Anda di halaman 1dari 8

EnviroScienteae 11 (2015) 33-40 ISSN 1978-8096

PERILAKU KESEHATAN MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DIARE


BERDASARKAN ASPEK SANITASI LINGKUNGAN
DI KABUPATEN BARITO KUALA

Megasari1), Taufik Hidayat2), Gusti Chairuddin3), Imam Santoso4)


1)
Jl. H.Hasan Basri RT 04 Marabahan Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan
2)
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat
3)
Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat
4)
Politeknik Kesehatan Kementeriaan Kesehatan Banjarmasin Jurusan Kesehatan
Lingkungan

Keywords : Behavior, incidence of diarrhea, environmental sanitation

Abstract

Health problem is a very complex of inter-related with other issues beyond health itself.
Diarrhea is one of environment-based disease remains a problem in Indonesia. Knowing the
relationship between the research goals of public health behaviors with the incidence of
diarrhea and explain behavior (knowledge, attitudes, actions) on the incidence of diarrhea
public health in Barito Kuala regency. With a sample of 114 households. to analyze factors
that determine the behavior of public health such as the incidence of diarrhea used chi square
analysis. The results showed that the respondents were knowledgeable good (31.6%),
adequate (56.1%), less (12.3%), respondents who behave well (13.2%), adequate (83.3%),
less (3.5%) and respondents with both measures (34.3%), adequate (38.6%), less (27.1%).
There is a relationship between the incidence of diarrhea location p-value 0.016, no
knowledge of the relationship with the incidence of diarrhea p-value of 0.000, there was no
correlation with the incidence of diarrhea attitude p-value 0.129. The relationship between the
action with diarrhea p-value 0.002 and the relationship between the incidence of health
behavior based on environmental sanitation aspects of the p-value of 0.024

Pendahuluan kehidupan masyarakat, yang saling tolong


menolong dalam memelihara nilai-nilai
Masalah kesehatan adalah suatu budaya bangsa (Notoatmodjo, 2003).
masalah yang sangat kompleks yang saling Lingkungan mempunyai dua unsur
berkaitan dengan masalah lain di luar pokok yang sangat erat terkait satu sama
kesehatan itu sendiri. Demikian pula lain yaitu unsur fisik dan sosial.
pemecahan masalah kesehatan masyarakat, Lingkungan fisik dapat mempunyai
tidak dilihat dari segi kesehatannya sendiri, hubungan langsung dengan kesehatan dan
tapi harus dilihat seluruh segi kesehatannya perilaku sehubungan dengan kesehatan
dan pengaruhnya terhadap sehat dan sakit seperti polusi air akibat pembuangan
atau kesehatan tersebut. Dalam limbah pabrik ke sungai atau ke tempat
pembangunan kesehatan, lingkungan yang yang tidak semestinya yang dapat
diharapkan adalah lingkungan yang menimbulkan bermacam-macam penyakit
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, seperti diare, ISPA, dan lain-lain.
yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, Lingkungan sosial seperti ketidakadilan
tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan sosial yang dapat menyebabkan kemiskinan
yang memadai, perumahan, pemukiman yang berdampak terhadap status kesehatan
yang sehat, perencanaan kawasan yang masyarakat yang mengakibatkan timbulnya
berwawasan kesehatan, serta terwujudnya penyakit berbasis lingkungan. Masalah
34 Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40

