Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Stroke merupakan penyakit ketiga yang menyebabkan kematian dibeberapa


negara berkembang setelah jantung dan kanker. Setiap tahunnya sekitar 4,5 juta orang
meninggal karena stroke. Stroke sebagai salah satu penyebab kematian dan kecacatan
neurologi yang utama di Indonesia. Serangan otak ini merupakan kegawatdaruratan
medis yang harus ditangani secara cepat, tepat, dan cermat.1,2
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik
dalam hal kematian, kejadian dan kecacatan. Insidens stroke 51,6/100.000 penduduk
dan kecacatan 1,6% tidak berubah dan 4,3% semakin memberat.3 Angka kematian
berdasarkan umur sebesar 15,9% (usia 45-55 tahun), 26,8% (usia 55-64 tahun), dan
23,5% (usia >65 tahun).4 Stroke dapat terjadi pada semua umur tapi sebagian dialami
oleh orang yang berusia lebih dari 70 tahun.5
Otak mengontrol fungsi tubuh kita, bagaimana kita berpikir, melihat, berbicara,
dan bergerak. Sinyal-sinyal ke dan dari otak ditransmisikan melalui medulla spinalis
ke seluruh tubuh. Sisi kanan otak mengendalikan sisi kiri tubuh, dan sisi kiri otak
mengendalikan sisi kanan tubuh.6
Suplai darah ke otak berasal dari arteri karotis dan arteri vertebralis yang berasal
dari medulla spinalis. Ketika area otak kehilangan atau terhenti suplai darahnya,
bagian tubuh yang dikendalikan juga berhenti bekerja, hal inilah yang menjadi
penyebab stroke.6 Penyebab stroke didominasi oleh plak arteriosklerotik yang terjadi
pada satu atau lebih arteri yang memberi nutrisi dan makanan ke otak. Plak biasanya
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah dan menghasilkan bekuan untuk
membentuk dan menghambat arteri sehingga menyebabkan hilangnya fungsi otak
secara akut pada area yang terlokalisasi.7
Adapun seiring dengan berjalannya waktu pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien yang diduga stroke dan juga untuk membedakan jenis stroke
tersebut digunakan Computed Tomography (CT). Dalam investigasi serangan stroke

1
iskemik dan transien (TIA), pencitraan digunakan untuk membedakan lesi vaskular
dari nonvaskular, seperti tumor atau infeksi, stroke iskemik atau hemoragik, dan
membedakan stroke sirkulasi anterior dan posterior untuk menentukan apakah
stenosis karotis menimbulkan gejala atau tidak.
Pencitraan masa depan dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat jaringan
yang dapat diselamatkan pada stroke akut sebelum pengobatan. Pencitraan harus
digunakan untuk mengarahkan manajemen stroke. Investigasi harus diatur untuk
menyelesaikan masalah secara spesifik. Ini mungkin termasuk pencitraan untuk
mengklarifikasi dan mengetahui prognosis.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui anatomi otak dan
cerebrovaskular, definisi, etiologi, faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, serta peran radiologi diagnostik dan radiologi intervensi
pada stroke iskemik.

Anda mungkin juga menyukai