JUDUL PENELITIAN
II. PENDAHULUAN
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum
yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam
sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata
Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendi-dikan
Nasional sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional.
Menurut Trowbridge & Bybee (1990:48) IPA merupakan perwujudan dari suatu hubungan
dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode
knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan
(inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk
prediksi. Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara
berpikir, melainkan science as a way of knowing. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat
prosedur. Sementara nilai-nilai (values) IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral,
nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan nanusia, serta sikap dan tindakan
pengambilan keputusan).
Karakteristik dan pengertian IPA sebagaimana diuraikan di atas secara singkat terangkum
dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata
Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah cara mencari tahu secara sistematis tentang alam
semesta. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk
mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung
makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu
menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang
IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi
KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan
dalam pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini
disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-
guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain
itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya
Dari hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri No.
IPA selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain pembelajaran IPA masih
kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan
pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum, karena alat-alat yang diperlukan
sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh
kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru
(beberapa guru bertindak sebagai guru kelas rangkap), sangat terbatas juga alat yang
dapat disediakan. Untuk menghindarai agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka
metode pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA
Metode demonstrasi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA di SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara semula dimaksudkan agar siswa dapat terlibat lebih baik dalam
Kelas V belum menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Pada saat pembelajaran
masih banyak siswa yang kurang penuh memperhatikan demonstrasi guru. Bahkan tidak
sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya
sesuatu, mengganggu teman, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan
keinginannya sendiri.
Selain aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi tidak efektif,
hasil belajar yang dicapai siswa pun pada umumnya belum optimal. Nilai yang diperoleh
siswa dari setiap ulangan siswa rata-rata berkisar antara 5,0 sampai dengan 6,5. Lebih-
lebih pada saat ujian akhir semester, nilai ulangan mereka rata-rata kurang dari 6,0. Selain
itu, pada saat Ujian Sekolah untuk mata uji praktikum IPA, aktifitas dan hasil ujian siswa
sangat jauh dari yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pada
pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara selain belum efektif
dalam hal penggunaan waktu dan aktivitas siswa, juga belum efektif untuk mencapai tujuan
demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara ?
IPA dengan metode demonstrasi di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara?
Masalah penelitian dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode
demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara
semester 2 untuk topik Gaya Magnet.
C. Pemecahan Masalah
Permasalahan tentang bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA
di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara akan dilaksanakan melalui serangkaian
pembelajaran pada topik Gaya Magnet. Pembelajaran tersebut akan dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kelas yang akan digunakan adalah Kelas
V, hal ini dilakukan mengingat peneliti bertugas sebagai guru di kelas tersebut sehingga
situasi, kondisi, dan keperluan di lapangan sudah dikenal dengan baik.
Tindakan pemecahan masalah secara garis besar meliputi:
1. Meningkatkan kemampuan guru merancang teknik dan alat yang dapat menunjang metode
4. Meningkatkan waktu efektif belajar siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V melalui
5. Meningkatkan kerja ilmiah (keterampilan proses) siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V
6. Meningkatkan hasil belajar penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V
D. Tujuan Penelitian
Sasaran utama yang diharapkan sebagai tujuan dari kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDN
khususnya pada topik Gaya Magnet. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah:
Utara dalam pembelajaran IPA topik Gaya Magnet setelah implementasi Gaya Magnet
metode demonstrasi;
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alat dan teknik penunjang yang lebih realistis dan
IPA di Sekolah Dasar. Aturan dan model tersebut dapat dijadikan perbandingan dan
pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan menggunakan metode demonstrasi pada
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan
permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar khususnya di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara.
3. Manfaat Kelembagaan
Secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam
pembelajaran yang benar-benr merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistic sekolah
yang bersangkutan.
A. Kerangka Teoritik
c. Siswa terlibat aktif melakukan kerja ilmiah (observasi, mencatat dan melaporkan data,
menyimpulkan, dll) dan sikap ilmiah (mau bertanya, hati-hati, tanggung jawab, berani
mencoba dll)
F. Anggapan Dasar
sebagai berikut.
1. Pembelajaran IPA akan efektif apabila dibantu dengan objek (benda), gejala alam, atau alat
pembelajaran IPA.
3. Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan/Teknik Bertanya merupakan alat untuk membantu
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang relevan dan sejumlah asumsi dasar sebagai-mana
dikemukakan, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
Serangkaian tindan pembelajaran bersiklus yang berorientasi kepada upaya optimalisasi
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan Keterampilan Proses Siswa pada
pembelajaran IPA topik Gaya Magnet di Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 200115
Padangsidimpuan Utara
a. Menetapkan peneliti mitra (observer) yaitu Kepala SDN No. 200115 Padangsidimpuan
Utara. Membangun kesepahaman antara peneliti dengan observer tentang konsep dan
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, topik yang diangkat dalam proses pembelajaran,
serta penentuan waktu pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
b. Mengkaji kurikulum mata pelajaran IPA Kelas V untuk mengetahui standar kompetensi dan
hasil belajar yang ditetapkan kurikulum pada topik Gaya Magnet. Menyusun rancangan
umum pembelajaran, instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang berhubungan
dengan silabus pembelajaran beserta LKS-demonstrasi, proses pelaksanaan tindakan,
efektifitas belajar siswa, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan selama
pembelajaran IPA pada PTK berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan
beberapa siklus tindakan. Pada setiap siklus tindakan diobservasi, dievaluasi dan direfleksi
data-data atau temuan yang berhubumgan dengan kinerja guru dalam menggunakan
B. Subjek Penelitian
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan dalam Pembelajaran IPA di
Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 200115 Padangsidimpuan Utara; semester Genap tahun
2008 pada topik Gaya Magnet. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 42
orang terdiri dari 24 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.