kesehatan berbasis lingkungan disebabkan diare tertinggi adalah Kabupaten Barito


oleh kondisi lingkungan yang tidak Kuala dengan prevalensi 17,8%.
memadai, baik kualitas maupun Berdasarkan Profil Kesehatan
kuantitasnya serta perilaku hidup sehat Kabupaten Barito Kuala di Kabupaten
masyarakat yang masih rendah, Barito Kuala masih terdapat keluarga yang
mengakibatkan penyakit-penyakit seperti menggunakan penampungan akhir kotoran/
diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan tinja di sungai, terutama daerah yang sekitar
Akut), TB Paru, Malaria, dan lain-lain yang sungai. Sejak Tahun 2008, Kabupaten
merupakan 10 besar penyakit di Puskesmas Barito Kuala ikut serta dalam Program
dan merupakan pola penyakit utama di Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Indonesia (Bustan, 2006). Berbasis Masyarakat (STBM) untuk
Berdasarkan teori Hendrik L. Blum meningkatkan akses masyarakat terhadap
ada empat faktor yang mempengaruhi status sanitasi dengan STBM (Profil Kesehatan
derajat kesehatan masyarakat atau Kab. BATOLA, 2011). Rumusan masalah
perorangan. Lingkungan memiliki pengaruh dari penelitian ini adalah bagaimana
yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, perilaku (pengetahuan, sikap, tindakan)
fasilitas kesehatan dan keturunan. kesehatan masyarakat terhadap kejadian
Lingkungan sangat bervariasi, umumnya diare berdasarkan aspek sanitasi lingkungan
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu di Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini
berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. bertujuan untuk mengetahui hubungan
Lingkungan yang berhubungan dengan antara perilaku kesehatan masyarakat
aspek fisik contohnya sampah, air, udara, dengan kejadian diare dan menjelaskan
tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. perilaku (pengetahuan,sikap,tindakan)
Sedangkan lingkungan sosial merupakan kesehatan masyarakat terhadap kejadian
hasil interaksi antar manusia seperti diare di Kabupaten Barito Kuala.
kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan
sebagainya, Perilaku merupakan faktor
kedua yang mempengaruhi derajat Metode
kesehatan masyarakat karena sehat atau
tidak sehatnya lingkungan kesehatan Penelitian menganalisa perilaku
individu, keluarga dan masyarakat sangat masyarakat yang bermukim di sepanjang
tergantung pada perilaku manusia itu Sungai Barito, anak sungai dan di daerah
sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi darat terhadap kejadian diare berdasarkan
oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, aspek sanitasi lingkungan. Rancangan
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, penelitian yang digunakan adalah cross
dan perilaku-perilaku lain yang melekat sectional.
pada dirinya (Ramadhan,2012). Sampel adalah Kelurahan Ulu
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun Benteng Kecamatan Marabahan (40), Desa
2007 prevalensi diare menurut provinsi Jelapat I Kecamatan Tamban (44), Desa
adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%). Kolam Kiri Dalam Kecamatan Barambai
Kalimantan Selatan termasuk dalam (30). Maka diketahui jumlah sampel untuk
prevalensi lebih dari 9%, prevalensi pengisian kuesioner yang diperlukan adalah
kejadian diare di Kalimantan Selatan 114 kk. Metode penentuan sampel secara
mencapai 9,5% dan lebih tinggi dari Random Sampling.
prevalensi menurut provinsi. Angka Data primer di peroleh dari kuesioner,
kejadian diare di Provinsi Kalimantan wawancara dan observasi langsung
Selatan merata di seluruh kabupaten/kota, terhadap responden penelitian. Data
dengan prevalensi 9,5% (rentang: 3,2% sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan
17,8%). Dari 13 kabupaten/kota yang Barito Kuala, Kecamatan Barito Kuala dan
terdapat di Kalimantan Selatan Kejadian responden di tempat penelitian. Analisis
Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40 35

faktor faktor yang menentukan perilaku


kesehatan masyarakat dengan kejadian Di Kecamatan Barambai desa Kolam
diare digunakan analisis Chi Square dengan kiri, dilihat dari hasil penelitian dilapangan
tingkat kepercayaan 95% dengan 0,05. didapatkan hasil bahwa, air yang digunakan
(Dahlan, 2009). sehari-hari seperti masak, cuci, mandi
adalah air hujan yang ditampung, selain itu
masyarakat juga menggunakan air sungai/
Hasil Dan Pembahasan sumur tetapi penggunaan air sungai di
gunakan pada waktu-waktu tertentu saja
1. Hubungan Lokasi Dengan Kejadian (pada saat melakukan penelitian air sungai
Diare dalam keadaan tidak bisa dipakai karena
kotor dan asam, tetapi pada saat musim
Berdasarkan hasil penelitian yang kemarau air nya bisa digunakan). Jadi saat
dilakukan didapatkan p-value 0,016 dengan ini masyarakat menampung air hujan untuk
nilai ini < 0,05 menunjukan bahwa keperluan sehari hari, dan tidak dilakukan
adanya hubungan antara lokasi dengan pengolahan misalnya dengan penambahan
kejadian diare. Berdasarkan hasil kaporit dan sebagainya. Tetapi untuk
didapatkan lokasi tertinggi kejadian diare keperluan minum di rebus terlebih dahulu,
nya adalah di daerah darat yaitu desa 40% sudah menggunakan air galon isi
Kolam Kiri Kecamatan Barambai. Hasil ulang untuk minum.
analisis hubungan lokasi dengan kejadian
diare dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tabel silang lokasi dengan kejadian diare berdasarkan aspek sanitasi lingkungan
di kabupaten barito kuala
Kejadian Diare
Lokasi Ya Tidak Jumlah %
Jlh % Jlh %
Barambai 19 63,3 11 36,7 30 100
Ulu Benteng 22 55,0 18 45,0 40 100
Jelapat I 14 31,8 30 68,2 44 100
Jumlah 55 48,2 59 100 114 100
2
X = 8,221 df = 2, p value = 0,016 = 0,005

Ada beberapa kepala keluarga yang cuci, mandi, dan sisanya menggunakan air
memiliki sumur tapi jarang digunakan, dan PDAM dan air galon untuk minum. Dan air
itu pun dipakai sendiri. Tiap kepala sungai dilakukan pengolahan sebelumnya
keluarga sudah memiliki jamban sendiri, dengan memberikan kapur didalamnya,
tetapi hampir semua orang masih banyak untuk air minum direbus terlebuh dahulu.
kepala keluarga yang menggunakan jamban Tidak semua kepala keluarga memiliki
cubluk dengan lubang pembuangannya jamban, 1 jamban bisa digunakan 4 kepala
berjarak 1 meter. Tidak ada SPAL yang keluarga. Karena responden bermukim di
dimiliki oleh tiap kepala keluarga, untuk pinggir sungai hampir seluruh keluarga
pembuangan sampah, sampah dibuatkan membuang sampah di sungai, dan tidak
lubang lalu sampah dibakar tidak memiliki sarana pembuangan air limbah.
dipisahkan antara sampah basah dan Untuk Desa Jelapat I Kecamatan Tamban
sampah kering. hampir sama dengan kelurahan Ulu
Di Kelurahan Ulu Benteng 70% Benteng masyarakat kebanyakan berdiam
kepala keluarga menggunakan air sungai di pinggiran anak sungai, tiap rumah sudah
untuk keperluan sehari hari seperti masak, memiliki jamban keluarga tetapi
36 Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40

pembuangannya langsung ke anak sungai, value 0,000 dengan nilai ini < 0,05,
dan pembuangan sampah beberapa keluarga menunjukan bahwa adanya hubungan yang
yang membuang sampah langsung kesungai signifikan antara pengetahuan dengan
dan beberapa lainnya membakar sampah kejadian diare di Kabupaten Barito Kuala.
yang telah dihasilkan. Dilihat dari nilai Odds Ratio yaitu sebesar
8,448 dapat diartikan bahwa masyarakat
2. Hubungan Pengetahuan Kesehatan yang berpengetahuan kurang berisiko sakit
Masyarakat Dengan Kejadian Diare diare sebesar 8,448 kali dibandingkan orang
yang berpengetahuan baik. Hasil analisa
Berdasarkan penelitian yang pengetahuan dengan kejadian diare dapat
dilakukan di dapatkan nilai signifikan p- dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Tabel silang pengetahuan kesehatan masyarakat dengan kejadian diare berdasarkan
aspek sanitasi lingkungan di kabupaten barito kuala
Kejadian Diare
Pengetahuan Ya Tidak Jumlah % Odds Ratio
Jlh % Jlh %
Kurang 49 62,8 29 37,2 78 100
Baik 6 16,7 30 83,3 36 100 8,448
Jumlah 55 48,2 59 51,8 114 100
X2 = 19,206 df = 1, p value = 0,000 = 0,05

Menurut Widyastuti (2005), orang 3. Hubungan Sikap Kesehatan


yang memiliki tingkat pendidikan lebih Masyarakat Dengan Kejadian Diare
tinggi lebih berorientasi pada tindakan
preventif, mengetahui lebih banyak tentang Berdasarkan hasil penelitian yang
masalah kesehatan dan memiliki status telah dilakukan,nilai signifikan p-value
kesehatan yang lebih baik (Wulandari, 0,129 dengan ini > 0,05 sehingga dapat
2009). dilihat tidak ada hubungan antara sikap dan
Pengetahuan masyarakat mempunyai kejadian kejadian diare. Nilai Odds Ratio
peran yang penting dalam penanggulangan yang didapatkan adalah 2,922 dapat
kejadian diare berdasarkan aspek sanitasi diartikan bahwa masyarakat yang bersikap
lingkungan di Kabupaten Barito Kuala. Hal kurang hanya berisiko sakit diare sebesar
itu dapat membentuk respon tentang 2,922 kali lebih dibandingkan masyarakat
pencegahan dan pengendalian kejadian yang bersikap baik. Hasil dari analisa
diare dan dapat mengurangi angka angka hubungan sikap dengan kejadian diare
kejadian diare. dapat dilihat pada tabel berikut :
Penelitian ini di dukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Kristiandy
(2012), bahwa antara tingkat pengetahuan
Ibu tentang perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dengan kejadian diare pada balita
di Puskesmas Dinoyo Malang mempunyai
hubungan yang signifikan dengan nilai
statistik signifikan p-value 0,000, dengan
arah korelasi yang negatif. Pendidikan
kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan
untuk menciptakan perilaku masyarakat
yang kondusif untuk kesehatan.
Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40 37

Tabel 3. Tabel silang sikap kesehatan masyarakat dengan kejadian diare berdasarkan aspek
sanitasi lingkungan di Kabupaten Barito Kuala
Kejadian Diare
Sikap Ya Tidak Jumlah % Odds Ratio
Jlh % Jlh %
Kurang 51 51,5 48 48,5 99 100
Baik 4 26,7 11 73,3 15 100 2,922
Jumlah 55 48,2 59 51,8 114 100
X2 = 2,303 df = 1, p value = 0,129 = 0,05

Berdasarkan hasil rekapitulasi Sikap mempengaruhi perilaku, yaitu


kuesioner sikap masyarakat terhadap bahwa sikap dipegang teguh oleh seseorang
kejadian diare sangat setuju untuk memasak menentukan apa yang akan dilakuakan.
air terlebih dahulu sampai mendidih Makin khusus sikap seseorang yang kita
sebelum diminum, setuju selalu menyiram ukur dan makin khusus pula kita
jamban setelah digunakan dan selalu mengidentifikasi perilaku terkait, maka
membersihkan saluran limbah di sekitar makin besar kemungkinan kita dapat
rumah. memperoleh hubungan yang signifikan
Penelitian ini di dukung oleh antara keduanya(Gibson, 2010).
penelitian yang dilakukan oleh Misnaniarti
(2009) menyatakan bahwa tidak ada 4. Hubungan Tindakan Kesehatan
hubungan yang bermakna antara sikap ibu Masyarakat Dengan Kejadian Diare
dengan kejadian diare pada balita dengan
uji statistik p-value = 0,143. Selain itu dari Berdasarkan hasil penelitian yang
penelitian Sri Rahayu (2012) juga telah dilakukan nilai signifikan p-value
menyatakan tidak adanya hubungan antara adalah 0,002 dengan ini nilai < 0,05
sikap ibu dengan kejadian diare. Penelitian hubungan antara tindakan dan kejadian
ini juga di dukung oleh penelitian yang diare dapat dilihat dari nilai odds Ratio
dilakukan oleh Harahap (2009), yang yaitu sebesar 0,265 bisa diartikan bahwa
menyatakan tidak ada hubungan yang masyarakat yang tindakannya beresiko
bermakna antara sikap dengan perilaku 0,265 kali untuk terkena diare dibandingkan
PHBS responden dengan Hasil uji statistik dengan tindakan sanitasi lingkungannya
(uji chi square) diperoleh p-value 0,415. yang baik., Tindakan bukan merupakan
Sikap adalah tanggapan atau reaksi penyebab Hasil analisa hubungan tindakan
responden berdasarkan pendirian, pendapat kesehatan masyarakat dengan kejadian
dan keyakinan individu tersebut. Perilaku diare dapat dilihat pada Tabel 4 :
tertutup (covert behaviour) adalah respons
atau reaksi terhadap terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut,dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain. Menurut Notoatmodjo
sikap adalah reaksi atau respon yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek,
sikap merupakan kecendrungan untuk
menyatakan tanda-tanda menyenangi atau
tidak menyenangi terhadap suatu objek
(Notoatmodjo, 2003).
38 Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40

Tabel 4. Tabel silang tindakan kesehatan masyarakat dengan kejadian diare berdasarkan
aspek sanitasi lingkungan di Kabupaten Barito Kuala
Kejadian Diare
Tindakan Ya Tidak Jumlah % Odds Ratio
Jlh % Jlh %
Kurang 28 37,3 47 62,7 75 100
Baik 27 69,2 12 30,8 39 100 0,265
Jumlah 55 48,2 59 51,8 114 100
X2 = 9,217 df = 1, p value = 0,002 = 0,05

Tindakan diartikan sebagai


kemampuan untuk menggunakan materi 5. Hubungan perilaku kesehatan
pada kondisi sebenarnya Notoatmodjo masyarakat dengan kejadian diare
(2003) dari tindakan kesehatan masyarakat
yang telah sesuai maka pencegahan dan Perilaku responden dipengaruhi oleh
penanggulangan diare dapat dilakukan. beberapa hal seperti pengetahuan, sikap dan
Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak tindakan (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan
(praktik), sikap belum tentu terwujud dalam adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
tindakan, sabab untuk terwujudnya tindakan seseorang melakukan penginderaan
perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas terhadap suatu objek tertentu. Sikap
atau sarana dan prasarana. Maka dari itu mempunyai tiga komponen yaitu,
responden (masyarakat) mencegah kejadian kepercayaan, ide, dan konsep terhadap
diare berdasarkan aspek sanitasi lingkungan suatu obyek, kehidupan emosional atau
bukan sekedar mencegah tetapi benar-benar evaluasi terhadap suatu obyek,
melakukan pencegahan berdasarkan aspek kecenderungan untuk bertindak. Tindakan
sanitasi lingkungan seperti penggunaan air diartikan sebagai kemampuan untuk
bersih, penggunaan jamban, pembuangan menggunakan materi pada kondisi
sampah, dan pengelolaan limbah cair secara sebenarnya Notoatmodjo (2003) dari
terus menerus sehingga terhindar dari tindakan kesehatan masyarakat yang telah
kejadian diare. sesuai maka pencegahan dan
Penelitian ini di dukung penelitian penanggulangan diare dapat dilakukan.
yang dilakukan oleh Annisa (2010) Hasil analisa perilaku kesehatan masyarakat
menyatakan adanya hubungan tindakan dengan kejadian diare dapat dilihat dari
personal hygiene dengan kejadian diare, tabel berikut :
dengan uji statistik di peroleh p-value
0,000.

Tabel 5. Tabel silang perilaku kesehatan masyarakat dengan kejadian diare berdasarkan
aspek sanitasi lingkungan Di Kabupaten Barito Kuala
Kejadian Diare
Perilaku Ya Tidak Jumlah % Odds Ratio
Jlh % Jlh %
Kurang 48 54,5 40 45,5 88 100
Baik 7 26,9 19 73,1 26 100 3,257
Jumlah 55 48,2 59 51,8 114 100
X2 = 5,077 df = 1, p value = 0,024 = 0,05

Berdasarkan penelitian yang adanya hubungan antara perilaku kesehatan


dilakukan di dapatkan nilai signifikan p- masyarakat dengan kejadian diare di
value 0,024 dengan nilai ini < 0,05 bahwa Kabupaten Barito Kuala. Dilihat dari nilai
Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40 39

Odds Ratio yaitu sebesar 3,275 dapat Kejadian Diare Pada Anak Batita Di
diartikan bahwa masyarakat yang Posyandu Kelurahan Rangkapan
berperilaku kurang berisiko sakit diare Jaya Depok Tahun 2010. Skripsi,
sebesar 3,275 kali dibandingkan orang yang Universitas Pembangunan Nasional
berperilaku baik. Veteran Jakarta
Penelitian ini ditegaskan dari Azwar, Syafuddin, 2011. Sikap Manusia:
penelitian dari penelitian yang dilakukan Teori dan Pengukurannya Edisi
oleh Kusumawati (2009) yang menyatakan Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
bahwa terdapat hubungan perilaku hidup Dinkes Barito Kuala, 2012. Profil Dinas
bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian Kesehatan Barito Kuala. Kab. Batola
diare dengan p value 0,025. Selain itu dari Gibson, 2000, Organisasi, Perilaku,
penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Struktur, Proses, Jilid I Erlangga,
yang dilakukan oleh Utari (2009) Jakarta
menyatakan bahwa hubungan antara Kristiandy, Mart, Hubungan Tingkat
perilaku hidup bersih dan sehat dengan Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku
kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Delanggu dengan nilai kemaknaan adalah Dengan Kejadian Diare pada Balita
0,000, oleh karena p < 0,05. Di Puskesmas Dinoyo Malang.
Skripsi, Universitas Brawijaya.
Kusumawati, Oktania, Heryanto Adi
Kesimpulan Nugroho,dkk. 2009. Hubungan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Terdapat hubungan yang signifikan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
antara perilaku kesehatan masyarakat Usia 1-3 Tahun Studi Kasus Di Desa
dengan kejadian diare berdasarkan Tegowanu Wetan Kecamatan
aspek sanitasi lingkungan di Kabupaten Tegowanu Grobongan. Stikes, Ilmu
Barito Kuala. Dengan Odds Ratio 3,27 Keperawatan dan Kebidanan
dinyatakan masyarakat yang Tegalrejo, Jurnal Keperawatan. 1: 1.
berperilaku kurang berisiko sakit diare Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu
sebesar 3,275 kali dibandingkan orang Kesehatan Masyarakat (Prinsip-
yang berperilaku baik. Prinsip dasar). Rineka Cipta. Jakarta.
2. Pengetahuan responden berdasarkan Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Metodologi
aspek sanitasi lingkungan baik dengan Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
persentase (31,5%), cukup dengan Jakarta.
persentase (56,1%), dan kurang dengan Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu
persentase (12,3%), sikap responden Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
berdasarkan aspek sanitasi lingkungan Jakarta
baik dengan persentase (13,2%), cukup Riskesdas Provinsi Kalimantan Selatan,
dengan persentase (83,3%), kurang 2007. Kemenkes RI,Jakarta
dengan persentase (3,5%) dan tindakan Sri Rahayu, Dedeh, 2012. Hubungan
responden baik dengan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
persentase(34,3%), cukup dengan Diare Dengan Terjadinya Diare Pada
persentase (38,6%) dan tindakan Anak Balita (1 4 Tahun) Di Rumah
kurang dengan persentase (27,1%). Sakit Umum Cibabat Kota Cimahi,
Stikes Budi Luhur, Jurnal Kesehatan
Keperawatan Stikes Budi Luhur. 4:
Daftar Pustaka 5-7.
Sri Winarsih dan Ahsan, 2012. Hubungan
Annisa, Octaria Anna, 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Tindakan Personal Hygiene Dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
40 Megasari, et al/EnviroScienteae 11 (2015) 33-40

(PHBS) Dengan Kejadian Diare pada


Balita Di Puskesmas Dinoyo Malang.
Malang
Suharyono, 2008. Diare Akut Klinik dan
Laboratorik. Rineka Cipta. Jakarta, 2008.
Utari, Titik, Utami Mulyaningrum, 2009.
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat Dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Delanggu,
Universitas Islam Indonesia Fakultas
Kedokteran. Jurnal kedokteran dan
kesehatan Indonesia. 1: 53-57
Wulandari, Anjar Purwidiana, 2009.
Hubungan Antara Faktor Lingkungan
Dan Faktor Sosiodemiografi Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Desa
Blimbing Kecamatan Sambirejo
Kabupaten Sragen Tahun 2009,
Skripsi Universitas Muhamadiyah
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai