Negara dapat dikategorikan menjadi negara maju atau berkembang. Dasar pembedanya
antara lain adalah pendapatan rata-rata nasional dan penguasaan teknologi. Ciri-ciri
negara maju antara lain sebagai berikut.
B. Sebab Khusus
Menurut Perjanjian Versailles wilayah Prusia Timur (Jerman) dipisahkan dari Jerman
dengan dibentuknya negara Polandia (jalan keluar Jerman menuju ke laut). Di tengah-
tengah negara Polandia
terletak kota Danzig yang dituntut oleh Jerman, karena penduduknya adalah bangsa
Jerman. Sedangkan Polandia menolak untuk menyerahkan kota Danzig, bahkan Polandia
menjalin hubungan
dengan mengadakan perjanjian dengan Inggris, Perancis, Rumania dan Yunani dengan
suatu keputusan untuk saling menjamin kemerdekaan masing-masing negara. Hitler
menjawab dengan
mengadakan Perjanjian Jerman-Rusia (23 Agustus 1939), yaitu perjanjian non-agresi, di
mana kedua negara tidak akan saling menyerang. Pada tanggal 1 September 1939, Jerman
menyerang Polandia dan meletuslah Perang Dunia II. Selanjutnya tanggal 3 September
1939 Inggris dan Perancis mengumumkan perang kepada Jerman.
Pada tanggal 8 Desember 1941, Pearl Habour diserang oleh Jepang dan pada tanggal 9
Desember 1941 Amerika Serikat mengumumkan perang kepada Jepang. Tanggal 11
Desember 1941 Jerman dan Italia mengumumkan perang kepada Amerika Serikat,
sehingga perang meluas dan meliputi seluruh dunia
Bidang Politik
ImageDalam usaha menarik simpati bangsa Indonesia dengan tujuan agar rakyat mau
membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang mengumandangkan semboyan
3A yakni: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia. Hal ini
menyatakan bahwa kehadiran Jepang di Asia, termasuk Indonesia adalah untuk
membebaskan Asia dari penjajahan bangsa Barat, Jepang menyebut dirinya sebagai
saudara tua bangsa Indonesia yang akan membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda.
Bidang Ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka Jepang melakukan
eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa eksploitasi
dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain.
Dibidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan karena
kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan sumber
daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (Romusha) serta
dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer maupun semi militer.
Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping bahasa
Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukkan badan kearah timur sebagai tanda
hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari (Seikerei).
Keuntungan:
1. Kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi birokrat.
2. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Status sosial pribumi mengalami kenaikan.
4. Adanya kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan /
bersekolah.
5. Dengan berdirinya PETA, para pemuda dapat memperoleh pendidikan militer dan
penanaman jiwa nasionalis.
6. dsb.
Kerugian :
Di awal tahun 1945 ,Jendral McArthur ,Panglima Komando Pertahanan Pasifk Barat
Daya melancarkan siasat lompat katak (leapfrogging) untuk membalas Jepang .Satu per
satu wilayah yang dikuasai Jepang baik di Asia maupun Pasifik berhasil direbut kembali
oleh sekutu .Tidak lama kemudian Amerika Serikat membom Hiroshima dan Nagasaki
pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945. Kedua peristiwa pemboman tersebut
membuat Jepang mau tidak mau harus menyerah, apalagi Amerika Serikat yang termasuk
dalam Sekutu telah mengeluarkan ultimatum bagi Jepang agar menyerah. Pada akhirnya
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 (tanggal 14
Agustus 1945 waktu New York).Dengan demikian Perang Pasifik berakhir dan kekuasaan
Jepang di Indonesia pun berakhir.
Beri Penilaian
C
urrently 3.91/5
1
2
3
4
5
Rating : 3.9/5 (22 votes cast)
Diperoleh dari
"http://www.crayonpedia.org/mw/Pengaruh_Kebijakan_Pemerintah_Pendudukan_Jepang
_9.1"
Tampilan
Artikel
Pembicaraan
Lihat sumber
Versi terdahulu
Print sebagai PDF
chat
Peralatan pribadi
Masuk log / buat akun
Navigasi
Halaman Utama
Portal komunitas
Peristiwa terkini
Perubahan terbaru
Halaman sembarang
Bantuan
Org. Pendukung
Donasi
Pencarian
Tuju ke Cari
Kotak peralatan
Pranala balik
Perubahan terkait
Pemuatan
Halaman istimewa
Versi cetak
Pranala permanen
Print sebagai PDF
Share This!
BlogMarks
del.icio.us
digg
Facebook
smarking
Spurl
Twitter
Wists
1. Bidang Politik
2. Bidang Ekonomi
Kekayaan alam yang diambil Jepang dari hasil menguras kekayaan alam
Indonesia ini hanya untuk kepentingan perang Jepang tanpa memperhatikan
kesejahteraan rakyat.Sebagai dampak dari eksploitasi besar-besaran sumber
kekayaan alam Indonesia adalah kesengsaraan rakyat Indonesia berupa
kekurangan sandang, pangan serta menderita kemiskinan.
ke atas
Perang-perang Kedaerahan Melawan Kolonial Belanda
A. Perang Maluku (Patimura)
Perang Pattimura terjadi di Maluku pada tahun 1817.
1. Sebab Umum
- Penindasan dan penghisapan oleh bangsa Belanda terhadap penduduk Maluku.
- Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan gubernur Maluku seperti kewajiban
menyediakan perahu dan menebang kayu.
- Aturan monopoli dagang yang keras. Misalnya dengan adanya pelayaran
hongi dan ekstirpasi.
- Pengawasan terhadap keamanan yang terlalu ketat.
2. Sebab Khusus
Penolakan Residen Van Den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk membayar
harga perahu yang dipesan dengan harga sebenarnya.
3. Strategi yang digunakan dalam perang
Rakyat Maluku berperang dengan cara perang gerilya dan mengumpulkan
perahu-perahu untuk menyerang Benteng Durstede di Saparua. Sedangkan
pihak kolonial menggunakan pasukan besar-besaran untuk menguasai kembali
benteng yang telah direbut.
4. Tokoh-tokoh yang berperan.
A. Dari Pihak Rakyat Maluku.
Thomas Matulesi (Patimura), Ulupaha, Paulus Tiahahu, Cristina Martha
Tiahahu, Anthony Reebok, Philipe Latumahina, dan Said Parinta.
B. Dari pihak kolonial.
Residen Van den berg, Mayor Beetjes, dan Letkol Groot.
5. Medan perang.
Medan perangnya adalah di kepulauan Maluku yang terpusat di sekitar
Benteng Durstede Saparua.
6. Akhir perang.
Belanda melancarkan politik adu domba atau devide et intera kepada raja-
raja dan pendeta di Maluku sehingga para pemimpin perang dapat ditangkap
dan dihukum gantung di Benteng Niew Victoria Ambon sehingga berakhirlah
perjuangan rakyat Maluku.
7. Akibat perang.
- Bidang Politik.
Semakin kokohnya penguasaan Belanda atas wilayah Maluku.
- Bidang Ekonomi.
Monopoli Belanda terhadap rempah-rempah dan pembuatan perahu
semakin merajalela.
B. Perang Padri (1821-1837)
Perang Padri pada awalnya adalah perang antara kaum ulama yang ingin
memurnikan kembali ajaran Islam di Sumatra Barat terhadap Kaum adat yang
menentangnya.
1. Sebab-sebab Umum.
- Adanya pertentangan paham antara golongan Wahabi yang ingin memurnikan
ajaran agama islam dengan para golongan Tasawuf yang terdiri dari kaum
bangsawan dan pemangku adat.
- Ada kebiasaan buruk yang disahkan oleh kaum adat seperti minum minuman
keras, menyabung ayam, berjudi, merokok, dll.
- Adanya pertentangan antara hukum adat dengan hukum di agama Islam. Yaitu
diantaranya pada hukum adat menganut sistem kekerabatan Matrilineal
sedangkan di Islam Patrilineal.
- Terjadi perebutan pengaruh antara kaum adat dengan ulama.
- Adanya campur tangan bangsa barat dalam perebutan kekuasaan tersebut yaitu
Inggris dan Belanda.
2. Sebab khusus
Pertemuan antara kaum adat dengan ulama untuk menyelesaikan semua
persoalan selama ini di Kototangah. Karena usaha itu tidak berhasil, kaum adat di
serang oleh kaum ulama kemudian kaum adat meminta bantuan kepada Belanda di
Padang pada tahun 1821.
3. Strategi Perang.
Pada tahun 1821-1825 perang terjadi antara kaum ulama dengan kaum adat yang
dibantu oleh Belanda. Kaum ulama menyerang benteng-benteng Belanda sehingga
Belanda mengajak berdamai pada tahun 1825 karena untuk memusatkan perhatian
pada perang di Jawa. Kemudian pada tahun 1830-1837 berkecamuk lagi perang di
Minangkabau yang kini kaum ulama bersatu dengan kaum adat untuk melawan
Belanda. Perang dilakukan dengan perang gerilya dan bertahan di benteng
pertahanan.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Minangkabau.
Tuanku lintau, Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Gapuk, Tuanku Hitam, Tuanku Nan
Cerdik, dan Tuanku Tambusay.
b. Dari pihak kolonial.
Kolonel Stuers,
5. Medan pertempuran.
Medan pertempuran hampir di semua wilayah Sumatra Barat, misalnya di
Padang, Bukit Tinggi, Pariaman, dll.
6. Akhir perang.
Setelah menghadapi tekanan-tekanan berat dari pihak belanda, akhirnya Tuanku
Imam Bonjol bersedia untuk melakukan perundingan dengan Belanda. Perundingan
gagal karena pihak Belanda telah melakukan persiapan untuk menyerang dan
mengepung benteng tempat Imam Bonjol bertahan. Karena perang yang berlarut-larut
dan ketimpangan kekuatan, akhirnya Tuanku Imambonjol menyerah beserta sisa
pasukannya pada tanggal 25 Oktober 1837 kemudian beliau dibuang ke Menado dan
wafat di sana.
7. Akibat perang.
a. Bidang politik.
Semakin jelas dan kokohnya kekuasaan Belanda atas daerah Sumatra Barat.
b. Bidang Ekonomi.
Monopoli semakin kuat terutama monopoli garam dan lada di Sumatra Barat.
C. Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro terjadi di daerah jawa tengah dan timur yang dipimpin oleh
seorang anak selir Sultan Hamengkubuwono III yaitu Pangeran Diponegoro.
1. Sebab umum.
Terjadi banyak kemerosotan dalam bidang kehidupan di sekitar kesultanan
Mataram.
- Daerah pesisir di utara Jawa diambil alih oleh Belanda.
- Makin menyempitnya wilayah kerajaan dan kekuasaannya pula.
- Adanya perpecahan di kalangan keluarga Mataram sehingga melemahkan
kerajaan dan memperkuat Belanda.
- Merosotnya martabat kerajaan sebagai akibat campur tangan Belanda dalam
urusan pemerintahan.
- Adanya kebiasaan minum minuman keras di kalangan bangsawan dan rakyat
sehingga menimbulkan kekhawatiran umat.
- Rakyat semakin berat bebannya setelah Kerajaan mengizinkan sewa tanah
kepada perusahaan-perusahaan asing.
- Ketikpuasan para bangsawan pada keputusan gubernur jenderal karena tidak
boleh menyewakan tanah mereka kepada pengusaha swasta.
2. Sebab Khusus.
Kemarahan Pangeran Diponegoro ketika Belanda memasang patok jalan kereta
api yang akan melewati tanah makam leluhurnya di Tegal Rejo yang tanpa seizin
Pangeran Diponegoro.
3. Strategi Perang.
Dari pihak Pangeran Diponegoro, beliau menggunakan tehnik perang gerilya yang
tiba-tiba menyerang pasukan Belanda kemudian menghilang. Markas serangan
gerilya itu terdapat di Goa Selarong.
Sedangkan strategi Belanda adalah:
- Mengangkap kembali sultan Sepuh (HB II) menjadi sultan Mataram.
- Membentuk pasukan kontra gerilya yang anggotanya adalah orang Indonesia
sendiri yang telah berkianat dengan bayaran.
- Menjalankan Devide Et Intera kepada anak buah Pangeran Diponegoro dan
dengan mengimingi hadiah bagi yang dapat menangkap Pangeran Diponegoro
hidup atau mati.
- Menjalankan siasat benteng stelsel. Yaitu dengan cara mendirikan benteng-
benteng di setiap daerah yang telah dikuasai dan jalan-jalan yang
menghubungkan antar benteng tersebut sehingga wilayah gerilya Pangeran
Diponegoro semakin sempit.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Indonesia.
Pangeran Diponegoro, Pangeran Suryo Atmojo, Adipati Kertodirjo, Pangeran
Serang, Karto Pengalasan, Pangeran Suryo Mataram, Aryo Prangwadono,
Pangeran Notoprojo, Sentot Alibasah Prawirodirjo, Pangeran Joyokusumo, Arya
papak, dan Kiyai Mojo.
b. Dari pihak kolonial.
Gubernur jenderal Van der Capelen dan Jenderal De Kock.
5. Medan pertempuran.
Yaitu di daerah Jawa tengah dan timur yang diantaranya Pacitan, Purwodadi,
Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Madiun.
6. Akhir perang.
Karena telah banyaknya pengikut P. Diponegoro yang menyerah dan
menyusutnya kekuataan, akhirnya P. Diponegoro bersedia untuk berunding
dengan Belanda di Rumah Residen Kedua pada tanggal 28 Maret 1830. Pada
tawaran itu, Belanda berjanji jika perundingan gagal maka P. Diponegoro dapat
kembali ke medan perang. Tetapi Belanda mengingkarinya dan P. Diponegoro
Ditangkap yang kemudian di buang ke Menado dan kemudian Makasar. Beliau
wafat pada tanggal 8 Januari 1855 di Benteng Rooterdam Makasar.
7. Akibat perang.
a. Bidang politik.
- Kekuasaan dan wilayah kasultanan Yogyakarta dan kasultanan Solo menjadi
berkurang.
- Dihapuskannya peraturan yang merugikan rakyat. Misalnya dihapuskannya
gerbang cukai di Yogyakarta dan Solo.
b. Bidang Ekonomi.
Belanda memperoleh daerah Yogyakarta dan Solo yang kemudian dijadikan
daerah tanam paksa.
c. Bidang sosial.
Adanya kerugian besar baik jiwa maupun harta yang kira-kira ada 8000 orang
Belanda yang meninggal dan 7000 orang Jawa yang meninggal. Biaya yang
dihabiskan tidak kurang dari 20.000.00,00 Gulden.
D. Perang Bali (1846-1909)
Perang Bali adalah perang antara kerajaan-kerajaan yang ada di pulau Bali dengan
bangsa kolonial Belanda. Perang ini terjadi karena kerajaan-kerajaan tersebut tidak
ingin dikuasai oleh bangsa asing.
1. Sebab umum.
- Belanda hendak memaksakan kehendaknya untuk menghapuskan hak-hak
kekuasan kerajaan-kerajaan di Bali atas daerahnya.
- Raja-raja Bali dipaksa mengakui kedaulatan pemerintah Hindia Belanda dan
mengizinkan pengibaran bendera Belanda di wilayah kerajaannya.
- Adat agama sute yang dianggap Belanda tidak berprikemanusiaan akan dihapus
oleh Belanda.
2. Sebab khusus.
Belanda menolak hak Raja Buleleng yaitu hak Tawan karang yang menyatakan
kapal asing yang terdampar di pantai kerajaan tersebut akan dirampas kapal
beserta isinya.
3. Strategi Perang.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda mengirimkan ekspedisi pasukannya ke Bali
untuk membuat raja-raja Bali takluk. Ekspedisi pertama tidak berhasil kemudian
Belanda mengirimkan pasukannya yang lebih besar lagi. Karena kalahnya jumlah
dan teknologi senjata, rakyat Bali hanya tinggal bertahan di Benteng-benteng
pertahanan sambil sedikit-sedikit menyerang dan juga dengan menjalankan
perang Puputan. Yaitu perang suci sampai tetes darah penghabisan.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Bali.
I Gusti ktut Jelantik dan Raja Buleleng.
b. Dari kolonial Belanda.
Jenderal Micheles.
5. Medan Perang.
Medan perang hampir seluruh pulau Bali yang meliputi Klungkung, Buleleng,
karang Asem, gianyar, dll.
6. Akhir perang.
Jatuhnya Buleleng ke tangan Belanda, mempengaruhi raja-raja lain untuk
bersikap lunak terhadap Belanda. Akibatnya sebagian besar kerajaan di Bali
dapat ditaklukan Belanda pada akhir abad ke-19. Pada tahun 1906 Belanda
menyerang Bali selatan yang di sana mendapatkan perlawanan yang sengit yang
diikuti dengan perang Puputan. Baru pada tahun 1909 seluruh Bali dapat di
kuasai oleh Belanda.
7. Akibat-akibat perang.
a. Bidang politik.
- Dikuasainya seluruh pulau Bali oleh Belanda.
- Berkurangnya kekuasaan raja pada kerajaannya bahkan raja dapat
dikatakan menjadi bawahan Belanda.
b. Bidang ekonomi.
- Dikuasainya monopoli perdagangan di Bali karena Bali merupakan daerah yang
sangat strategis yang banyak dikunjungi bangsa asing.
c. Bidang sosial.
- Banyaknya tatanan sosial yang dirobah oleh Belanda termasuk dihapuskannya
adat Sute pada upacara ngaben.
E. Perang Banjar (1859-1863).
Perang Banjar terjadi di kerajaan Banjar daerah Kalimantan Selatan sekarang.
1. Sebab umum.
- Rakyat tidak senang dengan merajalelanya Belanda yang mengusahakan
perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.
- Belanda terlalu banyak campur tangan dalam urusan intern kerajaan.
- Belanda bermaksud menguasai daerah Kalimantan Selatan karena daerah ini
ditemukan tambang Batubara.
2. Sebab Khusus.
Karena Pangeran Hidayatullah yang seharusnya menjadi Sultan Banjar tidak
disetujui oleh Belanda yang kemudian mengangkap Tamjidilah sebagai Sultan
yang tidak berhak menjadi Sultan. Kemudian setelah Belanda mencopot
Tamjidilah dari kursi Sultan, Belanda membubarkan Kerajaan Banjar.
3. Strategi Perang.
Pangeran hidayatullah dan Pangeran Antasari menggunakan strategi perang
gerilya dengan membuat kerajaan baru di pedalaman dan membangun benteng-
benteng pertahanan di hutan-hutan.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Banjar.
Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, Aling, Tumenggung Antaludin,
Tumenggung Suropati, Demang Leman, dan Muhammad Seman.
b. Dari pihak kolonial Belanda.
5. Medan Perang.
Daerah pertempuran berada di daerah Kalimantan Seltan hampir seluruhnya.
Termasuk di daerah sungai barito.
6. Akhir perang.
Setelah Pangeran Hidayatullah tertangkap dan Pangeran antasari wafat,
perjuangan tetap berlanjut yang di pimpin oleh Gusti Mat Seman, Gusti Acil,
Gusti Arsat, dan Antung Durahman. Oleh pemimpin-pemimpin tersebut, rakyat
masih bergerilya dengan se-sekali melakukan serangan kepada Belanda sampai
awal abad ke-20.
7. Akibat perang.
a. Bidang politik.
- Daerah Kalimantan selatan dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial
Belanda.
- Dibubarkannya kerajaan Banjar.
b. Bidang ekonomi.
- Dikuasainya tambang batubara dan perkebunan di daerah Kalimantan Selatan.
F. Perang Aceh (1873-1904).
Perang Aceh merupakan perang terlama yang bersifat kedaerahan di Indonesia.
1. Sebab umum.
- Adanya perbedaan atas kedudukan atau status daerah-daerah Sumatra Timur.
- Aceh menjadi penting dalam pelayaran internasional karena pembukaan terusan
suez.
- Semakin berkembangnya imperalisme moderen di mana bangsa-bangsa
imperialis makin giat mendapatkan tanah jajahan untuk dijadikan sebagai
sumber bahan industri dan daerah pemasaran.
- Adanya politik Ekspansi Belanda ke luar Jawa dalam usahanya memwujudkan
Pax Netherlandica. Sebab dalam Treaty of sumatra Inggris berjanji tidak
menghalangi Belanda.
2. Sebab khusus.
Aceh yang mau mempertahankan kedaulatannya menolak tuntutan Belanda untuk
tidak berhubungan dengan negara asing dan mengakui Belanda sebagai yang
dipertuan.
3. Strategi perang.
Dalam perang yang bersifat nasional, rakyat Aceh menggunakan strategi:
- Mau berkompromi dengan Belanda agar kedudukannya dalam pemerintahan dan
masyarakat tidak hilang.
- Juga siasat untuk mendapatkan persenjataan dari Belanda untuk gerilya berjalan
lancar (menandatangani perjanjian pendek).
Untuk perjuangan yang sifatnya keagamaan strategi perangnya adalah:
- Tidak mau berkompromi dan tidak mau menyerah dengan Belanda.
- Melakukan perang Jihad yang didasarkan ajaran agama.
Kolonial Belanda melakukan strategi sebagai berikut:
- Penyerangan besar-besaran terhadap suatu objek yang diserang.
- Sistem konsentrasi stelsel.
- Melakukan sistem pendekatan yaitu dengan mengirim ahli agama Islam yaitu Dr.
Snock Hurgronje yang menganjurkan untuk melakukan sistem devide et intera
antara kaum bangsawan dengan ulama.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Aceh.
Sultan Daud Syah, Tengku Umar, Panglima Polim, Tengku Cik di tiro, Tengku
Baet, Cut nyak dien, Tengku cik ditero,
b. Dari pihak pemerintah kolonial Belanda.
Jenderal Cohler, Letjen Van Suiten, Kolonen Pell, Mayjen Van der heiden, dan
Van der hoven.
5. Medan Peperangan.
Medan peperangan yaitu terjadi di seluruh Aceh yang termasuk daerah hutannya
untuk bergerilya. Daerah Aceh yang berhutan dan berpegunungan, memudahkan
untuk melaksanakan perang gerilya.
6. Akhir perang.
Karena banyak meninggalnya para pemimpin yang tangguh menyebabkan
kedudukan Belanda semakin kuat di Aceh. Juga karena Belanda mematuhi saran
dari Dr. Hurgronje, sehingga rakyat aceh ada yang membelot ke Belanda sehingga
memudahkan Belanda untuk memecahbelah rakyat Aceh.
7. Akibat perang.
a. Bidang politik.
- Dikuasainya secara penuh wilayah Aceh.
- Sultan Aceh dipaksa oleh Belanda untuk menandatangani Plakat pendek yang
bunyinya mengakui Belanda sebagai yang dipertuan di Aceh.
b. Bidang ekonomi.
Monopoli perdagangan di Aceh yang memiliki letak yang sangat strategis yaitu di
selat Malaka.
G. Perang Tapanuli (1878-1907).
Perang ini dipimpin oleh Si singamangaraja ke-XII.
1. Sebab umum.
- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama Batak kuno
(Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli.
- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk menguasai
daerah Tapanuli.
- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan pemimpin-
pemimpin Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.
2. Sebab Khusus.
Penolakan Raja Si Singamangaraja ke-XII atas penyebaran agama Kristen di
daerah Tapanuli.
3. Strategi perang.
Belanda melakukan serangan ke benteng pertahanan Si Singamangaraja, setelah
terdesak Si singamangaraja menyingkir ke hutan untuk melakukan perjuangan
gerilya.
4. Tokoh-tokoh.
a. Dari rakyat Tapanuli.
Raja Si singamangaraja ke-XII.
b. Dari pemerintah kolonial belanda.
Van Dai Lent dan Kapten Cristopher.
5. Medan Perang.
Medan pertempuran berada di seluruh Sumatra Utara sekitar Medan dan Danau
Toba.
6. Akhir perang.
Pada tanggal 17 Juni 1907 Si singamangaraja ke-XII tewas dalam pertempuran
sehingga berakhirlah perang Tapanuli. Karena seperti perang kedaerahan lainnya,
jika pemimpinnya meninggal atau tertangkap, maka perang yang bersangkutan
juga akan berakhir.
7. Akibat perang.
a. Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda.
b. Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya
seperti tembakau.
c. Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan
berubahnya keyakinan masyarakat sebelumnya.