Adapun jenis variabel-variabel penelitian yang menjadi fokus tindakan pada penelitian
adalah:
(1) Variabel input
Yaitu kemampuan awal guru siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi
Yaitu kinerja guru dalam mengelola pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
demonstrasi pada pembelajaran IPA topik Gaya Magnet, termasuk di dalamnya upaya-
pembelajaran IPA topik Gaya Magnet dengan menggunakan metode demonstrasi, serta
data beserta metode dan instrument yang digunakan untuk memperolehnya ditunjukkan
Tabel 1
Jenis Data, Metode dan Instrumen Pengumpul
NO JENIS DATA METODE ALAT
Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan diberlakukan pada
setiap siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target optimal
dimaksudkan baik untuk kinerja guru maupun hasil belajar siswa.
1. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil orientasi dan identifikasi masalah
2. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data perencanaan tindakan penelitian.
3. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil pelaksanaan pada setiap siklus
tindakan pembelajaran.
B. Pembahasan terhadap hasil dan temuan penelitian tindakan pada setiap siklus
Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap informasi tindakan, data, dan hasil
penelitian perlu dijelaskan istilah-istilah kunci pada judul penelitian sebagai berikut.
A. Optimalisasi adalah pencapaian hasil terbaik atau tertinggi sesuai dengan kapasitas, kondisi
dan situasi saat dilaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini adalah optimalisasi kinerja
B. Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang menitik beratkan pada
upaya guru menggunakan alat peraga yang jumlahnya sangat terbatas untuk memperjelas
konsep dan memfasilitasi kinerja siswa. Dalam penelitian ini alat peraga yang dimaksud
C. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA dengan topik Gaya Magnet
D. Keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses siswa
Penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu bulan Pebruari sampai dengan
bulan Juli 2008. Adapun jadwal kegiatan pokok adalah sebagai berikut.
Tabel 2
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Waktu: Bulan ke . . . .
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Pendahuluan: orientasi,
identifikasi masalah, dan anali-
1.
sis masalah, proposal
penelitian.
Pembuatan Instrumen
2. penelitian dan pendalaman
literatur.
Persiapan dan pelaksanaan
3.
siklus tindakan pembelajaran
Penyusunan Draft Laporan
4.
Pene-litian (Bahan Skripsi)
5. Penulisan Final Skripsi
Penyerahan skripsi untuk ujian
6.
sidang
BPTP Disdik Jabar, (2004) Pengantar Praktik Penilaian Pembelajaran Sains. Bandung: Balai
Pengembangan Teknologi Pendidikan Disdik Jabar.
BPTP Disdik Jabar, (2004) Penilaian Sikap dan Kerja Siswa. Bandung: Balai Pengembangan Teknologi
Pendidikan Disdik Jabar.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat
Kurikulum.
Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif.
Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2004) Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Penilaian Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdikbud, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Edi Hendri M, (2006). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung Naskah Buku Ajar untuk UPI
Press.
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Tim Dosen Pendidikan IPA PGSD UPP3 FIP (2001). Teori Pembelajaran IPA untuk Sekolah Dasar. UPI.
Tasikmalaya.
Wardani, I.G.A.K dkk (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
"Zada Centre"
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
A. Latar Belakang
IPA berasal dari bahasa asing science berasal dari kata lain scientia yang berarti saya tahu.
Kata science sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial
(social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang
mengatakan science maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia
disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (physical science) yang
antara lain adalah ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life
science).
Untuk mengidentifikasi IPA dengan kata-kata atau kalimat yang singkat tidak mudah, karena
sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut. Menurut H. W. Fowler IPA
adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Menurut Robert B. Sund IPA
adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses, dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur
yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan tersebut. Dari definisi tersebut syarat-syarat IPA adalah obyektif,
sistematik, mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah.
Dalam perkembangan jaman yang semakin pesat ini, pembelajaran IPA sangat penting
karena pada hakikatnya IPA adalah produk proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan
nilai yang terdapat didalamnya. Banyak orang berpendapat bahwa menguasai IPA sangat penting, karena
dalam pembelajaran IPA siswa diberi kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari melalui cara cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika
yang berlaku dalam masyarakat.
Sejalan dengan adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, dalam kurikulum 1994 proses dan konsep IPA diintegrasikan dalam setiap rumusan tujuan
pembelajaran (umum) yang harus diukur pencapaiannya. Oleh karena itu guru diharapkan untuk dapat
mengambil keputusan, baik ketika merencanakan maupun ketika melaksanakan pembelajaran, termasuk
memecahkan masalah masalah yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam
melaksanakan pembelajaran unsur terpenting adalah merangsang dan mengarahkan siswa untuk belajar.
Mengajar tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
sikap, serta idealisme dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan
siswa.
Dalam pembelajaran IPA di SD, mengajar yang baik menurut Gagne meliputi delapan langkah
yang sering disebut kejadian kejadian instruksional (instruksional events) meliputi mengaktifkan siswa,
memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian, merangsang ingatan,
menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi, membantu transfer belajar, mengeluarkan
pendapat, memberi umpan balik.
Dengan langkah langkah tersebut diharapkan k0ualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar
lebih meningkat. Bagi kita kalangan pendidikan untuk dapat menyiapkan generasi masyarakat yang
bermodal literasi (melek) sains, yaitu masyarakat yang mampu membuka kepekaan diri, mencermati,
menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta berkontribusi bagi perkembangan sains (teknologi) itu
sendiri untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Literasi sains amat penting bagi
kehidupan saat ini. Sains dengan karakteristik dan metodologi keilmuannya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, menjadi peradaban modern. Menurut Carin (1997), masyarakat yang
bermodal literasi sains dan teknologi mesti memiliki pemahaman terhadap aspek-aspek sains dan
teknologi yang berarti dan sesuai dengan perkembangan mental kognitif mereka, dapat menemukan
sains secara menyenangkan dan menghargainya, menggunakan pengetahuan sains dan teknologi untuk
memenuhi dan menikmati kehidupannya.
Jadi, betapa pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran untuk memperoleh prestasi
yang baik dan dalam kehidupan bermasyarakat yang dipenuhi dengan munculnya teknologi-teknologi
modern. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi peran guru. Menurut pendapat Ace Suryadi dan H.
AR. Tilar dalam bukunya yang berjudul ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH dijelaskan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi beberapa faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap
prestasi belajar. Menurut beberapa studi di Indonesia (Moegjadi, 1974; Ace Suryadi, 1932; Nuhi
Nasution, 1980; Shaefer, 1980) faktor yang berpengaruh adalah faktor guru, buku pelajaran, managemen
sekolah, besarnya kelas, dan faktor keluarga. Faktor-faktor tersebut termasuk permasalahan yang sering
terjadi dalam pembelajaran.
Sedangkan masalah yang dialami penulis dalam pembelajarannya walaupun sudah berusaha
sebaik- baiknya ternyata hasilnya belum memuaskan, hal ini terlihat dalam tes yang diberikan guru pada
materi pokok organ pernapasan manusia artinya pembelajaran yang penulis laksanakan belum tuntas.
Oleh sebab itu perlu diadakan perbaikan.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran penulis mencoba mengupayakan / mencari
jalan keluar untuk perbaikan pembelajaran IPA yang diwujudkan dalam kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dan diberi judul Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Alat Pernapasan Manusia
Melalui Media Gambar Siswa Kelas V Semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
Laporan ini disusun berdasarkan catatan ketika merancang kegiatan perbaikan selama
pelaksanaan, observasi, dan diskusi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua
siklus PTK untuk pelajaran IPA.
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas v semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak mata
pelajaran IPA dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi Fungsi Organ Pernapasan Manusia dan
Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan,identifikasi masalah yang ditemukan antara lain :
- Rendahnya penguasaan materi IPA dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi Fungsi Organ
Pernapasan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan .
- Penyampaian materi terlalu cepat
- Media yang kurang tepat
- Siswa bosan dan tidak tertarik dengan penjelasan guru
- Metode yang kurang tepat
- Siswa kurang berani bertanya meskipun mengalami kesulitan
2. Analisis Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dianalisis penyebab rendahnya penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru dengan Kompetensi Dasar Mengidentikasi
Fungsi Organ Pernapasan dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan di kelas V semester 1
antara lain:
Penyebab dari sisi guru :
- Penggunaan metode yang kurang bervariasi
- Kurangnya penjelasan guru
- Pembelajaran kurang menarik perhatian siswa
- Metode pembelajaran yang diberikan kurang tepat
- Guru kurang optimal dalam memanfaatkan sarana dan media pembelajaran
Penyebab dari sisi siswa :
- Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan kepada guru
- Siswa masih banyak yang belum menguasai materi
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru sangat besar manfaatnya baik bagi peserta
didik/siswa, guru, maupun bagi sekolah. Penulis dalam hal ini akan menguraikan manfaat perbaikan
tersebut secara umum dan secara khusus.
Manfaat Secara Umum
1. Bagi siswa :
d. Model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya
2. Bagi guru :
1. Bagi siswa
2. Bagi guru
a. Menimbulkan rasa puas karena telah melaaksanakan sesuatu untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas yang dikelolanya
3. Bagi sekolah
Terciptanya suasana kerja yang kondusif, karena dalam setiap kesempatan dapat digunakan untuk
membahas usaha usaha dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran IPA
Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan
penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. Produk sains yang terdiri
dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu
melalui metode-metode sains atau metode ilmiah (scientific methods), bekerja ilmiah (scientific inquiry).
Raka Joni mengutip Marzano (1992) bahwa titik pusat hakikat belajar, pengetahuan pemahaman
terwujud dalam bentuk pemberian makna oleh siswa kepada pengalaman melalui berbagai keterampilan
kognitif di dalam mengolah informasi yang diperolehnya melalui alat indera.
Banyak orang berpendapat bahwa sains memberikan kesempatan bagi orang yang mau belajar
berbuat, berpikir dan bertindak seperti ilmuwan (scientist). Dengan demikian, belajar memproses sains
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika
keilmuwan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (sains) sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat
melalui teknologi, karena teknologi sangat erat hubungannya dengan bekerja ilmiah. Bekerja ilmiah
sesungguhnya adalah perluasan dari metode ilmiah. Di Indonesia metode ilmiah sudah ditekankan
dalam IPA sejak kurikulum 1975. Selanjutnya dalam kurikulum 1994, lingkup proses dan konsep
diintegrasikan dalam setiap rumusan tujuan pembelajaran (umum) yang harus diukur pencapaiannya.
B. Pengertian IPA
Menurut H. W. Fowler IPA adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Menurut Robert B. Sund IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses.
Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, siswa dalam
mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tahu yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian,
pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris
berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik,
menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan
prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dan kreativitas yang cukup agar pembelajaran dimiliki seorang guru adalah tentang
pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran. Menurut Herawati Susilo (1998)
mengemukakan bahwa pendekatan berifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan
keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Berdasarkan kurikulum 2004, IPA seharusnya dibelajarkan secara inkuiri ilmiah (scientivic inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup.
1. Pengertian Media
Menurut Heinich dkk. (1996), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah saluran
komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk disampaikan
kepada penerima informasi. Contohnya adalah film, televisi, diagram, materi pembelajaran, komputer,
dan instruktur. Media dipandang sebagai media instruksional apabila membawa pesan yang
mengandung tujuan instruksional.
Sedangkan tujuan penggunaan media secara umum adalah untuk memfasilitasi komunikasi.
Dalam pembelajaran tujuan penggunaan media antara lain untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas
pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, memberikan arahan tentang
tujuan yang akan dicapai, menyediakan evaluasi mandiri, member rangsangan kepada guru untuk kreatif,
menyampaikan materi pembelajaran, membantu pelajar yang memiliki kekhususan tertentu.
Menurut Heinich dkk. (1996), dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu
melakukan hal berikut, yaitu memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan pembelajaran,
menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa dengan
tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran, menentukan metode dan format media yang cocok atau
tepat, menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, melakukan
evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.
Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau ditunjukkan,
misalnya berupa clip charts, slide, audio, film, video, atau komputer multi media, yang dapat bersifat
visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang tercetak, atau kata-kata yang disampaikan secara
lisan.
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Adapun manfaat media
pembelajaran antara lain :
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
- Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik.
- Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-
kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.
- Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi
juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut Heinich yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran antara lain :
- Media tidak diproyeksikan (non projected media) seperti objek nyata, model, bahan tercetak, bahan
ilustrasi
- Media diproyeksikan (projected viual) seperti transparansi, slide
- Media audio seperti kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards
- Media gerak seperti film atau video
- Komputer
- Media radio
Dalam laporan ini , penulis dalam melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan media
gambar untuk memperjelas pemahaman siswa. Media gambar termasuk media visual, supaya
pembelajaran terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan siswa melalui interaksi
siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal
dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung didalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna,
disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Menurut Schramm, klasifikasi
media ada dua jenis,yaitu media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta) dan media canggih (radio,
film, televise, komputer). Jadi, gambar merupakan media visual sederhana, adapun keunggulan dan
kelemahannya adalah
- Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi konkret
- Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya
- Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain
- Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya
- Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema
- Terkadang ukuran gambar terlalu kecil jika digunakan pada kelas besar
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
a. Tempat Perbaikan Pembelajaran
Nama Sekolah : SDN Tegowanu 2
Alamat : SDN Tegowanu 2
Kec. Karangawen Kab. Demak
Kelas :V
Jumlah Siswa : 27
Mata Pelajaran : IPA
b. Waktu Pelaksanaan
- Tanggal 1 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus I
- Tanggal 8 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus II
c. Karakteristik Siswa
- Kebiasaan siswa tidak masuk kelas karena kurangnya perhatian orang tua.
- Siswa sering tidak mengerjakan PR karena kurangnya pantauan dari orang tua dalam hal kegiatan belajar
siswa.
- Siswa banyak mengikuti kegiatan diluar jam sekolah pada sore hari, sehingga pada waktu belajar siswa
sudah kecapekan.
B. Prosedur Pelaksanaan
a. Prosedur Penelitian
Prosedur PTK
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu
- Melakukan perencanaan (planning)
- Melakukan tindakan (acting)
- Mengamati (observasi)
- Refleksi (reflecting)
Hasil refleksi yang dilakukan penulis dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan selanjutnya, jika
tindakan yang dilakukan dianggap belum berhasil, perbaikan dapat dilaksanakan beberapa kali sampai
pembelajaran tercapai dengan baik dan hasil nilainya meningkat serta memuaskan.
Informasi tentang observer
Prosedur pelaksanaan PTK dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan. Dalam pelaksanaannya peneliti
dibantu oleh :
Nama : Mukaromah
Jabatan : Guru Kelas
Tugas : Mengobservasi kegiatan perbaikan pembelajaran
b. Prosedur Umum
Prosedur umum pembelajaran
Menurut Dagne dan Briggs (dalam Runa Ristata dan Prayitno, 2006 : 47) menyebutkan bahwa prosedur
pembelajaran ada 9 kegiatan :
- Memberikan motivasi atau menarik perhatian
- Menjelaskan tujuan pembelajaran pada peserta
- Mengingatkan potensi pra syarat
- Memberikan stimulus (masalah, topic, konsep)
- Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari)
- Menimbulkan penampilan peserta didik
- Memberi umpan balik
- Menilai penampilan
- Menyimpulkan
Dari prosedur di atas, urutan pembelajaran dimulai dari awal sampai akhir. Pembelajaran dilaksanakan
harus secara unit agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya memuaskan.
Prosedur umum perbaikan pembelajaran
- Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesa.
- Merumuskan cara pemecahan atau tindakan perbaikan.
- Merancang scenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
c. Prosedur Khusus Untuk Pembelajaran.
Pra Siklus
1. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.
Pelaksanaan Kegiatan
a) Pra Kegiatan
Pengamatan Kegiatan
Pengamatan kegiatan dilakukan oleh guru dan dibantu oleh teman sejawat. Ternyata dengan hanya
menggunakan metode ceramah tidak dapat memotivasi siswa, banyak siswa yang kurang aktif dan
merasa bosan.
Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, guru seharusnya melakukan refleksi diri. Pada waktu guru
memberikan pelajaran dengan metode ceramah, banyak siswa yang kurang aktif untuk mengikutinya,
ada yang diam saja, ada yang tidak berpendapat, bahkan ada yang mengantuk. Setelah melihat hasil tes
formatif yang nilainya rendah, guru akan mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dan diskusi, dengan harapan keaktifan dan pemahaman anak menjadi meningkat.
1. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan scenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.
Pelaksanaan Kegiatan
a) Pra Kegiatan
b) Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan Tanya
jawab.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Kegiatan Inti
Eksplorasi, guru :
- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.
- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.
- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.
Elaborasi, siswa :
- Menyebutkan alat pernapasan manusia melalui media gambar
- Menjelaskan proses pernapasan melalui media gambar
- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.
Konfirmasi :
- Guru memberikan penguatan materi.
- Guru menyimpulkan materi.
d) Kegiatan Akhir
Guru memberikan tes akhir.
Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan
diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak dibagi menjadi 4 kelompok dan diberi LKS .
Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga
setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-
soal LKS banyak yang dapat dijawab.
Observasi Kegiatan
Pada pembelajaran siklus I (satu) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 25,9 % menjadi
59,25 %. Hal ini dikarenakan dalam diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk
menjawab soal dengan pemahaman yang dimilikinya. Dalam hal ini guru dapat mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus I (satu) ini, guru melakukan
refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Namun demikian guru belum puas dengan hasil pada
siklus pertama ini. Guru perlu memperbaiki proses pembelajaran.
Perbaikan Siklus II
3. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.
Pelaksanaan Kegiatan
e) Pra Kegiatan
f) Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan Tanya
jawab.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g) Kegiatan Inti
Eksplorasi, guru :
- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.
- Melakukan demonstrasi dengan menggunakan pipa kecil bercabang tiga (PKBT), sedotan dan toples.
- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.
- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.
Elaborasi, siswa :
- Menyebutkan alat pernapasan manusia.
- Menjelaskan proses pernapasan.
- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.
Konfirmasi :
- Guru memberikan penguatan materi.
- Guru menyimpulkan materi.
h) Kegiatan Akhir
Guru memberikan tes akhir.
Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan
demonstrasi dan diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak diberi LKS .
Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga
setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-
soal LKS banyak yang dapat dijawab.
Observasi Kegiatan
Pada pembelajaran siklus II (dua) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 59,25 % menjadi
96,26 %. Hal ini dikarenakan dalam demonstrasi guru dapat menjelaskan cara manusia bernapas. Dalam
diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk menjawab soal dengan pemahaman
yang dimilikinya, kemudian kegiatan dalam diskusi ditambah satu kegiatan yaitu setiap kelompok dengan
perwakilan kelompoknya menunjukkan bagian-bagian alat pernapasan dengan menggunakan tubuhnya.
Dalam hal ini guru dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, jadi dapat dikatakan
perbaikan pembelajaran siklus II berhasil.
Refleksi
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus II (dua) ini, guru melakukan
refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode ceramah disertai demonstrasi dan diskusi dengan
menggunakan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Penggunanan metode yang tepat, penggunaan media gambar dapat membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan pemahaman siswa dapat meningkat.
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Dari 27 siswa ternyata terdapat 20 siswa yang penguasaan materinya masih dibawah 65%, maka
perlu diadakan perbaikan untuk siklus ke I.
Berikut data nilai pra siklus yang diperoleh siswa:
40 40 70 80 50 40 40
40 50 40 100 70 50 40
70 50 100 70 70 40 100
40 50 40 40 40 40
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 55,56
- Ketuntasan belajar mencapai : 33.3%
Dengan demikian masih sangat perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I
40 40 80 80 80 70 50
40 70 50 100 80 80 50
70 70 100 90 80 80 100
70 50 40 40 50 50
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus I,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 66,67
- Ketuntasan belajar mencapai : 59,26%
Dengan demikian masih sangat perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II
o Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti diamati teman sejawat. Hal yang diamati adalah sebagai
berikut:
1. Guru
a. Mengadakan tanya jawab sebagai apersepsi
b. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran
c. Pemberian contoh materi
d. Pemberian soal
e. Pelaksanaan tutor sebaya
f. Membimbing kerja kelompok siswa
g. Mengoreksi, menilai, mengoreksi hasil analisis tes
2. Siswa
a. Menjelaskan penjelasan dari guru tentang Alat pernapasan manusia.
b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
c. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
d. Melaksanakan kerja kelompok
e. Mengerjakan tes formatif
f. Mencatat rangkuman
o Refleksi
Setelah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasikan
alat pernapasan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan pada meteri pokok alat
pernapasan manusia, sebagian besar siswa masih belum mampu menguasai materi tersebut.
Penggunaan metode pembelajaran diskusi membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
terbukti setelah diadakan tesformatif, terdapat 59,26% siswa yang mencapai nilai diatas KKM.
Penggunaan model pembelajaran diskusi sudah berjalan dengan baik, tetapi perlu ditingkatkan. Hal itu
dapat dijadikan sebagai bahan untuk ditindak lanjuti pada perbaikan pembelajaran siklus II yang akan
dilaksanakan berikutnya.
2. Siklus II
o Perencanaan
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dengan menekankan pada penggunaan
metode diskusi dengan menggunakan gambar alat pernapasan manusia yang sesuai dengan materi
pelajaran sudah mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga tidak perlu lagi mengadakan perbaikan
pembelajaran.
o Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2012 kelas V SD Negeri
Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Adapun hasilnya sebagai berikut:
70 70 80 80 80 70 90
70 100 70 90 100 70 90
80 80 50 80 80 80
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 50
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 82,2
- Ketuntasan belajar mencapai : 96,3%
Dengan demikian tidak perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran.
o Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti diamati teman sejawat. Hal yang diamati adalah sebagai
berikut:
1. Guru
a. Mengadakan tanya jawab sebagai apersepsi
b. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran
c. Pemberian contoh materi
d. Pemberian soal
e. Pelaksanaan tutor sebaya
f. Membimbing kerja kelompok siswa
g. Mengoreksi, menilai, mengoreksi hasil analisis tes
2. Siswa
a. Menjelaskan penjelasan dari guru tentang Alat pernapasan manusia.
b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
c. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
d. Melaksanakan kerja kelompok
e. Mengerjakan tes formatif
f. Mencatat rangkuman
o Refleksi
Setelah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar IPA dengan kompetensi Dasar Mengidentifikasikan
alat pernapasan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan pada meteri pokok alat
pernapasan manusia, sebagian besar siswa menunjukkan peningkatan pemahaman yang cukup signifikan.
Hal ini terbukti setelah diadakan tesformatif pada siklus II, sebagian siswa mendapat nilai 70 keatas, dari
27 siswa, 26 siswa mendapat nilai 65 keatas.
Untuk mengetahui nilai perolehan nilai keseluruhan, maka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4: Nilai Pra siklus, Siklus I, siklus II
2. Siklus I
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus I,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 66,67
- Ketuntasan belajar mencapai : 59,26%
Dari analisis data hasil nilai prestasi belajar yang seperti tersebut diatas, maka diketahui bahwa ada
kenaikan sebesar 25,96% dari perolehan nilai pada pra siklus. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan
perbaikan sudah menggunakan materi prasyarat, sehingga pemahaman siswa lebih meningkat. Akan tetapi
masih ada 11 siswa yang belum berhasil, maka dilanjutkan pada siklus II.
3. Siklus II
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 50
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 82,2
- Ketuntasan belajar mencapai : 96,3%
Dari analisa hasil perolehan nilai tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa ada kenaikan sebesar
37,04% dari perolehan nilai Siklus I, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dengan memberikan materi prasyarat serta pemahaman tutor sebaya dalam berdiskusi. Akan tetapi
ternyata masih ada 1 siswa yang mendapatkan nilai dibawah 65, hal itu disebabkan karena keterbatasan
siswa yang memang sangat kurang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dengan melaksanakan perbaikan melalui Siklus I dan Siklus II, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan optimal akan membantu siswa dalam proses
belajar, lebih-lebih pada tingkat Sekolah Dasar. Disamping itu, penggunaan media gambar sebagai
strategi pembelajaran akan sangat tepat karena media gambar merupakan media visual yang dapat dilihat
dengan indra penglihatan yang digunakan untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Dari
hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan jelas bahwa penggunaan media yang tepat dan pemanfaatan
metode yang bervariasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tentang alat
pernapasan manusia pada siswa kelas V semester I SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Perolehan nilai pra siklus yaitu sebesar 25,9 %. Hal ini disebabkan belum menggunakan media gambar.
2. Perolehan nilau siklus I, yaitu sebesar 59,26 %. Hal ini disebabkan sudah menggunakan media gambar
dan menggunakan metode bervariasi.
3. Perolehan nilai Siklus II, yaitu sebesar 96,3 %. Hal ini disebabkan sudah diberikan materi dengan
menggunakan media gambar.
Berdasarkan perolehan nilai yang selalu meningkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
Untuk keberhasilan pembelajaran IPA terutama meningkatkan penguasaan materi oleh siswa, maka
sebaiknya :
1. Bagi guru
Sebaiknya guru mau menggunakan media gambar serta menggunakan model pembelajaran sesuai dengan
materi pelajaran.
2. Bagi siswa
Sebaiknya siswa dalam mengikuti pelajaran harus lebih efektif, demi meningkatkan pemahaman terhadap
materi pelajaran.
3. Bagi sekolah
Sebaiknya sekolah lebih mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran supaya dapat meningkatkan
mutu pembelajaran serta lulusan yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, 2004, Sains untuk SD Kelas V, Erlangga, Jakarta: PT Glora Aksara Pratama.
Sumardi, Yosep, dkk, 2008, Konsep Dasar IPA di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Rustaman, Nuryani, 2011, Materi dan Pembelajaran IPS SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Wardhani IGAK, dkk, 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.
Classic Clock
cursor2
Mengenai Saya
Fauzan Zada
cursor
Arsip Blog
2016 (5)
2015 (13)
2014 (5)
2013 (49)
o Oktober (1)
Okt 30 (1)
LAPORAN PTK IPA SD KELAS 5
o September (1)
o Agustus (2)
o Juli (1)
o April (1)
o Maret (18)
o Februari (25)
o
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.
PROPOSAL
(PTK)
1. JUDUL
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan
Metode Role Playing Bagi Siswa Kelas V SD.
3. PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki
seseorang. Kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan bimbingan yang serius. Di
kalangan pelajar, kemampuan berbicara masih rendah, hal ini terlihat dari cara mereka mengemukakan
pendapat, bertanya, diskusi, ataupun berpidato, bahkan lebih parahnya lagi, masih ada yang tidak berani
berbicara sama sekali.
Data yang diperoleh dari siswa kelas V SD tentang kemampuan berbicara mereka setelah
diadakan tes awal adalah hanya 25% dari jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. Hal
tersebut membuktikan bahwa kemampuan berbicara kelas V SD sangat rendah. Dengan demikian perlu
dilakukan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.
Dari hasil identifikasi ditemukan beberapa faktor penyebab rendahnya kemampuan berbicara
siswa, yaitu:
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif, dan konstruktif, yaitu Role Playing. Setelah
menggunakan model tersebut diharapkan kemampuan berbicara siswa meningkat.
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diperoleh adalah Apakah metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran bagi
siswa kelas V SD?
b. Pemecahan Masalah
Menggunakan metode Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia.
5. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran bagi siswa
kelas V SD melalui metode Role Playing.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan Bahasa
Indonesia tentang metode Role Playing dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
a) Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain peran.
2) Bagi Guru
Memberikan kontribusi kepada guru dalam upaya meningkatkan kreatifitas dalam mengajar
dengan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat.
3) Bagi Sekolah
7. KAJIAN PUSTAKA
Berbicara adalah suatu kegiatan komunikasi dalam menuangkan gagasan atau ide kepada orang
lain secara lisan dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut bisa dipahami oleh orang
lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994: 24).
Pusat Pengembangan Bahasa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi
(bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mempu
berbicara.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya berbicara
itu tidak sekedar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata, tetapi pembicara harus dapat
mengkomunikasikan gagasan, pikiran, dan perasaannya yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pendengarnya.
1) Pengertian Metode
B. Suryosubroto (2002: 148), berpendapat bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan maka akan semakin
efektif pencapaian Tujuannya.
Menurut I.G.A.K. Wardhani (2001: 4.6) menyatakan bahwa metode merupakan cara kerja yang
bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya metode
merupakan suatu strategi di dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau teknik penyajian dalam
mencapai tujuan tertentu yang diharapkan. Dengan demikian metode mengajar merupakan suatu cara
yang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan pembelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara memerankan tokoh tertentu.
Menurut Hisyam dalam Bermawey & Sekar (2008: 98) Role Playing adalah suatu aktivitas
pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang spesifik.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode Role Playing adalah merupakan
suatu metode untuk bermain peran yang dilakukan pada waktu kegiatan drama sederhana, dan peran
yang diambil dari kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat memerankan tokoh tertentu.
c. Belajar
Pengertian belajar menurut Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Suharsimi
Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan
terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik
berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu (1993:13)
d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar
merupakan suatu proses dari siswa yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap (Mulyono, 2007: 39).
Jhon M. Kella dalam Mulyono (2007: 391) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari
suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai
ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada siklus kedua guru menggunakan metode Role Playing untuk materi memerankan tokoh-
tokoh drama dengan lafal , intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Dari siklus pertama dan siklus kedua diharapkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang
kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD.
9. PROSEDUR PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
b. Subyek Penelitian
c. Tempat Penelitian
d. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu hasil belajar dan metode Role Playing.
e. Rencana Penelitian
Tahapan penelitian ini direncanakan menjadi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1) Data Kualitatif
b) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar penilaian kegiatan di setiap
kelompok.
2) Data Kuantitatif
Data tentang kesungguhan belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi.
Teknik analisis data penelitian ini adalah data kuantitatif diolah dengan analisis deskriptif
sedangkan data kualitatif diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas
pembelajaran.
Minggu
N Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan
2 Pelaksanaan
a. Pre tes
b. Siklus I
c. Siklus II
3 Penyelesaian
a. Analisis data
d. Penggandaan dan
pengiriman laporan
11. BIAYA PENELITIAN
Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Guru
d. Pangkat/Gol/Nip :
f. Jabatan Struktural : -
: SD
Arikunto, S., Sukardjono, P. Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Belen, S. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Carin, Arthur. (2001). Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company.
Depdiknas. (2003) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Pusat dan Pengembangan Bahasa, tanpa tahun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Trihartanto, S.I. (2007). Metode Role Playing Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Workshop
Pengembangan Model Pembelajaran Mata Pelajaran bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia bagi Guru
Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah. LPMP Jawa Tengah. Semarang, 22-31 Oktober 2007.
Wardhani, I.G.A.K., Wihardit, K. dan Nasution, N. (2006). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Labels: Bahasa Indonesia, Contoh Proposal PTK Bahasa Indonesia SD Kelas 5 Metode Role Playing,
Proposal, Proposal PTK
No comments:
Post a Comment
PTK Terbaru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan dasar yang bertujuan meletakan dasar kecerdasan
yaitu membaca, menulis dan menghitung, serta memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
ketermpilan IPA sebagaidasar untuk melanjutkan penndidikan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta
konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga meruipakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapatmenjadi wahana bagi peserta didik utuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi. Keterampilan
proses IPA memilki peran pentingdalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual pesrta didik.
Melalui keterampilan proses siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja ecara ilmiah
yang pada akhirnya akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan secara ilmiah.
Belajar IPA mutlak harus dilakukan peserta didik sejak dini, untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan, berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar peserta didik dapat
memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola, memanfaatkan informasi dan teknologi
untuk bertahan hidup pada keadaanyang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Kenyataan dilapangan khususnya di SDN Ciparay I proses pembelajaran belum maksimal sesuai
dengan harapan kurikulum, terdapat kekurangan-kekurangan peran guru dalam
pembelajaranmasih bersifat konvensional, aktifitas pembelajaran masih didominasi baca, duduk,
catat, hapal. Akibatnyahasil belajar sebagian peserta didik kelas V dalam pembelajaran IPA
belum dapat mendeskripsikan panca indera dengan fungsinya.
1. Identitas Masalah
Penulisan laporan ini ditempuh melalui kegiatan awal dengan melakukan observasi dan
mempelajari data-data hasil belajar dan tingkat kemampuan siswa, lebih lanjut melakukan
diskusi, dan sumbang saran dengan mitrasejawat dalam mengidentifikasi masalah.
Hasil observasiawal, tes formatif pembelajaran IPA Kompetensi Dasar mendeskripsikan struktur
panca indra dengan fungsinya di peroleh datasebagai berikut deari banyak siswa 37 orang (21
Laki-laki dan 16 Perempuan) yang dapat menawab pertanyaan dan mendapat nilai 6 s.d 10 hanya
7 orang (31%)
Hasil sumbang saran dengan teman sejawat maka identifikasi masalah pada pembelajaran IPA
adalah:
Dengan teridentifikasi permasalahan tersebut di atas. Maka perbaikan pembelajaran akan kami
fokuskanpada kompetensidasar mendeskripsikan strukturpancaindra dengan fungsinya melalui
membiasakan berpikir dan bersikap ilmiah, mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,
mengaktifkan siswa untu kberanimengajukan pertanyaan dan melatih siswa berpikir kritis,
karena masalah itu sangat penting bagi kehidupan anak dalam kehidupan sehari-hari dan perlu di
perbaiki
2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksiawal pada pembelajaran IPA diperoleh data bawa pembelajaran IPA yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
B. Rumusan Masalah
Unuk mengatasi permasalahan tersebutmaka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah guru merencanakandan melaksanakan pembelajaran penerapan
pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan
struktur panca indra dengan fungsinya kelas IV SDN Ciparay I ?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses
untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indra dengan
fungsinya di kelas IV SDN Ciparay I ?
C. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalahtersebut maka peneliti melakukan upaya perbaikan pembelajaran
melalui refleksi kolaborasi dengan observer, mitra sejawatdan pakar akademisi, upaya tersebut
adalah :
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. kemampuan guru merencanakan pembelajaran penerapan pendekatan keterampilan
proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan strukturpanca indera
dengan fungsinya.
2. Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca inderta dengan
fungsinya melalui penetapan pendekatan keterampilan proses.
3. Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan
fungsinya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses.
E. Manfaat Penelitian Pembelajaran
1. Bagi Guru
o Manfaat penelitian ini bagi guru adalah menambah wawasan berpikir dan
bertindak dalam mengatasi kesulitan menanamkan pemahaman, pengertian dan
sikapterhadap siswa yang menemukan kesulitan dalam belajar
o Memperbaiki kinerja yang dianggap kurang optimal
o Merfleksi diri dalam peningkatan kinerja atas kelebihan dan kekurangan dalam
pengelolaan pembelajaran.
2. Bagi Siswa
o Manfaat penelitian ini bagi siswa menambah wawasan berpikir, untuk
meningkatkan kemampuan mengenal berbagai bentuk energi dan
pemanfaatannya.
o Meningkatkan pola kerja sama, berkomunikasi secara ilmiah, meningkatkan
kreativitas berfikir.
o Terbiasa menemukan pemecahan masalah secara sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Bagio Lembaga
Manfaat bagi lembaga adalah sekolah dasar selain sebagai lembaga pendidikan juga
merupakan lembaga penelitian yang senantiasa terus menerus melakukan
inovasi/mengadakan perubahan kearah yang lebih dari hasil penelitian.
F. Asumsi
Asumsi merupakan dasarberpijak bagi peneliti untuk melakukan penelitian, yang dijadikan dasar
dalam penelitian ini adalah :
1. Keberhasilanguru dalam proses pembelajaran akan ditentukan oleh kemampuan dia
menerapkan strategi, pendekatan yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
2. Keterampilan proses merupakan pendekatan pmvbelajaran yang memberdayakan siswa
untuk mengkonsentrasi, mengolah informasi yang diterima melalui interaksi
pembelajaran.
G. Hipotesis
Hipotesis tidakan merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Apabila guru menyusun strategi pendekatan keterampilan proses dengan tepat, maka
kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya akan meningkat.