Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KEMANDIRIAN PERAWATAN TENAGA KERJA INDONESIA (TKI)

YANG TERINFEKSI HIV MELALUI PENGEMBANGAN MODEL


PEMBERDAYAAN KELUARGA DAN PEER GROUP SUPPORT
(Development Model of Family Empowerment and Peer Group Support in Independence
of Caring on Indonesians Migrant Worker (TKI) Infected by HIV)

Nursalam*, Ah. Yusuf*, Ika Yuni Widyawati*, Candra Panji Asmoro*


*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115
Telp. (031)-5913752, 5913754, Fax. (031)-5913257
Email: nursalam@fkp.unair.ac.id

ABSTRAK
Pendahuluan: Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem
imun, menghancurkan atau merusak fungsi dari sel-sel sistem imun. Hal ini membuat sistem imun menjadi lemah,
dan manusia menjadi lebih rentan terkena infeksi. Isu yang beredar telah banyak penderita HIV baru yang terdeteksi
sumber penularannya berasal dari mantan TKI yang bekerja di luar negeri. Tantangannya dalam menanggulangi dengan
menekan angka penularannya dilakukan perawatan yang komprehensif pemberdayaan keluarga maupun pasien beserta
dukungan dari kelompok sebaya atau peer group support. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan
keluarga Tenaga Kerja Indonesia yang terinfeksi HIV dan Peer Group Support dalam kemandirian perawatan. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain eksplanatif dan quasy-eksperimental. Populasinya adalah para keluarga terdekat yang
merawat pasien HIV yang tertular semasa kerja di luar negeri sebagai TKI di wilayah Jawa Timur. Sampel dipilih dengan
menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independennya adalah peer group support dan keluarga, variabel
dependennya adalah tingkat kemandirian perawatan pada responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
yang telah diuji validitas dan reliabilitas dan hasil diuji menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan alpha 0,05.
Hasil: Hasil menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan kemandirian keluarga terhadap perawatan klien yang
terinfeksi HIV semasa kerja sebagai TKI di luar negeri dengan nilai signifikansi p = 0,004. Kesimpulan: Pemberdayaan
keluarga dan peer group support dapat digunakan untuk meningkatkan kemandirian keluarga maupun pasien dalam
perawatan penderita HIV yang terinfeksi semasa kerja di luar negeri menjadi TKI. Penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan sampel yang lebih besar.

Kata kunci: pemberdayaan keluarga, peer group support, kemandirian perawatan, TKI (Tenaga Kerja Indonesia), Human
Immunodeficiency Virus (HIV)

ABSTRACT
Introduction: Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a retrovirus that infects cells of the immune system, destroying or
damaging the function of cells of the immune system. This makes the immune system becomes weaker, and people become
more liable to infection. A lot of new detected HIV transmission source comes from former workers who work abroad. The
challenge in dealing the number of transmission performed comprehensive care of patients and their family empowerment
and peer support groups. The aimed of this study was to develop the ability of a family of Indonesian Workers who are
infected with HIV and Peer Support Group in independence of care. Methods: This study was used an explanatory design
and quasy-experimental. Population in this study were the closest family who care for patients infected with HIV during
work abroad as migrant workers in East Java. Samples were selected using simple random sampling technique. The
independent variable was the peer group and family support, the dependent variable is the level of independence of care
on the respondent. Data were collected using a questionnaire that has been tested for validity and reliability and results
were tested using the Wilcoxon Signed Rank Test with alpha 0.05. Results: The results showed that this method can
improve the independence of the family of the HIV-infected client care during labor as migrant workers abroad with a
significance value of p = 0.004. Conclusions: Empowerment of family and peer group support can be used to increase the
independence of families and patients in the treatment of HIV-infected patients during work abroad as migrant workers.
Future studies are expected to use a larger sample.

Keywords: empowerment of the family, peer group support, independence treatment, TKI (Indonesian Labor), Human
Immunodeficiency Virus (HIV)

PENDAHULUAN sel-sel sistem imun, menghancurkan atau


merusak fungsi dari sel-sel sistem imun.
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Sebagai progress dari infeksi, sistem imun
adalah sebuah retrovirus yang menginfeksi

265
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 265271

menjadi lemah, dan manusia menjadi lebih Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
rentan terkena infeksi. Stadium yang paling Kependudukan (Disnakertransduk) Jawa
lanjut dari infeksi HIV adalah Acquired Timur mengenai penyebaran kasus HIV &
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (WHO, AIDS di Propinsi Jawa Timur adalah dari
2013). Virus tersebut merusak kekebalan mantan tenaga kerja-tenaga kerja Indonesia.
tubuh manusia dan mengakibatkan turun dan Data jumlah pekerja di Jawa timur yang
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit HIV & AIDS sebanyak 1700-an,
terjangkit penyakit infeksi lainnya (Nursalam, dengan 10% diantaranya adalah mantan
2007). Penurunan imunitas dipengaruhi oleh Tenaga Kerja Indonesia (ANTARA, 2011).
beberapa faktor. Faktor yang perlu diperhatikan Individu dengan HIV & AIDS yang
oleh tenaga kesehatan adalah stresor mendapat perawatan di rumah sakit akan
psikososial. Lingkup terkecil dari lingkungan mengalami kecemasan dan stres pada semua
sosial pasien adalah keluarga. Dukungan sosial tingkat usia. Penyebab kecemasan yang
terutama dari keluarga adalah penting, dan dialami pasien tersebut salah satu faktor yang
sangat menentukan perkembangan penyakit mempengaruhi selain dari petugas kesehatan
yang dapat menurunkan kondisi kesehatan adalah keluarga yang menunggui selama
pasien, mempercepat progresivitas penyakit perawatan. Keluarga juga sering merasa
hingga timbul kematian. Pada penelitian tahun cemas dengan perkembangan keadaan pasien,
pertama diperoleh hasil bahwa respons biologis pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun
(kortisol) pada kelompok responden keluarga dampak tersebut tidak secara langsung kepada
pasien HIV TKI menunjukkan respons yang pasien, tetapi secara psikologis pasien akan
lebih baik dibandingkan dengan non TKI. merasakan perubahan perilaku dari keluarga
Sebaliknya, respons psikologis, sosial dan yang menungguinya selama perawatan
spiritual kedua kelompok keluarga dirasakan (Marks, 1998). Pasien menjadi semakin
sama dan tidak ada perbedaan. Berdasarkan stres dan berpengaruh terhadap proses
hasil tersebut peneliti merasa perlu penyembuhannya karena penurunan respons
mengembangkan suatu model pemberdayaan imun. Robert Ader (1885) telah membuktikan
keluarga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bahwa individu yang mengalami kegoncangan
terinfeksi virus HIV dan peer group support jiwa akan mudah terserang penyakit, karena
dalam kemandirian perawatan TKI yang pada kondisi stres akan terjadi penekanan
terinfeksi virus HIV tersebut. sistem imun (Subowo, 1992).
Pada tahun 2013 ini, Ditjen PP & PL Ada keterkaitan antara lingkungan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sosial (keluarga) pasien HIV & AIDS dengan
merilis data tentang penemuan kasus baru progresivitas penyakit tersebut, membuat
HIV pada tahun 2012 mencapai 21.511. Data penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran
ini meningkat daripada tahun sebelumnya reaksi psikologis (respons stres) pada keluarga
pada 2011 sejumlah 21.031. Jumlah penderita Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang terinfeksi
HIV khusus Propinsi Jawa Timur, seperti yang virus HIV. Dukungan dari lingkungan
disampaikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi sosial (keluarga) sangat dibutuhkan pasien
Jawa Timur pada tahun 2011 tercatat sebanyak HIV & AIDS sehubungan dengan rasa putus
2646 jiwa, terjadi peningkatan dari tahun asa yang dialami pasien sejak pasien tersebut
sebelumnya sejumlah 2233 jiwa. Data hingga dinyatakan terinfeksi virus HIV. Harapannya,
Juni 2012 menunjukkan bahwa Kabupaten dengan adanya respons emosi yang positif dari
Kediri dan Kabupaten Tulungagung termasuk keluarga dapat mengurangi stres yang dialami
dalam zona merah distribusi kasus AIDS di pasien.
Propinsi Jawa Timur. Data secara nasional
mengenai TKI yang positif terinfeksi
BAHAN DAN METODE
HIV & AIDS belum terdokumentasi dengan
baik. Namun, terdapat sumber menyatakan Penelitian ini merupakan jenis penelitian
bahwa terjadi kewaspadaan oleh pihak eksplanasi dan quasy-experiment dengan pra

266
Peningkatan Kemandirian Perawatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Nursalam)

post test design. Populasi terjangkau adalah Tabel 2. Stimulus fokal pemberdayaan
keluarga dari pasien TKI yang terinfeksi HIV keluarga dalam merawat anggota
di Kabupaten Tulungagung. Pengambilan keluarga terinfeksi HIV dari semasa
sampel dilakukan dengan teknik simple kerja di luar negeri menjadi TKI di
random sampling dan diperoleh sampel Kabupaten Tulungagung pada bulan
sebanyak 20 responden. Juni 2015.
Penelitian ini menggunakan dua variabel, Keberadaan
yaitu variabel independen pemberdayaan Stimulus fokal anggota keluarga
keluarga dan peer group support, serta %
variabel dependen berupa tingkat kemandirian Kurang -
keluarga maupun pasien dalam perawatan Cukup 36,4
pada pasien yang terinfeksi HIV dari semasa Baik 63,6
kerja sebagai TKI di luar negeri. Instrumen Total 100
yang digunakan adalah instrumen tingkat
kemandirian keluarga dalam perawatan pada
Kegiatan responden dalam peer group
pasien yang terinfeksi HIV dari semasa kerja
support masih dikategorikan kurang oleh lebih
sebagai TKI di luar negeri. Kuesioner telah
dari setengah responden. Kurang dari setengah
diuji validitas dan reliabilitasnya.
responden lainnya mengatakan peer group
support sudah cukup.
HASIL PENELITIAN Aspek stimulus fokal mengenai
keberadaan anggota keluarga dalam merawat
Penelitian sampai jurnal ini diterbitkan
anggota keluarga yang terkena HIV saat
telah menyelesaikan perlak uan pada
menjadi TKI menurut lebih dari setengah
kelompok perlakuan di Tulungagung. Tingkat
responden dikatakan baik. Kurang dari
kemandirian keluarga dalam merawat anggota
setengah responden lainnya mengatakan
keluarga yang terinfeksi HIV dari semasa
cukup.
kerja menjadi TKI di luar negeri ditunjukkan
Aspek stimulus kontekstual mengenai
dalam tabel di bawah.
perasaan berduka responden mengatakan
Pe mbe rd aya a n kelu a rga d ala m
bahwa lebih dari setengah responden mengaku
perawatan anggota keluarga lain yang
perasaan berduka mereka dalam kategori
terinfeksi HIV semasa kerja sebagai TKI di
baik, dan kurang dari setengah responden
luar negeri dapat diidentifikasi dari berbagai
menyatakan cukup. Hambatan responden
stimulus antara lain seperti yang tertera dalam
dalam merawat anggota keluarga yang terkena
tabel di bawah ini.
HIV saat menjadi TKI dikatakan oleh lebih

