Anda di halaman 1dari 6

DEMAM TIFOID

ICD-X : A01.0
No. Dokumen : 306/Pusk.Kuta II/UKP/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 16 Maret 2017
Halaman : 1/2

dr. I Wayan Darta


PUSKESMAS KUTA II NIP. 19671222 199903 1 006

1. Pengertian
penyakit infeksi di sebabkan oleh bakterisalmonela dengan gejala yang sangat bervariasi.

Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
2. Tujuan penanganan Demam Tifoid.

1. SK Kepala Puskesmas Nomor 800/001/Pusk.K.II/2017 tentang Penyusunan Standar


3. Kebijakan Operasional Prosedur (SOP)

1. Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


2. Permenkes no. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasyankes
Pertama

4. Referensi 3. Perda Badung no. 24 tahun 2012 tentang retribusi pelayanan kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan no. 0701 tahun 1991 tentang Pedoman Pelayanan
Gawat Darurat
5. Permenkes nomor 44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas

1. Tensimeter
5. Alat & bahan 2. Stetoscope
3. Senter

Anamnesis (Subjective)
Keluhan:
1. Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan
kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam
kontinu) hingga minggu kedua.
2. Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal.
3. Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, mual,
muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah.
4. Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia,
insomnia.
5. Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang.

Faktor Risiko
1. Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.
2. Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan yang dicuci
dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia,
makanan yang tercemar debu atau sampah atau dihinggapi lalat.
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
4. Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari hari.
5. Adanya carriertifoid di sekitar pasien.
6. Kondisi imunodefisiensi.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)


Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
2. Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai dari
yang ringan, seperti apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya delirium
atau koma).
3. Demam, suhu > 37,5C.
4. Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi
sebanyak 8 denyut per menit setiap kenaikan suhu 1C.
5. Ikterus
6. Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
7. Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik),
hepatosplenomegali.
8. Delirium pada kasus yang berat

Pemeriksaan Fisik Pada Keadaan Lanjut


1. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan kesadaran
seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma
atau dengan gejala-gejala psikosis (organic brain syndrome).
2. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
3. Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis
Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan), anemia.
2. Serologi
a. IgM antigen O9 Salmonella thypi(Tubex-TF)
Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
b. Enzyme Immunoassay test (Typhidot)
Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
c. Tes Widal tidak direkomendasi
Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau terdapat
kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang dengan interval
5 7 hari.
Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena reaksi
silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae, daerah
endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid dan preparat
antigen komersial yang bervariasi dan standaridisasi kurang baik. Oleh
karena itu, pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali
pemeriksaan serum akut karena terjadinya positif palsu tinggi yang dapat
mengakibatkan over-diagnosisdan over-treatment.
3. Kultur Salmonella typhi (gold standard)
Dapat dilakukan pada spesimen:
a. Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat demam
tinggi.
b. Feses : Pada minggu kedua sakit
c. Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
d. Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi
carriertyphoid.
4. Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya: SGOT/SGPT,
kadar lipase dan amilase.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


1. Suspek demam tifoid (Suspect case)
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan
saluran cerna dan petanda gangguan kesadaran. Diagnosis suspek tifoid hanya
dibuat pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Demam tifoid klinis (Probable case)
Suspek demam tifoid didukung dengan gambaran laboratorium yang
menunjukkan tifoid.

Komplikasi
Biasanya terjadi pada minggu kedua dan ketiga demam. Komplikasi antara lain
antara lain perdarahan, perforasi usus, sepsis, ensefalopati, dan infeksi organ lain.
1. Tifoid toksik (Tifoid ensefalopati)
Penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang disertai
dengan kekacauan mental hebat, kesadaran menurun, mulai dari delirium
sampai koma.
2. Syok septik
Penderita dengan demam tifoid, panas tinggi serta gejala-gejala toksemia yang
berat. Selain itu, terdapat gejala gangguan hemodinamik seperti tekanan darah
turun, nadi halus dan cepat, keringat dingin dan akral dingin.
3. Perdarahan dan perforasi intestinal (peritonitis)
Komplikasi perdarahan ditandai denganhematoschezia. Dapat juga diketahui
dengan pemeriksaan feses (occult blood test). Komplikasi ini ditandai dengan
gejala akut abdomen dan peritonitis. Pada foto polos abdomen 3 posisi dan
pemeriksaan klinis bedah didapatkan gas bebas dalam rongga perut.
4. Hepatitis tifosa
Kelainan berupa ikterus, hepatomegali, dan kelainan tes fungsi hati.
5. Pankreatitis tifosa
Terdapat tanda pankreatitis akut dengan peningkatan enzim lipase dan amilase.
Tanda ini dapat dibantu dengan USG atau CT Scan
6. Langkah-langkah 6. Pneumonia
Didapatkan tanda pneumonia yang diagnosisnya dibantu dengan foto polos
toraks.

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)


Penatalaksanaan
1. Terapi suportif dapat dilakukan dengan:
a. Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi
b. Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan
secara oral maupun parenteral.
c. Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah
serat.
d. Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
e. Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medic pasien.
2. Terapi simptomatik untuk menurunkan demam (antipiretik) dan mengurangi
keluhan gastrointestinal.
3. Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik lini pertama untuk
demam tifoid adalah Kloramfenikol, Ampisilin atau Amoksisilin (aman untuk
penderita yang sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol).
4. Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai tidak efektif, dapat
diganti dengan antibiotik lain atau dipilih antibiotik lini kedua yaitu
Seftriakson, Sefiksim, Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak <18 tahun karena
dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

Antibiotik dan dosis penggunanuntuk tifoid


ANTIBIOTIKA DOSIS KETERANGAN
Kloramfenikol Dewasa: 4x500 mg selama 10 Merupakan obat yang sering
hari Anak 100 mg/kgBB/hari, digunakan dan telah lama
peroral atau intravena, dibagi dikenal efektif untuk tifoid.
4 dosis, selama 10-14 hari. Murah dan dapat diberikan
peroral serta sensitivitas masih
tinggi. Pemberian PO/IV tidak
diberikan bila lekosit
<2000/mm3
Ampisilin & Dewasa: (1.5-2)gr/hr selama Aman untuk penderita hamil .
Amoksisilin 7-10hari Anak : 100 mg/kgbb/ Sering dikombinasi dengan
hari peroral. kloramfenikol pada pasien
kritis.
Kotrimoksazole Dewasa: 2x(160-800) selama Tidak mahal
7-10 hari Anak: Kotrimoksazol Pemberian per oral
4-6mg/kgBB/hari, peroral,
dibagi 2 dosis, selama 10 hari.
Kuinolon Ciprofloxacin 2x500 mg Pemberian peroral
selama 1 minggu Pemberian pada anak tidak
dianjurkan karena efek
samping pada pertumbuhan
tulang.
Sefiksim Anak: Aman untuk anak
20mg/kgBB/hari, per oral, Efektif Pemberian per oral
dibagi menjadi 2 dosis,
selama 10 hari
Thiamfenikol Dewasa: 4x500 mg/hari Dapat dipakai untuk anak dan
Anak: 50 mg/kgbb/hari dewasa.
selama 5-7 hari bebas Panas Dilaporkan cukup sensitif pada
beberapa daerah.

Rencana Tindak Lanjut


1. Bila pasien dirawat di rumah, dokter atau perawat dapat melakukan kunjungan
follow up setiap hari setelah dimulainya tatalaksana.
2. Respon klinis terhadap antibiotik dinilai setelah penggunaannya selama 1
minggu.

Indikasi Perawatan di Rumah


1. Persyaratan untuk pasien
a. Gejala klinis ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi atau komorbid yang
membahayakan.
b. Kesadaran baik.
c. Dapat makan serta minum dengan baik.
d. Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat dan tanda-tanda bahaya yang
akan timbul dari tifoid.
e. Rumah tangga pasien memiliki dan melaksanakan sistem pembuangan
eksreta (feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi persyaratan kesehatan.
f. Keluarga pasien mampu menjalani rencana tatalaksana dengan baik.
2. Persyaratan untuk tenaga kesehatan
a. Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien.
b. Dokter mengkonfirmasi bahwa penderita tidak memiliki tanda-tanda
yang berpotensi menimbulkan komplikasi.
c. Semua kegiatan tata laksana (diet, cairan, bed rest, pengobatan) dapat
dilaksanakan secara baik di rumah.
d. Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap hari.
e. Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi secara lancar dengan keluarga
pasien di sepanjang masa tatalaksana.

Konseling dan Edukasi


Edukasi pasien tentang tata cara:
1. Pengobatan dan perawatan serta aspek lain dari demam tifoid yang harus
diketahui pasien dan keluarganya.
2. Diet, jumlah cairan yang dibutuhkan, pentahapan mobilisasi, dan konsumsi
obat sebaiknya diperhatikan atau dilihat langsung oleh dokter, dan keluarga
pasien telah memahami serta mampu melaksanakan.
3. Tanda-tanda kegawatan harus diberitahu kepada pasien dan keluarga supaya
bisa segera dibawa ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.

Pendekatan Community Oriented


Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat tentang aspek pencegahan dan
pengendalian demam tifoid, melalui:
1. Perbaikan sanitasi lingkungan
2. Peningkatan higiene makanan dan minuman
3. Peningkatan higiene perorangan
4. Pencegahan dengan imunisasi

Kriteria Rujukan
1. Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).
2. Tifoid dengan komplikasi.
3. Tifoid dengan komorbid yang berat.
4. Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak perbaikan.

DEMAM TIFOID
ICD-X : A01.0
No. Dokumen : 306/Pusk.Kuta II/UKP/2017
No. Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 16 Maret 2017
Halaman : 1/2

dr. I Wayan Darta


PUSKESMAS KUTA II NIP. 19671222 199903 1 006

7. Hal-hal yang perlu


diperhatikan

1. Loket Pendaftaran
2. Poli Umum
3. Poli KIA/KB
8. Unit terkait 4. Poli Gigi
5. Ruang Asoka
6. Ruang Farmasi
7. Laboratorium

1. Rekam medis
9. Dokumen terkait
2. Surat rujukan

Tanggal mulai
No. Yang diubah Isi Perubahan diberlakukan

10. Rekaman Historis


perubahan

Anda mungkin juga menyukai