnya kata-kata Shen Tai Gong tadi tidak lain adalah ingin
memancing kemarahan Ge La Tu. Kemampuan ilmu silat Ge La Tu
dan Shen Tai Gong sebenarnya hampir sama. Kalau bertarung
dalam waktu lama, mungkin saja Shen Tai Gong bisa menang, tapi
dadanya terasa nyeri karena dia sudah terluka oleh biji tasbih kayu
milik Ge La Tu. Karena merasa kesakitan maka kemampuan ilmu
silatnya pasti berkurang, karena itulah dia ingin memancing
kemarahan Ge La Tu dan bisa memenangkan pertarungan ini.
Tapi Pangeran Jin sudah mengetahui maksudnya maka diapun
mengeluarkan kata-kata peringatan kepada Ge La Tu. Karena itulah
Ge La Tu segera menyerangnya, dan rencana Shen Tai Gong jadi
tidak terlaksana dengan baik.
Jubah merah Ge LaTu menutupi Shen Tai Gong dari atas!
Shen Tai Gong segera mundur dengan cepat, tapi di sekelilingnya
hanya terlihat bayangan berwarna merah. Seperti ada sebuah jala
yang datang dari langit dan menutupinya.
Shen Tai Gong membentak, kail yang berada di tangan kanannya
ditancapkan ke bawah, seperti sebuah tiang.
Dan dari atas terlihat ada kain merah yang berkibar!
Shen Tai Gong segera keluar dari sela-sela kain merah itu.
Ge La Tu dengan jubahnya menutupi Shen Tai Gong dan
menganggap kalau dia tidak akan bisa melarikan diri, dan Ge La Tu
pun mulai menyerang dengan telapak tangannya!
Tenaga telapaknya menghasilkan angin keras, jubah itu menutupi
pancingan ikan, lalu terbang keluar dari panggung!
Kalau Shen Tai Gong masih terjebak di dalam jubah, mungkin dia
akan langsung mati!
Shen Tai Gong dengan kail ikannya berhasil menukar posisinya
sehingga tidak tertutup jubah merah Ge LaTu.
Begitu Ge La Tu menyerang, Shen Tai Gong sudah tidak berada
di sana!
Hal ini sama sekali tidak terpikirkan oleh Ge La Tu, kalau Shen
Tai Gong dengan cepat sudah menotok dari kiri dan kanan. Tapi
tiba-tiba dadanya terasa nyeri lagi, membuat gerakannya agak
lambat. Ge La Tu sudah melepaskan lagi dua biji tasbih yang
tergantung di lehernya!
Terpaksa Shen Tai Gong menarik kembali jurusnya dan meloncat
untuk menghindar.
Tadi pagi pada saat bertarung di sisi sungai Huai He, karena
Shen Tai Gong harus menghadapi Kingkong bertangan besi, Cheng
Qian Jin, maka dia terkena serangan Ge La Tu yang dilancarkan
dengan diam-diam. Dan biji tasbih kayu itu berhasil mematahkan
salah s atu tulang rusuknya. Jadi kalau dia menggerakkan tubuhnya,
dadanya akan terasa sakit, selain itu Shen Tai Gong tidak
mempunyai waktu untuk beristirahat. Maka pada saat dia harus
bertarung tenaganya berkurang banyak.
Shen Tai Gong berhasil menghindari dua butir biji tasbih itu, Ge
LaTu melepaskan lagi dua butir biji tasbih. Terpaksa Shen Tai Gong
menggunakan keranjang ikan untuk menyambut serangan itu. Ge La
Tu meraung, sekop yang berbentuk gigi itu dimainkan, bayangan
sekop terus menyerang Shen Tai Gong.
Panjang sekop itu adalah 7 kaki, beratnya 15 kilogram, diangkat
oleh Ge La Tu dengan tenaga besar, sehingga mengeluarkan suara
WUSHIWUSH!
Panggung yang lebar dan kosong tidak ada tempat untuk
bersembunyi lagi, tapi karena Shen Tai Gong bertubuh kecil dan
ilmu meringankan tubuhnya bagus, dia masih bisa menghindar.
Dengan gesit dia melompat, bergeser, tapi karena dia tidak
memegang senjata, dia selalu berada dalam keadaan berbahaya,
celakanya lagi rasa sakit di tulang rusuknya bertambah-tambah,
lama kelamaan rasa sakit itu mengganggu kelincahan dan
kecepatan tubuhnya.
Orang-orang yang berada di bawah panggung juga ikut merasa
khawatir dengan keadaan Shen Tai Gong, mereka tampak sangat
tegang.
0-0-0
Tubuh Fang Zhen Mei tidak basah oleh keringat, hanya saja dari
atas kepalanya terlihat ada asap putih yang tipis.
Dia terus berusaha untuk berlari, sambil berlari dia terus
menggumamkan kata, "Xia Guan,XiaGuan!"
Tapi dengan cara lari seperti itu akan menguras banyak tenaga
dan waktu itu dia melihat di sisi jalan ada seekor kuda.
Kuda itu dibawanya dari Xia Guan pada saat perjalanannya
menuju Wu Long Shan, dan dia melepaskannya di tengah
perjalanan.
Kuda itu sudah cukup beristirahat dan tenaganya sudah pulih.
Fang Zhen Mei terbang ke atas punggung kuda, kedua kakinya
menjepit perut kuda, kuda meringkik dan terus berlari dengan
kencang!
0-0-0
Shen Tai Gong dipaksa oleh Ge La Tu, dia berada dalam
berbahaya. Beberapa kali Shen Tai Gong menyerempet bahaya,
untungnya beberapa kali pula Shen Tai Gong masih bisa
menghindar.
Semua orang melihat gerakan tubuh Shen Tai Gong tidak begitu
lincah.
70 jurus sudah berlalu, Ge La Tu tidak terlihat lelah karena
tenaganya sangat besar, dia bertambah berani menyerang Shen Tai
Gong. Kedua matanya memancarkan nafsu jahat, dia mulai
menggunakan ilmu hipnotisnya. Shen Tai Gong kelelahan dan tidak
berani menatap mata Ge La Tu, karena serangan sekop Ge La Tu,
Shen Tai Gong tidak bisa melihat dengan jelas, dan ini membuat
posisi Shen Tai Gong sangat berbahaya.
Ge La Tu memaksa Shen Tai Gong sampai di pinggir panggung
dan, "Hua, hua, hua!" dia melepaskan lagi dua butir biji tasbih kayu!
Dengan keranjang ikannya, Shen Tai Gong menyambut dua butir
biji tasbih itu.
Ge La Tu meraung lagi. Dengan jurus Wu Long Ru Dong (Naga
hitam masuk gua) dia terus menyekop Shen Tai Gong. Shen Tai
Gong menunduk dia masih bisa menghindar. Ge La Tu melepaskan
lagi 2 butir biji tasbihnya.
Shen Tai Gong tetap menyambut dengan keranjang ikannya!
Tiba-tiba terdengar suara yang membentak, "Kukembalikan
padamu!"
Keranjang ikan dilayangkan, puluhan butir biji tasbih keluar dari
keranjang ikan!
Pada waktu itu, diapun menghadang ke depan. Begitu sampai di
depan, dia langsung mengeluarkan 4 jurus. Jurus ini antara lain Dai
Ma Jiang Jun, dan lain-lain.
Kedua lengan baju Ge La Tu tampak berkibar. Dia menyambut
biji tasbih kayu itu ke dalam lengan bajunya yang lebar.
Shen Tai Gong baru menyerang Ge La Tu dengan 4 jurus, tapi Ge
LaTu dengan jurus-jurus Gui Wang Po San dan lain-lainnya berhasil
mematahkan serangan Shen Tai Gong.
Tiba-tiba biji tasbih kayu yang berada di leher Ge La Tu dan yang
ada di lengan bajunya yang berjumlah 108 butir, dilepaskan keluar.
Mutiara kayu itu jumlahnya banyak dan ditembakkan dengan cepat,
membuat Shen Tai Gong tidak bisa menghindar lagi.
Pada saat itu, kedua mata Ge La Tu tampak melotot dan dia
berteriak sambil meloncat-loncat. Dengan bersusah payah dia baru
bisa mengeluarkan seekor ikan yang masih hidup dari balik
dadanya.
Karena gerakan itu, tenaga dari biji tasbih kayu yang
ditembakkan olehnya tenaganya berkurang dan arahnya
tembakannya tidak tepat. Ada yang terbang ke sisi panggung, ada
pula ke tempat kosong, ada yang menembak ke arah tiang, ada
yang mengarah ke belakang tirai panggung, ada yang menyerang
Shen Tai Gong, ada yang menembak ke bawah panggung, ada juga
yang menembak ke arah kerumunan penonton.
Pesilat-pesilat yang berilmu tinggi masih bisa menyambut biji
tasbih kayu itu. Yang berilmu rendah atau yang tidak bisa ilmu silat
pasti akan terkena. Mereka berteriak.
Untung biji tasbih yang menyerang ke bawah tenaganya sudah
berkurang banyak karena jaraknya terlalu jauh. Tapi tetap saja ada
3 orang yang terluka. Yang satu kepalanya pecah, yang satu gigi
depan pecah, yang satu lagi matanya terkena!
Long Zhai Tian, Luo Tong Bei, Biksu Hua Hui, dan Pendeta Bu
Tong pada waktu yang sama meloncat. Long Zhai Tian marah dan
berkata, "Sembarangan melukai rakyat negara Song! Apa
maksudnya?"
Sambil tertawa dingin Pangeran Jin menjawab, "Jangankan
terluka, kalau aku menyuruh Ge La Tu membunuh mereka, juga kau
bisa apa?"
Matanya dipenuhi dengan nafsu membunuh, tiba-tiba ada
seseorang yang tertawa dingin berkata, "Apakah hanya kau seorang
diri bisa membunuh mereka?" Kata-kata ini membuat Pangeran Jin
terpaku.
Ternyata yang bicara adalah Pendekar Wo Shi Shui.
Xia Hou Lie yang berdiri di sisi Pangeran Jin tertawa dingin dan
menjawab, "Kau sendiri yang mencari mati, jangan salahkan kalau
aku tidak berperasaan!"
Wo Shi Shui tertawa terbahak-bahak, "Kau bukan kekasihku,
siapa yang menyuruhmu mempunyai suatu perasaan kepadaku?"
Di bawah panggung mereka bertengkar. Di atas panggung terjadi
perubahan lagi.
Ternyata sewaktu Shen Tai Gong mengeluarkan biji tasbih dari
keranjang, diapun mengeluarkan seekor ikan hidup. Ge LaTu tidak
tahu, jadi semua biji tasbih yang ditembakkan oleh Shen Tai Gong
diterimanya. Karena ikan itu tidak ada air dan dia terus
menggelepar, sehingga senjata rahasia yang dilepaskan ke arah
Shen Tai Gong kebanyakan tidak mengenai sasaran!
Semua yang ditujukan kepada Shen Tai Gong, hampir semua
disambut dengan baik, hanya ada sebutir biji tasbih yang menancap
ke dalam kaki kanan.
Ge La Tu mengeluarkan ikan itu sambil marah-marah dan berkata
dalam bahasanya. Kemudian dengan gerakan agak lambat, dia
mengambil sekop dan siap memukul. Pada saat dia bergerak sedikit
lambat, Shen Tai Gong sudah datang menyerangnya.
Sekop yang diangkat untuk memukul Shen Tai Gong tidak bisa
digunakan karena terlalu dekat.
Di belakang Ge La Tu sudah tepian panggung, dia tidak bisa
mundur lagi.
Kakinya Shen Tai Kong yang terluka sulit digerakkan apalagi
untuk menghindar. Melihat lawannya berada di tepian panggung
dengan memaksalan diri dia menerjang. Sebelum sekop Ga Le Tu
dilayangkan, dia sudah menerjang masuk ke dalam pelukan Ge La
Tu dan mendorongnya.
Tidak disangka, kaki Ge La Tu sangat kuat dan tidak bisa
didorong.
Sekop sudah memukulnya.
Shen Tai Gong tidak mempunyai kesempatan untuk menghindar,
terpaksa dia berjongkok melewati bawah kaki Ge La Tu yang
terbuka.
Tadinya Ge LaTu mengira kali ini dia pasti berhasil mengenai
sasaran, tapi secara tiba-tiba Shen Tai Gong menghilang. Karena
terlalu besar mengeluarkan tenaga dan tiba-tiba berhenti membuat
perutnya tertusuk oleh sekop bergigi itu!
Untung Ge La Tu dengan cepat menarik kembali tenaganya,
kalau tidak, walaupun dia mempunyai tulang besi dan kulit
tembaga, dia pasti akan terluka parah.
Pada waktu itu, Ge La Tu merasa kakinya melayang.
Ternyata begitu Shen Tai Gong melewati kedua kaki Ge La Tu,
dia menarik pergelangan kaki GeLaTu!
Kuda-kuda yang dipasang Ge La Tu sangat kuat. Tarikan Shen
Tai Gong tidak membuatnya jatuh, malah membuat Ge La Tu marah
dan menjepit Shen Tai Gong dengan kakinya!
Jepitan kaki Ge La Tu seperti dua dinding, pada saat bersamaan
mendekatinya!
Shen Tai Gong mendengar derak tulangnya karena dijepit
dengan kuat!
Sambil bertahan, dia tidak berusaha untuk memberontak malah
dengan sekuat tenaga berusaha untuk berdiri.
Karena sama sekali tidak ada persiapan, Ge La Tu menabrak
tiang, dia merasa sakit dan berteriak, sekopnya terlepas dari
genggamannya dan terjatuh. Sambil menahan sakit, dia
mengeluarkan kedua telapak tangannya dan memukul pantat Shen
Tai Gong!
Shen Tai Gong yang dipukul 2 kali, merasa sangat sakit.
Walaupun Ge La Tu sudah terluka, tapi serangan telapaknya yang
bernama Hong Sha Zhang sangat terkenal dengan kekerasannya.
Dua pukulan yang dilayangkan cukup membuat Shen Tai Gong tidak
bisa duduk dalam waktu 2 bulan!
Walaupun Shen Tai Gong merasa sangat sakit, tapi dia masih
bisa menahan sakit dan berpikir. "Jika terus bertarung dengan cara
seperti ini, pihak Song pasti akan kalah." Segera dia terpikirkan
sesuatu.
Kaki Ge La Tu memang masih menjepit pinggang Shen Tai Gong.
Melihat Shen Tai
Gong mulai bergerak-gerak, dia berpikir, "Bagaimanapun juga
aku tidak akan melepaskanmu, aku akan menjepitmu sampai mati!"
Sebenarnya pada saat Shen Tai Gong terjepit, dia merasa tulang
dan syaraf-syaraf seluruh tubuhnya hampir putus, apalagi beban
badan Ge La Tu ada di pundaknya. Dengan cepat Shen Tai Gong
lari.
Punggung Ge La Tu menghadap keluar. Dia badannya bergerak
turun ke bawah. Dia berpikir kali ini dia pasti akan celaka.
Bagaimanapun juga Shen Tai Gong tidak boleh dilepas begitu saja,
tapi Shen Tai Gong sudah bersalto dan membuat kepala Ge La Tu
beradu dengan papan panggung dan terbanting lagi ke bawah
panggung.
Di bawah panggung memang tidak ada bebatuan tapi merupakan
tanah keras. Karena terjatuh, Ge La Tu terpaksa melepaskan
jepitannya, dia segera pingsan, ujung kaki Shen Tai Gong menotol
tubuh Ge La Tu dan naik ke panggung!
Kedua kaki Shen Tai Gong tidak mengenai tanah, dia
menggunakan rubuh Ge La Tu untuk tempat berpijak dan naik
kembali ke atas panggung. Bila dia bisa kembali lagi ke panggung,
dia tidak dihitung kalah. Tapi sayang, Shen Tai Gong sudah sangat
lelah karena dijepit oleh Ge La Tu. Dia menginjak badan Ge La Tu
untuk naik, dalam jarak kurang dari 15 sentimeter dia bisa naik tapi
tubuhnya malah merosot ke bawah!
Kedua tangan Shen Tai Gong langsung mencengkram sisi
panggung. Dengan sekuat tenaga dia mengayunkan tubuhnya.
Akhirnya dia berhasil naik ke panggung, tubuhnya tampak tidak
stabil dan dia berjalan terhuyung-huyung, tapi dia tidak terbanting
ke bawah. Penonton bersorak. Teriakan mereka seperti guntur,
tidak berhenti dalam waktu lama! Wajah Paneran Jin berubah
menjadi berwarna hijau pucat karena marah. Xia Hou Lie berdiri dan
berkata, "Pak tua tadi sudah terbanting ke bawah."
Jawab Long Zhai Tian, "Tapi kakinya tidak mengenai tanah,
berarti dia tidak dihitung kalah!"
Luo Tong Bei menyambung, "Tapi si keledai bodoh itu pingsan di
bawah panggung, apakah matamu buta?"
Xia Hou Lie berteriak, "Kalian licik!" . Shen Tai Gong yang berada
di atas panggung tertawa dan berkata, "Apakah pertarungan ini
hanya beradu ilmu silat tapi tidak beradu kepintaran?"
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Hasil babak keempat"
Dia mendekat. Shen Tai Gong yang masih berusaha tersenyum
walaupun kesakitan. Berarti dia berhasil memenangkan babak ini.
Tapi karena kaki kirinya tertembak biji tasbih, kakinya langsung
terasa lemas. Dia ingin menggapai Shi Wen Sheng untuk berdiri. Shi
Wen Sheng malah mengira Shen Tai Gong akan menyerangnyaa.
Dan dia membalikkan tangan dan mendorong Shen Tai Gongi Shen
Tai Gong tidak bisa berdiri tegak dan diapun terbanting ke bawah
panggung.
Shi Wen Sheng dengan kaget berteriak, "Tetua Shen"
Shen Tai Gong terjatuh ke bawah panggung. Penonton segera
mengeluarkan suara menyayangkan. Sifat Shen Tai Gong sangat
terbuka. Bukan karena Shi Wen Sheng mendorongnya dia marah.
Dia memegang tiang dan berusaha bangun. Ge La Tu sudah
siuman. Tubuh biksu ini benar-benar kuat. Shen Tai Gong tertawa,
"Jangan -menyalahkanku, aku juga tidak menang. Kita seri. Tapi
tadi pagi kau menyerangku dengan tiba-tiba, sekarang aku telah
membantingmu seperti kura-kura. Kita impas!"
Terdengar Shi Wen Sheng dari atas panggung sudah berteriak,
"Pihak Song dan pihak Jin bertarung. Dari pihak Song diwakili oleh
Shen Tai Gong. Dari pihak Jin diwakili oleh Ge La Tu. Tidak ada
yang kalah dan tidak ada yang menang, berarti babak ini seri."
Penonton ribut karena menyayangkan hasilnya.
Pangeran Jin dan Xia Hou Lie melihat Shen Tai Gong tidak
menang, mereka tidak banyak berbicara lagi.
Terdengar Shi Wen Sheng berkata, "Akhir pertarungan sampai
babak keempat adalah, pihak Song menang dua babak dan seri 2
babak. Jika menang satu babak lagi, maka pihak Song akan
menang."
Pertarungan hanya terdiri dari 7 babak.
Bila berhasil memenangkan satu babak lagi, maka negara Song
akan menang. Kelihatannya dari pihak Jin hanya tersisa
Pangeran Jin dan Xia Hou Lie. Mereka sangat tenang dan
bagaimana dengan pihak Song?
Hanya ada Wo Shi Shui yang sudah terluka, Hua Hui Bu Tong,
dan Luo Tong Bei.
Memikirkan hal ini, tangan Long Zhai Tian terasa dingin. Luka di
dadanya semakin terasa sakit. Keringat dingin terus keluar.
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pihak Song dan pihak Jin
bertarung, babak kelima"
Kata-katanya belum selesai, dari kiri dan kanan panggung sudah
ada 2 bayangan orang seperti awan hitam muncul di atas
panggung. Pada waktu bayangan kedua itu mendarat di atas
panggung, suara kelepak baju terdengar. Mereka sudah bertarung
12 jurus.
0-0-0

BAB 16
Pahlawan bertarung dengan darah

Bayangan itu berpisah.


Penonton belum bisa melihat dengan jelas siapakah kedua orang
yang sedang bertarung itu.
Hanya terdengar suara angin pukulan dan bayangan yang sedang
bergerak lalu kemudian berhenti. Kedua laki-laki itu seperti dewa
yang baru turun dari langit, sekarang saling berhadapan dan saling
memandang.
Yang satu adalah orang Qi Dan, memakai baju Qi Dan. Yang satu
memakai baju hitam-ketat.
Itulah Xia Hou Lie dan Wo Shi Shui. Terdengar Xia Hou Lie
berkata, "Baik sekali!"
Dengan dingin Wo Shi Shui berkata, "Apa yang baik?"
"Ilmu silat, fisik, dan keberanian," jawab Xia Hou Lie.
Wo Shi Shui masih ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia
membuka mulutnya. Darah keluar dari mulutnya. Ternyata tadi pagi,
di sisi sungai Huai He, Wo Shi Shui sempat dipukul Xia Hou Lie.
Pundaknyapun ditusuk oleh Qian Li Hua.
Tusukan Qiao Li Hua, untuk seorang laki-laki besi seperti Wo Shi
Shui bukan apa-apa, tapi pukulan Xia Hou Lie, membuatnya terluka
dalam, tidak ada seorangpun yang pernah bisa berdiri lagi
setelah dipukul oleh Xia Hou Lie.
Mungkin untuk berdiripun sudah tidak sanggup.
Tapi Wo Shi Shui dalam kurun waktu 2 hari berturut-turut
terkena pukulan Xia Hou Lie sebanyak 2 kali! sekarang Wo Shi Shui
masih belum roboh.
Tapi pertarungan yang berlangsung seperti kilat tadi, dalam 12
jurus telah membuat luka dalam Wo Shi Shui kambuh lagi ketika dia
ingin bicara, tapi yang keluar malah darah.
Sejak kecil tubuh Wo Shi Shui memang sangat kuat, berbeda
dengan orang lain, dia pernah mengalami kejadian aneh dan sempat
mendapatkan obat langka mengobati lukanya. Karena alasan itulah
maka tubuhnya sangat kuat. Tidak semua orang biasa bisa
menandinginya.
0-0-0
Sesudah Wo Shi Shui muntah darah dia menghela nafas dan
berkata, "Jangan banyak bicara lagi!"
"Kau seorang laki-laki sejati. Aku akan membantumu," kataXia
Hou Lie.
"Tidak perlu, aku masih bisa bertahan hidup," seru Wo Shi Shui.
"Tapi sayang, kau tidak akan bisa hidup sampai 15 menit
kemudian," Xia Hou Lie menggelengkan kepala.
"Kita harus bertarung dulu baru akan tahu hasil akhirnya," Wo
Shi Shui tertawa dengan dingin.
"Walaupun aku berniat membantumu, tapi sekarang sudah tidak
bisa," Xia Hou Lie tiba-tiba bicara seperti itu.
"Oh ya?" Wo Shi Shui merasa aneh dengan perkataannya.
"Karena..." Xia Hou Lie menarik nafas panjang.
Wo Shi Shui masih mendengarkan. Dengan ringan Xia Hou Lie
melanjutkan lagi, "Aku berniat untuk membunuhmu dan akan
segera membunuhmu."
Sambil bicara seperti iut dia sudah menyerang dengan 34 jurus
andalannya.
34 jurusnya adalah ilmu silat yang perubahan nya susah diduga.
Wo Shi Shui sudah. tidak sanggup menerima serangannya.
Dengan kondisi tubuhnya yang sekarang, dia tidak bisa menyambut
satu juruspun.
0-0-0
Wo Shi Shui berpikir dia tidak akan sanggup menyambut semua
serangan Xia Hou Lie.
Kalau tidak bisa, tentu saja jangan disambut. Ini adalah prinsip
Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui memukul dengan kepalannya.
Hei Hu Tou Xin (harimau hitam mencuri hati).
Dalam ilmu silat, jurus itu adalah jurus paling umum dan paling
mudah dilakukan, setiap orang pasti bisa melakukannya.
Tapi saat jurus ini dikeluarkan, tampak ada satu
keistimewaannya.
Melancarkan jurus Hei Hu Tou Xin dengan sempurna, harus
cepat, tepat dan ganas.
Walaupun Xia Hou Lie menyerangnya dengan jurus apapun atau
dengan 34 jurus andalan menyerangnya secara bertubi-tubi, Xia
Hou Lie tetap tidak akan bisa menghiraukan jurus ini.
Jurus yang paling sederhana seringkali merupakan jurus yang
paling berguna.
0-0-0
Bayangan kepalan segera menghilang.
34 jurus serangannya berubah menjadi bayangan tubuh. Dengan
cepat bayangan itu mundur.
Untuk mematahkan jurus Hei Hu Tou Xin, dia melakukan 34
tendangan.
Xia Hou Lie tidak bergerak. Walaupun penonton terus
melihatnya, orang itupun tidak akan tahu. Dia telah menendang 34
kali tendangan yang hebat dan ganas.
Hanya Xia Hou Lie bisa memberikan jawabannya, satu kali
tendangannya sama dengan menendang mati seekor kuda Qi Dan
yang gagah. Apalagi bila menendang orang.
Wo Shi Shui tidak berusaha menghindar.
Dia membalikkan tangan. Dengan jurus Hai Ti Lao Yue (Dasar
laut, menjaring bulan), dia mencengkram kaki Xia Hou Lie dengan
tangannya.
Jurus Hai Ti Lao Yue sangat sederhana. Orang yang baru belajar
ilmu silat juga dalam waktu setengah hari bisa langsung
menguasainya. Tapi begitu jurus itu dilancarkan, seekor nyamuk
yang lewatpun bisa ditangkap olehnya tapi tidak melukai kaki atau
sayap nyamuk itu.
Jurus ini pasti dimiliki setiap perkumpulan tapi tidak ada orang
yang bisa menguasainya sempurna seperti Wo Shi Shui.
Mengerti tidak akan gunanya, mengerti kapan bisa dipakai baru
tahu bahwa jurus itu sangat berguna.
0-0-0
Semua bayangan tendangan tiba-tiba menghilang.
Xia Hou Lie sudah berada di belakang Wo Shi Shui.
Entah dengan cara apa Xia Hou Lie menghindar, nyatanya
sekarang Xia Hou Lie sudah berada di belakang Wo Shi Shui dan
sudah menyerang dengan telapak tangannya.
Wo Shi Shui seperti tahu Xia Hou Lie akan menghampiri ke
belakangnya. Dia menolehkan kepalanya dan siap memukul.
Du Pi Hua Shan (Membelah Hua Shan).
Jurus Du Pi Hua Shan, semua perkumpulan di dunia persilatan
pasti memiliki jurus ini. Tapi setiap kali bertarung jarang ada yang
menggunakan jurus ini, karena jurus ini terlalu kuno dan sudah
terlalu tua.
Tapi Wo Shi Shui mengeluarkannya sekarang ini.
Walaupun Xia Hou Lie bisa menggetarkan Wo Shi Shui hingga
organ tubuhnya hancur, tapi Wo Shi Shui jamin dia bisa membelah
Xia Hou Lie menjadi 2 bagian.
Tentu saja Xia Hou Lie tidak mau sama-sama berkorban jiwa.
Di antara orang-orang Qi Dan, dia yang terkenal paling
pemberani. Dalam usia 9 tahun, dia sudah bergulat dengan cheetah.
Usia 10 tahun bisa menangkap harimau tapi selama ini dia belum
pernah bertemu orang seperti Wo Shi Shui, sama-samatidak pernah
merasa takut.
Kalau dia bisa menggetarkan Wo Shi Shui sampai organ
dalamnya hancur, resikonya diapun akan terbelah menjadi dua, apa
gunanya semua ini?
Karena itu dia menarik kembali tangannya kemudian berputar
dan mengeluarkan lagi tangan yang lain untuk menahan telapak Wo
Shi Shui!
Tapi waktu itu pukulan tangan kosong Wo Shi Shui tiba-tiba
berubah.
0-0-0
Berubah menjadi jurus aneh, cepat, dan sadis.
Telapaknya berubah menjadi kepalan. Jarinya mematuk
kemudian dari bentuk patukan berubah menjadi kaitan. Dari bentuk
kaitan menjadi cakar. "He!" Dia sudah mencengkram tangan kanan
Xia Hou Lie.
Pada waktu bersamaan, ilmu silat Xia Hou Lie pun berubah. Jurus
Xia Hou Lie berubah dari telapak menjadi kepalan. Dengan
sangat bertenaga dan cepat, dia mengeluarkan serangan. Jurus itu
juga merupakan jurus Hei HuTouXin.
BUG, kepalan itu mengenai Wo Shi Shui.
Ini adalah ketiga kalinya Wo Shi Shui terkena pukulan dari Xia
Hou Lie.
Sebenarnya bukan karena Wo Shi Shui tidak melihat jurus ini,
melainkan karena dia mengira dia berhasil mencengkram tangan
kanan Xia Hou Lie. Tangan Xia Hou Lie yang sudah terluka,
pukulannya menjadi tidak bertenaga.
Tapi Wo Shi Shui segera mengetahui keadaan ini, dia telah salah
tafsir dan melakukan kesalahan besar.
Karena kekuatan tubuh Xia Hou Lie tidak seperti yang
diperkirakannya.
Beberapa kali melakukan perubahan, dia merasa sangat lelah.
Cakar yang menusuk ke tangan Xia Hou Lie tidak berhasil membuat
Xia Hou Lie terluka, apalagi untuk mematahkan tulang dan nadi.
Kepalan tangan Xia Hou Lie mengenainya tanpa ampun.
Begitu terkena kepalan itu, Wo Shi Shui tidak mampu bertahan
lagi dan diapun melayang keluar.
Melayang keluar dari panggung.
Xia Hou Lie tahu bahwa Wo Shi Shui tidak bertenaga lagi, maka
diapun bertahan dengan tubuh terluka supaya bisa memukul Wo Shi
Shui keluar dari arena pertarungan.
Perkiraan Xia Hou Lie tidak meleset.
0-0-0
Tidak, hanya melakukan sedikit kesalahan.
Memang Wo Shi Shui dipukul hingga melayang keluar dari
panggung, tapi sebelum dia melayang, dia telah melakukan sesuatu.
Sebenarnya hal ini bukan merupakan hal penting yang harus
diperhitungkan. Dia hanya mengencangkan kekuatan cakarnya.
Karena cakarnya dikencangkan, berarti tangan Wo Shi Shui dan
tangan Xia Hou Lie saling berpegangan. Kalau Wo Shi Shui
melayang, otomatis Xia Hou Lie terbawa.
Karena Xia Hou Lie masih menyayangi tangannya, dia tidak akan
diam dan membiarkan tangannya putus.
Hanya dalam waktu singkat, Xia Hou Lie bisa memikirkan cara
supaya dia tidak terbawa oleh Wo Shi Shui. Tapi Wo Shi Shui
melakukan satu tindakan lagi.
Dia membuka mulut dan memuntahkan darah.
Darah menyembur ke wajah Xia Hou Lie.
Ini terjadi setelah Wo Shi Shui terkena pukulan Xia Hou Lie untuk
ketiga kalinya, Wo Shi Shui menyembur wajah Xia Hou Lie dengan
muntahan darahnya untuk kedua kali.
Darah menyemproti wajah Xia Hou Lie. Walaupun dapat
menahan dengan tenaga dalamnya tapi Xia Hou Lie tetap merasa
sakit dan tidak bisa membuka matanya
Waktu itu, mereka berdua sudah melayang keluar dari panggung
dan terjatuh ke tanah
Xia Hou Lie telah melukai Wo Shi Shui dan dia mengira Wo Shi
Shui kalah, karena itu dia menahan sakit dicakar Wo Shi Shui. Tapi
dia tidak menyangka karena cakaran ini, telah membuatnya terjatuh
dari panggung
Wo Shi Shui sudah memperhitungkan semua ini. Dia memilih
mengorbankan tubuhnya supaya hasil akhir babak keempat adalah
seri.
Pelan-pelan Xia Hou Lie membersihkan darah di wajahnya. Dalam
hati dia berdoa, supaya jangan lagi bertemu musuh seperti Wo Shi
Shui selamanya.
0-0-0
Wajah Wo Shi Shui sangat pucat. Bahkan untuk berdiripun sudah
tidak sanggup.
Nafasnya terengah-engah, menggeser tubuhnya juga sangat
sulit.
Tidak ada orang yang bisa menahan pukulan Xia Hou Lie, tapi dia
sudah 3 kali menerima pukulan Xia Hou Lie. Shen Tai Gong yang
sudah terluka, tergopoh-gopoh mendatangi dan segera
memapahnya.
Terdengar Wo Shi Shui sambil tertawa kecut, .berkata, "Lao...
Shen.. .aku.. .tidak.. .kalah.. .kan?"
Shi Wen Sheng yang berada di atas panggung berteriak lagi,
"Pihak Song dan pihak Jin bertarung, hasil babak kelima, dari pihak
Song diwakili Wo Shi Shui. Dari pihak Jin diwakili Xia Hou Lie.
Mereka bersama-sama jatuh keluar panggung, maka hasil akhir
pertarungan babak kelima adalah seri. Sampai sekarang pihak Song
telah menang 2 babak, dan seri 3 babak. Masih ada 2 babak yang
belum dipertandingkan"
0-0-0
Pada saat pertarungan antara Xin Wu Er dan Xi Wu Hou,
penonton terus bersorak. Pada babak pertarungan antara Bao Xian
Ding dan Wan Yan Zhu, penonton bergemuruh seperti guntur, pada
pertarungan antara Shen Tai Gong dan Ge La Tu, penonton
menahan tawanya karena tingkah laku Shen Tai Gong yang lucu.
Terakhir Shen Tai Gong turun panggung dan Ge La Tu terbanting di
bawah panggung. Mereka merasa masih ingin tertawa lagi.
Tapi begitu memasuki pertarungan antara Xia Hou Lie dan Wo
Shi Shui, jurus-jurus yang mereka lakukan sangat cepat. Penonton
sama sekali tidak bisa beraksi melihat mereka, bagaimana cara
mereka bertarung. Hanya melihat ada bayangan yang berkelebat.
Jurus-jurus mereka sangat sederhana. Kemudian terlihat Wo Shi
Shui muntah darah. Xia Hou Lie tertarik hingga turun dari
panggung. Walaupun penonton ingin bersorak tapi tidak tahu harus
dimulai dari mana.
Hanya ada beberapa orang pesilat tangguh seperti Long Zhai
Tian, Hua Hui Bu Tong, dan lainnya, pada saat melihat Wo Shi Shui
dan Xia Hou Lie muncul, hati Imereka seperti digantung. Nafaspun
menjadi sesak.
Babak ini sangat berbahaya, aneh, dan dalam waktu sangat
singkat dilalui. Ini adalah pertarungan seperti lupa pada kematian.
0-0-0
Sewaktu Shi Wen Sheng meneriakkan babak keenam, Long Zhai
Tian dan Luo Tong Bei bersama-sama berdiri!
Di dalam hembusan angin, alis dan rambut putih Long Zhai Tian
melayang-layang. Dia melihat Shi Hu. Luo Tong Bei.
Kata Luo Tong Bei, "Pendekar Long, aku yang akan bertarung!"
Kata Long Zhai Tian, "Aku yang bertarung!"
"Aku akan mencari tahu dulu sampai di mana kemapuan ilmu
silatnya. Jika aku kalah, Pendekar bisa menjadikan ini sebagai
pengalaman untuk mengalahkan Jin Zhen Ying!"
Long Zhai Tian menggelengkan kepala, "Aku pernah bertarung
dengannya, aku sudah tahu sampai di mana kemampuannya.
Apakah kita bisa menang, semua diatur oleh Yang Di Atas. Jika kau
naik dulu, kau akan menjadi korban yang tidak perlu dikorbankan."
Luo Tong Bei dengan cepat bicara, "Aku...."
Dengan serius Long Zhai Tian berkata lagi, "Jika aku kalah, kau
harus mencari cara bagaimana mengalahkannya. Saat itulah, kau
harus mengusirnya dari panggung."
Terdengar dari atas ada suara dingin, "Siapa yang siap
mengantarkan kematiannya? Apakah pihak Song sudah
merundingkannya?"
Yang bicara adalah Pangeran Jin. Entah sejak kapan dia sudah
naik ke atas panggung, tidak ada seorangpun yang tahu.
Alis dan kumis Long Zhai Tian melayang tertiup angin. Dia
membalikkan tubuh kemudian melihat Pangeran. Dengan langkah
tegap dia berjalan menuju panggung.
Begitu sampai di bawah panggung, hanya dengan melakukan
sedikit gerakan dia naik ke atas panggung. Dia memberi hormat
kepada Pangeran. Pangeran Jin melihat sikap Long Zhai Tian,
diapun memembalas memberi hormat.
Tidak ada ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi, tidak ada
ilmu silat yang kemampuannya selangit. Yang ada hanya langkah-
langkah mantap dan wibawa yang tinggi.
Dari Pendekar Huai Bei, Long Zhai Tian.
0-0-0
Pangeran Jin melihat Long Zhai Tian, tiba-tiba dia berkata,
"Sangat disayangkan."
"Apa yang disayangkan?" tanya Long Zhai Tian.
"Dengan kemampuan ilmu silat, kedudukanmu, kesetiaan, dan
baktimu kepada negara, pihak Song seharusnya memperhatikan
mu."
Long Zhai Tian tertawa dingin, "Seorang laki-laki sejati tidak
membutuhkan kedudukan dan kekayaan. Pangeran tidak perlu
mengatur hidupku."
Pangeran Jin tertawa, "Bagaimana dengan lukamu? Apakah kau
bisa bertarung?"
Long Zhai Tian bergetar.
Pangeran tertawa dingin dan berkata lagi, "Lebih baik kau ikut
saja denganku. Hari ini aku bisa saja tidak membunuhmu dan bisa
memberikan jabatan tinggi kepadamu. Aku jamin seumur hidupmu,
tidak akan habis dipakai."
Penonton yang berada di bawah panggung tidak bersuara.
Mereka diam menunggu saat kedua pesilat tangguh ini akan
bertarung.
Long Zhai Tian tiba-tiba tertawa.
Sorot mata Pangeran Jin terlihat aneh dan bertanya, "Apa yang
kau tertawakan?"
Long Zhai Tian tertawa, "Jangan mimpi. Putra negara Song tidak
akan mau mengalah terlebih dulu!"
Sudut mulut Pangeran Jin tampak bergerak. Terasa dia sudah
mengeluarkan hawa membunuh yang sadis, membuat orang merasa
gentar melihatnya.
Waktu itu, cahaya memenuhi langit, naga sudah keluar dari
sarangnya. Pedang Long Zhai Tian sudah keluar dari sarungnya!
0-0-0
Long Zhai Tian sudah menusuk.
Tiba-tiba Pangeran Jin terbang. Dia bergerak seperti sehelai daun
kering bisa menghindari tusukan itu. Satu kali tidak mengenai
sasaran, Long Zhai Tian menusuk sekali lagi.
Anehnya gerakan menusuk itu sangat lamban. Tapi wajah
Pangeran Jin tampak berubah.
Dia pelan-pelan menggeser tubuhnya.
Waktu itu, pedang Long Zhai Tian tiba-tiba bergerak cepat. Cepat
seperti kilat! Tubuh Pangeran Jin juga seperti kilat meloncat
menghindar. Kali inipun dia masih bisa menghindar.
Long Zhai Tian meloncat, tiba-tiba dia membalikkan tubuh.
Dengan cepat menusuk lagi!
Pangeran Jin dengan cepat turun. Setiap tusukan tidak bisa
mengenai sasaran.
Pedang mulai bergerak pelan.
Wajah Pangeran terlihat sangat serius. Pelan-pelan dia
menggeser kakinya!
Pedang baru saja menusuk setengah, gerakan Long Zhai Tian
tiba-tiba dipercepat.
Tusukan ini dilakukan dengan miring. Perubahan gerakan
Pangeranpun dilakukan, tiba-tiba dengan cara berbahaya Pangeran
Jin menghindari tusukan dari Long Zhai Tian.
Ilmu silat Long Zhai Tian dilakukan sekali cepat, sekali lambat.
Dia mencoba memahami gerakan pangeran dan pikiran ini dipikirkan
Long Zhai Tian cukup lama. Hal ini dilakukan Long Zhai Tian supaya
Pangeran' Jin tidak bisa mengeluarkan jurus Qing Yan Zhang yang
dasyat!
Ilmu ini seperti musik, seperti air mengalir.
Satu kali cepat, satu kali lambat. Dengan irama musik menguasai
orang lain.
Walaupun illmu silat Pengaran tinggi, tapi dia seperti tidak bisa
keluar dari jurus pedang yang mengikuti alunan musik.
0-0-0

BAB 17
Elang dan walet yang ganas

Tiba-tiba terdengar suara TANG. Tangan Pangeran Jin sudah


memegang 2 bilah pedang.
Pedang berwarna emas, satu di kiri, dan satu di kanan. Seperti
burung walet yang sedang terbang juga seperti elang yang terbang
cepat dengan marah.
Pedang Long Zhai Tian seperti seekor naga bermain di atas
langit. Tapi diekor naga itu menempel seseorang.
Wajah Long Zhai Tian berubah dalam kilauan cahaya.
Waktu itu, dua pedang Pangeran Jin sudah menjepit ujung
pedang Long Zhai Tian, kemudian menekan bagian tengah pedang
Long Zhai Tian berkali-kali. Kemudian TENG. Pedang Long Zhai Tian
patah menjadi 2 bagian.
Long Zhai Tian terkejut dan mundur. Dia berteriak, "Ying Yan
Shuang Sha Jian!" (Sepasang pedang pembunuh elang dan walet).
Dengan cepat dia mundur, dada kiri dan kanan Long Zhai Tian
bercucuran darah!
Xi Yi Shen Ying Guo Jing Feng! (Elang sakit dari tibet, Guo Jing
Feng)
Xi Yi Jin Yan Zhan Fei Shuang! (Walet emas dari tibet, Zhan Fei
Shuang)
Mereka berdua yang menciptakan jurus-jurus Ying Yan Shuang
Sha Jian Zhao.
0-0-0
Tiba-tiba Long Zhai Tian yang tadinya mundur berubah menjadi
maju dengan cepat ke depan.
Long Zhai Tian sudah terluka. Tidak ada alasan bagi Long Zhai
Tian untuk menyerah dari jurus Qing Yang Zhang!
Pangeran Jin sedikit terpaku. Long Zhai Tian sudah melesat
masuk ke dalam jala pedang Pangeran Jin.
Long Zhai Tian mulai mengeluarkan jurus-jurus "andalannya.
Tapi jurus-jurus Long Zhai Tian terhalang oleh Qing Yang Zhang
Pangeran Jin! Mereka bertarung dengan jarak dekat, sebentar saja
sudah berlangsung 18 jurus. Dua belah pihak tidak bisa maju atau
mundur lagi.
Waktu itu, dua kilauan pedang tiba-tiba melipat. Long Zhai Tian
mendengar ada suara yang datang dari langit. Hanya sempat
memiringkan tubuhnya, terdengar suara PUSH PUSH. Kilauan itu
masuk ke kiri dan kanan tulang pundak Long Zhai Tian.
Long Zhai Tian merasa sangat sakit. Pangeran Jin mengambil
kesempatan itu dengan menendang Long Zhai Tian.
Diiringi suara teriakannya, Long Zhai Tian sudah melayang dan
jatuh di bawah panggung.
Pangeran Jin menyusulnya. Di tengah-tengah udara dia melewati
Long Zhai Tian. Dan dua pedangnya sudah dicabut dari punggung
Long Zhai Tian.
Kemudian Pangeran Jin berdiri di atas panggung. Kedua
tangannya memegang 2 buah pedang. Long Zhai Tian jatuh di
bawah panggung dengan berlumuran darah. Sebelum mencapai
tanah, Biksu Hua Hui, Pendeta Bu Tong, dan Luo Tong Bei sudah
siap menjemput Long Zhai Tian. Dan Luo Tong Bei segera naik ke
atas panggung sambil menunjuk pangeran, sambil marah dia
berkata, "Penjahat Jin, biar aku yang bermarga Luo mengantarkan
kematianmu"
Pangeran Jin tertawa dengan santai. Penonton melihat pahlawan
yang mereka hormati berlumuran darah. Mereka kaget dan marah.
Para penonton berteriak kesal. Luo Tong Bei mengeluarkan senjata
batunya.
Penonton-penonton berteriak, "Bunuh dia!"
"Bunuh penjahat Jin itu!"
"Bunuh! Jangan kasihan kepadanya!"
"Balas dendam demi Pendekar Long!"
"Demi negara Song, basmi penjahat ini!"
Terdengar Shi Wen Sheng dengan santai berteriak, "Pihak Song
dan pihak Jin bertarung. Hasil babak keenam adalah, Pangeran Jin
Zhen Ying menang atas pihak Song yang diwakili oleh Long Zhai
Tian."
Luo Tong Bei mengaung sehingga membuat panggung
pertarungan bergetar. Shi Wen Sheng berkata lagi, "Pertarungan
sebanyak 7 babak, sudah diselesaikan dalam 6 babak. 2 babak
dimenangkan pihak Song, 3 seri dan 1 kalah. Sekarang memasuki
babak ketujuh. Shi Hu, Luo Tong Bei dari pihak Song akan
bertarung dengan Pangeran Jin Zhen Ying!"
Senjata batu yang bernama Bai Shou Shi Ren tampak diangkat
dan siap memukul Pangeran Jin.
Pangeran Jin tertawa dingin menghindar. Tidak disangka angin
yang dikeluarkan dari sambitan batu itu membuatnya hampir
terjatuh terkena pukulan Luo Tong Bei. Sekarang dia tidak berani
meremahkan lawannya, Luo Tong Bei. Biksu Hua Hui dan Pendeta
Bu Tong memapah Long Zhai Tian. Xin Wu Er dan Bao Xian Ding
menahan sakit datang melihat keadaan kakaknya. Shen Tai Gong
memapah Wo Shi Shui. Mereka tidak mempunyai tenaga lagi untuk
berdesak-desakkan. Luka Long Zhai Tian terdapat di 4 tempat.
Tusukan pedang dari belakang sangat dalam, melukai tulang dan
urat nadi. Tusukan di dada tidak begitu dalam tapi mengenai urat
nadi penting. Apalagi tendangan di perut dan luka kemarin yang
disebabkan Qing Yan Zhang membuat luka Long Zhai Tian benar-
benar sangat berat.
Janggut Long Zhai Tian penuh dengan darah. Dia membuka
sedikit matanya dan berkata,"...."
Tidak ada orang yang bisa mendengar perkataannya dengan
jelas. Telinga Biksu Hua Hui didekatkan di mulut Long Zhai Tian. Dia
baru. .bisa..mendengar, ".. .kalian.. .jangan.. .ber tarung.. .dengan..
.Pangeran. .Jin.. .bertarung.. .pu n...tidak akan...menangdarinya...."
Kata Biksu Hua Hui, "Tenanglah Pendekar Long.
ShiHubisamenguasainya."
Kata Pendeta Bu Tong, "Kami akan mengantar Anda ke tabib
untuk berobat!"
Pendeta Bu Tong memapahnya. Long Zhai Tian berusaha
membuka mata. Tubuhnya bergerak-gerak dan dengan bersusah
payah berkata,"... antar.. aku... ke.. tempat... kur siku... a ku.
.ingin. ..ingin, .melihat.. .tidak, .perlu.. .mengob ati.ku lagi... aku...
aku... ingin melihat...."
Pendeta Bu Tong dan Biksu Hua Hui saling melihat. Akhirnya
Biksu Hua Hui berkata, "Baiklah!"
Mereka berdua memapah Long Zhai Tian kembali ke kursi yang
ada di bawah panggung. Long Zhai Tian duduk dengan lemah.
Kedua matanya hanya bisa terbuka sedikit dan cahaya di matanya
sudah tidak terlihat. Penonton Huai Bei menangis.
"Pendekar Long...."
"Dia...."
"Heehh!...."
"Kurang ajar...."
Kedua mata Long Zhai Tian berusaha fokus melihat ke arah
panggung.
Mana Fang Zhen Mei? Mengapa dia belum sampai juga?
0-0-0
Wo Shi Shui dengan bersusah payah baru bisa menegakkan
badannya dengan benar. Dia menatap langit. Dalam hati diapun
bertanya-tanya, "Fang Zhen Mei, kurang ajar kau, mengapa sampai
sekarang belum juga sampai?" Shen Tai Gong memapah W6 Shi
Shui. Bila dilihat lagi dengan teliti ternyata Shen Tai Gong
menyandar ke tubuh Wo Shi Shui. Wo Shi Shui tertawa kecut.
Fang Zhen Mei. Fang Zhen Mei..
Mengapa kau belum sampai juga?
Ilmu silat Shi Hu, Luo Tong Bei paling paling setara dengan Xin
Wu Er. Dia bisa menang dari Pangeran Jin hanya untuk sementara
Karena tenaganya memang besar, ditambah pada awalnya
Pangeran Jin menganggap dia hanya sebagai musuh yang enteng.
Dia disudutkan dan tidak mudah untuk berbalik menyerang. Apalagi
senjata Luo Tong Bei adalah senjata yang bisa menaklukan 2
pedang milik Pangeran. Ternyata Pangeran Jin sangat menyayangi 2
pedang emasnya yang berukuran kecil itu. Pedang itu merupakan
pemberian dari istri gurunya, yang bernama Xi Yi Jin Yan. Tadi
sewaktu bertarung, karena menahan dengan kedua pedang itu,
akhirnya pedang itu terkena sambitan batu yang beratnya puluhan
kilogram, membuat pedang itu mengeluarkan percikan api.
Pangeran merasa sangat menyayangkan hal itu. Sekarang dia lebih
memilih kedua pedangnya disimpan. Sehingga Luo Tong Bei bisa
bertahan sampai sekarang.
Senjata Luo Tong Bei beratnya sekitar 50-60 kilogram. Ge La Tu
termasuk orang yang bertenaga besar. Senjatanya seberat 25
kilogram. Jika dibanding dengan senjata Luo Tong Bei, benar-benar
seperti seorang dukun kecil bertemu dengan seorang dukun kuat.
Semakin berat senjata yang dipakai, maka manfaatnya semakin
besar.
Tapi jika manfaatnya semakin besar, semakin tidak akan bisa
bertahan lama.
Luo Tong Bei mulai merasa kelelahan.
Senjata batunya semakin lama semakin lambat dimainkan.
0-0-0
Sewaktu Luo Tong Bei mengangkat senjata batunya, Pangeran
Jin sudah masuk.
Dia segera mengeluarkan kepalan dan memukul 2 kali. 2 kali
pukulan Pangeran Jin mengenai pada kaki. Tulang kaki Luo Tong
Bei segera remuk.
Karena hancur dan merasa sakit, Luo Tong Bei berteriak dan
jurus-jurusnyapun menjadi kacau. Pangeran Jin segera mengambil
kesempatan ini dan memukul lagi Luo Tong Bei.
Luo Tong Bei dengan ringan melayang keluar panggung. Begitu
mendarat di bawah, dia seperti sehelai daun yang sudah menguning
dan layu.
Tidak bernyawa.
Ternyata terkena Qing Yan Zhang. Semakin ringan dipukul,
tenaga yang dikeluarkan semakin besar.
0-0-0
Sorot mata penonton mengikuti arah jatuhnya Luo Tong Bei.
Begitu mereka melihat ke atas panggung lagi, mata mereka bersinar
penuh dengan kebencian dan kemarahan}.
Dengan senang Pangeran Jin meletakkan kedua tangannya di
belakang punggung kemudian berdiri di atas panggung.
Terdengar teriakan Shi Wen Sheng lagi, "Pangeran Jin berturut-
turut memenangkan 2 babak. Pihak Song 2 kali menang, 2 kali
kalah, 3 kali seri. Pihak Jin juga begitu, karena itu pertarungan 7
babak ini dihitung seri. Menurut peraturan pertarungan harus
dilakukan 7 babak lagi..."
Semua penonton ribut. Terdengar seseorang berteriak,
"Bertarung lagi apa susahnya!"
Dia meloncat ke atas panggung. Ternyata dia adalah seorang
laki-laki berbaju hijau. Dia adalah polisi terkenal di Huai Bei, dijuluki
Cha Chi Nan Fei. (Pasang sayap sulit terbang), Peng DaZheng!
Senjata Peng Da Zheng adalah borgol untuk menangkap
penjahat. Di daerah Huai Bei, dia sangat terkenal. Banyak penjahat
yang tunduk di bawah borgolnya.
Tapi dia hanya terkenal sedikit karena dia adalah orang
pemerintahan.
Jika berhubungan dengan ilmu silat, dia masih berada di bawah
Chen tidak bertelinga dan dia sendiripun tidak bisa menangkap
Chen.
Tapi Peng Da Zheng adalah seorang laki-laki yang darahnya
cepat mendidih. Melihat situasi seperti itu, dia tidak tahan lagi dan
meloncat ke atas panggung. Setelah berhadapan dengan Pangeran
Jin, rantainya segera dilayangkan kepada Pangeran.
0-0-0
Karena Peng Da Zheng adalah orang pemerintahan, dan terbiasa
menghadapi penjahat, Peng Da Zheng pun tidak ada bedanya
dengan orang pemerintah lainnya.
Begitu dia melempar borgolnya, dia tampak marah, "Kurang ajar,
cepat tundukkan kepala dan jalan ke sini!"
Wajah Pangeran Jin berubah warna.
Kedua jarinya menjepit rantai borgol itu.
Kemudian dengan cepat dia lari ke arah Peng Da Zheng. Peng Da
Zheng menganga dan matanya melotot, dia belum sempat melihat
dengan jelas, Pangeran Jin menyerbunya, pedang yang dipegang di
tangan kanannya sudah menancap di perut Peng Da Zheng.
Air mata, ingus, air liur, serta darah terus mengalir dan Peng Da
Zheng berjongkok di panggung. Pangeran Jin menendang nya ke
arah kerumunan orang.
Penonton sangat terkejut. Mereka segera memapah Peng Da
Zheng. Terlihat Pangeran Jin yang masih ada di atas panggung
sedang membersihkan darah yang mengotori pedangnya dengan
sapu tangan yang terbuat dari kain sutra. Dengan dingin dia
berkata, "Mengapa darah orang itu begitu kotor?"
Di antara kerumunan orang itu terdengar ada yang meraung,
"Kurang ajar! Jangan sombong kau, aku yang akan melawanmu!"
Terlihat seorang laki-laki tegap berbaju ungu terbang ke atas
panggung. Dia adalah pembunuh di Huai Bei. Pembunuh itu tidak
membunuh orang miskin dan lemah, dia membela keadilan dan
kebenaran. Dia bernama Cao Qi.
0-0-0
Polisi dari pembunuh itu, sebenarnya adalah teman baik. Sifat
Peng Da Zheng sangat keras dan Cao Qi ini sangat membela
keadilan dan kebenaran.
Jenis pekerjaan mereka, yang satu mewakili hukum, sedangkan
yang lainnya adalah pelanggar hukum. Tapi yang mereka lakukan
adalah sama-sama membasmi kekerasan dan melindungi rakyat.
Karena itu Peng Da Zheng tidak pernah mengganggu Cao Qi. Cao Qi
pun tidak pernah membuat Peng Da Zheng susah. Terkadang Peng
Da Zheng tahu ada yang melanggar hukum, tapi tidak ada bukti
untuk menangkap penjahat itu. Terpaksa diam diam dia menyuruh
Cao Qi membunuh orang itu.
Karena itu orang-orang dunia persilatan sangat menghormati
polisi dan pembunuh ini. Sepasang pembunuh dan polisi ini tidak
seperti penjahat dan polisi biasa yang tidak pernah akur, sebaliknya
mereka malah menjadi teman karib.
Begitu Cao Qi naik ke atas panggung, tepat dia mendengar Shi
Wen Sheng berkata, "Pihak Song dan pihak Jin bertarung, dua kali
bertarung, babak pertama Pangeran Jin menang atas Peng Da
Zheng, babak kedua"
Kemudian dia tidak mendengar apa-apa lagi.
Dan selamanya dia tidak akan mendengai apa-apa.
Karena sebelum dia turun dari panggung, Pangeran Jin sudah
berubah menjadi sebuah cahaya kuning dan maju dengan cepat.
Dua buah pedang berwarna kuning, yang satu berada di kiri dan
yang satu berada kanan, pedang sudah menancap di kiri kanan
tulang rusuknya. Dua bilah pedang itu sepertinya bertemu di tenga-
tengah tubuhnya.
Karena itu Cao Qi segera roboh. Darah bermuncratan ke bawah
panggung dan penonton berteriak.
Waktu itu Shi Wen Sheng langsung menyambung, "Dari pihak
Jin, Pangeran berhasil mengalahkan Cao Qi. Pihak Jin secara
berturut-turut memenangkan 2 babak"
Penonton marah. Mereka berdiri bersama-sama dan ingin
menantang Pangeran. Tiba-tiba ada suara lantang yang berkata,
"Jangan, jangan sembarangan berkorban untuk hal yang tidak
penting."
Yang satu lagi berkata, "Biarkan kami berdua yang mencoba ilmu
silat Pangeran Jin yang terkenal tinggi!"
Kedua orang itu begitu bersuara, segera menutupi suara para
penonton. Begitu penonton melihat dengan teliti, ternyata yang
muncul adalah 2 orang dengan sikap memelas. Mereka adalah Biksu
Hua Hui dan Pendeta Bu Tong.
0-0-0
Matahari sudah tidak bersinar begitu panas. Matahari sudah
bersembunyi di balik awan sebelah barat. Seperti kapas basah
bercahaya dengan redup.
Panji kedua negara dipasang di tiang, di bawah sinar matahari
tampak terus berkibar!
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sudah berada di atas
panggung.
Hanya dalam waktu singkat, di bawah panggung menjadi sepi
dan tidak ada seorangpun yang bersuara.
Tiba-tiba Biksu Hua Hui berkata, "2 tahun yang lalu, di Tong Hai
kami bertemu dengan Pendekar Long dan tahu bahwa dia adalah
seorang jagoan dalam ilmu pedang. Karena itu kami mengajaknya
bertarung. Hasilnya pertarungan pedang itu adalah"
Pendeta Bu Tong tertawa santai, "Akhirnya kami berdua tahu, di
luar langit masih ada langit, di luar orang masih ada orang lagi."
"Dalam 500 jurus, Pendekar Long sudah bisa memecahkan
gabungan jurus-jurus kami."
Kata Biksu Hua Hui, "Benar, karena itu kami mengagumi ilmu
pedang Pendekar Long Karena itu juga selama 2 tahun ini kami
bertekad untuk memajukan ilmu pedang kami dan kamipun
menghapus 7 jurus Chang Qing Jian dan Chang Le Jian, ditambah
lagi beberapa jurus, menjadi 18 jurus."
Kata Pendeta Bu Tong, "Kalau sekarang Pendekar Long ingin
bertarung dengan kami, dalam 300jurus kami bisa
mengalahkannya."
Long Zhai Tian yang berada di bawah panggung terus
mengangguk tapi dia sudah tidak bisa berbicara lagi.
Dulu dia pernah mengalahkan Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu
Tong. Tadi dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat kedua orang
itu dalam satu jurus berhasil mengalahkan Hu Shang bersaudara.
Dia tahu, ilmu silat mereka sudah maju pesat dan dia sudah tidak
bisa melawan mereka lagi.
Biksu Hua Hui berpikir sejenak lalu berkata, "Kami tidak
mengajak Pendekar Long untuk bertarung lagi, karena beliau
berwibawa tinggi. Beliaupun membela keadilan dan kebenaran. Ilmu
pedang adalah ilmu hati. Jika menggunakan ilmu hati, kami tidak
akan bisa mengalahkannya, apalagi harus mengalahkan pedang
yang berbentuk."
Pendeta Bu Tong mengangguk, "Karena itu kami tidak pernah
mencari Pendeta Long untuk bertarung tapi kami mengikutinya dan
tinggal di kiri dan kanannya. Kami belajar pedang tidak berbentuk
darinya."
Tiba-tiba wajah Biksu Hua Hui berubah dan berkata, "Tapi hari
ini"
Wajah Pendeta Bu Tong juga berubah dan menyambung, "Kau
sudah melukai Pendekar Long"
Biksu Hua Hui berkata, "Karni harus"
Kata Pendekar Bu Tong, "Menentukan hidup dan mati
denganmu."
Kata-kata mereka baru selesai, mereka berdua dengan cepat
seperti kupu-kupu terbang ke kiri dan kanan.
Pada saat menyerang, satunya menggunakan sebuah pedang
berwarna giok hijau, sedangkan yang satu lagi berwarna giok
kuning, datang secepat kilat.
0-0-0
Pangeran dengan tangan kiri menali.m pedang kuning, tangan
kanan menahan pedang hijau.
Pedang Biksu Hua Hui berputar. Pedang kuning menepis ke arah
pergelangan tangan pangeran.
Pendeta Bu Tong membalikkan jurus pedangnya. Pedang hijau
menusuk ibu jari Pangeran.
Pedang emas Pangeran terus berputar di antara jari dan telapak.
Dia juga berusaha menyingkirkan 2 pedang yang menjarangnya.
Biksu Hua Hui mengeluarkan pedang. Menusuk kaki Pangeran
Jin.
Pendeta Bu Tong menggetarkan pedangnya, menusuk ketiak
Pangeran Jin.
Pangeran Jin membentak. Dua pedang terus bergerak menutupi
semua celah-celah.
Tapi Biksu Hua Hui tidak peduli. Ujung pedang menyerang telinga
kanan Pangeran. Pendeta Bu Tong juga membalikkan pedang
membacok pergelangan kaki Pangeran.
Pangeran Jin terkejut. Dia mundur. Setiap jurus serangan
lawannya selalu berbahaya. Hanya dalam waktu singkat sudah
berlansung 30 jurus, tapi Pangeran Jin sama sekali tidak mempunyai
kesempatan untuk membalas.
0-0-0
Ternyata Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong, dulu orangnya
malas. Mereka jarang mengurusi apapun. Tidak mempunyai hobi
apa pun, hanya, senang bermain, berjalan-jalan melihat keadaan
dunia persilatan. 5 tahun yang lalu, di puncak Heng Shan mereka
melihat pertarungan antara Tian Ya Shan Jue Shou Yi Shui Han
melawan Yang Mei Jian, Chu Guan Yu. Mereka merasa dalam hidup
mereka hanya pernah satu kali melihat pertarungan yang begitu
hebat. Ilmu pedang kedua orang itu sudah mencapai puncaknya.
Semenjak itu, Hua Hui dan Bu Tong lebih rajin berlatih ilmu pedang,
sampai lupa pada segalanya.
Mereka berdua sangat pintar dan cepat mengerti. Dalam 3 tahun
ilmu pedang mereka sudah dijuluki dengan Chang Le dan Chang
Qing.
Kecuali berlatih pedang, mereka juga memperbaiki ilmu pedang
mereka yang sudah ada dan juga belajar menciptakan ilmu pedang
baru, juga belajar mengenal hawa pedang. Karena itu hasil yang
mereka dapatkan lebih tinggi dibandingkan orang lain. Kemajuan
mereka juga lebih cepat dibandingkan orang lain.
Dua tahun yang lalu sewaktu mereka datang ke Dong Hai,
mereka melihat Pendekar Huai Bei Long Zhai Tian menerangkan
tentang pedang, tiba-tiba mereka berkeinginan mengajaknya
bertarung demi persahabatan. Begitu kemapuan mereka diadu,
karena ilmu silat Biksu Hua Hui dan Pendeka Bu Tong belum
mencapai tahap yang tertinggi akhirnya mereka kalah di tangan
Long Zfjai Tian yang sudah sangat berpengalaman.
Semenjak pertarungan itu, mereka bertiga malah menjadi
sahabat karib. Selama 2 tahun ini mereka belum pernah
meninggalkan
Huai Bei. Mereka juga sadar ilmu pedang mereka masih banyak
kekurangan, karena itu merekapun belajar lebih giat lagi dan
kemampuan ilmu silat merekapun terus berkembang. Mereka
menambah ilmu pedang mereka menjadi 18 jurus. 18 jurus itu
disebut, "Tidak sengaja, tidak apa-apa, tapi ada sebabnya menjadi
18jurus."
Keistimewaan jurus ini adalah begitu dimainkan harus sekaligus
dimainkan, tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk
mengeluarkan serangan balasan. Apakah jurus ini tepat mengenai
sasaran atau tidak, atau apakah menjadi jurus yang lihai atau tidak,
bila berhasil melukai musuh itulah baru jurus yang tepat.
Kalau musuh terluka, maka akan lebih mudah menghadapinya.
Jika jurus pedang ini dilancarkan, jurus pedang itu tidak akan
berhenti seperti aii mengalir, lawannya tidak mempunyai
kesempatan membalas.
Kalau tidak ada kesempatan membalas, hanya satu jalan untuk
menghentikan semuanya yaitu kalah atau mati.
Ying Yan Shuang Sha Jian Fa milik Pangeran Jin sangat lihai juga
ganas. Tapi begitu naik panggung, Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu
Tong sudah menyerang, maka Pangeranpun tidak bisa berbuat apa-
apa.
Terpaksa Pangeran mengubah gerakannya menjadi bertahan.
Shuang Sha Jian dari gerakan keras menjadi lembut. Dari Yang
menjadi Yin. Dia tidak bisa diserang, tapi Chang Qing Jian dan
Chang Le Jian tidak memilih tempat penting yang diserang,
semua membuat Pangeran kalang kabut. Dia hanya bisa bertahan
tapi tidak bisa menyerang.
Tampak 2 jurus Ying Fei Qian Li, Yan Jian Xi Hu tertutup dengan
rapi. Tapi Hua Hui tidak menyerang urat nadi di dekat kepala malah
menepis telinga. Dia tidak membacok pinggang malah menotok
tangan. Membuat Pangeran terus mundur. Beberapa kali dia hampir
terkena bacokan pedang mereka!
Pangeran Jin hanya menunggu Hua Hui dan Bu Tong
menghabiskan jurus-jurusnya, setelah itu dia baru akan menyerang.
Tapi Hua Hui dan Bu Tong seperti sudah menduga jalan pikiran
Pangeran. Begitu jurus-jurus pedang mereka hampir selesai, satu
jurus menyambung dengan satu jurus lain. Membuat Pangeran terus
bertahan ke kiri dan ke kanan. Jurus 18 mereka dipakai berturut-
turut hingga 4 balikan, tapi masih belum bisa melukai Pangeran Jin.
Pangeran Jin juga tidak bisa balik menyerang mereka dengan satu
juruspun.
Pangeran mulai cemas. Kalau begitu terus, ini akan
merepotkannya. Bila mereka berdua sedikit tidak kompak, dia
mempunyai cara untuk balik menyerang kedua orang itu. Tapi
kesempatan itu tidak ada walaupun hanya sedikit.
Tidak ada.
Sebenarnya hati Hua Hui dan Bu Tong juga cemas. Mereka
hampir mnyelesaikan untuk kelima kalinya 'jurus 18', tapi masih
tidak bisa melukai lawan sedikitpun. Jika terus begitu, harus
bagaimana mereka!
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong mempunyai pola pikir yang
sama. Jika kali ini mereka masih diberi kesempatan hidup, mereka
akan merombak lagi jurus 18 ini!
0-0-0
Waktu itu, memasuki jurus ke-88.
Hua Hui menepis jari kelingking Pangeran. Bu Tong menepis jari
kaki Pangeran Jin!
Jika menyerang ke tempat lain, Pangeran Jin pasti bisa
menutupinya dengan rapi.
Mengapa kedua pedang ini memilih menepis jari kelingking dan
jari kaki?
Terpaksa Pangeran Jin dengan jurus Ying Luo Yan Zhen (Elang
dan walet tiba-tiba turun) dua menahan 2 serangan pedang ini!
Segera Hua Hui dan Bu Tong menyerang dengan jurus ke- 89!
Kali ini Hua Hui dengan pedang menepis nadi tangan Pangeran.
Bu Tong dengan pedang menusuk pantat Pangeran.
Satu dilakukan dari depan dan satu dari belakang. Mereka terus
menempelkan pedang mereka ke tubuh Pangeran.
Waktu itu secara tiba-tiba, terdengar suara WUSH, WUSH.
Pedang pendek yang dipegang Pangeran tiba-tiba panjangnya
berubah menjadi 1.7 kaki!
Hua Hui dan Bu Tong bersama-sama melenting ke belakang, tapi
sudah terlambat. Kedua pedang itu telah dilemparkan dan menusuk
ke punggung mereka.
Untung mereka berdua masih sempat mundur dengan cepat.
Mereka hanya tertusuk dengan kedalaman luka kira-kira 2-3
centimeter, mereka masih bisa mundur dan terbang ke atas.
Begitu pangeran yang berhasil melukai lawannya. Dia segera
mengejar Hua Hui dan Bu Tong!
0-0-0

BAB 18
Panji yang berkibar

Perubahan itu yang terjadi secara tiba-tiba, karena perubahan itu


sepasang pedang menancap di tubuh kedua orang itu.
Hua Hui dan Bu Tong dengan cepat mundur, sepasang pedang
itu terbawa mereka dengan cepat.
Hua Hui dan Bu Tong berteriak di tengah-tengah udara, dan
mempercepat laju mundur mereka.
Mereka tidak sempat membalikkan tubuh untuk menahan
serangan pedang, karena mereka tidak ada waktu untuk melakukan
hal itu. Satu-satunya cara dalam pikiran mereka untuk menghindar
adalah dengan cara berlari secepatnya.
Mereka berdua melewati panggung, melewati kepala para
penonton, tapi pedang emas itu masih mengikuti mereka, akhirnya
mereka menabrak tiang.
Ilmu silat Bu Tong dan Hua Hui sangat tinggi, begitu menabrak
tiang, tiang itu yang patah, ternyata tiang itu adalah tiang di mana
terpasang kedua panji negara. Di bawah sinar matahari, kedua panji
itu bersama-sama terjatuh, jatuh dengan posisi berkibar terlebih
dahulu, benar-benar pemandangan yang unik untuk dilihat!
Tampak tenaga Hua Hui dan Bu Tong sudah habis, pangeran Jin
tidak mau terus mengejar kedua orang itu, tapi dia mengambil
pedang yang terjatuh ketika terjadi tabrakkan dengan tiang panji,
dia merasa takut kedua pedang emas ini akan jatuh ke tangan
orang Song. Istri gurunya sangat menyayangi kedua pedang ini,
Pangeran Jin tidak berani membuat istri gurunya marah!
Dia pernah melihat sewaktu istri gurunya marah dia tega
membelah 11 tubuh orang, dan merobek tubuh orang yang masih
hidup, lalu melemparkan ke dalam kobaran api.
Walaupun dia paling disayang oleh Xi Yi Jin Yan, tapi dia tetap
tidak berani berbuat sembar angan.
Yang terpenting sekarang adalah dia berhasil memaksa Hua Hui
dan Bu Tong turun dari panggung.
0-0-0
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong bisa lolos dari maut, kakinya
menapak tanah, darah menetes, wajah mereka pucat, mereka
hampir pingsan.
Darah penonton mulai mendidih, Hua Hui berteriak, "Tidak tahu
malu!"
Dengan santai Pangeran Jin dari atas panggung berkata, "Yang
terpenting kalian sudah kalah!"
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pangeran Jin berturut-
turut memenangkan 3 babak, kalau menang satu babak lagi, maka
pertarungan kali ini akan dimenangkan oleh pihak Jin!"
Para pertarungan pertama yang menang sebenarnya adalah
pihak -Song, meskipun dengan dua kali menang, dua kali kalah, dan
3 kali seri.
Pada pertarungan kedua, pihak Song sudah 3 kali kalah dalam 3
babak.
Kalau pihak Song ingin menang, harus memenangkan 4 babak
secara berturut-turut. Apakah pihak Song akan kalah?
Berturut-turut memenangkan 4 babak, apakah itu mungkin?
Pangeran Jin yang masih berada di atas panggung menjadi simbol
tidak terkalahkan.
Sombong, gila, kejam, dingin, dan licik.
0-0-0
Xin Wu Er marah dan meraung, "Babak ini tidak bisa dihitung!"
Pangeran Jin berkata, "Kalau kau tidak terima, mereka boleh naik
lagi ke atas panggung, masih ada satu babak lagi."
Dalam pikiran Hua Hui dan Bu Tong, semua ini sudah sangat
jelas, sejak awal tadi mereka tidak terus menempel Pangeran Jin,
mereka tidak akan bisa memaksa Pangeran Jin mundur.
Kalau kali ini mereka naik lagi, Pangeran Jin pasti sudah
mempunyai persiapan matang.
Apalagi saat ini mereka semua sudah terluka.
Mereka tidak akan bisa menahan kedua pedang Pangeran Jin.
Walaupun Pangeran Jin memakai cara licik, tapi dalam satu jurus
dia bisa membuat
Hua Hui dan Bu Tong terluka, ilmu pedangnya ganas dan cepat.
Hua Hui dan Bu Tong tidak bisa menghadapi jurus ini.
Sebenarnya Pangeran Jin ingin membunuh mereka, sejak tadi dia
telah mengeluarkan kata-kata penghinaan supaya mereka berdua
naik lagi ke atas panggung, ternyata siasatnya berhasil. Pendeta Bu
Tong segera berkata, "Baiklah, kami akan bertarung kembali
denganmu, apa yang perlu ditakutkan?"
0-0-0
Tiba-tiba ada seseorang yang berkata, "Aku yang akan naik!"
Penonton tampak bergerak-gerak dengan gelisah, Hua Hui dan
Bu Tong melihat ke arah orang itu, ternyata dia adalah seorang
pemuda berbaju hitam, pelan-pelan berjalan menuju panggung.
Hati Hua Hui dan Bu Tong bergetar, dalam hati mereka bertanya,
"Wo Shi Shui?"
Mereka terkejut karena tadi sudah terlihat kalau Wo Shi Shui
sudah terluka parah, sekarang dia sudah bisa berdiri dan sepertinya
dia sudah pulih separuh tenaganya. Dan sekarang dia sedang
berjalan menuju panggung siap bertarung dengan Pangeran Jin.
Hua Hui dan Bu Tong tahu'mereka tidak akan bisa memenangkan
babak ini. Tapi bagaimana dengan Wo Shi Shui? Apakah dia mampu
melakukannya?
Apalagi saat ini dia sedang terluka parah.
Apalagi kalau dia bertarung dan hasilnya dia yang kalah, artinya
pihak Song akan kalah total.
Hua Hui dan Bu Tong meragukan kalau Wo Shi Shui mampu
memenangkan babak ini, penonton mulai berbisik-bisik, "Pendekar
Wo Shi
Shui sudah keluar, kali ini dia harus menang!"
"Pukul anjing Jin itu dan usir kembali ke negaranya!"
"Tapi Pendekar Wo terluka parah!"
"Apakah dia bisa mengalahkan Pangeran Jin?"
Kata-kata penonton yang diucapkan tadi merupakan kata-kata
yang ingin diucapkan Hua Hui dan Bu Tong
0-0-0
Dengan bersusah payah Wo Shi Shui berjalan ke panggung, dia
pura-pura tidak merasa lelah karena saat ini musuhnya sedang
menatapnya dari atas panggung.
Entah mengapa hatinya tidak tenang, mungkin karena dia tahu
walaupun Hua Hui dan Bu Tong naik, mereka akan mati, begitu juga
dengan dirinya, dia hanya mengorbankan nyawanya. Tapi untuk
masalah pengorbanan nyawa tidak ada seorangpun yang sangsi
kepadanya!
Dia sadar dengan kemampuan ilmu silatnya sekarang, ingin
menang dari Pangeran Jin, itu hanya mimpi saja!
Dia hanya ingin membuat Pangeran Jin lengah, dan menarik
Pangeran Jin turun dari panggung.
Kalau nasibnya mujur, satu nyawa akan diganti dengan nyawa
lainnya.
Karena itu selangkah demi selangkah, dengan tekad dan
keberanian kuat, dia melangkah dengan mantap. Tapi setiap
langkahnya terasa sakit ini karena lukanya belum pulih.
Sebenarnya dia butuh istirahat
Tapi sekarang ini negara membutuhkan pembelaannya.
0-0-0
Bila Wo Shi Shui sudah menentukan sesuatu, di dunia ini hanya
ada satu orang yang bisa menghentikannya, sedangkan yang lain
tidak akan ada yang bisa.
Bahkan Shen Tai Gong pun tidak akan mampu melakukannya.
Tapi saat ini hanya Shen Tai Gong lah yang bisa mengucapkan
beberapa kalimat kepadanya.
Dia tidak peduli apakah Wo Shi Shui mau mendengar nasihatnya
atau tidak, "Kalau kau mati, akupun tidak ingin hidup lagi."
Tentu saja Shen Tai Gong sudah melihat bahwa Wo Shi Shui
tidak akan mampu melawan Pangeran Jin, diapun sudah melihat
kalau luka Wo Shi Shui sangat parah, dan dia melihat rasa percaya
diri Wo Shi Shui sudah hilang.
Mengorbankan nyawa.
Mengorbankan nyawa sendiri, bukan nyawa orang lain.
Tapi Shen Tai' Gomg tidak sanggup menghalangi niat Wo Shi
Shui, dia berpikir lebih baik membiarkan Wo Shi Shui melakukan apa
yang dia inginkan.
Orang yang bisa menghalangi Wo Shi Shui sampai saat ini belum
tiba.
Shen Tai Gong hanya bisa menentukan satu hal.
Kalau" Wo Shi Shui bertarung dengan Pangeran Jin, dan hasilnya
adalah Wo Shi Shui mati, orang berikutnya yang akan naik
panggung adalah dia.
0-0-0
Pangeran Jin tertawa dalam hati, dia merasa sangat senang.
Sekali melihatpun dia sudah tahu kalau Wo Shi Shui sudah
terluka parah, dan begitu dia melihat Wo Shi Shui akan naik ke atas
panggung, dia sudah tahu kalau Wo Shi Shui datang untuk
mengorbankan nyawanya sendiri. Di dunia ini Wo Shi Shui adalah
orang nomor satu yang paling tidak peduli dengan nyawanya
sendiri.
Kalau ada pesilat yang ilmunya setara dengan Wo Shi Shui,
kemudian bertarung dengan Wo Shi Shui, maka orang itu pasti akan
kalah.
Karena Wo Shi Shui berani mengorbankan nyawanya.
Semua ini diketahui dengan jelas oleh Pangeran Jin, dan dia bisa
tenang menghadapi
Wo Shi Shui, karena ilmu silatnya tidak berada di bawah Wo Shi
Shui.
Lebih-lebih karena dia mempunyai dua pedang pembunuh, tidak
ada waktu bagi Wo Shi Shui untuk menyerangnya.
Dia hanya menunggu Wo Shi Shui datang mengantarkan
nyawanya.
Menunggu Shi Wen Sheng meneriakkan, "Pihak Jin
memenangkan semua pertarungan ini!"
0-0-0
Matahari sudah berada di sebelah barat.
Dua tiang panji tergeletak di tanah, sinar matahari menyinari
panggung pertarungan. Pangeran Jin dengan santai berdiri di atas
panggung, selangkah demi selangkah Wo Shi Shui berjalan ke atas
panggung----
Wo Shi Shui melihat ke atas, semua orang tahu ini akan menjadi
pertarungan yang hebat. Dan pertarungan yang menentukan siapa
yang kalah dan siapa yang menang----
Kalau Wo Shi Shui sudah naik ke atas panggung, ada petir
menyambarpun dia tidak akan turun, kecuali bila bisa ditentukan
siapa yang kalah atau menang, apakah pihak Jin atau pihak Song,
baru dia akan turun.
Mata Wo Shi Shui dari Pangeran Jin beradu, seperti ada kilat
yang saling beradu, Wo Shi Shui merasa tubuhnya menjadi dingin
dan hatinya bergetar. Tapi dia sudah bertekad, sebelum hilang
keberaniannya, dia harus sudah berdiri di atas panggung----
Segera dia terbang ke atas panggung.
Terdengar Shi Wen Sheng berteriak lagi, "Pihak Song dan pihak
Jin bertarung, babak keempat juga babak penentuan. Pangeran Jin
Zhen Ying akan berhadapan dengan pihak Song
Waktu itu terdengar suara ringkikan kuda yang memotong
perkataan Shi Wen Sheng, dan menghentikan langkah Wo Shi Shui
ke atas panggung.
0-0-0
Ringkikan kuda terdengar panjang, datang dari luar panggung
pertarungan. Orang itu membawa kegembiraan dan harapan setiap
orang!
Kuda berlari dengan sangat cepat, seekor kuda dan seorang
penunggang berbaju putih tampak seperti terbang. Kuda dan
penungangnya seperti menyatu menjadi sebuah garis, pada saat
melewati tiang panji dengan cepat dia mencabut tiang yang sudah
patah itu.
"Song."
"Jin."
Kedua panji itu sudah berada di tangannya. Angin kencang
berhembus, orang itu seperti mempunyai sepasang sayap. Penonton
dengan heran melihatnya, tapi tetap memberikan jalan.
Kuda itu membawanya ke arah panggung, setelah itu berhenti
secara tiba-tiba, Kuda meringkik lagi, kakinya masih terus
digerakkan. Orang yang berada di atas kuda seperti mempunyai
sepasang sayap, dia membawa kedua panji itu. Sebelum Wo
Shi
Shui naik ke atas panggung, dia dulu yang naik ke sana.
Melihat gerakan orang itu, wajah Pangeran Jin tampak berubah.
Pedang yang masih dipegang di kedua tangannya sudah
menghilang dan telapaknya segera dikeluarkan.
"QingYanZhang."
Hanya dalam waktu singkat dia sudah melancarkan serangan 36
jurus!
Kedua panji yang berada di tangan orang itu masih tampak
berkibar.
Semua kekuatan telapak Pangeran Jin diarahkan kepada kedua
panji itu, panji itu dengan ringan menahan serangan Qing Yan
Zhang yang dipukulkan dengan ringan, membuat jurus ini tidak bisa
mengeluarkan kekuatan dasyatnya!
36 jurus sudah berlalu, Shi Wen Sheng yang berada di atas
panggung berteriak dengan kaget, "FangZhen Mei!"
Begitu ketiga kata itu diucapkan, di bawah panggung langsung
berubah menjadi seperti air yang bergejolak.
Wo Shi Shui yang berada di bawah panggung berhenti
melangkah, matanya kembali terlihat bersemangat.
Satu-satunya orang yang bisa menghalanginya naik ke atas
panggung akhirnya sudah tiba.
0-0-0
Begitu 36 jurus sudah berlalu, kedua panji itu sudah melilit kedua
tangan Pangeran Jin, ditarik, digulung, diputar, dan terakhir
didorong----
Begitu tangannya ditarik, Pangeran Jin mengeluarkan hembusan
nafas dan juga bersuara, tapi kakinya segera memasang kuda-kuda,
biarpun ditarik dia tidak akan terseret.
Begitu tangannya tergulung, tenaganya berubah, Pangeran
dengan cepat menjaga keseimbangannya, tubuhnya hanya sempat
miring sedikit.
Begitu tangannya diputar, tenaga dari kedua panji itu malah
mengeluarkan tenaga sebaliknya. Tapi kuda-kuda Pangeran Jin
tetap kokoh, dia sama sekali tidak tergoyahkan.
Begitu panji itu melewatinya dan tenaga berputarnya
menghilang, Pangeran Jin dibuat meloncat ke atas.
Pada saat dia didorong, panji yang berada di kiri terasa berat,
sedangkan panji kanan terasa ringan, tenaga yang dikeluarkan
sangat tepat. Pangeran Jin keluar dari panggung. Di tengah
kesibukan tangannya mencengkram sana sini, dia berhasil
mencengkram tangan kiri lawan. Dan lawan nya melepaskan panji
itu.
Pangeran Jin membawa panji itu terbang keluar dari panggung.
Di tengah udara dia bersalto 3 kali dan mendarat kembali.
Kedua panji itu dalam waktu yang singkat telah mengeluarkan 5
kekuatan yang berbeda, akhirnya berhasil membuat Pangeran Jin
keluar dari panggung pertarungan!
Begitu Pangeran Jin mendarat di bawah, dia baru sadar telah
memegang sesuatu, begitu dia melepaskan genggamannya, panji
negara Jin telah menutupi kepalanya tanpa ada tenaga apapun.
Pangeran Jin merasa malu sekaligus marah, dia mundur 2
langkah, menghindari panji yang akan menutupi kepalanya. Dia
melihat orang yang berada di atas panggung yang mengenakan
baju putih, dia berlari ke kiri dan ke kanan, kemudian kedua
tangannya diangkat, terdengar suara CAP, dia menancapkan panji
Song di atas panggung. Di bawah sinar matahari yang akan
terbenam, panji negara Song ini terlihat berkibar dengan gagahnya
di atas panggung!
Baju putih orang yang masih ada di atas panggung, tampak
berkibar tertiup angin, walaupun bajunya dipenuhi dengan debu
karena telah melakukan perjalanan jauh, rambutnya berantakan,
dan nafasnya terdengar masih terengah-engah, tapi sikapnya
terlihat sangat tenang. Dia memberi hormat kepada Pangeran Jin
sambil tertawa berkata, "Aku mohon maaf."
Pangeran Jin seperti baru terbangun dari mimpinya, dari balik
giginya terdengar 3 kata, "FangZhenMei?"
Orang yang berada di atas panggung tertawa, "Benar, aku
adalah Fang Zhen Mei."
0-0-0
Sorakan penonton seperti suara guruh yang menggelegar,
beberapa ribu mulut berbicara pada saat bersamaan, sampai tidak
terdengar apa yang mereka ucapkan sendiri. Mereka hanya merasa
senang dan senang!
Wajah Wo Shi Shui pun terlihat senang dan dia tertawa.
Shen Tai Gong berteriak-teriak karena senang, dia menepuk
pundak Bao Xian Ding.
Bao Xian Ding yang sedang terluka karena tepukan itu
membuatnya merasa sakit, karena sakit dia berteriak. Tepat saat itu
dia memang ingin berteriak karena merasa senang, maka rasa sakit
dan senang bercamptir dalam teriakan.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu tampak ketakutan, wajah Wan Yan Zhu
menjadi pucat.
Fang Zhen Mei sudah 3 kali mengusirnya keluar dari wilayah
negara Song, sekarang dia muncul lagi!
Tapi Fang Zhen Mei yang masih berada di atas panggung sadar
dia bisa dengan begitu mudah menang karena Pangeran Jin terlalu
menganggap enteng musuhnya.
Fang Zhen Mei selalu menang dalam setiap pertarungan dan
tidak terkalahkan, semua ini ada hubungannya dengan sifat Fang
Zhen Mei.
Dia tidak pernah menganggap enteng orang-orang yang ada di
sekitarnya, apalagi terhadap musuh.
Karena itu dalam satu jurus dia bisa memaksa Pangeran Jin turun
dari panggung. Ini hanya sebuah panggung belum tentu kalau
berada di tempat lain.
Hal ini sama-sama diketahui oleh Pangeran Jin dan Fang Zhen
Mei sendiri.
0-0-0
Shi Wen Sheng dengan suara lemah berkata, "Pihak Song dan
pihak Jin bertarung, pertarungan kedua kali pada babak keempat,
Fang Zhen Mei dari pihak Song menang atas Pangeran Jin."
Dengan pandangan galak Pangeran Jin melihat ke atas
panggung. Shen Tai Gong segera mengambil kesempatan, dengan
cepat dan singkat menjelaskan keadaan yang sudah terjadi,
"Pertarungan pertama kita menang dua kali, kalah 3 kali, dan seri 3
kali, karena tidak ada yang menang dan kalah, maka diadakan
pertarungan untuk kedua kalinya. Jin Zhen Ying berturut-turut telah
memenangkan 3 babak tadi kau telah memenangkan satu babak,
berarti posisinya sekarang adalah 3 kalah dan l menang."
Fang Zhen Mei mengangguk, dia tahu paling sedikit dia harus
menang 3 babak berturut-turut, pihak Song baru bisa menang, bila
kalah dalam satu babak, pihak Song akan kalah total.
Shen Tai Gong melanjutkan lagi, "Xin Wu Er telah bertarung
dengan Xi Wu Hou, sekarang Xin Wii Er sudah terluka parah, aku
bertarung dengan Ge La Tu. Wo Shi Shui bertarung dengan Xia Hou
Lie untuk kedua kalinya kalah dan juga terluka, Pendekar Bao sudah
bertarung dengan Wan Yan Ehu, diapun terluka parah. Pendekar
Long terluka karena dipukul Pangeran Jin Zhen Ying. Hua Hui dan
Bu Tong juga terluka parah dan jatuh ke bawah panggung. Luo
Tong Bei, Cao Qi, Peng Da Zheng dibunuh oleh Jin Zhen Ying...."
Setelah mendengar penjelasan Shen Tai Gong, Fang Zhen Mei
tidak bisa tertawa lagi. Karena dia terlambat datang maka membuat
banyak pendekar dan pahlawan gugur, selain itu merekapun telah
meneteskan darah dan air mata!
Pangeran Jin yang berada di bawah panggung tertawa dan
berkata, "Apakah kau akan membalas dendam demi mereka?"
Dengan santai Fang Zhen Mei menjawab, "Aku hanya berharap
kau jangan sampai naik ke atas panggung lagi!"
"Mengapa?"
"Karena sampai saat ini aku belum pernah membunuh erang."
Setelah menyelesaikan perkataannya, wajah Fang Zhen Mei
penuh dengan hawa membunuh!
0-0-0
Wajah Pangeran Jin tampak berubah, tapi dia berusaha menahan
diri, dengan dingin dia bertanya, "Kau habis menempuh perjalanan
jauh?"
"Benar!"
Mereka berdiri berhadapan dengan jarak kurang lebih 10 meter,
mereka bicara seperti biasa, tapi dengan j arak begitu jauh, orang-
orang bisa mendengar perkataan mereka dengan jelas.
"Kau pasti merasa lelah bukan?"
"Terima kasih, Anda sudah memperhatikan keadaanku."
"Apakah ilmu silatmu tidak akan terpengaruh?" tanya Pangeran
Jin.
Fang Zhen Mei tertawa, "Aku bukan pedagang kain, tidak akan
minta pengurangan."
Pangeran Jin dengan santai membalikkan badannya dan kembali
ke tempat duduknya, dengan penuh rencana dia berkata, "Kalau
begitu, akupun tidak perlu tergesa-gesa bertarung denganmu, kita
akan bermain di babak terakhir."
Negara Jin sudah berturut-turut memenangkan 3 babak, negara
Song telah memenangkan 1 babak. Negara Song harus
memenangkan 2 babak baru bisa seri dengan negara Jin. Kalah atau
menang ditentukan dalam babak ketujuhbabak terakhir.
Kalau Pangeran Jin dengan terburu-buru main di babak kelima
dan kalau dia kalah, maka babak keenam dan ketujuh pasti tidak
akan ada yang bisa mengalahkan Fang Zhen Mei.
Karena itu Pangeran Jin memutuskan untuk tidak tergesa-gesa
bertarung dengan Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei telah melakukan perjalanan jauh dan juga merasa
lelah, selain itu dia harus bertarung pada babak keempat, kelima,
dan keenam, walaupun bisa memang, tapi pada babak ketujuh dia
pasti akan merasa sangat lelah. Dan saat itu Pangeran Jin bisa
memukul atau bahkan membunuhnya!
Tiba-tiba Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Aku memang
sudah menempuh perjalanan jauh."
"Aku tahu," kata Pangeran Jin.
"Apakah kau tahu _ mengapa aku melakukan perjalanan jauh?
Dan ke mana tujuanku? Apakah Pangeran tahu jawabannya?" tanya
Fang Zhen Mei.
"Aku ingin mendengar penjelasanmu," wajah Pangeran Jin
tampak datar dan tidak ada ekspresi.
"Aku pergu ke Cai Shi dan Wu Long Shan," Fang Zhen Mei
tertawa.
Wajah' Pangeran Jin segera berubah menjadi pucat.
Fang Zhen Mei berkata lagi, "Kuil Shan Shen di Wu Long Shan."
Mulut Pangeran Jin tampak bergerak-gerak, tapi tidak
mengeluarkan perkataan apapun.
Fang Zhen Mei terus bicara, "Karena hari ini ada penyerangan ke
kuil Shan Shen di Wu Long Shan dengan tujuan membunuh Jenderal
Yu dan wakilnya Zhang Zhen Que, Pejabat Ning dengan sekuat
tenaga melindungi Jenderal Yu, siapa pembunuhnya? Aku yakin
Pangeran Jin pasti sudah tahu."
Pangeran Jin ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi, dia hanya
tertawa kecut.
Fang Zhen Mei tertawa dan bertanya lagi, "Aku yakin Pangeran
pasti ingin tahu, sekarang ini mereka berada di mana bukan?"
Pangeran tertawa dingin. Kata Fang Zhen Mei, "Pangeran tidak perlu
merasa khawatir, sekarang Jenderal Yu sudah berada dalam
lindungan Pejabat Ning dan sudah kembali ke markas di Cai Shi,
sedangkan kedelapan adik seperguruan
Pangeran, 5 orang sudah melarikan diri, Qing Yan Zi dan Qing
Song Zi meloncat ke dalam jurang untuk bunuh diri. Sedangkan
Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi sudah tertangkap!"
Penonton mendengar Fang Zhen Mei seperti bergurau saja pada
saat mengucapkan rahasia besar ini, mereka sangat kaget.
Tapi begitu mendengar kalau Jenderal Yu selamat, mereka
merasa sangat senang.
Mata Pangeran Jin tampak melotot, dia membentak, "Fang Zhen
Mei, kau sudah merusak rencanaku!"
Kemudian dia bicara dengan bahasa Tibet.
Setelah selesai bicara, terdengar Ge La Tu meraung, terlihat
kelebat bayangan merah, dia terbang ke atas panggung.
Pangeran Jin sudah tidak tahan lagi, dia ingin Ge La Tu bertarung
lebih dulu dengan Fang Zhen Mei.
Pangeran Jin tidak menyuruh Wan Yan Zhu yang turun terlebih
dulu karena dia masih terluka parah. Alasan kedua, karena Wan Yan
Zhu sudah tiga kali diusir Fang Zhen Mei keluar dari Zhong Yuan,
dan Wan Yan Zhu sangat takut kepada Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei bicara seperti tadi karena dia ingin memancing
Pangeran Jin keluar dan bertarung dengannya.
Karena Fang Zhen Mei sudah menempuh perjalanan jauh, dia
membutuhkan waktu panjang untuk beristirahat. Kalau dia hanya
beristirahat sebentar, dia merasa malah lebih lesu. Dan keberanian
yang sudah terkumpul akan ikut menghilangjuga.
Karena itulah dia ingin membuat Pangeran Jin yang bertarung
dengannya sekarang.
Walaupun Pangeran Jin tidak bertarung tapi akhirnya dia
menyuruh anak buahnya naik ke atas panggung untuk
menghadapinya.
"Pertarungan pihak Song dan pihak Jin, memasuki babak kelima,
Fang Zhen Mei dari pihak Song akan menghadapi Budha hidup dari
Tibet, GeLaTu-"
0-0-0

BAB 19
Pertarungan yang menentukan

Begitu Ge La Tu naik ke atas panggung, dia sama sekali tidak


mirip seperti seorang Budha hidup. Dia malah terlihat sepeti seekor
singa hidup.
Singa lapar yang mengincar makanan.
Begitu dia naik ke atas panggung, senjatanya yang berbentuk
sekop digunakan untuk memukul Fang Zhen Mei,
Dengan cepat Fang Zhen Mei menghindar ke belakang.
Sewaktu kita kecil, kita sering melihat seekor anjing kecil
mengejar seekor serangga atau kupu-kupu yang terbang ke
ekornya. Anjing itu berputar-putar begitu juga dengan ekornya,
akhirnya dia merasa lelah dan berhenti dengan sendirinya.
Keadaan Ge La Tu dan Fang Zhen Mei sekarang ini seperti itu.
Pastinya Ge La Tu tidak mempunyai ekor, tapi Fang Zhen Mei
dari belakang terus memegangi jubahnya. Fang Zhen Mei bergerak
dengan ringan seperti seekor burung walet, begitu Ge La Tu
bergerak, Fang Zhen Mei akan terbawa. *?
Ge La Tu marah dan berteriak, kemudian memukul ke belakang,
tapi Fang Zhen Mei masih terus berada di belakangnya.
Pernah sekopnya mengenai sesuatu, tapi yang terkena
pukulannya malah tubuhnya sendiri.
Hampir saja dia berhasil mengenai Fang Zhen Mei, tapi secara
tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang, dan Ge La Tu malah memukul
pantatnya sendiri, setelah itu Fang Zhen Mei muncul kembali di
belakangnya.
Ge La Tu menusuk sini, memukul sana, akhirnya dia malah
kelelahan sendiri. Dia berputar-putar, gerakannya semakin lambat,
tiba-tiba Fang Zhen Mei muncul di hadapannya.
Ge LaTu terkejut, tapi dia sudah memukul sekopnya ke depan.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang lagi.
Karena Ge La Tu kehilangan keseimbangan tubuhnya, begitu
melihat ada sebuah panji besar yang bertuliskan 'Song', panji itu
sudah menyapu ke arahnya.
Dia terkejut dan berniat untuk menghindar, laju tubuhnya sudah
tidak bisa dihentikan lagi, kedua matanya tidak bisa melihat dengan
jelas karena tertutup oleh panji 'Song' Waktu itu dia merasa kedua
tangannya kaku, sekop tajam dan bergerigi telah diambil seseorang.
Sambil berteriak dia memejamkan matanya, kedua tangannya
terus bergerak, diapun mundur 7-8 kaki, begitu membuka matanya,
walaupun panji 'Song' tidak menutupi matanya lagi tapi pemuda
berbaju putih itu sudah berdiri di depannya dan dengan ramah
tertawa kepadanya, tangan kiri pemuda itu ada sekopnya.
Ujung sekop berada di bawah lehernya, kalau dimajukan sedikit
lagi, di dunia tidak akan ada lagi orang yang bernama Ge La Tu.
Ge La Tu terpaku, kemudian dari mulutnya keluar bahasa Tibet
yang tidak dimengerti oleh siapapun, hanya terlihat dia
memejamkan mata, tidak bicara, dan menunggu maut menjemput.
Fang Zhen Mei tertawa, sekop tajam itu dikembalikannya kepada
Ge La Tu.
Ternyata kata-kata Ge La Tu tadi adalah, "Kalau mau
membunuhku, bunuhlah sekarang, seorang laki-laki sejati boleh
dibunuh, tapi tidak boleh dihina." dia menunggu maut menj
emputnya.
Tapi Fang Zhen Mei tidak membunuhnya, malah mengembalikan
senjatanya, Ge La Tu terpaku.
Begitu Ge La Tu tahu bahwa Fang Zhen Mei tidak bermaksud
jahat, segera dia mengambil kembali senjatanya, dan diletakkan di
bawah, dia memberi hormat dengan dua tangan dikatupkan,
kemudian dia bicara dengan bahasa Tibet, segera dengan cepat
turun dari panggung.
Fang Zhen Mei tidak mengerti bahasa Tibet, jadi dia tidak tahu
apa yang dikatakan Ge La Tu tadi.
Tapi wajah Pangera Jin terus, berubah, Xia Hou Lie dengan
langkah gagah naik ke atas panggung.
Ternyata walaupun Ge La Tu bersifat kejam, tapi dia adalah
murid tertua di kuil La Sha di Tibet, di kuil La Sha, dia adalah salah
satu Budha hidup berbaju merah, di antara 7
Budha hidup, ilmu silatnyalah yatigp.il u tinggi. Sifat aslinya tidak
jahat, dia hanya dipengaruhi oleh orang-orang Jin sehingga dia
membenci orang-orang Zhong Yuan. Dia mengikuti Pangeran Jin
baru bisa masuk kc Zhong Yuan dan membunuh orang-orang Zhong
Yuan.
Sekarang Fang Zhen Mei berhasil mengalahkannya tapi tidak
membunuhnya, dia bersifat terbuka, segera dia mengucapkan
terima kasih kepada Fang Zhen Mei, dan mengatakan tidak akan
lagi bermusuhan dengan orang Zhong Yuan, semua ini dilakukannya
untuk membalas budi Fang Zhen Mei karena tidak membunuhnya.
Akhir pertarungan itu membuat Pangeran Jin kehilangan muka di
depan rakyat Song.
Karena itu dengan cepat Xia Hou Lie naik ke atas panggung.
0-0-0
Xia Hou Lie baru saja naik ke atas panggung, dia segera
memukul kepala Fang Zhen Mei.
Begitu Fang Zhen Mei melihat Xia Hou Lie, dalam hati dia sudah
berpendapat, begitu erang itu mengeluarkan jurus, jurus-jurusnya
akan persis seperti Wo Shi Shui!
Fang Zhen Mei sangat berpengalaman bertarung dengan Wo Shi
Shui. Pada awalnya jangan terlalu serius menghadapinya. Karena
Wo Shi Shui sama sekali tidak peduli dengan nyawanya, karena itu
bila serius berhadapan dengan Wo Shi Shui, malah hanya akan
mengantarkan nyawa kepadanya.
Sepertinya Xia Hou Lie pun bersifat seperti itu.
Begitu Xia Hou Lie menepis ke arahnya, Fang Zhen Mei tiba-tiba
menusuk dengan jarinya.
Kemudian jarinya mulai bergerak di sisi telapak tangan Xia Hou
Lie, angin yang dihasilkan dari jari terus berhembus hingga ke
tengah, jari-jari itu tampak kuat seperti golok!
Telapak tangan Xia Hou Lie tiba-tiba berubah, dia menepuk
dengan tangan kirinya, dan Fang Zhen Mei mengeluarkan jari
kirinya. Jati itu menusuk bagian tengah telapak tangan Xia Hou Lie.
Walaupun Xia Hou Lie seorang pemberani, tapi dia terus menjaga
agar jangan sampai telapak tangannya tertotok. Telapaknya
berubah menjadi kepalan dan terus memukul ke arah Fang Zhen
Mei.
Xia Hou Lie berganti jurus dengan cepat, bersamaan saat itu juga
Fang Zhen Mei mengganti jurus jarinya.
Jurus jari Fang Zhen Mei bernama Yi Zhi Feng Dian Tou (Jari
burung phoenix mengangguk kepala). Dia menotok kepalan Xia Hou
Lie.
Walaupun dalam satu jurus terjadi 3 kali perubahan, tapi dia
masih tidak bisa menang dari jari angin Fang Zhen Mei, terpaksa dia
mengeluarkan jurus kaki andalannya!
Tendangan ini seperti di depan ada dua telapak, satu kepalan
adalah tipuan, sangat cepat, tepat, ganas, dan tidak berbekas!
Tapi baru saja dia mengangkat kakinya, jari Fang Zhen Mei sudah
menusuk kaki kirinya.
Tapi Xia Hou Lie menendang dengan kaki kanannya!
Kaki menendang ke arah tenggorokan Fang Zhen Mei, tampak
kaki Xia Hou Lie seperti akan mengenai Fang Zhen Mei, tapi tiba-
tiba tenggorokan Fang Zhen Mei berubah menjadi sebuahjari!
Jari dilipat, sambungan jari kedua, memukul kaki Xia Hou Lie!
Xia Hou Lie tidak bisa merubah jurusnya lagi, tiba-tiba dia
bersalto dan terbang beberapa meter. Semua jurus seperti tidak
pernah dikeluarkan sebelumnya. Tapi dia baru saja bersalto belum
sempat melihat apa-apa, dia sudah melihat ada sebuahjari yang siap
menotok nadi Ren Zhong (nadi yang berada di bawah hidung dan di
atas mulut)!
Itulah jari Fang Zhen Mei. Karena terkejut dengan segala cara
dan dengan langkah 8 dewa, dia melenting ke belakang, jarinya
baru bisa meleset melewati nadi Ren Zhong!
Tapi jari itu tiba-tiba berubah menjadi tangan yang akan
mengetuk sesuatu, ternyata mengetuk tulang hidungnya!
Xia Hou Lie segera memutar tubuhnya, dengan melakukan
langkah kepiting mabuk, kaki naga sedang terlelap, dia meloncat
keluar dari serangan Fang Zhen Mei.
Tapi jari itu ikut bergerak, jari itu berubah dan siap menotok urat
nadi pahanya.
Xia Hou Lie meraung dengan melakukan langkah burung Yuan
Yang di tengah-tengah udara, dia terus menendang, kemudian naik
ke langit.
Begitu meloncat hingga ke tempat tinggi, tiba-tiba dia melihat jari
panjang, putih, dan persendian tulang, dengan bertenaga siap
menotok syaraf yang ada di tengah alis!
Xia Hou Lie membentak, dia segera turun dengan cepat!
Tapi dia sempat melihat ada sebuah jari yang siap menotok urat
nadi di kakinya!
Xia Hou Lie tidak tahu sebenarnya Fang Zhen Mei memiliki
berapa jari? Mengapa jari-jarinya bisa berada di mana-mana? Dan
selalu menunggu untuk menyerangnya, sekarang dia hanya bisa
berjaga tidak bisa menyerang.
Xia Hou Lie adalah seorang pemberani dari suku bangsa Qi Dan,
dan salah satu pesilat tangguh dari suku Qi Dan. Dia bersiul panjang
dan mengumpulkan nafasnya, dia masih bisa terbang ke atas lagi!
Dia terbang seperti seekor elang yang sedang marah, dia
menabrak hingga pecah atap genting rumah yang tingginya 10
meter, lalu terbang ke atas panggung.
Tapi dia sama sekali tidak menyangka, begitu dia naik ke atas
atap, di sana sudah ada seseorang yang sedang menunggunya
sambil tertawa. Kemudian orang itu menjulurkan dua jari
kepadanya, menotok kiri dan kanan tubuhnya!
Fang Zhen Mei.
Sekarang Xia Hou Lie baru tahu, Jiang Nan Fang Zhen Mei benar-
benar berilmu silat tinggi.
Kemampuan ilmu silat Fang Zhen Mei tidak terukur dan sama
sekali tidak terbaca dia mempergunakan ilmu silat dari perkumpulan
apa. Apakah itu adalah ilmu silatnya yang tertinggi atau dia masih
memiliki ilmu lainnya? Tidak ada seorangpun yang tahu.
Tapi dia dengan tersenyum dan dengan mudah mengalahkan
lawan-lawannya.
Xia Hou Lie pernah mendengar bahwa di Jiang Nan ada orang
seperti itu, tapi dia tidak mempercayainya. Sekarang dia baru sadar
kalau dia salah, dan dia telah melakukan kesalahan besar.
Karena dia sekarang telah percaya dan sangat mempercayainya.
Sekarang tenaga Xia Hou Lie sudah terkuras habis, nafasnyapun
sudah habis, dia sadar dia tidak akan bisa menghindari jurus Fang
Zhen Mei lagi!
Karena itu dengan terpaksa dia menyambut jurus Fang Zhen Mei.
Kedua tangan Xia Hou Lie mencengkram, dia lebih memilih
telapak tangannya ditusuk oleh Fang Zhen Mei hingga berlubang
sehingga merusak ilmu yang sudah puluhan tahun dipelajarinya.
Tapi dia harus berhasil memutuskan jari Fang Zhen Mei!
Kelihatannya Xia Hou Lie berhasil menangkap jari telunjuk kanan
Fang Zhen Mei. Tapi secara tiba-tiba telunjuk kiri dan kanan Fang
Zhen Mei malah menghilang, digantikan dengari jari tengah dan
menyentil urat nadi yang ada di tangan Xia Hou Lie.
Xia Hou Lie merasa tangan kiri dan kanannya mati rasa, begitu
dia membuka tangannya, dua jari sudah berada di tangannya,
dengan bersahabat jari-jari itu berjabat tangan dengan tangannya.
Kemudian secara bersama-sama mereka turun dari atas!
Penonton melihat mereka berdua turun bersama-sama. Awalnya
terlihat Xia Hou Lie terus menyerang, kemudian dia lari untuk
menghindar akhirnya dia terbang ke atas, Xia Hou Lie terus
meraung, begitu turun mereka saling berpegangan tangan. Mereka
turun dengan tenang seperti bersahabat, penonton merasa aneh!
Hanya Xia Hou Lie sendiri yang tahu, kalau Fang Zhen Mei
berniat membunuhnya, sejak tadi dia sudah mati 10 kali.
Bagitu turun Fang Zhen Mei masih memegang tangan Xia Hou
Lie, dia sama sekali tidak bertenaga.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei melepaskan tangan Xia Hou Lie, dan
mundur 3-4 langkah dengan suara kecil dia berkata, "Maaf."
Waktu itu hampir saja Xia Hou Lie meneteskan air mata.
Semenjak dia berkecimpung di dunia persilatan, selalu
bersemangat, \ pemberani, gagah, dan berilmu silat tinggi. Banyak
pesilat tangguh dihina di bawah telapak dan kepalannya, merintih,
memohon, dan akhirnya mati. Dia sama sekali tidak menyangka
kalau suatu hari diapun akan mengalami kekalahan total!
Lebih-lebih tidak menyangka sewaktu dia mengalami kekalahan,
Fang Zhen Mei malah berpura-pura telah tergetarkan olehnya dan
malah mengucapkan kata 'maaf.
Dia sama sekali tidak tahu harus melakukan apa sekarang. Kalau
bisa dia ingin menangis sepuasnya. Karena itu dia membalas
memberi hormat kepada Fang Zhen Mei dan turun dari panggung.
Begitu Fang Zhen Mei datang, dia sudah memenangkan 3 babak
berturut-turut. Penonton sampai lupa berteriak, sekarang Pangeran
Jin sendiri yang naik ke atas panggung. Penonton menahan nafas
menunggu pertarungan selanjutnya.
Pertarungan antara pihak Song dan pihak Jin pada pertarungan
kedua. Awalnya pihak Jin telah memenangkan 3 babak, disusul oleh
pihak Song memenangkan 3 babak, sekarang tersisa babak terakhir,
babak penentuan siapa yang akan menang dan siapa yang akan
kalah!
Shi Wen Sheng yang berada di atas panggung hanya diam, dia
tidak bersuara, sepertinya diapun terkejut dengan ilmu silat Fang
Zhen Mei yang begitu tinggi.
0-0-0
Begitu Pangeran Jin naik ke atas panggung, dia seperti sebuah
gunung yang tidak bergerak.
Fang Zhen Mei pun tidak bergerak.
Sinar dari matahari yang akan terbenam membuat awan-awan
yang berada di langit seperti dipasang cahaya emas.
Panji yang ada di atas panggung masih tampak berkibar dengan
gagah. Bayangan Pangeran Jin dan Fang Zhen Mei seperti
memanjang.
Tapi mereka berdua tidak bergerak, penonton seperti kaget dan
mereka hanya terdiam. Melihat sikap mereka berdua.
Semenjak kedatangan Fang Zhen Mei, Wo Shi Shui selalu berada
di sisi panggung tidak pernah meninggalkan tempat itu. Diapun
melihat semua kejadian itu hingga terbengong-bengong.
Tiba-tiba Pangeran Jin mulai bergerak.
0-0-0

BAB 20
Jurus pedang yang mengejutkan

Begitu Pangeran Jin bergerak dia mencabut pedangnya. Pedang


berwarna emas.
Sinar matahari terbenam menyinari pedang itu, membuat pedang
ini mengeluarkan cahaya emas yang menyilaukan. Cahaya emas itu
menyinari kedua mata Fang Zhen Mei. Kedua mata Fang Zhen Mei
langsung dipejamkan.
Waktu itu dua pedang Pangeran Jin sudah menyerangnya.
Ying Yan Shuang Sha Jian Fa!
0-0-0
Satu pedang menusuk ke arah tenggorokan, sedangkan pedang
yang lain menusuk ke dada! Terlihat pedang siap menusuk, tapi
tubuh Fang Zhen Mei tiba-tiba menciut!
Dia bergerak dengan cepat seperti peluru. Lalu dengan cepat
mundur! Pangeran Jin pun ikut terbang.
Pedang emas terus mengejar Fang Zhen Mei dan pedang tidak
pernah jauh dari tenggorokan dan dada Fang Zhen Mei!
Fang Zhen Mei mundur secepat kilat. Pangeran Jin mengejar
Fang Zhen Mei seperti guntur!
Orang-orang yang berada di bawah panggung melihat dengan
mulut menganga.
Jantung mereka sepertinya setiap saat bisa meloncat keluar, tapi
tidak ada yang berteriak.
Karena diserang kilauan pedang, Fang Zhen Mei kehilangan
kesempatan untuk menyerang. Dia sama sekali tidak bisa
mengeluarkan jurus, hanya bisa menghindar dan mundur dengan
cepat.
Pangeran Jin tidak ingin kehilangan kesempatan ini. Dengan
sekuat tenaga dia terus mengejar! Fang Zhen Mei semakin cepat
mundur, Pangeran Jin semakin cepat mengejar!
Penonton tadinya mengira ilmu meringankan tubuh mereka
hanya dalam batas mundur dan mengejar, tapi mereka melihat yang
dikejar dan mengejar, kecepatannya tidak pernah berkurang, malah
bertambah cepat. Terakhir hanya melihat di atas panggung ada titik
putih dan kuning. Sosok orangnya tidak terlihat.
Mereka seperti kilat berputar di atas panggung, mereka sudah
berkeliling 11 putaran.
Dua pedang Pangeran Jin tetap berada dekat urat nadi penting
Fang Zhen Mei, jaraknya kurang lebih 2 inchi.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei merasa di belakangnya ada 2 suara
dengan cepat memecahkan udara!
Di bawah panggung, Chen Leng si kurang telinga menembakkan
2 biao ke arah Fang Zhen Mei.
Dengan cepat tangan Fang Zhen Mei bergerak kebelakangkan
dan menangkap biao yang datang. Tapi pedang emas Pangeran Jin
hampir mengenai kulitnya!
Waktu itu Fang Zhen Mei tiba-tiba menggulingkan badannya
dengan posisi miring.
Tadinya Pangeran Jin mengira dia pasti akan mengenai Fang
Zhen Mei, tapi tiba-tiba Fang Zhen Mei menghilang. Karena laju
tubuhnya tidak bisa dihentikan, dua pedang emas itu masuk dan
menancap ke dalam tiang, yang tersisa hanya pegangan
pedangnya!
Hati Pangeran Jin menjadi dingin. Dengan sekuat tenaga dia
berusaha mencabut kedua pedang ini tapi tidak berhasil. Terlihat
Fang Zhen Mei tersenyum melihatnya.
Fang Zhen Mei tidak menyerangnya.
Wajah Pangeran Jin berubah menjadi abu-abu.
Dia tahu jika Fang Zhen Mei ingin membunuhnya tadi, dia sudah
mati beberapa kali.
Badan Pangeran Jin dipenuhi keringat dingin. Dia berdiri, tidak
bergerak, juga tidak tergesa-gesa mencabut kedua pedang emas
itu.
Fang Zhen Mei tetap tidak menyerangnya.
Tapi di bawah panggung sudah terdengar teriakan yang
memilukan.
0-0-0
Fei Biao Chen Leng setelah melepaskan 2 biao, dia segera
meloncat!
Pangeran Jin tidak boleh kalah dari Fang Zhen Mei, Chen Leng
mengerti hal ini.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong sudah tahu bagaimana posisi
selanjutnya. Jika Pangeran Jin kalah, diapun tidak akan bisa hidup.
Begitu dia meloncat, dia melihat orang yang bertarung di atas
panggung sudah berhenti bergerak.
Dia melihat Fang Zhen Mei selalu melepaskan Pangeran Jin.
Karena itu dia segera mengubah rencananya. Dia ingin keluar
dari kerumunan orang, baru saja dia lari beberapa meter, sebuah
kail ikan sudah melilit pergelangan kakinya.
Pada waktu yang bersamaan banyak senjata secara bersama-
sama menancap di tubuhnya.
Di antaranya ada Tian Nan Quan Pai, Jin Niu Quan dari ketua
YingXiong Bao Liu Xing Cui, tusuk konde Nan Tian Yi Feng, tusukan
dari Jiang Fei Fan, dan lain-lain!
Tusukan ini dilontarkan dalam keadaan marah, tidak ada ampun
lagi untuk Chen Leng.
Karena itu kecuali menjerit, dia tidak bisa melakukan apa-apa
lagi!
Begitu Chen Leng roboh, Shen Tai Gong baru menarik kembali
kail ikannya. Kemudian dia melihat Qiao Li Hua. Qiao Li Hua tampak
ketakutan.
Terdengar Shen Tai Gong berkata sambil tertawa, "Kau tenang
saja, aku tidak ingin bertarung dengan seorang perempuan."
0-0-0
Sinar matahari terbenam menyinari kepala penonton dan
panggung, ke arah panji besar dan baju Pangeran Jin. Pangeran Jin
memegang pedang emasnya. Sejak tadi dia tidak bicara.
Tiba-tiba Fang Zhen Mei bertanya, "Apakah keadaan guru Anda
baik?"
"Baik!" jawab Pangeran Jin.
Fang Zhen Mei tertawa, "Ilmu pedang Pangeran Jin di antara
pesilat muda boleh dikatakan nomor satu. Tapi sayang ilmu pedang
guru Anda diibaratkan seperti elang memukul langit, terlihat sangat
gagah. Ilmu pedang istri gurumu cepat, lincah, dan ganas, sifat
Anda berada di antara keduanya. Jika Anda bisa menemukan
sebuah ilmu pedang yang cocok untuk Anda, aku tidak akan bisa
menanandingi Pangeran."
Beberapa kalimat ini seperti kata-kata seorang tetua dunia
persilatan. Satu kalimat mengatakan tentang kekurangan ilmu silat
Pangeran Jin, setelah itu mengeluarkan pendapat bagaimana cara
mengatasinya. Hua Hui dan Bu Tong mendengarkan kata-kata Fang
Zhen Mei. Mereka juga merasa perkataan Fang Zhen Mei sangat
masuk akal.
Hati Pangeran Jin tergerak, dia mendengarkan kata-kata ini, bila
dia berlatih 5 tahun lagi, mungkin dia akan menjadi pesilat muda
nomor satu.
Tapi sayang Pangeran Jin malah mempunyai perasaan berbeda.
Dia malu juga marah!
Ternyata dia sangat sombong. Dia lahir di lingkungan istana.
Semua orang harus hormat dan menjilatnya. Sejak kapan dia akan
mendengar saran orang lain? Dia cemas juga marah. Pelan-pelan
dia mencabut 2 pedangnya dan berkata, "Harap memberi petunjuk
untuk satu hal lagi."
Fang Zhen Mei tertawa, "Memberi petunjuk kepada Anda, aku
tidak berani."
"Guruku pernah mengajarkanku satu hal," kata Pangeran Jin.
"Pasti kata-kata yang sangat bijak," kata Fang Zhen Mei.
Pelan-pelan Pangeran Jin mendekatinya dan berkata, "Guru
mengajarkan kepadaku, jika dengan kedua pedang ini aku masih
kalah di tangan bangsa Han, maka aku harus bunuh diri saat itu
juga, dan mereka akan membalas dendam kematian muridnya!"
Fang Zhen Mei terpaku dan berkata, "Kata-kata guru Anda itu
sepertinya terlalu...."
Tiba-tiba Pangeran Jin tertawa sinis dan berkata, "Kau tidak perlu
merasa khawatir, aku tidak akan mati!"
Fang Zhen Mei tertawa, "Itu benar"
Pangeran Jin berkata lagi, "Karena...." Dia melihat 2 pedang yang
ada di tangannya dan melanjutkan, "Karena yang akan mati adalah
kau."
Kata 'mati' baru diucapkan, 2 pedang itu sudah menusuk.
Cepat seperti kilat.
Tawa Fang Zhen Mei membeku.
0-0-0
7 babak pertarungan sudah berlalu. Kalah dan menang sudah
dapat ditentukan. Fang Zhen Mei tidak membunuh Pangeran
Jin, tapi Pangeran Jin lah yang ingin membunuh Fang Zhen Mei. Hal
ini membuat geger para penonton!
Dengan cepat pedang itu menusuk!
Fang Zhen Mei tidak sempat menghindar lagi!
Ibu jari, telunjuk tangan kiri, dan tangan kanan dengan cepat
menjepit ujung pedang Pangeran Jin!
Sewaktu ujung pedang telah dijepit, jarak ujung pedang dengan
tenggorokan Fang Zhen Mei hanya tinggal satu inchi lagi dan jarak
ujung pedang dengan pertengahan alis kurang dari 1 inchi lagi. Tapi
kedua pedang itu seperti menancap ke dalam batu, tidak bisa
digerakkan. Waktu itu tiba-tiba terlihat cahaya pedang yang
berkilauan. 9 titik cahaya sudah sampai di sana.
Dari mana datanganya cahaya bulat ini? Dari mana datangnya
cahaya pedang ini?
Ternyata berasal dari si pembawa acara. Satu pedang dengan 9
ring, milik Shi Wen Sheng.
Cincin dan pedang terbang menyerang ke punggung Fang Zhen
Mei!
0-0-0
Terkejut kemudian berteriak, berteriak, meraung, semua reaksi
ini tidak bisa menolong nyawa Fang Zhen Mei.
Tiba-tiba tangan Fang Zhen Mei dilonggarkan.
Badannya seringan seperti kapas, dengan lemah dia melayang
ke bawah.
Kepalanya mengenai papan panggung tapi kedua kaki masih
seperti pohon dengan kokoh berdiri di atas panggung.
Ini adalah ilmu silat dari utara, Tie Ban Qiao (Jembatan papan
besi).
Pedang emas milik Pangeran Jin melewatinya dari atas wajahnya
dan tepat mengenai 2 cincin yang datang! Kemudian Fang Zhen Mei
mencengkram ke belakang. Tangan kiri dan kanannya melingkari 3
cincin! Jumlah cincin besi ada 9 buah!
Dua tertusuk jatuh oleh pedang emas. 6 cincin disambut oleh
Fang Zhen Mei.
Satu cincin lagi terdengar PUSH, cincin berputar dan memukul ke
dada Fang Zhen Mei.
Ujung pedang Shi Wen Sheng hampir sampai!
Kedua tangan Fang Zhen Mei menyambut cincin besi itu, kakinya
tetap berdiri. Ujung pedang Shi Wen Sheng tidak bisa ditahan lagi,
kematian sudah menunggu!
Para pendekar Huai Bei marah dan meraung, tapi tidak bisa
menolong Fang Zhen Mei lagi!
0-0-0
Tapi mulut Fang Zhen Mei masih bisa berfungsi. Dia menggigit
ujung pedang itu!
Waktu ini, ilmu pedang Pangeran Jin berubah menusuk ke kaki.
Fang Zhen Mei harus meladeni 2 pedang itu, dia sudah tidak
sempat berbuat sesuatu lagi.
Karena pedang Pangeran Jin tiba-tiba saja memanjang.
Tadi Shen Tai Gong dengan singkat memberitahu keadaan
pertarungan yang sudah terjadi kepada Fang Zhen Mei.
Tapi dia lupa memberitahu hal yang terpenting.
Pedang Pangeran Jin di dalamnya terdapat pegas yang bisa
membuat pedang memanjang. Hua Hui dan Bu Tong jiga terluka
karena itu.
0-0-0
Waktu itu ada cahaya pedang yang tampak berkilau datang!
Kilauan pedang sangat cepat seperti kilat.
Seperti awan yang bersembunyi dalam cahaya matahari
terbenam, tiba-tiba muncul pelangi yang indah!
Seperti sungai besar tiba-tiba jatuh menjadi air terjun yang
tinggi!
Pedang panjang seperti salju juga seperti giok. Dari bawah ke
atas, cahaya pedang ini lebih cepat, lebih terang dari pedang-
pedang lainnya 10 kali lipat!
Dibandingkan dengan sepasang pedang emas ini, pedang ini
hanya seperti seorang perempuan yang berwajah penuh dengan
kosmetik sedangkan pedang itu diibaratkan dengan kecantikan asli
seorang gadis.
Pedang emas jadi kehilangan kecantikannya dan menjadi tidak
berharga sama sekali.
Pedang ini sangat cepat, tepat, indah, seperti langit yang ada di
dalam lukisan. Semua putih seperti sebuah air terjun di dalam
sebuah lukisan. Penuh tenaga yang tiada habisnya dan sangat
berwibawa!
Pedang itu melewati semua pedang dan CEB, sudah menusuk ke
tenggorokan Pangeran Jin!
0-0-0
Jing Tian Yi Jian (Pedang langit terkejut). Long Zhai Tian yang
berada di bawah panggungmeneriakan kalimat itu. Jing Tian Yi Tian.
Wajah Hua Hui dan Bu Tong berubah.
Mereka berdua bisa berlatih pedang karena mereka pernah
melihat Tian Ya Sha Jue Shou, Yi Shui Han bertarung dengan Yang
Mei Jian, Chu Guan Yu. Mereka sangat iri, karena itu mereka berdua
menjadi rajin berlatih pedang.
Guru dari Jian Jue, Yi Shui Han adalah Tian Lei Lao Ren. Jian Yue
bisa menjadi terkenal karena tidak ada seorangpun yang bisa
menerima jurusnya yang bernama Tian Lei Yi Shi.
Tian Lei Lao Ren, seumur hidup belum pernah terkalahkan.
Jurusnya yang bernama Tian Lei Yi Shi tidak pernah ada yang bisa
menyambutnya.
Tapi 25 tahun yang lalu, di puncak Hua Shan, dia telah bertarung
dengan seorang pendekar Zhong Yuan, yang bernama Xiao Qiu
Shui. Mereka bertarung sehari semalam. Tian Lei Yi Shi akhirnya
kalah di tangan Pendekar Xiao Qiu Shui, kalah satu jurus.
Jurus ini tidak pernah terlihat di dunia persilatan, tapi kabarnya
sudah tersebar di mana-mana. Jurus ini bernama Jing Tian Yi Jian!
Semenjak Xiao Qiu Shui menusuk dengan jurus itu dan berhasil
mengalahkan Tian Lei Lao Ren, Xiao Qiu Shui belum pernah muncul
lagi di dunia persilatan.
Tapi 25 tahun kemudian di Huai Bei di kota Xia Guan, pada saat
pihak Song dan pihak Jin bertanding, di saat semua orang begitu
tegang, Fang Zhen Mei mengeluarkan jurus itu untuk menusuk
Pangeran Jin!
Tudak ada yang tahu kalau Fang Zhen Mei bisa menggunakan
pedang.
Lebih-lebih tidak ada yang tahu dia menguasai Jing Tian Yi Jian.
Tapi sekarang tiba-tiba muncul jurus ini dan Fang Zhen Mei yang
memperlihatkannya. Jurus pedang ini hanya sebentar keluar setelah
itu tidak terlihat lagi.
Pedang panjang seperti salju juga seperti giok, hanya sebentar
singgah di leher Pangeran Jin, lalu kembali lagi ke dalam lengan
baju Fang Zhen Mei, setelah itu sama sekali tidak terlihat lagi.
Seperti tidak pernah terjadi sesuatu. Tapi jurus seperti bintang
jatuh itu dilakukan begitu cepat, dan menghangatkan dunia ini juga
menghangatkan beberapa hati orang!
Dalam hati Hua Hui dan Bu Tong yang sudah melihat jurus ini,
hati mereka seperti gelombang air yang bergejolak!
Pangeran Jin tidak mati.
Tapi dia kehabisan tenaga.
Di tenggorokannya ada sebuah lubang kecil. Dengan jelas dia
merasakan pedang seperti es salju juga seperti giok itu
menyerangnya. Pedang sempurna itu menahan saluran nafasnya.
Sorot matanya masih tidak percaya juga merasa sangat terkejut,
yang berakhir dengan ketakutan.
Dua pedang yang sudah tidak bertenaga menancap ke bawah.
Karena jika dia bergeser sedikit saja, maka pedang yang berkilau itu
akan menusuk dan menyobek saluran nafasnya. Dia bisa mati.
Pedangnya belum menusuk, tapi dia sudah mati, karena itu dia tidak
berani bergerak. Fang Zhen Mei segera menarik pedangnya. Pelan-
pelan dari bawah dia naik kembali.
Pangeran Jin menarik nafas panjang. Jika dari posisi belakang
sekali meloncat dan berdiri itu tidak sulit. Tapi pelan-pelan bangun,
ada berapa orang yang sanggup melakukannya?
Pangeran Jin menarik nafas panjang karena dia tahu, tidak ada
harapan lagi untuk membunuh Fang Zhen Mei. Dia merasa malu dan
terhina, selama ini belum pernah di^a merasakan. Seumur hidup,
dia sangat berani dan juga pintar bertarung. Lahir di lingkungan
istana, hidup enak, dan belum pernah dihina. Dia tidak tahu
mengapa dia bisa sangat takut kepada pedang panjang seperti
salju juga seperti giok itu. Sepertinya pedang itu mewakili sesuatu
dan membuatnya tidak bisa menerima begitu saja.
Pangeran Jin tidak tahan dengan penghinaan ini. Cara
penyelesaiaannya seperti pendekar negara Jin lainnya
Dua pedang dibalikkan dan menusuk ke dalam perutnya. Rasa
sakit yang amat sangat membuatnya berteriak kepada Wan Yan
Zhu, "Kembalikan dua pedang ini kepada guruku. Biarkan dia yang
membalaskan dendamku...."
Suara serak. Pangeran Jin bunuh diri. Darah menggenangi
panggung.
Pangeran Jin sudah meninggal.
0-0-0
Fang Zhen Mei berdiri di atas panggung. Di sisi panji Negara
Song. Lama dia tidak bicara.
Shi Wen Sheng selangkah demi selangkah mundur, tiba-tiba dia
membalikkan badan dan siap melarikan diri.
Dia benar-benar terkejut karena melihat jurus pedang Fang Zhen
Mei tadi. Baru saja dia mundur, dia sudah mendengar ada suara
bentakan keras. Begitu dia membalikkan badan, dia melihat kepalan
besar dan berat sudah berada di depan hidungnya
Kemudian setelah itu dia tidak tahu apa-apa lagi.
Apakah dia sadar kalau kepalan itu adalah kepalan yang
membuat tulang wajahnya hancur!
Dan kepalan ini berasal dari kepalan Wo Shi Shui.
"Kembalikan kedua pedang ini kepada guruku, biarkan dia yang
membalaskan dendamku"
Fang Zhen Mei masih memikirkan 2 kalimat itu.
Pangeran Jin sudah mati. Apakah Jin Zhu Liang bisa
menerimanya?
Apakah Xi Yi Liu Ying dan Xi Yi Jin Yan akan diam begitu saja?
Mungkin dari sekarang negara Song dan negara Jin tidak akan
bisa hidup tenang.
Fang Zhen Mei melihat matahari terbenam. Matahari kuning dan
redup menyinari sini dan sana. Sekarang dia kembali menyinari
panji Song yang besar ini.
Kuda yang Fang Zhen Mei tunggangi untuk menempuh
perjalanan jauh sekarang terdengar sedang meringkik.
"Matahari terbenam menyinari panji besar. Kuda meringkik.
Angin berhembus."
Fang Zhen Mei teringat pada 2 kalimat puisi ini.
Waktu itu terdengar ada yang berteriak. Suara ini datang dari Xin
Wu Er, "Da Ge, Da Ge, ada apa denganmu?"
Kedua mata Long Zhai Ti^n sedikit terpejam, bibirnya terbuka,
rambut dan alisnya penuh dengan darah. Matahari terbenam
dengan redup menyinari wajahnya. Dia sudah meninggal.
Begitu dia menyaksikan Jing Tian Yi Jian yang menggegerkan
dunia persilatan yang muncul dengan tiba-tiba dan juga menghilang
secara tiba-tiba pada saat yang begitu indah. Dia meneriakkan
'JingTian Yi Jian', kemudian diam-diam sudah meninggalkan dunia
ini.
Demi menjaga wibawa Huai Bei, dia menerima pertarungan dan
terluka parah. Akhirnya dia meninggal di tangan Pangeran Jin.
Tapi Pangeran Jin juga mati di panggung pertarungan itu.
Dia mati di tangannya sendiri.
0-0-0
Qiao Li Hua diam-diam berdiri. Di antara kerumunan orang yang
sedang bersedih, dia ingin secara diam-diam melarikan diri. Tiba-
tiba suara Shen Tai Gong berkata, "Hei cabe merah!"
Qiao Li Hua merasa kepalanya dingin sampai ke kaki.
Shen Tai Gong tertawa dingin, "Kali ini kami akan melepaskanmu.
Nama baik Zhong Yuan Wan Dao Xian Shui Qing apakah akan
dirusak olehmu? Kalau kau tidak berubah, Shi Wen Sheng yang di
atas panggung, Chen Leng yang di bawah panggung, Cheng Qian
Jin yang ada di sisi Huai He, Shi Jin Tang dari Huai He adalah
contoh terbaik untukmu!"
Qiao Li Hua terdiam di tempatnya, dia tidak berani bergerak
sama sekali.
Wan Yan Zhu diam-diam naik ke panggung, mencabut dua
pedang emas itu kemudian diam-diam pergi.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu berdiri di antara kerumunan orang.
Mereka tidak tahu harus melakukan apa.
Xi Wu Hou masih jongkok di sana dan merintih kesakitan.
Fang Zhen Mei turun dari panggung. Tangannya dan tangan Wo
Shi Shui menggenggam dengan erat.
Tiba-tiba ada sepasang tangan yang menangkup di atas tangan
mereka. Ternyata tangan itu adalah tangan Shen Tai Gong yang
sedang tertawa. Dia berkata, "Akhirnya kita berkumpul lagi."
Fang Zhen Mei dengan tersenyum berkata, "Akhirnya kita
bersama lagi."
Wo Shi Shui melihat panji yang ada di atas panggung
pertarungan. Melihat matahari terbenam pada jarak begitu jauh. Dia
juga berkata, "Betul, akhirnya kita bersama lagi."
Tamat
Bandung, 15 desember 2006
Salam Hormat.
(See Yan Tjin Djin)
Buku persembahan See Yan Tjin Djin yang telah terbit
Raja Naga Tujuh Bintang...............................284 hal
Darah Ksatria............................................274 hal
Golok Bergetar Lonceng Berdenting.................269 hal
Antara Budi Dan Cinta..................................415 hal
Jala Pedang Jaring Sutra.................................770 hal
Pedang Abadi.............................................116 hal
Bulu Merak...............................................136 hal
Gelang Perasa............................................139 hal
Kait Perpisahan..........................................155 hal
Tujuh Pembunuh.........................................178 hal
Si Pisau Terbang "Pulang"...............................96 hal
Pedang Bayangan Panji Sakti..........................494 hal
Sepasang Pedang Naga.................................277 hal
Ilmu Pedang Pengejar-Roh..............................412 hal
Pendekar Sejagat.........................................301 hal
Pedang Kekasih..........................................337 hal

Anda mungkin juga menyukai