Tabel 1. Peer group support keluarga dalam Tabel 3. Stimulus kontekstual pemberdayaan
merawat anggota keluarga terinfeksi keluarga dalam merawat anggota
HIV dari semasa kerja di luar negeri keluarga terinfeksi HIV dari semasa
menjadi TKI sebelum perlakuan di kerja di luar negeri menjadi TKI di
Kabupaten Tulungagung pada bulan Kabupaten Tulungagung pada bulan
Juni 2015 Juni 2015
Peer group Perasaan Sumber
Stimulus Hambatan
Peer group support support berduka dukungan
kontekstual
% % % %
Kurang 63,6 Kurang - - -
Cukup 36,4 Cukup 36,4 36,4 27,3
Baik - Baik 63,6 63,6 72,7
Total 100 Total 100 100 100

267
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 265271

Tabel 4. Stimulus residual pemberdayaan Kemandirian keluarga sebelum diberi


keluarga dalam merawat anggota perlakuan berada dalam level cukup terdapat
keluarga terinfeksi HIV dari semasa pada lebih dari separuh dari total responden.
kerja di luar negeri menjadi TKI di Kemandirian keluarga berada dalam level
Kabupaten Tulungagung pada bulan kurang sebanyak kurang dari separuh total
Juni 2015 responden.
Nilai & norma Stigma Kemandirian keluarga setelah dilakukan
Stimulus
keluarga masyarakat perlakuan berada dalam level baik terdapat
residual
% % pada hampir seluruhnya dari total responden.
Kurang - 63,6 Kemandirian keluarga berada dalam level
Cukup 36,4 36,4 cukup sebanyak sebagian kecil responden
Baik 63,6 - saja.
Total 100 100 Dari hasil uji statistik menggunakan
analisis Wilcoxon Signed Rank didapatkan
hasil signifikansi p = 0,004, lebih tinggi dari
dari setengah responden menyatakan bahwa
nilai p yang telah ditetapkan yaitu 0,005.
hambatan mampu mereka kelola dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
Sumber dukungan responden dinyatakan oleh
pemberdayaan keluarga dan adanya peer
lebih dari setengah responden adalah baik.
group support berpengaruh pada tingkat
Aspek stimulus residual mengenai nilai
kemandirian keluarga dalam merawat anggota
dan norma dalam keluarga penderita HIV
keluarga yang terinfeksi HIV dari semasa
saat menjadi TKI dinyatakan oleh lebih dari
kerja di luar negeri menjadi TKI.
setengah responden berada dalam keadaan
Berdasarkan tabel di atas diperoleh
baik. Hal lain tentang stigma masyarakat
hasil adanya sebagian kecil responden yang
dikatakan oleh lebih dari responden berada
semula tingkatnya masih kurang setelah
dalam kategori kurang yang mana dalam
diberikan perlakuan tingkat kemandiriannya
hal ini stigma masyarakat terhadap keluarga
masih cukup (2 responden). Namun, responden
dengan HIV yang tertular saat menjadi TKI
yang mengalami peningkatan kemandirian
adalah buruk dan keluarga maupun penderita
setelah diberi perlakuan sebanyak 9 orang, dan
kurang mampu mengelola dengan baik stigma
yang mengalami penurunan sikap sebanyak
yang muncul terhadap mereka dari masyarakat
2 orang.
sekitar.

Tabel 5. Tingkat kemandirian keluarga sebelum Tabel 6. Kemandirian keluarga setelah


dan sesudah diberikan pemberdayaan diberikan pemberdayaan keluarga dan
keluarga dan peer group support peer group support dalam merawat
dalam merawat anggota keluarga anggota keluarga terinfeksi HIV dari
terinfeksi HIV dari semasa kerja di semasa kerja di luar negeri menjadi
luar negeri menjadi TKI di Kabupaten TKI di Kabupaten Tulungagung pada
Tulungagung pada bulan Juni 2015 bulan Juni 2015
Kemandirian Pre Post Psikologis
Spiri-
Keluarga N % N % Kemandiri- ADL (koping Sosial
tual
Kurang 5 45 - - an keluarga stres)
Cukup 6 55 2 18 % % % %
Baik - - 9 82 Kurang - - - -
Total 11 100 11 100 Cukup 27,3 - 18 18
Wilcoxon Baik 72,7 100 82 82
Signed p = 0,004 Total 100 100 100 100
Rank Test

