Laporan Diskusi Kelompok DK 1 Pemicu 1
Laporan Diskusi Kelompok DK 1 Pemicu 1
MODUL RISET
KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya,
sehingga makalah diskusi kelompok pada pemicu pertama ini dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat sebagai tugas hasil diskusi kelompok. Selain itu,
makalah ini dibuat untuk menambah wawasan mengenai pengenalan riset
penelitian itu sendiri dan ASI (Air Susu Ibu).
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........i
DAFTAR ISI....ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pemicu..3
2.2 Klasifikasi dan Definisi....................3
2.3 Kata Kunci...4
3.1 Kesimpulan44
3.2 Saran..44
DAFTAR PUSTAKA....45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Kesenjangan masalah menimbulkan kebutuhan untuk menutupnya
dengan mencari jawaban atas pertanyaan yang menimbulkan kesenjangan.
Kegiatan menutup kesenjangan dilakukan dengan penelitian. Dengan kata
lain, penelitian mencari sesuatu jawaban yang belum diketahui, memenuhi
kebutuhan yang belum tersedia, dan menyediakan yang belum ada. Penelitian
diharapkan dapat memecahkan masalah atau setidak-tidaknya memperkecil
kesenjangan. [4]
1.3.Manfaat Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah-masalah terkait yang
timbul dalam pemicu tersebut.
2. Mahasiswa mampu mengajukan-mengajukan pertanyaan yang
berhubungan dengan riset supaya setelah itu mampu
mengaplikasikannya dalam pembuatan proposal riset.
3. Mahasiswa mampu membuat dan mengumpulkan informasi apa saja
yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah proposal riset
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pemicu
Lia, coba baca artikel ini, menarik sekali untuk kita angkat menjadi topik
riset kita . seru Anti. Isi artikel tersebut adalah sebagai berikut :
Riset
Suatu penyelidikan atau penelitian suatu masalah secara bersistem ,
kritis untuk meningkatkan pengetahuan, mendapatkan fakta yang
baru.[5]
Menyusui secara eksklusif
Pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa pemberian makanan atau
minuman tambahan.[6]
Konseling
Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang konselor
kepada seorang individu yang mengalami masalah.[7]
3
Artikel
Karya tulis lengkap, misalnya laporan berita/essay dalam majalah,
surat kabar dan sebagainy[5]
ASI
Suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu yang berguna
sebagai makanan bagi bayi.[8]
Riset
ASI
Ibu bekerja
Program konseling menyusui
Antenatal dan postnatal
Pengetahuan
z
& Pemahaman RISET Jenis
Ibu
Metode
Motivasi
Permasalahan ASI dengan Ibu Sistematis
yang bekerja
Penyusunan
Praktik
Menyusui
4
2.6. Hipotesis
1. Judul
2. Sistematika penyususnan
o Latar belakang
o Rumusan masalah
o Hipotesis
o Tujuan
o Manfaat
3. Tinjauan Pustaka
o Jenis literatur
o Metode pencarian literatur
o Kerangka Konsep
o Aplikasi dalam pemicu
4. Metodologi
o Penjelasan
o Aplikasi dalam pemicu
5. Kesimpulan
6. Saran
7. Cara menulis rujukan
8. Design penelitian
9. Populasi dan sampling
10. Ruang lingkup
11. Etika
12. ASI
5
a. Kandungan
b. Manfaat
c. Perbandingan dengan susu formula
d. Hal/faktor/mitos yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI
e. Perubahan struktur payudara saat masa ibu menyusui
1. Judul
Judul yang diangkat dalam pemicu kali ini adalah Hubungan Antara Tingkat
Pendidikan Ibu yang Bekerja dengan Kualitas Pemberian ASI Eksklusif.
2. Sistematika Penyusunan
BAB I (Pendahuluan)
a. Latar Belakang
Latar belakang masalah merupakan inti usulan, diterangkan
beberapa sebab mengapa dipilih suatu permasalahan tersebut.
Manfaat praktis dari penelitian ini, serta kontribusinya terhadap
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Agar mudah diikuti dan dipahami pembaca, di dalam latar
belakang sebaiknya mencakup 4 hal yang mudah diikuti bila
disusun dalam urutan sebagai berikut [9]:
6
a. Pernyataan tentang masalah penelitian serta besaran
masalah.
b. Apa yang sudah diketahui (what is known).
c. Apa yang belum diketahui (what is not known- knowledge
gap).
d. Apa yang diharap dari penelitian yang direncanakan untuk
menutup knowledge gap tersebut.
b. Rumusan Masalah
7
7. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan.
