Panji Akbar
Matahari Terbenam
Pendahuluan
Pada tahun Shao Xing 11, Ye Fei seorang jenderal dari Kerajaan
Song karena telah dikhianati oleh Qing Hui seorang Menteri dorna
akhirnya dia terbunuh. Qing Hui bermaksud bersekongkol dengan
Tentara Jin (Kim).
Pada tahun yang sama di bulan 11, akhirnya terjadi kesepakatan
antara Kerajaan Song dan Tentara Jin. Kesepakatan ini
menyebabkan Kerajaan Song bukan hanya kehilangan wilayahnya
tapi juga merupakan penghinaan terhadap prajurit-prajurit Kerajaan
Song. Akhirnya kesepakatan ini malah mengantarkan Kerajaan Song
hancur di tangan bangsa asing.
Kesepakatan antara Tentara Jin dan Kerajaan Song hanya
bertahan selama 20 tahun. Begitu raja Kerajaan Song yang bernama
Gao Zhong, dan jenderal besar Tentara Jin yang bernama Wu Shu
meninggal, Jin Xi Zhong yang masih muda menggantikannya. Dia
senang minum-minum dan senang membunuh, akhirnya dia
dibunuh oleh adiknya sendiri.
Liang mengangkat dirinya menjadi raja. Dia sangat menyukai
budaya Tiongkok. Pada tahun 1159, dia mengumpulkan enam ratus
ribu pasukan dan menyerbu Kerajaan Song, mereka tiba di propinsi
An Hui sekarang. Waktu itu jenderal-jenderal dan para pejabat yang
masih setia dan berani mati, dibunuh oleh Perdana Menteri Qing Hui
dan raja bodoh yang diperalatnya, prajurit-prajurit sudah tidak ada
semangat berjuang lagi, mereka mengikuti arah angin bergoyang ke
sana kemari.
Begitu Tentara Song melihat banyak Tentara Jin yang menyerbu,
mereka sangat ketakutan. Mereka tahu jika mereka maju berperang,
mereka pasti akan kalah. Walaupun mereka bisa menang, tapi nasib
mereka akan sama seperti Jenderal Ye Fei. Dengan bersusah payah
akhirnya mereka berhasil mengalahkan Jenderal Wu Shu dan
bekerja sama dengan para pendekar He Bei. Sewaktu mereka
sedang menikmati kemenangan mereka dipaksa kembali ke
kerajaan dan Propinsi He Nan dikembalikan lagi kepada Tentara Jin.
Karena itu Tentara Song berada di pihak yang kalah dan para
prajurit melarikan diri berpencar entah ke mana. Saat melarikan diri,
terdengar jeritan rakyat bercampur menjadi satu. Panji Tentara
Song berhasil direbut oleh Tentara Jin. Peperangan sudah
mendekati Huai Bei. Waktu itu Yu Yun Wen mengumpulkan para
prajurit yang tersisa dan menyusun strategi baru untuk memerangi
Raja Jin yang bernama Liang, saat itu adalah penentuan hidup dan
mati.
BAB I
Tujuh orang aneh
BAB 2
Sekali pukul langsung mati
BAB 3
Tiga pisau sakti
Dikota Wu Hu.
Di Huai Bei bila di rumah seseorang berani menggantungkan
papan dengan huruf 'Huai Bei Shi Jia' berarti pemilik rumah itu
sangat dihormati orang-orang, kalau tidak mempunyai ilmu hebat,
mungkin dalam waktu dua jam papan itu akan diturunkan dan akan
langsung dihancurkan oleh orang-orang.
Tapi ada sebuah papan yang ditulis dengan huruf emas itu,
sekarang warna papan itu sudah pudar menjadi kekuningan. Papan
itu sudah tergantung selama 20 tahun lamanya, tapi tidak ada
seorangpun yang berani menurunkannya. Malah orang-orang
merasa papan yang bertuliskan huruf 'Huai Bei Shi Jia' ini terlalu
sedikit, maka orang-orangpun berkumpul dan memberikan sebuah
papan yang bertuliskan 'Huai Bei Shi Jia Nomor Satu', papan itu
tergantung di sebelah papan yang bertuliskan 'Huai Bei Shi Jia'.
Huai Bei Shi Jia adalah seorang pahlawan tua yang bernama Ding
Dong Ting, gelar ini sudah berlangsung 40 tahun disandangnya,
sekarang dia sudah tua, melihat papan itu dia selalu merasa puas.
Dia menggantung goloknya dan tinggal di rumah sejak lama, dan
kedua putranya mengambil alih peran Huai Bei Shi Jia. Dan
hidupnya sekarang malah lebih bersemangat!
Putra sulungnya dijuluki Hui Long Jin
Dao (Golok emas membelit naga) dia bernama Ding Jun Ai. Dia
mewarisi ilmu dari ayahnya dan kesempurnaan ilmunya sudah
mencapai 70-80%. Putra keduanya mendapat julukan Tu Long
Shuang Dao (sepasang golok membunuh naga) dia bernama Ding
Jun Qing, walaupun ilmu silatnya tidak setinggi kakaknya, tapi di
daerah Huai Bei orang yang bersenjatakan golok jarang ada yang
bisa melawannya. Ding Dong Ting sangat bangga kepada kedua
putranya.
Hari itu tiba-tiba di bawah cahaya matahari terbenam, muncul 7
orang dengan wajah licik. Begitu dia menolehkan kepalanya untuk
melihat, dia merasa orang-orang itu dalam waktu dekat akan
menggoncangkan Huai Bei.
Dua orang pelayan Ding Dong Ting segera membalikkan badan
dan berlari, yang satu memanggil dua bersaudara Ding, yang satu
lagi lari ke dalam dan keluar membawa Jin Dao (Golok emas) milik
tuan besarnya. Terlihat salah satu dari 7 orang yang berwajah
mesum itu membawa sebuah panji dan berkata, "Apakah Anda
adalah pahlawan tua Ding?"
Hati Ding Dong Ting seperti tertutup oleh bayangan hitam dan
diapun mengangguk.
"Baiklah! Ini adalah panji bangsamu, benarkah?"
Ding Dong Ting terdiam.
"Kami datang dari negara besar Jin, hari ini kami datang untuk
mengunjungi pesilat tangguh bangsamu, kalau kalian bisa merebut
panji Song ini, kami akan mengaku kalah."
"Kalau kalian ingin merebut panji mi, harus bertarung lebih dulu
dengan kami, dan kalau kalian mati kami tidak akan bertanggung
jawab. Dan kalau bangsa Song tidak tahu malu, bertarung dengan
cara mengeroyok, bangsa Jin kami tidak akan mengijinkannya,
maka aku berharap Huai Bei Di Yi Jia adalah seorang laki-laki sejati."
"Kalau kalian tidak berani bertarung, kalian harus berlutut di
depan kami dan menginjak-injak panji Song ini. Pangeran kami
sangat baik, beliau akan mengampuni nyawa kalian seperti
melepaskan nyawa seekor anjing."
Kata-kata Xi Wu Hou belum selesai, tiba-tiba terdengar suara
raungan, seseorang keluar dari balik pintu dan berteriak, "Hei tikus!
Kami membunuh ayam tidak perlu menggunakan pisau pejagal sapi,
kami tidak akan main keroyokan."
Satu orang lagi keluar dari dalam sambil berteriak, "Letakkan
panji itu, biar aku yang memukul anjing Jin ini dan membuat
mereka berlutut sambil meminta ampun!"
Tadinya Ding Dong Ting ingin melarangnya tapi Ding Jun Qing
masih muda dan dia sudah mengangkat sepasang goloknya.
Kakinya siap menendangXi Wu Hou.
Xi Wu Hou tertawa, dia memindahkan panji itu ke tangan kirinya,
dia bertarung dengan tangan kanan. Walaupun golok Ding Jun Qing
tampak tajam berkilau, tapi tidak bisa mengenai Xi Wu Hou, mereka
bertarung satu lawan satu.
Ding Dong Ting takut kalau Ding Jun Qing tidak bisa
mengalahkan Xi Wu Hou, maka dia membentak, "Ambil golokku!"
Seorang pelayan memberikan sebuah golok kepada Ding Dong
Ting dan diapun mengangkat goloknya dan berjalan ke arah
mereka. Tiba-tiba dia merasa ada yang menghalangi langkahnya
ternyata ada dua orang Mongolia didepannya. Dan kedua orang itu
siap menubruknya!
Ding Dong Ting membentak dengan suara besar, golok emasnya
sudah diangkat dan membacok ke arah dua orang Mongolia itu.
Ding Jun Ai melihat adiknya berada dalam bahaya dia segera
mencabut golok emasnya, dan ingin membunuh Xi Wu Hou!
Keempat orang lainnya tetap diam di tempat, tidak mengeluarkan
suara apapun untuk mencegah. Xi Wu Hou dengan satu tangan
bertarung dengan Ding bersaudara, tapi tidak tampak siapa yang
menang atau kalah.
Setelah bertarung sebanyak 20 jurus lebih, Xi Wu Hou melihat
Xia Hou Lie mengerutkan alisnya, hatinya bergetar. Dia melakukan
tendangan berturut-turut, setelah itu dia mencabut sempoa besinya!
Dua bersaudara Ding melihat Xi Wu Hou mengeluarkan senjata
yang telah membuat Xi Wu Hou terkenal, mereka segera berhati-
hati dalam menyerang, mereka berdua bergabung dan menyerang
Xi Wu Hou!
Sempoa besi di tangan Xi Wu Hou tampak berkilau, sempoa itu
berhasil mematahkan serangan Ding bersaudara. Sempoa besi itu
terus berbunyi membuat konsentrasi Ding bersaudara menjadi
kacau. Ding Jun Ai yang lebih berpengalaman dia sadar bahwa
bahaya sedang menghadang mereka, dia segera mengayunkan
goloknya dan mundur, lalu dia membentak Ding Jun Qing, "Jangan
dengar suara itu!"
Tapi suara sempoa besi itu telah membuat Ding Jun Qing pusing,
tiba-tiba tampak kilauan sinar berwarna hitam, sepasang golok Ding
Jun Qing telah dijepit oleh sempoa besi itu dan Xi Wu Hou menarik
sempoa besinya, sepasang golok itu dijepit hingga patah, Xi Wu Hou
segera memukul kepala Ding Jun Qing dengan sempoa besinya.
Sempoa itu terbuat dari besi murni, dan pukulan itu telah
memecahkan kepala Ding Jun Qing.
Ding Jun Ai melihat adiknya mati, dia merasa kaget dan juga
marah, dia membentak, dengan jurus Du Pi Hua Shan (Memukul
Hua Shan) dia siap membacok kepala Xi Wu Hou!
Ilmu silat Ding Jun Ai berada di bawah Xi Wu Hou, tapi kalau
Ding Jun Ai bisa dengan tenang dan berhati-hati dalam menyerang,
dalam 10 jurus dia tidak akan kalah. Tapi karena dia marah
pikirannya tidak bisa berpikir dengan jernih. Xi Wu Hou mengangkat
sempoa besinya, terlihat cahaya hitam berkilau, tampak 10 biji
sempoa terbang keluar dan siap dilepaskan!
Ding Jun Ai sedang mengangkat tangannya, bagian
dadanya'.sama sekali tidak terlindung. Melihat ada senjata rahasia
terbang menyerangnya, telapak tangan kirinya berhasil menepis 3
biji sempoa, sedangkan 7 biji lainnya dengari cepat menancap ke
jalan darah penting tubuhnya. Dia roboh dan langsung mati.
Ding Dong -Ting adalah pesilat terkenal, selama hidupnya dia
selalu berkelana di dunia persilatan. Pendengarannya sangat tajam,
matanyapun mengawasi ke sekelilingnya, dia melihat Ding Jun Ai
dan Ding Jun Qing sudah mati. Matanya melotot seperti akan keluar.
Golok emasnya seperti Huang He Jiang dan Yang Zi Jiang yang bisa
menelan gunung serta daratan.
Dia mengejar dan ingin membunuh Hu Shang Ge dan Hu Shang
Ke!
Kedua orang Mongolia itu memang ditakdirkan mempunyai
tenaga besar dan mereka menguasai ilmu gulat yang biasanya
memang dikuasai oleh para laki-laki Mongolia. Tapi pada saat
menghadapi golok emas Ding Dong Tingmereka ketakutan!
Ding Dong Ting memainkan golok emasnya, membuat suara FU,
FU, FU yang terus berbunyi pada saat golok emas itu dikibaskan
beberapa kali. Kedua orang Mongolia itu tidak bisa menahan
serangan Ding Dong Ting. Mereka sudah dua kali terbacok, kulit
mereka telah tergores, darahpun mengalir. Kedua orang Mongolia
itu berkulit tembaga dan bertulang besi, golok dan tombak biasa
tidak bisa menembus daging mereka tapi kali ini mereka berhasil
dilukai oleh Ding Dong Ting. Karena itu mereka menjadi takut, tidak
tampak seperti pada awal pertarungan begitu garang.
Ding Dong Ting benar-benar kaget, Jin Dao nya yang kuat
berhasil membacok tapi orang itu tidak mati, dan hal ini benar-
benar tidak masuk akal. Dua orang Mongolia itu sudah terkena
beberapa kali bacokannya tapi mereka hanya mengeluarkan sedikit
darah dan seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Mereka bertiga terus bertahan dengan posisi seperti itu tapi Ding
Dong Ting melihat kedua putranya sudah meninggal, hatinya
merasa sangat sedih. Dua sudah mengeluarkan jurus yang sudah 30
tahun dipelajarinya yaitu 28 jurus golok emas keluarga Ding,
tampak cahaya golok yang berkilau. Kedua orang Mongolia itu
tampak sudah terkena bacokan Ding Dong Ting lagi. Sambil
berteriak mereka mencoba untuk bertahan dan melindungi bagian
tubuh terpenting mereka.
Pangeran Jin tampak mengerutkan alisnya, orang Qi Dan yang
bernama Xia Hou Lie segera mengangguk.
Baru saja Xia Hou Lie mengangguk, La Ma (biksu), Ge La Tu
seperti sebuah panji merah mengelilingi Ding Dong Ting.
Ding Dong Ting hanya melihat ada cahaya merah yang
berkelebat, dan dia tidak tahu siapa yang menyerangnya. Segera
golok emasnya menggulung dia membuat tembok pertahanan dari
golok dan berbalik untuk membacok.
Sepasang tangan La Ma itu terbuka dan dia sudah mencengkram
tangan Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge, kemudian dia' menendang
ke kiri dan ke kanan. Menendang dua orang Mongolia itu, supaya
mereka keluar dari pertarungan seperti dua buah batu yang
dilontarkan!
Golok Ding Dong Ting sudah berada di depan dada Ge LaTu!
Tangan Ge La Tu yang sedang digerakkan ke depan, tidak
sempat menarik kembali tangannya, terpaksa dia memutar
tubuhnya di tempat dia berdiri!
Perubahan terjadi begitu tiba-tiba, Ding Dong Ting bisa melihat
lawannya adalah seorang La Ma dan goloknya hampir menancap di
tubuhnya. Tapi karena tubuh Ge LaTu berputar, dengan baju biksu
yang panjang, La Ma itu berhasil menggulung golok emas Ding
Dong Ting, kemudian menariknya hingga terlepas dari pegangan
Ding Dong Ting!
Ding Dong Ting sangat terkejut, selama dia berkelana di dunia
persilatan, selama puluhan tahun ini, belum pernah dia melihat ilmu
silat yang begini aneh!
Tapi Ding Dong Ting sangat berpengalaman, dia berdiri diam, dia
tidak mau terbawa tarikan goloknya, malah mundur dari sana!
Dia sadar dengan kelihaian ilmu lawannya, dia harus rela
melepaskan pegangan goloknya, kemudian dia akan mengambil
senjata baru untuk bertarung lagi!
Karena Ding Dong Ting mundur, secara tidak sengaja dia berhasil
menghindari jurus mematikan dari Ge La Tu yang sangat sulit
dihindarkannama jurus ini adalah Hu Wei Jiao (Kaki dan Ekor
harimau).
Pukulan Ge La Tu hanya berhasil separuh, dia tidak takut
Pangeran Jin merasa tidak senang dengan kegagalannya, tiba-tiba
dia bersalto, Ding Dong Ting cepat mundur lagi, dan seorang
pelayan segera mengantarkan golok lain kepadanya.
Tiba-tiba mata La Ma ini membulat kemudian membesar, seperti
mata seekor harimau yang sedang marah. Hatinya bergetar dan
gerakan tubuhnya menjadi sedikit melambat.
Waktu itu tasbih terbuat dari kayu yang tergantung di leher Ge
La Tu tiba-tiba berbunyi, Ge La Tu segera melepaskan 2 butir tasbih
itu ke arah Ding Dong Ting. Ding Dong Ting sudah tidak sempat
mengambil senjatanya, dia seperti sudah dihipnotis, butiran tasbih
itu menuju ke arah biji matanya dan masuk ke dalam tengkorak
kepalanya. Karena merasa sakit Ding Dong Ting berguling-guling di
bawah sambil menutupi wajahnya.
Pangeran Jin merasa puas dan dia tertawa senang, dengan
langkah besar Ge La Tu kembali ke sisi pangeran.
Kumis si tikus Xi Wu Hou bergerak-gerak, dengan dingin dia
berkata, "Kami ikut Pangeran berkunjung ke daerah Huai Bei, siapa
yang sangka disini tidak ada pesilat yang becus sama sekali,
sehingga Pangeran Jin tidak perlu yang turun tangan, katanya kalian
masih mempunyai seorang pendekar Huai Bei yang bernama Long
Zhai Tian, kami ingin menemuinya, kalau kalian ingin membalas
dendam, kami akan menunggu !kalian di sana."
0-0-0
Papan nama yang bertuliskan 'Huai Bei Di Yi Jia' diturunkan dan
dirusak. Tuan 'Huai Bei Di Yi Jia' telah mandi darah di sana.
Ketujuh tamu tidak diundang itu sudah pergi, para pelayan
dengan terburu-buru memapah Ding Dong Ting yang sudah sekarat.
Para pelayan itu tampak kebingungan karena tampaknya Ding
Dong Ting tidak akan bisa hidup lebih lama lagi.
Waktu itu datanglah dua orang ke arah mereka." Yang satu
mengenakan baju ketat berwarna hitam. Dia seorang pemuda
gagah. Sedangkan yang satu lagi usianya sudah tua tapi wajahnya
masih terlihat segar, rambutnya sudah memutih, sambil berjalan
terdengar mereka sedang bertengkar mulut.
Begitu melihat ada 3 orang yang tergeletak di tanah dan para
pelayan di sana sepertinya sedang gugup menghadapi semua ini.
Akhirnya merekapun berhenti melangkah. Yang satu berkata,
"Mengapa ada orang mati lagi? Mengapa para pendekar dan
pahlawan Huai Bei semuanya dibunuh?"
Yang satu lagi berkata, "Di sini adalah tempat Huai Bei Di Yi Jia
bukan Huai Bei Ying Xiong Jia (Rumah pahlawan Huai Bei),
mengapa kau tahu kalau dia adalah seorang pahlawan?"
"Huai Bei Di Yi Jia adalah Ding Dong Ting, semua orang sudah
tahu kalau Ding Dong Ting adalah seorang pahlawan."
"Huai Bei Di Yi Jia belum tentu Huai Bei Di Yi Wu Lin Shi Jia
(keluarga nomor satu di dunia persilatan) bukan?"
"Mungkin dia adalah orang Huai Bei yang pertama mempunyai
keluarga, apalagi papan yang bertuliskan Huai Bei Di Yi Jia sudah
diturunkan dan hancur, huruf Yi (angka 1 pada aksara Cina)
mungkin juga keluarga San (angka 3 pada aksara Cina) atau bisa
jadi keluarga Si (empat) dan seterusnya...."
"Sembarangan bicara saja."
"Aku sembar angan bicara? Bukankah kau juga sama?"
"Kentut!"
"Bau!"
"Baiklah, kura-kura tua, kita sudah lama tidak berkelahi, tangan
Wo Shi Shui sudah gatal."
"Akupun berpikir demikian, sudah dua hari kita tidak berkelahi,
aku Shen Tai Gong sudah ingin menghajarmu!"
Para pelayan dan teman-teman Huai Bei Di Yi Shi Jia melihat ada
dua orang yang datang dan mereka dengan sembarangan bicara,
mengatakan keluarga kedua, ketiga, dan seterusnya, mereka
mengira ada musuh datang lagi. Karena itu mereka segera
mencabut senjata dan mengurung mereka berdua.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong terkejut, salah satu dari mereka
bertanya, "Ada apa mereka ini?"
Ding Dong Ting tampak sedang sekarat, tiba-tiba dia mendengar
obrolan mereka berdua, salah satu dari mereka mengaku bernama
Wo Shi Shui dan satu lagi mengaku Shen Tai Gong, kedua nama itu
seperti bunyi guntur di telinganya, dia tergetar.
Dia berusaha mengumpulkan tenaga terakhirnya, kemudian
dengan suara serak dia berteriak, "Berhenti..."
Para pelayan yang melihat tuan besar mereka memberikan
perintah, mereka segera berhenti bergerak.
Orang yang muda itu mendengar dan berkata, "Orang itu belum
mati."
Yang tua berkata, "Lebih baik kita ke sana untuk membantunya!"
Tubuh mereka bergerak dengan cepat dan dalam sekejap sudah
berada di depan Ding Dong Ting, kemudian memapahnya bangun
supaya bisa bicara. Para pelayan itu tidak tahu kapan mereka
berdua bisa melewati mereka dan terlihat sedang memapah Ding
Dong Ting.
Ding Dong Ting merasa ada aliran kekuatan dan tenaga yang
masuk ke dalam tubuhnya, rasa sakitnya menjadi agak berkurang,
dan dia bisa menarik bernafas lega, tapi Ding Dong Ting sadar
hidupnya tidak akan lama lagi maka segera dia berkata, "Apakah
Anda berdua adalah...orang yang terkenal di dunia persilatan...si
Kail Sakti, Shen Tai Gong...dan Pen... Pendekar Wo Shi Shui?"
"Aku adalah Wo Shi Shui." "Ah! Ternyata kau adalah Lao Ding!
Aku pernah bertemu sekali denganmu, siapa yang telah memukulmu
sampai jadi seperti ini? Apa sebenarnya yang terjadi? Cepat
katakan, aku akan membalaskan sakit hatimu!"
Ding Dong Ting merasa sangat senang, dengan suara serak dia
menjawab, "Kalian berdua.. .harus.. .membalaskan.. .dendam...
demi ... diriku... aku... dan... anakku... harus..
.merebut...merebut...merebut kembali...panji...panji 'Song'.. .harus
merebut. ..kembali.. .nama.. .pende kar.. .Zhong Yuan.. .jagalah..
.keutuhan., .bangsa ...kita!"
Tangan Ding Dong Ting yang tadinya mencengkram tangan Shen
Tai Gong terasa melonggar, dan akhirnya dia meninggal.
Dengan dingin Wo Shi Shui berkata kepada Shen Tai Gong, "Lao
Shen, ada bisnis besar, apakah kau mau mengerjakannya?"
"Tentu saja aku mau mengerjakannya, sebelum mereka bertemu
dengan Pendekar Long, kita mengejar mereka dulu."
Wo Shi Shui bertanya kepada seorang pelayan, "Mereka berjalan
ke arah mana?"
"Mereka berjalan ke arah barat, katanya mereka akan mencari
Pendekar Long dan mereka akan melewati kota Xia Guan."
Seorang pelayan yang lebih tua berkata, "Anda berdua kalau
ingin membalas dendam untuk tuan besar, lebih baik pergi ke kota
Xia Guan untuk mencari Pejabat Ning...."
"Kami sekarang tidak ada waktu untuk mengunjungi seorang
pejabat," kata Wo Shi Shui dengan dingin.
Pelayan tua itu segera berkata, "Pendekar tidak mengenal Ning
Zhi Qing? Pejabat Ning adalah teman baik tuan besarku, dia dan
Pendekar Long juga bersaudara angkat, dia bekerja di kerajaan tapi
senang berteman dengan orang-orang persilatan. Dia juga
pemimpin dunia persilatan Huai Bei. Anjing-anjing Jin itu kalau pergi
kekota Xia Guan, walaupun mereka tidak mencari Pejabat Ning, tapi
Pejabat Ning pasti akan menghadang mereka. Pejabat Ning belum
mendapatkan alamat Pendekar Long, kalau mereka sampai
bertarung, Pejabat Ning akan kekurangan pembantu, aku takut...
Wo Shi Shui menatap Shen Tai Gong dan Shen Tai Gong
menatap Wo Shi Shui, secara bersama-sama mereka bergerak dan
lari ke arah barat.
0-0-0
BAB 4
Dua sempoa
Pejabat kota Xia Guan, Long Jian (Pedang naga) yang bernama
Ning Zhi Qiu, memiliki 4 orang murid dan juga anak buah yang
setia. Mereka sedang berpatroli melewati gang-gang kecil dan
memasuki jalan raya. Selesai berpatroli di dekat rumahnya, dia
melihat ada beberapa orang yang berdiri di sana.
Setelah melihat dengan jelas Ning Zhi Qiu mengetahui jumlah
mereka ada 7 orang, dan dia sudah mengerti maksud kedatangan
mereka. Kabar datang dengan sangat cepat! Lebih cepat
dibandingkan dengan kedatangan tujuh pembunuh itu. Tapi bila
jujur dikatakan, gerakan ketujuh orang itu memang cepat, tadi
sewaktu dia sedang berpatroli dia mendapatkan laporan dari mata-
mata bahwa mereka akan kedatangan 7 orang pembunuh. Dia
segera pulang untuk mengatur orang-orangnya setelah itu baru
menemui Pendekar Huai Bei, Long Zhai Tian untuk merundingkan
masalah ini. Tidak disangka ketujuh orang itu sekarang sudah
berada di rumahnya.
Tampak Pangeran Jin mengangguk, Xi Wu Hou menyipitkan
matanya dan bertanya, "Apakah Tuan adalah si Pedang Tunggal,
Pejabat Ning?"
Ning Zhi Qiu mengangguk.
Wajah Xi Wu Hou berubah. Dia mengambil panji Song kemudian
diletakkan di tanah dan diinjak-injak, matanya dengan dingin
menatap Ning Zhi Qiu.
Ning Zhi Qiu tidak bergeming, dia mendengar suara pedang yang
dikeluarkan dari sarungnya, empat orang anak buah Ning Zhi Qiu
pada saat itu ternyata sudah mencabut pedang mereka masing-
masing. Hal ini dilakukan secara berbareng maka tampak seperti
satu kali melakukannya. Setelah itu mereka lari ke depan rumah.
Ning Zhi Qiu membentak, "Jangan gegabah!"
Dengan tangannya dia menghalangi gerakan dua orang anak
buahnya tapi kedua orang lainnya sudah terlanjur keluar, bentakan
Ning Zhi Qiu membuat kedua orang itu terpaku. Pada saat mereka
terpaku datang dua orang Mongolia dan anak buah Ning Zhi Qiu
bentrok dengan mereka. Terdengar suara seperti tulang patah!
Ning Zhi Qiu tampak melotot, alisnya terangkat, dia segera
mencabut pedangnya, dengan nada marah berkata, "Kau harus
ganti dengan nyawamu!"
Lalu dengan suara perlahan dia berkata pada dua anak buahnya,
"Cepat, suruh Tuan Xin datang untuk menolongku!"
Dua anak buah Ning Zhi Qiu segera mengiyakan dan Ning Zhi Qiu
sudah melayang ke depan mereka. Pedangnya seperti pelangi emas,
terus mengarah pada Hu Shang Ge!
Hu Shang Ge tidak berani langsung menghadapi ilmu pedang
Ning, dia tidak tahu
harus berbuat apa. Dia hanya bisa meraung dengan suara besar.
Telapak tangannya yang sebesar kipas dikibaskan, dia ingin
membuat Ning Zhi Qiu terpental dari sana!
Kedua anak buah Ning Zhi Qiu dengan cepat mundur dari sana,
tapi Xi Wu Hou sudah mencium gelagat ini.
Begitu kedua anak buah Ning Zhi Qiu mau mundur, Xi Wu Hou
sudah bergerak seperti sehelai kertas, terbang ke depan mereka
dan mencegah mereka pergi dari sana.
Salah satu dari mereka berkata, "Lao Qi (tujuh), cepat pergi dari
sini!" Dia sudah mengangkat pedangnya dan menyerang Xi Wu Hou.
Kesempatan ini dipergunakan oleh salah satu dari mereka melarikan
diri!
Xi Wu Hou melayangkan tangannya, pedang itu sudah terpental,
dia berbalik lagi dan mengejar anak buah Ning Zhi Qiu yang sudah
melarikan diri dari sana.
Tapi anak buah Ning Zhi Qiu yang satu lagi sudah mendekatinya,
dengan sekuat tenaga dia memeluk dengan erat tubuh Xi Wu Hou
dan tidak memberikan kesempatan kepada Xi Wu Hou mengejar
temannya. Orang yang bernama Lao Qi sudah berlari sampai ke
dekat pintu, Xi Wu Hou sangat marah Tangannya menampar, anak
buah Ning Zhi Qiu yang memeluknya dipukul sekeras-kerasnya.
Organ tubuh anak buah Ning Zhi Qiu hancur karena pukulan keras
Xi Wu Hou. Darah muncrat dari mulutnya mengenai wajah Xi Wu
Hou. Tapi dia tetap tidak melepaskan pelukannya. Lao Qi yang
sudah melarikan diri, kebetulan saat itu dia menoleh kebelakang,
tujuannya ingin membantu saudaranya, tapi temannya yang masih
memeluk Xi Wu Hou berteriak, "Jangan kembali, cepat pergi dari
sini, cepat! Pejabat Ning lebih penting!"
Ning Zhi Qiu sudah mengangkat pedangnya, di tengah udara dia
berhasil menghindari satu kali serangan, sekarang pedangnya
berada di atas kepala Hu Shang Ge, baru saja dia ingin menusuk
tidak disangka telapak tangan yang besar itu sudah memegang
ujung pedangnya, ternyata yang memegang pedangnya adalah Hu
Shang Ke.
Begitu Hu Shang Ke mencengkram pedang Ning Zhi Qiu dia
segera menarik ke belakang!
Ning Zhi Qiu segera mengambil keputusan, dia melepaskan
pedangnya dan menyentil! saat yang sama Hu Shang Ke
membalikkan tubuhnya sambil menonjok!
Ning Zhi Qiu melepaskan pedangnya dan berhasil menghindari
tonjokan itu, di tengah udara kakinya menendang, dan
tendangannya mengenai nadi Hu Shang Ge!
Karena sakit Hu Shang Ge berteriak, kedua kakinya merapat, dia
sudah tertendang sebanyak 6-7 kali. Karena sakit Hu Shang Ge
terus mundur dan pedangnya direbut lagi oleh Ning Zhi Qiu! Tadi
setelah Hu Shang Ke berhasil merebut pedang Ning Zhi Qiu dia
merasa sangat senang, tidak disangka lawan malah berani
melepaskan pedangnya, karena tubuhnya yang tidak seimbang, dia
menjadi oleng dan mundur hingga 7-8 langkah, sekarang tampak
kembali seberkas sinar pedang sudah sampai di hadapannya dan
pedang itu ditusukkan ke perutnya, kulit Hu Shang Ke keras seperti
tembaga, pedang itu hanya bisa menembus sedalam 3 inchi, setelah
itu pedang tidak bisa menembus lebih dalam lagi.
Dalam keadaan bahaya ini, Ning Zhi Qiu telah berhasil melukai
dua orang, dan dia berdiri dengan tegak, Da sudah melayang ke
depan Xi Wu Hou!
Ternyata karena anak buah Ning Zhi Qiu tidak melepaskan
pelukan pada Xi Wu Hou, dia benar-benar marah dan ingin
menangkap anak buah Ning Zhi Qiu yang melarikan diri itu, sempoa
besinya dipukul ke kepala orang yang memeluknya hingga pecah
dan orang itu mati seketika. Walaupun kepala orang itu sudah
pecah dan dia sudah tidak bernyawa, tapi pelukannya tetap sangat
erat.
Anak buah Ning Zhi Qiu yang melarikan diri tampak menendang
pintu, Xi Wu Hou takut kalau pangeran merasa tidak senang,
dengan sempoa besinya dia menyapu dan memotong tangan yang
masih memeluknya. Bersamaan waktu itu dia melepaskan dua butir
biji sempoanya.
Ning Zhi Qiu melayang ke atas, dengan jari telunjuk dan ibu
jarinya, dia menjepit biji sempoa itu, tapi dia hanya sanggup
menahan satu butir, sedangkan satu butir lainnya tetap melesat dan
masuk ke punggung anak buah Ning Zhi Qiu.
Anak buahnya berteriak kesakitan, tubuhnya limbung tapi dia
berusaha untuk keluar dari pintu!
Xi Wu Hou masih berniat untuk mengejar tapi terdengar suara
CTEK, Ning Zhi Qiu menyentil kembali biji sempoa itu!
Terpaksa Xi Wu Hou mengangkat sempoanya untuk menahan
serangan itu. Terdengar suara TANG, dan biji sempoa itu berhasil
ditahan Xi Wu Hou dan terjatuh.
Xi Wu Hou berpikir, "Orang yang melarikan diri tidak dapat
kubunuh, aku merasa malu, tapi kalau aku bisa membunuh Ning Zhi
Qiu, Pangeran Jin pasti akan senang!"
Xi Wu Hou mulai menyerang Ning Zhi Qiu, hanya dalam waktu
singkat dia sudah menyerang sebanyak 13 jurus, sempoanya
bercahaya hitam, membuat mata menjadi silau, Ning Zhi Qiu
membalas dengan menyerang 3 jurus.
Suara biji sempoa dibunyikan.
Setelah bertarung 23 jurus, mereka berpisah dengan cepat.
Xi Wu Hou marah, "Kau cari mati!"
Ning Zhi Qiu menanggapi, "Pengkhianat!"
Xi Wu Hou mendekat lagi dan menyerang sebanyak 17 jurus,
sempoanya digoyang dengan cepat menimbulkan suara yang tidak
enak dan bersatu dengan suara yang panjang. Setelah 17 jurus
berlalu, tapi Ning Zhi Qiu masih belum bisa roboh, Karena dia tidak
memegang pedang setelah lewat ratusan jurus, dia berada dalam
posisi berbahaya.
Pangeran Jin dengan santai melihat ke atas, kemudian melihat ke
bawah, sekarang dia baru memperhatikan orang yang sedang
bertarung, wajahnya tampak datar tidak memperlihatkan ekspresi
apapun.
Xi Wu Hou berkata dengan dingin, "Kalau kau tidak mau
menyerah, kau akan mati!"
Ning Zhi Qiu pun menjawab dengan dingin, "Di negara Song
tidak ada putra Song yang gampang menyerah begitu saja!"
Xi Wu Hou mendekat lagi, tapi di langit tampak ada cahaya
berwarna kuning yang mendatanginya. Cahaya itu tiba diiringi
dengan suara bentakan. Sosoknya terlihat ada di langit kemudian
berubah menjadi cahaya yang berkilauan yang sangat menyilaukan
mata. Cahaya ini terus menyorot Xi Wu Hou, Xi Wu Hou tidak bisa
melihat siapa yang datang, dia hanya tahu kalau orang yang datang
memiliki senjata kotak dan bercahaya kuning. Karena itu dia hanya
bisa sekuat tenaga menahan serangan itu!
0-0-0
WUSH!
Xi Wu Hou dengan cepat mundur, setelah mundur dia baru tahu
ternyata sempoa besinya telah terpapas, tangannya tergetar hingga
mati rasa.
Orang itu mendarat turun, usianya sekitar 40 tahun, tidak
memiliki janggut ataupun kumis. Wajahnya tampan, tangannya
memegang sempoa berwarna kuning, dia berdiri di sisi Ning Zhi Qiu,
dengan penuh perhatian bertanya, "Anda tidak apa-apa, Pejabat
Ning?"
Ning Zhi Qiu menegakkan tubuhnya dan menjawab, "Kakak
Ketiga datang tepat pada waktunya!"
"Setelah mengirim kabar bahwa Anda mendapat kesukaran, Lao
Qi langsung meninggal," kata orang itu.
Wajah Ning Zhi Qiu tampak berubah, Xi Wu Hou yang berdiri di
sisi sebelah sana tampak marah dan berkata, "Jin Suan Pan
(sempoa emas)."
Orang itu dengan dingin berkata, "Aku adalah Xin Wu Er, selalu
percaya diri dan tiada duanya."
"Kau tidak pantas ikut campur dalam masalah ini!" kata Xi Wu
Hou.
"Di dunia persilatan yang terkenal dengan sempoanya hanya ada
3 orang, di antara ketiga orang itu yang tidak berguna hanya kau!
Tapi kau selalu menjadikan sempoamu sebagai papan reklame!"
kata Xin Wu Er.
"Aku ingin tahu berapa lama kau masih bisa memegang
sempoamu?" seru Xi Wu Hou.
Kemudian dia membunyikan sempoanya sebanyak 32 kali!
Tanpa suara Xin Wu Er memasuki arena pertarungan, sejurus
demi sejurus dia mematahkan serangan Xi Wu Hou, tapi kedua
sempoa itu tidak pernah beradu. Setelah lewat 32 jurus, Xin Wu Er
baru balik menyerang, dia memainkan sempoanya dengan cepat,
karena cepatnya sampai sempoanya tidak mengeluarkan suara
apapun, hanya terlihat ada cahaya emas berkilau dari sempoanya.
Tiba-tiba Xi Wu Hou mundur, beberapa rambutnya tampak
terlepas dari ikatannya, nafasnya terengah-engah.
Mata Pangeran Jin terlihat seperti kagum, dengan santai dia
berkata, "Lumayan."
Xia Hou Lie dengan tenang memerintah pada Wan Yan Zhu,
"Giliranmu!"
Dengan sikap hormat dia berkata, "Siap!" Dia meloncat lurus, dan
dia sudah berada di antara Xi Wu Hou dan Xin Wu Er. Tangannya
segera terulur, dia ingin mencengkram Xin Wu Er.
Tapi sempoa Xin Wu Er malah memukul nadi Wan Yan Zhu, Wan
Yan Zhu membalikkan tangan dan dia sudah mencengkram sempoa
emasnya dan menarik sempoa itu!
Xin Wu Er melihat lawannya hanya dengan satu jurus bisa
mencengkram senjatanya, dia tidak berani bersikap lengah lagi, dia
menarik nafas dan sempoa yang masih berada di tangannya tidak
akan dilepaskan begitu saja!
Wan Yan Zhu mengerahkan tenaga dalam sepenuhnya mencoba
merebut sempoa itu, walaupun kepalanya sudah mengeluarkan asap
putih, dia masih ngotot merebutnya, dengan mengadu kekuatan
penuh dan saling tarik, kaki mereka sudah masuk ke dalam tanah,
mereka saling melotot, tidak terlihat siapa yang menang atau kalah.
Sempoa yang terbuat dari emas karena ditarik dengan kekuatan
besar terlihat memanjang.
Ning Zhi Qiu keluar dari arena pertarungan, dia mencoba
memukul Hu Shang Ke, tapi Hu Shang Ke menahan serangan Ning
Zhi Qiu dengan tangannya, tiba-tiba Ning Zhi Qiu melayangkan
kakinya, dengan cepat Hu Shang Ke menahan menggunakan
tangannya, tiba-tiba Ning Zhi Qiu menarik serangannya, dan bersiap
menyerang Xi Wu Hou. Tapi di depannya terlihat sekelebat
bayangan merah yang menghalanginya. Ternyata dia adalah Budha
hidup dari Tibet, Ge LaTu.
Kedua mata biksu itu melotot pada Ning Zhi Qiu.
Ning Zhi Qiu merasa tubuhnya bergetar, gerakan tangannya
sedikit melambat, saat itu butiran kalung tasbih kayu milik Ge La Tu
yang berwarna merah tampak berputar-putar mendatanginya!
Ning Zhi Qiu menahan dengan pedangnya, tapi butiran kayu itu
berputar dan mengikat pedangnya, kemudian La Ma itu menarik
dengan tenaga penuh!