268
Peningkatan Kemandirian Perawatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Nursalam)

Aspek kemandirian keluarga dengan Dukungan lain dari kelompok sebaya


model pengembangan pada pemberdayaan juga kurang optimal berpengaruh pada
keluarga mencakup hal-hal mengenai ADL, tingkat kemandirian keluarga sehingga
psikologis, sosial, dan spiritual. ADL responden seluruh responden tidak berkriteria baik.
dinyatakan oleh lebih dari setengah responden Beberapa responden menyatakan masih malu
berada dalam kategori baik. Psikologis atau untuk bertemu dalam satu pertemuan besar
koping stres responden berada dalam kategori antar-penderita HIV beserta keluarganya
baik yang dinyatakan oleh seluruh responden. meski difasilitasi sarana dan prasarana yang
Hubungan sosial di masyarakat oleh sebagian disediakan oleh pihak terkait di wilayah
besar responden dalam kondisi baik, dan mereka.
aspek spiritual dinyatakan oleh sebagian besar Salah satu penelitian oleh (Minarti,
responden adalah baik. tt) tentang kemandirian keluarga terhdap
perawatan pada anggota keluarga yang
mengalami kelumpuhan pascastroke, diperoleh
PEMBAHASAN
hasil yang menyatakan bahwa peningkatan
Tingkat kemandirian perawatan pada kemandirian keluarga meningkat pada
pasien TKI yang terinfeksi HIV dari semasa responden yang dilakukan pendampingan
kerja di luar negeri berkriteria kurang mencapai 8 kali dibanding pada responden yang
45% dari total responden penelitian. Dari sisi didampingi sebanyak 4 kali. Saran yang
kehidupan keluarga di rumah, sebanyak 60% diberikan adalah pemberdayaan keluarga perlu
dari total keluarga TKI yang terinfeksi HIV dikembangkan lebih lanjut sehingga potensi
dengan tingkat kemandirian keluarga yang yang dimiliki keluarga dapat lebih digali dan
kurang mempunyai latar belakang keluarga ditingkatkan.
yang mempunyai peran aktif dalam perawatan Satu penelitian tentang dukungan
diri maupun oleh anggota keluarga lain yang kelompok sebaya yang dilakukan untuk
kurang. Hampir semua kebutuhan perawatan mengetahui bagaimana perubahan kepatuhan
di rumah, misal untuk meminum obat Anti p e ngelola a n /p e r awat a n pa d a pa sie n
Retroviral Virus (ARV) diingatkan oleh pihak dengan diabetes mellitus didapatkan hasil
lain yang dalam hal ini sukarelawan HIV. bahwa dengan peer group support mampu
Pada waktu sakit dan harus opname di rumah meningkatkan kepatuhan responden dalam
sakit, anggota keluarga lain hanya sesekali menjalankan latihan fisik dan konsumsi obat
saja datang untuk memenuhi kebutuhan hidup pada penderita diabetes mellitus, namun
selama opname di rumah sakit. Setelah itu tidak mampu meningkatkan kepatuhan
kemudian pulang dengan alasan bekerja, akan diit penderita. Saran yang diberikan
merawat anggota keluarga lain yang masih yakni membuat sebuah peer group support
anak-anak di rumah, atau bahkan memang antar penderita dan keluarga sebagai wadah
disuruh pulang oleh anggota keluarga yang interaksi dan saling memberi dukungan
sakit agar tidak menjadi bahan pertanyaan baik berupa pengetahuan maupun emosional
bagi tetangga sebelah rumah apabila sampai (Diantiningsih, 2012).
terlalu lama menunggu di rumah sakit. Hal Pe m b e r i a n i n t e r ve n s i b e r u p a
ini bertolak belakang dengan pengetahuan pemberdayaan keluarga selain aspek
keluarga misal tentang cara penularan HIV, intensitas dalam pemberiannya namun juga
penyakit-penyakit yang bisa saja timbul pada perlu diperhatikan aspek kedalaman dalam
anggota keluarga yang terkena HIV, dan penanaman pentingnya peran keluarga
pengobatan selama menderita HIV. Seluruh secara bersama-sama dalam perawatan
keluarga responden mampu menjawab dan pada anggota keluarga lain. Peneliti dalam
menjelaskan dengan benar mengenai hal-hal memberikan inter vensi pemberdayaan
tersebut di atas di saat pengambilan data awal keluarga memperhatikan tingkat pendidikan
dilakukan peneliti. dan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga
yang merawat. Penerimaan keluarga akan

