TIDUR
Oleh :
Stefany MJ
Carina Sudarjo
Visheila IM
Christoya Kezia
Barbara O
Herson Liem
Ritme Tidur dan Bangun
Pada tahun 1920-an sampai 1950-an banyak Psikologi yang meyakini tentang sikap
perilaku dapat dicari hubungannya dengan stimulasi eksternal. Sebagai contoh,
pergiliran antara tidur dan terbangun harus bergantung pada sesuatu yang ada di dunia
luar, misalnya siklus matahari terbit dan tenggelam atau fluktuasi suhu.
Siklus Endogern
Pada banyak kasus, seekor hewan harus bersiap menghadapi perubahan
(misalnya cahaya matahari dan suhu) sebelum perubahan tersebut terjadi.
Kesiapan hewan menghadapi perubahan musim dipicu sebagian mekanisme
internal.
Sebagai contoh, burung migran melihat beberapa tanda-tanda eksternal
yang memberi petunjuk untuk terbang ke arah selatan ketika musim dingin, tetapi
setelah mereka mencapai daerah tropis, tidak ada lagi tanda-tanda eksternal
yang memberi petunjuk kapan waktu yang tepat untuk kembali ke utara pada
musim semi (suhu antarmusim di daerah tropis tidak mengalami perubahan
terlalu banyak, serta panjang siang dan malam hari cenderung sama). Terlepas
dari itu semua, burung migran tetap terbang kembali ke utara pada saat yang
tepat.
Ternyata tubuh burung migran menghasilkan sebuah ritme, yang
menyiapkan burung tersebut terhadap perubahan musim. Ritme tersebut dikenal
dengan ritme sirkanual endogen (endogenus circannual rhytm)-endogen yang
berarti berasal dari dalam, sirkanual berasal dari Bahasa Latin circum yang
berarti sekitar dan annum yang berarti tahun. Seluruh hewan juga
menghasilkan ritme sirkadian endogen (endogenus circadian rhythm), sebuah
ritme yang berlangsung sekitar satu hari-Sirkadian verasal dari Bahasa Latin
circum yang berarti sekitar dan dies yang berarti hari. Ritme endogen pada
diri manusia yang paling dikenal, merupakan pengendali tidur dan bangun. Jika
individu tidur semalaman (seperti yang dilakukan sebagian besar Mahasiswa,
cepat atau lambat), maka semakin malam individu akan merasa semakin
mengantuk. Namun, ketika di pagi hari, individu akan mulai merasa tidak terlalu
mengantuk. Ternyata sebagian besar dorongan untuk tidur bergantung dari
waktu dalam satu hari dan bukan dari tidur yang baru saja individu lakukan.
Mamalia, termasuk manusia memiliki ritme sirkadian yang mengatur kapan
kita tidur dan terbangun, frekuensi makan dan minum, suhu tubuh, sekresi
hormone, volume urin yang dikeluarkan, sensitivitas terhadap obat, serta variable
lainnya.
Sebagai contoh, walau umumnya kita mengetahui bahwa suhu normal tubuh
manusia adalah 37oC, tetapi suhu normal tubuh dalam satu hari berfluktuasi
mulai dari titik terendah mendekati 36oC pada malam hari hingga sekitar 37oC
pada sore hari.
Namun, siklul sirkadian tiap individu berbeda-beda. Sebagian individu yang
bangun tidur lebih awal (individu pagi) menjadi lebih produktif dan
kewaspadaannya akan berkurang secara bertahap seiring dengan
berjalanannya waktu. Sedangkan individu lainnya (individu malam) lebih sulit
bangun pagi dalam makna denotative dan konotatif. Umur adalah salah satu
penentu ritme sirkadian.
- Melatonin
Nucleus suprakiasma mengendalikan fase bangun dan tidur
melalui pengendalian terhadap aktivitas beberapa area otak yang
lain, salah satunya adalah kelenjar pineal yang merupakan sebuah
kelenjar endokrin yang terletak pada sisi posterior thalamus. Kelenjar
pineal mengekskresikan hormone melatonin, sebuah hormone yang
dapat meningkatkan rasa kantuk. Pada manusia, proses itu sebagian
besar terjadi pada malam hari sehingga kita mengantuk.
Sekresi melatonin pada manusia umumnya terjadi 2 hingga 3 jam
sebelum waktu tidur. Konsumsi pil melatonin pada sore hari tidak
terlalu mempengaruhi rasa kantuk karena tubuh juga menghasilkan
elatonin. Akan tetapi, jika mengkonsumsi pil dilakukan di waktu lain,
maka rasa kantuk akan muncul dalam 2 jam kemudian.
Hipotesis Hipotesis
Tidur REM dan NREM mungkin berperan penting dalam mengonsolidasi tipe-tipe
ingatan yang berbeda. Individu yang mengalami pengurangan periode awal tidur di
malam hari , menderita gangguan proses belajar verbal seperti mengingat urutan kata-
kata. Sementara itu, individu yang mengalami pengurangan priode kedua tidur,
mengalami gangguan konsolidasi keterampilan motor yang telah di pelajari. Di lain pihak
individu yang mengonsumsi obat yang menginhibisi MAO tidak melaporkan adanya
gangguan memori apa pun dan penelitian tentang obat-obat tersebut justru
mengindikasikan bahwa obat tersebut terkadang memperkuat memori.