Anda di halaman 1dari 12

SEEDING DAN AKLIMATISASI AEROB

Oleh :
KELOMPOK SATU :
1. AFIFAH AMALIA NIM. 061540411881
2. DEA WIDYA SYAFRIANI NIM. 06154041
3. DIO RIZKY WICAKSONO NIM. 06154041
4. INDAH LESTAR NIM. 06154041
5. M. BINTANG CENDIKIA NIM. 06154041
6. M. JAKA DEWANTARA NIM. 06154041
7. RIDUAL HIJRIA GANDHA NIM. 06154041
8. TIARA ANGGRAINI NIM. 06154041
9. WAHYU TRIAJI NIM. 06154041
10. AGEM GUNARDI NIM. 06154041

KELAS : 4 EGC

INSTRUKTUR : Adi Syakdani,S.T, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIVTEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2017
SEEDING DAN AKLIMATISASI AEROB

I. Tujuan Percobaan
Melakukan pembenihan dan pengembang biakan mikroorganisme untuk mengolah
limbah cair secara aerobik.

II. Alat dan Bahan yang Digunakan


a. Alat yang digunakan
Gelas Kimia
Aerator
Cawan Penguap
Desikator
Erlenmeyer
Kertas saring
Spatula
Batang Pengaduk
Neraca Analitik
Oven
Kertas pH

b. Bahan yang digunakan


C6H12O6
Aquadest
KNO3
KH2PO4
EM 4

III. Dasar Teori


Salah satu langkah yang penting dalam pengolahan limbah cair adalah penyiapan
atau penyesuaian bakteri agar berkembang sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
Bakteri yang berasal dari biakan murni atau lingkungan sekitar sumber limbah yang akan
diolah dikondisikan pada suatu temat dengan diberi umpan yang konsentrasinya sedikit
demi sedikit menyerupai konsentrasi limbah yang akan diolah. Biasanya ada tahap awal
sebagai umpan digunakan bahan-bahan kimia yang mudah diperoleh dengan komposisi
yang jelas.
Untuk bakteri aerob maka perlu ditamabahkan aliran udara yang berasal dari
kompresor, blower atau pompa yang disemburkan (spray aerator).
Cara Pengerjaan :
Bakteri yang berasal dari biakan murni atau tempat lain,dikembangkan dalam suatu
tempat dan diberi umpan yang konsentrasinya sedikit demi sedikit mendekati limbah
yang akan diolah. Komposisi limbah yang digunakan biasanya dalam seeding adalah
BOD:N:P = 60:30:1 atau 100:5:1 .
Sebagai sumber karbon biasa digunkan glukosa, sedang nitrogen dan posfor dapat
digunakan Kalium Nitrat dan Kalium Dihidrofosfat. Pengaturan pH dapat digunakan
kapur atau asam sulfat. Untuk bakteri aerob ditambahkan udara yang cukup agar proses
oksidasinya dapat berjalan dengan sempurna. Jika konsentrasi BOD atau COD dalam
tempat pengembangan telah relative konstan, dengan fluktuasi sekitar 5%, maka
konsentrasi umpan dan volume pembibitan ditambah. Proses ini terus dilakukan hingga
volume pembibitan mencapai sekitar 10% kolam yang pengolahan yang dibuat dan VSS
sekitar 3000 - 4000 mg/l.
Pemberian substrat:
Misalkan BOD limbah yang akan diolah = 400mg/l,volume awal pembenihan 10
liter.

BOD:N:P = 60:3:1

Sebagai sumber karbon adalah glukosa,nitrogen KNO3 dan fosfor KH2PO4 .

BM glukosa = 180

C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6H2O

1 mmol glukosa akan ekivalen dengan 6 mmol oksigen


180 mg glukosa 192 mg oksigen
1mg oksigen 180/192 mg glukosa

Untuk membuat 10 liter limbah dengan BOD 400 mg/l keperluan glukosa
(10x400x180/192) mg = 3750 mg= 3,75 gram.
BM KNO3 = 101 BAN =14
KNO3 yang dibutuhkan = (3/60x750x101/14) mg=1352 mg= 1,35 gr

BM KH2PO4 = 136 BAP =31


KH2PO4 yang dibutuhkan :
=(1/60x3750x136/31) mg = 274 mg = 0,2749 gram
Jika kandungan BOD pada pembenihan telah mendekati limbah yang akan diolah
maka sebagai sumber karbon dapat diganti dengan limbah yang nantinya akan diolah.
Salah satu langkah yang penting dalam pengolahan limbah cair adalah penyiapan
atau penyesuaian bakteri agar berkembang sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
Bakteri yang berasal dari biakan murni atau lingkungan sekitar sumber limbah yang akan
diolah dikondisikan pada suatu temat dengan diberi umpan yang konsentrasinya sedikit
demi sedikit menyerupai konsentrasi limbah yang akan diolah. Biasanya ada tahap awal
sebagai umpan digunakan bahan-bahan kimia yang mudah diperoleh dengan komposisi
yang jelas.
Untuk bakteri aerob maka perlu ditamabahkan aliran udara yang berasal dari
kompresor, blower atau pompa yang disemburkan (spray aerator).
Sebagai sumber karbon biasa digunkan glukosa, sedang nitrogen dan posfor dapat
digunakan Kalium Nitrat dan Kalium Dihidrofosfat. Pengaturan pH dapat digunakan
kapur atau asam sulfat. Untuk bakteri aerob ditambahkan udara yang cukup agar proses
oksidasinya dapat berjalan dengan sempurna. Jika konsentrasi BOD atau COD dalam
tempat pengembangan telah relative konstan, dengan fluktuasi sekitar 5%, maka
konsentrasi umpan dan volume pembibitan ditambah. Proses ini terus dilakukan hingga
volume pembibitan mencapai sekitar 10% kolam yang pengolahan yang dibuat dan VSS
sekitar 3000 - 4000 mg/l.

Pembibitan (Seeding)
Proses seeding dilakukan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme sehingga
didapatkan jumlah biomassa yang mencukupi untuk mengolah air buangan pabrik
minyak kelapa sawit. Bibit mikroorganisme diambil dari lumpur kolam pengolahan air
buangan pabrik minyak kelapa sawit yang ditumbuhkan secara aerob. Pada tahap seeding
ini yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi zat organik (substrat), dan VSS.
Selama periode waktu detensi tertentu dilakukan pemeriksaan parameter organik,
VSS, TSS, pH, dan temperatur. Terjadinya penambahan biomassa ditandai dengan warna
lumpur yang semakin gelap (coklat kehitaman). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) selalu
dijaga di atas 4 mg/l untuk memastikan proses aerob dapat berlangsung dengan baik.
Temperatur juga dijaga pada temperatur kamar, selain itu pH juga dijaga agar tetap
dalam kisaran normal yaitu berkisar antara 7,0-8,5 dengan cara penambahan larutan
asam atau basa.

Aklimatisasi
Proses aklimatisasi dilakukan untuk mendapatkan suatu kultur mikroorganisme
yang stabil dan dapat beradaptasi dengan air buangan pabrik kelapa sawit yang telah
disiapkan. Selama masa aklimatisasi kondisi dalam reaktor dibuat tetap aerob dengan
menjaga konsentrasi, temperatur, dan pH. Proses ini dilakukan secara batch.
Proses aklimatisasi dapat dianggap selesai jika pH, VSS, temperatur, dan efisiensi
penyisihan senyawa organik telah konstan dengan fluktuasi yang tidak lebih dari 10%.

Tahap Pembibitan (Seeding) dan Aklimatisasi


Kebutuhan nitrogen dan fosfor secara umum didasarkan pada rasio air
buangan dengan rasio COD:N:P sebesar 100:5:1 (Benefild dan Randall,1980). Pada
proses seeding dan aklimatisasi diperlukan suatu kondisi lingkungan yang mendukung
untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme secara optimal. Jika pH
cenderung asam, dilakukan penambahan basa (NaOH), sebaliknya jika pH cenderung
basa dilakukan penambahan asam (H2SO4). Jika terjadi kekurangan biomassa pada
reaktor (ditentukan dengan pengukuran VSS), maka ditambahkan biomassa dari
reaktor cadangan. Pada masa aklimatisasi parameter yang diukur adalah persentase
penyisihan zat organik (COD), VSS, pH, DO dan temperatur. Pemeriksaan kandungan
organik air buangan dilakukan pada influen dan efluen hasil pengolahan, sehingga
diperoleh persentase penyisihan.
Proses aklimatisasi dilakukan dengan rasio waktu yang sama dengan waktu
running. Proses ini dilakukan sampai didapatkan kandungan organik, pH, dan
temperatur di dalam reaktor cenderung konstan dengan fluktuasi yang tidak lebih dari
10%. Selama masa aklimatisasi, penyisihan zat organik terus meningkat dan akhirnya
relatif stabil. pH berada dalam rentang yang masih dapat ditolerir oleh bakteri yaitu
7,5-8,5.
IV. Prosedur Kerja
1. Membuat substrat sejumlah volume yang diperlukan dengan menggunakan
perbandingan BOD:N:P= 60:30:1 atau 100:5:1.
2. Memasukan bibit mikroorganisme dari air rawa sebanyak + 20 % pada gelas kimia 1
dan dari EM 4 sebanyak 10% pada gelas kimia 2.
3. Melakukan aerasi (pemberian O2) terus menerus.
4. Memberikan substrat setiap 2 hari sekali.
5. Mengukur jumlah bio solid diukur dengan metode gravimetri.

Penetapan Konsentrasi Biomassa


Konsentrasi biomassa atau organisme dinyatakan dalam mg/l VSS (volatile suspended
solid) prinsip pengukuran berdasarkan gravimetri,yaitu analisa berdasarkan penimbangan
berat dan dilakukan dengan cara penyaringan,pemanasan dan penimbangan.

1. Menyiapkan cawan pijar dan kertas saring,cawan pijar yang telah bersih dipanaskan
dalam oven 600C selama 1 jam,kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Setelah itu
menimbang sampai konstan( a gram). Kertas saring bebas abu dibasahi dengan
aquadest,kemudian memanaskan di dalam oven 100C selam 1 jam,memasukan ke
dalam desikator timbang (b gram).
2. Menyaring 40 ml contoh air dengan kertas saring bebas abu yang telah ditimbang.
Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan dipanaskan
dalam oven 105C selama 1 jam. mendinginkan dalam desikator,kemudian timbang (c
gram).
3. Memanaskan cawan tersebut di dalam oven 600oC selama 2 jam.
4. Setelah dingin kemudian memasukan ke dalam desikator dan menimbang ( d gram).

Perhitungan :

(ca)
TSS = x 106 mg/l
ml sample

(cd)
VSS= x 106 mg/l
ml sample
V. Data Pengamatan
DO = 48,3 % 3,69 mg/l
TDS = 311,3 ppm
Konduktivity = 328,4 s
Salinity = 309,2 ppm
pH = 6 ke 7
Data untuk TSS dan VSS
Hari ke-7 (terakhir)
Sample = 40 ml
Berat crusible + tutup (a) = 33,37 gram
Berat kertas saring (b) = 0,69 gram
Berat crusible (tutup) + k.saring + endapan (110oC) (c) = 33,8881 gram
Berat crusible (tutup) + k.saring + endapan (600oC) (d) = 33,3781 gram

VI. Perhitungan
a. Pembuatan Substrat
Misalkan BOD limbah yang akan diolah = 40mg/l,volume awal pembenihan 1 liter.

BOD : N : P = 60:3:1

Sebagai sumber karbon adalah glukosa,nitrogen KNO3 dan fosfor KH2PO4 .

BM glukosa = 180

C6H12O6 + 6O2 6H2O + 6H2O

1 mmol glukosa akan ekivalen dengan 6 mmol oksigen


180 mg glukosa 192 mg oksigen
1mg oksigen 180/192 mg glukosa

Untuk membuat 1 liter limbah dengan BOD 40 mg/l keperluan glukosa


(1x400x180/192) mg = 375 mg= 0,375 gram.

BM KNO3 = 101 BAN =14


KNO3 yang dibutuhkan = (3/60x375x101/14) mg=135,2 mg= 0,1352 gr
BM KH2PO4 = 136 BAP =31
KH2PO4 yang dibutuhkan :
=(1/60x375x136/31) mg = 27,4 mg = 0,02749 gram

b. Penentuan TSS dan VSS pada hari terakhir


dik
Sample = 40 ml
Berat crusible + tutup (a) = 33,37 gram
Berat kertas saring (b) = 0,69 gram
Berat crusible (tutup) + k.saring + endapan (110oC) (c) = 33,8881 gram
Berat crusible (tutup) + k.saring + endapan (600oC) (d) = 33,3781 gram

1. TSS
(ca)
TSS = x 106 (mg/L)
ml sample

(33,888133,37)gram
TSS = x 106 (mg/L)
40 ml

TSS = 12952,5 mg/L

2. VSS
(cd)
VSS = x 106 (mg/L)
ml sample

(33,888133,3781)gram
TSS = x 106 (mg/L)
40 ml

TSS = 12750 mg/L


VII. Analisa Percobaan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa sampai yang
digunakan di dalam pembenihan dan pengembangan mikroorganisme limbah cair
digunakan limbah cair (lumpur) yang berasal dari limbah rumah tangga. Hal-hal yang
harus diperhatikan di dalam pembenihan dan pengembangan mikroorganisme adalah
suhu, derajat, aerasi, substrat, dan konduktivitas.
Suhu dalam pengkondisian yang optimal pada suhu kamar 30 oC. Namun pada
percobaan yang dilakukan suhu berkisar antara 26-30oC. Meskipun dibawah suhu
optimal,bakteri tetap bisa hidup. Selain suhu, derajat keasamaan juga perlu dijaga
kondisinya. Bakteri dapat hidup pada pH sekitar 7-8,5. Pada data percobaan yang
didapat pH selalu berada diangka netral.
Sumber makanan yang didapat agar bakteri dapat hidup dengan diberi
makanan setiap hari sebanyak 100 ml larutan yang mengandung senyawa
carbon,nitrogen,dan fosfor. Campuran berasal dari glukosa sebagai sumber
carbon,KNO3 sebagai sumber nitrogen,dan KH2PO4 sebagai sumber fosfor.
Dilihat dari parameter dalam pembibitan yang dilakukan,pengkondisian yang
dilakukan pada bakteri agar bakteri dapat menyesuaikan diri dan dapat hidup dan
berkembang telah bagus,hal ini terbukti dari data yang didapat telah memenuhi syarat
yang ditentukan.
Pada percobaan didapat data bahwa, setelah penambahan substrat terjadi
kenaikan pH dari 6 ke 7, hal tersebut disebabkan karena adanya kandungan asam pada
substrat yang diberikan. pH optimum mikrorganisme adalah 7 sebab jika terlalu asam
maka dilakukan penambahan basa, maupun sebaliknya. Hal lain yang harus
diperhatikan selain pH adalah suhu dan aerasi. Aerasi harus selalu ada agar
mikroorganisme tidak kekurangan DO (oksigen terlarut) karena mikroorganisme yang
digunakan termasuk mikroorganisme aerob yaitu membutuhkan oksigen bebas.
Terakhir adalah mengecek nilai TSS dan VSS pada hari terakhir, sampel yang
diambil adalah sebanyak 40 ml. Di hari terakhir didapat nilai TSS 12952,5 mg/L dan
nilai VSS adalah 12750 mg/L. Dengan nilai TSS yang tinggi tersebut menandakan
limbah tersebut dapat mencemari lingkungan, karena melewati ambang batas yaitu
100 mg/L.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa :
1. Seeding adalah kegiatan untuk mengembangbiakan mikroorganisme sehingga
didapatkan jumlah biomassa yang mencukupi untuk mengolah limbah air buanagn.
2. Proses seeding menggunakan mikroorganisme aerob, oleh sebab itu harus selalu
tersedia oksigen terlarut.
3. Substrat yang diberikan harus mengandung nitrogen, carbon, dan posfor.
4. Untuk mendapatkan nilai TSS sample harus dipanasi pada suhu 110oC dan untuk
VSS harus dipanasi hingga suhu 600oC.
5. Hari terakhir didapat nilai TSS 12952,5 mg/L dan VSS nya sebesar 12750 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Lab. Teknik Pengolahan Limbah.2017.Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah.


Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang
GAMBAR ALAT

KACA ARLOJI CRUSIBLE SPATULA

GELAS KIMIA CAWAN PORSELIN BOTOL AQUADEST

NERACA ANALITIS DESIKATOR KERTAS SARING

Anda mungkin juga menyukai