Ning Zhi Qiu sadar kalau pedang itu kena ditarik oleh La Ma itu,
maka dia akan mati karena telapak tangan La Ma itu. Karena tidak
berhasil menarik pedang itu, tampak La Ma itu dengan marah
melihat Ning Zhi Qiu, Ning Zhi Qiu tidak sadar bahwa La Ma itu
sedang menggunakan ilmu hipnotis kepada dirinya. Hanya melihat
mata La Ma itu sekali, mata Ning Zhi Qiu terasa pedas. Tenaganya
menjadi berkurang, tubuhnya mulai tertarik selangkah demi
selangkah mendekati Ge La Tu.
Xin Wu Er yang sedang bertarung di sebelah sana, melihat
keadaan berubah seperti itu. Dia tahu kalau sekarang ini Ning Zhi
Qiu berada dalam keadaan berbahaya, tapi dia sendiri tidak bisa
banyak membantu, karena dia harus berkonsentrasi dalam
menghadapi Wan Yan Zhu.
Diapun merasa tenaganya semakin terkuras, bagaimana mungkin
dia bisa menolong Ning Zhi Qiu?
Xi Wu Hou yang tadinya berada di pinggir sekarang sudah berada
di belakang Xin Wu Er, dia mengangkat sempoa besinya dan ingin
memukul kepala Xin Wu Er.
Karena saat itu Xin Wu Er sedang mengerahkan seluruh
tenaganya menghadapi Wan Yan Zhu, dia tidak mau konsentasinya
terpecah dan Wan Yan Zhu dengan mudah akan menggetarkannya,
saat itu dia tidak mungkin bisa menghindari serangan Xi Wu Hou!
0-0-0
Pada saat keadaan sangat berbahaya ini tiba-tiba dari kejauhan
ada seseorang yang bicara, suaranya berat, seperti suara orang tua
tapi nadanya sangat tinggi.
"Lao Di (adik)! Ternyata di sini ada orang yang berkelahi juga."
Suara lainnya terdengar lebih muda dan bertenaga berkata,
"Coba kita lihat ke sana!" suara itu semakin mendekat.
Terlihat bayangan orfuig, yang satu berpakaian hitam yang satu
lagi berpakaian abu. Yang mengenakan baju hitam adalah seorang
pemuda beralis tebal dan bermata besar. Sedangkan pak tua
berbaju abu itu terlihat wajahnya masih muda tapi rambutnya
sudah memutih. Tangannya memegang kail ikan dan di
punggungnya tergantung keranjang untuk menaruh ikan hasil
pancingan.
Xi Wu Hou mengerutkan dahinya, Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge
sudah maju menghampiri kedua orang itu.
Orang tua itu ternyata adalah Tai Hu Shen Diao, Shen Tai Gong.
Dia bertanya, "Kita harus membantu siapa ya?"
Pemuda itu ternyata adalah Wo Shi Shui, dia menjawab, "Aku
lihat lebih baik kita memukul yang licik itu saja!" Tiba-tiba dia
sudah berlari mendekati Xi Wu Hou dan mencengkram sempoa
besinya, kemudian menendangnya sampai 7 jurus, begitu
serangan dilancarkan Xi Wu Hou tidak menyangkanya. Dengan
terpaksa dan cepat Xi Wu Hou meladeni 7 jurus Wo Shi Shui. hingga
dia mundur 8 langkah, terdengar Wo Shi Shui berkata, "Aku paling
benci ada orang yang diam-diam menyerang dari belakang, kalau
ingin berkelahi, ya berkelahi secara jantan, kalau mati juga tidak
apa-apa, mengapa harus menyerang dari belakang?"
Sambil berkata seperti itu dia mencengkram bagian tengah
sempoa emas yang sedang di pegang oleh dua orang yang sedang
bertarung dan bertanya, "Milik siapa ini? Untuk apa sampai
diperebutkan?"
Xin Wu Er terpaku, tapi dia tahu kalau pesilat tangguh yang
berasal dari Zhong Yuan tidak boleh dipandang remeh, dia menarik
nafas dan berkata, "Sempoaitu milikku."
"Baiklah, aku akan mengembalikannya padamu," kata Wo Shi
Shui.
Dengan tenaga cukup Wo Shi Shui menarik sempao itu, Wan Yan
Zhu tanpa sadar sudah terbawa maju 4 langkah, tapi dia masih
mencengkram dengan erat tidak mau melepaskan sempoa emas itu.
Tiba-tiba Wan Yan Zhu melihat ada sempoa lain mendekatinya,
karena salah melihat tangan kirinya mencengkram sempoa yang
mendekat dan tangan kanannya sedikit melonggar. Akhirnya
sempoa emas dapat ditarik dan diambilnya, setelah berhasil
mendapatkan sempoa emasnya, Xin Wu Er meloncat menjauh.
Wan Yan Zhu terpaku, dia melihat sempoa yang masih
dipegangnya ternyata milik Xi Wu Hou dan sempoa emas milik Xin
Wu Er telah berhasil direbut kembali olehnya. Wo Shi Shui sedang
menatapnya dengan tertawa, terlihat kalau Wo Shi Shui sangat
senang melihat Wan Yan Zhu, Wo Shi Shui berkata, "Kalau kau
marah, itu sangat bagus, aku tidak menyangka wajah sepertimu,
wajah seperti papan peti mati, bisa juga tampak ada ekspresi."
Kemarahan yang melanda dirinya membuat seluruh tulang di
tubuh Wan Yan Zhu berderak, wajah Wo Shi Shui tampak mulai
serius, karena dia mendengar suara derak tulang, itu membuktikan
kalau orang itu menguasai ilmu cakar elang latihan selama 30
tahun, dan tidak boleh embarangan menghadapinya.
Lawan tanding yang paling senang dihadapi oleh Wo Shi Shui
adalah lawan yang berbobot, semakin kuat lawannya maka dia
semakin tertarik menghadapinya, karena itu setiap kali dia
bertarung dengan pesilat tangguh, dia merasa senang malah
menjadi tergila-gila.
Tapi sebaliknya dengan Shen Tai Gong, semakin lihai lawan, dia
malah semakin senang mempermainkannya, karena dia masih
senang bermain-main. maka semakin banyak variasi dan jurus aneh
yang akan dikeluarkannya supaya bisa memenangkan pertarungan.
Sewaktu Hu Shang Ke dan Hu Shang Ge berlari ke arahnya,
diapun berlari sambil berteriak ke arah dua orang Mongolia itu.
Mereka hampir bertabrakan dan apakah nasib Shen Tai Gong akan
sama seperti Cai Bu Pin terjepit mati oleh dua raksasa itu?
Tapi tiba-tiba Shen Tai Gong bergerak, secepat kilat dia sudah
berada di belakang mereka dan senar kail ikannya sudah mengait
celana pendek bagian belakang Hu Shang Ke, dia menariknya
sambil terus berlari sambil berteriak, "Aku mendapatkan ikan
besar, ikan besar sudah terpancing!" Walaupun perawakan Shen Tai
Gong pendek, kurus, dan kecil tapi kalau sudah berlari dia seperti
sebuah anak panah. Hu Shang Ke ditarik oleh Shen Tai Gong
terpaksa dia berjalan mundur, kail itu mengait celananya dan hal ini
membuatnya merasa malu, tubuhnya yang besar tidak dapat
berbalik untuk menyerang Shen Tai Gong. Dia benar-benar seperti
seekor kura-kura yang batoknya berada di bawah dan tidak sanggup
berbalik.
Hu Shang Ge ingin menolong saudaranya, dia berlari mengejar
Shen Ta
Gong, tapi Shen Tai Gong selalu lari dengan berbelok-belok,
tubuh besar Hu Shang Ge dibuat berkeringat oleh Shen Tai Gong.
Tapi dia tidak bisa menolong saudaranya.
Mereka marah-marah dengan menggunakan bahasa Mongolia,
berusaha mencengkram tangan Shen Tai Gong tapi Shen Tai Gong
berhasil menghindar, cengkraman Hu Shang Ge tidak berhasil
mengenainya, malah kaki seseorang yang tercengkram. Karena
marah dia segera membanting dengan cara gulat Mongolia.
Orang itu menendang pundaknya, Hu Shang Ge dengan bahasa
aneh hanya mengatakan, "Wu Wu Wa Wa." Dan dia sudah
melayang jauh.
Ternyata dia telah mencengkram kaki Ge La Tu!
0-0-0
BAB 5
Kepalan Wo Shi Shui dan Kail Shen Tai Gong
BAB 6
Sekuntum bunga yang memabukan
BAB 7
Pedang Long Zhai Tian dan telapak Pangeran Jin
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Mengapa kau terus
melihatku? Aku bukan setan!"
Zhang Zhen Que merasa sangat senang dan berkata, "Tuan
Muda Fang, kalau tidak terjadi apa-apa pada Anda, ini sangat
bagus, anak buah Jenderal Yu yang berada di kota Xia Guan melihat
Anda dibuat pingsan oleh mereka, anak buah Jenderal ingin
menolong Anda tapi sudah tidak sempat, Jenderal mendengar berita
ini, maka beliau segera menyuruh kami untuk mencegat kereta ini
dan menolong Tuan Muda, tidak disangka...malah Tuan Muda yang
menolongku."
"Aku merasa sangat berterima kasih atas kebaikan Jenderal dan
tentu saja pada kalian. Aku mohon agar Kakak Zhang dan kakak-
kakak yang lain berhenti bertarung, nanti akan ada yang terluka,"
kata Fang Zhen Mei.
"Tahun kemarin Tuan Muda pernah bertemu dengan Jenderal,
dan sampai sekarang Jenderal masih sangat mengagumi Tuan
Muda, aku merasa sangat beruntung bisa bertemu dengan Tuan
lagi. Tuan adalah Ren Zhong Long (Naga dalam manusia), mana
boleh aku menyapa Tuan dengan sebutan adik atau kakak, aku
tidak sanggup menerimanya...."
Tiba-tiba terdengar ada siulan panjang, senjata yang sedang
beradu segera berhenti.
San Shi Di, Si Shi Di segera membuka tirai dan masuk untuk
melihat Fang Zhen Mei, dan melihat dia tidak apa-apa, mereka
terlihat sangat kaget dan bertanya, "Da ShiXiong...."
Da Shi Xiong melambaikan tangannya, dengan dingin dia
berkata, "Fang Zhen Mei, kau tidak perlu terus berkomentar, kalau
bukan karena Xiao Shi Mei yang membelamu, apakah kau bisa
terlepas dari Bai Ri Zui?"
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Kakak ini sudah salah
paham, Xiao Shi Mei mu tidak bermaksud untuk membantuku, aku
tahu di tangannya menggunakan gelang giok dan Ma Nao. Dia tidak
seperti gadis miskin yang harus sampai menjual bunga, karena itu
aku tidak mencium harumnya bunga itu, ini bukan salah Xiao Shi
Mei mu."
Zhang Zhen Que tampak terpaku dan diapun bertanya, "Oh!
Kalau begitu mengapa Tuan Muda Fang mau saja diculik dan dibawa
dengan kereta ini?"
Fang Zhen Mei tertawa, "Aku pikir, ada orang yang jauh-jauh
datang ke Huai Bei untuk menghalangi perjalananku, dan dia sudah
merencanakan semuanya begitu sempurna, ini bukan hal yang
mudah, maka aku memutuskan untuk bertemu dengan orang nni,
jadi aku berpura-pura mabuk, dan ingin tahu ke mana mereka akan
membawaku...tidak disangka hal ini malah membuat Jenderal Yu
merasa khawatir dan sempat merepotkan beberapa orang kakak,
aku benar-benar meminta maaf...."
Zhang Zhen Que tertawa terbahak-bahak, "Ha ha ha! Tidak
disangka, kita datang dengan tujuan menolong Tuan Muda Fang,
malah merusak rencana besar Tuan Muda Fang----"
Wajah Da Shi Xiong tampak berubah, kemarahan membuat
tubuhnya gemetar, dia mengeluarkan perintah, "Bunuh!"
Begitu kata 'bunuh' dilontarkan, pedang Si Shi Di seperti ular
beracun menusuk ke dada Fang Zhen Mei.
0-0-0
Tangannya menekan dada, baju bagian dada Pangeran Jin
ternyata telah sobek sepanjang 10 sentimeter, tampak ada bekas
darah di sana, dia menatap Long Zhai Tian dengan dingin.
Kedua mata Long Zhai Tian masih terlihat bersemangat, sekujur
tubuhnya tidak ada yang terluka, alis dan rambutnya terlihat
bergoyang padahal saat itu angin tidak berhembus. Dia terus
menatap Pangeran Jin.
Pangeran Jin menatapnya kemudian mengangguk, "Ilmu pedang
yang sangat baik."
Bibir Long Zhai Tian bergerak, tapi dia tidak menanggapi.
Pangeran Jin melihat ke sekeliling, dengan dingin dia berkata,
"Besok siang, kami tujuh orang Jin akan memasang panggung di
kota Xia Guan dan kami akan menantang pesilat tangguh dari
negaramu, ini murni pertarungan, kedua belah pihak tidak boleh
melibatkan dengan urusan pemerintahan. Kalau kau berani,
besok siang, panji Song ini bisa kalian rebut kembali dari tangan
kami, itu baru disebut sebagai laki-laki sejati."
Dia terdiam sebentar, Long Zhai Tian segera berteriak. "Baiklah!"
suaranya terdengar seperti guntur, membuat semua telinga
berdenging.
Pangeran Jin mengangguk dan dengan nada licik berkata,
"Baiklah, baiklah!" dia membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana.
Wo Shi Shui marah dan berkata, "Kau pergi dari sini karena kau
sudah terluka, hari ini adalah hari kematianmu!"
Pelan-pelan Pangeran Jin membalikkan tubuhnya, Xia Hou Lie
sudah siap untuk bergerak, Pangeran Jin menggelengkan kepalanya
terpaksa Xia Hou Lie diam kembali. Dengan dingin Pangeran Jin
berkata kepada Wo Shi Shui, "Kau mau apa?"
Wo Shi Shui merasa kalau Shen Tai Gong menariknya dan
dengan berbisik berkata, "Dengarkan kata-kata Pendekar Long!"
Shen Tai Gong menggantikan Wo Shi Shui menjawab, "Hari
kematianmu boleh ditukar esok hari, besok kita akan bertemu
kembali di panggung pertarungan di kota Xia Guan, kalau sampai
tidak datang berarti dia adalah kura-kura!"
Xia Hou Lie dengan sinis berkata, "Yang datang membawa
prajurit berarti dia bukan laki-laki sejati." '
Xin Wu Er marah, "Kami orang-orang Song tidak akan melakukan
perbuatan seperti itu!"
Pangeran Jin terdiam, kemudian dengan dingin dia berkata,
"Baiklah!" diapun membalikkan tubuh dan langsung pergi.
Ning Zhi Qiu melihat kedua pengawalnya yang mati dengan
tragis, mana mungkin dia akan melepaskan Pangeran Jin begitu
saja, dia ingin menyusul Pangeran Jin tapi Long Zhai Tian sudah
menghadangnya. Ning Zhi Qiu berkata, "Da Ge (kakak tertua),
Pangeran Jin sudah terluka, dan luka Xia Hou Lie pun sepertinya
tidak ringan,'Tetua Shen berhasil melilit kuya batok itu, sedangkan
yang lainnya masih sanggup kita atasi. Jangan lepaskan macan
kembali ke dalam hutan"
Wo Shi Shui mempunyai pikiran yang sama, dia ikut menimpali,
"Benar----"
Wajah Long Zhai Tian terlihat serius, dia menggelengkan kepala,
Pangeran Jin dan keenam orang lainnya sudah menghilang dari
pandangan mata. Long Zhai Tian membalikkan kepala dan berkata,
"Kalian tidak tahu----"
Tiba-tiba dia memuntahkan darah dan roboh, Xin Wu Er dan Ning
Zhi Qiu dengan cepat menyangganya. Wo Shi Shui dan Shen Tai
Gong merasa sedih.
Wajah Long Zhai Tian terlihat pucat dan dia berkata, "Kita pulang
dulu ke rumah Adik Bao----"
0-0-0
Pedang Si Shi Di sudah bergerak seperti ular beracun. Siap
mematuk dada Fang Zhen Mei. Pada saat yang sama, tangan Fang
Zhen Mei sudah berada 7 inchi dari kepala ular (7 inchi adalah jarak
mematikan dari seekor ular). Terdengar pedang panjang itu patah.
Begitu pedangnya patah, Si Shi Di menyerang Fang Zhen Mei
dengan tangannya.
Dengan cepat Fang Zhen Mei meluncur ke belakang Si Shi Di.
Pada saat itu juga golok panjang milik San Shi Di sudah menebas
pada kepala Fang Zhen Mei, jurus golok itu seperti seekor elang
yang akan menangkap mangsanya!
Tangan Fang Zhen Mei berubah menjadi sebuah panah, panah
itu diarahkan ke pegangan golok, dan golok itu terlepas, melayang,
lalu menancap di atas kereta. Golok tidak bisa digunakan lagi.
Tubuh San Shi Di seperti piring yang berputar, kedua tangannya
berniat mencekik leher Fang Zhen Mei.
Tapi Fang Zhen Mei dengan mudah menghindar ke belakang San
Shi Di, tangan Fang Zhen Mei tidak banyak bergerak. Gerakannya
hanya seperti sedang memecahkan piring lalu dilempar. San Shi Di
bertabrakan dengan Si Shi Di dan merekapun saling memukul.
Golok Er Shi Di sudah terputus, tapi golok putus itu bergerak dan
keluarlah puluhan titik terang seperti bintang, seperti sekumpulan
serangga yang terbang menyerang ke arah Fang Zhen Mei! i
Tangan Fang Zhen Mei seperti terpasang jala, semua titik itu
jatuh ke tangannya.
Golok yang putus milik Er Shi Di disabetkan, sekaligus menyerang
seperti 8 golok, sambil tertawa dia berkata, "Kau sudah
termakan tipuku, kau sudah memegang senjata rahasiaku, senjata
itu mengandung racun, dalam waktu setengah jam----"
Cahaya terang seperti bintang itu, satu per satu dikembalikan
lagi. Setiap titik cahaya itu menabrak serangan Er Shi Di. Begitu 8
titik itu dikembalikan, Fang Zhen Mei tampak masih baik-baik saja,
sekarang tampak Er Shi Di tidak bisa bicara apapun.
Tangan Fang Zhen Mei terus mengeluarkan 5-6 titik terang. Er
Shi Di sangat takut kepada senjata rahasia itu. Untuk menghindari
senjata rahasia itu dia melompat jauh dari kereta beratap.
Hanya dalam waktu sekejap, pedang Si Shi Di dan golok San Shi
Di pun terputus. Sedangkan Er Shi Di dipaksa keluar dari selatar
kereta, sekarang yang tertinggal hanya Da Shi Xiong yang saat ini
sedang berhadapan dengan Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei tertawa dan berkata, "Orang yang memakai
pedang dengan ganas, selain bisa memainkan Chang She Ru Dong
(Ular panjang kembali ke sarang) dan bisa memainkan banyak jurus
tipuan, dia adalah murid keempat dari Xi Yi Shen Ying (Elang sakti
dari Tibet) dan Xi Yi Jin Yan (Walet emas dari Tibet), kedua tetua
yang dijuluki Qing Song Zi (Biji cemara hijau) bukan?
Murid yang menggunakan golok selalu menggunakan jurus Li Pi
Hua Shan, dia adalah murid ke-3 Shen Ying Jin Yan, bernama Qing
Ye Zi (si Daun hijau), yang selalu menggunakan senjata rahasia
adalah murid kedua Xi Yi Shuang Xian (Sepasang dewa dari Tibet),
yang bernama Qing Feng Zi (si Puncak hijau), sedangkan Tuan
adalah----"
Da Shi Xiong dengan dingin menjawab, "Aku adalah Qing Yan Zi
(si Asap hijau)."
Zhang Zhen Que dengan kaget berteriak, "Mereka adalah murid-
murid Guo Jing Feng, dua iblis Chan Fei Shuang!"
Wajah Da Shi Xiong berubah, dia membentak, "Guruku sangat
terkenal, mana mungkin mengijinkan kau si jelek, memanggil beliau
seperti itu."
