Anda di halaman 1dari 26

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang metode simulasi dan Ceramah

1. Pengertian simulasi

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2010: 27), simulasi berasal dari

kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, dan simulation

yang artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Jadi, simulasi adalah

tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (Eka Yuni Erliana 2012).

Simulasi adalah suatu tiruan atau perbuatan berpura-pura saja. Dalam

setiap bentuk simulasi akan terjadi hal-hal sebagai berikut: (1) para pemain

memegang peranan yang mewakili dunia nyata, dan juga membuat keputusan-

keputusan dalam mereaksi penilaian mereka terhadap setting yang mereka

temukan sendiri, (2) mereka mengalami perbuatan-perbuatan tiruan yang

berhubungan dengan keputusan-keputusan mereka dan penampilan umum

mereka, (3) mereka memonitor hasil kegiatan masing-masing, dan diarahkan

untuk merefleksi terhadap hubungan antara keputusan-keputusan mereka

sendiri dan konsekuensi-konsekuensi akhir yang menunjukkan gabungan dari

berbagai perbuatan (Sunaryo dalam Daru Wahyuni dan Kiromim Baroroh

2012).

Simulasi merupakan salah satu metode yang termasuk ke dalam

kelompok role playing, dan bentuk-bentuk role playing yang lain adalah

11
12

sosiodrama, permainan, dan dramatisasi (Hasibuan dan Moedjiono dalam Eka

Yuni Erliana 2012).

1) Role Playing; atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu

peristiwa masa lampau dan dapat pula cerita yang kemungkinan terjadi

baik kini maupun mendatang. Pemeran melakukan perannya sesuai

dengan daya khayal tentang pokok yang diperankannya.

2) Sosiodrama; semacam drama sosial, berguna untuk menanamkan

kemampuan menganalisis situasi social tertentu. Cerita yang diangkat dari

kehidupan sosial, misalnya: kenakalan remaja, pengaruh pergaulan bebas,

dan sebagainya.

3) Psikodrama; hampir mirip dengan sosiodrama, tapi psikodrama lebih

menekankan pada pengaruh psikologinya.

2. Pengertian Ceramah

Dengan menggunakan metode ceramah maka baik juga untuk sasaran

yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Penyuluhan dengan metode

ceramah merupakan penyuluhan yang paling sederhana dan paling sering

diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran dan minat sasaran (Mubarak,

2007). Metode ceramah ini juga salah satu metode yang paling ekonomis

untuk menyampaikan informasi, selain itu metode ini juga dapat diikuti

sasaran dalam jumlah yang besar dan mudah dilaksanakan (Djamarah, 2000).

Di samping mempunyai kelebihan, metode ceramah juga mempunyai

kekurangan yaitu pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama
13

(Notoatmodjo, 2007). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan

metode ceramah adalah :

1) Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai

materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih

baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-

alat bantu pengajaran.

2) Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat

menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap

ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan

harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan/dipertengahan, seyogianya

tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

B. Tinjauan tentang CPTS

1. Pengertian Cuci Tangan

Menurut Kemenkes (2007), mencuci tangan adalah proses yang secara

mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan

menggunakan sabun biasa dan air, yang bertujuan mencegah penularan

penyakit infeksi. Sedangkan menurut WHO (2009), mencuci tangan adalah

istilah umum yang mengacu untuk setiap tindakan membersihkan tangan.


14

Cuci tangan adalah suatu hal yang sederhana untuk menghilangkan

kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan mengguyur air

dan dapat dilakukan dengan menambah bahan tertentu seperti dengan

menggunakan sabun, karena dengan mencuci tangan menggunakan sabun

dapat menurunkan diare.

2. CPTS

Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun

untuk menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu

upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali

menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah

dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak

tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk,

gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan

binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan makanan/minuman

yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan

bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya

sedang ditulari. WHO telah mencanangkan setiap tanggal 15 Oktober sebagai

Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun Sedunia, yang diikuti oleh 20 negara di

dunia, salah satu diantaranya adalah Indonesia.

