Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN TABLET PARASETAMOL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Solida

KELOMPOK 5 :
KELAS D :
1. Nesia Mustika Sari (201210410311220)
2. Cikita Putri T.A (201310410311081)
3. Azaria Rusydianasari (201310410311096)
4. Fitria Linda Lestari (201310410311157)
5. Raramiyati Fitratunnisah (201301410311166)
6. Chusnul Rodliana Dwitasari (201310410311176)
7. Rizki Ilhamsyah (201310410311192)
8. Diah Indah Kumalasari (201310410311205)
9. Alisha Azizah (201310410311229)
10. Eka Mahandika (201310410311270)

DOSEN PEMBIMBING :
Raditya Weka Nugraheni, S.Farm.,Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
APRIL, 2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
penulisan laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas praktikum Farmasetika
Sediaan Solida.
Dalam penyelesaian laporan ini ada beberapa kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, akhirnya
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Hal itu karena bantuan dari semua
pihak dalam pencarian data dan informasi, baik secara langsung maupun tidak
langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan laporan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Malang, 17 Aprili 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang.................................................................................................iii
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................iii
1.3. Tujuan...............................................................................................................iii
BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................................iii
2.1. Parasetamol.......................................................................................................iii
2.2. Uraian Tablet.....................................................................................................iii
BAB III METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM.....................................................iii
3.1. Rancangan Formulasi........................................................................................iii
3.2. Diagram Alir Proses Produksi...........................................................................iii
3.3. Pelaksanaan.......................................................................................................iii
BAB IV DATA HASIL PRAKTIKUM.............................................................................iii
4.1. Evaluasi Granul.................................................................................................iii
4.2. Evaluasi tablet...................................................................................................iii
BAB V PEMBAHASAN..................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii
LAMPIRAN.....................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL

iii
Tabel 1 Rancangan Formulasi...........................................................................................iv
Tabel 2 Penimbangan Bahan.............................................................................................iv
Tabel 3 Pengeringan..........................................................................................................iv
Tabel 4 Distribusi Ukuran.................................................................................................iv
Tabel 5 Distribusi Ukuran.................................................................................................iv
Tabel 6 BJ Nyata...............................................................................................................iv
Tabel 7 BJ Mampat...........................................................................................................iv
Tabel 8 Kecepatan Alir......................................................................................................iv
Tabel 9 Sudut Istirahat......................................................................................................iv
Tabel 10 Keseragaman Bobot Tablet.................................................................................iv
Tabel 11 Kerapuhan Ukuran Tablet...................................................................................iv
Tabel 12 Waktu Hancur Tablet..........................................................................................iv
Tabel 13 Kekerasan Tablet................................................................................................iv
Tabel 14 Kerapuhan Tablet................................................................................................iv

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya
dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Berdasarkan
metode pembuatan, tablet dapat digolongkan menjadi cetak langsung, granulasi
basah, dan granulasi kering. Tablet-tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk,
berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung
pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya. Tablet biasanya digunakan
pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat
dengan penambahan zat warna, zat pemberi, rasa dan lapisan-lapisan dalam
berbagai jenis. Tablet lain yang penggunaannya dengan cara sublingual, bukal
atau melalui vagina, tidak boleh mengandung bahan tambahan seperti pada tablet
yang digunakan secara oral. Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan
lebih kompak, dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih
praktis disbanding sediaan yang lain.
Parasetamol dipilih sebagai bahan aktif dalam penelitian karena dosis
pembuatan tablet yang besar. Selain itu paracetamol juga mempunyai
kompresibilitas yang kurang baik, dan sifat alir yang buruk sehingga perlu
diperbaiki dengan pembuatan granul. Tablet parasetamol mengandung
parasetamol, C8H9NO2, tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari
jumlah yang tertera di etiket.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan pelican,
atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet
harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam keadaan relatif
konstan pada jangka waktu tertentu.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian metode granulasi basah dan mengapa digunakan metode
tersebut?
2. Bagaimana studi praformulasi pada praktikum ini?
3. Bagaimana proses produksinya?
4. Bagaimana cara pengujian mutu produk setelah tablet jadi?