Pedang sudah ditusukan, Zhang Zhen Que dengan cepat
menghindar, tapi pedang Qing Yan Zi lebih cepat gerakannya
daripada gerakan Zhang Zhen Oue. Tiba-tiba Fang Zhen Mei
memukul kereta membuat golok yang menancap di atasnya tergetar
sehingga terjatuh. Gclok itu dengan cepat menahan serangan
pedang Qing YanZi.
"Kakak Qing Yan Zi, Saudara Zhang ini bukan orang persilatan,
dia adalah pengawal Jenderal Yu, dia tidak tahu peraturan yang ada
di dunia persilatan. Dia sudah menyinggung nama gurumu, harap
kau masih mau melihat mukaku, maafkan dia!"
Qing Yan Zi mendengar cara bicara Fang Zhen Mei, dengan tidak
bersemangat dia berkata, "Walaupun aku harus menyimpan
kebencian, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa terhadapmu."
Dia keluar dari kereta dengan cepat Fang Zhen Mei berkata,
"Qing Yan Jian Fa yang Tuan miliki, benar-benar tiada duanya,
terima kasih karena Tuan sudah mau mengalah."
Setelah Fang Zhen Mei selesai bicara, Qing Yan Zi berbalik dan
berjalan keluar, tiba-tiba dia mengeluarkan pedang dari sarungnya,
sarung pedang dilempar ke arah Fang Zhen Mei, meluncur seperti
panah, pedangpun menyusul menyerangnya, 10 jurus cepat berlalu
tapi tidak terdengar suara apapun, seperti segumpal asap, dengan
cepat menghilang.
Serangan yang dilancarkan dengan tiba-tiba oleh Qing Yan Zi,
benar-benar membuat Fang Zhen Mei tidak memiliki persiapan.
Tapi Fang Zhen Mei seperti sudah memperhitungkan semuanya,
dia mengambil sarung pedang itu. Dengan sarung pedang dia
menghadapi semua serangan Qing Yan Zi.
Setelah gagal menyerang Fang Zhen Mei, dahi Qing Yan Zi mulai
berkeringat, yang paling menakutkan adalah dia sudah tidak bisa
berhenti setelah sekali bergerak. Kalau dia berhenti lawan akan
masuk ke dalam pertahanannya dan setiap jurus lawan akan
membuatnya mati!
Qing Yan Zi dalam kejutnya, terpaksa sejurus demi sejurus terus
menyerang Fang Zhen Mei, tapi Fang Zhen Mei dengan sikap ramah
dan tersenyum melayaninya, tiba-tiba dia berhenti menyerang,
dengan cepat Fang Zhen Mei juga mundur dari sana. Karena Qing
Yan Zi tidak bisa berhenti, dia masih saja maju beberapa langkah,
sehingga membuat dia hampir terbanting. Segera dia menggunakan
pedang sebagai tongkat penyangganya, setelah itu dia baru bisa
berhenti, itupun telah membuat nafasnya terengah-engah.
Fang Zhen Mei melihatnya sambil tersenyum, jurus-jurus yang
dipakai Qing Yan Zi tadi, membuatnya sempat berputar-putar
sebentar di depan rumah dewa kematian. Dan rasa terkejutnya
masih belum hilang.
Qing Song Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi sudah berdiri di sisi
Qing Yan Zi, mereka saling pandang dan mereka secara bersama-
sama ingin mengeroyok Fang Zhen Mei.
Qing Yan Zi menghalangi mereka dan berkata, "Sekalipun kita
berempat bergabung, belum tentu bisa menang darinya."
Mereka berempat menatap Fang Zhen Mei dengan terpana.
Fang Zhen Mei tersenyum dan berkata, "Sampai bertemu
kembali!"
Dia sudah turun dari kereta, bersama dengan Zhang Zhen Que
dia bergabung dengan keduapuluh orang anak buah Jenderal Yu.
Kali ini bukan Zhang Zhen Que yang terpaku, Qing Yan Zi, Qing
Song Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi pun ikut terpana.
Qing Yan Zi membentak dengan nada marah, "Nanti dulu!"
Fang Zhen Mei berhenti melangkah dan sambil tertawa bertanya,
"Ada apa?"
"Apa maksudmu menyuruh kami tinggal di sini?" tanya Qing Yan
Zi.
"Ada apa? Bukankah kalian juga ingin bertemu dengan Jenderal
Yu?" tanya Fang Zhen Mei.
Qing Yan Zi memandang ketiga adik seperguruannya, Qing Feng
Zi bertanya, "Apakah kau melepaskan kami begitu saja?"
"Sejak kapan aku menangkap kalian?" tanya Fang Zhen Mei
sambil tertawa.
Dari pandangan mata Qing Feng Zi terlihat kalau dia merasa
berterima kasih, tanya Qing Ye Zi, "Kami sudah menculikmu hingga
ke tempat ini, apakah kau tidak mau membalas dendam?"
"Kalau bukan aku sendiri yang berniat ke sini, apakah kalian
mampu menculikku?" tanya Fang Zhen Mei masih sambil tertawa.
Dari pandangan mata Qing Ye Zi terlihat kalau dia sudah
mengerti dengan ucapan Fang Zhen Mei.
Qing Song Zi bertanya, "Apakah kau tidak ingin tahu siapa yang
menyuruh kami menculikmu ?"
Fang Zhen Mei tertawa, "Kalau aku bertanya kepada kalian,
apakah kalian akan memberitahuku? Kalau sekarang aku masuk lagi
ke dalam kereta, apakah kalian akan membawaku ke tempat orang
itu? rasanya itu tidak mungkin, jadi mengapa harus
memaksakannya? Lebih baik aku ikut dengan SaudaraZhang
menemui Jenderal Yu."
0-0-0
Tuan Sempoa Besi, Bao Xian Ding adalah Lao Er dari Empat
Pahlawan Huai Bei, dan salah satu dari 3 orang yang menggunakan
sempoa di dunia persilatan. Xi Wu Hou, Xin Wu Er, dan Bao Xian
Ding, di antara mereka bertiga Bao Xian Ding lah yang paling tinggi
ilmunya. Dan diapun memiliki sifat yang paling jujur, tenang, dan
sangat berpengalaman.
Tapi sekarang wajahnya terlihat muram, keringat di dahinya
terlihat terus menetes. Ruang tamunya sudah dipenuhi dengan
pesilat tangguh yang berasal dari Huai Bei, juga ada Wo Shi Shui
dan Shen Tai Gong yang datang dari Jiang Nan. Hanya saja dalam
ilmu ketabiban tidak ada yang lebih bisa dari dia.
Pertama-tama dia memberikan puluhan macam obat kepada
Long Zhai Tian yang sudah terluka parah. Sekarang dengan tenaga
dalamnya dia membantu Long Zhai Tian mendorong darah beku dari
dalam tubuhnya.
Wo Shi Shui, Shen Tai Gong, Xin Wu Er, Ning Zhi Qiu, dan pesilat
tangguh lainnya dengan cemas menunggu Long Zhai Tian yang
sedang diobati.
Setelah lama baru terlihat telapak tangan Bao Xian Ding lepas
dari tubuh Long Zhai Tian. Dengan wajah berat dia berusaha
mengatur nafasnya, tidak lama kemudian mata Long Zhai Tian
terbuka.
Long Zhai Tian melihat ke sekeliling kemudian dia menarik nafas.
Bao Xian Ding pelan-pelan berdiri, dan dengan penuh perhatian
bertanya, "Kakak Long, kau terkena Qing Yan Zhang, lukanya
semakin dalam semakin tidak terlihat, luka semakin berat dan
menyebar semakin luas. Obat d ariku dibantu dengan tenaga dalam
Kakak bisa menghentikan penyebaran. Tapi luka Kakak sangat
berat, dalam waktu 3 bulan ini Kakak tidak boleh bertarung."
Kedua mata Long Zhai Tian tampak melotot, dia tertawa, "Adik
kedua, demi kakakmu ini kau sudah menjadi repot."
Kemudian dia tertawa, "Ha ha ha! Beristirahat selama 3 bulan,
dan kita besok akan bertarung demi negara Song, siapa yang tetap
hidup atau ada yang mati tidak ada yang tahu."
Kata Ning Zhi Qiu, "Pada pertarungan esok hari, Pangeran Jin
juga sepertinya sudah terluka parah, Pendekar Wo bisa berharapan
dengan Xia Hou Lie, Tetua Shen bisa berhadapan dengan La Ma dari
Tibet itu, Kakak Kedua Bao bisa berhadapan dengan si tengkorak
hidup. Kakak Xin pasti bisa menang dari Xin Wu Hou. Biar aku yang
menghadapi kedua orang Mongol itu, kita tidak perlu takut kepada
mereka!"
Long Zhai Tian tertawa kecut, "Adik keempat, ada yang kurang
kau ketahui, sewaktu aku di atas mengeluarkan jurus Chang Hong
Guan Re, dan kulakukan dengan sekuat tenaga, maksudku tidak
lain adalah ingin cepat menyelesaikan pertarungan. Kalau tidak
seperti itu, pertarungan akan berlangsung lama, dan aku akan
kalah, tapi ilmu silat Pangeran Jin benar-benar sangat tinggi, dia
berhasil menguasai ilmu Xi Yi Shuang Xian yang bernama Qing Yan
Shen Zhang (Telapak sakti ringan seperti asap), dia bisa
menggunakan jarinya menjepit pedangku, dan dalam waktu yang
singkat bisa menekanku dengan telapaknya tapi Qing Yan Shen
Zhang nya tidak sekuat Xi Yi Shuang Xian, Long Qian Jian
milikkupun sangat tajam, membuat tangannya mengendur, sewaktu
aku berusaha menusuk dadanya, dia masih bisa menghindar,
tadinya aku ingin menukar semua itu dengan nyawaku, tapi niatku
tidak tercapai."
Bao Xian Ding bertanya, "Mengapa Pangeran Jin tidak mau
mengejar kemenangan? Malah membiarkan kalian mundur dengan
selamat?"
Long Zhai Tian tertawa kecut, "Waktu itu aku menahan lukaku
dengan nafas, pukulan Pangeran Jin juga tampak terburu-buru,
maka pukulannya hanya mengenaiku sedikit, mungkin dia
sendiripun tidak yakin telah mengenai sasaran, dan untungnya saat
itu aku tidak roboh.
Alasan lainnya, mungkin dia terluka ringan, karena itu dia minta
bertarung lagi, mungkin juga dia ingin mencari cara untuk
memecahkan ilmu pedangku. Kalau waktu itu dia terus mengejar
kami dan bertarung lagi, aku pasti akan mati, bersama dengan
enam orang lainnya. Mungkin saat itu orang-orang kita tidak ada
yang bisa hidup."
Ning Zhi Qiu menarik nanfas, "Kalau begitu tadi benar-benar
sangat berbahaya!"
"Kurang ajar! Besok aku akan bertarung dengan Xia Hou Lie
untuk menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati!" seru Wo
Shi Shui.
"Dengan kelincahan dan kepintaran Pangeran Jin, pada
pertarungan esok hari, kalau dia tidak yakin dia tidak akan begitu
mudah menyetujuinya."
Long Zhai Tian menarik riafas panjang, "Aku hanya bisa mundur
satu hari saja, jujur bicara dari kantor Biao Huai Yang, Li Long Da,
Huai Bei Di Yi Jia, Ding Dong Ting, semua sudah dibunuh. Yang bisa
melawan Xi Wu Hou dan lainnya hanya sedikit, mundur satu hari
hanya bisa merundingkan bagaimana cara melawan mereka.
Sekarang kita telah berkumpul dengan Adik Bao, kalau Fang Zhen
Mei bisa tiba hari ini, mungkin kita bisa memenangkan
pertarungan...."
"Pukul berapa dan di mana mereka menjanjikan diadakan
pertarungan itu?" tanya Bao Xian Ding.
"Besok siang, di lapangan besar di sebuah panggung," jawabXin
Wu Er.
Pelan-pelan Bao Xian Ding berkata, "Bukankah besok siang,
Jenderal Yu berjanji akan menemui kita di kuil Wu Long Shan untuk
merundingkan tentang keadaan prajurit kita?"
Long Zhai Tian tiba-tiba sadar, dia tampak berpikir sebentar lalu
berkata, "Untung adik kedua memberitahu, pada pertarungan esok
hari, walaupun mati aku tetap harus bertarung, karena semua ini
menyangkut negara Song. Kita harus menepati janji, sekarang para
pesilat tangguh dari negara Jin sudah berada di kota Xia Guan,
tugas Jenderal Yu pasti akan berat, dia harus cepat meninggalkan
kota Xia Guan, tapi besok...besok siapa yang akan memberitahukan
masalah ini kepada Jenderal Yu?"
Dengan berhati-hati Bao Xian Ding berkata, "Tugas ini sangat
berat, tidak sembarang orang bisa melaksanakannya dengan baik.
Pendekar Wo, Tetua Shen, dan Adik Xin, besok harus membantu
kita bertarung, sedangkan ilmu silat Adik Ning agak rendah, apalagi
Adik Ning mempunyai keluarga.
Dia tidak harus mati komyol. Tapi Adik Ning pintar dan bisa
dipercaya, dia harus menjalankan tugas ini!"
Long Zhai Tian mengangguk, "Baiklah! Masing-masing jalankan
tugas yang sudah disepakati, tapi aku takut Adik Ning tidak mau
meninggalkan kita."
Bao Xian Ding berkata, "Ini adalah tugas dari negara, perasaan
pribadi harus ditempatkan di posisi kedua, Adik Ning pasti sudah
mengerti aturan ini."
Long Zhai Tian menarik nafas, "Kalau saja Pendekar Fang bisa
datang alangkah lebih baik."
Bao Xian Ding berkata, "Kakak tertua, apakah Pendekar Fang
bisa mengalahkan Pangeran Jin?"
Long Zhai Tian tampak berpikir sebentar, dia melihat ke tempat
jauh, lalu berkata pelan-pelan, "Aku tidak tahu kalau ada orang
Zhong Yuan lainnya yang bisa mengalahkan Pangeran Jin atau bisa
bertarung dengannya. Yang kutahu hanya ada satu orang itulah
Fang Zhen Mei."
0-0-0
BAB 8
Sepatah kata yang menggetarkan hati
Dari kota Xia Guan tampak ada 20 ekor kuda lebih berjalan
menuju kota Cai Shi.
Hari hampir sore, kuda-kuda itu memasuki sebuah lembah. Di
dalam lembah itu tampak banyak prajurit yang sedang berjaga.
Kemudian mereka memasuki jalan menuju lembah itu. Rumput-
rumput yang ada di kedua sisi jalan tampak tinggi dan lebat. Banyak
prajurit yang bersembunyi di balik rumput itu.
Zhang Zhen Que sangat puas melihat para prajurit yang sudah
dilatih oleh Jenderal Yu. Sepanjang perjalanan tadi dia sudah
menjelaskannya kepada Fang Zhen Mei. Fang Zhen Mei pun dengan
seksama mendengarkannya. Pada saat matahari terbenam mereka
sudah tiba di depan tenda Jenderal Yu Yun Wen, tampak anak buah
Jenderal Yu keluar untuk menyambut mereka, melihat Fang Zhen
Mei mereka sangat senang.
Tiga tahun yang lalu, sewaktu Jenderal Yu terkena musibah, dia
pernah ditolong oleh Fang Zhen Mei, karena itu Jenderal Yu merasa
sangat berterima kasih kepada Fang Zhen Mei, apalagi Fang Zhen
Mei selalu menolak hadiah pemberiannya. Karena itu dia sangat
mengagumi ilmu silat dan sifat Fang Zhen Mei. Pernah sekali dia
menawarkan jabatan tinggi kepada Fang Zhen Mei sebagai hadiah
ucapan terima kasihnya, tapi Fang Zhen Mei sama sekali tidak
tertarik. Fang Zhen Mei merasa walaupun Jenderal Yu dalam bidang
ilmu sastra ataupun ilmu silat sangat menonjol, tapi Jenderal Yu
tidak pernah bersikap sombong seperti pejabat tinggi lainnya. Dia
mencintai negara dan rakyat, selain itu dia sangat setia kepada
negara Song.
Kali ini orang-orang Jin datang menyerang Huai Bei, rencana
Fang Zhen Mei, dia akan berkumpul dengan Long Zhai Tian, dan
bergabung dengan Jenderal Yu, tidak disangka karena diculik oleh
Qing Yan Zi dan saudara-saudaranya, hampir saja Fang Zhen Mei
berhasil diculik. Sebenarnya Fang Zhen Mei ingin mengetahui
tempat persembunyian dari pihak Jin tapi karena mata-mata
Jenderal Yu tersebar di mana-mana, mereka mengetahui kalau Fang
Zhen Mei sudah berada di Xia Guan. Dan Jenderal Yu merasa sangat
senang dengan kedatangannya, begitu Fang Zhen Mei diculik oleh
pihak lawan, Jenderal Yu segera menyuruh anak buahnya yang
bernama Zhang Zhen Que untuk menolongnya, tapi aksi mereka
malah mengganggu rencana Fang Zhen Mei, membuat Fang Zhen
Mei tidak bisa bertemu dengan Long Zhai Tian, malah bertemu
dengan Jenderal Yu dulu.
Sejak awal Zhang Zhen Que sudah tahu bagaimana cemas^a
Jenderal- Yu terhadap keselamatan Fang Zhen Mei, karena itu sejak
awal dia sudah menyuruh anak buahnya untuk melaporkan semua
kejadiannya kepada Jenderal Yu, maka begitu Jenderal Yu melihat
Fang Zhen Mei datang, dia tampak sangat senang dan tertawa
lebar, "Saudaraku, Kakak benar-benar mengkhawatirkan
keadaanmu!'
Fang Zhen Mei berlutut memberi hormat, tapi dia segera dipapah
berdiri oleh Jenderal Yu, dia tertawa dan berkata, "Kita sudah
seperti saudara, untuk apa harus memberi hormat segala, hal ini
malah membuatku menjadi risih."
"Begitu aku sampai di Huai Bei, Jenderal sudah menyuruh orang
menolongku, aku merasa sangat berterima kasih. Ini memang patut
harus kulakukan."
Jenderal Yu tertawa terbahak-bahak, "Saudaraku, sudahlah kita
jangan bicarakan hal ini lagi, kalau kita mengurus terus, aku malah
merasa bersalah, karena sudah merusak rencanamu, jika kau
melakukan sesuatu pekerjaan, orang lain sulit menebak maksud
langkahmu."
Dengan rendah hati Fang Zhen Mei berkata, "Sekarang banyak
orang jahat yang suka menipu, Jenderal harus selalu waspada!"
Mereka berdua tertawa dengan senang, Zhang Zhen Que dan
Cha Lu ikut menemani mereka. Di dalam tenda lampu bersinar
sangat terang. Walaupun tenda tertiup angin tapi tenda itu masih
berdiri dengan kokoh. Di luar tenda dijaga oleh para prajurit yang
siap bertempur, tubuh mereka sangat kekar. Mata tampak
bersemangat, demi negara mereka siap mengeluarkan tenaga.
Mereka adalah putra-putra terbaik negara Song.
Di dalam tenda ada pemimpin mereka. Mereka gagah seperti
orang yang sudah memakan empedu beruang dan minum arak yang
direndam daging harimau. Kebesaran jiwa mereka luas dan bercita-
cita mulia. Semua tujuan mulia memenuhi dada mereka.
Walaupun Jenderal Yu dan Fang Zhen Mei sudah lama tidak
bertemu, tapi dalam situasi musuh yang akan menyerang mereka
dan tanah air belum kembali ke pangkuan negara, mereka tidak
berniat untuk mabuk-mabukan. Dalam hembusan angin gunung di
malam hari, tampak awan sangat rendah, bulan tergantung di
tengah langit. Di bawah gunung tampak tenda para prajurit Song
yang terbentang sepanjang puluhan kilo meter. Tampak titik
cahaya, di seberang sungai, banyak tenda prajurit Jin. Ada
berapakah jumlah orang-orang Jin?
Ke arah yang lebih jauh adalah tanah air Song. Sekarang telah
diambil alih oleh orang-orang Jin, rakyat Song harus bersusah
payah, menumpahkan darah untuk merebut tanahnya kembali.
Fang Zhen Mei menatap langit yang luas, baju putihnya berkibar
tertiup angin. Dia melihat anak buah Jenderal Yu yang berjaga
dengan ketat dan teratur. Mereka sudah beberapa tahun berperang,
sekarang negara sedang menghadapi kehancuran dan rakyat begitu
menderita, hati setiap orang terasa dingin dan berat.
Dari kejauhan terdengar ada yang meniup seruling, air sungai
terus mengalir, kedua sisi sungai tampak begitu sepi dan sedih.
Fang Zhen Mei segera membaca sebuah puisi, "Entah datang dari
mana suara seruling itu. Malam hari orang yang akan berperang
melihat dari jauh kampung halamannya."
Mereka berdua mengingat banyak orang berpencar karena
perang ada juga yang menghilang. Banyak orang kehilangan rumah
dan berkeliaran di luar sana. Perang membuat jenasah prajurit
bertambah dari hari ke hari. Berapa orang yang telah kehilangan
putra tercinta mereka? Ini dikarenakan orang-orang Jin telah
merebut tanah air mereka, di negara Song di setiap tempat pasti
ada putra Song yang setia kepada negara dan rakyat, tidak takut
pada kekuasaan Jin. Walaupun kepala harus dipenggal dan
menumpahkan darah, mereka tetap akan berjuang sampai titik
darah penghabisan dan merekapun pantang mundur. Mereka
bersama-sama membaca puisi di mana menceritakan saat sebelum
Jenderal Ye Fei dicelakai oleh pengkhianat besar Qing Hui.
...keadaan kacau balau hingga membuat malu
seperti keadaan sebelum turun salju
kebencian ini, kapankah bisa padam?
Sewaktu mereka sedang membacakan puisi, tiba-tiba di bawah
sinar bulan di balik semak-semak tampak ada sesosok bayangan
hitam yang lewat.
Begitu bayangan itu berkelebat, Fang Zhen Mei yang berada di
sisi Jenderal Yu sudah menghilang, dia hanya meninggalkan pesan,
"Lindungi Jenderal Yu dan bawa masuk ke dalam tenda!'
Setelah melihat dengan jelas ada bayangan putih di belakang
bayangan orang tadi. Seperti seekor bangau putih yang mengejar
mangsanya dari belakang.
Jenderal Yu menarik nafas dan membaca lagi, "...dengan sedih
aku melihathujan dan salju yang telah menggetarkan hutan,
meletakkan buku dan menggantungkan pedang untuk berpikir, aku
mengundangnya minum secawan arak tapi dia sudah membersihkan
salju yang berada di atap rumahku, demi diriku dia bernyanyi dan
menari. Sekarang berjalan menuju padang pasir untuk mencari
kandang harimau dan juga membawa pecut kuda, lalu berjalan ke
seluruh pelosok Huang He.... Fang Zhen Mei, Fang Zhen Mei,
berkawan denganmu, apa yang akan kuinginkan lagi?'"'
Zhang Zhen Que dan Cha Lu segera menyuruh pengawal
melindungi Jenderal Yu dan kembali ke dalam tenda. Jenderal Yu
hanya bisa menarik nafas.
0-0-0
Tujuh orang dari kelompok Pangeran Jin dengan terburu-buru
melewati jalan itu. Xi Wu Hou dengan nada menjilat bertanya,
"Bagaimana dengan luka Pangeran?"
Xia Hou Lie tertawa dingin lalu membentak, "Apakah matamu
adalah mata anjing? Pesilat anjing Song mana bisa melukai
Pangeran?"
Xi Wu Hou masih tidak mengerti, tapi dia hanya menjawab, "Ya..
.ya.. .ya...."
Dengan pelan Pangeran Jin membalikkan tubuhnya dan berkata,
"Aku sengaja ditusuk Long Zhai Tian."
Dengan aneh Xi Wu Hou bertanya, "Hambabenar-benar bodoh,
besok...."
Pangeran Jin tertawa dingin dan berkata, "Long Zhai Tian saja
tidak bisa melihat, apalagi kau."
Kedua mata Ge La Tu tampak melotot dan berkata, "Mengapa
Pangeran Jin melepaskan pak tua itu? Kalau memang Pangeran
tidak terluka lebih baik kita kembali lagi dan membunuh mereka
semua!"
"Aku mempunyai rencana lain, apakah Xia Hou Lie mengetahui
rencanaku?" Pangeran Jin tertawa dingin.
"Setahu hamba, rencana Pangeran adalah membiarkan orang
persilatan Huai Bei menganggap enteng kita, dan memancing
mereka mengikuti pertandingan esok hari. Kita akan menangkap
mereka dan membunuh mereka, tapi mungkin Pangeran Jin
mempunyai rencana lebih besar lagi, hamba belum mengetahuinya,"
kata Xia Hou Lie dengan sikap hormat.
Dengan sorot mata memuji Pangeran Jin melihat Xia Hou Lie,
kemudian dia berkata, "Pulang dan beristirahatlah supaya lukamu
bisa pulih."
"Terima kasih atas perhatian Pangeran, hamba hanya terluka
ringan, tidak akan terjadi apa-apa pada hamba," Xia Hovi Lie
dengan hormat membungkuk sebagai ucapan terima kasih.
Pujian Pangeran Jin ini berarti pada saat Xia Hou Lie kembali ke
tenda tentara Jin, dia akan mendapatkan kekayaan yang banyak
dan seumur hidup harta itu tidak akan habis. Pantas saja Xia Hou
Lie tampak begitu bersemangat, sampai-sampai Ge La Tu dan Wan
Yan Zhu melihat Xia Hou Lie dengan wajah iri.
"Ilmu pedang Long Zhai Tian memang bagus, tapi dia sudah
terkena pukulan Qing Yan Zhang ku, pada pertarungan esok hari,
dia hanya akan seperti sebuah busur yang ditarik dengan kencang,"
kata Pangeran Jin.
"Hamba tidak mengerti, mengapa Pangeran tidak membunuh
Long Zhai Tian? Dan mengapa harus bertarung esok hari?"
"Kalau Long Zhai Tian mati, orang persilatan Huai Bei akan
tahu bahwa pada pertarungan esok hari mereka tidak akan
mempunyai harapan lagi, mereka pasti tidak akan datang bertarung
dengan kita. Dan kita tidak akan bisa memancing Fang Zhen Mei
keluar, jadi rencana kita tidak akan berjalan. Semua orang
persilatan Huai Bei bernaung di bawah lindungan Jenderal Yu, hal ini
sangat memusingkanku, apalagi Fang Zhen Mei belum muncul
sampai saat ini. Karena itu aku harus berpura-pura membiarkan
pedang Long Zhai Tian mengenalku dan mengelabui mereka kalau
aku terluka. Aku yakin saat itu dia berusaha supaya tidak roboh, ini
sangat pas dengan rencana kita besok. Suara datang dari timur tapi
sebenarnya datang dari barat. Besok kita akan mendapatkan
keberhasilan. Adik seperguruan bisa mendapatkan kepala
Jenderal Yu, dan kita bisa membunuh mereka para pesilat
tangguh Huai Bei, dan sekaligus bisa membunuh Fang Zhen Mei dan
kawan-kawannya. Rencana ini akan menggetarkan seluruh Zhong
Yuan, dan semua ini terasa sangat menyenangkan," kata Pangeran.
Ge La Tu, Xi Wu Hou, Wan Yan Zhu ikut merasa senang, mereka
tertawa terbahak-bahak, benar-benar seperti orang tidak normal.
"Rencana ini sangat besar, apakah Qing Yan Zi dan teman-teman
bisa melaksanakan semua rencana ini dengan baik?" Xia Hou Lie
bertanya.
Pangeran Jin menatap langit baru menjawab, "Aku tahu ilmu adik
seperguruan Qing Yan Zi masih rendah, tapi dia pintar dan banyak
akal. Kalau bertemu dengan Fang Zhen Mei, dia bisa menarik Fang
Zhen Mei ke kota Xia Guan, dan aku pasti bisa membunuhnya. Dan
Qing Yan Zi bisa mendapatkan kepala Jenderal Yu."
"Pangeran tidak perlu merasa khawatir, besok adalah hari
kematian orang-orang Huai Bei," kata Xia Hou Lie.
Pangeran Jin terdiam lama baru berkata, "Aku tidak khawatir
dengan pertarungan besok, hanya saja selama beberapa hari ini,
para prajurit dan rakyat Song yang selama beberapa hari ini
kutemui tidak seperti yang kudengar selama ini, yaitu mereka takut
mati dan tidak berdaya. Demi negara, mereka berani menumpahkan
darahnya, yang ku khawatirkan adalah ada berapa banyak orang
seperti itu?"
0-0-0
Bulan bersinar, angin berhembus sepoi-sepoi, pohon cemara tua,
bayangan hitam orang itu meluncur dengan kecepatan seperti
angin, tapi dia tetap tidak bisa melepaskan diri dari kejaran Fang
Zhen Mei. Bayangan hitam itu tiba-tiba berhenti dan membalikkan
tubuhnya, dengan pelan dia berkata, "Kau sudah datang."
Fang Zhen Mei bengong dan berkata,
"Ternyata kau."
Bayangan orang itu ternyata adalah Qing YanZi.
"Malam-malam begitu kau memasuki wilayah prajurit Song, ada
keperluan apa?" tanya Fang Zhen Mei.
"Aku sengaja memancingmu keluar," jawab Qing Yan Zi sambil
tertawa.
"Oh ya?"
Tiba-tiba Qing Yan Zi mencabut pisaunya dan menyabetkan ke
arah Fang Zhen Mei. Pisau tampak berkilat, cara menyerangnyapun
begitu mengejutkan.
Tapi sayang orang yang dihadapinya adalah Fang Zhen Mei.
Fang Zhen Mei mencengkram pisau itu sekaligus.
Tiba-tiba Qing Yan Zi melepaskan pisaunya dan mundur.
Fang Zhen Mei tidak menyangka kalau Qing Yan Zi akan
melepaskan pisaunya. Pisau itu masih dipegang oleh Fang Zhen
Mei,iQing Yan Zi berkata, "Pisau itu...."
Begitu Fang Zhen Mei melihat, segera dia berkata, "Pisau emas
milik Huai Bei Shi Jia, keluarga Ding."
Qing Yan Zi mengangguk, "Benar, tapi Ding Dong Ting sudah
meninggal."
"Apakah kau yang membunuhnya?" tanya Fang Zhen Mei dengan
marah.
Qing Yan Zi tertawa kecut, "Kalau aku yang membunuhnya,
apakah aku masih berani datang ke sini?"
"Lalu untuk apa kau datang ke sini?" tanya Fang Zhen Mei.
"Orang itu mati di tangan La Ma Tibet, yang bernama Ge La Tu,
dia mati di kota Wu Hu," jelas Qing Yan Zi.
"Mengapa Ge La Tu datang ke Huai Bei?" tanya Fang Zhen Mei.
"Bukan hanya ada Ge LaTu, Wan Yan Zhu dan Xi Wu Hou pun
datang ke sini," jawab Qing YanZi.
"Iblis-iblis ini berkumpul untuk melakukan apakah?" tanya Fang
Zhen Mei.
"Xia Hou Lie juga telah datang," kata Qing Yan Zi lagi.
"Katanya jurus-jurus orang ini sangat lihai, tenaga dalamnya
sangat kuat, sekali mengeluarkan serangan, jurus sangat mirip
dengan Wo Shi Shui, dan dia adalah pesilat tangguh dari prajurit Jin,
kedatangannya itu apakah ada hubungannya dengan orang-orang
Jin akan yang menyerang kami?" tanya Fang Zhen Mei.
"Benar! Yang memimpin mereka berempat aalah Pangeran Zhen
Ying," kata Qing Yan Zi dengan nada marah.
"Apakah benar dia adalah murid Xi Yi Shuang Xin Jin Zhen Ying?"
tanya Fang Zhen Mei.
"Benar!"
"Masih ada yang tidak kumengerti."
"Silakan kalau mau bertanya."
"Kau memberitahukan hal ini kepadaku, apa maksud di balik
semua ini?" tanya Fang Zhen Mei.
"Karena hari ini, orang-orang yang kusebut tadi sudah
membunuh pahlawan yang bernama Long Zhai Tian, dan esok hari
mereka berjanji akan bertanding dengan para pesilat tangguh Huai
Bei, mereka merencanakan akan membunuh semua pesilat Huai Bei.
Waktu pertarungannya adalah esok siang, di panggung besar di
kotaXia Guan," ucap Qing Yan Zi.
"Mengapa kau memberitahu semua ini kepadaku?" tanya Fang
Zhen Mei dengan aneh.
"Karena Pangeran Jin adalah anak angkat guruku, kedatangan
kami kali ini ke Huai Bei adalah dengan tujuan membunuh para
pendekar Huai Bei dan memperluas kekuasaan negara Jin," kata
Qing Yan Zi.
"Mengapa kau melakukan cara berbahaya ini untuk
memberitahuku?" tanya Fang Zhen Mei lagi.
"Karena aku adalah orang Song," jawab Qing Yan Zi sambil
menarik nafas
Bulan masih bersinar, angin masih meniup pohon-pohon cemara,
tenda-tenda prajurit yang terbentang sepanjang puluhan kilometer,
angin yang berhembus membuat baju Fang Zhen Mei berkibar-kibar.
Tubuh Qing Yan Zi yang terbungkus baju ketat tampak bergetar.
"Terima kasih," kata Fang Zhen Mei.
"Seumur hidupku, aku tidak suka berhutang budi, hari ini kau
tidak membunuhku, aku sudah membalas budimu, sekarang kita
tidak saling berhutang lagi," kata CjingYanZi.
"Sebenarnya aku tidak pernah berhutang denganmu, jadi dari
mana kau harus membayarnya?"
"Kalau begitu, kau mau apa?" tanya Qing Yan Zi setelah terdiam
sebentar.
"Pada pertarungan besok aku harus bertarung sampai titik darah
penghabisan," terdengar Fang Zhen Mei bersiul.
Angin berhembus dengan kencang, daun cemara turun seperti air
hujan, siulan Fang Zhen Mei membuat Qing Yan Zi tergetar sedikit.
Akhirnya Qing Yan Zi membalikkan badan dan berkata, "Aku
pamit dulu."
Tiba-tiba dia berkata lagi, "Xi Yi Shuang Xian adalah guruku, tapi
kita yang belajar ilmu silat darinya tidak mencapai 5% ilmunya, tapi
Jin Zhen Ying bisa mendapatkannya hingga 50-60%, aku berharap
kau bisa mengalahkannya."
Tubuh Qing Yan Zi yang bergerak dengan lincah akhirnya
menghilang di antara tebing-tebing. Fang Zhen Mei melihat tenda-
tenda yang dipasang di kaki gunung, lampu-lampunya masih
menyala, terbentang hingga puluhan kilometer, dia bersiul sedih,
dengan cepat dia turun dari gunung....
Dia sudah mengambil keputusan dan segera berangkat ke Xia
Guan, dan tidak sempat berpamitan kepada Jenderal Yu.
0-0-0
"Tidak! Aku ingin pergi bersama dengan Kakak Long, besok aku
akan bertarung hidup atau mati," Ning Zhi Qiu berkomentar.
Long Zhai Tian menarik nafas dan berkata, "Adik keempat, kita
sudah berjanji dengan Jenderal Yu besok siang, bertemu di Wu
Long Shan, sedangkan saat ini kita sedang bersiap-siap untuk
menghadapi Jin Zhen Ying besok, tidak ada waktu ke sana untuk
memberitahu Jenderal, harus ada seseorang yang memberitahu
Jenderal Yu, supaya dia bisa kembali ke markas dan tidak
mendapatkan bahaya."
"Memberitahu Jenderal Yu, memang harus dilakukan, tapi
mengapa Kakak tidak menyuruh orang lain saja yang pergi? Aku
rela bertarung dengan penjahat Jin besok!" seru Ning ZhiCjiu.
"Pergi memberitahu Jenderal Yu adalah hal yang sangat rahasia,
dan sekarang ini pengkhianat tersebar di mana-mana, anjing Jin
selalu ingin membunuh Jenderal Yu, hal penting seperti ini tentu
saja harus dilakukkn oleh orang lincah dan yang berilmu tinggi,
untuk menghubungi Jenderal Yu, menurutmu aku harus menyuruh
siapa selain dirimu?" tanya Long Zhai Tian.
Ning Zhi Qiu tetap bersikeras, "Mengapa Kakak tidak
memerintahkan kakak kedua atau kakak ketiga yang pergi ke sana?"
Xin Wu Er menepuk-nepuk pundak Ning Zhi Qiu dan berkata,
"Pada pertarungan esok, kita akan sekuat tenaga berusaha."
Dengan wajah malu Ning Zhi Qiu berkata, "Aku tahu ilmu silatku
lebih rendah dibandingkan kakak kedua dan kakak ketiga, tapi
pertarungan esok, aku...."
Bao Xian Ding dengan serius berkata, "Adik keempat, kau yang
pergi menghubungi Jenderal Yu, inipun menyangkut kepentingan
negara, dan kau adalah orang yang paling cocok untuk tugas ini,
apalagi kau sudah berkeluarga. Kakak tertua adalah pemimpin kita,
dia harus hadir, sedangkan aku dan kakak ketiga tidak mempunyai
keluarga, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan oleh kami berdua.
Kau sudah berkeluarga, kau harus memikirkan keselamatan istri
dan anakmu, kalau kau ingin ikut berjuang, begitu Jenderal Yu
membawa anak buahnya berperang di Cai Shi, kau bisa memimpin
prajurit dan rakyat kota Xia Guan."
Ning Zhi Qiu terpaku dan akhirnya dia berkata, "Baiklah, aku
yang akan pergi untuk memberitahukan Jenderal Yu!"
0-0-0
BAB 9
Bertemu di pintu kota Xia Guan
BAB 10
Pertarungan di sisi sungai Huai
Di sisi Huai He, dijalan Susu Kedelai. Jalan Susu Kedelai, jalan ini
sangat terkenal di daerah Huai He.
Jalan ini berhadapan dengan Huai He. Air sungai tampak terus
mengalir, angin berhembus sepoi-sepoi. Walaupun siang tapi di
sana tetap merasa sejuk.
Jalan ini sangat panjang. Di kedua sisi jalan banyak pedagang
kecil, makanan yang mereka jual terbuat dari kacang kedelai,
misalnya seperti susu kedelai, otak tahu (kembang tahu), dan
lainnya. Semua makanan itu terbuat dari tahu saja, jenisnya
berpuluh macam. Cara membuatnyapun berbeda-beda. Rasa tahu
yang paling menusuk hidung adalah Chou Tao Fu (tahu bau).
Makanan yang paling terkenal dijalan ini adalah susu kedelainya.
Susu kedelai juga ada berbagai macam jenis, ada susu kedelai
manis, asin, dan ada juga yang dicampur kacang, dan lainnya.
Orang yang merasa lelah sehabis bekerja, bisa pergi ke sana lalu
duduk di sebuah kursi panjang sambil menikmati segelas susu
kedelai yang dicampur dengan gula batu. Rasanya benar-benar
membuat penasaran
Karena itu banyak orang yang senang kesana.
Sekarang saat pergi ke ladang sudah berlalu. Jam istirahat siang
belum tiba. Saat ini adalah saat yang paling sepi. Masing-masing
pedagang tampak membuka baju atas mereka, lalu duduk sambil
mengangkat kaki dan mengobrol....
0-0-0
Waktu itu muncul 3 orang di jalan Susu Kedelai. Mereka tampak
sangat bersemangat. Pedagang-pedagang kecil di sana segera
tersenyum dan berkata, "Tuan, mari duduklah di sini...."
"Tuan mari ke sini minum susu kedelai..."
"Wah! Tiga orang tuan besar, kue kami yang paling enak...."
Ketiga orang ini, yang satu rambut sudah putih, yang satu
setengah baya, dan sedangkan yang satunya lagi tampak masih
muda. Persamaan mereka adalah mereka berjalan sangat cepat.
Kedua mata mereka kelihatan bercahaya. Laki-laki setengah baya itu
berjalan menunju salah satu warung yang bernama 'susu kedelai
marga Chen kurang telinga' dan berkata, "warung ini kelihatannya
lumayan. Aku pernah makan di sini."
