Anda di halaman 1dari 54

I.

JUDUL PENELITIAN

Optimalisasi Penggunaan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan


Keterampilan Proses Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Gaya Magnet di Kelas V

SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum

yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:47).

Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan

peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan

sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata

Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah

Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan; (Depdiknas, 2006: 48).

Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada

proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA

sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendi-dikan

Nasional sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional.

Menurut Trowbridge & Bybee (1990:48) IPA merupakan perwujudan dari suatu hubungan

dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode

(methods and processes); IPA sebagai produk-produk pengetahuan (body of scientific

knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan

(inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk

memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi,

pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan

prediksi. Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara

berpikir, melainkan science as a way of knowing. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat

meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat

prosedur. Sementara nilai-nilai (values) IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral,

nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan nanusia, serta sikap dan tindakan

(misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan

pengambilan keputusan).

Karakteristik dan pengertian IPA sebagaimana diuraikan di atas secara singkat terangkum

dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata

Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah cara mencari tahu secara sistematis tentang alam

semesta. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk

mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung

makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu

menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang

yang memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang

bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep.

Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karak-teristik pendidikan

IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi
KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan

dalam pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini

disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-

guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain

itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya

tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai.

Dari hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri No.

200115 Padangsidimpuan Utara, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran

IPA selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain pembelajaran IPA masih

kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan

pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum, karena alat-alat yang diperlukan

sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh

kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru

(beberapa guru bertindak sebagai guru kelas rangkap), sangat terbatas juga alat yang

dapat disediakan. Untuk menghindarai agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka

metode pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA

adalah metode demonstrasi.

Metode demonstrasi yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA di SDN No. 200115

Padangsidimpuan Utara semula dimaksudkan agar siswa dapat terlibat lebih baik dalam

kegiatan pembelajaran. Tetapi kenyataannya, pada setiap pembelajaran IPA khususnya di

Kelas V belum menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Pada saat pembelajaran

masih banyak siswa yang kurang penuh memperhatikan demonstrasi guru. Bahkan tidak

sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya

dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan teman, memain-mainkan

sesuatu, mengganggu teman, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan

keinginannya sendiri.

Selain aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi tidak efektif,

hasil belajar yang dicapai siswa pun pada umumnya belum optimal. Nilai yang diperoleh
siswa dari setiap ulangan siswa rata-rata berkisar antara 5,0 sampai dengan 6,5. Lebih-

lebih pada saat ujian akhir semester, nilai ulangan mereka rata-rata kurang dari 6,0. Selain

itu, pada saat Ujian Sekolah untuk mata uji praktikum IPA, aktifitas dan hasil ujian siswa

sangat jauh dari yang diharapkan. Ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pada

pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara selain belum efektif

dalam hal penggunaan waktu dan aktivitas siswa, juga belum efektif untuk mencapai tujuan

pembelajaran jenis penguasaan konsep.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah


Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka para guru di SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara khususnya guru Kelas V berhadapan dengan masalah bahwa
metode demonstrasi yang sering digunakan oleh guru belum mampu mengha-silkan
pembelajaran IPA yang efektif. Hal itu ditunjukkan oleh kenyataan bahwa waktu belajar
siswa dalam kelas masih banyak yang terbuang, kegiatan siswa yang berhubungan dengan
keterampilan proses atau kerja ilmiah masih sangat rendah, dan hasil belajar penguasaan
konsep pun masih belum mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan.
Menghadapi kenyataan ini, peneliti sebagai Kepala Sekolah mengajak guru kelas V untuk
merefleksi dan mengevaluasi aspek-aspek pengalaman dirinya mengelola pembelajaran IPA
di kelasV, khususnya saat menggunakan metode demonstrasi. Dari hasil kegiatan refleksi
tersebut peneliti dan guru kelas V menyadari bahwa pelaksanaan metode demonstrasi
selama ini kurang ditunjang oleh wawasan, persiapan, dan alat penunjang yang memadai.
Misalnya guru belum pernah menggunakan teknik bertanya yang sangat diperlukan untuk
metode demonstrasi. Guru juga belum pernah merancang alat pendukung yang cocok untuk
kegiatan siswa pada saat mengikuti demonstrasi guru, misalnya LKS.
Dari hasil identifikasi tersebut peneliti terdorong untuk bermitra dengan guru kelas V
melakukan kaji tindak tentang penggunaan metode demonstrasi yang ditunjang oleh
penggunaan teknik mengajar dan fasilitas pendukung yang kondusif untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa. Kegiatan kaji tindak ini akan dilakukan dalam bentuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
2. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, serta hasil refleksi awal peneliti
untuk menjembatani antara tuntutan kurikulum dengan kondisi objektif di lapangan saat ini,
maka peneliti memandang bahwa yang menjadi masalah prioritas adalah perlunya
mengelola pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi untuk mengefektifkan
pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara. Dengan itu
pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara dapat memenuhi
standar yang ditetapkan KTSP, yaitu mampu mengoptimalkan kadar waktu belajar efektif,
mengembangkan kerja ilmiah (keterampilan proses), sikap ilmiah, dan pencapaian hasil
belajar siswa. Berdasarkan hal itu maka masalah yang menjadi prioritas adalah
sebagaimana dinyatakan dalam rumusan umum pertanyaan penelitian: Bagaimanakah
menggunakan metode demonstrasi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran IPA di
Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara?
Lebih khusus rumusan masalah penelitian dirinci sebagai berikut.
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara ?

b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada

pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara?

c. Bagaimana peningkatan Keterampilan Proses siswa setelah mengikuti siklus pembelajaran

IPA dengan metode demonstrasi di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara?

Masalah penelitian dibatasi dalam hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode
demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara
semester 2 untuk topik Gaya Magnet.
C. Pemecahan Masalah
Permasalahan tentang bagaimana penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA
di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara akan dilaksanakan melalui serangkaian
pembelajaran pada topik Gaya Magnet. Pembelajaran tersebut akan dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kelas yang akan digunakan adalah Kelas
V, hal ini dilakukan mengingat peneliti bertugas sebagai guru di kelas tersebut sehingga
situasi, kondisi, dan keperluan di lapangan sudah dikenal dengan baik.
Tindakan pemecahan masalah secara garis besar meliputi:
1. Meningkatkan kemampuan guru merancang teknik dan alat yang dapat menunjang metode

demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas V.

2. Meningkatkan kemampuan guru membuat silabus pembelajaran IPA di Kelas V dengan

menggunakan metode demonstrasi.

3. Meningkatkan kemampuan guru mengelola pembelajaran IPA di Kelas V dengan

menggunakan metode demonstrasi.

4. Meningkatkan waktu efektif belajar siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V melalui

optimalisasi penggunaan metode demonstrasi.

5. Meningkatkan kerja ilmiah (keterampilan proses) siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V

melalui optimalisasi penggunaan metode demonstrasi.

6. Meningkatkan hasil belajar penguasaan konsep siswa pada pembelajaran IPA di Kelas V

melalui optimalisasi penggunaan metode demonstrasi.

D. Tujuan Penelitian
Sasaran utama yang diharapkan sebagai tujuan dari kegiatan Penelitian Tindakan

Kelas ini adalah meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di Kelas V SDN

No. 200115 Padangsidimpuan Utara, sehingga dapat memenuhi standar kurikulum

khususnya pada topik Gaya Magnet. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah:

Meningkatkan kemampuan guru merancang pembelajaran dalam mengimple-mentasikan


metode demonstrasi pada pembelajaran IPA topik Gaya Magnet di Kelas V SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara
1. Meningkatkan kemampuan guru melaksanakan proses pembelajaran dalam

mengimplementasikan Gaya Magnet metode demonstrasi pada pembelajaran IPA topik

Gaya Magnet di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara;

2. Meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan

Utara dalam pembelajaran IPA topik Gaya Magnet setelah implementasi Gaya Magnet

metode demonstrasi;

Menindaklanjuti faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan implementasi Gaya Magnet


metode demonstrasi pada pembelajaran IPA topik Gaya Magnet di Kelas V SDN No. 200115
Padangsidimpuan Utara.

E. Manfaat Penelitian

Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat


memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alat dan teknik penunjang yang lebih realistis dan

aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar. Aturan dan model tersebut dapat dijadikan perbandingan dan

pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan menggunakan metode demonstrasi pada

kelas dan mata pelajaran yang berbeda.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan
permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar khususnya di Kelas V SDN No. 200115 Padangsidimpuan Utara.
3. Manfaat Kelembagaan
Secara kelembagaan adalah mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam

mewujudkan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan

pembelajaran yang benar-benr merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistic sekolah

yang bersangkutan.

III. KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kerangka Teoritik

Pustaka yang akan dirujuk adalah yang berhubungan erat dengan:

1. Karakteristik Pembelajaran IPA Yang Efektif.

a. Pengertian, karakteristik, dan ruang lingkup pendidikan IPA

b. Waktu belajar efektif yang digunakan siswa tinggi.

c. Siswa terlibat aktif melakukan kerja ilmiah (observasi, mencatat dan melaporkan data,

menyimpulkan, dll) dan sikap ilmiah (mau bertanya, hati-hati, tanggung jawab, berani

mencoba dll)

d. Hasil belajar penguasaan konsep dan produk optimal.

2. Penggunaan Metode Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA

a. Pengertian, syarat, kekuatan, dan kelemahan metode demonstrasi


b. Penggunaan alat peraga dan media pada metode demonstrasi
c. Penggunaan teknik bertanya pada metode demonstrasi
d. Penguasaan materi pada metode demonstrasi
e. Pengembangan kerja ilmiah (keterampilan proses) dan sikap ilmiah pada metode
demonstrasi
3. Teknik dan Alat Penunjang Metode Demonstrasi

a. Lembar Kerja Siswa untuk metode demonstrasi


b. Keterampilan dan Teknik Bertanya untuk metode demonstrasi

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini dilaksanakan dengan berlandastumpu pada asumsi (anggapan) dasar

sebagai berikut.

1. Pembelajaran IPA akan efektif apabila dibantu dengan objek (benda), gejala alam, atau alat

peraga yang relevan.

2. Metode demonstrasi salahsatu metode pembelajaran yang cocok dengan karak-teristik

pembelajaran IPA.
3. Lembar Kerja Siswa dan Keterampilan/Teknik Bertanya merupakan alat untuk membantu

dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran.

G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang relevan dan sejumlah asumsi dasar sebagai-mana
dikemukakan, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah:
Serangkaian tindan pembelajaran bersiklus yang berorientasi kepada upaya optimalisasi
penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan Keterampilan Proses Siswa pada
pembelajaran IPA topik Gaya Magnet di Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 200115
Padangsidimpuan Utara

IV. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode Penelitian.
Metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), sedangkan model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian ini adalah model yang
mudah dipahami dan sesuai dengan rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti yaitu
satu siklus tindakan identik dengan satu kali pembelajaran (Depdikbud, 1999:7). Adapun
alur tahapan atau fase pada setiap siklus sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.,
meliputi 4 hal sebagai berikut:
(1) Perencanaan (Planning),
(2) Pelaksanaan (Acting),
(3) Observasi (Observing),
(4) Refleksi (Reflecting).
Gambar 1: Alur Dasar Penelitian Tindakan Kelas

Alur siklus Penelitian Tindakan Kelas tersebut, dijelaskan sebagai berikut:


1. Rencana Umum

a. Menetapkan peneliti mitra (observer) yaitu Kepala SDN No. 200115 Padangsidimpuan
Utara. Membangun kesepahaman antara peneliti dengan observer tentang konsep dan
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, topik yang diangkat dalam proses pembelajaran,
serta penentuan waktu pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas.
b. Mengkaji kurikulum mata pelajaran IPA Kelas V untuk mengetahui standar kompetensi dan
hasil belajar yang ditetapkan kurikulum pada topik Gaya Magnet. Menyusun rancangan
umum pembelajaran, instrumen penelitian untuk pengumpulan data yang berhubungan
dengan silabus pembelajaran beserta LKS-demonstrasi, proses pelaksanaan tindakan,
efektifitas belajar siswa, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan selama
pembelajaran IPA pada PTK berlangsung.
2. Pelaksanaan Tindakan

Penelitian dipusatkan pada pelaksaan serangkaian pembelajaran yang dipilah ke dalam

beberapa siklus tindakan. Pada setiap siklus tindakan diobservasi, dievaluasi dan direfleksi

data-data atau temuan yang berhubumgan dengan kinerja guru dalam menggunakan

metode demonstrasi, dan kinerja siswa mengikuti pembelajaran meliputi:

a. Kinerja guru dalam mengelola alat peraga dalam metode demonstrasi.

b. Kinerja guru mengefektifkan penggunaan metode demonstrasi.

c. Waktu-belajar efektif siswa yang berhubungan dengan keterampilan proses IPA.

d. Hasil belajar penguasaan konsep.

B. Subjek Penelitian

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilakukan dalam Pembelajaran IPA di

Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 200115 Padangsidimpuan Utara; semester Genap tahun

2008 pada topik Gaya Magnet. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian sebanyak 42

orang terdiri dari 24 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan.

C. Variabel yang Diselidiki

Adapun jenis variabel-variabel penelitian yang menjadi fokus tindakan pada penelitian
adalah:
(1) Variabel input
Yaitu kemampuan awal guru siswa dalam pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi

guru sebelum dilakukan Penelitian Tindakan Kelas.

(2) Variabel proses

Yaitu kinerja guru dalam mengelola pembelajaran IPA dengan menggunakan metode

demonstrasi pada pembelajaran IPA topik Gaya Magnet, termasuk di dalamnya upaya-

upaya bimbingan guru dalam memfasilitasi peningkatan waktu-belajar efektif, keterampilan

proses, dan penguasaan konsep siswa.

(3) Variabel output

Yaitu peningkatan kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses

pembelajaran IPA topik Gaya Magnet dengan menggunakan metode demonstrasi, serta

peningkatan efektifitas pembelajaran IPA yakni waktu-belajar efektif, keterampilan proses,

dan hasil belajar penguasaan konsep siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data


Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat pra-

tindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Jenis

data beserta metode dan instrument yang digunakan untuk memperolehnya ditunjukkan

pada table berikut.

Tabel 1
Jenis Data, Metode dan Instrumen Pengumpul
NO JENIS DATA METODE ALAT

1. Perencanaan pembelajaran dengan Observasi Lembar


meng-gunakan metode demonstrasi. pengamatan
a. Penentuan model/tahap pembelajaran;
b. Penentuan alat, media, dan sumber
pengajaran

2. Proses pembelajaran dengan mengguna- Observasi Lembar


kan metode demonstrasi. pengamatan
Aktivitas atau kinerja guru
Aktivitas atau kinerja siswa
3. Peningkatan efektifitas pembelajaran Observasi Lembar
dengan menggunakan Gaya Magnet pengamatan

4. Metode demonstrasi. Analisis Catatan


Faktor pendukung dan penghambat/ken- terhadap lapangan
dala esensial (terkait erat dengan focus hasil
penelitian) yang ditemukan selama observasi
pelaksanaan penelitian.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif dengan kerangka analisis sebagai berikut:
a. Seleksi data, pengelompokkan dan pengolahan data, dan interpretasi data

b. Evaluasi dan refleksi terhadap hasil interpretasi data

c. Tindak lanjut atau rekomendasi.

Kerangka pengolahan dan analisis data tersebut di atas akan diberlakukan pada
setiap siklus tindakan sampai perbaikan pembelajaran dianggap optimal. Target optimal
dimaksudkan baik untuk kinerja guru maupun hasil belajar siswa.

V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Analisis Data Hasil Penelitian

Analisis data hasil penelitian meliputi:

1. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil orientasi dan identifikasi masalah

serta studi pendahuluan.

2. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data perencanaan tindakan penelitian.

3. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil pelaksanaan pada setiap siklus

tindakan pembelajaran.
B. Pembahasan terhadap hasil dan temuan penelitian tindakan pada setiap siklus

pembelajaran dan hasil evaluasi keseluruhan tindakan upaya perbaikan pembelajaran.

C. Kesimpulan dan rekomendasi

VI. PENJELASAN ISTILAH

Untuk menghindari kesalahan persepsi terhadap informasi tindakan, data, dan hasil

penelitian perlu dijelaskan istilah-istilah kunci pada judul penelitian sebagai berikut.

A. Optimalisasi adalah pencapaian hasil terbaik atau tertinggi sesuai dengan kapasitas, kondisi

dan situasi saat dilaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini adalah optimalisasi kinerja

guru dan hasil belajar siswa.

B. Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang menitik beratkan pada

upaya guru menggunakan alat peraga yang jumlahnya sangat terbatas untuk memperjelas

konsep dan memfasilitasi kinerja siswa. Dalam penelitian ini alat peraga yang dimaksud

adalah benda magnet.

C. Pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah pembelajaran IPA dengan topik Gaya Magnet

di kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 2007/2008.

D. Keterampilan proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan proses siswa

jenis: observasi dan melaporkan hasil observasi.


VII. JADWAL PELAKSANAAN

Penelitian akan dilaksanakan pada rentang waktu bulan Pebruari sampai dengan
bulan Juli 2008. Adapun jadwal kegiatan pokok adalah sebagai berikut.

Tabel 2
Jadwal Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Waktu: Bulan ke . . . .
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Studi Pendahuluan: orientasi,
identifikasi masalah, dan anali-
1.
sis masalah, proposal
penelitian.
Pembuatan Instrumen
2. penelitian dan pendalaman
literatur.
Persiapan dan pelaksanaan
3.
siklus tindakan pembelajaran
Penyusunan Draft Laporan
4.
Pene-litian (Bahan Skripsi)
5. Penulisan Final Skripsi
Penyerahan skripsi untuk ujian
6.
sidang

VIII. DAFTAR PUSTAKA

BPTP Disdik Jabar, (2004) Pengantar Praktik Penilaian Pembelajaran Sains. Bandung: Balai
Pengembangan Teknologi Pendidikan Disdik Jabar.
BPTP Disdik Jabar, (2004) Penilaian Sikap dan Kerja Siswa. Bandung: Balai Pengembangan Teknologi
Pendidikan Disdik Jabar.
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Kerangka Dasar. Jakarta: Pusat
Kurikulum.
Depdiknas, (2006). KTSP: Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2003). Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif.
Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdiknas, (2004) Pelayanan Profesional Kurikulum 2004: Penilaian Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Depdikbud, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Edi Hendri M, (2006). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung Naskah Buku Ajar untuk UPI
Press.
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Tim Dosen Pendidikan IPA PGSD UPP3 FIP (2001). Teori Pembelajaran IPA untuk Sekolah Dasar. UPI.
Tasikmalaya.
Wardani, I.G.A.K dkk (2007) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka
"Zada Centre"
TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Rabu, 30 Oktober 2013


LAPORAN PTK IPA SD KELAS 5
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA berasal dari bahasa asing science berasal dari kata lain scientia yang berarti saya tahu.
Kata science sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial
(social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang
mengatakan science maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia
disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (physical science) yang
antara lain adalah ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life
science).
Untuk mengidentifikasi IPA dengan kata-kata atau kalimat yang singkat tidak mudah, karena
sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap pengertian IPA tersebut. Menurut H. W. Fowler IPA
adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Menurut Robert B. Sund IPA
adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses, dalam definisi ini IPA mengandung dua unsur
yaitu sebagai sekumpulan pengetahuan dan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan tersebut. Dari definisi tersebut syarat-syarat IPA adalah obyektif,
sistematik, mengandung metode tertentu yaitu metode ilmiah.
Dalam perkembangan jaman yang semakin pesat ini, pembelajaran IPA sangat penting
karena pada hakikatnya IPA adalah produk proses dan penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan
nilai yang terdapat didalamnya. Banyak orang berpendapat bahwa menguasai IPA sangat penting, karena
dalam pembelajaran IPA siswa diberi kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari hari melalui cara cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika
yang berlaku dalam masyarakat.
Sejalan dengan adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia, dalam kurikulum 1994 proses dan konsep IPA diintegrasikan dalam setiap rumusan tujuan
pembelajaran (umum) yang harus diukur pencapaiannya. Oleh karena itu guru diharapkan untuk dapat
mengambil keputusan, baik ketika merencanakan maupun ketika melaksanakan pembelajaran, termasuk
memecahkan masalah masalah yang ditemukan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam
melaksanakan pembelajaran unsur terpenting adalah merangsang dan mengarahkan siswa untuk belajar.
Mengajar tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan,
sikap, serta idealisme dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan
siswa.
Dalam pembelajaran IPA di SD, mengajar yang baik menurut Gagne meliputi delapan langkah
yang sering disebut kejadian kejadian instruksional (instruksional events) meliputi mengaktifkan siswa,
memberitahu pelajar tentang tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian, merangsang ingatan,
menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi, membantu transfer belajar, mengeluarkan
pendapat, memberi umpan balik.
Dengan langkah langkah tersebut diharapkan k0ualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar
lebih meningkat. Bagi kita kalangan pendidikan untuk dapat menyiapkan generasi masyarakat yang
bermodal literasi (melek) sains, yaitu masyarakat yang mampu membuka kepekaan diri, mencermati,
menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta berkontribusi bagi perkembangan sains (teknologi) itu
sendiri untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Literasi sains amat penting bagi
kehidupan saat ini. Sains dengan karakteristik dan metodologi keilmuannya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, menjadi peradaban modern. Menurut Carin (1997), masyarakat yang
bermodal literasi sains dan teknologi mesti memiliki pemahaman terhadap aspek-aspek sains dan
teknologi yang berarti dan sesuai dengan perkembangan mental kognitif mereka, dapat menemukan
sains secara menyenangkan dan menghargainya, menggunakan pengetahuan sains dan teknologi untuk
memenuhi dan menikmati kehidupannya.
Jadi, betapa pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran untuk memperoleh prestasi
yang baik dan dalam kehidupan bermasyarakat yang dipenuhi dengan munculnya teknologi-teknologi
modern. Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi peran guru. Menurut pendapat Ace Suryadi dan H.
AR. Tilar dalam bukunya yang berjudul ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH dijelaskan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi beberapa faktor yang ditemukan sangat ampuh didalam memberikan efek terhadap
prestasi belajar. Menurut beberapa studi di Indonesia (Moegjadi, 1974; Ace Suryadi, 1932; Nuhi
Nasution, 1980; Shaefer, 1980) faktor yang berpengaruh adalah faktor guru, buku pelajaran, managemen
sekolah, besarnya kelas, dan faktor keluarga. Faktor-faktor tersebut termasuk permasalahan yang sering
terjadi dalam pembelajaran.
Sedangkan masalah yang dialami penulis dalam pembelajarannya walaupun sudah berusaha
sebaik- baiknya ternyata hasilnya belum memuaskan, hal ini terlihat dalam tes yang diberikan guru pada
materi pokok organ pernapasan manusia artinya pembelajaran yang penulis laksanakan belum tuntas.
Oleh sebab itu perlu diadakan perbaikan.
Dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran penulis mencoba mengupayakan / mencari
jalan keluar untuk perbaikan pembelajaran IPA yang diwujudkan dalam kegiatan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dan diberi judul Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Alat Pernapasan Manusia
Melalui Media Gambar Siswa Kelas V Semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
Laporan ini disusun berdasarkan catatan ketika merancang kegiatan perbaikan selama
pelaksanaan, observasi, dan diskusi pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua
siklus PTK untuk pelajaran IPA.

1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas dan dari hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas v semester 1 SDN TEGOWANU 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak mata
pelajaran IPA dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi Fungsi Organ Pernapasan Manusia dan
Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan,identifikasi masalah yang ditemukan antara lain :
- Rendahnya penguasaan materi IPA dengan kompetensi dasar Mengidentifikasi Fungsi Organ
Pernapasan Manusia dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan .
- Penyampaian materi terlalu cepat
- Media yang kurang tepat
- Siswa bosan dan tidak tertarik dengan penjelasan guru
- Metode yang kurang tepat
- Siswa kurang berani bertanya meskipun mengalami kesulitan

2. Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dianalisis penyebab rendahnya penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran IPA yang diajarkan oleh guru dengan Kompetensi Dasar Mengidentikasi
Fungsi Organ Pernapasan dan Hubungannya dengan Makanan dan Kesehatan di kelas V semester 1
antara lain:
Penyebab dari sisi guru :
- Penggunaan metode yang kurang bervariasi
- Kurangnya penjelasan guru
- Pembelajaran kurang menarik perhatian siswa
- Metode pembelajaran yang diberikan kurang tepat
- Guru kurang optimal dalam memanfaatkan sarana dan media pembelajaran
Penyebab dari sisi siswa :
- Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan kepada guru
- Siswa masih banyak yang belum menguasai materi

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merencanakan untuk melaksanakan Penelitian


Tindakan Kelas ( PTK ), agar hasil belajar yang dilaksanakan mengalami peningkatan sesuai dengan yang
kita harapkan. Adapun masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah Apakah penggunaan media
gambar dapat meningkatkan pembelajaran materi organ pernapasan manusia dan hubungannya dengan
makanan dan kesehatan pada siswa kelas V semester 1 di SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.

C. Tujuan Penelitian

Secara operasional tujuan perbaikan adalah sebagai berikut :


1. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran IPA Kompetensi Dasar Mengidentifikasi fungsi organ
pernapasan manusia pada siswa kelas V semester 1 SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.
2. Untuk mencari model pembelajaran yang efektif dan mudah dipahami oleh siswa pada Kompetensi
Dasar Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia siswa kelas V Semester 1 SDN Tegowanu 2
Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013.
3. Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia siswa kelas V semester 1 SDN Tegowanu 2
Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak tahun pelajaran 2012/2013, dengan menggunakan media
gambar alat pernapasan manusia.

D. Manfaat Penelitian
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru sangat besar manfaatnya baik bagi peserta
didik/siswa, guru, maupun bagi sekolah. Penulis dalam hal ini akan menguraikan manfaat perbaikan
tersebut secara umum dan secara khusus.
Manfaat Secara Umum
1. Bagi siswa :

a. Meningkatkan motivasi belajar

b. Meningkatkan prestasi belajar

c. Menumbuhkan rasa senang terhadap pelajaran IPA

d. Model bagi para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya

2. Bagi guru :

a. Membantu guru memperbaiki pelajaran

b. Membantu guru berkembang secara professional

c. Meningkatkan rasa percaya diri guru

d. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan


3. Bagi sekolah :

a. Meningkatkan kualitas pendidikan

b. Pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan

c. Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah

Manfaat Secara Khusus

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan rasa percaya diri siswa

b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbagi kepandaian


c. Pembelajaran berlangsung komunikatif karena keaktifan siswa dalam pembelajaran alat pernapasan
manusia menggunakan prinsip motivasi yang didasarkan pada teori Expectasy Value menurut teori ini
motivasi dapat dilihat dari usaha siswa.

2. Bagi guru

a. Menimbulkan rasa puas karena telah melaaksanakan sesuatu untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas yang dikelolanya

3. Bagi sekolah

Terciptanya suasana kerja yang kondusif, karena dalam setiap kesempatan dapat digunakan untuk
membahas usaha usaha dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pembelajaran IPA

Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat sains adalah produk, proses, dan
penerapannya (teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat didalamnya. Produk sains yang terdiri
dari fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui penggunaan proses sains, yaitu
melalui metode-metode sains atau metode ilmiah (scientific methods), bekerja ilmiah (scientific inquiry).
Raka Joni mengutip Marzano (1992) bahwa titik pusat hakikat belajar, pengetahuan pemahaman
terwujud dalam bentuk pemberian makna oleh siswa kepada pengalaman melalui berbagai keterampilan
kognitif di dalam mengolah informasi yang diperolehnya melalui alat indera.

Banyak orang berpendapat bahwa sains memberikan kesempatan bagi orang yang mau belajar
berbuat, berpikir dan bertindak seperti ilmuwan (scientist). Dengan demikian, belajar memproses sains
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika
keilmuwan dan etika yang berlaku dalam masyarakat.

Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (sains) sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat
melalui teknologi, karena teknologi sangat erat hubungannya dengan bekerja ilmiah. Bekerja ilmiah
sesungguhnya adalah perluasan dari metode ilmiah. Di Indonesia metode ilmiah sudah ditekankan
dalam IPA sejak kurikulum 1975. Selanjutnya dalam kurikulum 1994, lingkup proses dan konsep
diintegrasikan dalam setiap rumusan tujuan pembelajaran (umum) yang harus diukur pencapaiannya.

B. Pengertian IPA

Menurut H. W. Fowler IPA adalah pengetahuan alam yang sistematis dan dirumuskan, yang
berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Menurut Robert B. Sund IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan juga suatu proses.

Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, siswa dalam
mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.

Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tahu yang berdasarkan pada observasi. Dengan demikian,
pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi. Kebenaran harus dibuktikan secara empiris
berdasarkan observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran IPA yang menarik,
menyenangkan, layak, sesuai konteks, serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana dan
prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dan kreativitas yang cukup agar pembelajaran dimiliki seorang guru adalah tentang
pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran. Menurut Herawati Susilo (1998)
mengemukakan bahwa pendekatan berifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan
keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.

Berdasarkan kurikulum 2004, IPA seharusnya dibelajarkan secara inkuiri ilmiah (scientivic inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup.

C. Media dalam Pembelajaran IPA

1. Pengertian Media

Menurut Heinich dkk. (1996), media (jamak)/medium (tunggal) secara umum adalah saluran
komunikasi, yaitu segala sesuatu yang membawa informasi dari sumber informasi untuk disampaikan
kepada penerima informasi. Contohnya adalah film, televisi, diagram, materi pembelajaran, komputer,
dan instruktur. Media dipandang sebagai media instruksional apabila membawa pesan yang
mengandung tujuan instruksional.

Sedangkan tujuan penggunaan media secara umum adalah untuk memfasilitasi komunikasi.
Dalam pembelajaran tujuan penggunaan media antara lain untuk meningkatkan kualitas dan efektifitas
pembelajaran, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, memberikan arahan tentang
tujuan yang akan dicapai, menyediakan evaluasi mandiri, member rangsangan kepada guru untuk kreatif,
menyampaikan materi pembelajaran, membantu pelajar yang memiliki kekhususan tertentu.

2. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Menurut Heinich dkk. (1996), dalam merencanakan dan menyelenggarakan pembelajaran perlu
melakukan hal berikut, yaitu memahami karakteristik siswa, menentukan tujuan pembelajaran,
menentukan jembatan atau penghubung antara pengetahuan, keterampilan, dan perilaku siswa dengan
tujuan yang akan dicapai melalui pembelajaran, menentukan metode dan format media yang cocok atau
tepat, menggunakan media, melibatkan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, melakukan
evaluasi dan revisi terhadap pembelajaran.

Format media adalah bentuk fisik yang berisi pesan untuk disampaikan atau ditunjukkan,
misalnya berupa clip charts, slide, audio, film, video, atau komputer multi media, yang dapat bersifat
visual tidak bergerak, visual bergerak, kata-kata yang tercetak, atau kata-kata yang disampaikan secara
lisan.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada
gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Adapun manfaat media
pembelajaran antara lain :

- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
- Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan
memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik.
- Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-
kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar
untuk setiap jam pelajaran.
- Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi
juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

4. Jenis Media Pembelajaran

Ada beberapa jenis media pembelajaran menurut Heinich yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran antara lain :
- Media tidak diproyeksikan (non projected media) seperti objek nyata, model, bahan tercetak, bahan
ilustrasi
- Media diproyeksikan (projected viual) seperti transparansi, slide
- Media audio seperti kaset, rekaman fonograf, compact disk, audio cards
- Media gerak seperti film atau video
- Komputer
- Media radio

Dalam laporan ini , penulis dalam melakukan perbaikan pembelajaran menggunakan media
gambar untuk memperjelas pemahaman siswa. Media gambar termasuk media visual, supaya
pembelajaran terencana dalam membina pengetahuan sikap dan keterampilan siswa melalui interaksi
siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru pada hakikatnya mempelajari lambang-lambang verbal
dan visual, agar diperoleh makna yang terkandung didalamnya. Lambang-lambang tersebut dicerna,
disimak oleh para siswa sebagai penerima pesan yang disampaikan guru. Menurut Schramm, klasifikasi
media ada dua jenis,yaitu media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta) dan media canggih (radio,
film, televise, komputer). Jadi, gambar merupakan media visual sederhana, adapun keunggulan dan
kelemahannya adalah

Keunggulannya antara lain

- Media ini dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi konkret
- Banyak tersedia dalam buku-buku, majalah, surat kabar, kalender, dan sebagainya
- Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain
- Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya
- Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua tema

Sedangkan kelemahannya adalah

- Terkadang ukuran gambar terlalu kecil jika digunakan pada kelas besar
BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subjek Penelitian
a. Tempat Perbaikan Pembelajaran
Nama Sekolah : SDN Tegowanu 2
Alamat : SDN Tegowanu 2
Kec. Karangawen Kab. Demak
Kelas :V
Jumlah Siswa : 27
Mata Pelajaran : IPA
b. Waktu Pelaksanaan
- Tanggal 1 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus I
- Tanggal 8 Oktober 2012 : Pelaksanaan siklus II
c. Karakteristik Siswa
- Kebiasaan siswa tidak masuk kelas karena kurangnya perhatian orang tua.
- Siswa sering tidak mengerjakan PR karena kurangnya pantauan dari orang tua dalam hal kegiatan belajar
siswa.
- Siswa banyak mengikuti kegiatan diluar jam sekolah pada sore hari, sehingga pada waktu belajar siswa
sudah kecapekan.

B. Prosedur Pelaksanaan
a. Prosedur Penelitian
Prosedur PTK
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam proses berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu
- Melakukan perencanaan (planning)
- Melakukan tindakan (acting)
- Mengamati (observasi)
- Refleksi (reflecting)

Hasil refleksi yang dilakukan penulis dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan selanjutnya, jika
tindakan yang dilakukan dianggap belum berhasil, perbaikan dapat dilaksanakan beberapa kali sampai
pembelajaran tercapai dengan baik dan hasil nilainya meningkat serta memuaskan.
Informasi tentang observer
Prosedur pelaksanaan PTK dilaksanakan dalam tiga siklus perbaikan. Dalam pelaksanaannya peneliti
dibantu oleh :
Nama : Mukaromah
Jabatan : Guru Kelas
Tugas : Mengobservasi kegiatan perbaikan pembelajaran
b. Prosedur Umum
Prosedur umum pembelajaran
Menurut Dagne dan Briggs (dalam Runa Ristata dan Prayitno, 2006 : 47) menyebutkan bahwa prosedur
pembelajaran ada 9 kegiatan :
- Memberikan motivasi atau menarik perhatian
- Menjelaskan tujuan pembelajaran pada peserta
- Mengingatkan potensi pra syarat
- Memberikan stimulus (masalah, topic, konsep)
- Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari)
- Menimbulkan penampilan peserta didik
- Memberi umpan balik
- Menilai penampilan
- Menyimpulkan
Dari prosedur di atas, urutan pembelajaran dimulai dari awal sampai akhir. Pembelajaran dilaksanakan
harus secara unit agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan hasilnya memuaskan.
Prosedur umum perbaikan pembelajaran
- Mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, merumuskan masalah, dan merumuskan hipotesa.
- Merumuskan cara pemecahan atau tindakan perbaikan.
- Merancang scenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP).
c. Prosedur Khusus Untuk Pembelajaran.
Pra Siklus

Mata Pelajaran : IPA


Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia
Metode : Ceramah
Hari/ Tgl : Senin/ 24 September 2012
Pengamat : Mukaromah

1. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.

Pelaksanaan Kegiatan
a) Pra Kegiatan

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi


b) Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan Tanya
jawab.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Kegiatan Inti
Eksplorasi, guru :
- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia.
- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.
- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.
Elaborasi, siswa :
- Menyebutkan alat pernapasan manusia.
- Menjelaskan proses pernapasan.
- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.
Konfirmasi :
- Guru memberikan penguatan materi.
- Guru menyimpulkan materi.
d) Kegiatan Akhir
Guru memberikan tes akhir.
Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.
Guru memberikan pekerjaan rumah.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru menggunakan metode ceramah .
Pada akhir pembelajaran guru mengadakan tes formatif secara tertulis untuk mengetahui tingkat
pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan tadi. Ternyata ketuntasan belajar baru mencapai
25,9 %.

Pengamatan Kegiatan
Pengamatan kegiatan dilakukan oleh guru dan dibantu oleh teman sejawat. Ternyata dengan hanya
menggunakan metode ceramah tidak dapat memotivasi siswa, banyak siswa yang kurang aktif dan
merasa bosan.

Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, guru seharusnya melakukan refleksi diri. Pada waktu guru
memberikan pelajaran dengan metode ceramah, banyak siswa yang kurang aktif untuk mengikutinya,
ada yang diam saja, ada yang tidak berpendapat, bahkan ada yang mengantuk. Setelah melihat hasil tes
formatif yang nilainya rendah, guru akan mengubah strategi pembelajaran dengan menggunakan media
gambar dan diskusi, dengan harapan keaktifan dan pemahaman anak menjadi meningkat.

2. Rencana perbaikan untuk siklus berikutnya :


Guru akan menggunakan media gambar untuk memotivasi siswa agar pemahaman siswa meningkat.
PERBAIKAN SIKLUS I

Mata Pelajaran : IPA


Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia
Metode : Ceramah dan Diskusi
Media : Gambar alat pernapasan manusia
Hari/ Tgl : Senin/ 1 Oktober 2012
Pengamat : Mukaromah

1. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan scenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.

Pelaksanaan Kegiatan
a) Pra Kegiatan

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi

b) Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan Tanya
jawab.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
c) Kegiatan Inti
Eksplorasi, guru :
- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.
- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.
- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.
Elaborasi, siswa :
- Menyebutkan alat pernapasan manusia melalui media gambar
- Menjelaskan proses pernapasan melalui media gambar
- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.
Konfirmasi :
- Guru memberikan penguatan materi.
- Guru menyimpulkan materi.
d) Kegiatan Akhir
Guru memberikan tes akhir.
Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan
diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak dibagi menjadi 4 kelompok dan diberi LKS .
Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga
setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-
soal LKS banyak yang dapat dijawab.

Observasi Kegiatan
Pada pembelajaran siklus I (satu) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 25,9 % menjadi
59,25 %. Hal ini dikarenakan dalam diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk
menjawab soal dengan pemahaman yang dimilikinya. Dalam hal ini guru dapat mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi.

Refleksi
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus I (satu) ini, guru melakukan
refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi dengan menggunakan media
gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa. Namun demikian guru belum puas dengan hasil pada
siklus pertama ini. Guru perlu memperbaiki proses pembelajaran.

2. Adapun rencana perbaikan selanjutnya adalah


Guru akan memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam berdiskusi.
Guru akan memberikan LKS kepada kelompok yang lebih menantang untuk didiskusikan.
Guru akan menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan media gambar.
Guru akan memberikan penguatan terhadap keberhasilan siswa .

Perbaikan Siklus II

Mata Pelajaran : IPA


Materi Pokok : Alat Pernapasan Pada Manusia
Metode : Ceramah dan Demonstrasi dan Diskusi
Media : Gambar alat pernapasan manusia
Hari/ Tgl : Senin/ 8 Oktober 2012
Pengamat : Mukaromah

3. Skenario Pelaksanaan
Perencanaan Kegiatan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah disusun, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran yang
dilengkapi dengan skenario tindakan. Skenario tindakan ini berisi langkah-langkah yang harus ditempuh
guru dan siswa.

Pelaksanaan Kegiatan
e) Pra Kegiatan

Guru membuat RPP, LKS, dan soal evaluasi

f) Kegiatan Awal
Guru mengadakan apersepsi untuk mengarahkan perhatian siswa pada materi pelajaran dengan Tanya
jawab.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
g) Kegiatan Inti
Eksplorasi, guru :
- Menjelaskan peta konsep tentang alat pernapasan manusia dengan menggunakan media gambar.
- Melakukan demonstrasi dengan menggunakan pipa kecil bercabang tiga (PKBT), sedotan dan toples.
- Menjelaskan bagian tubuh yang berperan sebagai alat pernapasan.
- Menjelaskan proses pernapasan dada dan perut.
Elaborasi, siswa :
- Menyebutkan alat pernapasan manusia.
- Menjelaskan proses pernapasan.
- Menjelaskan pernapasan dada dan perut.
Konfirmasi :
- Guru memberikan penguatan materi.
- Guru menyimpulkan materi.
h) Kegiatan Akhir
Guru memberikan tes akhir.
Guru memberikan perbaikan dan pengayaan.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan media gambar alat pernapasan manusia dan
demonstrasi dan diskusi. Dalam kegiatan diskusi anak diberi LKS .
Dalam diskusi kelompok, guru memberikan bimbingan secara kelompok atau perorangan, sehingga
setiap siswa dapat ikut berpartisipasi dalam mengerjakan LKS. Ternyata keaktifan siswa meningkat, soal-
soal LKS banyak yang dapat dijawab.

Observasi Kegiatan
Pada pembelajaran siklus II (dua) ini, terdapat peningkatan keaktifan siswa yang semula 59,25 % menjadi
96,26 %. Hal ini dikarenakan dalam demonstrasi guru dapat menjelaskan cara manusia bernapas. Dalam
diskusi kelompok dalam pengerjaan LKS, siswa diharuskan untuk menjawab soal dengan pemahaman
yang dimilikinya, kemudian kegiatan dalam diskusi ditambah satu kegiatan yaitu setiap kelompok dengan
perwakilan kelompoknya menunjukkan bagian-bagian alat pernapasan dengan menggunakan tubuhnya.
Dalam hal ini guru dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi, jadi dapat dikatakan
perbaikan pembelajaran siklus II berhasil.

Refleksi
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran pada akhir siklus II (dua) ini, guru melakukan
refleksi diri. Ternyata dengan menggunakan metode ceramah disertai demonstrasi dan diskusi dengan
menggunakan media gambar dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Penggunanan metode yang tepat, penggunaan media gambar dapat membantu guru dalam
melaksanakan pembelajaran dan pemahaman siswa dapat meningkat.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dari 27 siswa ternyata terdapat 20 siswa yang penguasaan materinya masih dibawah 65%, maka
perlu diadakan perbaikan untuk siklus ke I.
Berikut data nilai pra siklus yang diperoleh siswa:

40 40 70 80 50 40 40
40 50 40 100 70 50 40

70 50 100 70 70 40 100

40 50 40 40 40 40

Tabel 1: Nilai Pra Siklus

No Nilai Jumlah siswa


1 40 - 49 13
2 50 - 59 5
3 60 - 69 -
4 70 - 69 5
5 80 - 89 1
6 90 -100 3
JUMLAH 27

Dari data diatas dapat disajikan pada diagram sebagai berikut:


Diagram 1: Nilai Pra Siklus

Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 55,56
- Ketuntasan belajar mencapai : 33.3%
Dengan demikian masih sangat perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I

Deskripsi per Siklus


1. Siklus I
o Perencanaan
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan padasiklus I dengan menekankan pada penggunaan
metode diskusi dengan menggunakan gambar alat pernapasan manusia yang sesuai dengan materi
pelajaran sudah ada kemanjuan, akan tetapi karena belum dapat menuntaskan hasil belajar, maka perlu
dilanjutkan perbaikan pembelajaran pada siklus II
o Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2012 pada kelas V SD Negri
Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Adapun hasilnya sebagai berikut:

40 40 80 80 80 70 50

40 70 50 100 80 80 50

70 70 100 90 80 80 100

70 50 40 40 50 50

Tabel 2: Nilai Siklus I

No Nilai Jumlah siswa


1 40 - 49 5
2 50 - 59 6
3 60 - 69 -
4 70 - 69 5
5 80 - 89 7
6 90 -100 4
JUMLAH 27

Berdasarkan tabel diatas dapat disajikan pada diagram sebagai berikut:

Diagram 2: Nilai Siklus I

Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus I,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 66,67
- Ketuntasan belajar mencapai : 59,26%
Dengan demikian masih sangat perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus II
o Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti diamati teman sejawat. Hal yang diamati adalah sebagai
berikut:
1. Guru
a. Mengadakan tanya jawab sebagai apersepsi
b. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran
c. Pemberian contoh materi
d. Pemberian soal
e. Pelaksanaan tutor sebaya
f. Membimbing kerja kelompok siswa
g. Mengoreksi, menilai, mengoreksi hasil analisis tes

2. Siswa
a. Menjelaskan penjelasan dari guru tentang Alat pernapasan manusia.
b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
c. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
d. Melaksanakan kerja kelompok
e. Mengerjakan tes formatif
f. Mencatat rangkuman

o Refleksi
Setelah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar IPA dengan kompetensi dasar mengidentifikasikan
alat pernapasan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan pada meteri pokok alat
pernapasan manusia, sebagian besar siswa masih belum mampu menguasai materi tersebut.
Penggunaan metode pembelajaran diskusi membuat siswa aktif selama proses pembelajaran. Hal ini
terbukti setelah diadakan tesformatif, terdapat 59,26% siswa yang mencapai nilai diatas KKM.
Penggunaan model pembelajaran diskusi sudah berjalan dengan baik, tetapi perlu ditingkatkan. Hal itu
dapat dijadikan sebagai bahan untuk ditindak lanjuti pada perbaikan pembelajaran siklus II yang akan
dilaksanakan berikutnya.

2. Siklus II
o Perencanaan
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dengan menekankan pada penggunaan
metode diskusi dengan menggunakan gambar alat pernapasan manusia yang sesuai dengan materi
pelajaran sudah mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga tidak perlu lagi mengadakan perbaikan
pembelajaran.

o Pelaksanaan
Perbaikan pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2012 kelas V SD Negeri
Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak. Adapun hasilnya sebagai berikut:
70 70 80 80 80 70 90

70 100 70 90 100 70 90

80 80 100 100 100 80 100

80 80 50 80 80 80

Tabel 3: Nilai Siklus II

No Nilai Jumlah siswa


1 40 - 49 -
2 50 - 59 1
3 60 - 69 -
4 70 - 69 6
5 80 - 89 11
6 90 -100 9
JUMLAH 27

Berdasarkan tabel diatas dapat disajikan pada diagram sebagai berikut:


Diagram 3: Nilai Siklus II

Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 50
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 82,2
- Ketuntasan belajar mencapai : 96,3%
Dengan demikian tidak perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran.

o Pengamatan
Selama kegiatan pembelajaran, peneliti diamati teman sejawat. Hal yang diamati adalah sebagai
berikut:
1. Guru
a. Mengadakan tanya jawab sebagai apersepsi
b. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran
c. Pemberian contoh materi
d. Pemberian soal
e. Pelaksanaan tutor sebaya
f. Membimbing kerja kelompok siswa
g. Mengoreksi, menilai, mengoreksi hasil analisis tes

2. Siswa
a. Menjelaskan penjelasan dari guru tentang Alat pernapasan manusia.
b. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
c. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran
d. Melaksanakan kerja kelompok
e. Mengerjakan tes formatif
f. Mencatat rangkuman

o Refleksi
Setelah melakukan Kegiatan Belajar Mengajar IPA dengan kompetensi Dasar Mengidentifikasikan
alat pernapasan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan pada meteri pokok alat
pernapasan manusia, sebagian besar siswa menunjukkan peningkatan pemahaman yang cukup signifikan.
Hal ini terbukti setelah diadakan tesformatif pada siklus II, sebagian siswa mendapat nilai 70 keatas, dari
27 siswa, 26 siswa mendapat nilai 65 keatas.

Untuk mengetahui nilai perolehan nilai keseluruhan, maka dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4: Nilai Pra siklus, Siklus I, siklus II

No Nilai Pra siklus Siklus I Siklus II


1 40 - 49 13 5 -
2 50 - 59 5 6 1
3 60 - 69 - - -
4 70 - 69 5 5 6
5 80 - 89 1 7 11
6 90 -100 3 4 9
JUMLAH 27 27 27

Berdasarkan tabel diatas dapat disajikan pada diagram sebagai berikut:


Diagram 4: Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
B. Pembahasan
1. Pra Siklus
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran pra siklus,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 55,56
- Ketuntasan belajar mencapai : 33.3%
Hal itu disebabkan karena dalam menyampaikan materi pelajaran media yang digunakan kurang
lengkap. Dengan demikian pembelajaran pada pra siklus masih sangat perlu diadakan perbaikan
pembelajaran.

2. Siklus I
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus I,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 40
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 66,67
- Ketuntasan belajar mencapai : 59,26%
Dari analisis data hasil nilai prestasi belajar yang seperti tersebut diatas, maka diketahui bahwa ada
kenaikan sebesar 25,96% dari perolehan nilai pada pra siklus. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan
perbaikan sudah menggunakan materi prasyarat, sehingga pemahaman siswa lebih meningkat. Akan tetapi
masih ada 11 siswa yang belum berhasil, maka dilanjutkan pada siklus II.

3. Siklus II
Dari analisa dan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa pada pelaksanaan pembelajaran siklus II,
diketahui bahwa nilai yang dicapai siswa adalah sebagai berikut:
- Nilai terendah : 50
- Nilai tertinggi : 100
- Nilai Rata-rata : 82,2
- Ketuntasan belajar mencapai : 96,3%
Dari analisa hasil perolehan nilai tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa ada kenaikan sebesar
37,04% dari perolehan nilai Siklus I, hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran
dengan memberikan materi prasyarat serta pemahaman tutor sebaya dalam berdiskusi. Akan tetapi
ternyata masih ada 1 siswa yang mendapatkan nilai dibawah 65, hal itu disebabkan karena keterbatasan
siswa yang memang sangat kurang.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dengan melaksanakan perbaikan melalui Siklus I dan Siklus II, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan optimal akan membantu siswa dalam proses
belajar, lebih-lebih pada tingkat Sekolah Dasar. Disamping itu, penggunaan media gambar sebagai
strategi pembelajaran akan sangat tepat karena media gambar merupakan media visual yang dapat dilihat
dengan indra penglihatan yang digunakan untuk membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Dari
hasil pembelajaran yang sudah dilaksanakan jelas bahwa penggunaan media yang tepat dan pemanfaatan
metode yang bervariasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran tentang alat
pernapasan manusia pada siswa kelas V semester I SDN Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Perolehan nilai pra siklus yaitu sebesar 25,9 %. Hal ini disebabkan belum menggunakan media gambar.
2. Perolehan nilau siklus I, yaitu sebesar 59,26 %. Hal ini disebabkan sudah menggunakan media gambar
dan menggunakan metode bervariasi.
3. Perolehan nilai Siklus II, yaitu sebesar 96,3 %. Hal ini disebabkan sudah diberikan materi dengan
menggunakan media gambar.
Berdasarkan perolehan nilai yang selalu meningkat tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan
media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Saran
Untuk keberhasilan pembelajaran IPA terutama meningkatkan penguasaan materi oleh siswa, maka
sebaiknya :
1. Bagi guru
Sebaiknya guru mau menggunakan media gambar serta menggunakan model pembelajaran sesuai dengan
materi pelajaran.
2. Bagi siswa
Sebaiknya siswa dalam mengikuti pelajaran harus lebih efektif, demi meningkatkan pemahaman terhadap
materi pelajaran.
3. Bagi sekolah
Sebaiknya sekolah lebih mengembangkan sarana dan prasarana pembelajaran supaya dapat meningkatkan
mutu pembelajaran serta lulusan yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, 2004, Sains untuk SD Kelas V, Erlangga, Jakarta: PT Glora Aksara Pratama.

Sumardi, Yosep, dkk, 2008, Konsep Dasar IPA di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Rustaman, Nuryani, 2011, Materi dan Pembelajaran IPS SD, Jakarta: Universitas Terbuka.

Sapriyati. Amalia, 2008, Pembelajaran IPA di SD, Jakarta:Universitas Terbuka

Wardhani IGAK, dkk, 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana.Nana, 2009, Media Pengajaran, Bandung: Sinar Baru Algersindo.

Sudjana. Nana, 2003, Teknologi Pengajaran, Bandung :Sinar Baru Algersindo.


Hamalik. Oemar, 2010, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung :Sinar Baru Algersindo.

Diposkan oleh Fauzan Zada di 08.30


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Classic Clock
cursor2
Mengenai Saya

Fauzan Zada

Lihat profil lengkapku

cursor

Arsip Blog
2016 (5)

2015 (13)

2014 (5)

2013 (49)
o Oktober (1)
Okt 30 (1)
LAPORAN PTK IPA SD KELAS 5
o September (1)
o Agustus (2)
o Juli (1)
o April (1)
o Maret (18)
o Februari (25)

o
Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

1. JUDUL

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia tentang Kemampuan Berbicara Melalui Penggunaan
Metode Role Playing Bagi Siswa Kelas V SD.

2. MATA PELAJARAN DAN BIDANG KAJIAN

Bahasa Indonesia, Pembelajaran

3. PENDAHULUAN

Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki
seseorang. Kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan bimbingan yang serius. Di
kalangan pelajar, kemampuan berbicara masih rendah, hal ini terlihat dari cara mereka mengemukakan
pendapat, bertanya, diskusi, ataupun berpidato, bahkan lebih parahnya lagi, masih ada yang tidak berani
berbicara sama sekali.
Data yang diperoleh dari siswa kelas V SD tentang kemampuan berbicara mereka setelah
diadakan tes awal adalah hanya 25% dari jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar. Hal
tersebut membuktikan bahwa kemampuan berbicara kelas V SD sangat rendah. Dengan demikian perlu
dilakukan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar tersebut.
Dari hasil identifikasi ditemukan beberapa faktor penyebab rendahnya kemampuan berbicara
siswa, yaitu:

a. Belum menggunakan metode pembelajaran secara maksimal.

b. Pembelajaran mementingkan hasil sebagai produk dari pada proses.

c. Siswa merasa bosan dan jenuh.

d. Kurangnya penggunaan metode yang bervariasi.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang lebih aktif, kreatif, demokratis, kolaboratif, dan konstruktif, yaitu Role Playing. Setelah
menggunakan model tersebut diharapkan kemampuan berbicara siswa meningkat.

4. RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang
diperoleh adalah Apakah metode Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran bagi
siswa kelas V SD?

b. Pemecahan Masalah

Menggunakan metode Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia.

5. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia
tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan dalam diskusi dan bermain peran bagi siswa
kelas V SD melalui metode Role Playing.

6. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan Bahasa
Indonesia tentang metode Role Playing dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

a) Meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan
dalam diskusi dan bermain peran.

b) Meningkatkan minat belajar siswa.

2) Bagi Guru

Memberikan kontribusi kepada guru dalam upaya meningkatkan kreatifitas dalam mengajar
dengan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat.

3) Bagi Sekolah

Menambah daftar Pustaka sekolah

7. KAJIAN PUSTAKA

a. Hakikat Kemampuan Berbicara


1) Pengertian Kemampuan

Menurut Carin (2000: 1) kemampuan diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan, bakat,


kesanggupan, dan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Kurikulum berbasis kompetensi dan implementasinya menjelaskan bahwa kompetensi


(kemampuan) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Kompetensi
berarti pula kemampuan atau kemahiran, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya


kemampuan adalah merupakan suatu kecakapan atau kesanggupan yang diperlukan siswa untuk
menunjukkan suatu tindakan atau aktifitas.
2) Pengertian Berbicara

Berbicara adalah suatu kegiatan komunikasi dalam menuangkan gagasan atau ide kepada orang
lain secara lisan dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut bisa dipahami oleh orang
lain (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1994: 24).

Pusat Pengembangan Bahasa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan
manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi
(bahasa) yang didengarnya itulah kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mempu
berbicara.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya berbicara
itu tidak sekedar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata, tetapi pembicara harus dapat
mengkomunikasikan gagasan, pikiran, dan perasaannya yang disusun dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan pendengarnya.

b. Metode Bermain Peran (Role Playing)

1) Pengertian Metode

B. Suryosubroto (2002: 148), berpendapat bahwa metode adalah cara yang dalam fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Semakin tepat metode yang digunakan maka akan semakin
efektif pencapaian Tujuannya.

Menurut I.G.A.K. Wardhani (2001: 4.6) menyatakan bahwa metode merupakan cara kerja yang
bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya metode
merupakan suatu strategi di dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau teknik penyajian dalam
mencapai tujuan tertentu yang diharapkan. Dengan demikian metode mengajar merupakan suatu cara
yang dipergunakan oleh guru dalam pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.

2) Pengertian Role Playing

Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan pembelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa dengan cara memerankan tokoh tertentu.
Menurut Hisyam dalam Bermawey & Sekar (2008: 98) Role Playing adalah suatu aktivitas
pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang spesifik.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa metode Role Playing adalah merupakan
suatu metode untuk bermain peran yang dilakukan pada waktu kegiatan drama sederhana, dan peran
yang diambil dari kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat memerankan tokoh tertentu.

c. Belajar

Pengertian belajar menurut Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Suharsimi
Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan
terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik
berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.

Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu (1993:13)

d. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar
merupakan suatu proses dari siswa yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku
yang relatif menetap (Mulyono, 2007: 39).

Jhon M. Kella dalam Mulyono (2007: 391) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari
suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai
ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

8. KERANGKA BERFIKIR PENELITIAN


Pada kondisi awal guru menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga hasil belajar
siswa rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan
secara lisan dalam diskusi dan bermain peran diperlukan adanya tindakan perbaikan yang dilakukan
guru. Tindakan yang akan dilakukan oleh guru dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan
metode Role Playing.
Pada siklus pertama guru menggunakan metode Role Playing untuk materi membaca naskah
drama dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Pada siklus kedua guru menggunakan metode Role Playing untuk materi memerankan tokoh-
tokoh drama dengan lafal , intonasi, dan ekspresi yang tepat.

Dari siklus pertama dan siklus kedua diharapkan hasil belajar Bahasa Indonesia tentang
kemampuan berbicara pada siswa kelas V SD.

9. PROSEDUR PENELITIAN

a. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

b. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD.

c. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD.

d. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu hasil belajar dan metode Role Playing.

e. Rencana Penelitian

Tahapan penelitian ini direncanakan menjadi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.

f. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah:

1) Data Kualitatif

a) Data tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan tes.

b) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar penilaian kegiatan di setiap
kelompok.

2) Data Kuantitatif

Data tentang kesungguhan belajar siswa yang diperoleh dengan menggunakan lembar
observasi.

g. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini adalah data kuantitatif diolah dengan analisis deskriptif
sedangkan data kualitatif diolah dalam bentuk paparan narasi yang menggambarkan kualitas
pembelajaran.

10. JADWAL PENELITIAN

Minggu
N Kegiatan
o 1 2 3 4 5 6
1 Persiapan

2 Pelaksanaan
a. Pre tes

b. Siklus I
c. Siklus II

3 Penyelesaian
a. Analisis data

b. Penulisan draft laporan


c. Seminar dan revisi

d. Penggandaan dan
pengiriman laporan
11. BIAYA PENELITIAN

a. Alat dan bahan penelitian (ATK) Rp. 750.000,00


b. Transportasi Rp. 2.750.000,00

c. Penyelesaian (analisis data, seminar, Rp. 2.500.000,00

penggandaan, dan Pengiriman laporan)

Jumlah Biaya Rp. 6.000.000,00

12. PERSONALIA PENELITIAN

Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : Guru

b. Tempat, Tanggal Lahir : Kota,

c. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

d. Pangkat/Gol/Nip :

e. Jabatan Fungsional : Guru

f. Jabatan Struktural : -

g. Pendidikan Tertinggi : S1 PGSD

h. Bidang Keahlian : Teknik Pembelajaran

: SD

13. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Sukardjono, P. Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Belen, S. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.

Carin, Arthur. (2001). Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company.

Depdiknas. (2003) Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Purwadarminta. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat dan Pengembangan Bahasa, tanpa tahun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Trihartanto, S.I. (2007). Metode Role Playing Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah disajikan dalam Workshop
Pengembangan Model Pembelajaran Mata Pelajaran bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia bagi Guru
Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah. LPMP Jawa Tengah. Semarang, 22-31 Oktober 2007.

Wardhani, I.G.A.K., Wihardit, K. dan Nasution, N. (2006). Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Posted by Rinoto PTK at 1:02 AM


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Bahasa Indonesia, Contoh Proposal PTK Bahasa Indonesia SD Kelas 5 Metode Role Playing,
Proposal, Proposal PTK
No comments:
Post a Comment

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Bagi yang menginginkan contoh PTK lengkap bisa SMS ke 081328239660

PTK Terbaru

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan dasar yang bertujuan meletakan dasar kecerdasan
yaitu membaca, menulis dan menghitung, serta memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
ketermpilan IPA sebagaidasar untuk melanjutkan penndidikan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta
konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga meruipakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapatmenjadi wahana bagi peserta didik utuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi. Keterampilan
proses IPA memilki peran pentingdalam perkembangan sikap ilmiah, dan intelektual pesrta didik.
Melalui keterampilan proses siswa dapat membiasakan diri bersikap dan bekerja ecara ilmiah
yang pada akhirnya akan terbiasa dapat memecahkan permasalahan secara ilmiah.

Belajar IPA mutlak harus dilakukan peserta didik sejak dini, untuk membekali peserta didik
dengan kemampuan, berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kerja ilmiah, bersikap ilmiah dan
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan, agar peserta didik dapat
memilki kemampuan meneliti, memperoleh, mengelola, memanfaatkan informasi dan teknologi
untuk bertahan hidup pada keadaanyang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Kenyataan dilapangan khususnya di SDN Ciparay I proses pembelajaran belum maksimal sesuai
dengan harapan kurikulum, terdapat kekurangan-kekurangan peran guru dalam
pembelajaranmasih bersifat konvensional, aktifitas pembelajaran masih didominasi baca, duduk,
catat, hapal. Akibatnyahasil belajar sebagian peserta didik kelas V dalam pembelajaran IPA
belum dapat mendeskripsikan panca indera dengan fungsinya.

1. Identitas Masalah
Penulisan laporan ini ditempuh melalui kegiatan awal dengan melakukan observasi dan
mempelajari data-data hasil belajar dan tingkat kemampuan siswa, lebih lanjut melakukan
diskusi, dan sumbang saran dengan mitrasejawat dalam mengidentifikasi masalah.

Hasil observasiawal, tes formatif pembelajaran IPA Kompetensi Dasar mendeskripsikan struktur
panca indra dengan fungsinya di peroleh datasebagai berikut deari banyak siswa 37 orang (21
Laki-laki dan 16 Perempuan) yang dapat menawab pertanyaan dan mendapat nilai 6 s.d 10 hanya
7 orang (31%)
Hasil sumbang saran dengan teman sejawat maka identifikasi masalah pada pembelajaran IPA
adalah:

a) Sebagaian besar siswa belum mampu bersikapdan berpikir ilmiah


b) Sebagaian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
c) Sebagaian besar siswa tidak berani mengajukan pertanyaan
d) Sebagaian besar siswa belum mampuberpikir kritis

Dengan teridentifikasi permasalahan tersebut di atas. Maka perbaikan pembelajaran akan kami
fokuskanpada kompetensidasar mendeskripsikan strukturpancaindra dengan fungsinya melalui
membiasakan berpikir dan bersikap ilmiah, mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran,
mengaktifkan siswa untu kberanimengajukan pertanyaan dan melatih siswa berpikir kritis,
karena masalah itu sangat penting bagi kehidupan anak dalam kehidupan sehari-hari dan perlu di
perbaiki

2. Analisis Masalah
Dari hasil refleksiawal pada pembelajaran IPA diperoleh data bawa pembelajaran IPA yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Guru dalam pembelajaran tidak melakukan keterampailan proses


b. Guru dalam pembelajaran kurang mengaktifkansiswa
c. Guru dalam pembelajaran kurang memotovasi siswa untuk mengajukan pertanyaan
d. Guru dalam pembelajaran kurang memberikan latihan untuk berfikir kritis

B. Rumusan Masalah
Unuk mengatasi permasalahan tersebutmaka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah guru merencanakandan melaksanakan pembelajaran penerapan
pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan
struktur panca indra dengan fungsinya kelas IV SDN Ciparay I ?
2. Bagaimanakah hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan keterampilan proses
untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indra dengan
fungsinya di kelas IV SDN Ciparay I ?

C. Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalahtersebut maka peneliti melakukan upaya perbaikan pembelajaran
melalui refleksi kolaborasi dengan observer, mitra sejawatdan pakar akademisi, upaya tersebut
adalah :

1. Guru menyusun perencanaan pembelajaran yang runtutdalam penerapan pendekatan


keterampilan proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur
panca indera dengan fungsinya di kelas IV SDN Ciparay I.
2. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana tentang penerapan pendekatan
keterampilan proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur
panca inderadengan fungsinyadi kelas IV SDN Ciparay I

D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. kemampuan guru merencanakan pembelajaran penerapan pendekatan keterampilan
proses untuk meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan strukturpanca indera
dengan fungsinya.
2. Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca inderta dengan
fungsinya melalui penetapan pendekatan keterampilan proses.
3. Meningkatkan kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan
fungsinya melalui penerapan pendekatan keterampilan proses.
E. Manfaat Penelitian Pembelajaran
1. Bagi Guru
o Manfaat penelitian ini bagi guru adalah menambah wawasan berpikir dan
bertindak dalam mengatasi kesulitan menanamkan pemahaman, pengertian dan
sikapterhadap siswa yang menemukan kesulitan dalam belajar
o Memperbaiki kinerja yang dianggap kurang optimal
o Merfleksi diri dalam peningkatan kinerja atas kelebihan dan kekurangan dalam
pengelolaan pembelajaran.

2. Bagi Siswa
o Manfaat penelitian ini bagi siswa menambah wawasan berpikir, untuk
meningkatkan kemampuan mengenal berbagai bentuk energi dan
pemanfaatannya.
o Meningkatkan pola kerja sama, berkomunikasi secara ilmiah, meningkatkan
kreativitas berfikir.
o Terbiasa menemukan pemecahan masalah secara sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.

3. Bagio Lembaga

Manfaat bagi lembaga adalah sekolah dasar selain sebagai lembaga pendidikan juga
merupakan lembaga penelitian yang senantiasa terus menerus melakukan
inovasi/mengadakan perubahan kearah yang lebih dari hasil penelitian.

F. Asumsi
Asumsi merupakan dasarberpijak bagi peneliti untuk melakukan penelitian, yang dijadikan dasar
dalam penelitian ini adalah :
1. Keberhasilanguru dalam proses pembelajaran akan ditentukan oleh kemampuan dia
menerapkan strategi, pendekatan yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA.
2. Keterampilan proses merupakan pendekatan pmvbelajaran yang memberdayakan siswa
untuk mengkonsentrasi, mengolah informasi yang diterima melalui interaksi
pembelajaran.

G. Hipotesis
Hipotesis tidakan merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Apabila guru menyusun strategi pendekatan keterampilan proses dengan tepat, maka
kemampuan siswa mendeskripsikan struktur panca indera dengan fungsinya akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai