Anda di halaman 1dari 11

ABLASIO RETINA

I.Pendahuluan
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisir,yang terdiri dari
lapisan-lapisan badan sel dan prosesus sinaptik. Walaupun ukurannya kompak dan tampak sederhana
apabila dibandingkan denganstruktur saraf misalnya korteks serebrum, retina memiliki daya
pengolahanyang sangat canggih. Pengolahan visual retina diuraikan oleh otak, danpersepsi
warna, kontras, kedalaman, dan bentuk berlangsung di korteks.Pengolahan informasi di retina
berlangsung dari lapisan fotoreseptor melaluiakson sel ganglion menuju ke saraf optikus dan
otak.
Retina merupakan lapisan membran neurosensoris dan merupakan lapisan ketiga bola
mata setelah sklera yang merupakan jaringan ikat dan jaringan uvea yang merupakan jaringan
vaskuler yang terdiri dari iris, badansiliar, dan koroid. Retina berbatas dengan koroid dengan sel
pigmen epitelretina. Antara retina dan koroid terdapat rongga yang potensial yang
bisamengakibatkan retina terlepas dari koroid. Hal ini yang disebut sebagaiablasio retina.1

II..Epidemiologi
Penyebab paling umum di seluruh dunia yang terkait dengan ablasioretina adalah miop,
afakia, pseudofakia, dan trauma. Sekitar 40-50% darisemua pasien dengan ablasio memiliki
miop, 30-40% mengalamipengangkatan katarak, dan 10-20% telah mengalami trauma okuli.
ablasioretina yang terjadi akibat trauma lebih sering terjadi pada orang muda, danmiop terjadi
paling sering pada usia 25-45 tahun. Meskipun tidak adapenelitian yang menunjukkan untuk
terjadinya ablasio retina yangberhubungan dengan olahraga tertentu (misalnya, tinju dan bungee
jumping)tetapi olahraga tersebut meningkatkan resiko terjadinya ablasio retina.2,3
Kejadian ini tidak berubah ketika dikoreksi, meningkat pada pria dengan trauma
okuli.Ablasio retina pada usia kurang dari 45 tahun, 60% laki-lakidan 40% perempuan. Ablasio
retina biasanya terjadi pada orang berusia 40-70 tahun. Namun,cedera paintball pada anak-anak
dan remaja merupakan penyebab umum daricedera mata, yang termasuk ablasio retina
traumatik.4

II.Anatomi retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,multilapis yang melapisi
bagian dalam dua per tiga posterior dinding bolamata. Retina membentang ke depan hampir
sama jauhnya dengan korpussiliare, dan berakhir di tepi ora serrata . Pada orang dewasa , ora
serrata berada sekitar 6,5 mm di belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7mm di
belakang garis ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel
berpigmen retina sehingga juga bertumbuk dengan membrane Bruch,koroid dan sklera.
Disebagian besar tempat, retina dan epitelium pigmen retina mudah terpisah hingga
membentuk suatu ruangsubretina, seperti yang terjadi pada ablasio retina. Tetapi pada diskus
optikusdan ora serrata, retina dan epitelium pigmen retina saling melekat kuat sehingga
membatasi perluasan cairan subretina pada ablasio retina. Hal ini berlawanan dengan ruang
subkhoroid yang dapat terbentuk antara khoroiddan sklera yang meluas ke taji sklera. Dengan
demikian ablasi koroid meluasmelewati ora serrata, dibawah pars plana dan pars plikata. Lapisan
- lapisanepitel permukaan dalam korpus siliare dan permukaan posterior irismerupakan perluasan
ke anterior retina dan epitelium pigmen retina.Permukaan dalam retina menghadap ke vitreus.2

Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1.Epitelium pigmen retina
Epitel pigmen retina terdiri dari satu lapisan sel mengandung pigmen dan terdiri atas sel-
selsilindris dengan inti di basal. Daerah basal sel melekat erat membranBruch dari koroid.
Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina,yang berperan pada proses penglihatan. Epitel
pigmen ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar fotoreseptor, transportasi
vitamin,mengurangi hamburan sinar, serta membentuk sawar selektif antarakoroid dan retina.3,4,5

2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut.


Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi
suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan ocipital.
Fotoreseptor tersusun sehingga kerapatan sel-sel kerucut meningkat di di pusatmakula (fovea),
dan kerapatan sel batang lebih tinggi di perifer.Pigmen fotosensitif di dalam sel batang disebut
rodopsin. Sel kerucut mengandung tiga pigmen yang belum dikenali sepenuhnya yang disebut
iodopsin yang kemungkinan menjadi dasar kimiawi bagi tiga warna (merah,hijau,biru) untuk
penglihatan warna. Sel kerucut berfungsi untuk penglihatan siang hari (fotopik). Subgrup sel
kerucut responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau
merah). Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam (skotopik). Dengan bentuk penglihatan
adaptasi gelap initerlihat beragam corak abu-abu, tetapi warnanya tidak dapat dibedakan. Waktu
senja (mesopik) diperantarai oleh kombinasi sel kerucut dan batang.2,4,5
3. Membrana limitans externa
4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, Ini terdiri dari inti dari batang dan kerucut.
5. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan sambungan sel bipolar dan sel
horizontal dengan fotoreseptor .
6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
7. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan sambungan sel ganglion dengan
sel amakrin dan sel bipolar .
8. Lapisan sel ganglion, Ini terutama mengandung sel badan sel ganglion(urutan kedua neuron
visual 7 pathway). Ada dua jenis sel ganglion.
9. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson akson sel ganglionyang berjalan menuju ke nervus
optikus.
10. Membrana limitans interna. Ini adalah lapisan paling dalam dan memisahkan retina dari
vitreous. Itu terbentuk oleh persatuan ekspansi terminal dari serat yang Muller, dan pada
dasarnya adalah dasar membran.3,6

Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan 0,23 mm pada kutub posterior. Di
tengah tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan
sebagai daerah pigmentasi kekuningan yangdisebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang
berdiameter 1,5 mm. Secarahistologis makula merupakan bagian retina yang lapisan
ganglionnyamempunyai lebih dari satu lapis sel. Secara klinis, makula adalah bagian
yangdibatasi oleh arkade arkade pembuluh darah retina temporal. Di tengah makulasekitar 3,5
mm di sebelah lateral diskus optikus terdapat fovea yang secara klinis jelas jelas merupakan
suatu cekungan yang memberikan pantulan khusus biladilihat dengan oftalmoskop.2
Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.Secara histologi,
fovea ditandai dengan menipisnya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan lapisan parenkim
karena akson akson sel fotorreceptor(lapisan serat Henle) berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisanretina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola adalah
bagianpaling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya adalah sel kerucut dan bagianretina yang
paling tipis. Semua gambaran histologis ini memberikandiskriminasi visual yang halus. Ruang
ekstraseluler retina yang normalnyakosong potensial paling besar di makula dan penyakit yang
menyebabkanpenumpukan bahan di ekstrasel dapat menyebabkan daerah ini menjadi tebalsekali.
Retina menerima darah dari dua sumber yaitu khoriokapilaria yangberada tepat diluar
membrana Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retinatermasuk lapisan pleksiformis luar dan
lapisan inti luar, fotorreceptor, dan lapisan epitel pigmen retina serta cabang cabang dari arteri
sentralis retinaeyang mendarahi dua pertiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi
olehkhoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalauretina
mengalami ablasi. Pembuluh darah retina mempunyai lapisan endotelyang tidak berlubang yang
membentuk sawar darah retina. Lapisan endotelpembuluh khoroid dapat ditembus. Sawar darah
retina sebelah luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.2,3

III.Definisi
Ablasio retina (retinal detachment ) adalah pemisahan retinasensorik, yakni lapisan
fotoreseptor (sel kerucut dan batang) dan jaringan bagian dalam, epitel pigmen retina
dibawahnya. Pada keadaan ini sel epitelpigmen masih melekat erat dengan membran Bruch.
Sesungguhnya antarasel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural
dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas
secara embriologis.1,3,7

V.Klasifikasi
Klasifikasi Ablasio retina berdasarkan penyebab :
1.Ablasio Retina Primer (Ablasio Retina Regmatogenosa)
Ablasio regmatogenosa berasal dara kata Yunani rhegma , yang berarti diskontuinitas atau
istirahat . Pada ablasio retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi adanya robekan pada retina
sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan
retina oleh badan kaca cair (fluid vitreus) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retinake
rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Ablasio regmantogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus vitreum
posterior.1,2,8
Faktor predisposisi terjadinya ablasio retina regmatogenosa antara lain:
a.Usia.
Kondisi ini paling sering terjadi pada umur 40 60 tahun. Namun usia tidak menjamin secara
pasti karena masih banyak faktor yang mempengaruhi.
b.Jenis kelamin.
Keadaan ini paling sering terjadi pada laki laki dengan perbandingan laki : perempuan adalah
3:2
c.Miopi.
Sekitar 40 persen kasus ablasio retina regmatogenosa terjadi karena seseorang mengalami miop.
d.Afakia.
Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang yang afakia dari pada seseorang yang fakia. Pasien
bedah katarak diduga akibat vitreus keanterior selama atau setelah pembedahan. Lebih sering
terjadi setelah ruptur kapsul, kehilangan vitreus dan vitrektomi anterior. Ruptur kapsul saat
bedah katarak dapat mengakibatkan pergeseran materi lensa atausesekali, seluruh lensa ke dalam
vitreus.
e.Trauma.
Mungkin juga bertindak sebagai faktor predisposisif.
f. Fenile Posterior Vitreous Detachment (PVD).
Hal ini terkait dengan ablasio retina dalam kasus banyak.
g.Pasca sindrom nekrosis akut retina dan sitomegalovirus (CMV) retinitispada pasien AIDS
berupa nekrosis retina dengan formasi istirahat retina terjadi, kemudian, cairan dari rongga
vitreous dapat mengalir melaluiistirahat dan melepas retina tanpa ada hadir traksi vitreoretinal
terbuka.
h.Retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer seperti Latticedegeneration, Snail track
degeneration, White-with-pressure and white-without or occult pressure, acquired retinoschisis
Ablasio retina akan memberikan gejala prodromal terdapatnya gangguanpenglihatan yang
kadang kadang terlihat sebagai tabir yang menutupi(floaters) akibat dari vitreous cepat
degenerasi dan terdapat riwayat adanyapijaran api (fotopsia) pada lapangan penglihatan akibat
sensasi berkedipcahaya karena iritasi retina oleh gerakan vitreous.1,3
Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena dapat
mengangkat macula. Penglihatan akan turun secaraakut bila lepasnya retina mengenai macula
lutea. Pada pemeriksaanfunduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
denganpembuluh darah diatasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarnamerah. Bila bola
mata bergerak akan terlihat retina yang lepas (ablasi)bergoyang.
Kadang kadang terdapat pigmen didalam badan kaca. Padapupil terdapat adanya defek aferen
pupil akibat penglihatan menurun.Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah
terjadi neovaskulerglaucoma pada ablasi yang telah lama.Ablasio retina tipe regmatogenosa, arah
panah menunjukkan horseshoe tear

2.Ablasio Retina Sekunder (Non regmatogenosa)


i.Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif terjadi akibat adanya penimbunan cairaneksudat di bawah retina
(subretina) dan mengangkat retina. Penimbunancairan subretina terjadi akibat ekstravasasi cairan
dari pembuluh retina dankoroid. Penyebab Ablasio retina eksudatif dibagi menjadi dua
yaitupenyakit sistemik yang meliputi Toksemia gravidarum, hipertensi renalis,poliartritis nodosa.
Sedangkan penyakit mata meliputi akibat inflamasi(skleritis posterior, selulitis orbita), akibat
penyakit vascular (centralserous retinophaty, and axudative retinophaty of coats, akibat
neoplasma(malignant neoplasma koroid dan retinoblastoma), akibat perforasi bolamata pada
operasi intraokuler.1,2,3

Gejala klinis ablasio retina eksudatif antara lain : 3


a.Tidak adanya photopsia, lubang / air mata, lipatan danundulations.
b.Ablasio retina eksudatif halus dan cembung. Pada puncak tumor itu biasanya bulat dan tetap
dan bisa menunjukkangangguan pigmen.
c.Kadang-kadang, pola pembuluh retina mungkin tergangguakibat adanya neovaskularisasi di
puncak tumor.
d.Pergeseran cairan ditandai dengan mengubah posisi daerahterpisah dengan gravitasi adalah ciri
khas yang dari detasemenretina eksudatif.
e.Pada tes transillumination satu ablasio sederhana muncultransparan sedangkan ablasio padat.
ii.Ablasio retina traksi
Pada ablasio ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringanparut pada korpus
vitreus (badan kaca). Pada badan kaca terdapat jaringanfibrosis yang dapat disebabkan diabetes
melitus proliferative, trauma, danperdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Tipe ini juga
dapat terjadisebagai komplikasi dari ablasio retina regmatogensa.1,2,3
Ablasio retina tipe regmatogenosa yang berlangsung lama akan membuatretina semakin
halis dan tipis sehingga dapat menyebabkan terbentuknyaproliferatif vitreotinopathy (PVR) yang
sering ditenukan pada tipe Regmetogenosa yang lama. PVR juga dapat terjadi kegagalan
dalampenatalaksanaan ablasio retina regmatogenosa. Pada PVR, epitel pigmen retina,sel glia,
dan sel lainya yang berada di dalam maupun di luar retina pada badanvitreus akan membentuk
membrane. Kontraksi dari membrane tersebut akanmenyebabkan retina tertarik ataupun
menyusut, sehingga dapat mengakibatkanterdapatnya robekan baru atau brkembang menjadi
ablasio retina traksi.1,2,3,6

VI.Diagnosis
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaanoftalmologi dan
pemeriksaan penunjang.
1.Anamnesis
Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkanpenderita adalah:
a.Floaters (terlihatnya benda melayang layang) yang terjadi karenaadanya kekeruhan di vitreus
oleh adanya darah, pigmen retina yanglepas atau degenerasi vitreus itu sendiri
b.Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumbercahaya di sekitarnya, yang umumnya
terjadi sewaktu matadigerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.3
c.Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannyasebagian seperti tertutup tirai
yang semakin lama semakian luas.Pada keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan
tajampenglihatan yang berat.1,3,6
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relativeterlokalisir, tetapi jika hal
tersebut tidak diperhatikan oleh penderita makaakan berkembang menjadi lebih berat jika
berlangsung sedikit sedikit demisedikir menuju ke arah makula. Keadaan ini juga tidak
menimbulkan rasasakit tiba- tiba kehilangan penglihatan terjadi ketika kerusakannya sudahparah.
Pasien seperti biasanya mengeluhkan kemunculan tiba tiba awan gelap atau kerudung didepan
mata.2,3
Selain itu perlu di anamnesa adanya faktor predisposisi yangmenyebakan teradi ablasio
retina seperti adanya riwayat trauma, riwayatpembedahan sebelumnya seperti ekstraksi katarak,
pengangkatan korpusalienum inoukler, riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis,
perdarahanvitreus, amblopia, galukoma, dan retinopati diabetik). Riwayat keluargadengan sakit
mata yang sama serta penyakit serta panyakit sistemik yangberhubungan dengan ablasio retina
(diabetes melitus, tumor,sickle cell leukimia, eklamsia, dan prematuritas).1,2,3

2.Pemeriksaan oftalmoskopi
Adapun tanda tanda yang dapat ditemukan pada keadaan iniantar lain :
a.Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatanakibat terlibatnya makula lutea
atau kekeruhan media refrakta ataubadan kaca yang menghambat sinar masuk. Tajam
penglihatanakan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.1,2,3
b.Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal.1,3
c.Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosa ablasio retina
dengan menggunakan oftalmoskopindirek binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang
mengalamiablasio tampak sebagai membran abu abu merah muda yangmenutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasicairan pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan
undulasiretina ketika mata bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepasdari dasarnya berwarna
gelap, berkelok kelok dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi ablasio telihat
lipatan lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah mudakarena terdapat
pembuluh koroid dibawahnya.1,3,6
d.Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.
e.Ultrasonography mngkonfirmasikan diagnosis. Ini adalah nilaikhusus pada pasien media
berkabut terutama dihadapan padatkatarak.

VII.Penatalaksanaan
Tujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan danmemeperbaiki semua robekan retina,
digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara epitel pigmen dan retina
sensorik sehinggamencegah influks cairan lebih lanjut kedalam ruang subretina,mengalirkan
cairan subretina ke dalam ke luar, dan meredakan traksivitreoretina.2,3
Penatalaksanaan pada ablasio retina adalah pembedahan. Prinsipbedah pada ablasio retina yaitu 6
1.Menemukan semua bagian yang terlepas
2.Membuat iritasi korioretinal pada sepanjang masing-masing daerahretina yang terlepas.
3.Menguhubungkan koroid dan retina dalam waktu yang cukup untuk menghasilkan adhesi
dinding korioretinal yang permanen pada daerahsubretinal.

Pada pembedahan ablasio retina dapat dilakukan dengan cara :

1.Scleral buckling
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina rematogenosaterutama tanpa
disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisirobekan retina, menangani
robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnyadengan scleral buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya
terbuat dari spons silikonatau silikon padat. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan
tergantungposisi lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama tama dilakukan cryoprobeatau laser
untuk memperkuat perlengketan antara retina sekitar dan epitelpigmen retina. Sabuk dijahit
mengelilingi sklera sehingga terjadi tekananpada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada
robekan tersebut.Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang
secaraspontan dalam waktu 1-2 hari.2,3,6

2.Retinopeksi pneumatik
Retinopeksi pneumatik merupakan metode yang juga sering digunakanpada ablasio retina
regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal padabagian superior retina. Teknik
pelaksanaan prosedur ini adalah denganmenyuntikkan gelembung gas ke dalam rongga vitreus.
Gelembung gas iniakan menutupi robekan retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut
melaluirobekan. Jika robekan dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinalbiasanya akan
hilang dalam 1-2 hari. Robekan retina dapat juga dilekatkandengan kriopeksi atau laser sebelum
gelembung disuntikkan. Pasien harusmempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa
hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina.3,6
Setelah pengangkatan gel vitreus pada drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon
inertdisuntikan ke dalam rongga vitreus.

3.Vitrektomi
Merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibatdiabetes, dan juga pada ablasio
regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atauperdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu
dengan membuat insisi kecil padadinding bola mata kemudian memasukkan instruyen ing
cavum vitreous melaluipars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutre
untuk menghilangkan berkas badan kaca (viteuos stands), membran, dan perleketan perleketan.
Teknik dan instruyen yang digunakan tergantung tipe dan penyebabablasio. Lebih dari 90%
lepasnya retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern, meskipun
kadang- kadang diperlukan lebih dari satukali operasi.3,6

VIII.Prognosis
Prognosis dari penyakit ini berdasarkan pada keadaan makula sebelum dansesudah
operasi serta ketajaman visualnya. Jika, keadaannya sudah melibatkanmakula maka akan sulit
menghasilkan hasil operasi yang baik, tetapi dari datayang ada sekitar 87 % dari operasi yang
melibatkan makula dapat mengembalikanfungsi visual sekitar 20/50 lebih kasus diman makula
yang terlibat hanya sepertigaatau setengah dari makula tersebut.6
Pasien dengan ablasio retina yang melibatkan makula danperlangsungannya kurang dari 1
minggu, memiliki kemungkinan sembuh postoperasi sekitar 75 % sedangkan yang
perlangsungannya 1-8 minggu memilikikemungkinan 50 %. Dalam 10-15 % kasus yang dilakukan
pembedahan dengan ablasio retinayang melibatkan makula, kemampuan visualnya tidak akan
kembali sampai levelsebelumnya dilakukannya operasi. Hal ini disebabkan adanya beberpa
faktorseperti irreguler astigmat akibat pergeseran pada saat operasi, katarak progresif,dan edema
makula. Komplikasi dari pembedahan misalnya adanya perdarahandapat menyebabkan
kemampuan visual lebih menurun.6
DAFTAR PUSTAKA

1.Ilyas, Sidarta.Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Fakultas KedokteranUniversitas


Indonesia: Jakarta. p.1-10, 183-6.

2.Vaughan, Daniel G. Asbury, Taylor. 2000.Oftalmologi umum (Generalophthalmology) edisi 17.


EGC: Jakarta. p. 12-199.

3.Khurana.Diseases of retina in comprehensive ophthalmology 4thedition.New Age International


Limited Publisher: India. p. 249- 279.

4.Junqueira LC, Jose C.Histologi Dasar Teks & Atlas. Edisi 10. Jakarta:EGC; 2007. Hal. 470-
464.

5.Reynolds,J. Olitsky,S. Anatomy and Physiology of Retina In : Pediatricretina. 2011. Springer-


verlag : Berlin Heidelberg. Page 39-50.

6.American Academy Ophtalmology.Retina and Vitreous: Section 12 2007-2008.Singapore:


LEO; 2008. p. 9-299.

7.Lang, GK. Ophtalmology, A Pocket Textbook Atlas. 2nd Edition.2006.Thieme. Germany. p.


305-344.

8.Sundaram venki.Training in Ophthalmology.2009. Oxford universitypress: New York. P.118-119.

9.Larkin, L. Gregory. Retinal Detachment.[serial online] 8thseptembe 2010[cited 19th June 2012].
Available from :http//emedicine.medscape.com/article/1226426.

10.James, Bruce, dkk.Oftalmologi Lecture Notes.2003. Erlangga: Jakarta. p.117-7.

Anda mungkin juga menyukai