Cuci tangan pakai sabun yang dipraktikkan secara tepat dan benar

merupakan cara termudah dan efektif untuk mencegah terjadinya suatu


15

penyakit seperti diare, tifus, dan bahkan flu burung. Mencuci tangan dengan

menggunakan sabun terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah

penyebaran penyakit-penyakit menular seperti diare, Infeksi Saluran

Pernapasan Atau (ISPA) dan Flu Burung (Depkes, 2010).

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya

pencegahan penyakit. Dengan mencuci tangan dengan air dan sabun dapat

lebih efektif menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan

kulit dan dapat mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit

seperti virus, bakteri dan parasit lainnya pada kedua tangan. Oleh karenanya,

mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun dapat lebih efektif

membersihkan kotoran dan telur cacing yang menempel pada permukaan

kulit, kuku dan jari-jari pada kedua tangan.

3. Waktu yang di anjurkan untuk mencuci tangan

Dalam aktivitas sehari-hari kedua tangan kita selalu terlibat. Tangan

yang kotor akan memudahkan mikrooganisme pathogen masuk ke tubuh kita.

Ada beberapa aktifitas kita yang mengharuskan kita untuk melakukan cuci

tangan setelah maupun sebelum kita melakukan aktifitas tersebut. Dalam

program PHBS waktu yang tepat untuk mencuci tangan adalah (Kemenkes

RI, 2011) :

a. Sebelum dan sesudah makan

b. Sebelum memegang makanan

c. Setelah buang air besar dan juga air kecil


16

d. Setelah menyentuh unggas/hewan, termasuk uanggas/hewan piaraan

e. Setelah bermain/berolahraga

f. Sebelum mengobati luka

g. Sebelum melakukan kegiatanapapun yang memasukkan jari-jari ke dalam

mulut atau mata

h. Setelah membuang ingus dan membuang sampah

i. Setelah memegang uang

j. Setelah memegang sarana umum

k. Sebelum masuk kelas

l. Sebelum masuk kantin

Beberapa waktu tersebut perlu kita biasakan kepada anak sekolah agar

menjadi kebiasaan yang baik setelah mereka dewasa nanti.

4. 7 Langkah Cuci Tanagn

Cuci tangan 7 langkah adalah tata cara mencuci tangan menggunakan

sabun untuk membersihkan jari-jari, telapak dan punggung tangan dari semua

kotoran, kuman serta bakteri jahat penyebab penyakit.

Mencuci tangan proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dari

kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dengan air mengalir.

Membiasakan mencucic tangan sejak dini merupakan langkah awal untuk

mencegah masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit (Kemenkes RI,

2013).
17

Cara cuci tangan 7 langkah menurut Departemen Kesehatan (2013),

yaitu :

1. Basahi kedua telapak tangan memakai air yang mengalir, ambil sabun

kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara bergantian.

2. Gosok punggung tangan yang satu dengan telapak tangan satunya

bergantian.

3. Gosok sela-sela jari dengan tangan saling menyilang.

4. Gosok punggung jari dengan tangan saling mengunci.

5. Putar jempol jari dengan telapak tangan yang berlawanan mengatup

bergantian.

6. Putar ujung-ujung jari pada telapak tangan yang berlawanan bergantian.

7. Pegang pergelangan tangan dengan tangan yang berlawanan dengan

gerakan memutar secara bergantian, kemudian diakhiri dengan membilas

seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan

memakai handuk atau tisu.


18

Gambar. Langkah-langkah Cuci tangan menurut WHO.

5. Dampak tidak mencuci tangan dengan baik

Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara paling

efektif utuk mencegah penyakit akan masuk ke dalam tubuh. Oleh karena itu

penyakit-penyakit yang dapat kita cegah dengan cara mencuci tangan

menggunakan sabun antara lain :

1. Diare

Penyakit diare sering kali diasosiasikan dengan keadaan air,

namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan


19

kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-kuman

penyebab diare berasal dari kotoran ini.

2. ISPA

Ispa adalah adalah penyebab kematian utama anak-anak balita.

Dengan mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi angka infeksi

saluran pernapasan. Dengan menjaga kebersihan mencuci tangan

menggunakan sabun sebelumdan sesudah makan/buang air besar/kecil

dapat mengurangi tingkat infeksi.

3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan kulit

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan ISPA

penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit

kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan.

6. Manfaat CTPS

Dengan mencuci tangan dapat menghilangkan/mengurangi

mikroorganisme yang menempel di tangan. Cuci tangan harus di lakukan

dengan menggunakan air bersih dan sabun. Tangan yang bersih akan

mencegah berbagai penularan penyakit seperti diare, ISPA, Typoid,

Hepatitis dan berbagai penyakit infeksi dan penyakit menular lainnya.

Manfaat utama cuci tangan pakai sabun adalah melindungi diri dari

berbagai penyakit menular. Penyakit-penyakit tersebut antaralain Diare,

Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA), dan kecacingan, infeksi kulit, infeksi
20

mata, dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan lewat tangan yang tidak

bersih.

C. Variabel yang Akan di Teliti

1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pndengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan sseorang (overt

behavior) (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perihal yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, disingkat AIETA yang artinya (Notoatmodjo, 2012):


21

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi.

4. Trial, orang telah memulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang masing-masing memiliki

intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, antara lain (Notoatmodjo, 2012):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari

atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahun ini merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.


22

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, da sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi

di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum,

rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam knteks atau situasi yang

lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu

objek ked ala komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.
23

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

D. Tinjauan Tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003).

Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak atau prodisposisi tindakan

suatu perilaku kesejahteraan serta kesehatan yang optimal dengan melakukan

perawatan kesehatan diri. Menyatakan selain pengetahuan sikap merupakan

domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sikap yang

diharapkan dimiliki anak bukan hanya tahu menyebutkan bagaimana harus

bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu sendiri untuk berperilaku lebih baik.

(Istianingsih 2014).
24

2. Tingkatan Sikap

Menurut Maulana (2012), sikap terdiri atas empat tingkatan, mulai dari

terendah sampai tertinggi, yakni:

a. Menerima (receiving)

Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan

(objek).

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. Terlepas dari benar atau

salah, hal ini berarti individu menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Merupakan sikap yang yang paling tinggi, dengan segala resiko

bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih, meskipun

mendapat tantangan dari keluarga. Pengukuran sikap dapat dilakukan

secara langsung (langsung ditanya) dan tidak langsung.


25

E. Tinjauan Tentang Tindakan

1. Pengertian Tindakan

Tindakan adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung maupun yang dapat diamati pihak luar. Tindakan

merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (ransangan dari

luar), oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organism, kemudian organism tersebut merespoons.

Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan

penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan

atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan.

Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (covert behaviour). Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas

(Notoatmodjo,2007).

Tindakan mempunyai tingkat yaitu :

1. Persepsi (perseption)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan pertama. Misalnya,

seseorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak

balitanya.
26

2. Responsi Terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang besar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya,

seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan

memotong-motongnya, lamanya masak, menutup pancinya dan

sebagainya.

3. Mekanisme (mecanisme)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu yang sudah

mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu

perintah atau ajakan orang lain.

4. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah modifikasikannya tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan

memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang

murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2010).


27

F. Tinjauan Anak Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah menurut definisi WHO yaitu golongan anak yang

berusia antara 7-15 tahun. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 66 Tahun 2010, sekolah dasar adalah salah satu pendidikan

formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan

dasar. Sekolah dasar pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12

tahun (Suharjo, 2006 dalam Linda 2016).

Pada usia sekolah, secara fisik anak mengalami perubahan dalam

proporsi bentuk tubuh. Pertumbuhan fisik anak tidak secepat pada masa-masa

sebelumnya. Anak tumbuh antara 5 - 6 cm setiap tahunnya. Pada masa ini

pertumbuhan anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki. Namun

pada usia 10 tahun ke atas pertumbuhan anak laki-laki akan

menyusul.Perbedaan yang terlihat pada anak laki-laki dan perempuan adalah

anak laki-laki lebih berotot dan anak perempuan lebih lentur (Zainab

Hikmawati, 2016).

2. Perkembangan Kognitif

Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat meraksi

rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menurut

kemampuan intelektual atau kemampuan kognitifnya (membaca, menulis,


28

menghitung). pada masa sekolah dsar daya piker sudah merujuk kepada hal-

hal yang bersifat konkrit dan rasional (Eka Kurnia Astuti, 2014).

3. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Karakteristik anak usia sekolah dasar adalah :

1. Karakteristik fisik/jasmani anak usia sekolah :

1) Pertumbuhan lambat dan teratur

2) Berat badan dan tinggi badan anak wanita lebih besar daripada anak

laki-laki.

3) pada usia yang sama

4) Pertumbuhan tulang

5) Pertumbuhan gigi permanen

6) Nafsu makan besar

7) Timbul haid pada masa ini

2. Karakteristik emosi anak usia sekolah :

1) Suka berteman

2) Rasa ingin tahu

3) Tidak peduli terhadap lawan jenis

3. Karakteristik sosial anak usia sekolah :

1) Suka bermain.

2) Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan wanita bermain

sendiri.
29

4. Karakteristik intelektual anak usia sekolah :

1) Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat

2) Minat besar dalam belajar dan keterampilan

3) Ingin coba-coba dan selalu ingin tahu sesuatu

4) Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat (Linda 2016).

G. Hasil Penelitian sebelumnya

1. Pada penelitian Ery Astuti 2012 dalam penelitiannya tentang Studi

Komparasi Promosi Kesehatan Antara Simulasi Dan Penayangan Video

Terhadap Perilaku personal Hygiene Anak Usia Sekolah Di SD N Kaliduren

Moyudan Sleman Yogyakarta. Metode penelitian ini adalah rancangan

praeksperimen dengan rancangan one group pretest posttest, dengan subyek

penelitian murid kelas III yang ditentukan sebagai kelompok perlakuan.

Responden dalam penelitian ini sebanyak 18 responden disetiap lokasi

sehingga total keseluruhan berjumlah 36 responden. Analisis data

menggunakan Uji mann Whitney. Hasil uji menunjikkan bahwa metode

simulasi lebih efektif dari pada penayangan video dalam meningkatkan

pengetahuan anak, sedangkan, metode penayangan video tidak dapat

meningkatkan pengetahuan anak dengan hasil p= 0,103 > 0,05. Tidak ada

perbedaan bermakna dalam meningkatkan perilaku setelah perlakuan

simulasi dan penayangan video dengan hasil p= 1.000 >0,05.

2. Pada penelitian Warsiti 2016 dalam penelitiannya tentang Gambaran Cuci

Tangan Pakai Sabun (CPTS) Pada Murid MI Muhammadiyah Godog


30

Polokarto Sukoharjo. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi fenomenologi deskriptif. Pemilihan partisipan dengan

metode purposive sampling. Jumlah partisipan adalah 4 orang murid dan 1

orang guru. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode Colaizzi.

Hasil penelitian di dapatkan 3 tema yaitu 1) Langkah CPTS padamurid 2)

Waktu CPTS pada murid 3) Bahaya jika murid tidak melakukanCPTS.

Langkah CPTS pada murid MI Muhammadiyah Godog Polokarto Sukoharjo

adalah (1) membasahi tangan dengan air mengalir (2) Memakai sabun (3)

Menggosok sabun ke telapak tangan dengan punggung tangan (4)

Menggosok sela jari (5) Mmebersihkan kuku (6) Membilas dengan air (7)

mengeringkan dengan handuk. Waktu CPTS selain waktu sebelum makan

yaitu setelah bermain, setelah memancing, setelah memegang ternak, setelah

memegang benda yang kotor, sebelum tidur, setelah makan, setelah BAB

dan BAK, setelah berolahraga dan sesudah membersihkan rumah. Tema

bahaya jika sebelum makan tidak CPTS adalah sakit perut.

3. Pada penelitian Eka Kurnia Astuti 2014 dalam penelitiannya tentang

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audio Visual Terhadap

Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Murid Kelas III-V Di SD

Negeri Wanurojo Kemiri Purworejo. Adapun tujuan dari penelitiannya yaitu

diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual

terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada murid kelas III-V di

SD Negeri Wanurojo Kemiri Purworejo. Metode penelitian yang digunakan


31

dalam desain penelitian ini yaitu menggunakan pre experiment (one group

pretest posttest). Responden dalam penelitian ini berjumlah 45 murid dengan

usia 8-11 tahun. Penelitian ini dilakukan pada 25-28 Februari2014. Dimana

didapatkan hasil dengan media audio visual berpengaruh terhadap perilaku

hidup bersih dan sehat pada murid kelas III-V di SD Negeri Wanurojo

Kemiri Purworejo (P<0,01).

4. Pada penelitian Lhelyana Prihatin 2015 dalam penelitiannya tentang Tingkat

Pengetahuan Murid Tentang Cuci Tangan Pakai Sabun di SMP N 2

Mojolaban Sukoharjo. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat

pengetahuan murid kelas VII tentang cpts di SMP N 2 mojolaban Sukoharjo.

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini

berjumlah 959 murid, tekhnik pengambilan sampel dengan proportionate

stratified random sampling sehingga diperoleh sampel 240 murid.

Instrument penelitian dengan kuisioner tertutup sedangkan teknik analisa

data menggunakan analisis univariate. hasil penelitian terhadap 240 murid

di SMP N 2 Mojolaban Sukoharjo tentang cuci tangan pakai sabun, yang

berpengetahuan baik sebanyak 32 murid (13,3%), berpengetahuan cukup

sebanyak 173 murid (72,1% dan yang berpengetahuan kurang banyak

sebanyak 35 murid (14,6%).


32

H. Karangka Teori

Teori Cognitive Consistency yang dikembangkan oleh Bettinghaus

menyatakan bahwa orang memilih konsisten dalam pengetahuan, sikap, dan

perilaku. Menurut teori ini untuk mengubah perilaku maka pendidikan kesehatan

perlu memberikan informasi dan pengalaman yang menghasilkan pengetahuan

dan sikap yang konsisten dengan perilaku yang diinginkan. Teori menarik bagi

pendidik kesehatan, dengan kemampuan mereka akan mengubah pengetahuan

dan sikap melalui sarana pendidikan. Pengetahuan yang diperoleh akan

mendorong perubahan sikap dan perilaku (Morton, et al. 1995).

Health
Education

Knowledge Attitude Behavior

Gambar 1. Kerangka Teori


Cognitive Consistency Theory (Bettinghaus cit. Morton 1995)

I. Karangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau anatara variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo,

2010).
33

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pre Test

Pengetahuan,
Sikap dan Intervensi Post Test
Tindakan

Simulasi
Peningkatan
Dan

Ceramah
Pengetahuan,
Sikap dan
Tindakan

Gambar 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

= Variabel Bebas (Independent)

= Variabel Terikat (Dependent)

J. Hipotesis Penelitian

1. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan murid kelas

IV sebelum dan sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.
34

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan pengetahuan murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

2. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan pengetahuan murid kelas

IV sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan pengetahuan murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

3. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan sikap murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan sikap murid kelas IV sebelum dan

sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan pakai sabun di

SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

4. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan sikap murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan


35

pakai sabun di SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan sikap murid kelas IV sebelum dan

sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan pakai sabun di

SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

5. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan tindakan murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan tindakan murid kelas IV sebelum

dan sesudah penyuluhan metode simulasi tentang cuci tangan pakai sabun

di SDN 02 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

6. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan peningkatan tindakan murid kelas IV

sebelum dan sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan

pakai sabun di SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun

2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan peningkatan tindakan murid kelas IV sebelum

dan sesudah penyuluhan metode ceramah tentang cuci tangan pakai sabun

di SDN 03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

7. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan pengetahuan responden tentang cuci

tangan pakai sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan


36

kelompok metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan

03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan pengetahuan responden tentang cuci tangan

pakai sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan

kelompok metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan

03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

8. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan sikap responden tentang cuci tangan

pakai sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan

kelompok metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan

03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan sikap responden tentang cuci tangan pakai

sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan kelompok

metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan 03 Kendari

Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

9. Ho : = 0 : Tidak ada perbedaan tindakan responden tentang cuci tangan

pakai sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan

kelompok metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan

03 Kendari Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

Ha : 0 : Ada perbedaan tindakan responden tentang cuci tangan pakai

sabun antara kelompok metode simulasi (eksperimen) dengan kelompok

metode ceramah (kontrol) sesudah penyuluhan di SDN 02 dan 03 Kendari

Barat Kecamatan Kendari Barat Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai