Pembimbing :
dr. Hj. Rini Sulviani, Sp.A. M.Kes
Disusun oleh:
Khoirunnisa (2010730056)
IDENTITAS PASIEN
Jenis
Perempuan Perempuan Laki-laki
kelamin
Golongan
A A O
darah
Masuk
10 juni 2014
Rumah Sakit
ANAMNESIS
Dilakukan alloanamnesis pada tanggal 11 juni 2014 jam 12.00 WIB di ruang PICU kelas 2
kepada ibu kandung pasien.
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran 1 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan :
Mencret, muntah, mual, demam, lemas, sesak.
Keluhan pasien didahului oleh mencret, muntah, mual, demam, lemas, sesak sejak 2
minggu SMRS. Pasien buang air besar (BAB) sebanyak 4 5 kali perhari, banyaknya
setengah aqua gelas untuk sekali mencret, encer, cairan lebih banyak daripada ampas, tidak
ada lendir, tidak ada darah, berwarna kuning dan bau normal. Ubun-ubun tampak agak
cekung, kemudian mata agak cekung, dan mukosa bibir tampak kering, anak juga tampak
sulit atau tidak bisa minum. Kemudian muntah yang di sertai mual pada pasien tiap kali
selesai makan 3-5 x perharinya, banyaknya muntah tergantung pada apa yang dimakan
oleh anak.Muntah pasien berisikan makanan yang telah dimakan pasien sebelumnya
maupun minum yang di minum sebelumnya. Muntah pada pasien tidak disertai lendir dan
tidak disertai oleh darah. Muntah anak tidak berbau busuk maupun berbau asam.
Pasien juga mengalami demam tinggi yang datang secara tiba-tiba atau mendadak,
demam terjadi secara terus menerus dan tidak ada hari bebas demam. Pasien sudah diberi
obat penurun demam (dari dokter umum), namun hanya turun untuk beberapa saat dan lama
kelamaan suhunya naik lagi. Pasien tidak mengukur suhu saat demam terjadi.
Semenjak mencret dan demam pasien menjadi lemas, pasien tampak tidak
mempedulikan lingkungan sekitarnya, pasien hanya diam saja tidak melakukan aktifitas
sehari-hari dan pasien malas bermain tidak seperti biasanya. Nafsu makan pada pasien juga
menurun. Pasien tidak mau makan makanan yang dia konsumsi setiap harinya.
Pasien tidak memiliki keluhan nyeri pada mata, mengeluarkan sekret mata, dan benjolan
di mata disangkal. Keluhan nyeri telinga, keluar cairan dari telinga, ataupun gangguan
pendengaran disangkal. Keluhan nyeri menelan serta nyeri di tenggorokan disangkal.
Keluhan adanya benjolan di leher ataupun di daerah lipatan tubuh disangkal. Keluhan
munculnya bintik kemerahan / ruam pada kulit disangkal. Keluhan menderita flek paru
disangkal. Keluhan nyeri saat kencing disangkal. Keluhan adanya pembengkakan atau nyeri
pada persendian ataupun tulang disangkal. Riwayat alergi terhadap obat dan makanan
disangkal. Riwayat trauma sebelum pasien sakit juga disangkal. Pasien tidak memiliki
riwayat trauma pada daerah kepala, tidak ada riwayat perdarahan hebat, tidak menggunakan
obat-obatan, tidak keracunan gas, pasien juga tidak memiliki riwayat DM.
Pasien di rawat di RS Cikarang 2 minggu SMRS dengan keluhan mencret, demam dan
lemas. Pasien mengalami perbaikan yaitu mencret sudah berkurang yaitu pada BAB ampas
sudah lebih banyak dari air, warna kuning, tidak ada lender tidak ada darah dan bau normal.
Demam sudah mulai turun berangsur-angsur setelah 3 hari dirawat kemudian di perbolehkan
untuk pulang, namun pasien masih tampak lemas. Namun 4 hari setelah pasien keluar dari
RS, perut anak terasa kembung dan kembali datang ke sebuah klinik.
RIWAYAT ALERGI
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak tunggal dari keluarg kecil yang terdiri dari ayah yang
bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan swasta di daerah bekasi, dan
seorang ibu yang kesehariannya adalah seorang ibu rumah tangga. Makanan yang
dimakan oleh pasien sama dengan menu keluarga. Keadaan rumah pasien cukup
bagus, memilik ventilasi udara yang cukup dan beralaskan keramik.
RIWAYAT KELAHIRAN
A. Riwayat Kehamilan
Perawatan Antenatal : Rutin periksa ke posyandu tiap 1 bulan sekali
B. Kelahiran
Tempat kelahiran : Puskesmas
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Spontam pervaginam
Keadaan Bayi
Berat badan lahir : 2700 gram
Panjang badan lahir : 47 cm
: Langsung menangis dan bergerak aktif
C. Riwayat tumbuh kembang
MOTORIK KASAR
MOTORIK HALUS
Pasien mulai mencoba meraih benda yang dilihat pada usia 4 bulan
Pasien mulai memasukkan benda ke dalam mulutnya pada usia 6 bulan
Pasien mulai bisa melempar benda benda pada usia 8 bulan
Pasien mulai bisa mencoret-coret kertas pada usia 14 bulan
PERSONAL SOSIAL
BAHASA
D. Riwayat makanan
0 4 bulan : ASI + PASI
4 12 bulan : ASI + bubur susu, bubur nasi, biskuit
12 bulan sekarang : Menu keluarga
RIWAYAT IMUNISASI
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik ini dilakukan pada tanggal 11 juni 2014 jam 12:00 WIB
10,8
WFA : x 100% = 103,8% ( normal)
10,4
78
HFA : : x 100% = 101,2 % ( normal)
77
10,8
WFH : : x 100% = 94,4 % ( normal)
10,2
Tanda Vital
Tekanan darah : 90/55 mm/Hg (95/65 mm/Hg)
Frekuensi nadi : 136x/menit (70120x/menit)
Frekuesi pernapasan : 60 x/menit (2550x/menit)
Suhu : 38,1 C ( 36,6C 37,2C)
Paru-paru
Inspeksi : gerakan dada kiri dan kanan terlihat
simetris, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada teraba simetris kiri dan kanan
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler , ronchi -/-, wheezing
-/- .
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : kardiomegali (-)
Batas atas : ICS II
Batas kiri : linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Auskultasi : s1 normal, s2 normal, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : supel, hepatomegali (-) 1/3-1/3, lien tidak
teraba
Perkusi : timpani di semua kuadaran abdomen
Auskultasi : bising usus + 6x/ menit
Eye response
Spontaneous 4
To speech / sound 3
To pain 2
None 1
Verbal response
Coos / babbles 5
Irritable cry 4
Cries to pain 3
Moans to pain 2
None 1
Motor response
Spontaneous 6
Withdraws to touch 5
Withdraws to pain 4
Abnormal flexion (decorticate) 3
Abnormal extension (decerebrate) 2
No response 1
1. Rangsang meningeal :
- Kaku kuduk (-) (normal)
- Brudzinski I (-) (normal)
- Brudzinski II (-) (normal)
- Kernig (-) (normal)
2. Tanda peningkatan tekanan intracranial :
- Muntah proyektil (-)
- Sakit kepala progresif : tidak dapat dinilai
3. Pemeriksaan saraf kranialis :
Saraf kranial I : penilaian fungsi penghidu/ bau, tidak dapat dinilai .
Saraf kranial II : menentukan visus, lapang pandang dan penglihatan retina
menggunakan funduskopi, tidak dapat dinilai dan tidak ada alat.
Saraf kranial III, IV, VI : Kedudukan bola mata simetris ditengah, tidak ada deviasi
konjugat, tidak ada exoftalmus dan enoftalmus. Gerak bola mata ada. Refleks cahaya
langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+. Tes akomodasi tidak bisa dinilai.
Saraf kranial V : menilai sensorik dan motorik wajah tidak dapat dinilai, refleks
kornea +/+.
Saraf kranial VII : menilai sensoris saraf cranial VII (2/3 anterior lidah), menilai
motorik wajah (ekspresi wajah) tidak dapat dinilai.
Saraf kranial VIII : menilai keseimbangan dan fungsi pendengaran, tidak dapat
dinilai.
Saraf kranial IX dan X : menelan, batuk, berbicara, pemeriksaan arkus faring, dan
refleks muntah tidak dapat dinilai.
Saraf kranial XI : Otot sternocleidomastoideus dan otot trapezius tidak ada atrofi,
fasikulasi -/-. Kekuatan otot tidak bisa dinilai karena pasien tidak sadar.
Saraf kranial XII : Gerakan lidah +
4. Koordinasi : tidak dapat di nilai
5. Motorik : tidak dapat dinilai
6. Sensorik : tidak dapat dinilai
7. Fungsi otonom :
8. Refleks :
Refleks fisiologis
- Refleks bisep +/+ (normal)
- Refleks trisep +/+ (normal)
- Refleks patella +/+ (normal)
- Refleks achilles +/+ (normal)
Refleks patologis :
Pasien mengalami mencret sekitar 2 minggu lalu sebelum masuk rumah sakit. BAB
encer, cairan lebih banyak daripada ampas, tidak ada lender, tidak ada darah, berwarna
kuning dan bau normal. Pasien juga mengalami demam yang datang secara tiba-tiba atau
mendadak, demam terjadi secara terus menerus dan tidak ada hari bebas demam. Semenjak
mencret dan demam pasien menjadi lemas, tidak melakukan aktifitas sehari-hari . Nafsu
makan pada pasien juga menurun. Kemudian pasien mengalami mual dan muntah setelah
makan. Muntah pasien berisikan makanan yang telah dimakan pasien sebelumnya, tidak ada
lendir, dan tidak ada darah.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan, didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit berat, dengan
kesadaran sopor, nilai GCS 4 (E1V1M2). Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah
98/55 mmHg, HR 142x/menit , frekuensi napas 60 kali / menit, dan suhu tubuh 38,1C.
sclera tampak kering, bibir kering, akral terasa dingin, CRT 3 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan nilai hematologi yang bermakna yaitu
peningkatan kadar gula darah sewaktu 179 mg/dl, penurunan kadar hemoglobin 8,0 g/dl,
penurunah hematokrit 23,7% dan penurunan jumlah kadar kalium 1,18 mEq/L penurunan
kadar natrium 131 mEq/L.
DIAGNOSIS KERJA
Penurunan kesadaran ec hiponatremia
DIAGNOSIS BANDING
Penurunan kesadaran ec hipokalemia
Penurunan kesadaran ec hipokalsemia
PENATALAKSANAAN
Umum
Rawat PICU
Diet : puasa, pemasangan NGT dialirkan
Monitoring tanda-tanda vital
Cek elektrolit
Khusus
Koreksi natrium : NaCl 3% 1,08 mEq/L + NaCl 0,9 % 45 ml/ jam
Koreksi kalium : KCl 7,46 % i.v. 10,8 mEq diberikan selama 2 jam
Koreksi kalsium : CaCl2 10% 1 ml iv dengan kecepatan 0,5 ml/ menit
Inj.dexamethasone 1 x 600 mg perhari
Ceftriaxone 1 x 600 mg perhari
Inj. Ranitidine 2 x 7 mg perhari
Transfuse PRL 10 cc/4 jam
USULAN PEMERIKSAAN :
EKG
BUN/kreatinin
Urinalisis
Analisis gas darah
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad malam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Analisa Kasus
DIAGNOSIS
Anak perempuan, usia 1 tahun 3 bulan, dengan berat badan 10,2 kg, hari rawat
kedua, dengan penurunan kesadaran hari ke-2, dengan status imunisasi lengkap, status
gizi sesuai usia, status pertumbuhan sesua i usia, status perkembangan sesui usia, dengan
diagnosis :
Penurunan kesadaran ec hiponatremia
Penurunan kesadaran ec hipokalemia
Diagnosis diambil berdasarkan gejala klinis, dimana pada kasus ini di temukan :
Anamnesis :
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari sebelum di rawat
di rumah sakit.
Pasien mencret sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengalami demam yang datang secara tiba-tiba dan tidak ada hari
bebas demam, demam turun hanya pada saat setelah minum obat, namun kembali
naik lagi setelah beberapa saat.
Pemeriksaan fisik :
Kesadaran : GCS 4 (E1M2V1)
Tandatanda vital :
- Tekanan darah : 98/55 mmHg
- HR : 142x/menit
- Frekuensi napas : 60x/menit
- Suhu : 38,1C
- Sclera : tampak kering
- Mukosa bibir : tampak kering
- Akral : terasa dingin
- CTR : 3 detik
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan laboratorium :
- Gula darah sewakktu : 179 mg/dl
- Hb : 8,0 g/dl
- Kadar kalium : 1,18 mmol/L
- Kadar natrium : 131 mmol/L
- Kadar kalsium : 6,35 mmol/L
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang merujuk pada
gejala- gejala hipokalmia dan hipokalsemia yaitu berupa :
Anamnesis :
Diare
Muntah
Kehilangan keringat berlebihan
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan penunjang :
USULAN PEMERIKSAAN :
EKG
BUN/kreatinin
Urinalisis
Analisis gas darah
Penurunan kesadaran
Kesadaran ditentukan oleh kondisi pusat kesadaran yang berada di kedua hemisfer
serebridan Ascending Reticular Activating System (ARAS) Jika terjadi kelainan pada kedua
sistem ini, baik yang melibatkan sistem anatomi maupun fungsional akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kesalpmdaran dengan berbagai tingkatan.Ascending Reticular Activating
System merupakan suatu rangkaian atau network system yang dari kaudal berasal dari medulla
spinalismenuju rostral yaitu diensefalon melalui brain stem sehingga kelainan yang mengenai
lintasanARAS tersebut berada diantara medulla, pons, mesencephalon menuju ke
subthalamus,hipothalamus, thalamus dan akan menimbulkan penurunan derajat kesadaran.
Neurotransmiter yang berperan pada ARAS antara lain neurotransmiter kolinergik,
monoaminergik dan gammaaminobutyric acid (GABA) Respon gangguan kesadaran pada
kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang berpengaruh kepada sistem arousal yaitu respon
primitif yang merupakan manifestasi rangkaianinti-inti di batang otak dan serabut-serabut saraf
pada susunan saraf. Korteks serebri merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat di
mana kedua korteks ini berperan dalamkesadaran akan diri terhadap lingkngan atau input-input
rangsangan sensoris, hal ini disebut jugasebagai awareness.
Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ( Corwin, 2001 )
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak
terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal
terhadap stimulus.
Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang
mengenal /mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. (Padmosantjojo, 2000 )
Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :
1. Kompos mentis
Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan
bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam. GCS Skor
14-15
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat
menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya
menurun. Skor 11-12 : somnolent
3. Stupor / Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu
dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri. Skor 8-10 : stupor
4. Soporokoma / Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti,
motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara
maupun reaksi motorik. . Skor < 5 : koma
( Harsono , 1996 )
Gangguan elektrolit
Hiponatremia
Gejala klinis :
- Disorientasi
- Penurunan kesadaran
- Irritable
- Kejang
- Letargi
- Mual
- Muntah
- Kelumpuhan
- Henti napas
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
- Tekanan darah rendah
- Takikardia
- Capillary refill time (CRT)
- Selaput lender kering
- Turgor kulit
Pemeriksaan penunjang :
- Cek elektrolit
- Cek glukosa
- BUN / kreatinin
- Urinalisis
Hipokalsemia
Kalsium
Kalsium diperlukan untuk kontraksi otot, transmisi impuls saraf, sekresi hormone,
pembekuan darah, pembelahan sel, pergerakan sel dan penyembuhan luka. Penilaian paling baik
kadarnya dalam darah adalah dengan kadar kalsium yang terionisasi. Jika penanganan
didasarkan pada kalsium darah total, maka konsentrasi albumin harus dipertimbangkan. Pada
umumnya untuk setiap peningkatan atau penurunan 1 gr/dl, albumin serum, kalsium darah
meningkat atau menurun 0,8 mg/dl (0,2 mmol/L). Walaupun demikian, hubungan antara
kalsium darah dan albumin tidak digunakan dalam penanganan pasien yang kritis
Hipokalsemia adalah keadaan dimana kadar kalsium (Ca) total < 2,12 mmol/L ( < 8 mg/dl)
Gejala klinis :
- Hipotensi
- Bradikardi
- Aritmia
- Gagal jantung
- Kelumpuhan
- Spasme otot
- Laringospasme
- Hiperfleksia
- Kejang
- Tetani
- Parestesia
Hipokalemia
Kalium
Kalium merupakan unsur yang amat penting untuk mempertahankan membran potensial
elektrik. Perubahan pada ion ini akan berdampak terutama pada kardiovaskular,
neuromuskular dan gastrointestinal.
Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium (K) dalam darah < 3,5 mEq/L .
Penurunan konsentrasi kalium serum 1 mEq/L akibat kehilangan kalium biasanya sebanding
dengan kehilangan sekitar 10-30% kalium tubuh. Hubungan antara konsentrasi kalium
intraseluler dan ekstraseluler sangat menentukan fungsi sel. Depolarisasi membran, suatu proses
yang bertanggung jawab untuk memulai kontraksi otot memerlukan aliran cepat natrium
kedalam sel, diikuti aliran keluar kalium yang sebanding. Proses ini dibalik pada saat
repolarisasi. Pada hipokalemia rasio konsentrasi kalium intraseluler dan ekstraseluler akan
meningkat.
Hipokalemia mengakibatkan perubahan fungsional otot rangka, otot polos, dan jantung.
Manifestasi jantung hipokalemia yang paling mudah diliht adalah perubahan EKG yaitu
pemanjangan interval QT dan perataan gelombang T. gejala lainnya dari hipokalemia adalah
gejala neurologis berat, termasuk insufisiensi autonomik, yang bermanifestasi sebagai hipotensi
ortostatik, tetati dan penurunan eksitabilitas neuromuskuler. Kemudian bisa didapatkann
kelemahan dan penurunan motilitas usus
FOLLOW UP
Hasil laboratorium