269
Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 265271

sakit yang diderita anggota keluarga yang mulai memberikan manfaat dari kegiatan peer
terinfeksi HIV juga diperhatikan. Hal ini group support yang tidak disadari oleh para
menjadi perhatian peneliti karena dibutuhkan responden. Dukungan antar kelompok sebaya
komitmen sebelum membentuk intensi yang diakui oleh beberapa responden mampu
kuat dari anggota keluarga untuk mau dan memberikan solusi dari setiap permasalahan
mampu merawat anggota keluarga yang yang muncul pada perawatan anggota keluarga
terinfeksi HIV, di mana penyakit ini akan yang terinfeksi HIV. Baik itu solusi ketika
selamanya diidap oleh anggota keluarga yang penderita terkena penyakit penyerta HIV,
terinfeksi HIV tersebut. Aspek kemampuan maupun permasalahan dalam hal psikososial.
keluarga dalam memenuhi peran sebagai Kekhawatiran-kekhawatiran dalam kegiatan
perawat dilakukan pengidentifikasian terlebih bersosialisasi di masyarakat baik pada saat
dahulu oleh peneliti. Sebagian besar responden di rumah maupun di tempat kerja mereka
tahu apa yang harus diperbuat atau perannya mampu ditemukan solusi yang mana solusi
selama anggota keluarga yang terinfeksi tersebut muncul dari para keluarga penderita
HIV sedang sehat maupun ketika sakit. Hal lain yang pernah mengalami dan anggota
ini menjadi potensi yang perlu ditingkatkan keluarga penderita lain menguatkan solusi
oleh peneliti. Peneliti memberikan intervensi tersebut sehingga timbul dukungan antar
berupa manfaat-manfaat yang bisa diperoleh kelompok sebaya.
penderita HIV jika dirawat dengan kasih
sayang oleh keluarga. Adanya dukungan
SIMPULAN DAN SARAN
seperti hal tersebut dengan tidak disadari oleh
keluarga maupun penderita memberi stimulus Simpulan
yang positif bagi penderita sehingga penderita Pemberdayaan keluarga dan peer
tidak stres. group support mampu meningkatkan tingkat
Kegiatan pertemuan rutin yang kemandirian keluarga dalam perawatan
diadakan pihak terkait yang menangani anggota keluarga lain yang terinfeksi HIV
ODHA di wilayah tempat penelitian sering dari semasa kerja di luar negeri menjadi
kali diadakan, namun peserta pertemuan yang TKI di wilayah Kabupaten Tulungagung.
merupakan penderita maupun keluarganya Perawatan di sini mencakup perawatan secara
masing-masing mulai merasa malas untuk biologis (ketika penderita mengalami atau
datang dengan berbagai alasan. Pertemuan- tidak penyakit penyerta HIV), psikososial,
pertemuan informal seperti misal saat dan spiritual.
keluarga penderita maupun penderita bertemu
di rumah sakit untuk mengambil obat ARV Saran
seringkali menjadi ajang bertukar informasi
Membuat peer group support di
dan memberikan dukungan, serta memberikan
wilayah Kabupaten Tulungagung sebagai
pengetahuan terkini mengenai HIV oleh pihak
wadah interaksi antar keluarga dan anggota
terkait. Peneliti melihat fungsi dari dilakukan
keluarga penderita HIV yang terinfeksi
peer group support pada responden sudah
semasa kerja menjadi TKI di luar negeri.
terlaksana namun belum optimal. Terbukti
Pertemuan diadakan setiap dua minggu
dengan tingkat kemandirian perawatan yang
sekali di mana waktu dan tempat berdasarkan
terlihat pada data awal. Peneliti memfasilitasi
kesepakatan antar kelompok keluarga yang
diadakannya kembali peer group support
difasilitasi oleh pihak terkait. Pihak terkait
dengan mengurangi keterbatasan-keterbatasan
juga melakukan kunjungan rumah penderita
yang muncul ketika pihak terkait sudah
tanpa menggunakan identitas dari instansi
melaksanakan pertemuan antar penderita dan
mana untuk melakukan pemantauan atau
keluarga responden sehingga kegiatan peer
pegkajian bagaimana tingkat kemandirian
group support dapat berjalan. Ketika kegiatan
keluarga yang merawat anggota keluarga yang
ini berjalan 2 kali dan antusias responden
menderita HIV.
tetap terjaga, di pertemuan selanjutnya peneliti

270
Peningkatan Kemandirian Perawatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Nursalam)

DAFTAR PUSTAKA Minarti. tt. Pengaruh pemberdayaan klien dan


keluarga dalam melakukan rehabilitasi
ANTARA News. 2011. JATIM tertinggi
sik terhadap kemandirian klien pasca
kasus HIV/AIDS. diakses tanggal 22
stroke. Tesis. Universitas Indonesia
Desember 2013 pukul 17.35. http://www.
Nursalam. 2003, Konsep dan Penerapan
antarajatim.com/lihat/berita/77591/
Met odolog i Pe nel it ia n I l mu
jatim-tertinggi-kasus-hivaids >
Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Diantiningsih, Y, Kusnanto, & Bakar, A. 2012.
Nursalam, & Ninuk, D.K., 2007. Asuhan
Peer group support terhadap perubahan
Keperawatan pada Pasien terinfeksi
kepatuhan pengelolaan penyakit diabetes
HIV. Jakarta: Salemba Medika
mellitus tipe 2. Skripsi. Universitas
Stewart, G., 1997. Managing HIV. Sydney:
Airlangga.
MJA Publisher
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2012. Program
Subowo, 1992. Histologi umum. Jakarta: Bumi
pengendalian penyakit menular di Jawa
Aksara
Timur. Diakses tanggal 22 Desember
WHO. 2013. HIV/AIDS. diakses tanggal 19
2013 pukul 17.33 < http://dinkes.
Desember 2013 pukul 18.00. < http://
jatimprov.go.id/userimage/P2.pdf >
www.who.int/topics/hiv_aids/en/ >
Depkes. 2013. Profil kesehatan Indonesia
WHO. 2013. Data on the size of the HIV/AIDS
2012. diakses tanggal 19 Desember
epidemic: prevalence of HIV among
2013 pukul 18.16.< http://www.depkes.
adults aged 15 to 49 (%) by country.
go.id/downloads/Prol%20Kesehatan_
diakses tanggal 19 Desember 2013
2012%20%284%20Sept%202013%29.
pukul 18.05. < http://apps.who.int/gho/
pdf > Depkes, 2003. Pedoman nasional
data/node.main.562?lang=en >
perawatan, dukungan dan pengobatan
bagi ODHA: buku pedoman untuk
petugas kesehatan dan petugas lainnya.
Jakarta: Ditjen PPM dan PL Depkes

271

Anda mungkin juga menyukai