8. Rumusan masalah harus jelas, padat, dan dapat
dipahami oleh orang lain.
9. Rumusan masalah harus mengandung unsure data yang
mendukung pemecahan masalah penelitian.
10. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam
membuat kesimpulan sementara (hipotesis).
11. Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
c. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan
jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian (analitik).
Hipotesis inilah yang akan dibuktikan oleh peneliti melalui
penelitian. Tentu saja ada dua kemungkinan hasil apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti. Suatu hipotesis
harus memenuhi syarat sebagai berikut [11]:
1. Merupakan kalimat deklaratif.
2. Konsisten dengan pertanyaan penelitian.
3. Hipotesis hanya dibuat untuk penelitian analitik.
4. Hipotesis hanya dibuat untuk pertanyaan utama.
5. Menyebutkan variable secara spesifik.
6. Hanya mengandung satu variable bebas dan satu variable
tergentung.
7. Hipotesis boleh mengandung beberapa variable bebas, tapi
hanya mengandung satu variable tergantung.
8. Hipotesis ini dibuat dalam bentuk hipotesis negatif
maupun hipotesis positif.
9. Hipotesis positif dapat dibuat dalam hipotesis satu arah
maupun dua arah.
8
Jenis hipotesis penelitian.
9
Tabel jenis-jenis hipotesis (1) [12]
[12]
Tabel jenis-jenis hipotesis (2)
d. Tujuan
10
sama mungkin dapat digunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan penelitian yang berbeda; karenanya dalam usulan
perlu disebutkan tujuan penelitian tersebut secara jelas dan
eksplisit. Biasanya uraian tentang tujuan penelitian ini
mencakup tujuan umum serta tujuan khusus. [9]
Didalam tujuan umum (ultimate objective) dinyatakan
tujuan akhir penelitian. Tujuan umum biasanya mengacu pada
aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang penelitian,
tidak terbatas pada hal-hal yang langsung diteliti atau diukur.
Dalam tujuan khusus (specific objectives) disebutkan secara
jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai, atau
diperoleh dari penelitian. Tujuan umum dan khusus yang hanya
terdiri atas satu atau dua butir saja mungkin cukup ditulis secara
naratif dalam satu kalimat. Tetapi apabila terdapat banyak butir
dan sub-butir maka tujuan umum dan khusus perlu dipisahkan,
agar lebih jelas dan mudah dimengerti pembaca. [9]
e. Manfaat
Pada bagian ini diuraikan manfaat apa yang diharapkan
dari penelitian yang akan dilakukan, biasanya dari bidang
akademik atau ilmiah, bidang pelayanan masyarakat, serta
pengembangan penelitian itu sendiri. Selain itu penelitian dapat
bersifat quick-yielding atau non-quick yielding, maksudnya
penelitian quick yielding hasil penelitian dapat segera diterapkan
dalam praktik atau kebijakan seperti kebanyakan penelitian
klinis, sedangkan non-quick yielding hasilnya tidak segera
diterapkan seperti kebanyakan penelitian ilmu-ilmu kedokteran
dasar. [9]
11
Hal yang telah ditulis dalam latar belakang masalah perlu
dirinci, dan hubungan antar-variabel dibahas. Meskipun
tampaknya tinjauan pustaka hanya merupakan ramuan pendapat
orang, namun nyatanya tidak mudah untuk membuat tinjauan
pustaka yang baik. Tidak jarang tinjauan pustaka hanya
merupakan mosaik pernyataan atau hasil penelitian terdahulu,
tanpa lebih dahulu dicerna, tanpa interpretasi yang memadai.
Apabila mosaik tersebut dibuat tanpa kalimat pengantar yang
baik, maka akibatnya akan makin buruk, sehingga maksud untuk
menyajikan informasi yang komprehensif dan akurat yang
memperjelas seluruh aspek penelitian yang direncanakan tidak
tercapai.[9]
12
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain
untuk melaksanakannya.
13
pemerintah akademik lembaga bisnis, industri dalam format
tercetak ataupun elektronik.
1. Metode Katalog
Penelusuran literatur dengan petunjuk katalog dengan cara
menelusuri katalog berdasarkan subjek, nama penulis, judul
karangan, dsb. Kelemahan dari metode ini adalah, bisa saja dalam
penelusurannya hanya ditemukan karangan-karangan dengan
terbitan tahun yang sudah lama, sedangkan untuk terbitan baru
belum tersedia.
2. Metode Karya Ilmiah
Metode ini dapat dilakukan dengan cara banyak membaca
karya ilmiah yang mendekati atau ada hubungannya dengan
penelitian yang akan dilakukan. Karya ilmiah yang dibaca tentunya
lebih dari satu, tetapi yang dicari adalah yang dapat menunjang dan
menyokong penelitian yang akan dilakukan.
14
3. Metode Petunjuk Daftar Isi Buku/Majalah
Metode ini dilakukan dengan melihat secara seksama daftar isi
dari beberapa buku yang berkaitan dengan subjek penelitian, untuk
kemudian dipilih beberapa paragraph atau bab-bab yang terkait.
4. Metode Petunjuk Indeks
Indeks atau penjurus dalam buku ilmiah dapat digunakan untuk
menelusuri literatur. Apabila dibuat sesuai dengan kaidah ilmiah,
maka akan dapat lebih mudah dalam melakukan penelusuran
literature.
5. Metode Buku Indeks
Buku indeks berbeda dengan indeks dalam karya ilmiah. Buku
indeks memuat kumpulan dan susunan artikel majalah yang
jumlahnya mungkin ribuan dan tersebar di beberapa negara dan
ditulis untuk kurun waktu tertentu dari berbagai cabang ilmu. Salah
satu contoh buku indeks adalah Indeks Medicus, yaitu suatu indeks
karangan ilmiah yang diterbitkan dalam majalah-majalah ilmiah
kedokteran dan kesehatan, serta kesehatan masyarakat. Cara
penggunaannya adalah cari istilah atau subjek untuk topik yang
dibutuhkan, kemudian cari istilah apa yang digunakan oleh Medical
Subject Heading (MeSH), kemudian telusuri tajuk yang tersusun
secara alfabetis sampai menemukan dengan istilah yang dimaksud
di atas, maka akan ditemukan karangan ilmiah yang dibutuhkan.
6. Kumpulan Abstrak
Kumpulan abstrak biasanya berupa buku atau majalah yang
terdiri dari kumpulan abstrak. Kumpulan abstrak ini memuat
intisari dari buku atau berbagai artikel. Jadi, kita tinggal
menetapkan apakah ada artikel yang berkaitan dengan subjek
penelitian. Kemudian, jika diperlukan dapat membaca tulisan
secara lengkapnya atau buku aslinya.
7. Jasa Pelayanan
15
Saat ini, banyak sekali biro jasa yang melayani pencarian
pustaka atau melakukan entry melalui perpustakaan sebuah fakultas
atau universitas, Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional, dsb.
8. Sarana Elektronika
Penelusuran literatur ini memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang canggih, seperti CD ROM, internet, dsb.
16
diukur, dan lain sebagainya). Hal ini bukan merupakan kerangka
konseptual, dan tidak sesuai dengan tujuan pembuatan kerangka
konsep penelitian, karenanya harus dihindarkan. Alur penelitian
mungkin memang perlu dibuat untuk memperjelas cara rekrutmen
dan perlakuan terhadap subyek, namun ia merupakan bagian dari
metodologi penelitian, bukan merupakan kerangka konseptual.
17
ketimbang ukuran huruf pada badan laporan. Persyaratan yang tampaknya
sederhana ini (menulis metode dengan lengkap dan rinci) dalam praktik
mungkin tidak terpenuhi, apabila penulis tidak berhati-hati melakukannya.
Tidak jarang bagian ini ditulis dengan amat ringkas, seolah menganggap
bahwa pembaca melihat sendiri apa yang dilakukan oleh peneliti;
akibatnya jangankan pembaca memperoleh informasi untuk dapat
mengulang penelitian, mengikuti jalan pikiran peneliti pun sulit. Di lain
sisi kadang penulis mencampur-adukan cara kerja dan diskusi.[9]
Sebagian jurnal masih menggunakan istilah Materials and Methods
atau Bahan dan Cara Kerja. Hal ini dianggap kurang manusiawi, kecuali
bila hal yang diteliti adalah bahan kimia, alat, atau mesin. Oleh karena
penelitian klinis memakai manusia sebagai subyek, maka dianjurkan untuk
menggunakan istilah Subjects and Methods (Subyek dan Cara Keria),
Patients and Methods (Pasien dan Cara Kerja) atau cukup Methods (Cara
Kerja) saja.[9]
Pada umumnya cara kerja mencakup uraian sebagai berikut[9]:
o Desain penelitian
o Tempat dan waktu penelitian
o Sumber data: primer atau sekunder
o Populasi target dan terjangkau, sampel, cara pemilihan
sampel (sampling method), besar sampel
o Kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)
o Keterangan khusus sesuai dengan desain yang dipakai
o Teknik pengukuran (pemeriksaan), termasuk pemeriksa,
apakah pengukuran dilakukan tersamar, apakah dilakukan
penilaian kesahihan dan keandalan pengukuran, apakah
sebelumnya telah diuji coba, alat dan obat yang dipakai,
pembuat alat atau obat persetujuan subyek, dan sebagainya.
o Analisis yang dilakukan (uji hipotesis, batas kemaknaan,
power statistika, interval kepercayaan): Seperti halnya cara
pengukuran, cara analisis yang sudah jamak dipakai tidak
perlu dijelaskan, namun apabila dipakai teknik uji hipotesis
18
atau statistika tertentu yang baru ataupun yang jarang dipakai,
perlu dijelaskan atau diberi rujukan. Nama program komputer
yang dipakai perlu disebutkan, dengan tetap menyebutkan uji
hipotesis yang digunakan.
19
Penulis
Biasanya nama penulis terdiri dari 3 bagian, yaitu Nama tengah, dan
nama keluarga/marga. Cara menulis yang benar adalah harus menyebutkan
nama keluarga terlebih dahulu tanpa menyertakan gelar akademis atau gelar
administratif.
Contoh:
Lester Panggabean ditulis sebagai Burket L.W.
Judul
Judul adalah judul buku ditulis secara lengkap. Contoh: Metode
Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Buku Ajar untuk Manusia.
Penerbit
Pada nama penerbit, kota tempat buku tersebut diterbitkan serta tahun
penerbitan. Contoh: PT RINEKA CIPTA, Jakarta, 2005.
20
Budiarto Eko (2002).
.
3. Sistem Nomor
Pada sistem nomor ini setiap rujukan diberi bernomor sesuai dengan
urutan penunjukannya di dalam makalah, yang diletakkan di antara tanda
kurung, baik di belakang nama penulis, akhir pernyataan, atau akhir kalimat.
Untuk penunjukan lebih dari satu gunakan nomor-nomor yang
bersangkutan, yang dipisahkan dengan koma.
4. Sistem Harvard
Pada sistem ini daftar rujukan disusun secara alfabetik berdasarkan
nama penulis (dengan nama keluarga di depan). Penunjukannya dalam
makalah dengan mencantumkan tahun dalam tanda kurung di belakang
nama penulis atau mencantumkan nama keluarga penulis dan tahun di
dalam tanda kurung dengan tanda koma di antaranya. Bila nama penulis
lebih dari satu orang, di belakang tahun dibubuhkan tanda titik koma
sebelum penulis berikutnya.[9]
Contoh :
Abnormalities of the male tract have only recently been defined
in autopsy material (Kapten et al., 1968; Oppenheimer and
Esterly, 19691.
21
Jepson, J.; Lowenstein, L.: Inhibition of the stem cell of
erythropoietin by estradiol valerate and the protective effect of
17 alpha-hydrocy-progesterone caproate and testosterone
propionate. Endocrinolo gy 80: 438-434 (19 67b).
Cara ini disepakati oleh para editor majalah ilmiah berbahasa Inggris
yang terkenal dalam pertemuan di Vancouver, British Columbia, USA,
Januari 1978. Tujuannya menyeragamkan atau membakukan tata cara
penulisan makalah ilmiah di seluruh dunia. Cara ini telah mengalami revisi
beberapa kali, dan yang terakhir adalah revisi bulan Oktober 20'1.0, yang
diterbitkan oleh International Committee of Medical Journal Editors dengan
judul "Uniform requirements for manuscript submitteil to biomedical
journal". Di bawah ini diberikan beberapa contoh penulisan dengan
menggunakan cara Vancouver tersebut. Perlu dicatat bahwa meskipun suatu
jumal menyatakan menggunakan sistem Vancouver ini, namun tidak
melaksanakannya dengan tepat, sesuai dengan in-house style masine-masing
jurnal; namun semua menuliskannya dengan konsisten (taat asas).[9]
22
3. POPULASI DAN SAMPLING
a. Populasi
Populasi adalah sekelompok individu atau objek yang memiliki
karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki/diamati. Populasi
terdiri dari dua jenis, yakni [11]:
1. Populasi infinit (tidak terbatas)
Yakni populasi yang tidak diketahui dengan pasti jumlah, dan
bersifat sangat luas.
2. Populasi finit (terbatas)
Yakni populasi infinit yang diberi batasan ruang dan waktu
(missal : tempat atau periode), sehingga dapat dengan pasti
diketahui jumlahnya,tempat,waktu, serta karakteristiknya.
b. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi objek
penelitian. Adapun beberapa alaan perlunya pengambilan sampel,
yaitu[11]:
1. Pengambilan sampel dapat lebih cepat dan mudah dilakukan.
2. Sampel dapat memberikan informasi dengan jumlah sedikit,
namun dapat memberikan cakupan yang lebih luas dan dalam.
3. Sampel dapat ditangani dengan teliti.
4. Sampel juga dapat digunakan untuk studi yang lebih besar pada
populasi yang bebeda-beda.
23
Pengambilan/penarikan sampel (sampling) bertujuan untuk
memperoleh seluruh informasi yang terkandung dalam populasi yang
dijadikan sebagai objek penelitian, dengan hanya mengatamati
sebagian saja dari seluruh jumlah populasi. Menurut Tull dan
Hawkins, proses sampling terdiri 7 langkah, yang disebut Step in the
Sampling Process, yaitu [11]:
1. Defined the population
2. Specified sampling frame
3. Specified sampling unit
4. Specified method sampling
5. Determine sampling size
6. Specified sampling plan
7. Select the sample
4. DESIGN PENELITIAN
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa untuk menjawab pertanyaan penelitian atau untuk
menguji hipotesis. Desain penelitian membantu peneliti untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian dengan benar, objektif,
akurat, dan hemat. Terdapat dua jenis klasifikasi desain penelitian yang
sering dikemukakan ,yaitu :
a. Penelitian deskriptif
Pada penelitian ini peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan. Hasil pengukuran disajikan apa adanya,
tidak dilakukan analisis mengapa fenomena terjadi. Pada studi ini tidak
memerlukan hipotesis, sehingga tidak dilakukan uji hipotesis (uji
statistika). [9]
b. Penelitian Analitik
Penelitian analitik dibagi kembali menjadi dua jenis, meliputi:
1. Penelitian analitik observasional
24
Pada penelitian analitik observasional umumnya dibagi menjadi
tiga jenis [9] :
a. Penelitian cross-sectional
c. Studi Kohort
25
2. Penelitian analitik eksperimental
Penelitisan eksperimental atau studi intervensional
merupakan salah satu dari rancangan penelitian yang dipergunakan
untuk nencari hubungan sebab akibat, yang memiliki kapasitas
asosiasi lebih tinggi, yang diperoleh lebih tegas dan nyata,
sehingga simpulan yang diperoleh pun lebih definitf. Namun,
penelitian eksperimental umumnya memerlukan biaya yang mahal
dan pelaksanaannya rumit. [9]
Penelitian eksperimental mempunyai tingkatan atau
gradasi, mulai dari studi pra-eksperimental, studi kuasi-
eksperimental, dan studi eksperimental benar, dimana pada studi
eskperimental benar merupakan desain tertinggi yang dapat
menujukkan hubungan sebab akibat, melalui randomisasi. Berikut
merupakan klasifikasi dari eksperimental benar (murni) [9]:
1). Eksperimental Parallel
26
o Dengan pemilihan pasangan serasi (matching)
27
lebih lama dengan kemungkinan drop out yang lebih besar.
Selain itu desain ini seperti disebut di atas, membutuhkan
persyaratan tertentu; tidak semua penyakit atau kondisi
kesehatan dapat diteliti dengan desain menyilang ini. [9]
28
2. Obyektivitas
Upayakan minimalisasi kesalahan/bias dalam rancangan
percobaan, analisis dan interpretasi data, penilaian ahli/rekan peneliti,
keputusan pribadi, pengaruh pemberi dana/sponsor penelitian. [15]
3. Integritas
Tepati selalu janji dan perjanjian; lakukan penelitian dengan tulis,
upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan. [15]
4. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpedulian; secara
teratur catat pekerjaan yang Anda dan rekan anda kerjakan, misalnya
kapan dan di mana pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat
korespondensi responden, jurnal atau agen publikasi lainnya. [15]
5. Keterbukaan
Secara terbuka, saling berbagi data, hasil, ide, alat dan sumber daya
penelitian. Terbuka terhadap kritik dan ide-ide baru. [15]
29
8. Publikasi yang terpercaya
Hindari mempublikasikan penelitian yang sama berulang-ulang ke
[15]
pelbagai media (jurnal, seminar).
30
13. Kompetensi
Tingkatkan kemampuan dan keahlian meneliti melalui pendidikan
dan pembelajaran seumur hidup; secara bertahap tingkatkan kompetensi
Anda sampai taraf pakar. [15]
14. Legalitas
Pahami dan patuhi peraturan institusional dan kebijakan pemeintah
[15]
yang terkait dengan penelitian anda.
31
(bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang didapatkan
harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice
(bersikap adil dalam memanfaatkan hewan percobaan). Contoh sikap tidak
adil, antara lain: hewan disuntik/ dibedah berulang untuk menghemat
jumlah hewan, memakai obat euthanasia yang menimbulkan rasa nyeri
karena harga yang lebih murah. [16}
7. ASI
1. Kandungan ASI
a. Lemak
Kalori dari ASI 50% berasal dari lemak. Lemak ASI adalah
komponen yang paling berubah kadarnya. Lemak ASI terutama terdiri
atas trigliserida yang mudah diuraikan menjadi asam lemak bebas dan
gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam usus bayi dan dalam
ASI.[17] Bayi yang mendapat ASI dibandingkan dengan bayi yang
mendapat susu formula mempunyai kadar asam asetat dari spectrum
asam lemak berantai pendek yang lebih tinggi. Asam asetat bersama
monogliserida menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan fungus.[18]
b. Protein
Sebagian susu formula yang sering disebut humanized telah
mengubah perbandingan Casein dan protein Whey mendekati ASI.
Demikian pula Taurin, yang tidak terdapat dalam susu sapi cukup
banyak terdapat dalam ASI sudah ada yang ditambahkan ke susu
32
formula. Taurin penting karena berfungsi sebagai neurotransmitter dan
berperan pada pematangan otak karena berperan dalam absorbs lemak.
c. Nukleotida
Nukleotida adalah zat berbasis nitrogen dengan berat molekul
yang rendah. Nukleotida penting untuk metabolisme energi, reaksi
enzimatik, pertumbuhan dan pematangan traktus digestivus.
Nukleotida berperan juga pada sistim imun dengan meningkatkan
proliferasi limfosit dan meningkatkan aktivitas killer cells. Penelitian
Leach mengemukakan pentingnya nukleotide ditambahkan pada susu
formula. Saat ini sudah ada susu formula bayi yang ditambahkan
nukleotida.
d. Karbohidrat
33
untuk perkembangan otak. Selain itu, dalam ASI terdapat juga
oligosakarida yang merangsang pertumbuhan Laktobasilus bifidus
yang meningkatkan keasaman traktus digestivus dan menghambat
pertumbuhan kuman patogen.
e. Mineral
Bayi yang mendapat ASI menerima cukup natrium untuk
kebutuhan pertumbuhan dan pengganti kehilangan melalui kulit dan
urin. Kadar natrium dalam susu sapi adalah 3,6 kali dari kadar dalam
ASI sehingga bayi yang tidak mendapat ASI bila terjadi dehidrasi
mudah mengalami kejang karena hipernatremia. Kadar kalsium dalam
ASI lebih rendah dari susu sapi tetapi penyerapan kalsium dari ASI
adalah 67% dibandingkan dengan 25% dari susu sapi. Hipokalsemia
neonatal dan tetani lebih sering dilihat pada bayi yang mendapat susu
formula karena kadar fosfor dalam susu sapi lebih tinggi (rasio
kalsium:fosfor dalam ASI adalah 2:1 sedangkan dalam susu sapi
1.2:1.0) yang mengakibatkan absorbsi kalsium berkurang dan
ekskresinya bertambah. Walaupun kadar besi dalam ASI rendah
jarang bayi yang mendapat ASI mengalami kekurangan zat besi dan
dapat mempertahankan kadar ferrumnya sesuai dengan susu formula
yang mendapat tambahan besi. Fe dalam ASI diserap 50% (dibantu
oleh laktosa dan vit C dalam ASI) sedangkan Fe dalam susu formula
hanya diserap 10%. Belum lagi kehilangan darah melalui traktus
digestivus yang diakibatkan oleh kerusakan mukosa pada bayi yang
mendapat susu formula. Selain itu ASI mengandung trace elements
yang memegang peran penting pada pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
34
Tabel kadar mineral dalam ASI dan susu sapi [17}
35
Tabel kandungan faktor protektif dalam ASI [17}
36
sebelum atau sesudah proses kelahiran. Kolostrum mengandung
sampai 20 persen protein, terutama immunoglobulin,
mencerminkan antibody yang ditemukan dalam darah maternal.
Kolostrum mengandung lebih banyak mineral dan lebih sedikit
lemak dan karbohidrat dibandingkan dengan susu. Kolostrum juga
mengandung banyak korpuskel kolostrum dan biasanya akan
menggumpal pada pemanasan karena banyaknya laktalbumin. [20]
2). Pada ASI Masa Transisi, kadar protein semakin rendah, sedangkan
kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi. [19]
3). Pada ASI Mature, terdapat casienat, riboflaum, dan karotin yang
menyebabkan cairan berwarna putih kekuning-kuningan. Terdapat
juga faktor anti mikroba, yaitu [19]:
37
diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi
yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi
susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI [22]
38
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan bayi. [23]
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin
yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama
kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D
dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada anak yang
diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang
terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi
vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut
lemak.[23]
39
3. Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi:
1. ASI merupakan sumber gizi sempurna.
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Faktor
pembentukan sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI
juga mengandung whey (protein utama dari susu yang berbentuk
cair) lebih banyak dari casein (protein utama dari susu yang
40
berbentuk gumpalan). Komposisi ini menyebabkan ASI mudah
diserap oleh bayi . [25]
2. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh)
yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, setelah bayi lahir
kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru
memproduksi immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia
3 - 4 bulan. Saat kadar immunoglubolin bawaan menurun,
sementara produksi sendiri belum mencukupi, bisa muncul
kesenjangan immunoglobulin pada bayi. Di sinilah ASI berperan
bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi kesenjangan yang
mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang
mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri,
virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului
ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak
dari ASI . [25]
41
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya
keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam
suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh,
percaya diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan
diri. Bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam
dekapan ibu saat menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan
gerakan pernapasan ibu yang telah dikenalnya dan juga akan sering
merasakan situasi seperti saat dalam kandungan: terlindung, aman
dan tenteram.[25]
42
2) Menyusui sulit untuk menurunkan berat badan ibu,
3) ASI tidak cukup pada hari-hari pertama sehingga bayi perlu
makanan tambahan,
4) Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI eksklusif,
5) Payudara ibu yang kecil tidak cukup menghasilkan ASI,
6) ASI pertama kali keluar harus dibuang karena kotor,
7) ASI dari ibu kekurangan gizi, dan kualitasnya tidak baik.
43
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
1. Untuk melakukan penelitian diharapkan untuk lebih memahami desain-
desain penelitian karena akan lebih membantu dalam proses
penyelesaiannya apabila dikerjakan dengan desain yang sesuai
2. Mahasiswa dapat banyak membaca mengenai kasus-kasus, atau lebih
peka terhadap permasalahan sekitar karena hal itu merupakan sumber
untuk diteliti.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
19. Siregar Arifin. Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004.
20. Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. EGC. 2006.
21. Nasar, dkk. Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Ed ke 1. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2009.
22. Khasanah, Nur. ASI atau Susu Formula.Jogjakarta: Flashbooks. 2011.
23. Roesli, Utami. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif . Jakarta: Pustaka
Bunda. 2005.
24. Pudjiadi, Solihin. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001
25. Rosita, Syarifah. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana. 2008.
26. Utami R. Bayi Sehat Berkat ASI Eksklusif. Jakarta: PT Elex Komputindo.
2001:1.
27. Verrals, S. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.
2007.
46