Mereka pun segera berjalan ke sana. Ternyata bos toko itu
memang tidak memiliki sebelah telinga. Begitu melihat ada tamu
yang datang dengan senang mereka melayani.
Mereka bertiga memesan susu kedelai, masing-masing satu porsi,
ditambah memesan sepiring kacang goreng dan susu kedelai rasa
pedas. Kemudian mereka menikmatinya dengan diam.
0-0-0
Kira-kira setengah jam kemudian, dijalan Susu Kedelai tampak
ada 3 orang lagi.
Tiga orang dengan penampilan sangat mencolok.
Yang kiri adalah orang Qi Dan, dia memakai topi. Yang berada di
sebelah kanan adalah seorang La Ma dengan mata besar dan bulat.
Sedangkan yang berada di tengah adalah seorang gadis cantik
mengenakan baju merah.
Mereka bertiga berjalan sambil bertengkar. Para pedagang di
sana karena selalu dicelakakan oleh tentara Jin, begitu melihat
mereka datang semua terdiam. Sepertinya gadis itu merasa lelah
karena mereka selalu ribut. Biksu La Ma dan orang Qi Dan itu baru
saja akan mencari tempat untuk duduk. Gadis itu bersikeras ingin
masuk ke toko 'kacang goreng bapak leher besar' untuk membeli
kacang. Terpaksa kedua laki-laki temannya mengikuti dan mereka
masih saja terus bertengkar.
'Toko bapak leher besar' tepat berada di sebelah 'toko Chen yang
telinganya kurang'.
Karena biksu La Ma, orang Qi Dan, dan pelacur itu terus
bertengkar, mereka tidak melihat di sebelah toko itu ada soerang
pak tua, seorang pemuda, dan seorang laki-laki setengah baya yang
sedang duduk di sana.
sebaliknya ketiga orang itu melihat mereka bertiga dengan
melotot.
Yang tua itu tidak lain adalah Tai Hu Shen Diao, Shen Tai
Gong.
Yang setengah baya adalah Ba Hai Shuang Jue Shi Jin Tang.
Yang muda adalah Pendekar Wo Shi Shui
0-0-0
Diam-diam Shi Jin Tang berkata, "Apakah kita langsung saja
menyerang mereka dan membunuh salah satu dari mereka terlebih
daulu?"
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong saling memandang. Tiba-tiba Wo
Shi Shui menggebrak meja dan membentak, "Hei! Kaki tanganku
masih ada, kami tidak mau secara diam-diam menyerang. Biarlah
mati, matinyapun harus jelas!"
Biksu La Ma, orang Qi Dan, dan pelacur itu bersama-sama
membalikkan kepala untuk melihat. Mereka benar-benar terkejut.
Biksu itu adalah Budha hidup Ge LaTu.
Orang Qi Dan itu adalah Xia Hou Lie.
Perempuan itu pasti sepupu Shi Jin Tang, ShiLiChun.
0-0-0
Kedua mata besar Ge La Tu melotot dan membentak, "Baiklah
penjahat kecil, kau sendiri yang mengantarkan kematian!"
Shen Tai Gong ikut tertawa dan berkata, "Yang pasti kami baik-
baik saja, hanya saja sekarang gigimu kelihatan berkurang satu, dan
kau tampak jelek! Kemarilah! Aku akan mencabut sebuah lagi.
Biasanya apapun yang baik harus sepasang, itu akan membuatmu
lebih sukses."
"Apa kalian menguntit kami?" tanya Xia Hou Lie dengan marah.
Tiba-tiba Shi Li Chun meloncat. Baju merahnya berkibar. Dia
berdiri di antara Shi Jin Tang dan Wo Shi Shui, dan berkata, "Akulah
yang berjanji dengan mereka."
"apa kau kira wanita dari negara Song bisa kalian hina
seenaknya?" tanya Wo Shi Shui.
Ge La Tu menunjuk Li Chun dengan marah, "Kau, kau.. .kau...."
Shen Tai Gong tertawa, "Kau apa? Ayo, kita berkelahi sekarang!"
Dia terbang masuk ke dalam toko 'bapak leher besar'.
Tamu di kedua toko itu, yaitu di toko 'Bapak Chen yang kurang
telinga' dan toko 'bapak leher besar', melihat situasi seperti ini,
mereka langsung ketakutan, pedagang lainnya ada yang datang ke
sana untuk melihat keramaian. Ada pula yang berbisik-bisik.
Air Huai He masih terus mengalir, pertarungan yang akan terjadi
sebentar lagi, seperti tidak menjadi perhatian sama sekali ataukah
apalah memang takdir seperti itu, jadi tidak perlu
memperhatikannya.
0-0-0
Sewaktu Shen Tai Gong melayang ke sebelah toko, waktu itu
juga Xia Hou Lie melompat ke depan Wo Shi Shui,
Bentakan dari Wo Shi Shui terdengar,
"Serang!"
Baru saja dia akan menyarangkan kepalannya, sepasang tusukan
E Mei melayang, Shi Jin Tang pun ikut melompat keluar.
Wo Shi Shui mengerutkan alisnya, kalau kepalannya dilancarkan,
kepala Shi Jin Tang pasti akan hancur.
Wo Shi Shui terpaksa menarik kembali kepalannya, tiba-tiba
tusukan Shi Jin Tang berganti arah!
Yang satu menusuk ke tenggorokan Wo Shi Shui sedangkan yang
lain menusuk ke perut Wo Shi Shui, tusukan yang bergerak keatas
dan kebawah dilakukan dengan cepat, semua jurus yang
dikeluarkan adalah jurus yang mematikan!
Sambil mundur Wo Shi Shui membentak, kedua tangannya
diulurkan mencengkram tusukan dari tangan Shi Jin Tang.
Pada saat dia mencengkram tusukan itu, dia merasakan di
belakangnya ada angin yang mendatanginya, ternyata pisau Shi Li
Chun sudah dilancarkan menusuk pinggang Wo Shi Shui.
Wo Shi Shui membentak lalu melayang ke atas, tapi dia merasa
pundaknya dingin perih, ternyata pisau Shi Li Chun berhasil
melukainya!
Ketika dia berada di atas, saat itu dia mendengar angin kencang
yang dibawa senjata rahasia sedang menuju ke arahnya.
Dengan kecepatan tinggi dia segera mendarat, semua senjata
rahasia itu beterbangan melewati kepalanya, tapi pada saat dia
turun, kepalan Xia Hou Lie memukul dadanya.
Wo Shi Shui berteriak, tampak darah bermuncratan, kali ini Xia
Hou Lie sudah ada persiapan, setelah mengenai sasaran dia
langsung keluar dari toko kecil itu.
Pada saat itu atap toko kecil telah runtuh, hal ini disebabkan oleh
bentakan Wo Shi Shui yang membuat atap toko kecil yang terbuat
dari bambu itu hancur.
Shi Jin Tang, Shi Li Chun, dan si marga Chen yang telinganya
tidak ada satu, masih terus menyerangnya, tapi begitu melihat ke
arah atap yang runtuh, mereka segera meloncat keluar! Wo Shi Shui
pun ikut keluar dari sana.
Di depannya tampakXia Hou Lie. Karena jarak di antara mereka
terhalang reruntuhan rumah, maka Xia Hou Lie tidak bisa langsung
menyerang Wo Shi Shui.
Mungkin Xia Hou Lie merasa tidak perlu menyerang lagi, saat itu
punggung Shen Tai Gong sudah bersentuhan dengan Wo Shi Shui,
sehingga posisi mereka saat itu saling memunggungi. Ternyata pada
saat Shen Tai Gong melayang tadi, dia berada di hadapan Ge La Tu,
tapi begitu dia akan menyerang Ge La Tu dengan kail dan keranjang
ikannya, tiba-tiba dari belakang ada yang menahan kedua
senjatanya dan memeluk dirinya dengan erat.
Shen Tai Gong bukan orang bodoh, dia segera teringat sesuatu,
yang berada di belakangnya hanya ada satu orang, dia tidak lain
adalah bos toko kacang goreng, yaitu pak leher besar.
Di dunia persilatan daerah Huai Bei, yang mempunyai tenaga
sebesar ini dan bisa membuat Shen Tai Gong dipeluk hingga tidak
berdaya hanya ada satu orang, dan orang itu dijuluki Gorila Tangan
Besi, atau nama aslinya adalah Tie Bi Yuan, Cheng Qian Jin.
Shen Tai Gong tidak bisa terlepas dari pelukan itu, dan diapun
tidak dapat menghindar, dia memutuskan untuk menelungkup.
Begitu dia menelungkup, dia bisa membanting Cheng Qian Jin.
Cheng Qian Jin memiliki tenaga besar, dia terus memeluk Shen
Tai Gong, dia tidak bisa dibanting, dia malah terus menempel di
punggung Shen Tai Gong. dalam posisi seperti itu, biji tasbih kayu
yang dilepaskan Ge La Tu sebuah menancap di batok kepala dan
sebuah lagi menancap di punggung Cheng Qian Jin, dia berteriak
dan tidak tahu apa yang telah terjadi, tahu-tahu sudah bertemu
dengan dewa kematian.
Karena Cheng Qian Jin sudah tidak bernafas maka Shen Tai Gong
pun segera membantingnya supaya bisa terlepas dari pelukan
Cheng Qian Jin.
Baru saja dia membanting, terdengar Ge La Tu membentak, 3
butir biji tasbih sudah menyerang dari 3 arah, suara' dengungan itu
secepat kilat sampai di depan Sheh Tai Gong.
Shen Tai Gong mencoba menghindar, tiba-tiba dia teringat
bahwa dibelakangnya banyak orang yang sedang menonton
keramaian, Ge La Tu berada di hadapannya dan di belakang Ge La
Tu adalah tanah tinggi, kalau dia menghindari 3 butir biji tasbih itu
pasti akan mengenai penonton yang sedang menyaksikan
pertarungan ini.
Pikiran Shen Tai Gong bergerak secepat kilat, biji tasbih itu
dengan cepat sampai di depannya, tangan kanan dan kirinya
berusaha menahan sebutir biji tasbih dan berhasil memukul satu
butir, sedangkan yang satu butir lagi masuk ke dalam tulang rusuk
Shen Tai Gong.
Biji tasbih itu kalau dilihat hanya seperti butiran biasa, tapi biji itu
bisa membuat tulang rusuknya patah!
Kalau bukan karena tenaga dalam Shen Tai Gong yang kuat, biji
tasbih itu pasti sudah menembus tubuhnya.
Sekarang para pedagang kecil di sana baru tahu, orang-orang di
sana bertarung mati-matian, karena takut terlibat masalah maka
merekapun membubarkan diri.
Karena tulang rusuk Shen Tai Gong patah, dengan cepat dia
mundur, dia saling membelakangi dengan Wo Shi Shui yang saat itu
masih bertahan.
0-0-0
Begitu Shen Tai Gong dekat dengan Wo Shi Shui, mereka sempat
mengatakan beberapa kalimat.
"Apakah kau terluka?" tanya Shen TaiGong.
"Kau juga?" tanya Wo Shi Shui.
"Kau tampak lebih kuat," kata Shen Tai Gong.
"Sepertinya aku sudah tidak bisa bertalian lagi," kata Wo Shi
Shui.
"Kita harus melarikan diri dari sini," ucap Shen Tai Gong.
Wo Shi Shui mengangguk tapi tidak bicara.
Karena mereka berbicara dengan cepat dan volume suara sangat
kecil, Xia Hou Lie dan Ge La Tu tidak bisa mendengar dengan jelas
isi pembicaraan mereka.
Ge La Tu, Xia Hou Lie, Shi Jin Tang, Shi Li Chun, Chen tidak
bertelinga, kecuali Cheng Qian Jin yang sudah mati, mereka tertawa
terbahak-bahak.
Kalau saja saat itu Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tidak terluka,
bertarung satu lawan satu, Wo Shi Shui masih bisa unggul sedikit
dari Xia Hovi Lie. Dengan akalnya Shen Tai Gong bisa sedikit unggul
dari Ge La Tu. Tapi sekarang mereka sudah terluka dan luka mereka
bukan luka ringan. Apalagi di sana ada Shi Jin Tang dan Shi Li Chun,
karena itu Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong seperti binatang yang
sudah terjebak.
Xia Hou Lie, Ge La Tu, Shi Li Chun, Chen yang tidak bertelinga,
mengepung Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong.
Di belakang Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong adalah sungai Huai
He, mereka tidak bisa melarikan diri lagi.
Xia Hou Lie dan Ge La Tu seperti sedang menangkap kura-kura
yang sudah terjebak di dalam gentong, apalagi orang yang lebih
lihai akan datang.
0-0-0
Dari pinggir sungai tiba-tiba muncul seseorang, begitu orang itu
muncul semua langsung terdiam. Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong
berdiri berjejer, begitu melihat ada yang muncul, mata mereka
mengecil.
Orang itu tidak lain adalah Jin Zhen Ying.
0-0-0
Dengan marah Wo Shi Shui melihat Jin Zhen Ying. Begitu
Pangeran Jin muncul, dia tampak sangat senang dan tertawa, "Itu
yang dinamakan senjata makan tuan, jangan salahkan orang lain."
Shen Tai Gong tertawa dingin, "Dari Zhong Yuan, murid
perempuan Xian Shui Qing, dijuluki si cabe merah, Qiao Li Hua. Ilmu
silatnya tidak berada di bawahmu, dia tidak malu mengakui sebagai
adik sepupumu?"
Dengan genit Shi Li Chun tertawa, "Benar-benar pintar, demi
negara Jin, aku Qiao Li Hua untuk sementara memalsukan identitas,
tidak apa-apa bukan?"
"Apakah Chen tidak bertelinga adalah Fei Biao Chen Leng?" tanya
Wo Shi Shui.
"Benar!" jawan Chen Leng.
Fei Biao Chen Leng (biao terbang) adalah perampok terkenal,
walaupun namanya tidak sebesar Bai Hai Shuang Jue, Shi Jin Tang
dan
La Jiao Hong (cabe merah), Qiao Li Hua. Tapi di dunia hitam,
kejahatan yang dilakukannya tidak lebih sedikit dari Shi Jin Tang.
"Ada yang tidak kumengerti," kata Shen Tai Gong sambil melihat
ke arah Pangeran Jin.
"Aku akan memberi kesempatan kepadamu untuk pertanyaan
terakhir," kata Pangeran Jin dengan dingin.
"Mengapa ayah Xia Hou Lie adalah cucu kakek ayahnya, dan
ayah Xia Hou Lie adalah adik ayah Fang Zhen Mei juga cucunya?"
pertanyaan itu beruntun dilontarkan dan sangat cepat diucapkan,
serta tidak ada spasi. Diawali dengan nama Xia Hou Lie, diakhiri
dengan nama Fang Zhen Mei, semua menjadi bengong, tiba-tiba
Shen Tai Gong berteriak dan membalikkan tubuh, bersama-sama
dengan Wo Shi Shui mereka secepat kilat melarikan diri.
Walaupun dia adalah seorang Jin Zhen Ying, pertanyaan Shen Tai
Gong tetap membuatnya bengong.
Pertarungan pesilat tangguh walaupun hanya dilakukan dalam
sekejap, dia tetap sanggup bertahan tidak akan terjadi sesuatu!
Tapi Shen Tai Gong tidak menyerangnya, dia malah melarikan
diri!
Larinya bukan lari biasa, cara lari mereka menggunakan ilmu
meringankan tubuh.
Mereka bergerak turun dan naik beberapa kali, dengan cepat
mereka sudah berlari puluhan meter jauhnya.
Begitu Jin Zhen Ying tersadar, semua sudah terlambat, menurut
perkiraan Jin Zhen Ying, karena di belakang Wo Shi Shui dan Shen
Tai Gong adalah sungai, maka mereka tidak bisa melarikan diri.
Sekarang dia sadar kalau Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui
menggunakan jalan darat untuk kabur.
Dengan cepat Pangeran Jin mengejar mereka.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong menggunakan kesempatan ini
untuk melarikan diri, Pangeran Jin hanya bisa terpaku mereka sudah
lari mendekati sisi sungai, sekarang Pangeran Jin berada di depan
mereka!
Xia Hou Lie lebih cepat bereaksi, diapun ikut mengejar.
Setelah itu baru Shi Jin Tang dan Qiao Li Hua, disusul dengan
Chen Leng.
Begitu Pangeran Jin mendekat, dia melebarkan kesepuluh jarinya
dan siap menusuk.
Dia siap menusuk punggung Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui
yang sedang berlari di depannya.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tidak berani berbalik untuk
melihat, mereka dengan sekuat tenaga terus berlari.
Karena begitu mereka berbalik, maka tidak akan ada kesempatan
untuk lari lagi.
Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui berlari dengan sekuat tenaga,
tapi jari tangan Pangeran Jin hampir mengenai baju belakang
mereka. Jaraknya begitu tipis, Pangeran Jin hanya tinggal
mencengkram baju mereka.
Wajah Pangeran Jin tampak serius, dia menarik nafas dalam-
dalam, tubuhnya bergerak mendekat, kedua tangannya dijulurkan.
Sekalipun mereka membalikkan tubuh dan bertarung, mereka
tetap akan mati di tangan Pangeran Jin.
Tapi seteliti apapun menghitung, tetap akan meleset sedikit----
Mereka sudah berada di sisi sungai.
Wo Shi Shui dan Shen Tai Gong tiba-tiba menghilang.
Jari tangan Pangeran Jin hanya mencengkram tempat kosong,
diapun berhenti, ternyata Shen Tai Gong dan Wo Shi Shui sudah
terjun ke dalam sungai.
Kedalaman air adalah 5-6 meter, begitu mereka terjun ke sungai,
percikan air mengenai Pangeran Jin sehingga membuatnya mundur.
Saat itu Xia Hou Lie sudah sampai di sana. Dia tidak bisa
berenang terpaksa dia hanya bisa melihat ke arah sungai.
Terdengar suara BYUR, seseorang seperti burung masuk ke
dalam air. Dia tak lain adalah Ba Hai Shuang Hue, Shi Jin Tang.
Qiao Li Hua dan Chen Leng juga sudah sampai di sana.
Mereka juga tidak bisa berenang, maka mereka tidak berani
terjun ke dalam air.
Wajah Jin Zhen Ying tampak sangat marah, dia melihat ke arah
sungai, sebentar kemudian berkata, 'Tidak apa-apa, mereka sudah
terluka, nanti bertarung juga tidak akan ada gunanya, mereka tetap
akan mati."
Xia Hou Lie melihat ke arah sungai dan berkata, "Menurut Tuan,
apakah Shi Jin Tang bisa menang dari Wo Shi Shui dan Shen Tai
Gong yang sudah terluka?"
Pangeran menggelengkan kepala, dia tidak ingin berkomentar,
tiba-tiba Ge La Tu berteriak, "Aha!" Dia seperti mengerti sesuatu,
dengan senang dia berlari ke arah mereka dan berkata, "Aku sudah
mengerti maksud pak tua itu, katanya ayah Xia Hou Lie, ayah
Pangeran Xia Hou Lie juga putra Fang Zhen MeiAh! Salah, salah,
ayah Pangeran mana mungkin adalah Xia
Hou Lie? Mengapa Fang Zhen Mei adalah----"
Dia terus bicara sendiri, tiba-tiba dia melihat wajah Pangeran Jin
yang sudah marah, dia baru ingat kalau kata-katanya tidak berarti
dan dengan cepat dia berlutut.
0-0-0
BAB 11
Pertarungan di dalam air
BAB 12
Pertempuran di gunung
BAB 13
Biksu Hua Hui yang lain
Dengan wajah serius Shi Wen Sheng berkata, "Dari pihak Song
dan pihak Jin akan bertarung. Babak pertama---- Dua orang
Mongolia itu akan bertarung dengan Biksu Hua Hui dari Shao Shi
Shan dan Pendeta Bu Tong dari Shao Hua Shan!"
Terlihat mereka dengan santai berjalan ke depan panggung,
biksu itu bertanya, "Hei, Pendeta Tua, dengan cara bagaimana kita
naik panggung ini?"
Pendeta Bu Tong menjawab, "Keledai Botak, kita jangan seperti 2
ekor anjing Mongolia itu, seperti kura-kura yang merangkak naik ke
atas!"
"Itu sudah pasti!" jawab Biksu Hua Hui.
Percakapan antara Pendeta Bu Tong dan Biksu Hua Hui membuat
semua orang yang mendengar tertawa. Orang-orang yang
menonton memang sudah benci sekali kepada kedua laki-laki
Mongolia itu. Mendengar sindiran Biksu Hua Hui, membuat
penonton di sana menjadi bersorak bersemangat.
Kedua orang Mongolia yang berada di atas panggung sangat
marah, mereka berteriak, "Kalau kalian berani, naiklah! Aku akan
gencet kalian sampai gepeng...."
Biksu Hua Hui tertawa dan berkata, "Kita memang akan naik
untuk bermain-main dengari anjing kecil, tapi bagaimana cara
naiknya ya?"
Pendeta Bu Tong pun tertawa, "Benar, panggung pertarungan ini
begitu tinggi, kami tidak bisa naik, apakah lebih baik kalian turun
dulu dan menggendong kami naik?"
Kedua bersaudara itu segera hendak turun, tapi Shi Wen Sheng
dengan cepat berkata, "Siapapun yang turun, berarti dia kalah!"
Pendeta Bu Tong tertawa, "Tampaknya mereka mau turun
dengan suka rela, bukan karena paksaan, tentu saja mereka bukan
kalah dengan memalukan!"
Shi Wen Sheng tampak marah, wajahnya dilipat, dia tidak mau
bicara lagi.
Kedua laki-laki Mongolia itu dengan cepat turun ke bawah
panggung, kedua tangan mereka siap untuk menangkap Pendeta Bu
Tong dan Biksu Hua Hui. Para penonton menjadi histeris, tampak
bayangan berkelebat. Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Teng sudah
berada di atas panggung. Mereka duduk bersila dan saling
berhadapan. Yang satu terdengar bersin sedangkan yang lainnya
menguap.
"Mana dua ekor anjing kecil itu?" "Karena kita naik, mereka
ketakutan dan turun dari panggung."jawab biksu Hua Hui
Semua penonton tertawa senang, tapi Wan Yan Zhu dan yang
lainnya tampak sangat marah.
Kedua bersaudara Mongolia marah-marah di bawah panggung,
segera mereka memanjat naik kembali keatas panggung.
Begitu mereka berada di atas panggung, kepalanya bersimbah
keringat, tapi mereka tidak melihat ada seorangpun di sana, Hu
Shang Ke marah-marah, sambil berkata-kata dengan bahasa yang
tidak dimengerti oleh penonton.
Hu Shang Ge menunjuk Biksu Hua Hui yang terlihat sedang
terkantuk-kantuk dibawah panggung lagi, diapun marah dan berkata
dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh penonton.
Biksu Hua Hui meraba-raba kepala botaknya dan bertanya,
"Mereka sedang bicara apa sih?"
Pendeta Bu Tong mengelus' janggutnya dan menjawab, "Yang
kepalanya agak gepeng mengatakan kalau dia ingin buang kotoran
di pispot sedangkan yang kepalanya agak lancip mengatakan kalau
dia ingin menangkap burung gagak."
Semua penonton tertawa terbahak-bahak, dua bersaudara
Mongolia itu turun lagi dari panggung.
Pada saat mereka sudah turun dari panggung, Biksu Hua Hui dan
Pendeta Bu Tong ternyata sudah berada di atas panggung lagi.
Dua bersaudara Mongolia itu karena marah, sifat ganas mereka
mulai muncul, mereka segera merangkak naik lagi ke atas
panggung. t
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sudah berada di bawah
panggung.
Penonton tertawa terpingkal-pingkal, pandangan galak orang-
orang Jin mulai terkikis hilang.
Dua bersaudara Mongolia itu sambil marah-marah mereka
mengejar Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong ke bawah lagi,
keringat sudah membasahi seluruh tubuh mereka.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong naik lagi ke atas panggung.
Karena terus melakukan hal seperti itu, memanjat lalu turun dan
memanjat, lalu turun lagi, nafas kedua Mongolia itu terdengar mulai
terengah-engah, mereka terlihat kelelahan.
Biksu ? Hua Hui dan Pendeta Bu Tong duduk di depan panggung,
mereka sedang mengobrol sambil tertawa-tawa.
Kedua-tangan Hu Shang Ke memegang sisi panggung dan
berteriak, "Jangan pergi----"
Pendeta Bu Tong tertawa dan berteriak, "Jangan takut, ayah
tidak akan pergi."
Hu Shang Ge dengan kekuatan tangannya menopang tubuhnya
supaya bisa berdiri dan berteriak dengan sekuat tenaga, "Aku akan
membunuhmu!"
Biksu Hua Hui tertawa, "Silahkan!" Dengan bersusah payah
kedua Mongolia itu memanjat lagi ke atas panggung, nafas mereka
sudah terengah-engah, kali ini Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong
tidak turun lagi dari panggung. Dengan pandangan masa bodoh
mereka melihat kedua orang Mongolia itu.
Setelah berhasil naik ke atas panggung, Hu Shang Ke dan Hu
Shang Ge dengan cepat berlari mendekati Biksu Hua Hui dan
Pendeta Bu Tong.
Tiba-tiba tangan kiri Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong dibuka,
pedang sudah berada di tangan, pedang itu ditusukan secepat kilat,
kemudian tampak sudah dimasukkan kembali ke dalam sarungnya.
Pada saat mereka mengeluarkan pedang seperti awan yang sedang
bergerak dan air yang sedang mengalir. Wajah dan gerakan mereka
sudah tidak terlihat memelas, melainkan sangat serius dan anggun.
Semangat mereka tampak jelas saat itu. Jiwa juang mereka timbul
dan membuat mereka tampak berarti.
Begitu pedang ditarik kembali, pundak kanan kedua laki-laki
Mongolia itu tampak sudah keluar darah.
Penonton berteriak, kedua bersaudara itu meraung karena kaget
dan kesakitan.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong kembali lagi pada sikap
mereka seperti biasa masa bodoh.
Biksu Hua Hui berkata, "Kita tidak membunuh mereka, karena
mereka hanya diperalat orang."
Kata Pendeta Bu Tong, "Tapi mereka pernah membunuh, maka
tangan kananlah yang harus dilumpuhkan."
Penonton bersorak riuh rendah, dua bersaudara Mongolia itu
berteriak, begitu turun dari panggung mereka segera berlari ke
tempat Pangeran Jin.
Shi Wen Sheng berteriak dengan lantang, "Setelah pihak Song
dan pihak Jin bertarung di atas panggung. Pada babak pertama,
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong berhasil mengalahkan Hu
Shang Ke dan Hu Shang Ge."
Penonton berteriak, wajah Long Zhai Tian mulai tampak bisa
tersenyum.
Dengari terburu-buru kedua bersaudara Mongolia itu berlari ke
tempat Pangeran Jin, dengan bahasa mereka yang sukar dimengerti
mereka terus marah-marah. Pangeran Jin hanya diam, dia melihat
ke arah Xia Hou Lie.
Xia Hou Lie segera berdiri kemudian dia menjulurkan kedua
telapak tangannya dan mendorong.
Karena kedua bersaudara monggol ini tidak siap mereka terkena
pukulan itu dan melayang jauh. Punggung mereka menancap di
tiang panggung, kemudian kelima indra mereka terlihat
mengeluarkan darah.
Tangan Ge La Tu tampak melambai, ada dua titik merah terbang
keluar dan mengenai dahi di antara kedua alis, dua bersaudara Hu
Shang berteriak, darah mengalir dengan deras, mereka pun
langsung mati.
Melihat perlakuan yang begitu kejam, semua penonton menj adi
terdiam.
"Di negara Jin tidak ada pesilat yang berbuat begitu memalukan,"
kata Pangeran Jin dengan santai.
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong sangat marah, yang satu
menunjuk Xia Hou Lie yang satu menunjuk Pangeran Jin dan
berkata, "Baiklah, nanti aku akan bertarung denganmu, pesilat yang
dikatakan hebat dari negara Jin."
Terdengar Shi Wen Sheng berkata, "Kalian berdua sudah
menang, harap turun dulu dari panggung. Kali ini pihak Song akan
menampilkan wakilnya naik ke atas panggung."
Biksu Hua Hui dan Pendeta Bu Tong tidak berani melanggar
peraturan pertarungan, mereka segera turun.
Terdengar Shi Wen Sheng berkata lagi, "Pertarungan antara
kedua bangsa, yaitu bangsa Song dan bangsa Jin pada babak kedua
akan dimulai"
0-0-0
Qing Ye Zi sudah membacok, Jenderal Yu sudah tidak
mempunyai tenaga untuk melawan, pada situasi yang menegangkan
ini, dari samping ada golok yang menahan serangan itu, ternyata
pengawal yang memapah Jenderal Yu berhasil menahan serangan
Qnig Ye Zi.
Qing Ye Zi tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kau
mengantarkan kematianmu, aku akan memenuhi keinginanmu!"
Setelah berkata begitu dia membacok, pengawal itu berturut-
turut menahan 7 kali bacokan Qing Ye Zi, hingga tangannya terasa
sakit, kemudian Qing Ye Zi menendang golok yang dipegang oleh
pengawal itu, golok itu langsung terlempar. Qing Ye Zi membalikkan
tubuhnya dan menebas pengawal itu.
Kelihatannya tubuh dan kepala pengawal itu segera akan
terpotong, saat itu tiba-tiba Qing Ye Zi merasa di belakang tubuhnya
ada angin senjata tajam yang menerjangnya dengan cepat, Qing Ye
Zi tidak sempat menhindar dan tampaknya akan terluka karena
angin tajam itu.
Tapi aingin tajam yang tadinya bergerak dengan cepat sampai di
tengah jalan tenaganya terasa berkurang dan malah melambat.
Qing Ye Zi segera merendahkan kepalanya, hingga hanya
rambutnya saja terkena angin tajam dari golok itu dan rambutnya
terpotong lumayan banyak.
Qing Ye Zi dengan marah membalikkan badan, tampak Jenderal
Yu berdiri miring, setelah menyerang dengan golok, tenaganya
terkuras habis, tangan kirinya memegang golok untuk menahan
beban tubuhnya supaya bisa berdiri tegak.
Ternyata pada saat Jenderal Yu melihat pengawalnya akan
terbunuh, dia memungut golok pengawalnya yang sudah mati lalu
dia membacok ke arah Qing Ye Zi, sayang, karena tenaganya
kurang dia tidak berhasil melukai CjingYeZi.
Karena hampir terbacok dan mati, Qing Ye Zi benar-benar sangat
marah dan berkata, "Baiklah! Rupanya kau sudah tidak sabar ingin
segera bertemu dengan dewakematian."
Qing Ye Zi segera membacok ke arah Jenderal Yu.
Jenderal Yu berusaha menahan serangan Qing Ye Zi dengan
mengangkat goloknya, tapi kali ini golok Jenderal Yu malah
terpelanting jauh.
Qing Ye Zi membalikkan goloknya dan mulai membacok lagi, di
belakangnya ada yang memeluknya dengan erat, terdengar
pengawal itu berteriak, "Jenderal, cepat lari dari sini! Jangan
pedulikan diriku!"
Jenderal Yu dengan marah menjawab, "Mau mati, mari kita mati
bersama, paling-paling jumlahnya lebih satu kepala."
Dia mengumpulkan tenaga dan memukul dengan kepalan
tangannya.
Segera Qing Ye Zi dipeluk dengan erat dari belakang oleh
pengawal itu, dia merasa kaget, dia membalikkan golok, dan
menusuk perut pengawal itu hingga darah mengucur deras. Baru
saja Qing Ye Zi akan mencabut goloknya, kepalan tangan Jenderal
Yu berhasil memukulnya, tenaga yang dikeluarkan sangat besar,
Qing Ye Zi terpaku, terdengar suara BUG, dia terkena kepalan itu
dan mundur 7-8 langkah, Darahpun terlihat mengalir dari mulutnya.
Tapi sayang, setelah Jenderal Yu melancarkan pukulan itu, dia
benar-benar tidak bertenaga lagi. Diapun tidak bisa mengejar, kalau
tidak Qing Ye Zi tidak akan bisa bertahan lagi terhadap serangan
Jenderal Yu. Ilmu silat Jenderal Yu sudah terlatih sejak kecil,
ditambah dengan pengalamannya di medan tempur, semua
pengalamannya bukan didapat dari guru terkenal, cara-cara yang
dipakaipun berbeda dengan orang dunia persilatan biasa. Maka
pada saat Jenderal Yu mengeluarkan kepalannya untuk memukul,
dia bisa secara tiba-tiba melukai Qing Ye Zi. Tapi dia tidak berlatih
ilmu tenaga dalam, jadi pada saat dia mengeluarkan tenaganya,
tidak ada tenaga tersisa untuk kembali memukul!
Qing Ye Zi sangat 'i marah, dia membersihkan darah yang
mengotori bajunya, tampak tangannya berlumuran darah.
Dia membentak, goloknya mulai digerakkan lagi, dia melancarkan
9 jurus serangan dengan 14 bacokan.
Kali ini Jenderal Yu satu juruspun tidak dapat menyambutnya.
Waktu itu ada seseorang yang berlari mendatangi, dia membawa
golok. Terdengar suara TANG, goloknya dan golok Qing Ye Zi
beradu.
Begitu dua senjata beradu, tubuh Qing Ye Zi bergoyang, dan
orang itu juga mundur beberapa langkah, dia meraung. Ternyata
orang itu adalah Zhang Zhen Que.
Ternyata Zhang Zhen Que telah menyerang Cha Lu dengan
sekuat tenaga, mereka berdua adalah prajurit yang sering
berperang di medan perang, mereka selalu diajari teknik bertempur
oleh Jenderal Yu, maka tenaga mereka sangat besar. Kemampuan
ilmu silat merekapun hampir sama, yang satu menggunakan golok,
sedangkan yang satu lagi bersenjatakan palu besi, selama
bertanding mereka sama kuat.
Hanya karena Zhang Zhen Que melihat Jenderal Yu berada dalam
keadaaan bahaya, matanya menjadi merah dan dengan sekuat
tenaga dia menahan serangan Cha Lu, setelah itu dia berlari dengan
kencang menahan bacokan CjingYeZi.
Dua senjata beradu, Zhang Zhen Que menggunakan tenaga luar,
sedangkan Qing Ye Zi menggunakan tenaga dalam. Maka Zhang
Zhen Que digetarkan hingga mundur beberapa langkah.
Karena mundur terus punggungnya terkena serangan senjata
berbentuk palu yang datang dari arah belakang.
PUSH.
Senjata itu menancap di punggungnya, Zhang Zhen Que
berteriak dengan suara yang menggetarkan hati setiap orang yang
mendengarnya. Zhang Zhen Que langsung mati, hal ini membuat
Jenderal Yu marah, dia meraung dan berteriak, "Cha Lu...."
Begitu Zhang Zhen Que terkena senjata tajam, tubuhnya tiba-
tiba berputar ke belakang.
Rupanya hingga mau matipun dia tidak rela, bagaimanapun dia
harus membunuh Cha Lu dengan tangannya sendiri.
Tubuh Zhang Zhen Que berputar ke belakang, karena senjata
lawan masih menancap di punggungnya, dia tidak bisa
mencabutnya, Zhang Zhen Que berputar ke depan Cha Lu dan
mengangkat goloknya.
Rantai besi yang mengikat senjata itu karena dibawa berputar
oleh Zhang Zhen Que, rantai itu membelit tubuhnya. Sebenarnya
Cha Lu bisa saja melepaskan tangannya dan mundur tapi karena
mendengar teriakan Jenderal Yu, "Cha Lu!" membuat tubuhnya
bergetar dan terpaku, sudah lama dia mengikuti Jenderal Yu dalam
kemiliteran, wibawa dan budi Jenderal Yu, membuatnya merasa
segan dengan Jenderal Yu. Demi mencari kekayaan dan
kemakmuran, dia rela mengkhianati atasan dan teman-temannya,
bentakan Jenderal Yu membuatnya menjadi bengong---- i
Pada saat dia terpana itulah Zhang Zhen Que sudah mengangkat
goloknya dan membacok. Kepala Cha Lu langsung terpisah bersama
dengan darah yang muncrat di udara.
Begitu kepala Cha Lu turun, tubuh Zhang Zhen Que langsung
roboh.
Akhirnya Zhang Zhen Que bisa membunuh Cha Lu dan bisa
menutup mata dengan tenang.
Qing Ye Zi melotot pada Jenderal Yu, terdengar Jenderal Yu
menarik nafas panjang, dia memungut golok yang tergeletak di
bawah, dengan tertawa dingin Qing Ye Zi berkata, "Bunuhlah dirimu
sendiri!"
Jenderal Yu menggelengkan kepala, "Lebih baik mati di medan
perang daripada harus membunuh diriku sendiri!"
Walaupun dalam keadaan tidak bertenaga, dia berusaha untuk
membacok.
Ini adalah tenaga terakhir dari Jenderal Yu, tenaga terakhirnya
sangat kuat dan dalam beberapa jurus Qing Ye Zi tidak bisa segera
mengalahkannya. Tiba-tiba muncul sebuah pedang menggetarkan
golok Jenderal Yu, membuat golok itu terpental ke atas, dengan
senang Qing Ye Zi berteriak, "Kakak Kedua!"
Qing Feng Zi tertawa, sinar goloknya seperti kilat terus
membacok ke arah Jenderal Yu.
Jenderal Yu menarik natas, dia tahu kalau empat pengawalnya
yang tersisapun sudah mati, dan sudah saatnya dia harus mati. Dia
memejamkan matanya dan menunggu ajal menjemput.
Ning Zhi Qiu dan Qing Yan Zi masih bertarung seru, pertarungan
sudah berlangsung ratusan jurus, masih tidak terlihat siapa yang
menang siapa yang kalah.
Akhirnya karena Ning Zhi Qiu tidak merasa tenang dalam
bertarung, karena tidak berhati-hati pedang Qing Yan Zi berhasil
menggores tangan kirinya sepanjang 15 sentimeter.
Ning Zhi Qiu terluka, Jenderal Yu berada dalam bahaya, Ning Zhi
Qiu semakin tidak berkonsentrasi dan posisinya semakin terjepit.
Pedang Qing Yan Zi seperti pelangi, setiap saat bisa mencabut
nyawanya.
Qing Feng Zi sudah membacok, Jenderal Yu memejamkan
matanya menunggu kematian, semua ini disaksikan oleh Ning Zhi
Qiun dari jauh, dia tidak berdaya untuk membantu, segera dia
berteriak, "Jenderal, Anda tidak boleh mati!"
Long Jin Jian nya dilemparkan, tampak seperti pelangi yang
malayang, kemudian terdengar suara TING, Long Jin Jian itu
berhasil menahan golok Qing Feng Zi.
0-0-0
Begitu Shi Wen Sheng meneriakkan babak kedua dimulai,
seseorang yang mengenakan baju berwarna kuning sudah terbang
dan mendarat di atas panggung. Tubuhnya mendarat tanpa
bersuara, hanya terdengar kelepak suara baju yang tertiup angin
kencang. Penonton terpaku menyaksikan semua itu, setelah itu
mereka bersorak. '
Ternyata yang naik ke atas panggung adalah si Sempoa Emas,
Xin Wu Er!
"Aku Xin Wu Er, sengaja datang untuk belajar."
Tiba-tiba terdengar suara dingin yang berbicara, "Baiklah, biar .
aku yang akan mengajarmu!"
Tampak baju hitam berkelebat, seperti ada gulungan asap
berwarna hitam dan seperti bayangan setan yang turun ke atas
panggung. Dia adalah si Sempoa Besi, Xi Wu Hou.
Shi Wen Sheng dengan lantang berkata, "Babak kedua, Sempoa
Emas, Xin Wu Er akan berhadapan dengan Sempoa Besi, Xi Wu Er."
Penonton yang berada di bawah panggung terdengar berbisik-
bisik, mereka melihat dua orang pesilat tangguh sama-sama
menggunakan senjata sempoa, pertemuan sempoa dalam
pertarungan kali ini, pasti akan menjadi suatu pertarungan yang
unik dan ramai.
Long Zhai Tian tampak bingung, sebenarnya dia tadi menyuruh
Xin Wu Er untuk mencari tahu, tidak disangka lawan malah
menyuruh Xi Wu Hou keluar, karena mereka pernah bertarung,
dalam kemampuan ilmu silat Xin Wu Er lebih unggul, pasti Xin Wu
Er yang akan menang, mengapa Pangeran Jin menyuruh Xi Wu Hou
untuk turun pada babak kedua, apakah tujuan orang Jin sengaja
membuat mereka mengalah?
Long Zhai Tian dan Bao Xian Ding benar-benar tidak mengerti.
0-0-0
Begitu Ning Zhi Qiu melemparkan Long Jin Jian, dia bisa
menyelamatkan Jenderal Yu, tapi dia sendiri karena sekarang jadi
tidak memegang pedang, kedaannya menjadi sangat berbahaya.
Qing Yan Zi tertawa sinis, dia menyerang 3 kali, ditambah 3 kali
lagi, Ning Zhi Qiu dengan susah payah menghindar, tubuhnya
berkeringat deras sekaligus nyawanya terancam. Waktu itu dari arah
gunung terdengar sebuah siulan panjang.
Suara siulan itu terdengar oleh Jenderal Yu dan Ning Zhi Qiu,
membuat semangat mereka bertambah bergelora, sedangkan Qing
Yan Zi, Qing Ye Zi, dan Qing Feng Zi merasa hati mereka menjadi
dingin!
Suara siulan ini berasal dari suara Fang Zhen Mei.
Ning Zhi Qiu dengan cepat membalas siulan itu dan berteriak,
"Jenderal Yu ada di sini-"dia bicara tapi kerena lengah bahunya
tertusuk oleh Qing Yan Zi.
Suara siulan itu berubah menjadi suara angin kencang, seperti
suara hujan yang membasahi gunung dan hutan, dalam sekejap
orangnya sudah berada didekat mereka.
Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi dengan gerakan cepat menyerang
Jenderal Yu dari kanan dan kiri.
Begitu mendengar siulan Fang Zhen Mei, semangat Ning Zhi Qiu
bertambah, dia menyambar Long Jin Jian lagbuntuk bertahan sambil
menunduk, dia masih sanggup menerima beberapa serangan.
Jenderal Yu sudah mundur hingga ke sisi jurang, kalau dia
mundur lagi, mungkin nasibnya akan sama seperti Qing Song Zi. Dia
hanya melihat golok Qing Ye Zi dan Qing Feng
Zi bergerak seperti dua ekor ular panjang, mendatanginya.
Ning Zhi Qiu dengan sekuat tenaga melawan serangan Qing Yan
Zi. Serangan Qing Yan Zi bertambah dahsyat dan dilakukan dengan
posisi miring, hingga kaki Ning Zhi Qiu tertusuk pedang Qing Yan Zi.
Karena merasa sakit gerakan tubuh Ning Zhi Qiu melambat, Qing
Yan Zi menendangnya hingga terjatuh. Qing Yan Zi mengangkat
pedangnya dan siap menusuk.
Saat itu beberapa meter jauhnya dari sana, terlihat bayangan
seseorang yang berkelebat, hanya dalam sekejap gerakan orang
seperti kilat itu mendatangi, tubuhnya tegak, karena dengan begitu
dia lebih mudah untuk bernafas, dan bisa kuat berlari lama, tapi
begitu baju putih orang itu sudah berada di dekat sana dan hampir
mencapai garis akhir. Tubuhnya condong ke depan. Yang membuat
kaget adalah kedua kakinya tampak tidak menginjak tanah, dia
seperti bergerak melayang, tapi juga seperti menempel di atas
permukaan tanah.
Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi pada saat mendengar suara siulan
itu mereka sudah bersiap-siap, mereka mengira orang itu turun dari
langit, tidak disangka dia datang dengan cara menempel di bawah
dan datang seperti terbang. Qing Ye Zi dan Qing Feng Zi belum
pernah menghadapi musuh dengan cara datang seperti itu!
Mereka hanya terpaku!
Segera wajah Qing Ye Zi terkena pukulan Jenderal Yu, dia
merasa kepalanya menjadi pusing, ilmu silat Qing Feng Zi lebih
tinggi dari Qing Ye Zi begitu melihat bayangan putih, dia segera
berteriak kaget, "Fang Zhen Mei!"
Dia malah membalikkan badan dan lari.
Sedangkan Qing Ye Zi menusuk bayangan berbaju putih dan
dengan cepat mencoba mencengkram kedua kakinya. berhasil
dicengkram segera dia membanting.
Dia membanting ke arah Qing Feng Zi yang sedang berlari.
Qing Feng Zi yang sedang berlari dengan kencang, dia
mendengar ada suara angin besar yang menghampiri, dia
membalikkan tubuhnya bermaksud menahan, ternyata yang
menyerangnya adalah sosok seseorang, dia segera mencabut
pedangnya, baru saja dia menarik setengah pedangnya dari sarung,
dia baru melihat dengan jelas, ternyata yang datang adalah Qing Ye
Zi, dengan cepat dia membatalkan gerakannya, dia menangkap
Qing Ye Zi, merekapun bertabrakan, lalu mereka terdorong mundur
beberapa langkah, dia mendorong Qing Ye Zi, tapi jalan darah di
seluruh tubuhnya karena tertabrak sekarang seperti tertotok.
Dia hanya melihat ada angin keras berwarna putih lewat di
depannya.
Qing Yan Zi melihat kejadian itu dari jarak puluhan meter, dari
kejauhan tampak bayangan berwarna putih, dia langsung berhenti.
Begitu mendengar ada siulan dia sudah bersiap akan melarikan diri.
Sekali dia meloncat mencapai beberapa meter, dia meloncat lagi,
kemudian terbang lalu mendarat.
Dia mengumpulkan tenaga siap berlari lagi, tapi bayangan putih
itu sudah berhenti di depannya, dia berhadapan dengan punggung
seseorang yang mengenakan baju putih.
Qing Yan Zi membentak, dengan segenap tenaganya dikerahkan
untuk bertarung dan pedangnya juga sudah dikeluarkan. Orang
berbaju putih itu sudah membalikkan kepalanya, mencengkram dan
menekan, kedua telapak tangannya beradu dengan tangan Qing
YanZi.
Waktu itu juga dia mencengkram pedangnya. Ternyata orang
berbaju putih itu adalah Fang Zhen Mei.
Rambut Fang Zhen Mei tampak berantakan, sorot matanya tidak
seperti biasanya, biasanya sorot matanya ramah, sekarang sorot
matanya seakan siap membunuh Qing Yan Zi, dia menjadi
ketakutan.
Apalagi tadi dia sempat merasakan kekuatan telapak tangan Fang
Zhen Mei, pukulan dia hanya seperti memukul kertas, dia tidak bisa
mengeluarkan tenaganya. Apakah tenaga telapak Fang Zhen Mei
lebih lembut dibandingkan dengan jurus Qing Yan Zhang?
Fang Zhen Mei melonggarkan jarinya yang menarik pedang, Qing
Yan Zi mundur dan membentak, dia kembali menusuk 17 kali ke
atas, 36 kali ke tengah, dan 8 kali ke bawah. Kemudian dicampur
dengan jurus telapak tangan yang bisa membuat orang kehilangan
nyawa.
Fang Zhen Mei tidak roboh juga tidak bergerak, tiba-tiba dia
mennyerang dan menjepit, lalu mengeluarkan telapak tangannya.
Begitu pedang Qing Yan Zi datang, Fang Zhen Mei langsung
menjepitnya, lalu menggetarkan Qing Yan Zi dengan jurusnya.
Kemudian Fang Zhen Mei melepaskan tangannya lagi, dan pedang
sudah berada di tangan Qing Yan Zi lagi.
Qing Yan Zi berteriak-teriak, marah-marah, meraung, kemudian
dia bergerak seperti seekor naga hijau. Pedang beserta orangnya
menyerang Fang Zhen Mei lagi.
Begitu dia mendekati Fang Zhen Mei, telapak tangan yang
tadinya disembunyikan di perutnya dikeluarkan.
Fang Zhen Mei yang sejak tadi tidak bergerak begitu dia
bergerak, dia mengeluarkan tangannya dan menjepit kembali.
Sekali menjepit dia sudah menjepit pedang Qing Yan Zi, dan
telapak tangan yang satu lagi mendorong Qing Yan Zi kembali ke
tempat semula!
Qing Yan Zi terguling, pedangnya ditancapkan ke tanah,
nafasnya terengah-engah.
Fang Zhen Mei membentak, "Apakah kau belum merasa
menyesal?"
Tubuh Qing Yan Zi bergetar, wajahnya berubah menjadi seram.
Tiba-tiba dia membalikan tubuhnya dan menggerakan pedangnya
menyerang, tapi arah serangannya kali ini tertuju padk Jenderal Yu.
Kali ini Fang Zhen Mei tidak menyangka kalau Qing Yan Zi akan
melakukan tindakan seperti itu, dia ingin menghadang tapi sudah
tidak sempat.
Qing Yan Zi dengan segala cara ingin membunuh Jenderal Yu
karena keinginan hati untuk membunuh sangat besar, maka
serangannya tidak memperhatikan pertahanan dan banyak
kelemahan.
Arah larinya menuju Jenderal Yu dan kepala Ning Zhi Qiu.
Walaupun Ning Zhi Qiu tidak bisa menghalangi gerakan Qing Yan
Zi, tapi dia segera mengambil, golok yang tergeletak di bawah
sekaligus menusuk perut Qing Yan Zi!
Ujung golok itu menembus tubuh sampai keluar dari
punggungnya. Tubuh Qing Yan Zi bergetar, tapi pedang itu masih
tetap diarahkan kepada Jenderal Yu.
Jenderal Yu adalah jenderal yang sangat berpengalaman,
ditambah lagi dia sering terlibat dalam peperangan, melihat ada
pedang yang menghampirinya, dia secepat kilat meloncat ke
samping, lolos dari posisi yang sangat berbahaya. Akhirnya Jenderal
Yu bisa menghindari serangan itu. Begitu Qing Yan Zi berlari
melewati Jenderal Yu, segera terdengar teriakan yang memilukan.
Ternyata di belakang Jenderal Yu adalah jurang yang dalam.
Qing Yan Zi terjun ke dalam jurang yang dalamnya ratusan
meter. Qing Yan Zi yang masuk ke dalam jurang tubuhnya pasti
akan terluka berat atau bahkan mati.
Fang Zhen Mei menarik nafas panjang, dia segera berlari menuju
seekor kuda, di tengah-tengah udara dua mengucapkan beberapa
kalimat:
"Aku datang terlambat, Jenderal! Mohon maaf!"
"Aku harus segera kembali lagi ke kota Xia Guan untuk
membantu Pendekar Long mengalahkan Pangeran Jin!"
"Qing Feng Zi dan Qing Ye Zi sudah ditotok olehku harap Pejabat
Ning bisa membawa mereka dan memberikan hukuman kepada
mereka!"
"Pejabat Ning, harap Anda mengantarkan Jenderal Yu kembali ke
markas para prajurit Song!"
Selesai berpesan, kudanya sudah berlari jauh, Fang Zhen Mei
sudah pergi lagi dari sana.
Angin masih berhembus, gunung masih tetap berwarna hijau.
Jenderal Yu dan Ning Zhi Qiu masih terpaku.
Kemudian Jenderal Yu berkata dengan pelan, "Fang Zhen Mei
memang seorang yang hebat...."
Ning Zhi Qiu menarik nafas dan menanggapi, "Dia datang kemari,
lalu berlari pergi lagi, apakah dia masih bisa bertarung dengan Jin
Zhen Ying?"
0-0-0
Xi Wu Hou berteriak panjang, dengan cepat dia mengeluarkan
dua jurus kepalan tangannya dan sebuah serangan jari!
Xin Wu Er sejurus demi sejurus mencairkan jurus Xi Wu Hou. Xi
Wu Hou mengangkat tangan kirinya, mengeluarkan kepalan tangan
kanannya, mengangkat tangan kanannya, tangan kirinya
mengeluarkan kepalan, satu adalah' jurus sebenarnya sedangkan
yang lain adalah jurus tipuan, tapi setiap jurus yang dikeluarkan
sangat sadis!
Setelah beberapa jurus berlalu, tiba-tiba Xin Wu Hou malah
berhenti, kemudian dia bertingkah laku seperti burung gagak,
berputar dan mengelilingi panggung.
Begitu naik ke atas panggung, mereka langsung bertarung
dengan menggunakan kaki dan tangan, membuat orang-orang yang
menonton tampak tegang, mereka bertarung dengan cepat seperti
kilat.
Setelah lewat 20-30 jurus, tiba-tiba Xi Wu Hou terbang ke atas
dan tertawa aneh. Tubuhnya berputar, kesepuluh jarinya menusuk
ke arah XinWuEr!
Xin Wu Er sama sekali tidak bergerak, tiba-tiba dia melancarkan
serangan dan kesepuluh jarinya dikeluarkan untuk menangkis
kesepuluh jari Xi Wu Hou.
Kedua tangan mereka menempel, dan langsung mencengkram
dengan erat.
Terdengar suara CHA, CHA dua tangan saling membelit kemudian
berpisah, dan keringat terus berjatuhan.
Muka mereka tampak sangat pucat. Mereka berdiri dengan
kaku seperti sedang mengeluarkan tenaga.
Tiba-tiba Xi Wu Hou mengangkat kaki dan menendang, Xin Wu
Er meloncat menghindar. Pada saat dia meloncat, orang yang
bermata jeli melihat bahwa Xin Wu Er menjepit jari manis dan
kelingking Xi Wu Hou, sekarang jari itu sudah tidak berbentuk lagi,
pasti tulang jarinya sudah remuk.
Xin Wu Er tertawa dingin, "Jari tanganmu sudah berkurang dua,
kalau ingin bermain sempoa tidak akan enak seperti biasanya!"
Wajah Xi Wu Hou menghitam, dia berputar, tangan kanannya
membentuk seperti golok dan menusuk ke arah Xin Wu Er.
Tapi Xin Wu Er dengan cepat mengangkat kakinya, kemudian
tangan kanannya bergerak seperti mengangkat lampu, serangan itu
berhasil dipatahkan oleh Xi Wu Hou, dari sebelah kanan dan sebelah
kiri dia melancarkan pukulannya!
Tapi saat itu Xi Wu Hou dari balik bajunya mengeluarkan sesuatu
benda yang berwarna hitam!
Penonton berteriak, ternyata Xi Wu Hou sudah mengeluarkan
senjata andalannya yang terkenal yaitu sempoa besi.
Dengan cepat Xin Wu Er mundur!
Xi Wu Hou melangkah maju, dia menebas ke kiri dan ke kanan
dengan sempoa besinya, dia menggunakan jurus Da Bu Liu Ren,
dan jurus lainnya. Semua berjumlah 12 jurus. Semua jurus dilancar
dengan senjata sempoa besinya, dia terus menyerang Xin Wu Er.
Xin Wu Er seperti seekor elang terbang. Sempoa besi milik Xi Wu
Hou dijadikan sebagai golok, tapi golok itu tidak bisa mengenai
tubuh Xin Wu Er.
Wajah Xi Wu Hou berubah, dia mengubah jurus sempoanya,
bahkan jurus-jurus Hai Tou Wang Yue seperti Qing Long Ying
Zhu sudah dikeluarkan, dan semua jurus ini adalah jurus pedang,
dia menutup jalan mundur Xin Wu Er. Tiba-tiba Xin Wu Er melayang
ke atas dan berhasil melewati jurus pedang Xi Wu Hou!
Xi Wu Hou mengubah jurusnya lagi dengan cara menutup,
berpindah, mendorong, dan menjepit, dia terus menyerang Xin Wu
Er. Tapi Xin Wu Er seperti seekor burung nuri terbang ke -atas lalu
ke bawah, tapi Xi Wu Hou seperti sudah memasang jala, secara
bertahap memperkecil ruang gerak Xin Wu Er. Mata para penonton
melihat tanpa berkedip, tiba-tiba terdengar suara besar membentak
dan muncul kilauan emas. Di tangan Xin Wu Er terlihat ada sebuah
sempoa yang terbuat dari emas.
Dalam waktu singkat sempoa itu beradu dengan sempoa besi
milik Xi Wu Hou.
"TAK! TAK!" kedua sempoa itu beradu, lalu dengan cepat Xi Wu
Hou mundur, tapi tangannya sempat tergetar sehingga terasa sakit.
Waktu itu penonton merasa senang, tiba-tiba Xi Wu Hou
mengoyangkan kedua tangannya.
Berpuluh-puluh biji sempoa menyerang ke arah Xin Wu Er!
Rasa senang penonton berubah menjadi terkejut!
Tiba-tiba kedua tangan Xin Wu Er mengayun, semua biji sempoa
emasnya juga meluncur kedepan.
Biji sempoa besi dan sempoa emas di tengah-tengah udara saling
bertabrakan dan terjatuh.
Xi Wu Hou marah, dia melipat rangka sempoanya, dan sempoa
itu berubah menjadi sebuah pecut dan diayunkan ke arah Xin Wu
Er!
Rangka semopa emas milik Xin Wu Er tiba-tiba dilipat menjadi
bentuk batang emas dan jumlahnya ada 5, batang emas itu sangat
tajam, lalu dilemparkan ke arah Xi Wu Hou!
XiWu Hou terkejut!
Pecut besi yang sudah diayunkan ditarik kembali menjadi tabir
yang melindungi tubuhnya.
Begitu Xi Wu Hou memukul kelima benda tajam itu, kepalan Xin
Wu Er sudah tiba di depannya!
Xi Wu Hou hanya mendengar suara BUG, dan dia merasa langit
dan bumi seperti berputar. Dia terjatuh 7 kaki jauhnya. Setelah agak
lama dia baru bisa bangun!
Begitu Xin Wu Er menang, para penonton bersorak. Selangkah
demi selangkah Xin Wu Er mendekati Xi Wu Hou, Xi Wu Hou lalu
dengan cepat berkata, "Jangan menyerang, jangan menyerang, aku
terima kalah."
Sorakan penonton bertambah riuh rendah!
Xin Wu Er sambil tertawa mendekati Xi Wu Hou untuk
memapahnya berdiri, lalu berkata, "Mari, kita sama-sama turun
panggung." ^
Xi Wu Hou menjawab dengan wajah cemberut, "Baiklah!"
Tapi tidak terduga dia tiba-tiba mencengkram bahu Xin Wu Er
dan mematahkan tulangnya, setelah itu dia memukul perut Xin
Wu Er. Xin Wu Er kesakitan dan membungkuk seperti udang. Xi Wu
Hou tertawa dan mundur dari sana. Dia masih mengangkat
tangannya dan siap memukul lagi.
Xin Wu Er mencoba bertahan dengan tangan kirinya untuk
menahan serangan tangan kanan Xi Wu Hou!
Tangan kanan Xi Wu Hou memegang tulang bahu kanan Xin Wu
Er.
Saat itu juga, kaki Xin Wu Er bergerak menendang.
Dia menendang ke arah alat vital Xi Wu Hou!
Wajah Xi Wu Hou berubah menjadi kehijuan dan berkerut seperti
cakue! Dia membuka mulut tapi tidak mengeluarkan kata-kata.
Setelah itu diapun roboh dan tidak bisa bangun lagi.
Xin Wu Er memuntahkan darah, pelan-pelan dia berjongkok, dan
dengan terengah-engah berkata, "Kau orang licik, tidak tahu
kebenaran, kau tidak pantas memakai sempoa...."
Suara Shi Wen Sheng terdengar seperti guntur yang
bergemuruh, "Pertarungan antara pihak Song dan pihak Jin pada
babak kedua, hasilnya adalah dimenangkan oleh Sempoa
Emas,XinWuEr!"
Kata-kata kemenangan ditukar dengan nyawa dan darah serta
penghinaan.
0-0-0
BAB14
Kuda berlari seperti kuda gila
BAB 15
Bertarung dengan La Ma
BAB 16
Pahlawan bertarung dengan darah
BAB 17
Elang dan walet yang ganas
BAB 18
Panji yang berkibar
BAB 19
Pertarungan yang menentukan
BAB 20
Jurus pedang yang mengejutkan