1.3. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat memahami cara
merancang formula, proses manufaktur, pengujian selama proses, pengujian mutu
produk jadi, cara mengatasi masalah yang timbul selama proses manufaktur serta
pengemasan sediaan bentuk padat. Terutama pembuatan tablet paracetamol
dengan metode granulasi basah.
2

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Parasetamol
2.1.1. Tinjauan Umum
Rumus bangun :

Rumus molekul : C8H9NO2


Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2],n-acetil-4-aminofenol
Berat molekul : 151,16
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1
N; mudah larutan dalam etanol. (Ditjen POM, 1995)
2.1.2. Farmakologi
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia
lebih dikenal dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat
bebas (Wilmana, 1995).
Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik
secara sentral maupun secara perifer. Secara sentral diduga
Paracetamol bekerja pada hipotalamus sedangkan secara perifer,
menghambat pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi,
mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik
atau kimiawi. Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada
keadaan demam, diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga
suhu badan lebih tinggi (Zubaidi, 1980).
Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 3 jam, dan tidak
menyebabkan perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa
seperti asam asetilsalisilat, tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik
sedang sampai berat. (Andrianto.P., 1985).

2.2. Uraian Tablet


2.2.1. Pengertian Tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang
biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika
yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat,
kekerasan, ketebalan, daya hancur, dan dalam aspek lainnya
tergantung pada cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya.
3

Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat secara oral atau


melalui mulut (Ansel, 1989).
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi
dan juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya.
Beberapa keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak,
dosisnya tepat, mudah pengemasannya dan penggunaannya lebih
praktis dibanding sediaan yang lain (Lachman dkk., 1994).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan
merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetakan baja (Ditjen POM, 1995).
Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya
dengan penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan
menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,
kubus, batang, atau cakram, serta bentuk seperti telur atau peluru.
Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm, sedangkan bobot tablet
0,1-1 g (Voigt, 1995).
2.2.2. Metode Pembuatan Tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan
granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran
campuran dan atau kemampuan kempa (Ditjen POM, 1995).
Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya mempunyai
daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang
cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman
bentuk granulat menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt,
1995).
a. Granulasi Basah
Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada
suatu serbuk atau campuran serbuk alam suatu wadah yang
dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul
(Chorles J.P Siregar, 2008). Dalam proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu
dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan
pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 40-50C. Proses pengeringan diperlukan
oleh seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut
yang dipakai pada pembentukan gumpalan gumpalan dan untuk
mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk
memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan
ditambahkan bahan pelicin dan dicetak dengan mesin tablet
4

(Anief, 1994).Granulasi basah dibagi menjadi dua yaitu


granulasi basah aqua dan granulasi basah non-aqua.
b. Granulasi Kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging, yaitu
memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa
campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya
dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk
zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban.
Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis,
tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat
melalui gaya.
Setelah penimbangan dan pencampuran bahan, serbuk di
slugged atau dikompresi menjadi tablet yang lebar dan datar
dengan garis tengah sekitar 1 inci. Kempaan harus cukup keras
agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan serbuk yang
berceceran. Tablet kempaan ini dipecahkan dengan tangan atau
alat dan diayak dengan lubang yang diinginkan, pelicin
ditambahkan dan tablet dikempa (Ansel, 1989).
c. Kompresi Langsung
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan
mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering
tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan
metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya,
namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang kecil
dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode
kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, dan mampu
menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa tablet.
Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif
dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang
baik kemudian dicetak.
2.2.3. Komposisi Tablet
Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi,
pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin
memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis
(Lachman, dkk, 1994).
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi,
bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin.
Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent),
bahan pewarna (coloring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel,
1989).
5

a. Pengisi
Digunakan agar tablet memiliki ukuran dan massa yang
dibutuhkan. Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologis,
selain itu juga dapat dicernakan dengan baik (Voigt, 1995).
Bahan-bahan pengisi yaitu : laktosa, sukrosa, manitol, sorbitol,
amilum, bolus alba, kalsium sulfat, natrium sulfat, natrium
klorida, magnesium karbonat (Soekemi, dkk, 1987). Pada
praktikum ini pengisi yang dipakai yaitu laktosa.
b. Pengikat
Untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga
untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam
butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan
yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat,
cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk, 1987).
Digunakan PVP K-30 yang sudah dilarutkan dalam aqua
sebagai pengikatnya.

c. Disintegran
Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak
dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi
(Lachman, dkk, 1994). Bahan yang digunakan sebagai
pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan
clays (Soekemi, dkk, 1987). Disintegran yang digunakan yaitu
Primojel O.
d. Lubrikan
Lubrikan adalah bahan yang berfungsi untuk mengurangi
friksi antara permukaan dinding/tepi tablet dengan dinding die
selama kompresi dan ejeksi. Lubrikan ditambahkan pada
pencampuran akhir/final mixing, sebelum proses pengempaan.
Lubrikan dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya
dalam air yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam air.
Pertimbangan pemilihan lubrikan tergantung pada cara
pemakaian, tipe tablet, sifat disintegrasi dan disolusi yang
dinginkan, sifat fisika-kimia serbuk/granul dan biaya. Lubrikan
yang dipakai Mg-stearat.
e. Glidants
Glidants ditambahkan dalam formulasi untuk menaikkan/
meningkatkan fluiditas massa yang akan dikempa, sehingga
massa tersebut dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
Amilum adalah glidan yang paling populer karena disamping
dapat berfunsi sebagai glidan juga sebagai disintegran dengan
konsentrasi sampai 10%. Namun pada pembuatan tablet ini
digunakan talk. Talk lebih baik sebagai glidan dibandingkan
6

amilum, tetapi dapat menurunkan disintegrasi dan disolusi


tablet.

BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Rancangan Formulasi


No. Nama Bahan Fungsi %Rentang % Yang Jumlah Jumlah
7

Tiap
400
Pemakaian Dibuat Tablet
Tablet (g)
(mg)
1. Parasetamol Bahan aktif 250 100
2. Laktosa Pengisi 200 80
3. PVP K-30 Pengikat 2-5% 5% 25 10
4. Primojel O Disintegran 2-8% 2% 10 4
5. Mg-stearat Lubrikan 0.25-5% 1% 5 2
6. Talk Glidants 1-10% 2% 10 4
7. Aqua Pembasah 10% 18
Tabel 1 Rancangan Formulasi

3.2. Diagram Alir Proses Produksi

Paracetamol
Laktosa Primojel O
Ph 101

Campur lalu + (iar.pvp + zat warna)


Keadaan basah

Diayak dengan ayakan mesh 12

Tentukan granul
oooo

Dikeringkan dioven dengan suhu 50 OC selama 8 jam

Diayak dengan ayakan mesh 14


Terbnentuk granul
oooo

+Avicel +Mg Stearat + Talkum

tabletasi
Pada fase eksternal ada penggantian disintegran yaitu Primojel O diganti avicel
5%
Bobot fase internal Teori = 192 g
Praktis = 173,24 g
8

3.3. Pelaksanaan
3.3.1. Penimbangan

No. NAMA BAHAN JUMLAH T.T. T.T.


1. PVP 4 gram
2. Lactosa 80 gram
3. Paracetamol 100 gram
4. Aquadest 18 ml
5. Primojel O 2 gram
6. Talkum 3,61 gram
7. Mg-stearat 1.80 gram
8. Avicel 5% 9.02 gram
Tabel 2 Penimbangan Bahan

3.3.2. Percampuran Kering


Alat : Mortir, pengaduk kayu, pengaduk plastik
Bahan : Paracetamol, Lactosa, Primojel O
Lama Pencampuran : 10 menit
Prosedur : - ditimbang bahan bahan diatas sesuai yang
ditentukan
- disiapkan mortir besar beserta stamper
- masukkan paracetamol yang sudah
ditimbang tambahkan laktosa (aduk ad
homogen)
- tambahkan primagel 0 yang sudah
ditimbang adukj ad homogen
- selanjutnya disebut campuran I

3.3.3. Granulasi
3.3.3.1. Pembuatan Larutan Pengikat
- Ditimbang PVP k-30 sebanyak 10 g
- Diukur aqua sebanyak 10 % dari masa granul yang dibuat
(18 ml)
- Larutkan PVPK-30 dalam beaker glass (aduk ad homogen)
- Tambahkan sedikit pewarna jika dikehendaki pewarnaan
pada pembuatan tablet
- Diaduk ad homogen
3.3.3.2. Pembuatan Masa Granul
Alat : Mortir, stamper,
9

Lama Granulasi : 30 menit


Prosedur : - Siapkan alat-alat yang digunakan
- Setelah campuran I homogen, dibuat
larutan pengikatnya
- Setelah semua bahan tersedia,
tambahkan larutan pengikat ke dalam
mortir yang berisi campuran I sedikit
demi sedikit
- Setiap selesai penambahan larutan
pengikat, campuran diaduk dengan
stamper untuk melihat apakah
campuran sudah terbasahi secara
merata
- Pada saat pengadukan, stamper jangan
terlalu ditekan untuk menghindari masa
granul tertempel di mortir atau di
stamper
- Setelah campuran terbasahi secara
merata dan dirasa masa granul telah
terbentuk, kemudian dilakukan
pengayakan.
Pengayakan Masa Granul
Alat : Loyang, kertas perkamen, ayakan
mesh No. 12
Diameter Pengayak : Mesh 12
Prosedur : - Bersihkan pengayak
- Ayak dengan menggunakan mesh 12
- Tampung hasil di dalam wadah
loyang
- Kemudian masukkan hasil kedalam
oven untuk proses pengeringan
3.3.4. Pengeringan
Alat : Oven
Suhu : 50 oC
Lama Pengeringan : 8 jam

Awal Akhir
proses proses
TT
Pengering pengering
an an
Selasa, 10 Rabu, 11 1.
Maret Maret 2.
2015 2015 3.
(15.00 (11.00
10

WIB) WIB)
Tabel 3 Pengeringan

3.3.5. Pengayakan Granul Kering


Alat : ayakan dengan mesh 14-16
Diameter Pengayak : 14
3.3.6. Pencampuran Fase Eksternal
Alat : Toples, kuas, kertas perkamen, plastik
Lama Pencampuran : 11 menit
3.3.7. Pencetakan Tablet
Alat : single punc machine
Kecepatan Tabletasi : jumlah : 256 tablet 2 menit 35 detik (0,61
detik / tab)
Diameter Tablet : 1.30 mm
Bobot Tablet : 650 mg
Rentang Bobot ( 5%) : 2,54 %
Kekerasan (> 4 KG) : 2,2 kg

BAB IV
DATA HASIL PRAKTIKUM

4.1. Evaluasi Granul


4.1.1. Distribusi Ukuran Granul/FINES
Hasil Pengamatan (Sampel 50.20g)

Pengayak Bobot
11

Diameter Bobot
Bobot pengayak + granul
No mesh lubang granul
(g) (g)
(m) (g)
40 305.87 336.65 30.78
60 284.40 297.53 8.13
80 284.60 288.65 3.45
100 338.66 341.63 2.97
120 342.38 342.82 0.44
Penampung 257.64 262.07 4.43
Jumlah 50.20
Tabel 4 Distribusi Ukuran

4.1.1.1. Tabel Distribusi Ukuran

Bobot granul
Ukuran Granul
(m) g % %akumulasi <

30.78 61.31%
>425 61.31%
8.13 77.51%
425-250 16.20
3.45 84.38%
250-180 6.87
2.97 90.30%
180-150 5.92
0.44 91.18%
150-125 0.88
100.00%
<125 4.33 8.82

Jumlah 50.20 100 %


Tabel 5 Distribusi Ukuran

4.1.1.2. Kurva Histogram Frekuensi/Frekuensi Ukuran


12

4.1.1.3. Kurva Histogram Kumulatif

4.1.2. Bobot Jenis

Berat gelas ukur kosong 132,69 g , gelas ukur + granul = 171,16 g

Hasil Pengamatan
No Rep 1 W (g) V (ml) B(g/ml)
1 38,53 100 0,3853
2
3
Rata-rata
Tabel 6 BJ Nyata
13

Hasil Pengamatan
Interval Volume (ml)
pengetukan 1 2 3
100 92
200 90
300 90
400 88
500 87
600 87
700 86
800 86
900 86
1000
(g/ml) 0.4480
Tabel 7 BJ Mampat

rata rata = .. g / ml
Porositas =
Kompresibilitas = 16.2730 %
4.1.3. Kandungan Lengas (Mc) = 0.3 %
4.1.4. Kecepatan Alir dan Sudut Istirahat
Hasil Pengamatan

Sebelum penambahan lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan


No W t Kec. alir W t Kec. alir
(g) (detik) (g/detik) (g) (detik) (g/detik)
1 50.10 3.37 14.87 50.00 3.58 13.97
2 50.10 3.56 14.07 50.00 5.13 9.75
3 50.10 3.38 14.82 50.00 3.41 14.66
Rata-rata 14.59 Rata-rata 12.79
Tabel 8 Kecepatan Alir

Hasil Pengamatan
No h (cm) r (cm) (o)
1 3.5 6 30.26
2 3.5 6 30.26
3 3 6 26.56
Rata-rata 29.03
Tabel 9 Sudut Istirahat

4.1.5. Kompaktibilitas
1 tom = 5.5
=5
=5
2 ton =8
14

= 7.5
=8

4.2. Evaluasi tablet


4.2.1. Pengujian Mutu Produk Jadi
1. Keseragaman bobot tablet
Alat : Timbangan gram balance
Prosedur : - Diambil tablet yang telah dicetak sebanyak 20
tablet
- Ditimbang satu per satu
- Catat dan hiting bobot rata-rata tablet
Bobot tablet yang direncanakan : 0,52 gram
Rentang bobot :-

No. Bobot Tablet (g) No. Bobot Tablet (g)


1. 0,67 11. 0,62
2. 0,62 12. 0,68
3. 0,63 13. 0,63
4. 0,62 14. 0,64
5. 0,69 15. 0,67
6. 0,70 16. 0,69
7. 0,66 17. 0,61
8. 0,68 18. 0,62
9. 0,63 19. 0,65
10. 0,63 20. 0,64
Tabel 10 Keseragaman Bobot Tablet

Bobot tablet rata-rata : 0,65 gram


Kesimpulan : beberapa tablet memenuhi persyaratan
2. Keseragaman ukuran tablet
Alat : Jangka sorong
Prosedur : - Ambil tablet yang sudah diuji keseragaman
bobotnya
- Letakkan sebuah tablet diantara penjepit yang
terdapat pada jangka sorong, lalu tablet
dinyatakan telah ketat setelah timbul bunyi

No. Diameter (mm) Tebal (mm) D/T


1 1,30 0,435 2,99
2 1,30 0,435 2,99
3 1,30 0,410 3,17
4 1,30 0,430 3,02
5 1,30 0,420 3,10
Tabel 11 Kerapuhan Ukuran Tablet

Rata-rata : D=1,30 T=0,426


15

Persyaratan : kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak boleh


lebih dari 3
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet (FI III
hal 7)
Kesimpulan : Tablet memenuhi persyaratan
3. Waktu hancur tablet
Alat : Disintegrated tester
Prosedur : - Diatur suhunya 37 derajat celcius
- Tabung diisi dengan aquadest 1 liter
- 5 tablet dimasukkan ke dalam lubang keranjang,
masing-masing 1 tablet
- Setiap tablet ditutup dengan pemberat dalam
posisi V
- Keranjang dipasangkan pada disintegran tester
- Tekan tombol start, nyalahkan stopwatch
- Ditunggu hingga tablet larut seluruhnya
- Ditekan stop dan matikan stopwatch

No. Waktu Hancur (detik)


1. 39,40
2.
3.
Tabel 12 Waktu Hancur Tablet

Rata-rata : 39,40
Persyaratan : kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan
untuk
menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15
menit untuk tablet tidak bersalut. (FI III hal 7)
Kesimpulan : Waktu hancur untuk 5 tablet memenuhi
persyaratan
4. Kekerasan tablet
Alat : Hardness tester
Prosedur : - Diambil 3 tablet dari rotary mesin dan 3 tablet
dari cetak
manual
- Masing-masing tablet dimasukkan ke dalam alat,
kemudian 0 kan skalanya
- Kemudian tekan dengan memutar alat sampai
tablet pecah/retak

Kekerasan (kg) Cetak Kekerasan (kg) Cetak


No. No.
otomatis manual
1. 5 1. 10
2. 4 2. 10
16

3. 7 3. 10
Tabel 13 Kekerasan Tablet

Rata-rata : 5,3kg (otomatis); 10kg (manual)


Persyaratan : 4-8 Kg (Pharmaceutical Dosage Form Tablet vol 2
page 244)
Kesimpulan : untuk tablet cetak otomatis memenuhi persyaratan
sedangkan
tablet cetak manual tidak memenuhi.
5. Kerapuhan tablet
Alat : Friability tester
Prosedur : - Diambil 10 tablet kemudian ditimbang
seluruhnya
- Dimasukkan tablet ke dalam alat, kemudian
diatur 100x putaran dengan 25 rpm dalam waktu
4 menit, tekan tombol start
- Ditunggu hingga alatnya berbunyi dan berhenti
- Ditimbang 10 tablet seluruhnya lagi

No. Bobot Awal (g) Bobot Akhir (g) Kerapuhan (%)


1. 5,21 5,16 0,96
2.
3.
Tabel 14 Kerapuhan Tablet
Rata-rata : 0,96%
Persyaratan : <1% (USP 32 page 1216)
Kesimpulan : memenuhi persyaratan kerapuhan tablet
17

BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kami membuat tablet Paracetamol dengan


menggunakan metode granulasi basah dan kemudian dilakukan evaluasi tablet
yang telah dicetak. Tujuan akhir pada praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
membuat sediaan tablet acetaminophen/paracetamol dengan kualitas tablet yang
cukup baik. Tablet yang dibuat berisi zat aktif 250 mg/400 tablet yang
diindikasikan sebagai analgetikum dan antipiretikum.
Parasetamol memiliki sifat kompresibilitas dan fluida yang kurang baik,
sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu pengempaan. Untuk obat dengan sifat
kompatibilitas yang kurang baik dalam dosis besar paling tepat jika digunakan
metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah tidak memerlukan
banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu sifat
paracetamol yang tahan lama terhadap suhu dan kelembapan selama proses
granulasi.
Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi massa atau campuran
zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat
kebasahan tertentu pula. Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat
aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap
lembab dan panas.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan,
suspensi yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran
serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran
serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki
peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara
partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang
ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling
penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan
pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka
massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan tujuannya agar terbentuk massa
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih
cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada
alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Pada
praktikum kali ini, kita menggunakan ayakan 10-12 mesh dan setelah granul
mengalami pengeringan atau setelah dikeluarkan dari oven terlebih dahulu granul
ditimbang dan setelah itu diayak kembali dengan ayakan 18-20 mesh.
18

Tahapan dari granulasi basah ini yaitu, campur kering, granulasi dengan
penambahan larutan pengikat, pengeringan, pengayakan, campur massa,
pencetakan.Keuntungan dari metode granulasi basah adalah memperoleh aliran
yang baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman
kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi dan kerugian dari metode
granulasi basah, yaitu: banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi,
biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dapat menggunakan pelarut non
air.
Prosedur dalam pembuatan tablet granulasi basah ini diagi menjadi dua tahap,
diawali dengan pembuatan fasa dalam yang berisikan pula zat aktif selanjutnya
dicampurkan fasa dalam dengan fasa luar. Setelah dilakukan pencampuran, serbuk
digranulasi, di cetak dan di evaluasi baik hasil cetaknya maupun granulnya.
Pada pembuatan tablet Paracetamol kali ini, kami menggunakan beberapa
bahan pendukung yaitu pengisi, pengikat, disintegrants, lubricantmdan pewarna.
Kegunaan masing masing dari tiap bahan pendukung yaitu yang pertama pada
pengisi atau diluent adalah zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang
ditujukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya
tablet yang mengandung zat aktif dengan dosis kecil memerlukan zat pengisi yang
banyak. Jika dosis besar maka pengisi sedikit atau tidak sama sekali.
Kedua yaitu, pengikat atau binders dan adhesive ditambahkan ke dalam
formulasi tablet untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk mealui pengikatan yang
diperlukan dalam pembentukan granul yang pada pengempaan membentuk masa
kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet. Lokasi pengikat di dalam granul
dapat mempengaruhi sifat granul sifat granul yang dihasilkan.
Ketiga yaitu, Disintegrants atau penghancur adalah untuk memfasilitasi
kehancuran tablet sesaat setelah ditelan pasien dan dapat membantu hancurnya
tablet didalam tubuh saat pemakaiannya. Penambahan bahan penghancur yang
baik yaitu dengan eksternal dan internal dimana eksternal membantu pecahnya
bagian luar tablet sedangkan internal untuk membantu pecahnya granul dari tablet
Paracetamol.
Keempat yaitu, lubricant atau pelincir yang dimana fungsi utama dari pelincir
tablet adalah untuk mengurangi friksi yang meningkat pada antar muka tablet dan
dinding cetakan logam selama pengempaan dan penolakan atau pengeluaran tablet
dari cetakan. Pelincir dapat pula menujukkan sifat sebagai anti lengket (anti
adherant) atau pelicin (glidan). Stickland mendiskripsikan bahwa pelincir
mrnurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan kempa selama proses
pengempaan dan penolakan tablet dari lumpang, antiadheran mencegah terjadinya
pelengketan pada alat cetak dan selanjutnya ada pada dinding cetakan dan pelincir
juga meningkatkan karakteristik aliran dari granul. Kelima yaitu, Pewarna untuk
19

memberi tanda pada obat tersebut dan untuk melihat apakah serbuk yang
dicampurkan sudah tercampur sempurna atau belum.
Setelah kami mencampurkan semua serbuk lalu kami menguji serbuk kami
dengan melakukan uji keseragaman bobot tablet, keseragaman ukuran tablet,
waktu hancur tablet, kekerasan tablet dan uji kerapuhan tablet. Yang pertama pada
uji keseragaman bobot, kita Timbang 20 tablet yang diambil secara acak satu per
satu, lalu dihitung berat rata-rata tablet, Setelah itu dibandingkan berat tiap tablet
dengan berat rata-rata. Tablet memenuhi syarat USP bila tidak lebih dari 2 tablet
yang beratnya di luar batasan persentase, serta tidak satu pun tablet yang beratnya
lebih dari 2 kali batasan persentase yang diizinkan. Toleransi penyimpangan berat
untuk tablet yang tidak disalut berbeda-beda, tergantung pada berat rata-rata
tablet. Jika berat rata-rata tablet (mg) kurang dari 130 maka, perbedaan presentase
maximal yang diperkenankan 10, jika berat rata-rata tablet (mg) 130-324 maka,
perbedaan presentase maximal yang diperkenankan 7,5, dan jika berat rata-rata
tablet (mg) lebih dari 324 maka, perbedaan presentase maximal yang
diperkenankan 5. Pada uji keseragaman bobot alat yang digunakan adalah
timbangan analitik miligram.
Kedua pada uji keseragaman ukuran tablet, pada uji ini kita menggunakan alat
dengan jangka sorong. Terlebih dahulu siapakan 5 tablet untuk tablet yang dicetak
dengan manual dan 5 tablet yang dicetak menggunakan cetak langsung dan
letakkan sebuah tablet di antara penjepit yang terdapat pada jangka sorong, lalu
tablet dinyatakan telah ketat setlah timbul bunyi. Persyaratan pada uji
keseragaman ukuran tablet adalah diameter tablet tidak lebih dari 3x dan tidak
kurang 1 1/3 tebal tablet. Dari hasil yang kami peroleh dari uji keseragaman
ukuran tablet untuk tablet paracetamol yang menggunakan alat cetak manual
adalah rata-rata diameter tablet 1,30 cm, tinggi 0,307 dan D/T 4,23 dan Dari hasil
yang kami peroleh dari uji keseragaman ukuran tablet untuk tablet paracetamol
yang menggunakan alat cetak langsung adalah rata-rata diameter tablet 1,30 cm,
tinggi 0,426 dan D/T 3,50 dan kami dapat menyimpulkan bahwa uji keseragaman
ukuran tablet pada kelompok kami tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan
pada persyaratan atau teori yang telah dicantumkan.
Ketiga pada uji waktu hancur tablet, pada uji ini kita menggunakan alat
dengan disintegrated tester. Terlebih dahulu memasukkan 5 tablet pada masing-
masing tabung dari keranjang. Memasukkan cakram pada setiap tabung dan
menjalankan alat. Digunakan air bersuhu 37 2C sebagai media dengan volume
900 mL (kecuali dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing
monografi). Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi,
keranjang diangkat dari media dan tabletnya diobservasi, semua tablet harus sudah
terdisintegrasi sempurna, jika 1 atau 2 tablet tidak terdisintegrasi secara sempurna,
pengujian diulangi dengan menggunakan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 tablet
dari 18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi sempurna. Persyaratan pada uji
waktu hancur tablet adalah untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit
20

dan untuk tablet bersalut tidak lebih dari 30 menit (FI III hal 7). Pada hasil uji
waktu hancur tablet pada kelompok kami adalah 39,40 detik dan kami dapat
menyimpulkan bahwa uji waktu hancur tablet pada kelompok kami telah
memenuhi persyaratan waktu hancur.
Keempat pada uji kekerasan tablet, pada uji ini kita menggunakan alat dengan
hardnes tester. Terlebih dahulu sediakan 3 tablet paracetamol yang telah dicetak
menggunakan alat mesin single punch dan sediakan 3 tablet paracetamol yang
telah dicetak menggunakan alat mesin cetak langsung. Setelah itu, letakkan 1
tablet di antara penjepit, lalu jepit tablet dengan cara menjepit alat tersebut sampai
tablet pecah atau retak, lalu catat nilai yang ditunjukkan oleh skala. Hasil yang
telah diperoleh oleh kelompok kami pada uji kekerasan tablet pada tablet
paracetamol yang telah menggunakan mesin single punch adalah pada tablet
pertama 5 kg, tablet kedua 4 kg dan tablet ketiga 7 kg. Untuk hasil yang telah
diperoleh oleh kelompok kami pada uji kekerasan tablet pada tablet paracetamol
yang telah menggunakan alat cetak langsung adalah tablet adalah pada tablet
pertama 10 kg, tablet kedua 10 kg dan tablet ketiga 10 kg. Persyaratan pada uji
kekerasan tablet adalah 4-8 mg/cm2 (Pharmaceutical Dosage Form Tablet, Vol. 2,
p. 244). Dan kami dapat menyimpulkan bahwa tablet yang dihasilkan dengan
mesin single punch tidak memenuhi persyaratan rentang sedangkan tablet yang
dicetak dengan mesin otomatis memenuhi pesyaratan rentang.
Kelima pada uji kerapuhan tablet, pada uji ini kita menggunakan alat dengan
Rhoche friabilitor. Sebelum digunakan, dicek terlebih dahulu apakah bagian
wadah tablet sudah bersih atau belum, hubungkan alat dengan arus listrik, ambil
10 tablet dibersihkan satu per satu dengan bantuan kuas, kemudian ditimbang
semua tablet dan hasil penimbangan (W1) dicatat, lalu putar sekrup pada bagian
wadah tablet ke arah kiri dan lepaskan wadah tablet, buka tutup wadah dan
masukkan 10 tablet yang telah ditimbang, kemudian tutup wadah, lalu pasang
wadah tablet ke arah pemutar, pasang sekrup kemudian putar ke arah kanan
hingga kencang, putar penunjuk kecepatan ke arah kanan sampai skala penunjuk
menunjukkan skala 4 (alat sudah disetting untuk berputar dengan kecepatan 25
rpm, sehingga untuk menghasilkan total putaran 100 rpm maka alat diputar
selama 4 menit), tunggu sampai alat berhenti berputar, putar sekrup ke arah kiri
dan lepaskan wadah dan alat pemutar, buka tutup wadah tablet kemudian
keluarkan tablet dari wadah dan bersihkan tablet dari serpihan dengan bantuan
kuas, timbang 10 tablet tersebut dan catat hasil penimbangan (W2), rumus

kerapuhan tablet = . 100 %, lalu bersihkan wadah dari serpihan tablet


dengan bantuan kuas dan kemudian pasang tutup wadah, pasang kembali wadah
pada alat pemutar, pasang sekrup dan putar ke kanan hingga kencang, setelah
selesai maka putuskan alat dari arus listrik. Persyaratan pada uji kerapuhan tablet
adalah menurut lochman = o,8% dan menurut Roche = 1% dan kerapuhan tablet
harus < 1% (USP 32 p.1216). Untuk hasil yang telah diperoleh oleh kelompok
21

kami pada uji kerapuhan tablet adalah pada bobot awal (g) hasil yang diperoleh
5,21 g, pada bobot akhir (g) hasil yang diperoleh 5,16 g dan dan pada rata-rata
kerapuhan (%) hasil yang diperoleh 0,96 %. Dan kami dapat menyimpulkan
bahwa uji kerapuhan tablet jika dibandingkan dengan persyaratan, maka tablet
pada formula ini memenuhi persyaratan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.


Jakarta: UI Press. Halaman 96
Cartensen, J.T. (1977). Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms.
New York: John Wiley and Sons. A Wiley Interscience Publication. Pages 133-
135, 209-214, 216-218 and 342
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 6-7
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Halaman 5-6, dan 649
Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek
Farmasi Industri. Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press. Halaman 651-654, 657-660,
690 dan 703
Parrot, E.L. (1970). Pharmaceutical Technology Fundamental
Pharmaceutics. Firsh Edition. London: Pharmaceutical Press. Pages 731
Rowe, R.C., Sheskey, P. J. dan Owen, S. C. (2006). Handbook of
Pharmaceutical Excipients. Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press. Pages
82-83
Siregar, Ch. J. P. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar
Praktis. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 178-182
Voigt, R., (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi Kelima. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Halaman 200, 221 and 222
Wilmana, F.P. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta :
Gaya Baru. Halaman 215
23

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai